Disusun oleh :
1. Sulhiani Aulia
(20200119017)
2. Khiyarah Nuril Akhyar
(20200119017)
3. Ma’ana D Abdul Karim
(20200119032)
Puji syukur Alhamdulillah kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas kelimpahan rahmat
dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini untuk memenuhi
salah satu mata kuliah yaitu Ilmu Hadist.
Shalawat serta salam semoga tercurahkan kepada junjungan Nabi akhir zaman, manusia
terbaik yang diturunkan Allah SWT di muka bumi ini, satu-satunya nabi dan rasul yang
berhak memberi syafa’at, sang permata di batu karang, yakni baginda nabi Muhammad SAW
beserta keluarga dan sahabat-sahabatnya. Semoga kita termasuk umat beliau dan berhak
memperoleh syafa’atnya nanti di akhir zaman, amin.
Terimah kasih atas pihak-pihak yang telah membantu kami dalam menyelesaikan makalah
kami. Terimah kasih juga kepada dosen yang bersangkutan atas tugas yang telah
diamanahkan kepada kami ini, karena dengan tugas ini kami bisa menambah wawasan kami
seputar Ilmu Hadist.
Kami sangat berharap dengan adanya makalah ini bisa memberikan manfaat kepada semua
yang membacanya. Namun, kami sebagai penulis menyadari dengan sepenuh hati bahwa
dalam pembuatan makalah ini masih terdapat banyak kesalahan dan kekurangan. Oleh kaena
itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca agar makalah kami ini
dapat diperbaiki dan menjadi lebih baik lagi.
Kelompok VI
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................................2
DAFTAR ISI....................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN
.....................................................................................................................................4
.....................................................................................................................................4
1.3....................................................................................................................... TUJUAN
.....................................................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN
3.2. SARAN.....................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................15
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
1.3. Tujuan
1. Mengetahui pengertian Ulumul Hadist dan Cabang-cabang dari Ulumul Hadist.
2. Mengetahui Sejarah perkembangan Ulumul Hadist.
3. Mengetahui tokoh-tokoh pengembang Ulumul Hadist.
4. Mengetahui peranan Ulumul Hadist terhadap perkembangan Hadist.
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
Dari ilmu dirayahtul hadits dan ilmu riwayatul hadits di atas kemudian berkembang
pada beberapa cabang ilmu :
a. Ilmu Rijalil Hadist
َّ ِعمْل ٌ يُ ْي َح ُث ِف ْي ِه َع ْن ُر َو ِات الْ َح ِديْ ِث ِم َن
ْ الص َحاب َ ِة َو التَّا ِب ِعنْي َ َو َم ْن ب َ ْعدَ مُه
“ilmu yang membahaskan para perawi hadist, baik dari sahabat, dari tabi’in,
maupun dari perangkatan-perangkatan sesudahnya.”
Dengan ilmu ini dapatlah kita mengetahui keadaan para perawi yang menerima
hadist dari Rasulullah SAW., dan keadaan para perawi yang menerima hadist dari
sahabat dan seterusnya. Didalam ilmu ini diterangkan “Tarikh ringkas” dari riwayat
hidup para perawi, madzhab yang dipegangi oleh para perawi dan keadaan-keadaan
para perawi itu menerima hadist.
7
e. Ilmu Gharibiel Hadist
ِعمْل ٌ يُ ْع َر ُف ِب ِه َم ْعىَن َما َوقَ َح ىِف ُم ُت ْو ِن ااْل َ َح ِديْ ِث ِم َن ااْل َلْ َف ِاظ الْ َغ ِريْ َب ِة َع ْن َا ْذه َِان اذَّل ِ ْي َن ب َ ْعدَ َع ْندُ مُه ْ اِب لْ َع َر ِبيَّ ِة
الْ َحا ِل َص ِة
“ilmu yang menerangkan makna kalimat yang terdapat dalam matan Hadits yang
sukar diketahui maknanya dan kurang dipakai oleh umum.”
Sesudah berlalu masa sahabat, yakni abad pertama dan para tabi’in pada tahun
150 H, mulailah Bahasa Arab yang tinggi, tidak diketahui lagi oleh umum. Satu-satu
orang saja yang mengetahuinya. Oleh karena itu, berusahalah para ahli
mengumpulkan kata-kata yang dipandang tak dapat dipahamkan oleh umum dan
kata-kata yang kurang terpakai dalam pergaulan sehari-hari dalam suatu kitab dan
mensyarahkannya.
8
Apabila didapati sesuatu hadits yang maqbul, sejahtera dari perlawanan,
dinamailah hadits tersebut Muhkam, dan jika dilawaninya oleh hadits yang
sederajatnya, tapi mungkin dikumpulkan dengan tidak sukar, maka hadits itu
dinamai Mukhtaliful Hadits. Jika tak mungkin dikumpul dan diketahui nama
yang terkemudian, maka yang terkemudian itu dinamai Nasikh dan yang
terdahulu dinamai Mansukh.
Para sahabat dalam menerima hadits dari Rasulullah SAW., berpegang kepada
kekuatan hafalannya, yakni menerimanya dengan jalan hafalan bukan dengan jalan
menulis. Mereka mendengar dengan hati-hati apa yang disabdakan Rasulullah SAW.,
lalu tergambarlah lafal atau makna dalam dzihin mereka. Mereka melihat apa yang
Rasulullah kerjakan dan mereka mendengar pula dari orang yang mendengarnya sendiri
dari Rasulullah. Karena tidaklah semua mereka pada setiap waktu dapat menghadiri
9
majelis Rasulullah. Para sahabat menghafal hadits dan menyampaikannya kepada orang
lain secara hafalan pula. Hanya beberapa sahabat saja yang mencatat hadits yang
didengarnya dari Rasulullah.
Sebagian sahabat tersebar keluar jazirah Arab karena ikut serta dalam berjihad
penaklukkan ke daerah Syam, Iraq, Mesir, Persia. Pada daerah taklukka yang baru masuk
Islam, khalifah Umar menekankan agar mengajarkan Al-Qur’an terlebih dahulu kepada
mereka. Khalifah Abu Bakar meminta kesaksian minimal satu orang bilah ada yang
meriwayatkan hadits kepadanya. Khalifah Ali meminta bersumpah orang yang
meriwayatkan hadits. Khalifah Umar melarang sahabat besar keluar dari Madinah dan
melarang memperbanyak meriwayatkan hadits. Setelah khalifah Umar wafat para
sahabat besar keluar kota Madinah dan menyebar ke daerah taklukkan untuk
mengajarkan ajaran Islam.
Para sahabat besar berpencar keluar dari Madinah. Jabir pergi ke Syam untuk
menanyakan hadits kepada Abdullah ibn Unais Al Anshary. Abu Ayyub Al Anshary
pergi ke Mesir menemui sahabat Utbah ibn Amir untuk menanyakan hadits. Pada masa
ini para sahabat besar tidak lagi membatasi diri dalam periwayatan hadits.
Setelah khalifah Ali mati terbunuh, muncullah sekte Syi’ah yang mendukung
khalifah Ali dan keturunannya sementara kelompok jumhur (mayoritas) tetap mengakui
pemerintahan Bani Umayyah. Sejak saat itu mulai bermunculan hadits palsu yang
bertujuan mendukung masing-masing kelompoknya. Kelompok yang paling banyak
membuat hadits palsu adalah Syi’ah Rafidah
Pada waktu Umar bin Abdul Aziz (Khalifah ke-8 Bani Umayyah) yang naik tahta
pada tahun 99 H brkuasa, beliau dikenal sebagai orang yang adil dan wara’, tergeraklah
hatinya utuk membukukan hadits dengan motif ;
a. Beliau khawatir Ilmu Hadits akan hilang karena belum dibukukan dengan baik.
b. Kemauan beliau untuk menyaring hadits palsu yang sudah mulai bertebaran
c. Al-qur’an sudah dibukukan dalam mushaf sehingga tidak ada kekhawatiran lagi
akan tercampur sengan hadits.
d. Peperangan dalam penaklukkan negeri-negeri yang belum Islam dan peperangan
antar sesame kaum Muslimin banyak terjadi, dikhawatirkan ulama hadits
berkurang karena wafat dalam peperangan-peperangan tersebut.
10
1. Al-Muwathta’, karya Imam Malik bin Anas (95-179 H)
2. Al-Masghazy wal Siyar, hadits Sirah Nabawiyah karya Muhammad ibn Ishaq (150H)
3. Al-Mushannaf, karya Sufyan ibn Uyainah (198 H)
4. Al-Musnad, karya Imam Abu Hanifah (150 H)
5. Al-Musnad, karya Imam Syafi’I (204 H)
Pada periode kelima atau masa kosifikasi hadits dari fatwa para sahabat (abad 3 H)
b. Abdullah ibn Umar (Abu Abdur Rahman Abdullah ibn Umar ibn al Khaththab al
Quraisy al Adawy)
11
Beliau lahir di Mekkah tahu 10 M (618 M) beliau hijrah ke Madinah beserta ayahnya
dalam usia 10 tahun, beliau meriwayatkan 2630 hadits.
c. Anas bin Malik (Abu Tsumamah Anas ibn Malik ibn Nadler ibn Dlamdlam al
Najjary al Anshary)
Seorang sahabat yang tetap selalu meladeni Rasulullah SAW., selama 10 tahun.
Anas dilahirkan di Madinah pada tahun 10 H (612 M) setelah Rasulullah SAW., tiba
di Madinah ibunda Anas menyerahkan Anas kepada Rasulullah untuk menjadi
khadam Rasulullah. Anas menerima hadits dari Rasulullah sendiri dan dari para
sahabat, beliau meriwayatkan hadits sebanyak 2276 hadits.
f. Jabir ibn Abdillah (Abu Abdillah Jabir ibn Abdullah ibn Amr al Anshary al Khazraji)
Beliau adalah sahabat Rasulullah SAW., yang menjadi mufti di Madinah, beliau ikut
sera dalam 21 peperangan dan meriwayatkan sejumlah 1540 hadits.
g. Abu Sa’id al Khudry (Abu Sa’id Sa’ad ibn Malik ibn Sinan al Khudry al Khazraji al
Anshary).Beliau meriwayatkan sejumlah 1170 hadits.
h. Abdullah ibn Mas’ud (Abdullah ibn Mas;ud ibn Ghafil ibn Habib al Hudzaly)
Seorang sahabat yang pernah bersumpah dengan Bani Zuhrah. Beliau memeluk islam
di awal-awal dan berhijrah dua kali dan turut dalam serta dalam perang Badar dan
peperangan-peperangan selanjutnya dan beliau selalu menyertai Nabi dan menjadi
penjaga sepatu Nabi. Beliau meriwayatkan 848 hadits.
i. Abu Thufail (Amr ibn Wailah ibn Abdullah ibn Amr Jahasy al Kinany al Laitsy)
Beliau menerima sendiri hadits dari Rasul, beliau bersahabat dengan rasul 8 tahun-
tahun hayar Rasul yang terakhir. Beliau merupakan salah seorang ahli syai’ir dari
golongan sahabat.
12
Hadits adalah salah satu sumber tasyri‟ dalam Islam. Urgensinya semakin nyata
melalui fungsi-fungsi yang dijalankannya sebagai penjelas dan penfasir Al-Qur‟an,
bahkan sebagai penetap hukum yang independen sebagaimana al- Qur‟an sendiri. Itulah
sebabnya, di kalangan Ahl al-Sunnah, menjadi sangat penting untuk menjaga dan
“mengawal” pewarisan al-Sunnah ini dari generasi ke generasi. Mereka –misalnya-
menetapkan berbagai persyaratan yang ketat agar sebuah hadits dapat diterima (dengan
derajat shahih ataupun hasan). Setelah meneliti dan membuktikan keabsahan sebuah
hadits secara sanad, mereka tidak cukup berhenti hingga di situ. Mereka pun merasa
perlu untuk mengkaji matannya; hingga mereka dapat menyimpulkan dan mendapatkan
hadits sebagai hujjah. Di samping Ahl al-Sunnah –sebagai salah satu kelompok Islam
terbesar-, ternyata Syiah –sebagai salah satu kelompok Syiah terbesar- juga memiliki
perhatian khusus terhadap al-Sunnah. Namun mereka memiliki jalur sanad dan sumber
khusus dalam menerima al-Sunnah yang berbeda dengan sanad dan sumber Ahl al-
Sunnah. Oleh karena itu, menjadi menarik untuk mengetahui lebih jauh tentang
perbandingan hadits, ilmu hadits dan metodologi antara Ahl Sunnah dan Syiah dalam
melakukan kritik hadits. Dan secara singkat akan dibahas dalam tulisan ini.
13
BAB III
PENUTUP
1.1. Kesimpulan
Ilmu hadits adalah ilmu yang mempelajari seputar hadits mulai dari perawi, sanad,
matan, dhaif atau maudhu. Terbentuknya buku-buku hadits yang dapat dinikmati sekrang ini
tidak terlepas dari perjuangan para sahabat-sahabat dan tabi’in dalam mengumpulkan dan
menyaring hadits-hadits yang asli dan palsu.
1.2. Saran
Pembuatan makalah ini masih bersifat sangat sederhana dan simple. Serta dalam
penyusunan makalah ini masih memerlukan kritikan dan saran bagi pembahasan materi
tersebut.
14
DAFTAR PUSTAKA
Ash Shiddieqy, T.M. Hasbi,, 1988, Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadits,
Jakarta : Bulan Bintang.
Mudasir, tt., Ilmu Hadits, Jakarta : Pustaka Setia. Rohman, Fatchur, 1981, Ikhtisar
Musthalahul Hadits, Bandung : Al-MA arif.
Soetari, Endang, 2000, Ilmu Hadits, Kajian Riwayah & Dirayah, Bandung :
Amal Bakti Press.
15