Anda di halaman 1dari 26

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini telah kami susun dengan maksimal
dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar
pembuatan makalah. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada
semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
    Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai ANEKA METODOLOGI
MEMAHAMI ISLAM
Kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah
yang akan kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang
sempurna tanpa saran yang membangun.
Akhirnya penyusun mengharapkan semoga dari makalah ini dapat diambil
manfaatnya sehingga dapat memberikan inpirasi terhadap
pembaca.                                                                                     
   
                                                                                              Penyusun

1
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.......................................................................................................................1
Daftar Isi................................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................3
A. Latar Belakang......................................................................................................3
B. Rumusan Masalah.................................................................................................3
C. Tujuan Penulisan ..................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................................5
ANEKA METODOLOGI MEMAHAMI ISLAM
A. Metodologi Ulumul Tafsir....................................................................................5
B. Metodologi Ulumul Hadits....................................................................................6
C. Metodologi Filsafat dan Teologi (Kalam).............................................................9
D. Metodologi Tasawwuf..........................................................................................10
E. Metodologi Kajian Fiqih dan Kaidah Ushuliyah...................................................12
F. Metodologi Pemikiran Modern..............................................................................15
G. Metodologi Pendidikan Islam ..............................................................................16
H. Metodologi Tekstualitas dan Konteksualitas........................................................21
I. Metodologi Muqaranah Madzhab.........................................................................23
BAB III PENUTUP...............................................................................................................25
A.Kesimpulan............................................................................................................25
B. Saran .....................................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................26

2
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Dalam memahami sebuah agama, setidaknya kita dituntut untuk
mengetahui sejarah, seluk beluk maupun metodologi yang tersirat pada setiap
ajarannya
Islam adalah agama yang sangat kompleks. Islam juga merupakan agama
samawi yang memiliki banyak dimensi. Untuk memahami dimensi itu, diperlukan
berbagai metodologi yang digali dari berbagai disiplin ilmu yang dapat dipahami
dari segi theologis dan normatif. Untuk memahami ajaran Islam secara benar dan
utuh, diperlukan metodologi yang sistematis, terstruktur dan terorganisir dengan
baik.
Dan penguasaan metode yang tepat dapat menyebabkan seseorang
mengembangkan ilmu yang dimilikinya.
Karena itulah, kami mengangkat tema Aneka Metodologi Memahami
Islam dalam penulisan makalah ini.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan masalah
dalam makalah ini adalah:
1. Bagaimana metodologi dalam ulumul tafsir ?
2.      Bagaimana metodologi dalam ulumul hadis ?
3.      Bagaimana metodologi dalam filsafat dan teologi ( kalam ) ?
4.      Bagaimana metodologi dalam tasawwuf?
5.      Bagaimana metodologi dalam kajian fiqih dan kaidah usuhuliyah ?
6.      Bagaimana metodologi dalam pemikiran modern ?
7.      Bagaimana metodologi dalam pendidikan Islam ?
8.      Bagaimana metodologi dalam tekstualitas dan kontekstualitas ?
9.      Bagaimana metodologi dalam muqaranah madzhab ?

3
C.Tujuan Penulisan
Adapun yang menjadi tujuan penulisan makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui tentang metodologi kajian ulumul tafsir
2. Untuk memahami metodologi kajian ulumul hadist
3. Untuk mengetahui metodologi filsafat dan teologi
4. Untuk mengetahui metodologi kajian tasawuf
5. Untuk mengetahui metodologi kajian fiqih dan kaidah ushuliyah.
6. Untuk mengetahui metodologi pemikiran modern
7. Untuk mengetahui metodologi pendidikan islam
8. Untuk mengetahui metodologi dalam tesktualitas dan kontekstualitas
9. Untuk menemukan pengertian tentang metodologi muqaranah mazahib

4
BAB II
PEMBAHASAN
Aneka Metodologi dalam Memahami Islam
A. METODOLOGI ULUMUL TAFSIR
Tafsir berasal dari Bahasa Arab fassaro, yufasiru, tafsiran yang berarti
penjelasan, pemahaman, dan perincian.1 Selain itu,Tafsir dapat pula berarti Al-
Idlah wa Al-Tabyin, yaitu penjelasan dan keterangan. Pendapat lain mengatakan
bahwa kata Tafsir sejajar dengan timbangan (Wazan) kata tafsir, diambil dari kata
Al-Fasr yang berarti Al-bayan ( penjelasan) dan Al-Kasyf yang berarti membuka
atau menyingkap, dan dapat pula di ambil dari kata Al-Tafsarah, yaitu istilah yang
digunakan untuk suatu alat yang biasa di gunakan oleh Dokter untuk mengetahui
penyakit.
Ilmu tafsir adalah ilmu tentang turunnya ayat-ayat Al-Qur’an, sejarah dan
situasi pada saat ayat-ayat itu diturunkan, juga sebab-sebab diturunkannya ayat;
meliputi sejarah tentang penyusunan ayat yang diturunkan di Mekkah
(Makkiyah), dan yang Madinah (Madaniyah), ayat-ayat yang muhkamat (terang
dan jelas maknanya) dan mutasyabihat (yang memerlukan penafsiran atau
pentakwilan), ayat-ayat yang nasikh (menyisihkan) dan yang mansukh
(disisihkan), ayat-ayat yang bermakna khususndan bermakna umum, ayat-ayat
yang mutlak dan yang muqayad (terikat oleh ayat lain), ayat-ayat yang berisi fat
mujmah (garis besar) dan mufashshal (terperinci), ayat-ayat yang menghalalkan
dan mengharamkan sesuantu, ayat-ayat yang menjadiakan pahala dan yang
memperingatkan akan azab siksa, ayat-ayat yang bermakna perintah dan yang
bermakna larangan, ayat-ayat yang bersifat memberi pelajaran dan lain
sebagainya.2

B. METODOLOGI ULUMUL HADIS

1
H. Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, (Jakarta:Raja Grafindo Persada,2006).Edisi Revisi.10,
hlm.209
2
H.ABBUDIN NATA,Studi Islam Komprensif, (Jakarta:Kencana,2011).cet.1, hlm.160

5
1.Pengertian Ilmu Hadis dan Macam-Macamnya
Hadis menurut bahasa adalah perkataan rosulullah SAW, sedangkan arti hadits
menurut istilah adalah segalah perkataan(sabda), perbuatan dan ketetapan dan
persetujuan dari rosulullah SAW yang dijadikan hukum dalam agama islam.
Sedangkan ulumul hadist adalah ilmu yang membahas berbagai hal yang
berkaitan dengan hadis, baik dari segi matan, sanad, maupun parawinya dengan
tujuan untuk memilah dan memilih antara hadis yang benar-benar berasal dari
Rasulullah SAW atau hadis buatan.3
Berbagai pendekatan dalam memahami hadist masih belum bayak digunakan
oleh para peneliti sebelumnya. Akibat dari keadaan itu, tampak bahwa
pemahaman masyarakat masih bersifat parsial
Secara garis besar ulumul hadis terbagi pada dua bagian, yaitu:
Ilmu Hadis riwayah
Menurut Ajjah al-Khatib ilmu hadis riwayah itu adalah ilmu yang
berpangkat pada segala sesuatu yang disandarkan atau berasal dari Nabi SAW,
baik dalam bentuk ucapan, perbuatan, ketetapan, sifat kepribadian, atau
kepribadian yang dinukilkan secara mendalam dan bebas.
Sedangkan menurut Ibn al-Akfani ilmu hadis riwayah adalah ilmu yang
khusus berkaitan dengan riwayah, ilmu yang mencakup atas ucapan, perbuatan,
periwayatan, penguatan, dan keutamaan lafaznya. 4
Jadi, ilmu hadis riwayah itu adalah ilmu yang didasarkan pada segala
sesuatu yang berasal dari hadis Nabi SAW, baik dalam bentuk ucapan, perbuatan,
ketetapan, sifat yang diperoleh dari nya secara bebas, dan riwayat yang mendalam
dan kuat serta kekuatan lafaznya dengan pengetahwan dan amanah.
Ilmu Hadis Dirayah
Menurut ulama Tahqiq ilmu hadis dirayah adalah ilmu yang membahas
makna-makna yang dipahami dari lafal-lafal hadis dan yang dikehendaki dari
sesuatu lafal hadis tersebut yang didasarkan pada ketentuan bahasa arab serta
ketentuan agama yang disesuaikan dengan keadaan Nabi Muhammad SAW.

3
H.ABUDDI NATA , Studi Islam Komptensif , (Jakarta:Kencana , 2011),cet .1. hal. 205
4
Ibid , hal.189 – 190.

6
Sedangkan menurut Al-imam ‘Izzudin bin Jama’ah dia berpendapat “ilm
biqanin yu’rafu biha ahwal al-sanad wa al-matan. Yang artinya, ilmu yang
berkaitan dengan kaidah-kaidah atau aturan yang dapat digunakan untuk
mengetahui keadaan sanad dan matan. Jadi ilmu hadis dirayah adalah ilmu yang
mempelajari tentang kaedah-kaedah untuk mengetahui keadaan sanad, matan, dan
cara-cara menerima dan menyampaikan hadis.
Dari ilmu hadis Riwayah dan Dirayah tersebut, maka lahirlah berbagai
cabang ilmu hadis lainnya, diantaranya:
a. Ilmu rijal al-hadits
Ilmu rijal al-hadits adalah ilmu yang membicarakan tentang para
parawi, baik dari kalangan sahabat, tabi’in, dan orang-orang yang
sesudahnya.
b.Ilmu jarh wa al-ta’dil
ilmu jarh wa al-ta’dil adalah ilmu yang menerangkan tentang kecacatan
dan keadilannya dengan menggunkan lafaz yang khusus serta tingkatan
lafaz tersebut.
c. Ilmu fann al-Mubhamat
Ilmu fann al-Mubhamat adalah ilmu yang dengannya dapat diketahui
orang-orang yang tidak disebut namanya didalam matan, atau didalam
sanad.
d.Imu tashif wa tahrif
Ilmu tashif wa tahrif adalah ilmu yang menerangkan hadis-hadis yang
sudah diubah titiknya (yang dinamai mushahhaf), dan bentuknya yang
dinami muharraf.
e.ilmu ilal al-hadits
Ilmu ilail al-hadits adalah ilmu yang membahas tentang sebab-sebab
yang tersembunyi, tidak nyata, yang dapat mencacatkan hadits.

f.ilmu gharib al-hadits

7
Ilmu gharib al-hadits adalah ilmu yang menjelaskan makna kalimat
yang terdapat dalam matan hadis yang sukar diketahwi maknanya.
g.ilmu nasikh wa al—mansukh
Ilmu nasikh wa al-mansukh adalah ilmu yang sudah menjelaskan hadis
yang sudah dimansukkan dan yang menasikhkannya.
h. ilmu asbab wurud al-hadits
Ilmu asbab wurud al-hadits adalah ilmu yang menerangkan sebab-sebab
nabi menuturkan sabdanya dan masa-masanya nabi menuturkan itu.
i.ilmu talfiq al-hadits
Ilmu talfiq al-hadits adalah ilmu yangmembahas tentang cara
mengumpulkan anatara hadisyang berlawanan lahirnya.
j.ilmu mushthalah ahl al-hadits
Ilmu mushthalah al-hadits adalah ilmu yang membahas tentang
berbagai istila yang digunakan parah ahli hadits dan yang dikenal
dikalangan mereka.
k.ilmu mushthalah ahl-al- hadits
Ilmu mushthalah ahl-al- hadits adalah ilmu yang membahas tentang
tentang berbagai istilah yang digunakan para ahli hadis dan yang
dikenal dikalangan mereka.5
Dengan bantuan ilmu hadis ini,maka dapat dibedakan antara macam-
macam tingkatan hadis:
1.Tingkatan hadis berdasarkan jumlah parawi
a. Hadis Mutawatir
Hadis yang jumlah para parawinya pada setiap tingkatan terdiri dari
sejumlah orang yang menurut adat mereka mustahil melakukan kesepakatan untuk
berdusta atas nama rosululloh SAW, yang disebabkan karena jumlah mereka yang
cukup banyak, kepatuhan mereka pada ajaran agama, dan yang demikian itu
mereka riwayatkan mulai dari awal hingga akhir, dan menunjukkan pada masalah
yang tertentu.
b. Hadis Ahad

5
Ibid,halaman 192-194

8
Hadis yang diriwayatkan oleh sejumlah periwayat yang tidak sebanyak
parawi hadis mutawir.

2.Tingkatan Hadis Berdasarkan kekuatan parawinya.


a.Hadis Shahih
Hadis Shahih adalah hadis yang bersambung dengan cara
penukilan yang adil, kuat ingatannya yang berasal dari parawi yang kuat
pula ingatannya hingga terakhir serta tidak ada keraguan dan kecacatan
didalamnya.
b.Hadis Hasan
Hadis hasan dapat diketahwi melalui sumber dan perawi yang
meriwayatkan nya.

c.Hadis dha’if
Hadis yang tidak memiliki ciri-cirihadis shahih dan hadis hasan.6

C . METODOLOGI FILSAFAT DAN THEOLOGI


1   Pengertian Ilmu Kalam
Menurut Ibnu Khaldun, sebagimana dikutif A.Hanafi, Ilmu Kalam ialah ilmu
berisi alasan-alasan yang mempertahankan kepercayaan-kepercayaan iman
dengan dalil-dalil fikiran dan berisi bantahan terhadap orang-orang yang
menyeleweng dari kepercayaan-kepercayaan aliran golongan Salaf dan Ahli
Sunnah.7
Selain itu ada pula yang mengatakan bahwa ilmu kalam ialah ilmu yang
membicarakan bagaimana menetapkan kepercayaan-kepercayaan keagamaan
dengan bukti –bukti yang meyakinkan. Didalamnya ilmu ini dibahas tentang cara
ma’rifat ( mengetahui secara mendalam) tentang sifat-sifat Allah dan para Rasul-
Nya dengan menggunakan dalil-dalil yang pasti, guna mencapai kebahagiaan

6
Ibid , hal.197 – 199.
7
A. Hanafi, Theologi Studi Islam(Ilmu Kalam), (Jakarta: Bulan Bintang, 1979), cet. III, hlm.10.

9
hidup abadi. Ilmu ini termasuk induk ilmu Agama dan paling utama bahkan
paling mulia, karena berkaitan dengan dzat Allah, dzat para Rasul-Nya.
Namun dalam perkembangan selanjutnya ilmu teologi juga berbicara tentang
berbagai masalah yang berkaitan dengan keimanan serta akibat-akibatnya, seperti
masalah iman, kufur, musyrik, murtad, masalah kehidupan akhirat dengan
berbagi kenikmatan atau penderitaannya, hal-hal yang membawa pada semakin
tebal dan tipisnya iman, hal-hal yang berkaitan dengan kalamullah yakni Al-
Quran, status orang-orang yang tidak beriman dan sebaginya. Selanjutnya dinamai
Ilmu Ushuludin, karena ilmu ini membahas pokok-pokok keagamaan yaitu
keyakinan dan kepercayaan kepada Tuhan, dinamai pula Ilmu Aqaid, karena
dengan ilmu ini seseorang diharapkan agar meyakini dalam hatinya secara
mendalam dan mengikatkan dirinya hanya kepada Allah sebagai Tuhannya.

D. METODOLOGI TASAWWUF
Tasawwuf merupakan salah satu bidang studi Islam yang memusatkan
perhatian pada pembersihan rohani manusia yang selanjutnya dapat menimbulkan
akhlak mulia. Arti tasawuf secara etimologis diperselisihkan oleh para ahli, karena
perbedaan mereka dalam memandang asal-usul dari kata itu. Antara lain seperti
yang dapat kita ikuti berikut ini. Tasawuf berasal dari kata (1) saff yang berarti
barisan dalam shalat berjamaah. Mereka beralasan bahwa seorang sufi
mempunyai iman yang kuat, jiwa yang bersih, dan selalu memilih saf paling
depan dalam sholat berjamaah. Disamping alasan itu mereka juga memandang
bahwa seorang sufi akan berada di saf paling depan dihadapan Allah diakhirat
kelak.

Tasawuf berasal dari kata (2) saufanah, sejenis buah-buahan kecil berbuluh
banyak tumbuh di gurun pasir Arab. Pengambilan kata-kata ini karena orang-
orang sufi banyak mengenakan pakaian berbuluh dan merekan hidup dalam
kegersangan fisik, tetapi subur batinnya. Tasawuf berasal dari kata (3) suffah yang
artinya pelana yang dibuat dari kulit domba, kemudian dipergunakan oleh para
sahabat Nabi saw yang miskin unuk bantal tidur di atas bangku batu disamping

10
Mesjid Nabawi di Madinah. Pandangan lain menyatakan bahwa suffah artinya
suatu kamar disamping Mesjid Nabawi yang disediakan untuk para sahabat Nabi
saw dan golongan Muhajirin yang miskin. Jadi semacam asrama, penghuni suffah
ini disebut ahlu as-suffah. Mereka mempunyai sifat-sifat tanguh dalam pendirian,
takwa, wira’i,zuhud,dan tekun beribadah. Pengambilan kata suffah karena
kemiripan tabiat mereka dengan sifat-sifat ahlu as-suffah. Tasawuf (sufi) merujuk
pada kata (4) safiyah yang berarti sesuatu yang terpilih atau terbaik. Dikatakan
demikian, karena seorang sufi biasa memandang diri mereka sebagai seorang
pilihan atau irang terbaik. Tasawuf dapat pula dirujuk dari kata (5) safa atau sufiy
yang artinya bersih atau suci. Maksudnya, kehidupan seorang sufi lebih banyak
diartikan pada penyucian batin untuk mendekatkan diri kepada Allah, Tuhan Yang
Maha Suci, sebab Tuhan tidak bisa didekati kecuali oleh orang yang suci.
Tasawuf diduga berassal dari bahasa yunani, yaitu (6) theosophi (theo = Tuhan:
sophos = hikmat), yang berarti hikmat ketuhanan. Masih ada pandangan lain yang
menyatakan bahwa tasawuf berasal dari kata (7) suf yang artinya wol atau kain
bulu kasar. Disebut demikian, karena orang-orang sufi banyak yang memakai
pakaian yang terbuat dari bulu binatang sebagai lambang kemiskinan dan
kesederhanaan. Bandingkan dengan pakaian sutra yang biasa dipakai oleh orang-
orang kaya. Abu Nasr as-surraj at-Tusi. Toko fundamuntalis tasawuf, menatakan
bahwa kebiasaan memakai kain wol kasar adalah kebiasaan para Nabi dan orang-
orang saleh, sekaligus sebagai lambang kesederhanaan dan kemiskinan.8

Dengan demikian, dari segi kebahasaan tasawwuf menggambarkan keadaan


yang selalu berorientasi kepada kesucian jiwa, mengutamakan panggilan Allah
SWT, membiasakan hidup sederhana, mengutamakan kebenaran dan rela
berkorban demi tujuan hidup yang mulia disisi Allah.

8
DR.Abu Su’ud, Islamologi, (Jakarta : Rineka Cipta :2003),cet,1,hal.182 – 183.

11
E.  METODOLOGI KAJIAN FIQIH DAN USULHIYAH
1.Kajian Fiqih
a.      Pengertian Kaidah Fiqih
Di antara arti kaidah sebagaimana dijelaskan oleh Ahmad Warson Munawir,
adalah al-asas (dasar, asas, dan pondasi), al-qanun (peraturan dan kaidah
dasar), al-mabda’ (prinsip), dan al-nasaq (metode atau cara). Mushthafa Ahmad
al-Zarqa, dalam pengantar buku Syarh al-Qawai’id al-Fiqhiyyat karya bapaknya,
al-Syaikh Ahmad Ibn al-Syaikh Muhammad al-Zarqa, menjelaskan bahwa arti
kaidah secara bahasa adalah al-asas, baik sebagai asas yang konkret (inderawi)
maupun yang abstrak (ma’naawi).
Ulama ushul berpendapat bahwa yang dimaksud dengan kaidah adalah:
“Peraturan umum yang mencakup pada semua bagiannya supaya diketahui
hukum-hukumnya berdasarkan aturan umum tersebut.”
Sedangkan ulama fiqih berpendapat bahwa yang dimaksud dengan kaidah
adalah “Aturan pada umumnya atau kebanyakan yang membawahi bagian-
bagiannya untuk mengetahui hukum-hukum yang dicakupnya berdasarkan aturan
umum tersebut.”
Dari pengertian di atas, dapat diketahui hal-hal sebagai berikut:
1)     Kaidah adalah “ugeran” atau patokan umum yang dijadikan dasar untuk
menentukan hukum bagi persoalan-persoalan yang belum diketahui hukumnya.
2)     Kaidah bersifat aglabiyat, aktsariyat atau pada umumnya. Oleh karena itu,
setiap kaidah mempunyai pengecualian-pengecualian (al-mustasnayat).
3)     Tujuan pembentukan kaidah fiqih adalah agar ulama, hakim (qadhi), dan
mufti, memperoleh kemudahan dalam menyelesaikan suatu sengketa atau kasus-
kasus di masyarakat.
b.      Kegunaan Kaidah Fiqih
Kegunaan kaidah fiqih menurut ‘Ali Ahmad al-Nadawi secara sederhana
adalah sebagai pengikat (“ringkasan”) terhadap beberapa persoalan fiqih.
Menguasai satu kaidah berarti telah menguasai sekian bab fiqih. Oleh karena itu,
mempelajari kaidah dapat memudahkan orang yang berbakat fiqih dalam
menguasai persoalan-persoalan yang menjadi cakupan fiqih.

12
c.       Kedudukan Kaidah Fiqih
Kedudukan kaidah fiqih dapat dibedakan menjadi dua, yaitu dalil pelengkap
dan dalil mandiri.Yang dimaksud dengan dalil pelengkap adalah bahwa kaidah
fiqih digunakan sebagai dalil setelah menggunakan dua dalil pokok, yaitu Al-
Qur'an dan Sunnah. Sedangkan yang dimaksud dengan dalil mandiri adalah
bahwa kaidah fiqih digunakan sebagai dalil hukum yang berdiri sendiri, tanpa
menggunakan dua dalil pokok.
2. Kaidah Ushuliyah
a.      Pengertian Kaidah Ushuliyah
Kaidah dalam bahasa Arab disebut Qa’idah sebagai mufrad (bentuk
tunggal) dari Qawa’id (kaidah-kaidah), kini kata qa’idah telah menyatu dengan
bahasa Indonesia dengan kata kaidah.
Sedangkan pengertian Ushuliyah diambil dari kata “ashal” yang diberi ya
nisbah (ya’ yang berfungsi untuk mengbangsakan/ menjeniskan).
Dalam arti terminologi Ashal mempunyai 5 pengertian, yaitu:
1)      Ashal berarti kaidah yang bersifat menyeluruh.
2)      Ashal berarti yang lebih kuat (Rajih).
3)      Ashal berarti hukum ashal (Mustashhab)
4)      Ashal berarti Maqis ’alaih (dalam bab Qiyas).
5)      Ashal berarti dalil.
Dengan demikian pengertian “Kaidah Ushuliyah” adalah suatu hukum
diambil kuli yang dapat dijadikan standar hukum bagi juz'i yang diambil dari
dasar kulli yakni al-Qur'an dan as-Sunnah”.
b.      Pembagian Kaidah
Kitab ushul fiqh membagi kaidah dengan dua macam, yaitu
kaidah ushuliyah dan kaidah fiqhiyah, kedua kaidah ini saling terkait.
1)      Kaidah ushuliyah atau yang disebut juga kaidah istinbathiyah atau bahkan
disebut juga kaidah lughawiyah, arti dari kaidah Ushuliyah sendiri adalah kaidah-
kaidah yang dipakai oleh ulama ushul berdasarkan makna dan tujuan ungkapan-
ungkapan yang telah ditetapkan oleh para ahli bahasa Arab. Setelah diadakan
penelitian-penelitian yang bersumber dari kesusastraan Arab.

13
2)      Sedangkan kaidah Fiqhiyah, ia disebut juga kaidah Syar’iyah. Pembahasan
kaidah fiqhiyah ini akan dibahas tersendiri dalam judul yang berbeda.
c.       Metode Perolehan Kaidah Ushuliyah
Ulama Ushuliyah membagi metode perolehan kaidah ushuliyah dengan 3
bagian, yaitu metode mutakallimin dan metode  ahnaf, dan metode campuran.
Masing-masing punya ciri-ciri tersendiri.
1)      Metode Mutakallimin
Metode mutakallimin sering disebut sebagai metode Syafi’iyah. Metode ini
banyak dikembangkan oleh golongan  mu’tazilah,asy’ariyah dan Imam Syafi’i
sendiri. mereka menggunakan metode ini dengan cara memproduksi kaidah-
kaidah serta mengeluarkanqonun-qonun ushuliyah dari penggalian lafal-lafal
serta uslub-uslubbahasa Arab.
Kitab-kitab ushul yang banyak menggunakan metode mutakallimin adalah:
a)      Al-Mustashfa, karangan Imam al-Ghazali (w. 505 H).
b)      Al-Ahkam, karangan Abu Hasan al-Amidi (w. 613 H).
c)      Al-Minhaj, karanganp al-baidhawi (w. 685 H).
d)     Al-Mu’tamad, karangan Muhammad bin Ali al-Basri (Tokoh Mu’tazillah) .
e)      Al-Burhan, karangan Imam Haramain (w. 487 H).
f)        Al-Manshul, karangan Fakruddin ar-Razi.
2)      Metode Ahnaf
Metode ahnaf (hanafiyah)  dicetuskan oleh Imam Abu Hanafiah dengan jalan
mengadakan istiqra (induksi) terhadap pendapat-pendapat Imam sebelumnya dan
mengumpulkan pengertian makna dan batasan-batasan yang mereka pergunakan
sehingga metode ini mengambil konklusi darinya.
Kitab-kitab yang menggunakan metode Hanafiah adalah sebagai berikut:
a)      Al-Fushul fil Ushul, karangan Abu Bakar al-Hashash.
b)      Taqwimul Adillah, karangan al-Qodli Abu Zaid ad-Dabusi.
3)      Metode Campuran
Yaitu metode penggabungan antara metode Mutakallimin  dan metode
hanafiah, yakni dengan cara memperhatikan kaidah-kaidah ushuliyah dan
mengemukakan dali-dalil atas kaidah-kaidah tersebut.

14
Kitab yang mengikuti metode campuran antara lain:
a)      Badiun Nidhom, karangan al-Badzawi.
b)      Al-Ahkam, karangan Mudhoffaruddin al-Bagdadi al-Hanafi (w. 694 H).
d.      Obyek Kaidah-Kaidah Ushuliyah
Penggunaan kaidah-kaidah ushuliyah hanya dipakai sebagai jalan untuk
memperoleh dalil hukum dan hasil hukumnya. Misalnya penetapan hukum amar,
nahi dan sebagainya serta penerimaan atau penggalian dalil-
dalil dhanniyah seperti qiyas, istishab, istihsan dan sebagainya.

F. METODE PEMIKIRAN MODERN


1. Pemikiran Modern
Kata-kata “modern”, “modernitas”, “modernisasi”, dan “modernisme”,
seperti kata lainnya yang berasal dari Barat, telah dipakai dalam bahasa Indonesia.
Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, kata modern diartikan sebagai yang
terbaru, mutakhir. Selanjutnya kata modern erat pula kaitannya dengan
modernisasi yang berarti pembaruan atau tajdid dalam bahasa Arabnya.
Dalam masyarakat Barat “modernisasi” mengandung arti pikiran, aliran,
gerakan, dan usaha-usaha untuk mengubah paham-paham, adat istiadat, institusi-
institusi lama dan lain sebagainya, agar semua itu sesuai dengan pendapat-
pendapat dan keadaan-keadaan baru yang ditimbulkan oleh ilmu pengetahuan dan
teknologi modern. Pikiran dan aliran itu muncul antara tahun 1650 sampai 1800
SM. Suatu masa yang terkenal dalam sejarah Eropa sebagai The Age of
Reason atau Englightenment, yakni masa pemujaan akal.
Dalam Islam, modernisasi berarti upaya yang sungguh-sungguh untuk
melakukan re-interpretasi terhadap pemahaman, pikiran, dan pendapat tentang
masalah keislaman yang dilakukan oleh pemikir terdahulu untuk disesuaikan
dengan perkembangan zaman. Dengan demikian yang diperbarui adalah hasil
pemikiran atau pendapat, dan bukan memperbarui atau mengubah teks Al-Qur'an
dan al-Hadits.Yang diperbarui adalah hasil pemahaman terhadap Al-Qur'an dan
al-Hadits.

15
Modernisme dalam Islam tentunya timbul pada periode yang disebut
modern dalam sejarah Islam. Menurut Harun Nasution, periode tersebut dimulai
sejak tahun 1800 M sampai zaman sekarang ini. Setelah terjadi pendudukan
Napoleon di Mesir tahun 1798 M menyadarkan pemuka-pemuka Islam bahwa
umat Islam sudah terbelakang dan lemah. Sebelumnya mereka masih
berkeyakinan bahwa kebudayaan umat Islam masih lebih tinggi dari kebudayaan
Barat. Sekarang ternyata Barat yang lebih tinggi.

G. METODOLOGI PENDIDIKAN ISLAM

Ilmu pendidikan islam adalah ilmu yang membahas tentang berbagai


aspek pendidikan (visi, misi, tujuan, sasaran, pendidikan dan tenaga kependidikan,
pengelolaan sarana prasarana dan sebagainya) dengan berdasar pada ajaran islam.

1.Ilmu Pendidikan Islam Perenatif Perenalis

Ilmu pendidikan islam perenatif peranalis adalah ilmu pendidikan yang


dibangun dengan berdasar pada ayat-ayat Al-Quran dan Al-Sunnah yang bersifat
abadi. Ilmu pendidikan islam perenatif perenialis ini termasuk yang paling banyak
dilakukan para ahli dari sejak zaman klasik hingga sekarang, baik secara
integrated dengaan pembahasan lainnya, maupun secara khusus.

Melalalui kajian terhadap ayat-ayat Al-Qur’an dapat dirumuskan tentang


visi, misi, tujuan, sumber kurikulum, metode dan strategi pembelajaran, kriteria
pendiddikan, lingkungan pendidikan, sarana prasarana, pengelolahan, evaluasi,
serta prinsip-prinsip umum dalam menerapkan berbagai komponen pendidikan
tersebut.

Berdasarkan Al-Qur’an dan Al-Sunah, visi pendidikan islam dapat


dirumuskan sebagai berikut ”Menjadikan pendidikan islam sebagai pranata yang
kuat, berwibawa, efektif dan credible dalam mewujudkan cita-cita ajaran islam,
yaitu mewujudkan rahmat bagi seluruh alam”. Hal ini sejalan dengan firman
Allah SWT :

16
‫وماارسانكاالرحمةالعلمىن‬

Dan tidaklah Aku mengutus engkau (Muhammad), melainkan agar (menjadi)


rahmat bagi semesta alam.(QS.al-Anbiya (21):107)

Secara kurikulum normatif perenialis didasarkan pada prinsip-prinsip:

a. Menonjolkan tujuan agama dan akhlak pada berbagai tujuannya.


b. Meluas secukupnya dan menyeluruh kandungannya, yaitu kurikulum
yang benar-benar mencerminkan semangat, pemikiran, dan ajaran yang
menyeluruh.
c. Bersikap seimbang diantara berbagai ilmu yang dikandung dalam
kulrikulum yang akan digunakan.
d. Bersifat menyeluruh dalam menata seluruh mata pelajaran yang
diperllukan oleh anak didik.
e. Disesuaikan dengan bakat dan minat anak didik.

Adapun misi pendidikan islam meliputi:

a. Mendorong timbulnya kesadaran umat manusia tentang pentingnya


pendidikan, sehingga pendidikan menjadi budaya dan sekaligus
kebutuhan pokok hidupnya. Hal ini sejalan dengan pesan ayat yang
pertama kali diturunkan, yaitu surat Al-Alaq ayat 1-5.
b. Melaksaknakan program wajib belajar mengajar sepanjang hayat. Hal
ini sejalan dengan Hadis Nabi yang memerintahkan menuntut ilmu
mulai dari buayan hingga ke liang lahat.
c. Melaksanakan prgram wajib belajar. Hal ini sejalan dengan Hadis
riwayat Ibn Abd Al-barr dari anas yang menyatakan, bahwa menuntut
ilmu itu merupakan kewajiban bagi setiap muslim dan muslimat.
d. Melaksankan program pendidikan anak usia dini.
e. Mengeluarkan manusian dari kehiduoan dzulumat (kegelapan) kepada
kehidupan yang terang benderang.
f. Memberantas sikap jahiliyah (biadab) menjadi masyarakat yang
madani dan beradap.

17
g. Menyelamatkan manusia dari tepi jurang kehancuran dan perpecahan.
h. Melakukan pencerahan batin kepada manusia agar sehat jasmani dan
rohani.
i. Menyadarkan manusian agar tidak melakukan perbuatan yang
menimbulkan bencana dimuka bumi.
j. Mengangkat harkat dan martabat manusia.
k. Membbina manusia agar memiliki akhlak mulia.

Adapun tujuan pendidikan secara universal menciptakan keseimbangan


pertumbuhan kepribaian manusia secara menyeluruh dengan cara melatih jiwa,
akal pikiran, perasaan, dan fisik manusia. Dengan demikian, pendidikan harus
mengupayahkan tumbuhnya seluruh potensi manusia, baik yang bersifat spiritual,
intelektual, daya khayal, fisik, ilmu pengetahuan, maupun bahasa, baik secara
perorangan maupun kelompok, dan mendorong tumbuhnya aspek terebut agar
mencapai kebaikan dan kesempurnaan. Tujuan akhir pendidikan islam terletak
pada terlaksananya pengabdian yang penuh kepada Allah, baik pada tingkat
perseorangan, kelompok, maupun kemanusiaan dalam arti yang seluas-luasnya.

Menurut Al-Qur’an dan Al-Sunnah dapat dijumpai bahwa dasar-dasar


pendidikan islam, yaitu dasar religius, dasar filsafat islam, dan dasar ilmu
pengetahwan(psikologi, sejarah, sisial-budaya, ekonomi, politik, dan
administrasi).9
2. Ilmu Pendidikan Islam yang Bercorak Historis

Ilmu pendidikan histori adalah ilmu pendidikan yang dibanggun dengan


berdasar pada susber-sumber sejarah Islam sejak zaman Klasik, Pertengahan,
hingga zaman Modern. Yakni sejak jaman Rasulullah SAW, Khulafaur Rasyidin,
Bani Umayah, Bani Abas, Dinasti-dinasti kecil, Kesultanan Turki Usmani,
Kesultanan Mughal di India, dan Kesultanan Syafawi di Persia, yang berlangsung
sejak abad ke-7 s.d 18 M.

9
Ibid,hal.210 -213.

18
Pada zaman tersesbut, sejarah mencatat bahwa dunia islam tampil sebagai
pencetus, pelopor, pemimpin, pemandu, dan pusat peradaban dunia. Pada masa
itu, umat islam bukan hanya menguasai ilmu agama islam dengan berbagai
cabangnya (tafsir, hadis, fikih, kalam, filsafat islam, tasawuf, dan sejarah
kebudayaan islam), juga ilmu umum dengan berbagai cabangnya (fisika,
matematika, astronomi, geometri, kedokteran, farmasi, sosial, ekonomi, politik,
dan lain-lain).

Kemajuan islam dalm bidang kebudayaan dan peradaban tersebut


sselanjutnya memberikan pengaruh terhadap kemajuan Eropa dan Barat. Sejarah
mencatat, bahwa sejak abad ke-11 M, terdapat sejumlah pelajar dari Eropa dan
Barat yang mempelajari ilmu umum yang dikembangkan islam yang mereka
jumpai Baghdad, Spanyol, dan Sisilia.

Melalui berbagai catatan sejarah, dapat dijumpai bahwa terjadinya


kemajuan Islam tersebut karena didukung oleh kemajuan dalam bidang
pendidikan dalam arti yang luas, yaitu pendidikan yang dilakukan pada lembaga-
lembaga baik yang dibangun oleh pemerintah, masyarakat, atau perorangan.
Selain itu, kemajuan tersebut juga didukung oleh kegiatan penelitian ilmiah, baik
penelitian bayani (Al-Qur’an dan Hadis), burhani (penelitian lapangan), jadali
(kajian filosofis), istiqra’i (penelitian kuantitatif), ijbari (penelitian eksperimen),
dan ‘irfani (penelitian sufistik).

Melalui kajian sejarah ini dapat diketahui tentang konsep dan praktik
pendidikan yang pernah dilakukan umat Islam dalam sejarah, yakni konsep
tentang lembaga pendidikan, kuriulum, tradisi pendidik, tradisi pelajar, metode
dan strategi pengajaran, sarana prasarana, pembiayaan pendidikan, dan
pengelolaan pendidikan.

19
3. Ilmu Pendidikan Islam Bercorak Filosofis

Kajian ilmu pendidikan Islam bercorak filosofis adalah kajian ilmu


pendidikan Islam yang menggunakan bahan-bahan yang terdapat dalam pemikiran
para filusuf sebagaimana yang terdapat dalam berbagai kitab yang mereka susun.

4. Ilmu Pendidikan Islam Bercorak Aplikatif

Ilmu pendidikan Islam bercorak aplikatif dapat diartikan ilmu pendidikan


Islam yang berisi pembahasan yang didasarkan pada hasil penelitian eksperimen
atau uji coba, dan dapat diterapkan secara langsung dalam kegiatan pendidikan.

Berdasarkan uraian dan analisis diatas tersebut, dapat kita simpulkan:

Sejak awal kelahiranya, Islam memiliki perhatian yang besar terhadap


pendidikan. Ayat-ayat Al-Qur’an, Al-Hadis serta bukti sejarah dengan sangat
meyakinkan telah menunjukkan bahwa islam memiliki perhatian yang tinggi
terhadap pendidikan.

Ilmu pendidikan islam adalah ilmu yang membahas berbagai aspek atau
komponen yang berkaitan dengan pendidikan dengan berdasarkan pada nilai-nilai
ajaran Islam. Dilihat dari segi sumber yang digunakannya, ilmu pendidikan Islam
ini ada yang bercorak normatif perenialis, filosofis, historis, dan aplikatif.

20
H. METODOLOGI TEKSTUALITAS dan KONTEKTUALITAS
1.      Tekstualitas Hadits
Dalam kaitannya dengan  Asbab al-Wurud, mayoritas ulama
mengemukakan kaidah (artinya: yang menjadi pedoman dalam memahami teks
adalah keumuman lafalnya, bukan sebab khususnya). Dengan berpijak pada
kaidah ini, pandangan menyangkut Asbab al-Wurud dan pemahaman hadis
seringkali hanya menekankan kepada peristiwanya dan mengabaikan waktu
terjadinya serta pelaku kejadian tersebut.
Dengan menggunakan kaidah itu, maka teks yang 'am yang muncul atas
sebab tertentu mencakup objek yang mempunyai sebab itu dan Iain-lain. Dan
tidak boleh dipahami bahwa lafal 'am itu hanya dihadapkan kepada orang-orang
tertentu saja. Ibn Taimiyah berkata bahwa para ulama walaupun berbeda pendapat
dalam menghadapi lafal umum yang datang lantaran sesuatu sebab, apakah khusus
bagi sebab itu, namun tak ada seorangpun yang menyatakan bahwasanya
keumuman lafal Al-Qur'an dan al-sunnah khusus dengan orang-orang tertentu.
Hanya saja paling jauh dikatakan, bahwa keumuman lafal itu tertentu
dengan orang-orang yang semacam itu lalu ia mencakup orang-orang yang
menyerupainya, dan tidaklah keumuman padanya menurut lafal. Ayat yang
mempunyai sebab yang tertentu jika merupakan perintah atau larangan, maka ia
mencakup orang-orang itu dan selainnya, yang sama keadaannya/kedudukannya.
Lafal 'am dalam sebuah teks walaupun munculnya karena dilatarbelakangi
oleh sebab khusus, ia mencakup seluruh individu yang bisa ditampung oleh teks
itu, tidak tertentu/terbatas berlakunya hanya kepada individu yang menjadi sebab
khusus lahirnya teks.
2.      Kontekstualitas Al-Qur'an
Al-Qur'an adalah sumber rujukan paling pertama dan utama dalam ajaran
Islam. Ia diturunkan oleh Allah kepada Nabi Muhammad SAW, untuk
disampaikan kepada umat manusia. Al-Qur'an diturunkan secara berangsur-
angsur, sudah tentu menunjukkan tingkat kearifan dan kebesaran Tuhan, sekaligus
membuktikan bahwa pewahyuan total pada satu waktu adalah mustahil, karena
bertentangan dengan fitrah manusia sebagai makhluk dla’if(lemah).

21
Hikmah terbesar Al-Qur'an diturunkan dari waktu ke waktu, tema pertema,
bagian per bagian, adalah di samping mempertimbangkan kemampuan manusia
yang terbatas dalam menelaah dan mencerna kandungan ayat-Nya, juga
dimaksudkan agar selaras dan sejalan dengan kebutuhan obyektif yang dihadapi
umat manusia.
Al-Qur'an diturunkan lima belas abad yang lalu itu persis di tengah-tengah
masyarakat Arab Jahiliyah. Karena itu, misi suci wahyu ini adalah ingin
memperbaiki moralitas masyarakatnya yang rusak itu dengan berdialog secara
argumentatif (akliyah) dan bijak (hikmah), seraya mengajar umat yang tak
“beradab” (jahiliyah) ini ke jalan yang berkeadaban (madaniyah).
Al-Qur'an secara intrinsik (hakiki) ingin berdialog secara interaktif sambil
menebarkan rahmatnya kepada masyarakat dalam berbagai dimensi dan corak
sosialnya, baik di masa lampau, kini, maupun mendatang, baik sebagai orang
Arab, Eropa, Amerika, Afrika maupun Asia. Bahkan umat Islam tidak hanya
dituntut untuk memahami Al-Qur'an secara kontekstual (selaras dengan ruang dan
waktu manusia), tetapi juga secara profetik (melintasi batas ruang dan waktunya
sendiri). Oleh karena itu, untuk memahami Al-Qur'an, seseorang tidak hanya
terpaku semata-mata pada teks ayat, tetapi juga konteks sosial di mana masyarakat
berada.
Penafsiran Al-Qur'an secara kontekstual sangat diperlukan untuk berdialog
dengan orang-orang yang hidup di masa Nabi Muhammad SAW, tetapi juga untuk
orang-orang yang hidup di masa sekarang, maupun untuk orang-orang yang hidup
di masa-masa yang akan datang. Faktor yang diperlukan dalam menafsirkan Al-
Qur'an secara kontekstual adalah asbabun nuzul suatu ayat.  Asbabun nuzul itu
sendiri ialah apa yang menyebabkan satu ayat atau beberapa ayat Al-Qur'an
diturunkan sebagai pemberi informasi (jawaban).
Adapun pengertian asbabun nuzul  dapat dilihat dari dua segi, yaitu ;
pertama, peristiwa yang terjadi mendahului turunnya ayat. Ayat yang turun
kemudian menjelaskan pandangan Al-Qur'an, atau Al-Qur'an mengomentari
tentang peristiwa-peristiwa yang terjadi tersebut. Kedua, peristiwa itu terjadi

22
setelah turunnya satu ayat.Peristiwa itu telah mencakup pengertiannya, atau
dijelaskan hukumnya oleh ayat-ayat yang telah turun.
Mempelajari ilmu sejarah, minimal dapat memberikan informasi tentang
kondisi perkembangan suatu masyarakat.Al-Qur'an sebagai petunjuk dari Allah
untuk kebahagiaan umat manusia tidak mengabaikan perkembangan
masyarakat.Jadi, dengan mengetahui konteks kesejarahan suatu ayat, maka
dengan mudah ayat itu bisa diterapkan pada setiap ruang dan waktu yang berbeda.

I. METODOLOGI MUQARANAH MAZAHIB


Muqaranah Mazahib terdiri dari beberapa unsur kata, yang secara etimologi
kata “muqaranah” berasal dari kata “qarana” yang artinya membandingkan dan
kata muqaranah sendiri, kata yang menunjukkan keadaan atau hal yang berarti
membandingkan antara dua perkara atau lebih. 
Adapun kata mazahib adalah jamak dari mazhab yang berarti aliran atau berarti
juga paham yang dianut.Yang dimaksud di sini adalah mazhab-mazhab hukum
dalam Islam.
Pengertian “mazhab” sendiri menurut bahasa, berasal dari shighah
mashdar mimy (kata sifat) dan isim makan (kata yang menunjukkan tempat) yang
diambil dari fi’il madhi “dzahaba” yang berarti “pergi”.Sementara menurut
Huzaemah Tahido Yanggo bisa juga berarti al-ra’yu yang artinya
“pendapat”.Sedangkan secara terminologis pengertian mazhab menurut
Huzaemah Tahido Yanggo, adalah pokok pikiran atau dasar yang digunakan oleh
imam Mujtahid dalam memecahkan masalah, atau mengistinbatkan hukum Islam.
Selanjutnya Imam Mazhab dan mazhab itu berkembang pengertiannya menjadi
kelompok umat Islam yang mengikuti cara istinbath Imam Mujtahid tertentu atau
mengikuti pendapat Imam Mujtahid tentang masalah hukum Islam.
Jadi bisa disimpulkan bahwa yang dimaksud mazhab meliputi dua
pengertian, yaitu:

23
1.      Mazhab adalah jalan pikiran atau metode yang ditempuh seorang Imam
Mujtahid dalam menetapkan hukum suatu peristiwa berdasarkan kepada al-Qur’an
dan hadits.
2.      Mazhab adalah fatwa atau pendapat seorang Imam Mujtahid tentang hukum
suatu peristiwa yang diambil dari al-Qur’an dan hadis.
Dalam perkembangan mazhab-mazhab fiqih telah muncul banyak mazhab fiqih.
Menurut Ahmad Satori Ismail, para ahli sejarah fiqh telah berbeda pendapat
sekitar bilangan mazhab-mazhab. Tidak ada kesepakatan para ahli sejarah fiqh
mengenai berapa jumlah sesungguhnya mazhab-mazhab yang pernah ada.
Jadi Muqaranah mazahib adalah ilmu yang mempelajari perbandingan antar
berbagai mazhab baik dari segi persamaan maupun perbedaan yang berkaitan
dengan tindakan hukum manusia dalam persoalan-persoalan keduniaan.
Ketika memasuki abad kedua Hijriah adalah merupakan era kelahiran
mazhab-mazhab hukum dan dua abad kemudian mazhab-mazhab hukum ini telah
melembaga dalam masyarakat Islam dengan pola dan karakteristik tersendiri
dalam melakukan istinbat hukum.
Kelahiran-kelahiran mazhab-mazhab hukum dengan pola dan karakteristik
tersendiri ini, tak pelak lagi menimbulkan berbagai perbedaan pendapat dan
beragamnya produk hukum yang dihasilkan.Diakui bahwa selama periode abad
kedua sampai dengan abad keempat Hijriah merupakan periode gerakan
pemikiran hukum secara besar-besaran dan meluas diberbagai kawasan. Para
tokoh atau Imam mazhab, seperti Abu Hanifah, Imam Malik, Imam Syafi’i,
Ahmad Ibn Hambal dan lainnya, masing-masing menawarkan kerangka
metodologi, teori dan kaidah-kaidah ijtihad yang menjadi pijakan mereka dalam
menerapkan hukum.
Metodologi, teori dan kaidah-kaidah yang dirumuskan oleh para tokoh dan
para Imam Mazhab ini, pada awalnya hanya bertujuan untuk memberikan jalan
dan merupakan langkah-langkah atau upaya dalam memecahkan berbagai
persoalan hukum yang dihadapi baik dalam memahami Nash al-Quran dan al-
Hadits.Maupun kasus-kasus hukum yang tidak ditemukan jawabannya dalam
Nash.

24
BAB III
PENUTUP
1.Kesimpulan
Agama pada umumnya menjadi pemandu dan pengarah dalam kehidupan
manusia agar tidak terperosok kedalam keadaan yang merugikan dan
menjatuhkan harga dirinya sebagai makhluk mulia.
Islam merupakan agama samawi yang memiliki banyak dimensi. Untuk
memahami dimensi itu, diperlukan berbagai metodologi yang digali dari berbagai
disiplin ilmu yang dapat dipahami dari segi theologis dan normatif. Untuk
memahami ajaran Islam secara benar dan utuh, diperlukan metodologi yang
sistematis, terstruktur dan terorganisir dengan baik.
Ada banyak metodologi dalam memahami islam diantaranya ulumul tafsir,
ulumul hadist, filsafat dan theology, tasawwuf, Kajian Fiqih dan Kaidah
usuluhiyyah, pemikiran modern, pendidikan islam, tekstualitas dan
kontekstualitas, muqaranah madzhab yang mengupas masalah- masalah yang
berhubungan dengan pendekatan terhadap islam.
2.Saran
Dalam pembuatan makalah ini, kami hanya focus membahas tentang
aneka metode dalam mamahami islam, dengan adanya makalah ini kita dapat
memahami berbagai aspek pandangan para ahli tentang memahami agama islam.
Dan juga tujuan kami membuat makalah ini agar tidak ada kesalahapahaman lagi
tentang bagaimana cara seseorang dalam memahami islam tersebut.

25
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Mukhti, Metode Memahami Islam, (Jakarta, Bulan Bintang, 1991), Cet I.
, Ahlak Tasawwuf dan Karakter Mulia (Jakarta, Rajawali Pers, 2014),
Ed.Rev Cet 13.
Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta, PT Raja Grafindo
Persada), Cet I,II,III.
Nata, Abuddin, Metodologi Studi Islam, (Jakarta: Rajawali Pers, 2010), Ed.
Revisi.
, Studi Islam Komperhensif, (Jakarta, Kencana, 2011), Ed. I. cet I.

26

Anda mungkin juga menyukai