Anda di halaman 1dari 21

KONSEPTUALISASI ILMU HADIS

(Telaah Ontologi, Epistemologi dan Aksiologi)

Makalah

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas


Mata Kuliah Studi Hadis
Prodi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir

Oleh:
MOH FADHEL HUSEN
NIM: 80600223009

Dosen Pembimbing:

Dr. H. TASMIN TANGGARENG, M.Ag

PROGRAM PASCASARJANA

UIN ALAUDDIN MAKASSAR

2023
KATA PENGANTAR

Segala pujian dan rasa syukur hanya untuk allah dengan dengan

kenikmatan yang sempurna telah diberikan kepada hamba-hambanya khususnya

kepada penulis, sehingga makalah ini dapat terselesaikan. Shalawat dan taslim

tercurahkan kepada Rasulullah saw.

Makalah ini membahas tentang “KONSEPTUALISASI ILMU HADIS

(Telaah Ontologi, Epistemologi dan Aksiologi) ” yaitu sebagai kelanjutan materi

perkuliahan Studi Hadis dan tugas bagi penulis pribadi untuk membawakan materi

ini. Tentunya terimakasih kepada dosen mata Studi Hadis Dr. H. TASMIN

TANGGARENG, M.Ag, yang telah membimbing dan mentransfer ilmunya dalam

proses perkuliahan yang berlangsung dan teruntuk teman-teman yang memberikan

masukan dan wawasan dalam penyusunan makalah ini maupun dalam perkuliahan.

Penulis menyadari makalah ini terdapat banyak kekurangan. Oleh karena

itu, dibutuhkan saran dan juga kritik dalam mengembangkan makalah ini jauh

lebih baik dan sempurna, dengan mengharapkan ridha, petunjuk dan rahmat Allah

swt.

13 Oktober 2023

Penulis,

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i


DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah........................................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan ............................................................................................ 2
BAB II ..................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN ..................................................................................................... 3
A. Tinjauan Ontologi Terhadap Konsep Ilmu Hadis .......................................... 3
1. Pengertian Ilmu Hadis ................................................................................. 3
2. Pandangan ‘Ulama Seputar Pembahasan Ilmu Hadis ................................. 5
B. Tinjauan Epistemologi Terhadap Konsep Ilmu Hadis ................................... 6
1. Pembagian Ilmu Hadis................................................................................. 6
2. Sejarah Perkembangan Ilmu Hadis. .......................................................... 11
C. Ulumul Hadis Dalam Perspektif Aksiologis. ............................................... 14
BAB III.................................................................................................................. 16
PENUTUP............................................................................................................. 16
A. Kesimpulan ................................................................................................... 16
B. Implikasi ....................................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 18

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Allah telah memberikan kepada umat kita para pendahulu yaitu para

ulama’ selalu menjaga al-Qur’an dan hadis Nabi saw. Sebagian dari mereka

memprioritaskan perhatiannya untuk menjaga hadis beserta ilmunya, dari generasi

ke generasi yang lain1. Ilmu Hadis adalah satu disiplin ilmu yang mengantar umat

Islam untuk memahami kajian hadis dengan mudah dan benar sebagai penjelas al-

Qur’an. Artinya, seseorang tidak akan mampu memahami hadis dan

permasalahannya secara benar tanpa mengetahui ilmu Hadis terlebih dahulu.

Pemahaman terhadap hadis dipandang tidak lengkap dan utuh jika tidak

memahami tentang ruang lingkup pembahasan ilmu hadis.

Dalam sudut pandang yang lain, sebagian orang beranggapan bahwa ilmu

hadis tidak memberi faedah secara konkret dan tidak begitu relevan untuk zaman

sekarang. Mencari hadis di zaman sekarang seperti melangkahkan setapak kaki,

yang di mana cukup dengan menulis satu atau dua kata di internet maka akan

ditemukan sebuah hadis tanpa mempertimbangkan kebenaran Sanad dan

Matannya.

Sudut pandang tersebut dibuktikan dengan kurangnya peminat dalam

kajian ilmu hadis itu sendiri. Kalaupun ada peminatnya, hanya sekelompok orang

dan itupun tidak ditekuni secara mendalam. Sehingga di lapangan kita sering

menjumpai suatu permasalahan agama yang diselesaikan dengan satu hadis,

bukannya permasalahan itu bisa teratasi akan tetapi menyebabkan munculnya

permasalahan yang lain. Hal tersebut disebabkan bukan karena kesalahfahaman

Manna>’ al-Qat}t}a>n, Maba>his\ fi< Ulu>m al-Hadi<s\ (Kairo: Maktabah Wahbah, 2007), h. 5.
1

1
2

seseorang tentang hadis Nabi, akan tetapi kurang mendalami dan menekuni

hakikat dan ruang lingkup kajian ilmu hadis sebagai alat dan pondasi dalam

memahami suatu hadis.

Karena atas dasar itulah, konsep ilmu Hadis ini perlu di fahami dan telaah

kembali secara ontologi (hakikatnya), epistimologi (metode dan tahapannya), dan

aksiologi (nilai dan manfaanya). Sehingga pemahaman terhadap hadis Nabi saw.

sebagai penjelas al-Qur’an, tidak keliru dan sesuai dengan aturan dan tata cara

memahami hadis berlandaskan ilmunya.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka dapat di ambil

rumusan masalahnya yaitu: Bagaimana konseptualisasi ilmu hadis ditinjau dari

ontologi, epistimologi dan aksiologi?

C. Tujuan Penulisan

1. Mengetahui hakikat ilmu hadis

2. Mengetahui ruang lingkup kajian ilmu hadis.

3. Mengetahui nilai dan manfaat ilmu hadis


BAB II

PEMBAHASAN

A. Tinjauan Ontologi Terhadap Konsep Ilmu Hadis

Secara bahasa, ontologi berasal dari bahasa Yunani yang asal katanya

adalah “ontos” dan “logos”. Ontos bermakna “yang ada” sedangkan logos adalah

“ilmu”. Sederhananya, ontologi merupakan ilmu yang berbicara tentang yang ada.

Secara istilah, ontologi adalah cabang dari filsafat yang berhubungan dengan

hakikat hidup tentang suatu keberadaan yang meliputi keberadaan segala sessuatu

yang ada dan yang mungkin ada.2 Dalam meninjau Ilmu Hadis, maka aspek

ontologis akan berbicara tentang hakikat Ilmu Hadis dari segi definisi dan

pandangan ulama tentang Ilmu Hadis serta pokok bahasan dalam Ilmu Hadis.

1. Pengertian Ilmu Hadis

Kata Ilmu Hadis sendiri merupakan terjemahan dari kata ‫احلديث‬ ‫ علوم‬ulu>m
al-H}adi>s\. Dalam bahasa Inggris dikenal dengan the science of hadist.3 Dalam
bahasa arab kata Ilmu Hadis terdiri atas dua lafal yang tersusun secara id}a>fah,

yakni ‘ilmu dan h}adi>s\.4 Kata ‘ilmu definisikan oleh syekh Ali al-Jurja>ni bermakna:

keyakinan secara totalitas yang sesusai dengan kenyataan, beliau juga mengutip

perkataan ahli hikmah yang mendefinisikan ilmu yaitu memperoleh gambaran

terhadap sesuatu di dalam akal.5 Sedangkan kata h}adi>s\ adalah segala sesuatu yang

bersumber dari Nabi Muhammad saw. dalam bentuk perkataan, perbuatan, atau

penetapannya.6 Nur al-Din ‘itr mengartikan hadis dengan segala sesuatu yang

2
Dewi Rokhmah, “Ilmu dan Tinjauan Filsafat: Ontologi, Epistemologi, dan Aksiologi”,
Cendekia: Jurnal Studi Keislaman 7, no.5 (Desember 2021): h. 176.
3
Marhumah, Ulumul Hadis: Konsep, Urgensi, Objek Kajian, Metode dan Contoh
(Yogyakarta:SUKA-Press, 2014), h. 9.
4
Ambo Asse, Ilmu Hadis: Pengantar Memahami Hadis Nabi saw. (Makassar: Alauddin
Press, 2019), h. 3.
5
Ali al-Jurja>ni, Mu’jam at-Ta’ri>fa>t (Kairo: Da>r al-Fad}i>lah, 2004), h. 130.
6
Mahmud Tahan, Taisi>r al-Mus}t}alah al-H{adi>s\, terj. Abu Fuad (Bogor: Pustaka Thariqul
Izzah, 1985). 13.

3
4

disandarkan kepada Nabi baik perkataan, perbuatan, ketetapan, sifat-sifat, tabiat,

dan tingkah lakunya atau yang disandarkan kepada sahabat dan ta>bi’i>n.7

Dengan demikian ketika kedua kata tersebut dirangkaikan menjadi satu,

maka akan melahirkan sebuah definisi baru berkaitan dengan ilmu tersebut, dalam

hal ini yaitu Ilmu Hadis yang dapat diartikan sebagai ilmu yang mengkaji dan

membahas tentang segala yang disandarkan kepada Nabi baik berupa perkataan,

perbuatan, persetujuan, ataupun sifat-sifat, tabiat, dan tingkah lakunya atau yang

disandarkan kepada sahabat dan ta>bi’i>n.8

Menurut Al-Alla>mah al-Tabri>zi> dalam kitabnya Syarh al-Di>ba>j al-

Muz\ahhab mendefinisikan bahwa Ilmu Hadis adalah :9


‫ وأفعاله وتقريراته وهيئته وشكله مع‬،‫هو العلم أبقوال رسول هللا صلى هللا عليه وسلم‬
.‫ ومتييز صحاحها وحساهنا وضعافها عن خالفها متنا وإسنادا‬،‫أسانيدها‬
Ilmu yang berkaitan dengan ungkapan, perbuatan, penetapan, gerak-gerik dan

bentuk jasmaniah Rasulullah saw beserta sanad-sanad dan ilmu pengetahuan

untuk membedakan kesahihanya, kehasanan-Nya, dan ked}a’ifan-Nya daripada

yang lainya, baik matan maupun juga sanadnya.

Sedangkan Ibnu H{ajar al-‘Asqala>ni> berpendapat bahwa Ilmu Hadis

adalah:10

‫معرفة القواعد اليت يتوصل هبا إىل معرفة الراوي واملروي‬


Mengetahui kaidah-kaidah yang disajikan sambungan untuk mengetahui

(keadaan) perawi dan yang diriwayatkan.

7
Nu>r al-Di>n ‘Itr, Manhaj al-Naqd fi> ‘Ulu>m al-H{adi>s\ (Damaskus: Da>r al-Fikr 1979), h. 27.
8
Idri, Studi Hadis (Cet. III; Jakarta: Kencana 2016), h. 53.
9
Syam al-Di>n al-Tabri>zi>, Syarh al-Di>ba>j al-Muz\ahhab fi> Mus}t}alah} al-H{adi>s\ (Mesir:
Mus}t}afa> al-Ba>bi> al-H{alabi> 1350 H), h. 5.
10
Muhammad 'Ajja>j al-Khat}i>b, Usu>l al-H{adi>s\ 'Ulu>muh wa Mus}t}alah}uh (Cet. I; Beirut:
Da>r al-Fikr, 1409 H/1989 M), h. 33.
5

2. Pandangan ‘Ulama Seputar Pembahasan Ilmu Hadis

Para ‘ulama khususnya dalam bidang hadis dapat dikategorikan menjadi

‘ulama mutaqaddimun yaitu mereka yang hidup sebelum abad keempat Hijriah

dan ‘ulama mutaakhirun yaitu mereka yang hidup sesudahnya. ‘Ulama

mutaqaddimun pada umumnya melakukan kegiatan mereka secara mandiri, dalam


arti mengumpulkan hadis dan memeriksanya sendiri dengan menemui para

penghafalnya yang tersebar di berbagai pelosok negeri. Adapun kegiatan yang

dilakukan ‘ulama mutaakhirun pada umumnya bersandar pada karya-karya ‘Ulama

mutaqaddimun.11
Sehingga kalau ditelusuri secara mendalam, tidak ditemukan pertentangan

pendapat secara signifikan diantara para ‘ulama mutaqaddimun dan ‘ulama

mutaakhirun seputar Ilmu Hadis. Seperti yang diungkapkan imam al-Suyu>t}i> bahwa
‘ulama mutaqaddimun mendefinisikan ilmu hadis sebagai “ilmu pengetahuan yang

membahas tentang cara-cara persambungan hadis sampai kepada Rasulullah saw.

dalam hal mengetahui keadaan para periwayatnya, menyangkut ke-d}a>bit}an-Nya

dan keadilannya, dan dari segi tersambungnya atau terputusnya sanad dan

sebagainya”, sedangkan ‘ulama mutaakhirun menjadikan pengertian Ilmu Hadis

tersebut sebagai definisi salah satu cabang ilmu hadis itu sendiri, yaitu ‘ilmu h}adis\

dira>yah.12
Dari segi penyebutan, dalam hubungannya dengan pengetahuan seputar

hadis, ada ‘ulama yang menggunakan bentuk jama, yakni ‘ulu>m al-H{adi>s\ seperti

ibn al-S{ala>h dalam kitabnya Muqaddimah ‘Ulu>m al-H{adi>s\, sebagian ‘ulama seperti Jala>l

al-Di>n al-S}uyu>ti} > pada muqaddimah kitab Tadri>b al-Ra>wi> menggunakan bentuk mufrad

‘Ilm al-H{adi>s\, Ada juga ‘ulama yang menggunakan istilah Mus}t}alah} al-H{adi>s\ dan bahkan

11
Azyumardi Azra, dkk. “Ensiklopedi Islam 2 (Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, 1993),
h. 47.
Jala>luddi>n al-Suyu>t}i>, Tadri>b al-Ra>wi> fi> Syarh Taqr>ib al-Nawa>wi>, jilid 1, (Beirut: Da>r
12

al-Fikr, 1988), h. 5-6.


6

menggabungkannya dengan kata ‘ulu>m seperti S{ubhi al-S{a>lih pada bukunya’Ulu>m al-

H{adi>s\ wa Mus}t}alah}uh. Muhammad ‘Ajja>j al-Kha>tib menggunakan istilah Us}u>l al-H{adi>s\

dalam kitabnya Us}u>l al-H{adi>s\ ‘Ulu>muh wa Mus}talahuh, dan menurutnya ada sebagian

‘ulama yang menyebut ilmu hadis ini dengan ilmu hadis dira>yah.13

Adapun pokok pembahasan Ilmu Hadis, maka terbagi menjadi dua pokok

pembahasan utama sebagaimana yang diungkapkan Muhammad ‘Ajja>j al-Kha>tib di dalam

kitab Us}u>l al-H{adi>s\ ‘Ulu>muh wa Mus}talahuh, yaitu : ‘Ilmu H{adi>s\ Riwa>yah dan ‘Ilmu

H{adi>s\ Dira>yah.14 Kedua pokok pembahasan tersebut menjadi latar belakang munculnya

istilah-istilah dalam ilmu hadis sehingga akan dibahas dalam tinjauan epistemologis.

B. Tinjauan Epistemologi Terhadap Konsep Ilmu Hadis

Kajian pokok epistemologi yaitu sumber, asal mula, dan sifat dasar proses

terjadi sebuah pengetahuan, dalam bahasa arab dikenal dengan istilah Naz}ariyyah

al-Ma’rifah,15 yaitu sebuah teori tentang ilmu pengetahuan. Sehingga dalam hal
ini menjadi inti pembahasan Ilmu Hadis itu sendiri.

Ilmu Hadis ditinjau dari perspektif Epistemologis, maka pembahasannya

meliputi proses dan cara terjadinya ilmu tersebut, secara garis besar dapat dibagi

menjadi dua bagian, yaitu :Pembagian Ilmu Hadis serta Sejarah Terbentuknya

Ilmu Hadis.16

1. Pembagian Ilmu Hadis

Para Ulama membagi ilmu hadis kepada dua bagian utama yaitu: ilmu hadis

Riwayah dan Ilmu Hadis Dirayah :

a. Ilmu Hadis Riwayah

13
Idri, Studi Hadis, h. 55.
14
Muhammad 'Ajja>j al-Khat}i>b, Usu>l al-H{adi>s\ 'Ulu>muh wa Mus}t}alah}uh (Cet. I; Beirut:
Da>r al-Fikr, 1409 H/1989 M), h. 6.
15
Abd al-Fatta>h} Ima>m, Madkhal Ila> al-Falsafah (Kairo: Da>r al-Falsafah), h. 146.
16
Miftahul Ulum, dkk. Epistemolog; Ilmu Hadis dan Ilmu Hukum Islam (Tasikmalaya:
EDU PUBLISHER, 2020), h. 40.
7

Kata Riwayah secara Bahasa diartikan sebagai periwayatan atau cerita.

Secara terminologinya, yang dimaksud dengan Ilmu Hadis Riwayah adalah :17

.‫علم يعرف به نقل ما أضيف للنيب قوال أو فعال أوتقريرا أو غري ذلك وضبطها وحتريرها‬
“Ilmu untuk mengetahui cara-cara penukilan, pemeliharaan dan pendewanan apa-

apa yang di sandarkan kepada Nabi Muhammad saw. Baik berupa perkataan,

perbuatan, ikrar maupun lain sebagainya”.

Dari definisi tersebut, dapat dipahami bahwa yang menjadi objek

pembahasan dari Ilmu Hadis Riwayah adalah bagaimana cara menerima,

menyampaikan, dan memindahkan (mendewankan) suatu hadis kepada orang lain

tanpa mempertanyakan sahih atau tidaknya suatu periwayatan. Perintis pertama

ilmu riwayah ialah Muhammad bin Syihab Az-Zuhry yang wafat pada tahun 124

Hijriah.18

b. Ilmu Hadis Dirayah

Sebagian Ulama mendifinisikan Ilmu Hadis Dirayah sebagai :19

,‫ وحال الرواة وشروطهم‬,‫علم يعرف منه حقيقة الرواية وشروطها وانواعها وأحكامها‬
.‫وأصناف املروايت وما يتعلق هبا‬
“Ilmu pengeahuan untuk mengetahui hakikat periwayatan, syarat-sayarat, macam-

macam, dan hukum-hukumnya serta untuk mengetahui keadaan para perawi. Baik

syarat-syaratnya, macam-macam hadis yang diriwayatkan dan segala yang

berkaitan denganya”.

Dari definisi ini dapat diketahui bahwa objek pembahasan ilmu hadis

Dirayah adalah keadaan para perawi dan marwi’nya. Keadaan para perawi meliputi

baik yang menyangkut pribadinya, keadaan hafalannya, maupun yang

17
Muhammad Mahfu>d} at-Tarmu>si>, Manhaj Z|awin-Nad}ar, (Surabaya: Maktabah
Nabhaniyah), h. 6.
18
Abdul Majid Khon, Ulumul Hadis (Jakarta: AMZAH, 2013), h. 78.
19
Muhammad Jama>luddi>n al-Qa>simi, Qawaidu at-Tahdi>s\ Min Funu>ni Mus}t}alah al-H{ad}i>s\
(Al-Jami ilmi al-arabi), h. 4.
8

menyangkut persambunganya dan terputusnya sanad. Sedang keadaan marwi yang

di maksud adalah sudut keshahihan, kedaifan serta sudut-sudut lain yang berkaitan

dengan keadaan matan. Obyek pembahasan ilmu hadis dirayah adalah; “hakikat,

sifat-sifat, dan kaidah-kaidah dalam periwayatan”.20

Dari Ilmu Hadis Riwayah dan Dirayah ini, pada perkembangan selanjutnya

muncul cabang-cabang ilmu hadis lainnya. Diantaranya cabang-cabang ilmu hadis

dapat diklasifikasi menjadi tiga bagian dilihat dari segi sanad, dari segi matan, dan

dari segi sanad dan matan.21

1) Cabang-cabang yang berpangkal pada Sanad

a) Ilmu Rija>l al-H{adi>s\.

Ilmu Rijal al-hadis adalah :

.‫علم يبحث فيه عن رواة احلديث من الصحابة والتابعني ومن بعدهم‬


“Ilmu yang membahas tentang para perawi hadis, baik dari sahabat, tabi’in,

maupun dari Angkatan sesudahnya.”22

b) Ilmu al-Jarh} wa al-Ta’di>l.

.‫علم يبحث فيه عن جرح الرواة وتعديلهم أبلفاظ خمصوصة وعن مراتب تلك األلفاظ‬
“Ilmu yang menerangkan tentang hal cacat-cacat yang dihadapkan kepada

para perawi dan tentang penta’dilanya ( memandang adil para perawi ) dengan

memakai kata-kata yang khusus dan tentang martabat-martabat kata-kata

itu.”23

c) Ilmu Tarikh al-Ruwah

20
Idri, Studi Hadis, h. 61.
21
Idri, Studi Hadis, h. 66.
22
Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadis (Cet. I, edisi
kedua; PT Pustaka Rizki Putra, 1997), h. 131.
23
Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadis, h. 134.
9

ilmu yang membahas tentang sejarah pribadi perawi, mulai dari

kelahirannya, proses penerimaannya terhadap hadis dan segala hal yang

berhubungan dengan pribadi sang perawi hadis.24

Selain ketiga ilmu di atas ada juga ilmu thabaqah yang tidak kalah penting

dibandingkan dengan ketiga ilmu tersebut, ilmu thabaqah itu, termasuk bagian dari

ilmu Rijal al-Hadis karena obyek yang dijadikan pembahasannya ialah rawi-rawi

yang menjadi sanad suatu hadis. Hanya saja masalahnya berbeda, kalau di dalam

ilmu rijalul hadis para rawi dibicarakan secara umum tentang hal ihwal, biografi,

cara-cara menerima dan memberikan hadis dan lain sebagainya, maka dalam ilmu

tabaqah menggolongkan para rawi tersebut dalam satu atau beberapa golongan,

sesuai dengan alat pengikatnya. Misalnya rawi-rawi yang sebayah umurnya,

digolongkan dalam satu thabaqah dan para rawi yang seperguruan, mengikatkan

diri dalam satu thabaqah.25

Misalnya, ditinjau dari alat pengikatnya, yaitu perjumpaannya dengan

Nabi, para sahabat itu termasuk dalam thabaqah pertama, para tabi’in termasuk

dalam thabaqah kedua, para tabi’-tabiin termasuk dalam thabaqah ketiga dan

seterusnya.

Kitab-kitab t}abaqat antara lain: al-T{abaqah al-Kubra karya Muhammad bin

Sa’ad bin Mani’ al-Hafidh Katib al-Waqidy (168-230 H), T{abaqah al-Ruwa>h karya

Al-Hafiz} Abu’ Amr Khalifah bin Khayyat} al-Syaiba>ni (240) H dan banyak lagi

buku-buku yang lainnya.26

2) Cabang-cabang yang berpangkal pada Matan, antara lain:

a) ‘Ilm al-Na>sikh wa al-Mansu>kh.

‫علم يبحث فيه عن الناسخ واملنسوخ من األحاديث‬


Muhammad ‘Ajjaj al-Khatib, Usu>l al-H{adi>s\ 'Ulu>muh wa Mus}t}alah}uh, h. 205.
24

Fatchur Rahman, Ikhtisar Musthalah al-Hadits (Cet:I, Bandung; PT Alma’arif, 1974),


25

h. 301.
Fatchur Rahman, Ikhtisar Musthalah al-Hadits, h. 305.
26
10

“Ilmu yang menerangkan hadis-hadis yang sudah dimansuhkan dan yang

menasihkannya”27

Banyak para ahli yang menyusun kitab Nasikh dan Mansukh diantaranya

adalah; Ahmad Ibn Ishak Ad-Dinary (318 H), Muhammad Ibn Bahar Al-

Asbahani (322 H), Ahmad ibn Muhammad An-Nahhas (338 H), Muhammad ibn
Musa Al-Hazimi (584 H) menyusun kitab yang dinamai Al-Iktibar, yang
kemudian diringkaskan oleh Ibn Abdil Haq (744 H).

b) ‘Ilmu Asba>b al-Wuru>d Hadis.

‫علم يعرف به السبب الذي ورد ألجله احلديث والزمان الذي جاء فيه‬
“Ilmu yang menerangkan sebab-sebab Nabi saw. menuturkan sabdanya dan

masa-masanya Nabi menuturkan itu”28

Ilmu ini sangat penting diketahui karena dapat menolong kita dalam

memahami hadis, sebagaimana ilmu Asbabu Nuzul dapat membantu kita dalam

memahami Al-quran. Ulama yang pertama menyusun kitab ini adalah Abu Hafas

Ibn Umar Muhammad ibn Raja Al-Ukhbari. Kemudian dituliskan oleh Ibrahim ibn

Muhammad, yang terkenal dengan nama Ibnu Hamzah Al-Huzaini (1120 H),

dalam kitabnya Al-Bayan Wat-Tarif dan dicetak pada tahun 1329 H.29

c) Ilmu Mukhtalaf al-Hadis


‫علم الذي يبحث يف األحاديث اليت ظاهرها متعارض فيزيل تعارضها أويوفق بينهم كما‬
.‫يبحث يف األحاديث اليت يشكل فهمها أو تصورها فيدفع أشكاهلا ويوضح حقيقتها‬
“Ilmu yang membahas hadis-hadis yang tampaknya saling bertentangan. Lalu

menghilangkan pertentangan itu atau mengkompromikannya, di samping

27
Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadis, h. 141.
28
Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadis, h. 142.
29
Fatchur Rahman, Ikhtisar Musthalah al-Hadits, h. 329.
11

membahas hadis yang sulit difahami atau dimengerti, lalu menghilangkan

kesulitan itu dan menjelaskan hakekatnya ”.30

Karya paling awal dalam bidang ini adalah kitab Ikhtilaf al-Hadits karya

Imam Muhammad ibn Idris asy-Syafi’iy (150-204 H) dan merupakan kitab

terklasik yang sampai kepada kita.31

3) Cabang – cabang yang berpangkal pada sanad dan matan, ialah:

a) Ilmu ‘llail Hadis.

‫علم يبحث فيه عن أسباب غامضة خفية قادحة ىف صحة احلديث‬


“Yaitu ilmu yang menerangkan sebab-sebab yang tersembuyi, tidak nyata

yang dapat mencacatkan hadis”.32

Yakni menyambung yang mungqati, mengangkat yang mauquf,


memasukkan suatu hadis kedalam hadis yang lain, dan yang serupa itu. semuanya

ini, apabila diketahui, maka dapat merusakkan keshahihan hadis.

Diantara Ulama yang menulis ilmu ini ialah Ibn Mandini (234 H), Ibn Abi

Hatim (327 H), kitab beliau dinamai Kitab Illail Hadis. Selain itu Ulama yang

menulis kitab ini adalah Al-Imam Muslim (261 H), Ad-Daruqutni (357 H), dan

Muhammad Ibn Abdillah Al-Hakim.33

2. Sejarah Perkembangan Ilmu Hadis.

Perkembangan ilmu hadis selalu beriringan dengan perkembangan hadis

sejak masa Rasulullah saw. sekalipun belum dinyatakan sebagai ilmu yang secara

mandiri, namun mereka telah mulai mempergunakan kaidah-kaidah dan metode-

metode tertentu dalam menerima hadis, walaupun kaidah-kaidah tersebut belum

dituliskan. Para peneliti hadis memperhatikan adanya dasar-dasar ilmu hadis baik

dalam al-Qur’an maupun hadis-hadis Nabi saw. utamanya yang berhubungan

30
Muhammad 'Ajjaj al-Khatib, Usu>l al-H{adi>s\ 'Ulu>muh wa Mus}t}alah}uh, h. 283.
31
Muhammad 'Ajjaj al-Khatib, Usu>l al-H{adi>s\ 'Ulu>muh wa Mus}t}alah}uh, h. 254-255.
32
Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadis, h. 139.
33
Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadis, h. 140.
12

dengan anjuran memeriksa berita yang datang dan persaksian dari seorang yang

adil. Ketika meninggalnya Rasulullah saw., maka para sahabatlah yang kemudian

melanjutkan risalah yang ditinggalkan oleh Rasulullah saw. yang telah

disempurnakan oleh Allah swt. untuk disebarkan ke seluruh penjuru bumi.

Pada masa Tabi’in Ulama yang pertama kali menetapkan dasar-dasar ilmu

hadis adalah Muhammad bin Syihab al-Zuhri (51-124 H) atas permintaan khalifah

Umar bin ‘Abdul ‘Aziz menghimpun hadis-hadis dalam bentuk riwayat (bersanad)

dari berbagai penjuru dunia Islam. Atas dasar itulah, maka sebagian ulama

menetapkan beliau sebagai peletak Ulumul Hadis.

Pada pertengahan abad II hingga abad III mulailah ilmu hadis dikodifakasi

hanya saja masih terintegrasi dengan ilmu-ilmu yang lain seperti ushul al-

fiqh dan ushul al-Tafsir sebagaimana karya Muhammad bin Idris al-Syafi’i yang
berjudul al-Risalah, sehingga para ulama menyatakan bahwa kitab pertama yang

menjelaskan tentang “ulum al-Hadis adalah kitab al-Risalah karya al-Syafi’i.

Pada abad III H kemudian disebut dengan abad keemasan hadis, tahap ini

di tandai dengan inisiatif para ulama untuk membukukan hadis Rasul secara

khusus.34 mulailah Ilmu hadis berdiri sendiri hanya saja para ulama mengumpulkan

Ilmu hadis masih bersifat mandiri (tidak menyatu) dalam segi pembahasan,

diantara karya-karya yang berhubungan dengan ilmu hadis pada masa ini adalah:

a. Ikhtilaf al-Hadis karya Ali bin al-Madiny.


b. Ta’wil Mukhtalaf al-Hadis karya Ibnu Qutaibah.
Kedua karya tersebut di atas bertujuan untuk menjawab serangan kelompok

teologi seperti Mu’tazilah.

a. Karya-karya Imam al-Bukhary dalam ilmu Hadis: al-Tarikh al-Kabir, al-


Awsat, al-Sagir, dan al-Du’afa’.

Nu>r al-Di>n ‘Itr, Manhaj al-Naqd fi> ‘Ulu>m al-H{adi>s\, h. 48.


34
13

b. Karya Imam Muslim : Tabaqat al-Tabi’in dan al-‘Ilal.


c. Karya Imam al-Tirimizi : al-Asama’ wa al-Kuna, al-‘Ilal (yang dicantumkan
pada bagian akhir kitabnya al-Jami’), dan al-Tawarikh.
d. Karya Imam Muhammad bin Sa’ad, al-Tabaqat.
e. Karya al-Nasaiy , al-Du’afa’ wa al-Matrukin.
Dan banyak lagi, karya-karya dalam ilmu hadis yang lahir pada abad III

namun semuanya hanya berbicara pada bab-bab tertentu dalam ilmu hadis dan atau

salah satu diantara cabang-cabang ilmu hadis sebagaimana yang telah

diklasifikasikan pada poin terdahulu.

Kemandirian ilmu hadis menjadi satu ilmu yang mandiri mulai tampak

pada abad IV H yang terhimpun dalam satu kitab dengan judul al-Muhaddis al-

Fasil baina al-Rawi wa al-Wa’iy yang disusun oleh al-Qadiy Abu Muhammad al-
Hasan bin Abdurrahman al-Ramahurmuzi (w. 360)35 Tokoh-tokoh ilmu hadis pada

abad ini dan setelahnya adalah:

a. Al-Khatib al-Bagdadi (w. 364 H).

b. Al-Hakim al-Naisaburi (w. 405).

c. Al-As|bahani (w. 430 H).

Pada perkembangan berikutnya disusun sebuah kitab ilmu Hadis yang

bernama “Al-Kifayah fi Ilmi Ar-Riwayah” oleh Al-Khatib Al-Bagdadi Abu Bakar

ibn Ahmad bin Ali (w. tahun 463 H). Kitab ini membahas tentang pedoman-

pedoman dalam periwayatan hadis dengan menjelaskan prinsip-prinsip serta

kaidah-kaidah dalam periwayatan hadis serta mazhab para Ulama dalam masalah

yang mereka perselisihkan. Perkembangan berikutnya muncul Kitab Al-Ilm Fi

Ulum Ar-Riwayah Wa As-Sima’ karya Qadi Iyad ibn Musa Al-Yahsubi (w. tahun
544 H).

35
Abdul Majid Khon, ‘Ulumul Hadis, h. 80-82.
14

Dari penjelasan tersebut dapat difahami bahwa sejarah Ulumul

Hadis sudah dimulai sejak zaman para sahabat, setelah Rasulullah SAW.
meninggal dunia, walaupun pada masa tersebut ilmu hadis belumlah disusun dalam

bentuk buku. Selanjutnya mengalami perkembangan seiring dengan perkembangan

zaman, sebagai bentuk penyempurnaan sekaligus jawaban atau sanggahan dari

fitnah yang dilontarkan oleh orang-orang yang memusuhi Islam dan ajarannya.

C. Ulumul Hadis Dalam Perspektif Aksiologis.

Berbicara mengenai Ulumul Hadis dari perspektif aksiologis, maka tidak

terlepas dari nilai dan faedah ilmu itu sendiri, dalam hal ini manfaat mempelajari

Ilmu Hadis Dirayah dan Ilmu Hadis Riwayah serta cabang- cabang ulumul hadis
yang jumlahnya diperselisihkan oleh sebagian ulama. Sesuai dengan pembahasan

sebelumnya, dapat kita lihat bahwa diantara faedah atau manfaat mempelajari

Ilmu-ilmu Hadis adalah;

1. Untuk mengetahui pertumbuhan dan perkembangan Hadis dan Ilmu Hadis dari

masa kemasa, sejak zaman Rasulullah Saw sampai sekarang.

2. Untuk mengetahui tokoh-tokoh beserta usaha-usahanya yang telah

mereka lakukan dalam mengumpulkan, memelihara, dan meriwayatkan sebuah

hadis.

3. Untuk mengetahui kaidah-kaidah yang dipergunakan oleh para Ulama dalam

mengklasifikasikan sebuah hadis.

4. Mengetahui usaha-usaha dan jerih payah yang ditempuh para ulama dalam

menerima dan menyampaikan periwayatan hadis, kemudian menghimpun dan

mengkodifikasikannya ke dalam berbagai kitab hadis.

5. Untuk mengetahui istilah-istilah, nilai-nlai, dan kriteria-kriteria hadis yang

akan dijadikan sebagai pedoman dalam beristinbat.


15

6. Untuk mengetahui muttashil, tau mungqathinya sanad hadis dan untuk

mengetahui marfu’ atau mursalnya pemberian hadis.

7. Untuk mengetahui nama-nama hadis yang maqbul (dapat diterima) dan nama

hadis yang seharusnya ditolak (mardud).

8. Bagian dari ‘ilm rijal al-hadis ini adalah ‘ilm tarikh rijal al-hadits. Ilmu ini

secara khusus membahas perihal para rawi hadis dengan penekanan pada aspek-

aspek tanggal kelahiran, nasab atau garis keturunan, guru sumber hadis, jumlah

hadis yang diriwayatkan, dan murid-muridnya.36 Ilmu ini juga menetapkan

apakah periwayatan seorang rawi itu dapat diterima atau harus ditolak sama

sekali.37

9. Dengan ilmu Asbabi Wurudi’l-Hadits terhindar dari kebohongan riwayat-

riwayat yang bukan datangnya dari Nabi ataupun para sahabat. Juga untuk

menolong memahami dan menafsirkan hadis.38 Dan masih terlalu banyak

mamfaat dan faedah yang dapat kita ambil dalam mempelajari Ilmu-Ilmu Hadis.

36
Ibnu Abdul Bar, Ilmu Rija>l al-H{adi>s\ (Kairo: Da>r al-‘Itis}a>m, 1998), h. 163
37
Fatchur Rahman, Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadis, h. 307.
38
Fatchur Rahman, Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadis, h. 326.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Para ulama membagi ilmu hadis kepada dua bagian utama yaitu: Ilmu Hadis

Riwayah dan Ilmu Hadis Dirayah. a) Ilmu Hadis Riwayah adalah ilmu yang

membahas tentang periwayatan hadis-hadis Nabi saw secara baik dan benar;

b) Ilmu Hadis Dirayah adalah : Ilmu yang yang bertujuan untuk

mengetahui hakikat periwayatan, syarat-syaratnya, jenis-jenisnya, hukum-

hukumnya, keadaan pribadi perawi dann sayart-syarat mereka.

2. Meskipun tampak secara dzahir bahwa antara Ilmu Hadis

Riwayah dan Ilmu Hadis Dirayah berbeda dari tiga sisi –yakni; obyek,

tujuan, dan faedah akan tetapi keduanya tidak dapat dipisahkan karena

hubungan keduanya merupakan satu sistem yang tidak terpisahkan antara

satu dengan yang lain (syaiaini mutalazimaini) atau dengan kata lain ilmu

hadis dirayah sebagai in put dan Ilmu Hadis Riwayah sebagai out put.

3. Cabang-cabang ilmu hadis adalah: Ilmu Rijal al-Hadis, Ilmu Al-Jarh wa al-

Ta’dil, Ilmu Tarikh al-Ruwah, Ilmu ‘Ilal al-Hadis, Ilmu Musykil al-Hadis,

Ilmu Muktalaf al-hadis, Ilmu Nasikh wa al-Mansukh, dan Ilmu Asbab al-

Wurud, dan masih banyak lagi cabang-cabang yang lainnya.

4. Tokoh-tokoh pengembang ilmu Hadis dari abad ke abad:

a. Abad I H : Abdullah bin al-Mubarak, Umar bin Abdul ‘Aziz dan Ibnu

Syihab al-Zuhry.

b. Abad II-III H : Ali bin al-Madiny, Ibnu Qutaibah, al-Bukhari, Muslim, Al-

Tirmizi, al_Nasa’iy, Ibnu Sa’ad dan banyak lagi lainnnya.

c. Abad IV adalah abad kemandirian Ilmu hadis tokoh-tokohnya adalah: al-


Qadiy Abu Muhammad al-Hasan bin Abdurrahman al-Ramahurmuzi, Al-

16
17

Khatib al-Bagdadi (w. 364 H), Al-Hakim al-Naisaburi (w. 405), Al-

Asbahani (w. 430 H), dan banyak lagi selain mereka.

5. Manfaat mempelajari ilmu-ilmu Hadis sangatlah banyak, diantaranya

adalah menghindari adanya penukilan Hadis yang salah dari sumber

pertamanya yaitu Nabi SAW. Serta bagaimana mempertahankan hadis-

hadis Nabi SAW sebagai sumber hukum kedua bagi Umat Islam, dari

serangan orang-orang yang tidak senang terhadap Nabi SAW. beserta

ajaran-ajarannya.

B. Implikasi

Tentu penulis menyadari makalah ini masih banyak kekurangannya, karena

itu dibutuhkan saran dan masukan bagi pembaca untuk perbaikan makalah ini serta

bimbingan untuk perkembangan pribadi penulis sendiri.


DAFTAR PUSTAKA
AbdulBar, Ibnu. Ilmu Rija>l al-H{adi>s\, Kairo: Da>r al-‘Itis}a>m, 1998.
Ash Shiddieqy, Muhammad Hasbi. Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadis, Cet. I, edisi
kedua; PT Pustaka Rizki Putra, 1997.
Asse, Ambo. Ilmu Hadis: Pengantar Memahami Hadis Nabi saw. Makassar:
Alauddin Press, 2019.
Azra, Azyumardi. dkk. “Ensiklopedi Islam 2, Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve,
1993.
Idri, Studi Hadis, Cet. III; Jakarta: Kencana 2016.
Ima>m, Abd al-Fatta>h}. Madkhal Ila> al-Falsafah, Kairo: Da>r al-Falsafah.
‘Itr, Nu>r al-Di>n. Manhaj al-Naqd fi> ‘Ulu>m al-H{adi>s\, Damaskus: Da>r al-Fikr 1979.
al-Jurja>ni, Ali. Mu’jam at-Ta’ri>fa>t, Kairo: Da>r al-Fad}i>lah, 2004.
al-Khat}i>b, Muhammad 'Ajja>j. Usu>l al-H{adi>s\ 'Ulu>muh wa Mus}t}alah}uh, Cet. I;
Beirut: Da>r al-Fikr, 1409 H/1989 M.
Khon, Abdul Majid. Ulumul Hadis, Jakarta: AMZAH, 2013.
Marhumah, Ulumul Hadis: Konsep, Urgensi, Objek Kajian, Metode dan Contoh,
Yogyakarta:SUKA-Press, 2014.
al-Qa>simi, Muhammad Jama>luddi>n. Qawaidu at-Tahdi>s\ Min Funu>ni Mus}t}alah al-
H{ad}i>s\, Al-Jami ilmi al-arabi.
al-Qat}t}a>n, Manna>’. Maba>his\ fi< Ulu>m al-Hadi<s\, Kairo: Maktabah Wahbah, 2007.
Rahman, Fatchur. Ikhtisar Musthalah al-Hadits, Cet:I, Bandung; PT Alma’arif,
1974.
Rokhmah, Dewi. “Ilmu dan Tinjauan Filsafat: Ontologi, Epistemologi, dan
Aksiologi”, Cendekia: Jurnal Studi Keislaman 7, no.5, Desember 2021.
al-Suyu>t}i>, Jala>luddi>n. Tadri>b al-Ra>wi> fi> Syarh Taqr>ib al-Nawa>wi>, jilid 1, Beirut:
Da>r al-Fikr, 1988.
al-Tabri>zi>, Syam al-Di>n. Syarh al-Di>ba>j al-Muz\ahhab fi> Mus}t}alah} al-H{adi>s\, Mesir:
Mus}t}afa> al-Ba>bi> al-H{alabi> 1350 H.
Tahan, Mahmud. Taisi>r al-Mus}t}alah al-H{adi>s\, terj. Abu Fuad, Bogor: Pustaka
Thariqul Izzah, 1985.
at-Tarmu>si>, Muhammad Mahfu>d}. Manhaj Z|awin-Nad}ar, Surabaya: Maktabah
Nabhaniyah.
Ulum, Miftahul. dkk. Epistemolog; Ilmu Hadis dan Ilmu Hukum Islam,
Tasikmalaya: EDU PUBLISHER, 2020.

18

Anda mungkin juga menyukai