Anda di halaman 1dari 29

ISTILAH-ISTILAH DALAM ILMU HADIS

Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi tugas Pada Mata Kuliah

Ulumul Hadist

Dosen: Dewi Maharani, M.A.

Disusun Oleh :
Kelompok 5
Gading Ayuni Tiarso ( 23312669 )

Nurul Magfirah (23312762)

Maudi Nuryani ( 23312691 )

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM ( PAI )

FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT ILMU ALQURAN (IIQ) JAKARTA

TAHUN AJARAN 2023/2024

1
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Allah SWT yang


telah melimpahkan rahmat dan karunia-nya sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas makalah kelompok untuk mata kuliah studi Ulumul
hadis dengan judul “istilah-istilah dalam ilmu hadis” tepat pada waktunya.
Shalawat beserta salam kami curahkan kepada baginda nabi Muhammad
Saw. Beserta para keluarga dan para sahabat yang telah menunjukkan
jalan iman dan islam kepada kami.

Kami mengucapkan terimakasih kepada ibu Dewi Maharani, M.A.


selaku dosen dengan mata kuliah ulumul hadis yang telah memberikan
banyak bantuan dan petunjuk sehingga memudahkan kami untuk
menyelesaikan makalah ini. Dan kami juga mengucapkan terimakasih
kepada teman-teman seperjuangan yang telah mendukung selesainya
makalah ini tepat waktu.

Kami menyadari makalah yang kami buat ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu kami membutuhkan saran dan kritik yang
membangun sehingga makalah ini dapat lebih baik lagi. Semoga makalah
ini dapat bermanfaat dalam perkembangan ilmu pengetahuan khusunya
dalam bidang pendidikan.

Tanggerang , 16 Oktober 2023

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................... 2
DAFTAR ISI.................................................................................................................. 3
BAB I ........................................................................................................................... 4
A. Latar belakang ................................................................................................ 4
B. Rumusan Masalah .......................................................................................... 4
C. Tujuan ............................................................................................................ 5
A. Pengertian Ilmu Hadist................................................................................... 5
B. Istilah istilah dalam periwayatan ................................................................... 7
1. Sanad.............................................................................................................. 9
2. Lambang Periwayatan .................................................................................. 12
3. Matan ........................................................................................................... 15
4. Mukharrij atau Perawi Hadis ....................................................................... 15
C. ISTILAH-ISTILAH DALAM KEPAKARAN HADIS ................................................... 16
D. Berkaitan dengan generasi perawi .............................................................. 21
1. Thabagat ...................................................................................................... 21
2. Sahabat ........................................................................................................ 23
3. Tabi'in ............................................................................................................... 26
BAB III ....................................................................................................................... 28
Kesimpulan........................................................................................................... 28
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 29

3
BAB I

A. Latar belakang

Haditst adalah salah satu aspek ajaran Islam yang menempati posisi
penting dalam pandangan Islam. Al-Qur’an dan nabi dengan sunnahnya
(haditstnya) merupakan dua hal pokok dalam ajaran Islam. Keduanya
merupakan hal sentral yang menjadi “jantung” umat Islam. Karena seluruh
bangunan doktrin dan sumber keilmuanya Islam terinspirasi dari dua hal
pokok tersebut. Oleh karena itu wajar dan logis jika bila perhatian dan
aspirasi terhadap keduanya melebihi perhatian terhadap bidang yang lain
.Haditst adalah sumber ajaran Islam kedua, setelah Al-Qur’an. Dan haditst
nabi sebagai salah satu sumber ajaran Islam, cukup banyak ayat Al-Qur’an
yang memerintahkan orang-orang yang beriman untuk patuh dan mengikuti
petunjuk-petunjuk Nabi Muhammad, utusan Allah. Sebagian dari ayat-ayat
Al-Qur’an itu adalah surat al-Hasr 59:7.

Dalam mempelajari haditst Nabi SAW, kita tidak akan pernah


terpisah dengan istilah – istilah yang berhubungan dengan ulumul hadits.
Pengetahuan tentang istilah-istilah ini akan membantu kita dalam memahami
dan mempelajari ulumul haditst.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Ilmu Hadist ?
2. Apa Saja Istilah-Istilah Dalam Ilmu Hadits ?

4
C. Tujuan

Makalah ini bertujuan untuk menambah wawasan tentang istilah bagi


penulis dan pembaca, juga untuk memenuhi tugas dari dosen dengan
mata kuliah Ulumul Quran

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Ilmu Hadist

Sebelum seseorang mempelajari hadis atau sebelum seseorang


mengadakan penelitian hadis, terlebih dahulu mengerti istilah-istilah yang
dipakai ulama dalam mempelajari hadis sehingga akan memudahkan dalam
penelitian berikut- nya. Tanpa mengetahui istilah-istilah tersebut seseorang
akan mengalami ke- sulitan dalam mempelajarinya. Istilah-istilah itu
merupakan simbol-simbol yang disepakati bersama secara terminologi untuk
mengidentifikasi masalah dengan tujuan memudahkan pembahasan
berikutnya untuk menunjuk sesuatu yang dimaksud secara simpel dan
sederhana, sehingga sampai kepada tujuan yang dimaksudUntuk lebih detail,
berikut ini akan dibahas pengertian istilah.

Kata "Istilah" (Ishthilah) dalam bahasa Arab berasal dari kata:


diartikan: persesuaian paham dan tidak adanya
1
perselisihan. Jadi, kata Istilah mempunyai makna:

Kesepakatan sekelompok orang tentang sesuatu yang khusus


Mushthalah Al-Hadits adalah:

Sesuatu yang disepakati mereka (ahli hadis) dan saling dikenal atau populer
di tengah-tengah mereka.

1
MajmaAl-Lughah Al-Arabiyah, Al-Mu'jam Al-Wajiz, hlm368

5
Masing-masing disiplin ilmu memiliki istilah tertentu yang disepakati
oleh para pakarnya yang tidak sama dalam disiplin ilmu lain, kalaupun ada
istilah yang sama, tentu artinya berbeda. Misalnya istilah sunnah berbeda
pengertiannya yang menurut para pakar dalam disiplin ilmu yang berbeda.
Menurut pakar bahasa diartikan suatu perjalanan, jalan, dan kebiasaan. Pakar
hadis mengartikannya, sebagai segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi
baik berupa perkataan, perbuatan, dan persetujuan. Pakar ushul fiqh
mengartikannya, segala sesuatu yang datang dari Nabi dan dapat dijadikan
suatu dalil hukum. Ahli fiqh mengartikannya sesuatu jika dikerjakan diberi
pahala dan jika ditinggalkan tidak ada sangsi hukum, menurut pakar bidang
mau'idzah diartikan lawan bid'ah (lihat pada bab pengertian
sunnah)Kumpulan berbagai istilah dalam ilmu hadis dihimpun secara
sistematik oleh para ulama, sehingga sebagian mereka menyebutkan sebagai
Ilmu Mushthalah Al-Hadits. Kata mushthaläh diambil dari kata istilah
tersebut.

Definisi 'Ilmu Mushthalâh Al-Hadits adalah:

Ilmu yang mempelajari tentang apa yang diistilahkan ulama hadis dan
dikenal menjadi uruf (kebiasaan) di antara mereka.

Istilah-istilah dalam Ilmu Mushthalah Al-Hadits sangat penting


artinyakarena dengan istilah-istilah ini dapat memudahkan pembahasan dan
penelitian dalam hadis sebagaimana dalam ilmu lainPenelitian dalam ilmu
hadis memang sangat luas dan rumit permasalahannya karena objek yang
dilakukan dalam penelitian menyangkut masalah periwayatan, baik sifat dan
identitas para perawi ataupun yang diriwayatkan (marui) untuk menetapkan
kualitas suatu hadis Istilah-istilah itu dijadikan ilmu yang berdiri
sendirikemudian ditambah dengan kaidah-kaidah dan ilmu-ilmu pendukung
lain sehingga para ulama beragam dalam memberikan nama ilmu ini Di
antara mereka memberi nama Ulûm Al-Hadits, Ilmu Ushul Al-Hadits,Ilmu
Al-Hadits Dirayah Ilmu Mushthalah Al-Hadits, dan lain-lain tergantung pada
fokus materi yang dibicarakan di dalamnya. Al-Hafidz Ibnu Hajar Al-
Asqalani dan Thahir Al-Jaza'iri lebih menunjuk nama Ilmu Mushthalah Ahl
Al-Atsar, karena bertumpu pada timbulnya istilah-istilah tersebut di kalangan
ahli Atsaryaitu tabi'in dan tabitabi'in yang ahli dalam bidang hadis.

6
Banyak sekali istilah yang dibuat dan disepakati oleh para ulama
hadis baik berkaitan dengan periwayatan, kepakaran, pembagian hadis
dengan berbagai tinjauan, dan lain-lain. Namun, dalam subbab ini hanya
akan diberikan istilah-istilah yang berkaitan dengan periwayatan dan
kepakaran. Sedang istilah-istilah dalam pembagian hadis dan tinjauan lain
akan dibahas pada babnya masing-masing yang menyebar ke berbagai
tempat.

B. Istilah istilah dalam periwayatan

Sebelum berbicara tentang penelitian dan takhrij, dalam bab ini akan
dibahas terlebih dahulu tentang beberapa definisi atau pengertian istilah-
istilah ilmu hadis yang berkaitan dengan penelitian Untuk memudahkan
definisi istilah, terlebih dahulu perhatikan contoh kerangka hadis berikut.

‫سلَّ َم‬
َ ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو‬َ ِ ‫َّاس َع ْن النَّ ِبي‬ٍ ‫ع ْن أ ِبي َر َجاءٍ َع ْن اب ِْن َعب‬ َ ‫ث َع ْن ال َج ْع ِد‬ ِ ‫سدَّد ٌ َحدَّثَنَا َع ْبد ُ ْال َو ِار‬ َ ‫َحدَّثَنَا ُم‬
ً‫ان ِشب ًْرا َماتَ ِميتَةً َجا ِه ِليَّة‬
ِ ‫ط‬َ ‫ص ِب ْر فَإِنَّهُ َم ْن خ ََر َج ِم ْن الس ُّْل‬
ْ َ‫ش ْيئًا فَ ْلي‬ ِ ‫قَا َل َم ْن ك َِرة َ ِم ْن أ َ ِم‬
َ ‫ير ِه‬

Memberitakan kepada kami Musaddad, memberitakan kepada kami Abdul


Warits dari Al-Ja'di dari Abi Raja' dari Ibnu Abbas dari Nabi bersabda:
"Barangsiapa yang benci sesuatu dari pimpinannya (amir) maka hendaklah
sabar, sesungguhnya barangsiapa yang keluar dari penguasa (sultan) satu
jengkal maka ia mati Jahiliah. (HR. Al-Bukhari)

Jika ditelaah kerangka hadis di atas terdiri dari 3 komponen sesuai


dengan kalimat yang digarisbawahi, bahwa penyandaran berita oleh Al-
Bukhari kepada Musaddad dari Abdul Warits dari Al-Ja'di dari Abi Raja' dari
Ibnu Abbas dari Nebi disebut: Sanad. Isi berita yang disampaikan bahwa
Nabi, yaitu tentang Barangsiapa yang benci sesuatu dari pimpinannya
disebut: Matan. Sedangkan pembawa periwayatan berita terakhir yang
termuat dalam buku karyanya dan disampaikan kepada kita, yaitu Al-
Bukhari disebut: Perawi atau Mukharrij. (Mukaharrij diartikan sebagai orang
yang meriwayatkan hadis dan disebutkan dalam kitab karyanya).

7
Pada hadis berikut ini coba Anda jelaskan unsur-unsurnya
sebagaimana contoh di atas:

َ ‫ال َأ ْخ َ َبَنا َمال ٌك َع ْن ْابن ش َهاب َع ْن ُم َح َّمد م ْن ُج َب ْب بن ُم ْطعم َع ْن َأبيه َق‬


: ‫ال‬ َ ‫ف َق‬ُ ‫وس‬ ‫َ َّ َ َ َ ْ ُ ه‬
ُ ‫اَّلل م ْن ُي‬
ِ ِ ٍ ِ ِ ِْ ِ ٍ ٍ ِ ِ ِ َ َ ِ ِ ‫حدثنا عبد‬
ُّ ْ ْ َ َ ُ‫َ ه ه‬ َ ْ ُ َ ُ
‫اَّلل َعل ْي ِه ق َرأ ِ يف ال َمغ ِر ِب الط ْو َر‬ ِ ‫س ِم ْعت رسول‬
‫هللا صَّل‬ َ

Memberitakan kepada kami Abdullah bin Yusuf ia berkata: memberitakan


kepada kami Malik dari Ibnu Syihab dari Muhammad bin Jubair bin
Muth'im dari ayahnya berkata: "Aku mendengar Rasulullah membaca Surah
Ath- Thûr pada shalat Maghrib." (HR. Al-Bukhari)

Agar lebih jelas, berikut ini direntangkan dalam bentuk denah


periwayatan dua hadis di atas, kemudian tugas Anda adalah menjelaskan
matan, sanaddarmikharrij pada hadis di atas

ْ ْ َ َ َ َ
‫ق َرأ ِ يف ال َمغ ِر ِب الطور‬ ‫َم ًن ك ِر َه ِم ْن أ ِم ْ ِبِه‬

َّ
ُّ َ ‫الن‬ َّ
ُّ َ ‫الن‬
‫ب‬ ‫ِي‬ ‫ب‬ ‫ِي‬

‫ُج َب ًْ ِب‬ ‫ًاب ِن َع َّباس‬

َ
‫ُم َح َّم ٍد‬ ‫أ َِ يب َر َج ٍاء‬

‫اب‬ َ َ
‫الج ًع ِد‬
ٍ ‫ابن ِشه‬

ٌ
‫َم ِالك‬ َ ‫َع ًب ُد‬
‫الو ِار ِث‬

ُ ‫بن ُي‬
ُ ‫وس‬ ‫َُْ ه‬
ً ‫اَّلل‬ ٌ َّ
‫ف‬ ‫عبد‬ ‫ُم َسدد‬

8
َ ْ َ ً
‫ال ُبخ ِاري‬ ‫ال ُبخ ِاري‬

Untuk lebih jelasnya lagi, masing-masing istilah ini akan dipaparkan secara
terperinci dalam uraian berikut.

1. Sanad
Sanad menurut bahasa adalah: sesuatu yang dijadikan sandaran,
pegangan, dan pedoman. Menurut istilah ahli hadis ialah:

‫ث‬
َْْ َ َ ْ ُْ َ ِّ ُ َ ْ
ِ ‫سل ِسلة الرج ِال المو ِصل ِة ِإَل الم‬

Mata rantai para perawi hadis yang menghubungkan sampai kepada


matan hadis.

Dalam hal ini dikatakan bahwa sabda Nabi tersebut sampai


kepada kita melalui periwayatan Al-Bukhari. Al-Bukhari dari Ibnu
Al-Mutsanna dari Abdul Wahhab Ats-Tsaqafi dari Ayyub dari Abu
Qilabah dari Anas dari Nabi. Hubungan mereka secara bermata rantai
dan sandar-menyandar dari si A ke B dan dari B ke C dan seterusnya
disebut sanad dan Al-Bukhari sebagai perawi atau mukharrij, artinya
dialah yang menyebutkan dalam kitab karyanya Al-Jâmï' Ash-Shahîh
li Al-Bukhârî. Demikian juga hadis kedua sampai kepada kita melalui
periwayatan Al-Bukhari dari Abdullah bin Yusuf dari Malik dari
Ibnu Syihab dari Muhammad dari Jubair dari Nabi. Mereka itu
disebut Sanad dan Al-Bukhari disebut Mukharrij atau Perawi.

Dalam bidang ilmu hadis sanad itu merupakan salah satu


neraca yang menimbang shahih atau dha'if-nya suatu hadis.
Andaikata salah seorang dalam sanad ada yang fasik atau yang
tertuduh dusta atau jika setiap para pembawa berita dalam mata rantai
sanad tidak bertemu langsung (muttashil), maka hadis tersebut dha'if
sehingga tidak dapat dijadikan hujah. Demikian sebaliknya jika para

9
pembawa hadis tersebut orang-orang yang cakap dan cukup
persyaratan, yaitu adil, takwa, tidak fasik, menjaga kehormatan diri
(murû'ah), dan memiliki daya ingat yang kredibel,

sanad-nya bersambung dari satu periwayat kepada periwayat lain


sampai kepada sumber berita pertama, maka hadisnya dinilai shahih.

Sanad ini sangat penting dalam hadis, karena hadis itu terdiri
dari dua unsur yang secara integral tidak dapat dipisahkan satu
dengan yang lain, yaitu matan dan sanad. Hadits tidak mungkin
terjadi tanpa sanad karena mayoritas hadis pada masa Nabi tidak
tertulis sebagaimana Alquran dan diterima secara individu (âhâd)
tidak secara mutawatir. Hadis hanya disainpaikan dan diriwayatkan
secara ingat-ingatan dan hafalan para sahabat yang andal, di samping
hiruk-pikuk para pemalsu hadis yang tidak bertanggung jawab. Oleh
karena itu, tidak semua hadis dapat diterima oleh para ulama, kecuali
telah memenuhi kriteria yang ditetapkan, di antaranya disertai sanad
yang dapat dipertanggungjawabkan keshahihannya. Para ulama
memberikan berbagai komentar tentang pentingnya sanad, antara lain
sebagai berikut.

a. Muhammad bin Sirin (w. 111H/ 827M) berkata:

‫ظ ُر ْوا َع َّم ْن ت َأ ْ ُخذ ُ ْونَ دِينَ ُكم‬


ُ ‫ِإ َّن َهذَا ْال ِع ْل َم ِديْنَ فَا ْن‬

Sesungguhnya ilmu ini (hadis) adalah agama, perhatikanlah dari


siapa kamu mengambil agamamu itu.

b. Abdullah bin Al-Mubarak (w. 181 H/797 M) berkata:

ِ ْ ‫ِين َولَ ْو ََل‬


‫اْل ْسنَاد ُ لَقَا َل َم ْن شَا َء َما شَا‬ ِْ
ِ ‫اْل ْسنَاد ُ ِمنَ الد‬

10
Sanad itu bagian dari agama, jika tidak ada sanad maka siapa saja
dapat mengatakan apa yang dikehendakinya.2

c. Az-Zuhri setiap menyampaikan hadis disertai dengan sanad dan


beliau mengatakan:
ْ ‫صلُ ُح أ َ ْن ي ُْرقَى الس‬
‫َّط ُح ِإ ََّل ِبدَ َر ِج ِه‬ ْ ‫ََل َي‬

Tidak layak naik ke loteng/atap rumah kecuali dengan tangga.

Maksud tangga adalah sanad. Jadi, seseorang tidak mungkin akan


sampai
kepada Rasulullah dalam periwayatan hadis, melainkan harus melalui
sanad.

Pernyataan di atas memberikan petunjuk bahwa apabila sanad


suatu hadis benar-benar dapat dipertanggungjawabkan
keshahihannya, maka hadis itu pada umumnya berkualitas shahih dan
tidak ada alasan untuk menolaknya.

Studi sanad khusus hanya dimiliki umat Muhammad, umat-


umat dahulu sekalipun dalam penghimpunan kitab suci mereka yang
juga tidak ditulis pada masa Nabinya tidak disertai sanad. Padahal
ditulis setelah ratusan tahun dari masa Nabinya. Kitab suci mereka
ditulis berdasarkan ingatan beberapa generasi yang dinisbatkan
kepada para rasul Nabi Isa yang tidak disertai dengan sanadMenurut
Dr. Maurice Bucaille, "Dalam karangan-karangan yang ditulis pada
permulaan sejarah agama Kristen, Injil baru disebutkan lama sesudah
surat- surat Paulus. Bukti-bukti tentang adanya Injil baru terdapat
pada pertengahan abad ke-2 M dan lebih tepat lagi sesudah tahun 140
M."3

2
Ajaj Al-khatib,as-sunnah,Qoabl At-tadwin,hlm.147-148
3
Maurice Bucaille,bible, Quran, dan sains Modern, hlm.95

11
Lebih lanjut, Maurice Bucaille menjelaskan bahwa:

"Islam mempunyai hadis dan hadis ini dapat disamakan dengan


Injil. Hadis adalah kumpulan kata-kata Nabi Muhammad serta riwayat
tindakan- tindakannya. Injil adalah seperti hadis dalam soal-soal yang
mengenai Nabi Isa. Kumpulan yang pertama dari hadis ditulis beberapa
puluh tahun sesudah wafatnya Nabi Muhammad sebagaimana Injil ditulis
orang sesudah beberapa puluh tahun setelah Nabi Isa wafat. Kedua-
duanya merupakan kesaksian menusia tentang kejadian-kejadian dalam
waktu yang sudah lampau. Berlainan dari apa yang dikira oleh orang
banyak, Injil Empat (Matius, Lukas, Markus, dan Yohanes) dikarang oleh
orang-orang yang tidak menyaksikan kejadian- kejadian yang tidak
termuat dalam Injil tersebut. Keadaannya sama dengan kumpulan hadis.4

Interpretasi Maurice Bucaille kiranya kurang tepat karena dalam sejarah,


sebagian sahabat banyak yang mempunyai catatan pribadi tentang hadis dan
mereka sangat memperhatikannya dengan mudzakarah, menghafal, dan
menyampaikan kepada sahabat lain. Sekalipun Maurice Bucaille kurang
memahami kesaksian para perawi secara mata rantai sanad dalam hadi
shahih. Namun, intinya Injil ditulis secara resmi dan formal setelah seratu
setengah tahunan tanpa kesaksian sanad. Sedangkan asumsi penulisan Injil
setelah puluhan tahun setelah wafatnya Isa s.a karena penisbahan kepada
pengarangnya yang hidup puluhan tahun sesudahnya. Dengan demikian,
hadis dibukukan secara ilmiah dan dapat dipertanggungjawabkan
keotentisitasnya, terutama yang diriwayatkan secara mutawatirHal ini juga
menunjukkan betapa terpeliharanya agama Allah melalui Alquran dan hadis
dari Rasulullah.

2. Lambang Periwayatan

Penyandaran, berita yang dilakukan oleh setiap pembawa berita


dalam mata rantai sanad menggunakan ungkapan kata-kata yang
melambangkan pertemuan langsung (muttashil) atau tidaknya, yaitu
misalnya:
4
Ibid, hlm.17.

12
‫ أنبأنا أتاني‬،‫حدثنا حدثني أخبرنا أ َ ْخبَ َرنِي‬

Memberitakan kepada kami/memberitakan kepadaku, mengabarkan


kepada kami/mengabarkan kepadaku, memberitakan kepada
kami/memberitakan kepadaku.

Ketiga ungkapan penyampaian periwayatan hadis (add') di atas


pada umumnya digunakan dalam keadaan jika seorang periwayat
mendapat hadis secara langsung dan bertemu langsung dari seorang
gurunya. Hanya bedanya jika menggunakan kata haddatsa/nå berarti
penerimaan (tahammul) secara ber- jama'ah dan haddatsa/nî
bermakna bahwa penerimaannya sendirian. Secara umum memang
ungkapan kata-kata periwayatan di atas diartikan samayaitu bertemu
langsung. Namun, kemudian masing-masing mempunyai metodologi
yang khusus, misalnya sebagai berikut
َ َّ َ َّ
a. Lambang periwayatan ‫ َحدث َن‬/ ‫ َحدثب‬/ ‫َس ِم ْع ُت‬
dipergunakan dalam metode As-Sama' ‫عاَ سَّلا‬ ‫ م‬artinya seorang murid
mendengarkan penyampaian hadis dari seorang guru (syaikh)
secara langsungGuru membaca, murid mendengar bacaannya. Di
sini tampaknya guru lebih aktif, tetapi murid pun ditutut lebih
aktif karena mereka dituntut mampu menirukan dan hafal apa
yang ia dengar dari guru. Hadis yang menggunakan lambang
periwayatan tersebut dalam segala tingkatan sanad berarti
bersambung (muttashil), masing-masing periwayat dalam sanad
bertemu langsung dengan syaikhnya
َ َْ ْ َ
b. Lambang periwayatan: ‫ أخ ََ َبنا‬/‫ َخ ََ َب ِ يب‬dipergunakan dalam metode
AL-Qira'ah atau Al-'Ardh ‫ض‬ ُ ‫ ْالق َر َاء ُة َأ ْو ْال َع ْر‬artinya seorang murid
ِ
membaca atau yang lain ikut mendengarkan dan didengarkan oleh
seorang guru, guru mengiyakan jika benar dan meluruskan jika
terjadi kesalahan. Dalam dunia pesantren, metode ini dikenal
dengan metode sorogan, yang di- artikan murid
mengajukan/menyodorkan bacaannya di hadapan guru dan guru
mendengarkan bacaannya, jika benar dibenarkan dan jika salah

13
diluruskan. Metode ini juga dihukumi muttashil (bertemu
langsung) antara murid dan guru.

c. Lambang periwayatan: / ‫ أ‬dalam metode ijazah


seorang guru memberikan izin periwayatan kepada seorang atau
beberapa orang muridnya. Murid yang diberi ijazah untuk
menyampaikan periwayatan tidak sembarang murid, tetapi hanya
murid-murid tertentu yang memiliki kemampuan untuk
melakukan hal tersebut. Hadis yang disampaikan dengan metode
ijazah adalah hadis-hadis yang yang telah terhimpun dalam kitab-
kitab hadis. Oleh karena itu, pengijazahan itu tampaknya hanya
merupakan tali pengikat antara guru dan murid semata. Kualitas
hadis terpulang kepada periwayatan antara guru dengan para
periwayat sebelumnya atau naskah yang diijazahkan.5
d. Lambang periwayatan: ‫ال َِل‬ َ ‫َق‬ : ia berkata kepadaku atau:
َ َ
‫ذگر َِل‬ ia menyebutkan kepadaku dipergunakan dalam
َ َ ْ ُ
menyampaikan hadis metode Sama' Al-Mudzakarah ‫َس َماع ا ُلمذاگ َرِة‬
, artinya murid mendengar bacaan guru dalam konteks
mudzakarah bukan dalam konteks menyampaikan periwayatan
yang tentunya kedua belah pihak tidak siap.6 Berbeda dalam
konteks ada(menyampaikan periwayatan), kedua belah pihak
telah siap untuk memberi/menyampaikan dan menerima hadis.
e. Lambang periwayatan Hadis yang diriwayatkan menggunakan
: kata an disebut hadis mu'an'anah. Menurut jumhur ulama dapat
diterima karena asal periwayatnya tidak mudallis (penyimpan
cacat) dan dimungkinkan adanya pertemuan dengan gurunya. Jika
tidak memenuhi dua persyaratan ini maka tidak dihukumi
muttashil

5
M. Syuhudi Ismail, kaidah Kesehatan sanad Hadis, hlm.64
6
Mahmud Ath-Thahan, Tasyir Mushthalah Al- hadits, hlm.159-160

14
3. Matan

Dalam perkembangan karya penulisan, ada matan dan ada


syarah. Matan di sini dimaksudkan karya atau karangan asal
seseorang yang pada umumnya menggunakan bahasa yang universal,
padat, dan singkat, sedangkan syarah- nya dimaksudkan penjelasan
yang lebih terurai dan terperinci. Dimaksudkan dalam konteks hadis,
hadis sebagai matan, kemudian diberikan syarah atau penjelasan yang
luas oleh para ulama, misalnya Shahih Al-Bukhârî di-syarah- kan
oleh Al-Asqalani dengan nama Fath Al-Barî dan lain-lain.

Menurut istilah, matan adalah:

َّ ‫ما يَنتهى إِلَ ْي ِه ال‬


‫سنَد ُ ِمنَ الكَالم‬

Sesuatu kalimat setelah berakhirnya sanad

Definisi lain menyebutkan:

ِ ‫ألفاظ ْال َحدِي‬


‫ث الَّتِي تَقُ ْو ُم ِب َها َم َعانِي ِه‬

Beberapa lafal hadis yang membentuk beberapa makna.

Berbagai redaksi definisi matan yang diberikan para ulama, tetapi intinya
sama, yaitu materi atau isi berita hadis itu sendiri yang datang dari Nabi.
Matan hadis ini sangat penting karena yang menjadi topik kajian dan
kandungan syariat Islam untuk dijadikan petunjuk dalam beragama.

4. Mukharrij atau Perawi Hadis


Kata mukharrij merupakan isim fa'il (bentuk pelaku) dari kata takhrij
atau suatu hadis istikhrâj dan ikhrâj yang dalam bahasa diartikan;
menampakkan, mengeluarkan, dan menarik. Maksud mukharrij adalah
seorang yang menyebutkan dalam kitabnya dengan sanad-nya. Dr. Al-Muhdi
menyebutkan:

15
ِ ‫الر َوا َي ِة ك َْالبُخ‬
‫َاري‬ ِ ‫فَ ْال ُمخ َِر ُج ه َُو ذَا ِك ِر‬

Mukharrij adalah penyebut periwayatan seperti Al-Bukhari.7

Misalnya jika suatu hadis mukharrij-nya Al-Bukhari, berarti hadis


tersebut dituturkan Al-Bukhari dalam kitabnya dengan sanad-nya. Oleh
karena itu, biasanya pada akhir periwayatan suatu hadis disebutka n ُ‫َ ْخ َر َجه‬
ِ ‫ ( اْلبُخ‬hadis di takhrij oleh al-bukhari) dan seterusnya
‫َاري‬

C. ISTILAH-ISTILAH DALAM KEPAKARAN HADIS

Para imam-imam hadis yang telah mencapai penguasaan kemampuan


yang tinggi dalam bidang hadis, atau telah mencapai kemampuan hafalan
yang luar biasa dalam hadis, baik matan dan sanad-nya mendapat gelar yang
diberikan oleh para ulama sesuai dengan keahlian, kemahiran, dan
kemampuan hafalan mereka, baik hadis matan dan sanad-nya maupun ilmu-
ilmunya, yaitu Ilmu Hadis Riwayah dan Ilmu Hadis Dirayah. Gelar
kepakaran ini menjadi sangat penting untuk mengukur penguasaan dan
kemampuan seorang ahli hadis dalam bidang yang ditekuninya, di samping
untuk memberikan motivasi para pelajar dan pengkaji ilmu tersebut. Gelar
dalam ilmu hadis sama halnya gelar keilmuan dalam bidang ilmu lain seperti
dalam bidang fiqh dan ushul fiqh ada sebutan mujtahid muthlaq, mujtahid
muntasib, dan lain-lain. Gelar keilmuan dalam Islam memang patut dihargai
karena menunjukkan tingkat kepakaran seseorang dalam bidang ilmu
tertentu, di samping menunjukkan kemajuan peradaban umat Islam dalam
bidang ilmu lebih pesat pada awal Islam sebelum Barat maju, sebelum
adanya gelar Prof., Dr., M.M., M.Pd., dan lain-lain.

Di antara gelar keahlian dalam bidang hadis ialah sebagai berikut.

7
Al-Muhdi, Thuruq Al Takhij,hlm, 9.

16
1. Amir Al-Mu'minîn
Gelar Amir Al-Mu'minîn sebenarnya diberikan kepada Khalifah Abu
Bakar Ash-Shiddiq dan setelahnya. Para Khalifah diberikan
gelar demikian karena para sahabat mendengar jawaban Nabi atas
pertanyaan seorang sahabat tentang siapakah yang dikatakan
Khalifah, bahwa Khalifah adalah orang-orang sepeninggal Nabi yang
paling ahli dalam periwayatan hadis. Di samping pada masa Umar
bin Al-Khaththab, gelar Khalifah ditambah gelar Amir Al-Mu'minin
yang memiliki konotasi makna lebih umum, yaitu pimpinan umat
Islam dalam pemerintahan dan sekaligus dalam agama.

Melihat realita sejarah di atas, gelar Amir Al-Mukminîn


fokusnya dapat diberikan kepada seorang Khalifah dalam
pemerintahan Khalifah dalam agama. à atau diberikan kepada a masa
Khulafa Ar-Rasyidîn, dua sifat kepemimpinan Pada itu masih dapat
menyatu secara integral karena mereka yang terpilih sebagai Khalifah
adalah seorang negarawan dan agamawan, lain halnya kondisi
Khalifah berikutnya. Gelar Amir Al-Mukminin dalam hadis tidak
berkait dengan kekhalifahan secara formal dalam politik, tetapi
berkaitan dengan penguasaan hadis seseorang.

Gelar Amir Al-Mukminîn dalam 'Ulûm Al-Hadîts


dimaksudkan gelar yang tertinggi pada masa tertentu sebagai seorang
penghafal hadis dan mengetahui Ilmu Dirayah dan Riwayah hadis
pada masa tertentu, sehingga ia menjadi imam atau raja hadis yang
banyak dikagumi oleh para ulama. Para Fulama mutaqaddimin yang
memperoleh gelar ini antara lain: Syu'bah bin Al- Hajjaj, Sufyan Ats-
Tsauri, Ishaq bin Rahawaih, Ahmad bin Al-Bukhari, Ad- Daruquthni,
dan lain-lain. Sedangkan di kalangan muta'akhirin yang mendapat
gelar ini antara lain: An-Nawawi, Al-Mizzi, Adz-Dzahabi, dan Al-
Asqalani.
2. Al-Hakim
Al-Hakim, yaitu suatu gelar keahlian bagi para pakar hadis yang
menguasai seluruh permasalahan hadis, baik matan yang
diriwayatkan (marwiyah) maupun sanad-nya dan mengetahui hal

17
ihwal para perawi hadis yang adil (ta'dîl) dan yang tercela (tajrîh),
mengetahui biografi para perawi, baik tentang perjalanan kepada
guru-gurunya dan sifat-sifatnya yang dapat diterima Atau orang yang
meliputi segala hal yang bersangkutan dengan hadis, baik maupun
ditolak. dari segi sanad dan matan. Para muhaditsîn yang mendapat
gelar ini antara lain: Ibnu Dinar (w. 162 H), Al-Laits adalah seorang
mawali yang menderita buta di akhir hayatnya (w. 175 H), Imam
Malik (w. 179 H), dan Imam Asy-Syafi'i (w. 204 H).
3. Al-Hujjah
Gelar Al-Hujjah diberikan kepada para pakar hadis yang kemampuan
hafalan hadisnya dapat dijadikan hujah dan menjadi referensi bagi
para penghafal lainnya. Menurut sebagian ulama, gelar Al-Hujjah
diberikan kepada para imam yang sanggup menghafal 300.000 hadis
yang diriwayatkan, baik matan, sanad, maupun perihal para perawi
seperti tentang keadilan, kecacatan, dan biografinya. Para
muhadditsîn yang mendapat gelar ini antara lain: Hisyam bin Urwah
(w. 146 H) dan Muhammad bin Amr (w. 242 H). Pendapat pertama
lebih kuat daripada pendapat kedua, karena pendapat pertama dapat
mengantarkan seseorang kepada esensi makna kepakaran tersebut,
yaitu sebagai hujah dan referensi bagi para hafidz lain. Sementara
pendapat kedua hanya menekankan penguasaan hafalan sejumlah
besar dari hadis, tetapi belum menunjuk tercapainya kualitas
kepakaran yang komprehensif.
4. Al-Hafizh
Gelar Al-Hafidz setelah gelar Al-Hujjah ialah gelar ahli hadis yang
dapat men- shahih-kan sanad serta matan hadis dan dapat men-ta'dil-
kan dan men-jarh- kan para perawi hadis. Sebagian ulama
berpendapat, gelar Al-Hujjah adalah bagi mereka pakar hadis yang
menghafal yang shahih, mengetahui perawi yang me-waham-kan
(banyak berprasangka), 'illat-'illat hadis dan istilah- istilah para
muhadditsîn. Menurut sebagian pendapat, Al-Hafizh itu harus
mempunyai kapasitas menghafal 100.000 hadis. Al-Mizzi
berpendapat bahwa gelar Al-Hafizh adalah orang yang sedikit saja
apa yang tidak ia ketahui dari permasalahan hadis. Jika ia telah
menghafal lebih dari 100.000-300.000 hadis maka dipandanglah
sebagai Al-Hafizh dan Al-Hujjah. Para muhadditsîn yang

18
mendapatkan gelar ini antara lain: Al-Iraqi, Syarafuddin Ad-
Dimyathi, Ibnu Hajar Al-Asqalani, dan lain-lain.

Ada sebuah ilustrasi untuk memperkuat uraian di atas tentang ke-


langkaan manusia sekarang yang memiliki predikat Al-Hafidz. Al-
Hafidz Al-Mizzi mengatakan, bahwa orang yang boleh dikatakan
sebagai Al-Hafidz adalah seorang yang mengetahui mayoritas
keadaan perawi hadis atau di- katakan ia lebih banyak tahu tentang
keadaan para perawi hadis daripada ketidaktahuannya. At-Taj As-
Subki bertanya: "Apakah dijumpai seorang yang demikian di masa
kita?" Al-Mizzi menjawab: "Saya belum menjumpai seseorang yang
menyamai Syarafuddin Ad-Dimyathi dan yang mendekatinya adalah
Ibnu Daqiq Al-Id"8

5. Al-Muhaddits
Menurut muhadditsîn mutaqadimin, Al-Hafidz dan Al-Muhaddits itu
satu artiAkan tetapi, menurut muhadditsîn mutakhirin, Al-Hafidz itu
lebih khusus daripada Al-MuhadditsMenurut At-Taj As-Subki dalam
bukunya Maw'id An- Ni'am ialah orang yang banyak mengetahui
sanad, 'illat, nama para periwayat hadis, baik yang tinggi (ali) dan
yang rendah (nâzil), dan memahami buku Induk Hadis Enam (Al-
Kutub As-Sittah)Musnad Ahmad, Sunan Al-Baihaqi, Mu'jam Ath-
Thabrani, dan seribu juz hadis. Pada masa salaforang yang dipandang
sebagai muhaddits adalah mereka yang mendikte sekurang-
kurangnya 20.000 hadis.

As-Suyuthi dalam kitab At-Tadrib-nya menjelaskan, menurut Abu


Syamahilmu hadis yang harus dikuasai seorang ahli hadis sekarang
ini terbagi menjadi 3 hal, yaitu sebagai berikut

a. Menghafal matan-matan hadis dan mengetahui gharib serta


faqih.12

b. Menghafal sanad, mengetahui ihwal para perawi, dan dapat


membedakan antara yang shahih dan yang dha'if
8
Ash-shiddieqy, sejarah dan pengantar, hlm. 145.

19
c. Menghimpun, menulis, mendengar, mencari sanad-sanad hadis,
dan mengetahui sanad yang terpendek daripadanya

Menurut Ibnu Hajar Al-Asqalani, orang yang dapat


mengumpulkan ketiga sifat di atas dipandang sebagai faqih dan
muhaddits yang sempurna. Sedangkan yang menguasai dua dari tiga
sifat tersebut, berarti muhaddits yang berada di bawahnya. Di antara
muhadditsin yang mendapat gelar ini antara lain: Atha bin Abi Rabah
(seorang mufti Mekah, wafat 115 H), Muhammad Al-Murtadha Az-
Zabidi (penyusun Syarah Ihyâ Ulûm Ad-Din), dan lain-lain.

Menurut Sayyid An-Nas yang dikutip oleh Ash-Shiddieqy,


Muhaddits pada masa kita adalah seorang yang membimbing diri dari
urusan riwayah dan dirayah kemudian menghimpun para perawi dan
mempelajari keadaannya. Sedang menurut At-Taj As-Subki,
Muhaddits adalah seorang yang mengetahui segala permasalahan
hadis, baik dari segi sanad, 'illat-'illat, nama para perawi, 'âlî dan
nâzil, hafal sejumlah besar matan hadis, dan mempelajari Kitab Induk
Enam di samping Musnad Ahmad, Sunan Al-Baihaqi, Mu'jam Ath-
Thabarani, serta seribu juz hadis. Jika seseorang telah mampu
menguasai yang demikian dan mempelajari pula kitab-kitab
Thabaqât, mengetahui illat-'illat hadis, dan tarikh wafat para perawi
dapat dikatakan sebagai Muhaddits Awal.9
6. Al-Musnid
Al-Musnid, yaitu gelar keahlian yang meriwayatkan hadis beserta
sanad-nya, baik ia menguasai benar tentang keadaan sanad maupun
tidak. Al-Musnid juga disebut dengan Ath-Thalib, Al-Mubtadî, dan
Ar-Rawî.10 Atau diartikan, orang yang hanya mempelajari dan
mengajar hadis, tetapi tidak mengetahui segala ilmunya, ia lebih
cenderung hanya sebagai perawi.

9
Ash Shiddieqy, sejarah dan pengantar, hlm. 1146
10
Fathurrahma, Ikhtisar Mushalah hadis, hlm. 25

20
7. Thâlib Al-Hadits
Gelar yang terakhir ini adalah gelar yang terendah di antara sekian
gelar d atas. Gelar Thâlib Al-Hadits diberikan kepada orang yang
memulai kariernya dalam bidang hadis, yaitu orang yang mencari
hadis atau yang sedang mempelajarinya.

Demikian gelar yang diberikan kepada para pakar hadis


sebagai penghargaan gelar keilmuan sesuai dengan kemampuan yang
dimilikinya. Dengan gelar ini dapat membantu kepada para pengkaji
hadisdi mana di antara mereka ada yang lebih kredibel (tsiqah)
sebagai perbandingan dengan yang tsiqah saja atau yang kurang
tsiqah. Gelar-gelar tersebut sangat berpengaruh terhadap kualitas
hadis yang diriwayatkan dan yang dibukukan dalam berbagai kitab
hadis.

D. Berkaitan dengan generasi perawi

1. Thabagat

Dari segi bahasa, Thabaqat (3) diartikan kaum yang serupa atau
sebayaMenurut istilah, Thabaqat adalah:

‫اْل ْسنَا ِد أو في اْلسنا ِد‬


ِ ‫قوم تقاربوا في السن َو‬
Kaum yang berdekatan atau sebaya dalam usia dan isnâd atau
dalam isnâd saja,11

Thabaqat adalah kelompok beberapa orang yang hidup dalam


satu generasi atau satu masa dan dalam periwayatan atau isnad yang
sama atau sama dalam periwayatan saja. Maksud berdekatan dalam
isnad adalah satu perguruan atau satu guru, atau diartikan berdekatan

11
Mahmud Ath-thahan, Tasyr, hlm. 189.

21
dalam berguru. Jadi, para gurunya sebagian periwayat juga para
gurunya sebagian perawi lain. Misalnya thabaşar sahabat, thabaqat
tabi'in, thabaqat tabi'it tabi'in, dan seterusnya. Kemudian thabaqât
masing-masing ini dibagi-bagi menjadi beberapa thabaqât lagi yang
nanti akan dijelaskan pada pembahasannya

Menurut Ibnu Hajar Al-Asqalani thabaqât para perawi hadis


sejak masa sahabat sampai pada akhir periwayatan ada 12 thabaqât,
yaitu sebagai berikut
a. Sahabat dengan berbagai tingkatannya.
b. Tabi'in senior seperti Sa'id bin Al-Musayyab
c.Tabi'in pertengahan seperti Al-Hasan dan Ibnu Sirin.
d. Tabi'in dekat pertengahan seperti Az-Zuhri dan Qatadah
e. Tabi'in junior, tetapi tidak mendengar dari seorang sahabat seperti
Al- .
f. Hadir bersama tabi'in junior, tetapi tidak bertemu dengan seorang
sahabat seperti Ibnu Juraij.
g. Tabitabi'in senior seperti Malik bin Anas dan Sufyan Ats-Tsauri.
h.Tabi' tabi'in pertengahan seperti Ibnu Uyaynah dan Ibnu Ulayyah.
i.Tabi' tabi'in junior seperti Abu Dawud Ath-Thayalisi dan Asy-
Syafi'i.
j. Murid tabi' tabi'in senior yang tidak bertemu dengan tabi'in seperti
Ahmad bin Hanbal.
k. Murid tabitabi'in pertengahan dari mereka seperti Adz-Dzuhali dan
Al-Bukhari.
1. Murid tabitabi'in junior dari mereka seperti At-Tirmidzi

Di antara faedah mengetahui thabaqât ini adalah menghindarkan


kesamaran antara dua nama atau beberapa nama yang sama atau
hampir sama. Di antara kitab-kitab thabaqat yang terkenal adalah
Ath-Thabagat Al-Kubrů karya Ibnu Sa'adThabaqat Al-Qurra' karya
Abu Amr Ad-Dani, Thabaqât Asy-Syafi'iyyah Al-Kubra karya Abdul
Wahhab As-Subki, dan lain-lain. Untuk memudahkan pemahaman,
berikut ini dipaparkan denah Thabaqat menurut Ibnu Hajar Al-
Asqalani.

22
2. Sahabat
Dari segi bahasa, sahabat diambil dari kata dengan makna, yang
yang berarti yang punya atau yang ُ‫احب‬ ِ ‫ص‬
َّ ‫ ال‬dan ‫ الصحابي‬berarti
persahabatan . ٌ‫صحْ ب‬
َ ‫ص َحابٌ َو‬ َ
ْ ‫ أ‬menyertai. Jamaknya

Menurut istilah Muhadditsin, sahabat adalah:

َ ٌ ‫اْلس َْال ِم َولَ ْو تَ َخلَّلَت ذَلِكَ ِردَّة‬


‫علَى‬ ِ ْ ‫سلَّ َم ُم ْس ِل ًما َو َماتَ َعلَى‬
َ ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو‬ َ ‫َم ْن لَ ِق‬
َّ ِ‫ي النَّب‬
َ ‫ي‬
‫األَص َح‬

Orang yang bertemu dengan Nabi dalam keadaan beragama


Islam dan mati dalam Islam sekalipun dipisah murtad di tengah-
tengah menurut pendapat yang benar.12

Definisi di atas berarti tergolong sahabat, yaitu siapa saja


seorang muslim yang bertemu dengan Nabi, baik sebentar atau
dalam waktu lama, baik meriwayatkan suatu hadis atau tidak,
berperang bersama beliau atau tidak, melihat Nabi, sekalipun
tidak duduk bersama beliau dan sekalipun tidak melihat seperti
orang buta. Uraian ini sebagaimana pendapat mayoritas ulama.
Berbeda dengan pengertian sahabat yang ditawarkan oleh
Ushûliyyûn, yaitu setiap orang yang lama persahabatannya
dengan Nabi dan mengikutinya.13

Semua sahabat dihukumi adil menurut pendapat mayoritas


ulama, baik mereka yang terlibat dalam fitnah (peperangan)
antara pendukung Ali dan pendukung Mu'awiyah, maupun yang
tidak terlibat. Maksud adil di sini adalah menjauhi sifat

12
Mahmud Ath-Thahan,tassr Mushthalah Al-hadits, hlm. 164
13
Ajaj Al-khathib Al-Mukhtashar, hlm. 198-199.

23
kebohongan dan penyimpangan secara sengaja dalam
periwayatan. Dengan demikian, seluruh periwayatan mereka
diterima tanpa ada penelitian keadilan mereka. Bagi mereka yang
terlibat dalam fitnah di- interpretasikan sebagai upaya ijtihad
yang berpahala, sekalipun kurang tepat. Hal ini didasarkan pada
dugaan yang baik (husn azh-zhann) terhadap mereka, karena
mereka orang-orang yang terdekat dengan Rasulullah dan lebih
paham pribadi Rasulullah dan hadis yang dibawanya.

Jumlah para sahabat tidak terhitung besarnya atau sulit


dihitung karena mereka terpencar-pencar ke berbagai negara dan
daerah setelah masa perluas wilayah. Akan tetapi, sebagian ulama
ada yang menghitung lebih dari 100.000 orang sahabat, bahkan
Abu Zarah Ar-Razi menghitungnya sebanyak 114.000 orang
sahabat" Yang paling akhir meninggal dunia di antara mereka
adalah Abu Ath-Thufail Amir bin Watsilah Al-Laitsi di Mekah
pada tahun 100 H dan sebelum itu Anas bin Malik di Bashrah
pada tahun 90 HDi antara mereka yang lebih dahulu masuk Islam
dari kalangan laki-laki dewasa adalah Abu Bakar, dari kaum
wanita, Khadijah; dari kalangan anak-anak, Ali bin Abu Thalib
dari kalangan mawili (budak yang telah dimerdekakan), Zaid bin
Haritsah; dari kalangan budak adalah Bilal bin Rabah.

Di antara mereka yang paling banyak meriwayatkan hadis


adalah Abu Hurairah (w. 59 H) sebanyak 5.374 buah hadis,
Abdullah bin Umar (w. 73 H) sebanyak 2.630 buah hadis, Anas
bin Malik (w. 90 H) sebanyak 2.286 buah hadis, Aisyah binti Abu
Bakar (w. 58 H) sebanyak 2.210 buah hadis, Abdullah bin Abbas
(w. 68 H) sebanyak 1.660 buah hadis, dan Jabir bin Abdullah (w.
78 H) sebanyak 1.540 buah hadis.

Di antara sahabat yang banyak memberikan fatwa adalah Ibnu


Abbas dan 6 orang sahabat senior, yaitu Umar bin Al-Khaththab,
Ali bin Abu Thalib, Ubay bin Ka'ab, Zaid bin Tsabit, Abu Ad-
Darda', dan Ibnu Mas'ud.

24
Para ulama berbeda dalam menentukan thabaqat sahabat; di
antara mereka ada yang melihat dari segi masuk Islam lebih
dahulu, atau dari segi hijrahnys, atau dilihat dalam keikutsertaan
ke dalam. berbagai peperangan penting. Ibnu Sa'ad membagi 15
thabaqat dan Al-Hakim membagi menjadi 12 thabagat15 thabaqat
sahabat menurut Ibnu Sa'ad, di antaranya:

Jumlah para sahabat tidak terhitung besarnya atau sulit


dihitung karena mereka terpencar-pencar ke berbagai negara dan
daerah setelah masa perluas wilayah. Akan tetapi, sebagian ulama
ada yang menghitung lebih dari 100.000 orang sahabat, bahkan
Abu Zarah Ar-Razi menghitungnya sebanyak 114.000 orang
sahabat" Yang paling akhir meninggal dunia di antara mereka
adalah Abu Ath-Thufail Amir bin Watsilah Al-Laitsi di Mekah
pada tahun 100 H dan sebelum itu Anas bin Malik di Bashrah
pada tahun 90 HDi antara mereka yang lebih dahulu masuk Islam
dari kalangan laki-laki dewasa adalah Abu Bakar, dari kaum
wanita, Khadijah; dari kalangan anak-anak, Ali bin Abu Thalib
dari kalangan mawili (budak yang telah dimerdekakan), Zaid bin
Haritsah; dari kalangan budak adalah Bilal bin Rabah.

Di antara mereka yang paling banyak meriwayatkan hadis


adalah Abu Hurairah (w. 59 H) sebanyak 5.374 buah hadis,
Abdullah bin Umar (w. 73 H) sebanyak 2.630 buah hadis, Anas
bin Malik (w. 90 H) sebanyak 2.286 buah hadis, Aisyah binti Abu
Bakar (w. 58 H) sebanyak 2.210 buah hadis, Abdullah bin Abbas
(w. 68 H) sebanyak 1.660 buah hadis, dan Jabir bin Abdullah (w.
78 H) sebanyak 1.540 buah hadis.

Di antara sahabat yang banyak memberikan fatwa adalah Ibnu


Abbas dan 6 orang sahabat senior, yaitu Umar bin Al-Khaththab,
Ali bin Abu Thalib, Ubay bin Ka'ab, Zaid bin Tsabit, Abu Ad-
Darda', dan Ibnu Mas'ud.

Para ulama berbeda dalam menentukan thabaqat sahabat; di


antara mereka ada yang melihat dari segi masuk Islam lebih

25
dahulu, atau dari segi hijrahnys, atau dilihat dalam keikutsertaan
ke dalam. berbagai peperangan penting. Ibnu Sa'ad membagi 15
thabaqat dan Al-Hakim membagi menjadi 12 thabagat15 thabaqat
sahabat menurut Ibnu Sa'ad, di antaranya:

a. Pendahulu penduduk Mekah yang masuk Islam, seperti 10 orang yang


digembirakan masuk surge

b. Sahabat yang masuk Islam sebelum sidang Dar An-Nadwah.

C. Sahabat yang berhijrah ke Habasyah.

d. Sahabat yang hadir di Baiat Aqabah pertama.

e. Sahabat yang hadir di Baiat Aqabah kedua.

f. Sahabat muhajir ke Madinah, sedang Nabi masih di Qubba.

g. Sahabat Perang Badar, dan seterusnya.

Para ulama sepakat bahwa di antara mereka yang paling utama adalah
Abu Bakar, Umar, Utsman, dan Ali. Di antara kitab yang menjelaskan
biografi sahabat adalah sebagai berikut.

a. Al-Ishabah fi Tamyiz Ash-Shahâbah karya Ibnu Hajar Al-Asqalani.

b. Usud Al-Ghabah fi Ma'rifat Ash-Shahâbah, karya Ibnu Al-Atsir.

C. Al-Isti ab fi Asma' Al-Ashhab, karya Ibnu Abdul Barr.

3. Tabi'in

Tabi'în adalah bentuk jamak dari kata tabi'î atau tabiyang berarti
orang yang mengikuti atau berjalan di belakang. Menurut istilah, tabi'in
adalah sebagai berikut.

َ ‫َ ق‬ ‫ا‬ ‫الس ا‬

Adalah Orang muslim beragama Islam.22 yang bertemu dengan seorang


sahabat dan mati dalam beragama islam,

26
Jumlah tabi'in tidak terhitung karena setiap orang muslim yang
bertemu dengan seorang sahabat disebut tabi'in, padahal sahabat yang
ditinggalkan Rasulullah lebih dari seratus ribu orang. Para ulama juga
berbeda dalam membagi thabaqat tabi'in, tergantung dari segi tinjauan
yang mereka pakai. Imam Muslim membaginya menjadi 3 thabaqât, Ibnu
Sa'ad membaginya 4 thabaqât, dan Al-Hakim membaginya 15 thabaqât yang
pertama adalah orang yang ber- temu 10 orang sahabat yang digembirakan
dengan surga. Para ulama sepakat bahwa akhir masa tabi'in pada tahun 150
H dan akhir masa tabi' tabi'in pada tahun 220 H. Adapun tabi'in terakhir yang
bertemu dengan Abu Ath-Thufail Amir bin Watsilah di Mekah adalah Khalaf
bin Khalifah (w. 181 H).

Di antara tabi'in yang tergolong ahli Fiqh ada 7 orang, mereka adalah
ulama tabi'in senior dan semuanya dari penduduk Madinah. Mereka adalah
Sa'id bin Al-Musayyab, Al-Qasim bin Muhammad, Urwah bin Az-Zubair,
Kharijah bin Zaid, Abu Salamah bin Abdurrahman, Ubaidillah bin Abdullah
bin Utbah, dan Sulaiman bin Yasar. Sedangkan di antara tabi'in yang paling
utama menurut penduduk Madinah adalah Sa'id bin Al-Musayyab, menurut
penduduk Kufah adalah Uways Al-Qarni, dan menurut penduduk Bashrah
adalah Al-Hasan Al-Bashri.

Di antara mereka ada yang digolongkan Mukhadhramin (bentuk


jamak) atau mukhadhram adalah orang yang mendapatkan masa Jahiliah dan
masa Nabi, beriman kepada Nabi, tetapi tidak melihatnya. Seperti Abu Raja'
Al- Utharidi, Suwaid bin Ghaflah, Abu Utsman An-Nahdi, dan Al-Aswad
bin Yazid An-Nukha'i. Imam Muslim menghitung 20 orang, tetapi menurut
pendapat yang shahih lebih dari 20 orang.

Di antara tabi'in wanita atau disebut Tabi'ât yang senior adalah


Hafshah binti Sirin (w. setelah 100 H), Umrah binti Abdurrahman (w. 98 H),
Ummu Ad-Darda' Ash-Shughra (w. 81 H), dan lain-lain.

27
BAB III

Kesimpulan

Ilmu Hadist adalah ilmu yang membahas segala hal yang disandarkan
pada Nabi SAW baik berupa perkataan, perbuatan, ketetapan, serta sifat-sifat
jasmaniah maupun akhlaqiah. Adapun istilah-istilah dalam ilmu hadist
terbagi menjadi 4: 1.Sanad 2.Lambang periwayatan 3.Matan 4.Mukharij atau
Perawi Hadits

Dan ada juga Istilah-istilah yang berhubungan dalam kepakaran


hadits seperti 1. Amir Al Mu’minin gelar yang tertinggi sebagai penghafal
hadits 2. Al Hakim suatu gelar keahlian yang menguasai seluruh
permasalahan hadits 3. Al Hujjah di berikan pada pakar hadits yang sanggup
menghafal 300.000 hadits 4.Al Hafizh menurut sebagian pendapat kapasitas
menghafalnya mencapai 100.000-300.000 hadits 5. Al Muhaddits mereka
yang mengdikte sekurang kurangnya 20.000 hadits.Berkaitan dengan
Generasi Perawi 1. Thabaqat adalah kelompok yang beberapa orang hidup
dalam satu generasi atau satu masa 2. Sahabat yaitu orang yang bertemu
dengan Nabi SAW dalam keadaan Islam dan meninggal dalam keadaan
Islam 3. Generasi Tabi’in orang-orang yang bertemu dengan satu orang
sahabat atau lebih.

28
DAFTAR PUSTAKA

MajmaAl-Lughah Al-Arabiyah, Al-Mu'jam Al-Wajiz,

Ajaj Al-khatib,as-sunnah,Qoabl At-tadwin

Maurice Bucaille,bible, Quran, dan sains Modern,

M. Syuhudi Ismail, kaidah Kesehatan sanad Hadis,

Mahmud Ath-Thahan, Tasyir Mushthalah Al- hadits,

29

Anda mungkin juga menyukai