DISUSUN OLEH:
NAMA : AGUS MUNANDAR
NIM : 10120200008
KELAS : A1 Pendidikan Agama Islam
DAFTAR ISI.............................................................................................................i
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................1
C. Tujuan Penulisan...........................................................................................2
BAB II......................................................................................................................3
PEMBAHASAN......................................................................................................3
A. Pengertian sanad dan matan hadis................................................................3
B. Faktor-faktor yang mendorong ulama mengadakan penelitian sanad dan
matan hadis..........................................................................................................3
C. Bagian-bagian yang harus diteliti.................................................................4
D. Syarat seseorang bisa meneliti hadis.............................................................8
BAB III..................................................................................................................10
PENUTUP..............................................................................................................10
A. Kesimpulan.................................................................................................10
B. Saran............................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................11
i
KATA PENGANTAR
sehingga saya dapat menyusun makalah ini tepat pada waktunya. Tidak
lupa kita juga mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari seluruh
maupun menambah isi makalah ini agar menjadi lebih baik lagi.
oleh karena itu saya sangat mengharapkan saran dan kritik yang
Penulis
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud sanad dan matan hadis ?
2. Apa faktor yang mendorong ulama melakukan penelitian sanad dan matan
hadis ?
3. Apa saja bagian yang harus diteliti dari sanad dan matan hadis ?
1
2
C. Tujuan Penulisan
1. Memenuhi tugas yang diembangkan pada mata kuliah ulumul hadis
2. Mengetahui pengertian sanad dan matan hadis
3. Mengetahui faktor yang mendorong ulama melakukan penelitian sanad
dan matan hadis
4. Mengetahui bagian yang harus diteliti dari sanad dan matan hadis
5. Mengetahui syarat seseorang bisa meneliti hadis
BAB II
PEMBAHASAN
1
Dr. H. Said Agil Husain al-Munawar, M.A., Ilmu Hadis, Jakarta, Gaya Media Pertama, 1996,
hlm., 94
2
Prof. Dr. H. M. Syuhudi Ismail, Kaedah Kesahihan Sanad Hadis, Jakarta, Bulan Bintang, 1995,
hlm., 85
4
Barangsiapa yang mentaati Rasul itu, sesungguhnya ia telah mentaati Allah. Dan
barangsiapa yang berpaling (dari ketaatan itu), maka Kami tidak mengutusmu
untuk menjadi pemelihara bagi mereka.(QS.An- Nisa :80)
3
pada zaman al-Syafi’iy (wafat 204 H = 820 M), golongan inkar as-sunnah telah timbul, makanya
al-syafi’iy menulis bantahan terhadap argumen-argumen mereka dan membuktikan keabsahan
hadist sebagai salah satu sumber ajaran islam. Ulama pada masa berikutnya menggelari al-syafi’iy
dengan “pembela Hadist” (Nashir al-Hadist) ibid., hlm., 87
4
Bustamin, M. Isa H. A. Salam, Metodologi Kritik Hadist, Jakarta, PT. Raja Grafindo Persaada,
2004, hlm., 11
5
Dari pengertian hadist shahih diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa unsur
– unsur hadist shahih menjadi :
1) Sanad bersambung
2) Periwayat bersifat adil
3) Periwayat bersifat Dzabit
4) Dalam hadist tidak terdapat kejanggalan (syuzuz)
5) Dalam hadist tidak terdapat cacat (illat)
Ketiga unsur yang disebutkan pertama kali adalah berkenaan dengan
sanad sedangkan dua unsur berikutnya berkenaan dengan sanad dan matan
hadist.
Dilihat dari syarat – syarat seorang periwayat ada dua macam yaitu
pertama adil adalah (1) beragama Islam. Periwayat hadist ketika mengajarkan
hadist harus telah beragama Islam, karena kedudukan periwayat hadist dalam
Islam sangatlah mulia. (2) berstatus mukallaf. Syarat ini didasarkan pada dalil
naqli yang bersifat umum. Dalam hadist Nabi Muhammad Saw. Bahwa orang
gila, orang lupa, dan anak – anak terlepas dari tanggung jawab. (3) Melaksanakan
ketentuan agama, yakni teguh melaksanakan adab – adab syara’ dan (4)
memelihara muru’ah. Muru’ah merupakan salah satu tata nilai yang berlaku
dalam masyarakat6.
Sementara itu syarat – syarat periwayat yang kedua dhabit adalah (1) kuat
ingatan dan kuat pula hafalannya, tidak pelupa, (2) memelihara hadist, baik yang
tertulis maupun yang tidak tertulis, ketika ia meriwayatkan hadist berdasarkan
buku catatannya atau sama dengan catatan ulama yang lain (dhabit al-kitab)
5
Drs. H. Muhammad Ahmad, Drs. M. Mudzakir, Ulumul Hadis, Bandung, Pustaka Setia, 2004,
hlm., 126
6
Bustamin, M. Isa H. A. Salam, Metodologi Kritik Hadist, Jakarta, PT. Raja Grafindo Persaada,
2004, hlm., 43
6
7
Asy-Syafi’i belum merumuskan penelitian hadist secara terperinci, namun dia sudah mengajukan
pedoman dalam melakukan penelitian hadis yang mencangkup sanad dan matan. Lihat; Dr. H.
Said Agil Husain al-Munawar, M.A., Ilmu Hadis, Jakarta, Gaya Media Pertama, 1996, hlm., 103
8
Prof. Dr. H. M. Syuhudi Ismail, Kaedah Kesahihan Sanad Hadis, Jakarta, Bulan Bintang, 1995,
hlm., 123
7
9
Bustamin, M. Isa H. A. Salam, Metodologi Kritik Hadist, Jakarta, PT. Raja Grafindo Persaada,
2004, hlm., 63
10
ibid., hlm., 64
8
12
Bustamin, M. Isa H. A. Salam, Metodologi Kritik Hadist, Jakarta, PT. Raja Grafindo Persaada,
2004, hlm., 104
9
muslim harus bertolak dari petunjuk Al-Qur’an. Selain itu, hadist juga
merupakan penjabaran (keterangan) dari Al-Qur’an yang lebih bersifat umum.
Kedua, Ia harus memiliki pemahaman yang mendalam tentang riwayat –
riwayat dan matan hadist. Keahlian tersebut penting bukan hanya untuk
mengetahui ketersambungan sanadnya, tetapi juga untuk mengetahui kualitas
individu – individu yang ikut serta dalam periwayatan hadist tersebut. Selai itu
juga untuk mengetahui kualitas matan sebuah hadist.
Ketiga, Ia harus memiliki pemahaman yang mendalam tentang hal dan
peristiwa yang melingkupi kemunculan suatu hadist, sehingga ia dapat
memposisikan hadist dihadapan Al-Qur’an secara proposional13.
Setelah itu menurut penulis dalam hubungannya dengan pelaksanaan
kegiatan kritik sanad dan kritik matan hadist, maka kritik sanad dilakukan
terlebih dahulu sebelum kegiatan kritik matan. Langkah itu dapat dipahami agar
tidak melihat latar belakang sejarah periwayatan dan penghimpunan hadist serta
untuk memudahkan bagi peneliti hadist. Sebab apabila sanadnya tidak dapat
diterima, maka sudah dapat dipastikan bahwa hadistnya mawdhu’ meskipun
matannya dapat diterima.
Oleh karena itu dapat dipahami mengapa Imam Al-Nawawi (wafat 676 H
= 1277 M) yang dikutip oleh Muhammad Ahmad mengatakan bahwa hubungan
hadist dengan sanadnya bagai hubungan hewan dengan kakinya14.
13
ibid., hlm., 105
14
Drs. H. Muhammad Ahmad, Drs. M. Mudzakir, Ulumul Hadis, Bandung, Pustaka Setia, 2004,
hlm., 130
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari makalah yang telah kami uraikan diatas dapat diambil kesimpulan
bahwa penelitian sanad dan matan hadist sangatlah perlu dilakukan karena
menurut sejarah hadist pada zaman Nabi Muhammad Saw. Hadist belum ditulis
dan dibukukan, setelah zaman Nabi Muhammad Saw. terjadi banyak pemalsuan
hadist, serta pengumpulan hadist secara massal dilakukan setelah banyaknya
pemalsuan hadist tersebut. Dengan kata lain, sangatlah mungkin hadist – hadist
palsu itu masih ada sampai sekarang ini, makanya sangatlah penting penelitian ini.
Bagian – bagian yang harus diteliti adalah sanad (terlebih dahulu) yang
mempunyai syarat – syarat tertentu yang telah dikutip diatas sebagai syarat hadist
shahih. Setelah itu matan hadist juga perlu diteliti, sebab matan (isi) hadist tidak
mungkin berlawanan dengan Al-Qur’an dan bertentangan dengan akal. Sebab
mustahil bagi Rasul mengungkapkan sesuatu diluar nalar manusia.
Sedangkan mengenai seorang yang akan meneliti sebuah hadist juga perlu
diadakan syarat – syarat tertentu demi meminimalisir terjadinya penelitian yang
asal – asalan. Diantaranya sang peneliti haruslah paham dan ‘alim terhadap Al-
Qur’an dan Al-Hadist serta Ilmu-Ilmu yang berkaitan dengan itu.
B. Saran
Sebuah peribahasa mengatakan bahwa tiada gading yang tak retak dan
tiada sungai yang tak bermuara, tidak ada yang sempurna di dunia ini kecuali
Allah SWT.Sebab itu, apabila ada kesalahan dan kekurangan yang penyusun
lakukan, kiranya dengan segala kekurangan dan kerendahan hati, penyusun
memohon maaf, kritik dan saran di harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
11