Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH ULUMUL HADITS

“TERMINOLOGI”
Makalah Ini Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ulumul Hadits
Doesen Pengampu: Hasbullah Ja’far, DRS. M.AG

Disusun Oleh Kelompok: 1


Irfan Nuryahya: (0204232088)
Abzy Khaulany: (0204232154)
Yunnisa Aulia Daulay: (0204232120)

PRODI HUKUM EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SUMATERA UTARA
2023/2024
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh


Segala puji bagi Allah SWT karena berkat rahmat dan karunianya yang tak terhitung.
Kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan harapan dapat bermanfaat untuk menambah
ilmu dan wawasan terhadap ilmu pengetahuan. Shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan
pada nabi Muhammad SAW, keluarga dan para sahabatnya, serta orang orang mukmin yang
senantiasa mengikutinya dengan baik.

Makalah ini dibuat dalam rangka memenuhi mata kuliah Ulumul Hadits jadi makalah
ini telah kami susun dengan maksimal sesuai referensi yang kami dapatkan sehingga dapat
membantu kita untuk memahami isi dari makalah ini dengan sebaik-baiknya. Kami juga
ucapkan terimakasih kepada dosen pengampu yang telah memberikan tugas ini sehingga kami
lebih banyak belajar. Oleh karena itu, kami berharap akan adanya masukan yang membangun
sehingga makalah ini dapat bermanfaat baik bagi diri sendiri maupun orang lain. Semoga
dengan makalah ini kami semua dapat meningkatkan lagi semangat belajar kita, dan menambah
ilmu pengetahuan kita semuanya, Amin.

Akhir kata kami mengucapkan semoga Allah SWT membimbing kita semua dalam
Hidayah-Nya

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Medan, 01 Maret 2024

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANGTAR.................................................................................................... i
DAFTAR ISI...................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
A. Latar Belakang ...................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................ 1
C. Tujuan Penelitian .................................................................................................. 1
BAB II PEMABAHASAN ................................................................................................ 2
A. Pengertain Hadist, Sunnah, Khabar Dan, Atsar ............................................... 2
1. Pengertian Hadits............................................................................................ 2
2. Pengertian Sunnah .......................................................................................... 3
3. Pengertian Khabar.......................................................................................... 3
4. Pengertian Atsar ............................................................................................. 4
B. Sunnah Dalam Pandangan Ulama Klasik .......................................................... 4
C. Struktur Struktur Hadits ..................................................................................... 5
1. Sanad ................................................................................................................ 5
2. Matan ............................................................................................................... 6
3. Rawi.................................................................................................................. 6
D. Hadist Menurut Istilah ......................................................................................... 7
E. Sunnah Menurut Istilah ....................................................................................... 8
F. Khabar Dan Atsar Menurut Istilah .................................................................... 8
BAB III PENUTUP ........................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 11

ii
BAB I
PEMBAHASAN

A. Latar Belakang

Hadis secara etimologi merupakan kata benda dari kata al-Tahdis yang berarti
pembicaraan. Sedangkan hadis menurut istilah ulama muhadditsin adalah segala yang
dinukilkan dari Nabi SAW baik berupa perkataan, perbuatan taqrir maupun hal ihwal Nabi.
Hadis Nabi memiliki kedudukan sebagai sumber otoritatif ajaran Islam yang kedua, dan telah
diterima oleh hampir seluruh ulama dan umat Islam. Hadis Nabi memiliki hubungan erat
dengan Al-Qur‟an, hubungan dan kaitan hadis dengan Al-Qur‟an ini biasa disebut dengan
fungsi hadis terhadap Al-Qur‟an. Hadis berfungsi untuk menjelaskan dan menerangkan makna
Al-Qur‟an yang tersembunyi.
Al-Qur‟an dan hadis tidak terlepas dari perkembangan budaya dari waktu ke waktu,
terutama hadis yang merupakan sumber hukum yang berasal dari Nabi atas kejadian atau
peristiwa tertentu pada saat itu yang erat kaitannya dengan ruang dan waktu. Oleh karena itu,
diperlukan kreatifitas untuk lebih sering menggunakan hadis pada saat ini. Kehadiran Islam
dengan adanya ketetapan yang terdapat dalam sumber hukum yaitu Al-Qur‟an dan hadis
merupakan berkah bagi umat manusia termasuk perempuan. Dulu perempuan berada dikelas
kedua dibawah laki-laki sehingga banyak perlakuan yang tidak menyenangkan dirasakan oleh
perempuan.4 Ketika Islam datang, posisi perempuan diangkat setinggi-tingginya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertain Hadist, Sunnah, Khabar Dan, Atsar?
2. Bagaimana Sunnah Dalam Pandangan Ulama Klasik?
3. Apa Saja Struktur Struktur Hadits?
4. Apa Itu Hadist Menurut Istilah?
5. Apa Itu Sunnah Menurut Istilah?
6. Apa Itu Khabar Dan Atsar Menurut Istilah?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk Mengetahui Pengertain Hadist, Sunnah, Khabar Dan, Atsar
2. Mengetahui Sunnah Dalam Pandangan Ulama Klasik
3. Mengetahui Struktur Struktur Hadits
4. Mengetahui Hadist,Sunnah,Khabar,Atsar Menurut Istilah

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertain Hadist, Sunnah, Khabar Dan, Atsar


1. Pengertian Hadits
Kata "Hadits" atau al-hadits menurut bahasa berarti al-jadid (sesuatu yang baru), lawan
kata dari al-qadim (sesuatu yang lama). Kata hadits juga berarti alkhabar (berita), yaitu
sesuatu yang dipercakapkan dan dipindahkan dari seseorang kepada orang lain. Kata
jamaknya, ialah al-ahadis. Secara terminologi, ahli hadits dan ahli ushul berbeda pendapat
dalam memberikan pengertian hadits. Di kalangan ulama hadits sendiri ada juga beberapa
definisi yang antara satu sama lain agak berbeda. Ada yang mendefinisikan hadits, adalah

"Segala perkataan Nabi SAW, perbuatan, dan hal ihwalnya". Ulama hadits menerangkan
bahwa yang termasuk "hal ihwal", ialah segala pemberitaan tentang Nabi SAW, seperti
yang berkaitan dengan himmah, karakteristik, sejarah kelahiran, dan kebiasaan-
kebiasaanya. Ulama ahli hadits yang lain merumuskan pengertian hadits dengan :

"Segala sesuatu yang bersumber dari Nabi, baik berupa perkataan, perbuatan, taqrir,
maupun sifatnya". Ulama hadits yang lain juga mendefiniskan hadits sebagai berikut :

"Sesuatu yang didasarkan kepada Nabi SAW. baik berupa perkataan, perbuatan, taqrir,
maupun sifatnya".
Dari ketiga pengertian tersebut, ada kesamaan dan perbedaan para ahli hadits dalam
mendefinisikan hadits. Kesamaan dalam mendefinisikan hadits ialah hadits dengan segala
sesuatu yang disandarkan kepada Nabi SAW, baik perkataan maupun perbuatan.
Sedangkan perbedaan mereka terletak pada penyebutan terakhir dari perumusan definisi
hadits. Ada ahli hadits yang menyebut hal ihwal atau sifat Nabi sebagai komponen hadits,
ada yang tidak menyebut. Kemudian ada ahli hadits yang menyebut taqrir Nabi secara
eksplisit sebagai komponen dari bentuk-bentuk hadits, tetapi ada juga yang
memasukkannya secara implisit ke dalam aqwal atau afal-nya. Sedangkan ulama Ushul,
mendefinisikan hadits sebagai berikut :
"Segala perkataan Nabi SAW. yang dapat dijadikan dalil untuk penetapan hukum syara'".

2
Berdasarkan rumusan definisi hadits baik dari ahli hadits maupun ahli ushul, terdapat
persamaan yaitu ; "memberikan definisi yang terbatas pada sesuatu yang disandarkan
kepada Rasul SAW, tanpa menyinggung-nyinggung prilaku dan ucapan shabat atau tabi'in.
Perbedaan mereka terletak pada cakupan definisinya. Definisi dari ahli hadits mencakup
segala sesuatu yang disandarkan atau bersumber dari Nabi SAW, baik berupa perkataan,
perbuatan, dan taqrir. Sedangkan cakupan definisi hadits ahli ushul hanya menyangkut
aspek perkataan Nabi saja yang bisa dijadikan dalil untuk menetapkan hukum syara'.
2. Pengertian Sunnah
Secara bahasa sunnah berarti tata cara. Menurut Syammar, sunnah pada awalnya berarti
cara atau jalan, yaitu jalan yang dilalui orang-orang dahulu kemudian diikuti oleh generasi
berikutnya. Sunnah juga berarti tata cara dan tingkah laku atau perilaku hidup, baik yang
terpuji maupun yang tercela. Al-Tahanuwi berpendapat bahwa sunnah memiliki makna tata
cara, yang baik maupun yang buruk. Dalam syair-syair Arab, sebagaimana yang dikutip
oleh Azami, sunnah memiliki makna aturan atau tata cara yang dianut, baik itu tata cara
yang terpuji maupun yang tercela. Pengertian ini diambil setelah membaca dan memahami
syair-syair yang berasal dari Khalid, Labid, Hassan bin Tsabit, dan al-Farazdaq.
Adapun pengertian sunnah yang terdapat dalam Al-Quran antara lain bisa ditemukan
pada surah an-Nisa ayat 26 dimana Imam Qurtubi menerangkan bahwa sunnah adalah tata
cara orang-orang saleh sebelum Muhammad. Sedangkan Ibnu Katsir memaknai sunnah
sebagai tata cara yang terpuji dari orang-orang dahulu dan mengikuti syariat Allah yang
disukai dan diridhai. Dalam surah al-Anfal ayat 38, Ibnu Katsir menerangkan bahwa
sunnah bermakna ketetapan atau aturan Allah yang sudah diberlakukan terhadap umat
terdahulu. Ketika menafsirkan surah al-Fath ayat 23, Ibnu Katsir memaknai sunnah sebagai
tata cara dan kebiasaan Allah yang diterapkan kepada makhluknya. Sedangkan pengertian
sunnah dalam beberapa hadis Nabi yang diungkapkan oleh Azami, sunnah dimaknai
dengan tata cara atau tingkah laku hidup yang menjadi panutan. Dari beberapa pengertian
di atas, dapat diketahui bahwa makna dasar sunnah adalah tata cara. Sedangkan makna
relasionalnya antara lain ketetapan, kebiasaan, maupun tingkah laku yang diikuti oleh
orang-orang setelahnya dalam hal kebaikan maupun hal yang tidak baik.
3. Pengertian Khabar
Khabar menurut bahasa adalah warta berita yang disampaikan dari seseorang,
jamaknya: “Akhbar”. Secara istilah menurut ulama hadits merupakan sinonim dari hadits
yakni. segala yang datang dari Nabi, sahabat dan tabi’in. Keduanya mencakup yang marfu’,
mauquf, dan maqtu’. Sebagaian ulama mengatakan hadits adalah apa yang datang dari Nabi

3
SAW. Sedang khabar adalah apa yang datang dari selain Nabi SAW. Oleh karena itu orang
yang sibuk dengan sunnah disebut “Muhaddits”, sedang yang sibuk dengan sejarah dan
sejenisnya disebut “Akhbariy”. Dikatakan bahwa antara hadits dan khabar terdapat makna
umum dan khusus yang mutlak. Jadi setiap hadits adalah khabar tetapi tidak sebaliknya.
4. Pengertian Atsar
Atsar menurut bahasa adalah “bekas sesuatu atau sisa sesuatu” berarti nukilan.
Jamaknya atsar atau utsur. Sedang menurut istilah jumhur ulama artinya sama dengan
khabar dan hadits. Para fuqaha memakai perkataan atsar untuk perkataan ulama salaf,
sahabat, tabi’in dan lain-lain. Ada yang mengatakan atsar lebih umum daripada khabar.
Imam Nawawi menerangkan: bahwa fuqaha khurasan menamai perkataan sahabat
(mauquf) dengan atsar dan menamai hadist Nabi (marfu’) dengan kabar.
B. Sunnah Dalam Pandangan Ulama Klasik
Ulama klasik berbeda-beda dalam mendefinisikan sunnah, hal ini menurut Abbas
disebabkan oleh perbedaan obyek ketika mendefinisikan kata tersebut. Walaupunterdapat
perbedaan dalam merincikan makna sunnah, tetapi semua ulama klasik sepakat bahwa sunnah
disandarkan pada Nabi saw. Menurut ulama hadis, sunnah adalah segala sesuatu yang
dinukilkan dari Nabi saw, baik berupa ucapan, perbuatan, taqrir, sifat, akhlak dan perjalanan
Rasulullah saw sesudah ataupun sebelum diutus. Abbas menambahkan bahwa sunnah adalah
segala sesuatu yang diterima dari Nabi saw, baik perkataan, perbuatan, pengakuan, watak,
keadaan, sifat-sifat fisik dan kejiwaannya, atau segala sesuatu yang dihubungkan kepada
Muhammad baik sebelum menjadi Rasul ataupun sesudahnya, yang ditetapkan sebagai hukum
syara ataupun tidak. Penyebab ulama hadis membuat definisi demikian karena obyek ilmu
mereka adalah menerima dan membenarkan segala sesuatu yang berhubungan dengan
Rasulullah saw.
Dari definisi ini, sunnah merupakan kata lain dari hadis. Menurut ahli ushul fiqh,
sunnah adalah sabda Nabi Muhammad saw yang bukan berasal dari Al-Quran, pekerjaan,
ataupun ketetapannya. Yang termasuk perkataan (sabda) menurut ulama adalah hadis atau
khabar.8 Sedangkan isyarat-isyarat Nabi yang dapat dimengerti dan keinginan (maksud) beliau
yang disertai dengan tanda-tanda yang memperjelasnya, termasuk dalam perbuatan Nabi saw.
Hal ini disebabkan oleh obyek ilmu ushul adalah dalil, yaitu landasan penentuan hukum.
Adapun menurut ulama fiqih, sunnah adalah hal-hal yang berasal dari Muhammad saw baik
ucapan maupun pekerjaan, akan tetapi hal tersebut tidak wajib dikerjakan. Abbas
menambahkan bahwa sunnah adalah sesuatu yang dikerjakan mendapatkan pahala dan apabila
ditinggalkan tidak berdosa.

4
Definisi ini merupakan lawan dari makruh dalam hukum Islam, dengan kata lain sunnah
termasuk dalam lima hukum dasar Islam yang ditetapkan oleh ulama fiqih karena obyek ilmu
mereka adalah hukum syara. Dari berbagai definisi yang ditetapkan oleh ulama klasik di atas,
sunnah tidak terlepas dari makna dasarnya yaitu tata cara atau perilaku Nabi saw. Ketetapan
ataupun
C. Struktur Struktur Hadits
unsur-unsur Hadis dapat dijelaskan sebagai berikut: Hadits Nabi yang lengkap dan jelas
terdiri dari sanad, matan, dan Mukharrij (perowi). Sehingga, ketiga struktur tersebut bisa
dikatakan sebagai tiga unsur (komponen) pokok yang terkandung didalamnya. Sanad menurut
bahasa berarti sandaran, yang kita bersandar padanya, dan berarti dapat diperpegangi,
dipercayai. Sedangkan menurut istilah, sanad berarti keseluruhan rawy dalam suatu hadits
dengan sifat dan bentuk yang ada.
1. Sanad
Sanad menurut lughah, ialah: “sesuatu yang kita bersandar kepadanya, baik tembok
atau selainnya”. Sedangkan menurut istilah, sanad adalah :
‫“ طريق منت احلديث‬
“Jalan yang menyampaikan kita kepada matan Hadis”.
Ringkasnya sanad Hadis ialah yang disebut sebelum matan Hadis Sedangkan isnad secara
lughah ialah menyandarkan sesuatu kepada yang lain. Sedangkan menurut istilah adalah:
‫ناقله او ايلقائله احلديث رفع‬
“Mengangkat Hadis kepada yang mengatakanya atau yang menukilkannya”.
Sedangkan pengertian sanad secara terminologis adalah :
‫للمنت املوصلة الرجال سلسلة‬
“Silsilah orang-orang yang menghubungkan Hadis”
Sisilah orang-orang maksudnya adalah susunan atau rangkaian orang-orang perawi Hadis yang
menyampaikan materi Hadis sejak mukharrij sampai kepada perawi terakhir yang bersambung
kepada Nabi saw. Sanad dari segi bahasa artinya (sandaran, tempat yang bersandar, yang
menjadi sandaran) Sedangkan menurut istilah ahli hadits, sanad yaitu Jalan yang
menyampaikan matan hadits yakni rangkaian para perowi yang memindahkan matan dari
premernya. Jalur ini adakalanya yang disebut dengan Sanad, adakalanya karena periwayat
bersandar kepadanya dalam menisbatkan matan kepada sumbernya, dan ada kalanya karena

5
hafidz bertumpu pada “yang menyebutkan sanad” dalam mengetahui shohih dan dhoif nya
suatu hadits. ( silsilah orangorang yang menghubungkan kepada matan hadits).
Silsilah orang yang dimaksud adalah susunan atau rangkaian orang orang yang
menyampaikan materi hadits tersebut, sejak yang disebut pertama sampai kepada Rosululloh
SAW. yang perkata’an dan perbuatan, dan lainya merupakan sanad atau matan hadits. Dengan
pengetian tersebut, sebutan sanad hanya berlaku pada rangkaian orang, bukan dilihat dari sudut
pribadi secara perseorangan.Dengan demikian, sanad adalah rantai penutur atau perowi
(periwayat) hadist.
2. Matan
Matan menurut lughat ialah jalan tengah, punggung bumi atau bumi yang keras dan
tinggi. Sedangkan menurut istilah, matan Hadis ialah pembicaraan (kalam) atau materi berita
yang diover oleh sanad yang terakhir. Baik pembicaraan itu sabda Rasulullah SAW, sahabat
ataupun Tabi’in. Baik pembicaraan itu tentang Nabi atau taqrir Nabi. Menurut Ath Thibi, matan
ialah:
‫“ نى بهاالمعا م تتقو التى يث الحد ظ الفا‬
Lafad-lafad hadits yang dengan lafad-lafad itulah terbentuk makna”.
Sedang menurut Ibnu Jama’ah matan ialah
‫“ السند اغية السند إيله ينتىه ما‬
Sesuatu yang kepadanya berakhir sanad (perkataan yang disebut sesuatu berakhir sanad).
Jadi pada dasarnya matan itu ialah berupa isi pokok dari sebuah hadis, baik itu berupa
perkataan Nabi atau perkataan seorang sahabat tentang Nabi. Posisi matan dalam sebuah hadis
amatlah penting karna dari matan hadis tersebutlah adanya berita dari Nabi atau berita dari
sahabat tentang Nabi baik itu tentang syariat atau pun yang lainnya
3. Rawi
Yang dimaksud dengan rawi adalah orang yang menyampaikan atau menuliskan dalam
suatu kitab apa-apa yang pernah didengar dan diterimanya dari seseorang (gurunya). Bentuk
jamaknya adalah ruwah dan perbuatannya menyampaikan Hadis disebut meriwayatkan Hadis.
Sebuah Hadis sampai kepada kita dalam bentuknya yang sudah terdewan dalam dewandewan
Hadis, melalui beberapa rawi dan sanad. Seorang pengarang bila hendak menguatkan suatu
Hadis yang ditakhrijkan dari suatu kitab Hadis pada umumnya membubuhkan nama rawi
terakhirnya pada akhir matan Hadis. Dalam contoh Hadis di depan, rawi terakhirnya adalah
Imam Bukhari. Sedangkan rawi pertamanya adalah Abdullah (sahabat nabi)

6
D. Hadist Menurut Istilah
a) Muhadditsin
Hadits adalah segala apa yang disandarkan kepada Nabi Muhammad SAW, baik
itu hadits marfu’(yang disandarkan kepada Nabi) ataupun hadits maqthu’ (yang
disandarkan kepada tabi’in)
b) Ushuliyyun
Hadits adalah segala sesuatu yangdisandarkan kepada Nabi Saw, selain al-
Qur’an al-karim, baik berupa perkataan, perbuatan, maupun taqrir Nabi yang
bersangkut-paut dengan hukum syara’
c) Fuqoha
hadits adalah segala sesuatu yangditetapkan Nabi Saw yang tidak bersangkut-paut
dengan masalah-masalah fardlu atau wajib
E. Sunnah Menurut Istilah
a) Muhadditsin
Sunnah menurut muhadditsin ialah
‫او خلقيه او خلقيه صفة أو تقرير أو فعل أو قول من وسلم عليه الله صلى النبى أثرعن ما‬
‫“ بعدها ام البعثه قبل أكان سواء سيرة‬
Sunnah adalah apa yang datang dari Nabi Muhammad SAW baik berupa
ucapan, perbuatan, persetujuan, sifat (perangai atau jasmani), tingkah laku, perjalanan
hidup, baik sebelum diutus menjadi Nabi maupun sesudahnya”. Maksudnya bahwa
segala sesuatu yang dinukilkan dari Nabi Muhammad itu dianggap sunnah baik itu
terjadi sebelum beliau diangkat menjadi nabi maupun setelah beliau diangkat menjadi
nabi.
b) Ushuliyyun (Ahli Ushul Fiqh)
Sunnah adalah segala sesuatu yang berasal dari Nabi-selain al Qur’an- baik
berupa perkataan, perbuatan ataupun taqrir yang bisa dijadikan dalil bagi hukum syar’i
c) Fuqoha
Sunnah adalah sesuatu yang diterima dari Nabi Muhammad saw, yang bukan
fardlu ataupun wajib

7
F. Khabar menurut istilah
a) Muhadditsin
Khabar adalah warta dari Nabi, Shahabat, dan Tabi’in. oleh karena itu, hadits
marfu’, maukuf, dan maktu’ bisa dikatakan sebagai khabar. Dan menurutnya khabar
murodif dengan hadits
b) Ushuliyyun
Pendapat ini, antara lain, dikemukakan oleh ahli fiqh Khurasan. Pendapatnya,
al-khabar adalah sesuatu yang diriwayatkan dari Rasul Saw.
c) Fuqoha
Para fuqoha menggunakan khabar sebagai salah satu sumber utama dalam
menetapkan hukum-hukum Islam. Mereka mempelajari, menganalisis, dan
mengklasifikasikan hadis-hadis berdasarkan keaslian dan kekuatan sanad (rantai
perawi) serta matan (isi) hadis tersebut. Dalam fuqoha, terdapat berbagai klasifikasi
hadis, seperti hadis sahih (yang memiliki sanad yang kuat dan matan yang dapat
dipercaya), hadis hasan (yang memiliki sanad yang kuat tetapi matan yang lemah), dan
hadis dhaif (yang memiliki kelemahan dalam sanad atau matan).Penggunaan khabar
dalam fuqoha penting untuk memahami ajaran Islam dan mengambil keputusan hukum
yang sesuai. Namun, penting juga untuk memahami konteks dan prinsip-prinsip hukum
Islam yang lebih luas dalam menafsirkan dan menerapkan khabar.

G. Atsar menurut stilah


a) Muhadditsin
Atsar adalah suatu yang sandarkan kepada Nabi (ma’ruf) para sahabat
(mawquf), dan para ulama salaf
b) Ushuliyyun
Menurut ahli fiqh Khurasan, antara lain Abu al-Qasim al-Fawraniy,
sebagaimana dikutip oleh al-Khasyu'iy al-Khasyu'iy Muhammad al-Khasyu'iy, al-atsar
adalah sesuatu yang diriwayatkan dari shabatibiy.Jadi menurut ahli fiqh Khurasan, al-
atsar adalah sesuatu yang diriwayatkan dari selain Nabi Saw.
Khabar dalam istilah fuqoha merujuk pada hadis atau riwayat tentang perkataan,
perbuatan, atau persetujuan Rasulullah Muhammad SAW. Hadis merupakan sumber
hukum kedua setelah Al-Quran dalam agama Islam

8
c) Fuqoha
Atsar dalam istilah fuqoha merujuk pada pendapat atau fatwa yang diberikan
oleh seorang ulama atau ahli hukum Islam yang terkenal. Pendapat ini biasanya
berdasarkan interpretasi mereka terhadap ayat Al-Quran, hadis, dan prinsip-prinsip
hukum Islam. Atsar sering digunakan untuk memecahkan masalah atau pertanyaan
yang tidak memiliki jawaban yang jelas dalam teks-teks Islam. Dalam hal ini, ulama
merujuk pada pendapat-pendapat yang telah diberikan oleh para ulama terdahulu atau
mereka sendiri untuk mencari solusi yang paling sesuai dengan prinsip-prinsip hukum
Islam.

9
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Hadis adalah salah satu istilah dalam agama Islam yang merujuk kepada perkataan,
perbuatan, dan persetujuan Rasulullah Muhammad SAW. Hadis merupakan sumber hukum
kedua dalam Islam setelah Al-Qur'an. Hadis berisi ajaran, petunjuk, dan tindakan Rasulullah
yang menjadi pedoman bagi umat Muslim dalam menjalankan ibadah dan kehidupan sehari-
hari.Hadis terdiri dari dua komponen utama, yaitu matan (isi) dan sanad (rantai periwayatan).
Matan mengandung informasi tentang apa yang dikatakan, dilakukan, atau disetujui oleh Nabi
Muhammad, sedangkan sanad berisi nama-nama perawi yang menyampaikan hadis dari
generasi ke generasi.Hadis memiliki peran penting dalam memahami dan mengaplikasikan
ajaran Islam. Para ulama dan cendekiawan agama melakukan kajian dan penelitian terhadap
hadis untuk memastikan keaslian dan kredibilitasnya. Hadis juga digunakan sebagai sumber
referensi dalam mengambil keputusan hukum, etika, dan praktek keagamaan. Dalam
prakteknya, hadis sering dikutip dan dijadikan pedoman dalam berbagai aspek kehidupan,
seperti ibadah, akhlak, sosial, politik, dan lain-lain. Namun, penting untuk memahami hadis
dengan benar dan memperhatikan konteks serta pemahaman yang tepat agar tidak terjadi
penyalahgunaan atau penafsiran yang keliru.

B. Saran
Demikianlah makalah yang telah di selesaikan oleh penulis. Semoga makalah ini bisa
bermanfaat bagi semua kalangan khususnya para civitas akademis dalam rangkamemajukan
dan meningkatkan kualitas peneltian dan diharapkan dengan adanya meteode penelitian simple
dan complex interdisipliner ini, maka peneliti-peneliti yang akan datang dapat menerapkan
metode penelitian ini dalam rangka menjawab permasalahan penelitian secara holistik dan
terintegrasi. Untuk memperbaiki kualitas makalah ini, maka penulis mengharapkan kritik dan
saran demi terciptanya makalah yang baik dan luas khazanah pengetahuan.

10
DAFTAR PUSTAKA

HADIS, H. D. I. MAKALAH STUDI HADIS.


Sanaky, H. A. HADITS PADA MASA NABI Kajian Hadits dan Perbedaannya dengan as-
Sunnah, al-Khabar, Atsar.
Ikhwan, A. (2016). Manajemen Perencanaan Pendidikan Islam:(Kajian Tematik Al-Qur’an dan
Hadist). EDUKASI: Jurnal Pendidikan Islam (e-Journal), 4(1), 128-155.
ABIDAH, U., MUSTAQIM, N. P., & AZMI, U. ULUMUL HADITS DAN SEJARAH
PERKEMBANGANNYA.

11

Anda mungkin juga menyukai