Ulumul Hadist
Disusun Oleh :
Kelompok 5
Gading Ayuni Tiarso ( 23312669 )
FAKULTAS TARBIYAH
1
KATA PENGANTAR
Kami menyadari makalah yang kami buat ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu kami membutuhkan saran dan kritik yang
membangun sehingga makalah ini dapat lebih baik lagi. Semoga makalah
ini dapat bermanfaat dalam perkembangan ilmu pengetahuan khusunya
dalam bidang pendidikan.
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................................... 2
DAFTAR ISI.................................................................................................................. 3
BAB I ........................................................................................................................... 4
A. Latar belakang ................................................................................................ 4
B. Rumusan Masalah .......................................................................................... 4
C. Tujuan ............................................................................................................ 5
A. Pengertian Ilmu Hadist................................................................................... 5
B. Istilah istilah dalam periwayatan ................................................................... 7
1. Sanad.............................................................................................................. 9
2. Lambang Periwayatan .................................................................................. 12
3. Matan ........................................................................................................... 15
4. Mukharrij atau Perawi Hadis ....................................................................... 15
C. ISTILAH-ISTILAH DALAM KEPAKARAN HADIS ................................................... 16
D. Berkaitan dengan generasi perawi .............................................................. 21
1. Thabagat ...................................................................................................... 21
2. Sahabat ........................................................................................................ 23
3. Tabi'in ............................................................................................................... 26
BAB III ....................................................................................................................... 28
Kesimpulan........................................................................................................... 28
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 29
3
BAB I
A. Latar belakang
Haditst adalah salah satu aspek ajaran Islam yang menempati posisi
penting dalam pandangan Islam. Al-Qur’an dan nabi dengan sunnahnya
(haditstnya) merupakan dua hal pokok dalam ajaran Islam. Keduanya
merupakan hal sentral yang menjadi “jantung” umat Islam. Karena seluruh
bangunan doktrin dan sumber keilmuanya Islam terinspirasi dari dua hal
pokok tersebut. Oleh karena itu wajar dan logis jika bila perhatian dan
aspirasi terhadap keduanya melebihi perhatian terhadap bidang yang lain
.Haditst adalah sumber ajaran Islam kedua, setelah Al-Qur’an. Dan haditst
nabi sebagai salah satu sumber ajaran Islam, cukup banyak ayat Al-Qur’an
yang memerintahkan orang-orang yang beriman untuk patuh dan mengikuti
petunjuk-petunjuk Nabi Muhammad, utusan Allah. Sebagian dari ayat-ayat
Al-Qur’an itu adalah surat al-Hasr 59:7.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Ilmu Hadist ?
2. Apa Saja Istilah-Istilah Dalam Ilmu Hadits ?
4
C. Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN
Sesuatu yang disepakati mereka (ahli hadis) dan saling dikenal atau populer
di tengah-tengah mereka.
1
MajmaAl-Lughah Al-Arabiyah, Al-Mu'jam Al-Wajiz, hlm368
5
Masing-masing disiplin ilmu memiliki istilah tertentu yang disepakati
oleh para pakarnya yang tidak sama dalam disiplin ilmu lain, kalaupun ada
istilah yang sama, tentu artinya berbeda. Misalnya istilah sunnah berbeda
pengertiannya yang menurut para pakar dalam disiplin ilmu yang berbeda.
Menurut pakar bahasa diartikan suatu perjalanan, jalan, dan kebiasaan. Pakar
hadis mengartikannya, sebagai segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi
baik berupa perkataan, perbuatan, dan persetujuan. Pakar ushul fiqh
mengartikannya, segala sesuatu yang datang dari Nabi dan dapat dijadikan
suatu dalil hukum. Ahli fiqh mengartikannya sesuatu jika dikerjakan diberi
pahala dan jika ditinggalkan tidak ada sangsi hukum, menurut pakar bidang
mau'idzah diartikan lawan bid'ah (lihat pada bab pengertian
sunnah)Kumpulan berbagai istilah dalam ilmu hadis dihimpun secara
sistematik oleh para ulama, sehingga sebagian mereka menyebutkan sebagai
Ilmu Mushthalah Al-Hadits. Kata mushthaläh diambil dari kata istilah
tersebut.
Ilmu yang mempelajari tentang apa yang diistilahkan ulama hadis dan
dikenal menjadi uruf (kebiasaan) di antara mereka.
6
Banyak sekali istilah yang dibuat dan disepakati oleh para ulama
hadis baik berkaitan dengan periwayatan, kepakaran, pembagian hadis
dengan berbagai tinjauan, dan lain-lain. Namun, dalam subbab ini hanya
akan diberikan istilah-istilah yang berkaitan dengan periwayatan dan
kepakaran. Sedang istilah-istilah dalam pembagian hadis dan tinjauan lain
akan dibahas pada babnya masing-masing yang menyebar ke berbagai
tempat.
Sebelum berbicara tentang penelitian dan takhrij, dalam bab ini akan
dibahas terlebih dahulu tentang beberapa definisi atau pengertian istilah-
istilah ilmu hadis yang berkaitan dengan penelitian Untuk memudahkan
definisi istilah, terlebih dahulu perhatikan contoh kerangka hadis berikut.
سلَّ َم
َ صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َوَ ِ َّاس َع ْن النَّ ِبيٍ ع ْن أ ِبي َر َجاءٍ َع ْن اب ِْن َعب َ ث َع ْن ال َج ْع ِد ِ سدَّد ٌ َحدَّثَنَا َع ْبد ُ ْال َو ِار َ َحدَّثَنَا ُم
ًان ِشب ًْرا َماتَ ِميتَةً َجا ِه ِليَّة
ِ طَ ص ِب ْر فَإِنَّهُ َم ْن خ ََر َج ِم ْن الس ُّْل
ْ َش ْيئًا فَ ْلي ِ قَا َل َم ْن ك َِرة َ ِم ْن أ َ ِم
َ ير ِه
7
Pada hadis berikut ini coba Anda jelaskan unsur-unsurnya
sebagaimana contoh di atas:
ْ ْ َ َ َ َ
ق َرأ ِ يف ال َمغ ِر ِب الطور َم ًن ك ِر َه ِم ْن أ ِم ْ ِبِه
َّ
ُّ َ الن َّ
ُّ َ الن
ب ِي ب ِي
َ
ُم َح َّم ٍد أ َِ يب َر َج ٍاء
اب َ َ
الج ًع ِد
ٍ ابن ِشه
ٌ
َم ِالك َ َع ًب ُد
الو ِار ِث
ُ بن ُي
ُ وس َُْ ه
ً اَّلل ٌ َّ
ف عبد ُم َسدد
8
َ ْ َ ً
ال ُبخ ِاري ال ُبخ ِاري
Untuk lebih jelasnya lagi, masing-masing istilah ini akan dipaparkan secara
terperinci dalam uraian berikut.
1. Sanad
Sanad menurut bahasa adalah: sesuatu yang dijadikan sandaran,
pegangan, dan pedoman. Menurut istilah ahli hadis ialah:
ث
َْْ َ َ ْ ُْ َ ِّ ُ َ ْ
ِ سل ِسلة الرج ِال المو ِصل ِة ِإَل الم
9
pembawa hadis tersebut orang-orang yang cakap dan cukup
persyaratan, yaitu adil, takwa, tidak fasik, menjaga kehormatan diri
(murû'ah), dan memiliki daya ingat yang kredibel,
Sanad ini sangat penting dalam hadis, karena hadis itu terdiri
dari dua unsur yang secara integral tidak dapat dipisahkan satu
dengan yang lain, yaitu matan dan sanad. Hadits tidak mungkin
terjadi tanpa sanad karena mayoritas hadis pada masa Nabi tidak
tertulis sebagaimana Alquran dan diterima secara individu (âhâd)
tidak secara mutawatir. Hadis hanya disainpaikan dan diriwayatkan
secara ingat-ingatan dan hafalan para sahabat yang andal, di samping
hiruk-pikuk para pemalsu hadis yang tidak bertanggung jawab. Oleh
karena itu, tidak semua hadis dapat diterima oleh para ulama, kecuali
telah memenuhi kriteria yang ditetapkan, di antaranya disertai sanad
yang dapat dipertanggungjawabkan keshahihannya. Para ulama
memberikan berbagai komentar tentang pentingnya sanad, antara lain
sebagai berikut.
10
Sanad itu bagian dari agama, jika tidak ada sanad maka siapa saja
dapat mengatakan apa yang dikehendakinya.2
2
Ajaj Al-khatib,as-sunnah,Qoabl At-tadwin,hlm.147-148
3
Maurice Bucaille,bible, Quran, dan sains Modern, hlm.95
11
Lebih lanjut, Maurice Bucaille menjelaskan bahwa:
2. Lambang Periwayatan
12
أنبأنا أتاني،حدثنا حدثني أخبرنا أ َ ْخبَ َرنِي
13
diluruskan. Metode ini juga dihukumi muttashil (bertemu
langsung) antara murid dan guru.
5
M. Syuhudi Ismail, kaidah Kesehatan sanad Hadis, hlm.64
6
Mahmud Ath-Thahan, Tasyir Mushthalah Al- hadits, hlm.159-160
14
3. Matan
Berbagai redaksi definisi matan yang diberikan para ulama, tetapi intinya
sama, yaitu materi atau isi berita hadis itu sendiri yang datang dari Nabi.
Matan hadis ini sangat penting karena yang menjadi topik kajian dan
kandungan syariat Islam untuk dijadikan petunjuk dalam beragama.
15
ِ الر َوا َي ِة ك َْالبُخ
َاري ِ فَ ْال ُمخ َِر ُج ه َُو ذَا ِك ِر
7
Al-Muhdi, Thuruq Al Takhij,hlm, 9.
16
1. Amir Al-Mu'minîn
Gelar Amir Al-Mu'minîn sebenarnya diberikan kepada Khalifah Abu
Bakar Ash-Shiddiq dan setelahnya. Para Khalifah diberikan
gelar demikian karena para sahabat mendengar jawaban Nabi atas
pertanyaan seorang sahabat tentang siapakah yang dikatakan
Khalifah, bahwa Khalifah adalah orang-orang sepeninggal Nabi yang
paling ahli dalam periwayatan hadis. Di samping pada masa Umar
bin Al-Khaththab, gelar Khalifah ditambah gelar Amir Al-Mu'minin
yang memiliki konotasi makna lebih umum, yaitu pimpinan umat
Islam dalam pemerintahan dan sekaligus dalam agama.
17
ihwal para perawi hadis yang adil (ta'dîl) dan yang tercela (tajrîh),
mengetahui biografi para perawi, baik tentang perjalanan kepada
guru-gurunya dan sifat-sifatnya yang dapat diterima Atau orang yang
meliputi segala hal yang bersangkutan dengan hadis, baik maupun
ditolak. dari segi sanad dan matan. Para muhaditsîn yang mendapat
gelar ini antara lain: Ibnu Dinar (w. 162 H), Al-Laits adalah seorang
mawali yang menderita buta di akhir hayatnya (w. 175 H), Imam
Malik (w. 179 H), dan Imam Asy-Syafi'i (w. 204 H).
3. Al-Hujjah
Gelar Al-Hujjah diberikan kepada para pakar hadis yang kemampuan
hafalan hadisnya dapat dijadikan hujah dan menjadi referensi bagi
para penghafal lainnya. Menurut sebagian ulama, gelar Al-Hujjah
diberikan kepada para imam yang sanggup menghafal 300.000 hadis
yang diriwayatkan, baik matan, sanad, maupun perihal para perawi
seperti tentang keadilan, kecacatan, dan biografinya. Para
muhadditsîn yang mendapat gelar ini antara lain: Hisyam bin Urwah
(w. 146 H) dan Muhammad bin Amr (w. 242 H). Pendapat pertama
lebih kuat daripada pendapat kedua, karena pendapat pertama dapat
mengantarkan seseorang kepada esensi makna kepakaran tersebut,
yaitu sebagai hujah dan referensi bagi para hafidz lain. Sementara
pendapat kedua hanya menekankan penguasaan hafalan sejumlah
besar dari hadis, tetapi belum menunjuk tercapainya kualitas
kepakaran yang komprehensif.
4. Al-Hafizh
Gelar Al-Hafidz setelah gelar Al-Hujjah ialah gelar ahli hadis yang
dapat men- shahih-kan sanad serta matan hadis dan dapat men-ta'dil-
kan dan men-jarh- kan para perawi hadis. Sebagian ulama
berpendapat, gelar Al-Hujjah adalah bagi mereka pakar hadis yang
menghafal yang shahih, mengetahui perawi yang me-waham-kan
(banyak berprasangka), 'illat-'illat hadis dan istilah- istilah para
muhadditsîn. Menurut sebagian pendapat, Al-Hafizh itu harus
mempunyai kapasitas menghafal 100.000 hadis. Al-Mizzi
berpendapat bahwa gelar Al-Hafizh adalah orang yang sedikit saja
apa yang tidak ia ketahui dari permasalahan hadis. Jika ia telah
menghafal lebih dari 100.000-300.000 hadis maka dipandanglah
sebagai Al-Hafizh dan Al-Hujjah. Para muhadditsîn yang
18
mendapatkan gelar ini antara lain: Al-Iraqi, Syarafuddin Ad-
Dimyathi, Ibnu Hajar Al-Asqalani, dan lain-lain.
5. Al-Muhaddits
Menurut muhadditsîn mutaqadimin, Al-Hafidz dan Al-Muhaddits itu
satu artiAkan tetapi, menurut muhadditsîn mutakhirin, Al-Hafidz itu
lebih khusus daripada Al-MuhadditsMenurut At-Taj As-Subki dalam
bukunya Maw'id An- Ni'am ialah orang yang banyak mengetahui
sanad, 'illat, nama para periwayat hadis, baik yang tinggi (ali) dan
yang rendah (nâzil), dan memahami buku Induk Hadis Enam (Al-
Kutub As-Sittah)Musnad Ahmad, Sunan Al-Baihaqi, Mu'jam Ath-
Thabrani, dan seribu juz hadis. Pada masa salaforang yang dipandang
sebagai muhaddits adalah mereka yang mendikte sekurang-
kurangnya 20.000 hadis.
19
c. Menghimpun, menulis, mendengar, mencari sanad-sanad hadis,
dan mengetahui sanad yang terpendek daripadanya
9
Ash Shiddieqy, sejarah dan pengantar, hlm. 1146
10
Fathurrahma, Ikhtisar Mushalah hadis, hlm. 25
20
7. Thâlib Al-Hadits
Gelar yang terakhir ini adalah gelar yang terendah di antara sekian
gelar d atas. Gelar Thâlib Al-Hadits diberikan kepada orang yang
memulai kariernya dalam bidang hadis, yaitu orang yang mencari
hadis atau yang sedang mempelajarinya.
1. Thabagat
Dari segi bahasa, Thabaqat (3) diartikan kaum yang serupa atau
sebayaMenurut istilah, Thabaqat adalah:
11
Mahmud Ath-thahan, Tasyr, hlm. 189.
21
dalam berguru. Jadi, para gurunya sebagian periwayat juga para
gurunya sebagian perawi lain. Misalnya thabaşar sahabat, thabaqat
tabi'in, thabaqat tabi'it tabi'in, dan seterusnya. Kemudian thabaqât
masing-masing ini dibagi-bagi menjadi beberapa thabaqât lagi yang
nanti akan dijelaskan pada pembahasannya
22
2. Sahabat
Dari segi bahasa, sahabat diambil dari kata dengan makna, yang
yang berarti yang punya atau yang ُاحب ِ ص
َّ الdan الصحابيberarti
persahabatan . ٌصحْ ب
َ ص َحابٌ َو َ
ْ أmenyertai. Jamaknya
12
Mahmud Ath-Thahan,tassr Mushthalah Al-hadits, hlm. 164
13
Ajaj Al-khathib Al-Mukhtashar, hlm. 198-199.
23
kebohongan dan penyimpangan secara sengaja dalam
periwayatan. Dengan demikian, seluruh periwayatan mereka
diterima tanpa ada penelitian keadilan mereka. Bagi mereka yang
terlibat dalam fitnah di- interpretasikan sebagai upaya ijtihad
yang berpahala, sekalipun kurang tepat. Hal ini didasarkan pada
dugaan yang baik (husn azh-zhann) terhadap mereka, karena
mereka orang-orang yang terdekat dengan Rasulullah dan lebih
paham pribadi Rasulullah dan hadis yang dibawanya.
24
Para ulama berbeda dalam menentukan thabaqat sahabat; di
antara mereka ada yang melihat dari segi masuk Islam lebih
dahulu, atau dari segi hijrahnys, atau dilihat dalam keikutsertaan
ke dalam. berbagai peperangan penting. Ibnu Sa'ad membagi 15
thabaqat dan Al-Hakim membagi menjadi 12 thabagat15 thabaqat
sahabat menurut Ibnu Sa'ad, di antaranya:
25
dahulu, atau dari segi hijrahnys, atau dilihat dalam keikutsertaan
ke dalam. berbagai peperangan penting. Ibnu Sa'ad membagi 15
thabaqat dan Al-Hakim membagi menjadi 12 thabagat15 thabaqat
sahabat menurut Ibnu Sa'ad, di antaranya:
Para ulama sepakat bahwa di antara mereka yang paling utama adalah
Abu Bakar, Umar, Utsman, dan Ali. Di antara kitab yang menjelaskan
biografi sahabat adalah sebagai berikut.
3. Tabi'in
Tabi'în adalah bentuk jamak dari kata tabi'î atau tabiyang berarti
orang yang mengikuti atau berjalan di belakang. Menurut istilah, tabi'in
adalah sebagai berikut.
َ َ ق ا الس ا
26
Jumlah tabi'in tidak terhitung karena setiap orang muslim yang
bertemu dengan seorang sahabat disebut tabi'in, padahal sahabat yang
ditinggalkan Rasulullah lebih dari seratus ribu orang. Para ulama juga
berbeda dalam membagi thabaqat tabi'in, tergantung dari segi tinjauan
yang mereka pakai. Imam Muslim membaginya menjadi 3 thabaqât, Ibnu
Sa'ad membaginya 4 thabaqât, dan Al-Hakim membaginya 15 thabaqât yang
pertama adalah orang yang ber- temu 10 orang sahabat yang digembirakan
dengan surga. Para ulama sepakat bahwa akhir masa tabi'in pada tahun 150
H dan akhir masa tabi' tabi'in pada tahun 220 H. Adapun tabi'in terakhir yang
bertemu dengan Abu Ath-Thufail Amir bin Watsilah di Mekah adalah Khalaf
bin Khalifah (w. 181 H).
Di antara tabi'in yang tergolong ahli Fiqh ada 7 orang, mereka adalah
ulama tabi'in senior dan semuanya dari penduduk Madinah. Mereka adalah
Sa'id bin Al-Musayyab, Al-Qasim bin Muhammad, Urwah bin Az-Zubair,
Kharijah bin Zaid, Abu Salamah bin Abdurrahman, Ubaidillah bin Abdullah
bin Utbah, dan Sulaiman bin Yasar. Sedangkan di antara tabi'in yang paling
utama menurut penduduk Madinah adalah Sa'id bin Al-Musayyab, menurut
penduduk Kufah adalah Uways Al-Qarni, dan menurut penduduk Bashrah
adalah Al-Hasan Al-Bashri.
27
BAB III
Kesimpulan
Ilmu Hadist adalah ilmu yang membahas segala hal yang disandarkan
pada Nabi SAW baik berupa perkataan, perbuatan, ketetapan, serta sifat-sifat
jasmaniah maupun akhlaqiah. Adapun istilah-istilah dalam ilmu hadist
terbagi menjadi 4: 1.Sanad 2.Lambang periwayatan 3.Matan 4.Mukharij atau
Perawi Hadits
28
DAFTAR PUSTAKA
29