Anda di halaman 1dari 18

MATA KULIAH : ISLAM DISIPLIN ILMU

DOSEN : Dr. Surani, S.Ag.,M.Ag.

Sejarah Lembaga Perkembangan Pendidikan Islam

DISUSUN OLEH KELOMPOK VI :


AGUS MUNANDAR 10120200008
SAAD BIN ABI WAKAS 10120200120

MUH.ALWI ALAMSYAH 1012019029


FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2022

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL………………………………………………………………………i
DAFTAR ISI............................................................................................................. ii
BAB I ........................................................................................................................1
PENDAHULUAN ......................................................................................................1
A. Latar Belakang ................................................................................................1
B. Rumusan Masalah............................................................................................1
C. Tujuan Penulisan .............................................................................................2
BAB II.......................................................................................................................3
PEMBAHASAN.........................................................................................................3
A. Pengertian Lembaga Pendidikan Islam ..............................................................3
B. Sejarah Perkembangan Lembaga Pendidikan Islam Masa Klasik ..........................3
C. Sejarah Pekembangan Lembaga Pendidikan Islam di Indonesia........................ 11
BAB III.................................................................................................................... 15
PENUTUP ............................................................................................................... 15
A. Kesimpulan ................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 16

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Lembaga pendidikan Islam merupakan bagian yang sangat penting dari
proses pelaksanaan pendidikan Islam, karena merupakan wadah yang
dipergunakan dalam menjalankan tugas-tugas pendidikan dalam ruang lingkup
keislaman sehingga dapat meraih cita-cita dan tujuan pendidikan Islam. Dalam
perkembangannya, Lembaga pendidikan Islam telah banyak mengalami
perkembangan mulai dari periode klasik hingga periode modern. Oleh karena itu,
agar dapat mengetahui perkembangan maju mundurnya Lembaga-lembaga
pendidikan Islam, maka sangat penting bagi kita untuk mengetahui laju sejarah
dari lembaga-lembaga tersebut, sehingga bisa dijadikan masukan dan bahan
perbandingan demi kemajuan lembaga pendidikan Islam di masa sekarang.
Sebagai seorang pendidik, maka urgensi pengetahuan akan sejarah
lembaga pendidikan Islam tentunya akan memberikan dampak yang sangat besar
dalam kemajuan lembaga pendidikan Islam. Seperti halnya pada masa Daulah
Abbasiyyah, lembaga pendidikan Islam mengalami masa keemasan dengan
berdirinya Baitul hikmah, yang menjadi pusat pengetahuan dunia pada saat itu,
serta lembaga-lembaga lainnya seperti di Al Azhar (Mesir), Cordova, Jundisyapur
dan sebagainya. Dari lembaga-lembaga pendidikan tersebut hanya Al-Azhar yang
masih berdiri hingga sekarang, sementara yang lainnya telah mengalami
kemunduran bahkan keruntuhan. Hal inilah yang menjadikan kajian pembahasan
terkait sejarah perkembangan lembaga pendidikan Islam menjadi sangat penting,
khususnya bagi orang-orang yang ikut terlibat dalam dunia pendidikan Islam.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat ditarik rumusan masalah
sebagai berikut:
1. Apa pengertian dari Lembaga pendidikan Islam ?
2. Bagaimana Sejarah perkembangan lembaga pendidikan Islam masa klasik ?
3. Bagaimana Sejarah perkembangan lembaga pendidikan Islam di Indonesia ?

1
2

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui pengertian dari Lembaga pendidikan Islam
2. Mengetahui Sejarah perkembangan lembaga pendidikan Islam masa klasik
3. Mengetahui Sejarah perkembangan lembaga pendidikan Islam di Indonesia
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Lembaga Pendidikan Islam


Kata lembaga apabila ditinjau dari segi etimologi dapat diartikan sebagai
acuan, asal sesuatu, organisasi atau badan yang memiliki tujuan untuk melakukan
atau mengadakan suatu usaha atau suatu peneltian keilmuan. Lembaga dalam
Bahasa Inggris disebut institute yang berarti suatu organisasi yang memiliki
tujuan pencapaian tertentu. Dalam arti fisik lembaga dapat diartikan sebagai
bangunan dan secara non fisik dapat diartikan sebagai pranata.

Pendidikan Islam merupakan bentuk bimbingan dan pengembangan fitrah


manusia dengan berlandaskan nilai-nilai keislaman, sehingga manusia dapat
meraih derajat yang tinggi dan mampu menjalankan tugasnya sebagai khalifatun
fil Ard, sertadapat mewujudkan kebahagiaan di dunia dan akhirat. Secara
terminologi lembaga pendidikan Islam merupakan tempat berlangsungnya
pelaksanaan pendidikan Islam. Dalam lembaga pendidikan terdapat sarana dan
prasarana dalam pembelajaran, penanggung jawab pendidikan, serta norma dan
aturan yang berlaku di dalamnya.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa lembaga pendidikan


Islam merupakan tempat, wadah, atau bangunan tertentu yang menjadi lokasi
penyelenggaraan pendidikan Islam, yang memiliki penanggung jawab, sarana dan
prasarana, serta norma atau aturan yang berlaku di dalamnya yang berdasarkan
nilai- nilai keislaman (Zaman, 2015).

B. Sejarah Perkembangan Lembaga Pendidikan Islam Masa Klasik


Pada masa periode klasik lembaga pendidikan Islam dikategorikan
menjadi dua bagian, yaitu Lembaga pendidikan Islam sebelum madrasah dan
lembaga pendidikan Madrasah.

3
4

1. Lembaga pendidikan Islam sebelum madrasah.

Sebelum terbentuknya lembaga pendidikan Islam yang terstruktur dan


terorganisir secara formal dalam bentuk madrasah, umat Islam telah
mengembangkan lembaga-lembaga pendidikan Islam, yang sebenarnya
merupakan cikal bakal terbentuknya lembaga formal seperti madrasah atau
sekolah. Adapun lembaga-lembaga tersebut yaitu :

a. Shuffah

Shuffah merupakan tempat yang dipergunakan untuk aktivitas pendidikan


yang menyediakan pemondokan bagi kaum muslimin yang kurang mampu. Pada
masa Rasulullah SAW, lembaga ini dipergunakan untuk mengajakan membaca
dan menghafal Al-Qur’an serta hukum-hukum Islam yang berada dibawah
bimbingan Rasulullah SAW secara langsung. Dalam perkembangannya shuffah
kemudian menyebar di kota Madinah, yang dikepalai oleh Ubaid Bin Samid,
lembaga ini juga menawarkan pelajaran-pelajaran umum sepertti astronomi,
kedokteran, matematika, ilmu fonetik, dan geneologi.

b. Kuttab/Maktab,

Kuttab/maktab merupakan lembaga pendidikan yang dikhususkan untuk


membaca dan menulis. Lembaga ini sebenarnya sudah ada sebelum datangnya
Islam, hal ini dibuktikan dengan adanya orang-orang dari penduduk Makkah yang
sudah bisa membaca dan menulis seperti Abu Qais Ibnu Abdi Manaf yang belajar
dari Bisyr Bin Abdul Malik. Setelah kedatangan Islam lembaga ini kemudian
diteruskan oleh Rasulullah SAW, yang pembelajarannya dikhususkan bagi anak-
anak muslim yang belum bisa membaca dan menulis. Pada masa awal Islam,
kuttab menjadi lembaga yang sangat penting karena menjadi lembaga pengajaran
Al-Qur’an. Pada abad ke 8 H, kuttab mengalami perkembangan pesat dengan
adanya pengajaran ilmu-ilmu umum. Hal ini tentunya sangat mempengaruhi
perkembangan kurikulum pendidikan Islam, dimana pada masa awal, kuttab
dianggap sebagai lembaga pendidikan tertutup, namun dengan adanya
persentuhan dengan budaya helenisme dari barat menjadikan kuttab lembaga yang
5

terbuka terhadapan ilmu pengetahuan umum. Bahkan kemudian kuttab


digolongkan menjadi dua yaitu kuttab yang mengajarkan pengetahuan non agama,
dan kuttab yang mengajarkan ilmu agama.

c. Halaqah

Halaqah dilaksanankan dengan cara melingkar, dimana murid-murid


duduk melingkar mengelilingi gurunya. Guru biasanya duduk dilantai dengan
menjelaskan karangannya, atau mengomentari karya orang lain. Halaqah biasanya
dilaksanakan di masjid atau dirumah, dalam kegiatan ini, guru tidak hanya
membahasa atau mendiskusikan perkara agama, namun juga membahas ilmu-ilmu
pengetahuan umum. Dalam perkembangannya halaqah digolongkan dalam
lembaga pendidikan terbuka, yaitu terbuka terhadap ilmu-ilmu umum, sehingga
lembaga pendidikan ini dapat disejajarkan dengan college pada masa sekarang.

d. Majlis

Majlis pada mulanya dapat diartikan sebagai tempat-tempat pelakasanaan


proses belajar mengajar. Namun pada masa keemasan Islam, majlis juga diartikan
sebagai proses diskusi atau aktivitas pembelajaran. Dalam peerkembangan
pengetahuan dalam dunia Islam, majlis digunakan sebagai proses transfer ilmu,
sehingga bermunculan banyak majlis yang beragam, seperti majlis hadis yang
membahas hadis-hadis Nabi SAW, majlis al Tadris yang membahas hal-hal selain
hadis seperti fiqih, nahwu, dan kalam, majlis al munazharah yakni majlis
perdebatan para ulama mengenai suatu masalah, majlis al muzakarah yakni majlis
yang digunakan sebgai sarana berkumpul dan mengingatkan mengenai pelajaran,
majlis asy Syu’ara yakni membahas syair-syair, majlis al fatwa digunakan untuk
mencari keputusan suatu masalah kemudian menjadi fatwa.

e. Masjid

Masjid sudah dijadikan pusat lembaga pendidikan Islam sejak zaman


Rasulullah SAW, bahkan sebagai pusat pembahasan permasalahan ekonomi dan
social. Dalam perkembangannya masjid dibedakan menjadi dua karakteristik
yakni Jami’yang digunakan sebagai tempat sholat jum’at, dan masjid biasa. Jami’
6

dan masjid biasa biasanya digunakan sebagai tempat penyelenggaraan pendidikan,


namu dalam jami biasanya memiliki halaqah , majlis, dan kuttab.Jami’ dikelola
langsung oleh khalifah sehingga aktivitas pendidikan seperti kurikulum, tenaga
pendidik dan lain-lain diatur oleh khalifah. Sedangkan masjid tidak berhubungan
dengan penguasa.

f. khan
Khan biasanya difungsikan sebagai asrama untuk orang-orang yang
hendak belajar di masjid namun dalam perkembangannya Han juga difungsikan
kan sebagai sarana untuk belajar privat. sebelumnya hanya difungsikan sebagai
penyimpanan barang-barang dalam jumlah besar atau sebagai sarana komersial.
pada akhir abad ke-10 Masehi dibangun khan di baghdad oleh Di’lij bin Ahmad.

g. Ribath
Ribath Pada mulanya difungsikan sebagai tempat untuk menjauhkan diri
dari kehidupan duniawi oleh kaum Sufi sehingga mereka mengkonsentrasikan
diri untuk beribadah. Lembaga ini juga memberikan perhatian terhadap kegiatan
pendidikan yang biasanya dipimpin oleh seorang Syekh. dalam perkembangannya
ribath banyak bermunculan pada saat berdirinya madrasah, dimana madrasah-
madrasah tersebut dilengkapi dengan ribath.

h. Rumah para ulama

Para ulama di zaman klasik banyak mempergunakan rumahnya secara


ikhlas sebagai tempat kegiatan belajar mengajar. Hal ini dikarenakan para ulama
yang bersangkutan tidak bisa atau tidak memungkinkan untuk memberikan
pengajaran di masjid atau lembaga pendidikan lainnya, sedangkan banyak murid
yang berniat untuk belajar darinya. Hal ini seperti yang dilakukan oleh Imam Al
Ghazali.
7

i. Toko-toko buku dan perpustakaan

pada mulanya toko buku hanya dipergunakan untuk menjual buku saja
namun dalam perkembangannya kaum muslimin mempergunakannya sebagai
sarana untuk berdebat bahkan melakukan pertemuan rutin di tempat tersebut.
selain toko buku, perpustakaan juga menjadi di tempat yang memiliki peranan
penting dalam proses pendidikan Islam. para penguasa biasanya mendirikan
perpustakaan umum untuk masyarakat dan juga membangun perpustakaan pribadi
di istananya.

j. Rumah sakit

Pada zaman klasik Rumah Sakit bukan hanya dipergunakan sebagai


tempat pengobatan, tetapi juga dipergunakan sebagai tempat untuk melakukan
penelitian dan percobaan di bidang kedokteran dan obat-obatan. sehingga, di
tempat ini ini ini juga terdapat tenaga-tenaga yang berhubungan dengan
kedokteran yang menjalani pendidikan. Selain ke rumah sakit, ada juga sekolah
kedokteran yang didirikan kan di luar rumah sakit, dan ada juga yang menyatu
dengan rumah sakit. dengan demikian rumah sakit juga berfungsi sebagai lembaga
pendidikan.

k. Badiah ( Padang pasir, Dusun tempat tinggal Badui)

Badiah Merupakan lembaga yang dibentuk untuk melestarikan bahasa


Arab yang asli dan murni. dengan meluasnya perkembangan Islam bahasa Arab
banyak digunakan oleh bangsa-bangsa Lain selain bangsa Arab. sehingga bahasa
Arab cenderung Kehilangan keaslian dan kemurnian nya . maka dengan itu,
dengan berdirinya badiah sebagai lembaga untuk belajar bahasa Arab banyak dari
para ulama-ulama anak Khalifah yang pergi ke badiah dalam rangka belajar
bahasa dan sastra Arab.

2. Lembaga pendidikan madrasah

Kata madrasah merupakan izin makan dari fi'il madhi yang mengandung
arti tempat Untuk melaksanakan proses pembelajaran. Oleh sebab itu madrasah
dapat di gambarkan sebagai suatu proses pendidikan secara formal dan Termasuk
8

bagian dari institusi atau lembaga peradaban Islam yang sangat berpengaruh.
madrasah dalam bahasa Arab pada era klasik ini ini berbeda dengan madrasah
yang ada pada masa sekarang yang merupakan lembaga pendidikan dasar sampai
menengah. Madrasah pada masa klasik didefinisikan sebagai suatu lembaga
pendidikan kan yang Berkembang secara luas di dunia Islam pra modern sebelum
munculnya Universitas atau Al Jami'ah. tidak terlepas dari pengaruh politik pada
masa Abbasiyah yaitu munculnya Dinasti Abbasiyah di Kairo yang berlawanan
dengan an-nas Ti Abbasiyah di Baghdad yang bermazhab Sunni khalifah-khalifah
di Kairo mendirikan sebuah lembaga pendidikan yang disebut Darul Ilmi untuk
memperkuat kedudukannya yang tidak hanya mengandalkan kekuatan militer
tetapi juga dengan menyelenggarakan pendidikan secara terencana. Untuk
menanggapi hal itu, kekhalifahan Abbasiyah di Baghdad juga tidak mau kalah,
sehingga pada abad ke-5 Hijriyah mereka juga mendirikan sebuah lembaga
pendidikan yang dikenal dengan madrasah. Adapun madrasah-madrasah yang
muncul pada periode klasik antara lain sebagai berikut.

a. Madrasah nizamiyah

Madrasah nizamiyah merupakan lembaga pendidikan yang didirikan oleh


Nizam Al Mulk seorang Wazir dari bani saljuk pada tahun 1067 M/459 H.
Madrasah ini didirikan di Baghdad, yang tetap bertahan sampai abad ke-14 M.
Tujuan pokok didirikannya Madrasah nizamiyah adalah untuk kader calon-calon
ulama agar mampu menyiarkan kan pemikiran Sunni menyediakan sunni untuk
mengajarkan mazhab Sunni di berbagai tempat dan untuk mencetak kelompok
pekerja Sunni yang akan berpartisipasi dalam kepemerintahan.

Dalam perkembangannya, Nizam Al Mulk juga membuka Madrasah di


kota-kota lain di wilayah barat dan timur kekuasaan Islam, seperti di nishapur,
mosul, Basrah, isfahan, dan Tibristan. Pengajaran di Madrasah nizamiyah
difokuskan kepada ilmu-ilmu syariah terutama ilmu fiqih. hal ini ini tidak terlepas
dari tujuan atau motivasi berdirinya madrasah nizamiyah yaitu untuk
menyebarkan paham Sunni guna menghadapi pengaruh syiah. Pengajaran di
Madrasah nizamiyah disebutkan juga bertumpu atau berpusat kepada Alquran (
9

membaca, menghafal, dan menulis), sastra Arab, Sirah Nabawiyah, dan berhitung.
Madrasah nizamiyah merupakan an-naba gapendik and tinggi sehingga tenaga
pengajar berasal dari pendidikan tinggi pula, Seperti Ti Iman Al Haramain Abul
ma'ali Yusuf al-juwaini, dan Abdul Hamid Al Ghazali (Nata, 2004).

b. Madrasah yang didirikan Nuruddin Zanki

Nuruddin zanki adalah penguasa Aleppo pada masa daulah Abbasiyyah,


merupkan pelopor perlawanan terhadap tentara salib.Dalam dunia pendidikan,
Nuruddin memiliki kontribusi yang besar, dengan membangun madrasah di
Damaskus.Madrasah yang didirikan oleh Nuruddin ada banyak dan tersebar di
kota-kota di Syiria hingga ke desa-desa, seperti madrasah Al Nuriyah Al Kubra,
madrasah As salahjiah, Darul Hadits An Nuriyah. Sementara di Aleppo berdiri Al
Halwiyah, Al Asruniyah, dan As Su’aibiyah. Sistem pendidikan pada masa Zanki
mewajibkan setiap madrasah memiliki beberapa orang pendidik dan dipimpin
oleh seorang syaikh yang bergelar Nazhir Al Madrasah. Sistem guru bantu seperti
yang kita kenal sekarang ini juga sudah ada sejak dahulu di lembaga pendidikan
Islam pada masa pemerintahan Zanki, guru bantu juga disebut Al Ma’id. Selain
tenaga pendidik, murid pada madrasah Zanki juga di klasifikasikan menjadi dua
yakni murid jenjang Ula (tingkat dasar), dan Ulya atau Al Fuqaha. Pada jenjang
Ulya diklasifikasikan lagi antara murid regular dan non regular (Syamal, 2017).

c. Madrasah yang didirikan Daulah Ayyubiyah

Dimasa kekhalifahaan daulah Ayyubiyah di Mesir, yaitu pada masa


pemerintahan Salahuddin Yusuf Al Ayyubi dibangun madrasah pada periode
1176 M.Madrasah yang dibangun di Mesir antara lain madrasah An-Nasyiriah,
madrasah Al Qombiyah, madrasah As Suyufiyah, dan Al Kamiliyah. Sedangkan
di Damaskus antara lain madrasah As-Sholahiyah, madrasah Al-Aziziyah,
madrasah Al Adiliyah, Al Kubro dan lain-lain. Pada masa daulah Ayyubiyah
kurikulum pendidikan yang sebelumnya berdasarkan pada ajaran-ajaran Syi’ah
pada masa kekuasaan bani Fatimiyah diganti dengan kurikulum yang
10

berlandaskan mahzab Syafi’i. Berbeda dengan madrasah yang di bangun oleh


Nuruddin Zanki, ilmu-ilmu yang diajarkan pada masa dinasti Ayyubiyah bukan
hanya terbatas pada ilmu-ilmu keagamaan saja, namun juga mengajarkan ilmu-
ilmu umum seperti ilmu ekonomi, kesehatan, keamanan, dan arsitektur. Dengan
adanya pengajaran dari berbagai bidang ilmu menjadikan kota-kota Islam di masa
kepemimpinan Salahuddin Al Ayyubi menjadi pusat intelektual pada masa itu.

d. Universitas/ Al Jami’at

Universitas Al-Qarawiyyin adalah universitas pertama dan tertua di dunia


didirikan oleh Fatimah Al-Fihri di kota Fas, Maroko, pada tahun 859 M. Tak lama
kemudian di Kairo, didirikan universitas Al Azhar pada tahun 959 M. Al Azhar
sebelumnya merupakan sebuah masjid yang didirikan oleh khalifah Muiz
Lidinillah dari dinasti Fatimiyyah, setelah menaklukkan Mesir pada tahun 338 H.
Masjid Al Azhar kemudian berkembang menjadi tempat penyelenggaraan
pendidikan selain berfungsi sebagai tempat ibadah. Pada masa pemerintahan
khalifah Al Aziz Billah masjid Al Azhar kemudian diubah menjadi universitas.

Universitas Al Azhar pada masa dinasti Fatimiyyah menjadi alat


propaganda kekuasaan, dan menjadi tempat penyebaran doktrin Syiah di Meir,
sebagai upaya untuk melawan kekhalifahan Abbasiyyah di Baghdad yang
beraliran Sunni. Setelah keruntuhan dinasti Fatimiyah, Salahuddin Al Ayyubi
menutup universitas Al Azhar dan membangun madrasah-madrasah sebagai tempt
perkuliahan, hal ini dilakukan sebagai upaya membersihkan pengaruh Syiah di
Mesir terutama Al Azhar yang menjadi basis penyebaran syiah. Pada masa
pemerintahan dinasti Mamalik terjadi serbuan tentara Mongol yang meruntuhkan
kekhalifahan Abbasiyyah di Baghdad, sementara itu Cordova yang juga
merupakan pusat peradaban dan pengetahuan Islam juga mengalami keruntuhan
akibat serangan bangsa-bangsa Eropa. Kehancuran dua pusat perkembangan ilmu
pengetahuan dalam dunia Islam, menyebabkan banyak para ulama dan para
cendikiwan muslim melarikan diri ke Mesir untuk berlindung di bawah kekuasaan
Mamalik. Hal ini menjadikan Al Azhar yang ditutup selama satu abad sejak
pemerintahan Salahuddin Al Ayyubi kembali dibuka oleh khalifah A Zahir
11

Baibars dari dinasti Mamamlik. Sejak saat itulah Al Azhar yang dulunya sepi
tanpa adanya aktivitas kembali hidup dengan banyaknya ulama yang dating untuk
belajar dan mengajar seperti Ibnu Khaldun, Ibnu Hajar Al-Atsqolani, Taqiy Al-
Din Al-Maqrizi, dan Jalaluddin Al suyuti (Andriani, 2005).

C. Sejarah Pekembangan Lembaga Pendidikan Islam di Indonesia


Perkembangan pendidikan Islam di Indonesia tidak bisa lepas dari
pengaruh adanya lembaga pendidikan Islam. Islam masuk ke Indonesia pada abad
ke 7 M dan mengalami perkembangan yang pesat pada abad ke 8 M dengan
munculnya kerajaan-kerajaan Islam di Nusantara. Seiring dengan semakin luasnya
pengaruh Islam di Nusantara, maka sangat dibutuhkan adanya suatu lembaga
pendidikan yang menjadi pusat penyebaran dan pengajaran Islam. Diantara
lembaga-lembaga tersebut antara lain sebagai berikut.

1. Masjid dan Langgar

Masjid merupakan tempat yang difungsikan untuk melaksanakan sholat,


baik yang wajib seperti sholat lima waktu, sholat jum’at, dan sholat dua hari raya.
Selain masjid di Indonesia juga dulunya ada tempat ibadah yang lain yang
ukurannya lebih kecil dari masjid, yaitu Langgar, yang hanya dipergunakan untuk
sholat lima waktu saja.

Masjid dan langgar juga difungsikan sebagai tempat penyelenggaraan


pendidikan Islam disamping digunakan sebagai tempat sholat. Para mubaligh
menyampaikan dan mengajarkan ajaran Islam kepada para jama’ah baik yang
berhubungan dengan akidah, ibadah, maupun akhlak. Selain itu, masjid juga
dipergunakan sebagai tempat pembelajaran Al-Qur’an yang menitik beratkan pada
kemampuan membacanya sesuai kaidah-kaidah bacaan Al-Qur’an.

2. Pesantren

Pada awalnya pesantren merupakan lembaga pendidikan yang yang


dikhususkan untuk mendididik para cantrik pada masa perkembangan Hindu
12

Buddha di Indonesia. Sebelum kedatangan Islam lembaga ini dikenal dengan


padepokan atau dukuh. Seiring masuknya pengaruh Islam di Nusantara, terjadi
proses Islamisasi dalam lembaga ini, melalui proses dakwah yang dilakukan oleh
wali songo, sehingga padepokan-padepokan tersebut mengalami akulturasi
terhadap nilai-nilai keislaman. Ilmu-ilmu yang diajarkan serta kurikulum yang
berlaku pun mengalami perubahan dengan berdasarkan pada ajaran-ajaran Islam.
Lembaga yang sebelumnya dikenal dengan nama padepokan kemudian diganti
dengan nama pesantren yang asal usul kata serta maknanya berasal dari kata
santri.

Seiring dengan meluasnya pengaruh Islam di Nusantara, kerajaan-kerajaan


Islam semakin membutuhan lembaga pendidikan yang mampu menunjang
penyebaran agama Islam di wilayahnya, sehingga pendirian pesantren banyak di
lakukan di berbagai daerah di Nusantara. Pesantren merupakan tempat para ulama
atau Kyai menetap, sehingga banyak masyarakat berdatangan untuk belajar ilmu
agama, dan diantaranya berasal dari daerah yang jauh. Untuk itu maka dibangun
tempat tinggal bagi para santri tadi disekitar kediaman Kyai. Semakain bertambah
santri yang ingin menuntut ilmu maka semakin banyak pula pondok yang
dibangun.

Ilmu yang diajarkan di pesantren pada intinya adalah ilmu-ilmu


keagamaan, pada tingkat awal para santri akan diperkenalkan dengan dasar-dasar
ajaran Islam, serta Al-Qur’an. Kemudian setelah mengalami perkembangan, para
santri akan mulai diajarkan kitab-kitab klasik, yang juga diklasifikasikan menjadi
dasar, menengah, dan tinggi.

3. Meunasah, Rangkang, dan Dayah

Meunasah secara etimologi berasal dari kata madrasah, sekolah, atau


tempat belajar. Meunasah sejajar dengan tingkat sekolah dasar, para murid
diajarkan menulis, membaca, Bahasa Arab, Bahasa jawa, ilmu agama dan akhlak.
Sebuah meunasah dipimpin oleh seorang Tengku.
13

Rangkang merupakan tempat tinggal para murid, yang dibangun


disamping masjid. Pendidikan di rangkang lebih berpusat kepada pendidikan
agama. Ilmu-ilmu yang diajarkan di rangkang sudah merupakan lanjutan dari
meunasah, dimana telah diajarkan kitab-kitab berbahasa Arab.Lembaga
pendidikan ini setingkat dengan sekolah lanjutan pertama.

Dayah berasal dari kata bahasa Arab yakni Zawiyah yang merujuk pada
sudut bangunan, dan berkaitan dengan masjid. Di sudut-sudut masjid biasanya
terjadi aktivitas pembelajaran yang mengajarkan ilmu-ilmu agama seperti bahasa
Arab, fiqih, tasawuf dan lain-lain. Lembaga ini setingkt dengan sekolah lanjutan
tingkat atas.

4. Surau

Surau dapat diartikan sebagai bangunan kecil yang dipergunakan untuk


sholat berjamaah. Selain difungsiikan sebagai tempat sholat, surau juga
dipergunakan sebagai tempat bermusyawarah bagi para pemuda serta menjadi
tempat peristrahatan para musafir. Sistem pendidikan di Surau memiliki banyak
kemiripan dengan system pendidikan di peasantren. Murid tidak terikat dengan
system administrasi, sehingga syekh atau guru beserta muridnya dapat berpindah-
pindah dari satu surau ke surau lain. Selain fungsinya sebagai tempat
persinggahan dan tempat bermusyawarah, surau juga difungsikan sebagai tempat
belajar Al-Qur’an dan dasar-dasar agama.

Seiring dengan berkembangnya pendidikan Islam di Indonesia, banyak


bermunculan pemikiran-pemikiran pembaharuan Islam, hal ini diawali dari
pembaruan pemikiran di Mesir, Arab, Turki, dan India. Pembaruan pendidikan
Islam di Indonesia dilator belakangi oleh pengaruh dari tokoh-tokoh Islam yang
kembali ke tanah air setelah belajar di pusat pendidikan Islam di timur tengah.
Selain itu, juga dipengaruhi oleh adanya diskriminasi dari pemerintah Hindia
Belanda, yang membentuk strata social dalam dunia pendidikan di Indonesia. Hal
ini mendorong muculnya lembaga-lembaga pendidikan Islam seperti berikut.
14

1. Madrasah

Kemunculan madrasaha dilatarbelakangi karena adanya keinginan untuk


mengimbangkan antara ilmu agama dan ilmu pengetahuan umum, dikalangan
umat Islam. Kehadiran madrasah dapat menyempurnakan system pendidikan di
pesantren dan merupakan penghubung antara system pendidikan tradisional
dengan system pendidikan modern. Dengan demikian, system pendidikan yang
diterapkan di madrasah adalah system pendidikan yang memadukan antara
pengetahuan agama dan pengeahuan umum.

2. Perguruan Tinggi Islam.

Pada awal abad ke 20 M, banyak bermunculan kaum intelektual baru di


Indonesia yang telah menempuh pendidikan di barat, yang cenderung
memisahkan diri dari kaum intelektual lama (ulama). Hal ini membuat munculnya
gagasan dikalangan umat Islam untuk mendirikan lembaga tinggi pendidikan
Islam, yang nantinya akan melahirkan ulama intelektual. Diantara perguruan
tinggi yang dibentuk antara lain Perguruan tinggi agama Islam negri (PTAIN),
Sekolah tinggi agama Islam negri (STAIN), universitas Islam Negeri (UIN), dan
Perguruan tinggi Agama Islam swasta (PTAIS) (Iskandar, 2018).
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Lembaga pendidikan Islam merupakan tempat, wadah, atau bangunan
tertentu yang menjadi lokasi penyelenggaraan pendidikan Islam, yang memiliki
penanggung jawab, sarana dan prasarana, serta norma atau aturan yang berlaku di
dalamnya yang berdasarkan nilai-nilai keislaman. Perkembangan lembaga
pendidikan Islam sudah dimulai dari masa Islam klasik yaitu pada masa
Rasulullah SAW, hal ini ditandai dengan munculnya berbagai lembaga
pendidikan Islam antara lain Shuffah, Kuttab/Maktab, halaqah, majlis, masjid,
Khan, Ribath, rumah-rumah ulama, rumah sakit, took buku dan perpustakaan.

Seiring dengan meluasnya Islam, hingga masuknya Islam ke Indonesia,


sehingga memunculkan lembaga-lembaga pendidikan di Indonesia, yang juga
mengalami perkembangan yang signifikan. Adapaun lembaga-lembaga
pendidikan Islam di Indonesia antara lain masjid dan langgar, pesantren, Surau,
meunasah, rangkang, dan dayah. Setelah terjadi gerakan pembaharuan Islam di
Mesir, terjadi perkembangan dunia pendidikan hal ini juga berdampak pada
pendidikan Islam di Indonesia, hal ini memunculkan lembaga-lembaga
pendidikan seperti madrasah dan perguruan tinggi agama Islam.

15
DAFTAR PUSTAKA
Andriani, A. (2005). Sejarah Pendidikan Islam. Munculnya Lembaga Pendidikan Islam,
15-16.

Iskandar. (2018). Kajian Islam. Sejarah Lembaga Pendidikan Islam Di Indonesia Sebelum
Kemerdekaan (Abad 7 Dan 8 M), 4-5.

Nata, A. (2004). Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Syamal, D. (2017). Pendidikan Islam. Pendidikan Islam Pada Masa Nuruddin Zanki, 51-
71.

Zaman, M. K. (2015, September 11). PENGETAHUAN. Lembaga Pendidikan Islam, pp. 1-


2.http://kamiluszaman.blogspot.com/2015/09/lembaga-pendidikan-islam.html

16

Anda mungkin juga menyukai