Makalah ini dibuat dan diajukan untuk memenuhi tugas kelompok pada mata
kuliah “Ulumul Hadits”
Dosen Pengampu :
PONTIANAK
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini. Shalawat beserta salam kita haturkan kepada Nabi Muhammad SAW
yang telah membawa umat manusia dari zaman jahiliah menuju zaman yang penuh
dengan ilmu pengetahuan seperti yang dapat kita rasakan saat ini.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
A. Kesimpulan......................................................................................... 16
B. Saran ................................................................................................... 17
ii
BAB I
PENDAHULUAN
B. Pembatasan Masalah
Dari banyaknya pembahasan yang beragam, kami membatasi masalah
yang kami bahas agar pembahasannya berfokus pada :
1. Bagaimana kedudukan hadits dalam islam?
2. Apa fungsi hadits terhadap Al-Qur’an?
3. Apakah perbedaan hadits nabawi, hadits qudsy, dan Al-Qur’an?
1
C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini agar kita dapat mengetahui, memahami,
menemukan solusi dan menambah wawasan tentang hadits dan
hubungannya dengan Al-Qur’an, kedudukannya dalam islam, fungsi hadits
terhadap Al-Qur’an, dan agar mengetahui perbedaan hadits nabawi, hadits
qudsy, dan Al-Qur’an.
D. Sistematika Penulisan
Makalah ini disusun dengan urutan sebagai berikut :
Bab I Pendahuluan, menjelaskan latar belakang, pembatasan
masalah, dan sistematika penulisan.
Bab II Pembahasan, terdiri dari 4 sub judul yaitu :
1. Definisi hadits, dan kedudukan hadits dalam islam.
2. Fungsi hadits dan terhadap Al-qur’an
3. Pengertian hadits nabawi, qudsy, Al-Qur’an dan perbedaannya.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
diyakini oleh umat Islam sebagai firman Allah yang sudah teruji reputasi
kemujizatannya. Al-Quran pula sudah mengikis habis keraguan orang-
orang akan kehebatannya dengan bukti-bukti yang sudah diuji coba di
hadapan orang-orang yang tidak memercayainya dan ternyata mereka tak
mampu menandinginya. (khaeruman)
Untuk hadis Nabi, yang dikaji tak hanya kandungan serta aplikasi
petunjuknya dan yang bekerjasama dengannya, namun juga
periwayatannya. Hal ini karena status hadis yang diyakini oleh mayoritas
umat Islam menjadi sumber ajaran Islam yg berasal dari Allah, yaitu
wahyun ghairu mathluwin, memiliki sifat yang khusus, yakni maknanya
berasal Allah, sementara lafazhnya berasal Nabi Muhammad SAW.
Spesifikasi dan sifat hadis demikian, yang terbentuk dari perkataan,
perbuatan, ketetapan, dan hal tentang Nabi ini memerlukan penelitian yang
mendalam. Penelitian dibutuhkan karena hadis yang sampai kepada umat
Islam sudah melalui jalan periwayatan yang panjang, sepanjang perjalanan
sejarah kehidupan umat Islam. di samping itu, perjalanan hadis yang
disampaikan dari generasi ke generasi, memungkinkan adanya unsur-unsur
yang masuk ke pada periwayatan itu, baik unsur sosial juga budaya dan
masyarakat generasi periwayat hadis itu hidup.
Mayoritas umat Islam sepakat menerima hadis sebagai sumber ajaran
Islam yang tak terpisahkan berasal Al-Quran dan minoritas umat Islam
menolaknya. Golongan yang menolak hadis sebagai sumber ajaran Islam
terbagi dua golongan: (1) golongan yang menolak hadis secara keseluruhan,
dan (dua) golongan yang menolak hadis ahad saja. Imam Asy-
Syafi'imenerangkan golongan yang menolak hadis menjadi sumber ajaran
Islam dengan panjang lebar, disertai dengan alasan alasan mereka dan
membantah pendapat mereka dengan alasan-alasan yang kuat. Imam Syafi'i
menempatkan persoalannya secara proporsional. beliau membagi golongan
yang menentang hadis menjadi dasar hukum Islam itu di tiga golongan: (1)
golongan yg menolak hadis secara keseluruhan, baik yang mutawatir juga
yang ahad; (dua) golongan yang menolak hadis, kecuali menerimanya Jika
4
terdapat persamaan dengan Al-Quran; dan (tiga) sedangkan golongan yang
menolak hadis ahad.
Berbicara perihal kedudukan hadis di samping Al-Quran sebagai asal
ajaran Islam, Al-Quran adalah sumber pertama, sedangkan hadis menempati
sumber kedua. Bahkan, sulit dipisahkan antara Al Quran dan hadis Nabi
karena kedua-duanya ialah wahyu. Hanya saja, yang pertama wahyun
mathluwwun, sedangkan yang kedua wahyun ghairu mathluwin. Posisi
hadis Nabi mirip itu tidak hanya dijelaskan sang Nabi, tetapi pula oleh Allah
SWT. diantaranya tercantum dalam surat Al-Fath [48]: 10, Al-Ma'idah [5]:
92, An-Nisa' [4]: 65, dan lain lain.
Rasulullah SAW ialah orang yang setiap perkataan dan perbuatannya
menjadi pedoman bagi manusia. sebab itu beliau ma’shum (senantiasa
menerima petunjuk Allah SWT). dengan demikian pada hakekatnya Sunnah
Rasul merupakan petunjuk yg pula berasal dari Allah. jika al Quran adalah
petunjuk yang berupa kalimat-kalimat jadi, yang isi juga redaksinya
langsung diwahyukan Allah, maka Sunnah Rasul adalah petunjuk dari Allah
yang di ilhamkan pada beliau, kemudian dia menyampaikannya pada
ummat menggunakan cara beliau sendiri.
ِ َّٱلزب ِۗ ُِر َوأَنزَ ۡلنَا ٓ إِلَ ۡيكَ ٱلذ ِۡك َر ِلتُبَيِنَ لِلن
َاس َما نُ ِز َل إِلَ ۡي ِه ۡم َولَعَلَّ ُه ۡم يَت َفَ َّك ُرون ِ َبِ ۡٱلبَيِ َٰن
ُّ ت َو
Terjemahnya: “keterangan-keterangan (mukjizat) dan kitab-kitab.
Dan Kami turunkan kepadamu Al Quran, agar kamu menerangkan
pada umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka dan
supaya mereka memikirkan”.”.(QS. An-Nahl 44)
ْۚ
ِ شدِيدُ ۡٱل ِعقَا
ب َ َۖ َّ ْع ۡنهُ فَٱنت َ ُهواْ َوٱتَّقُوا
َ َّ ٱّلل ِإ َّن
َ ٱّلل َ سو ُل فَ ُخذُوهُ َو َما نَ َه َٰى ُك ۡم َّ َو َما ٓ َءات َ َٰى ُك ُم
ُ ٱلر
5
Ayat-ayat diatas menjelaskan bahwa sunnah/hadits adalah penjelasan
Al Quran. Sunnah itu diperintahkan oleh Allah buat dijadikan sumber
hukum dalam Islam. dengan demikian, sunnah artinya menjelaskan al
Quran, membatasi kemutlakannya dan mentakwilkan kesamarannya. Allah
memutuskan bahwa seseorang mukmin itu belum bisa dikategorikan
beriman pada Allah sebelum mereka mengikuti segala yang diputuskan oleh
Rasulullah SAW serta dengan putusannya itu mereka merasa bahagia.
B. Fungsi hadits terhadap alqur’an
Al-Qur'an dan al-Sunnah merupakan dua sumber pokok ajaran Islam
pada masa Rasulullah Saw. Dalam al-Qur'an terdapat pokok-pokok ajaran
agama yang mencakup masalah aqidah, ibadah, mu'amalah, akhlaq serta
qishah-qishah yang semuanya disebutkan secara global
(umum).(khaeruman)
Al-Sunnah sebagaimana fungsi utamanya yaitu sebagai bayan
(penjelas) bagi al-Qur'an, seperti dinyatakan dalam Surat al-Nahl ayat 44:
6
Dalam kitab-kitab tersebut disebutkan setidaknya ada 5 bentuk bayan
al-Sunnah terhadap al-Qur'an. Bayan-bayan tersebut adalah:
1.Bayan Tafshil
2. Bayan Takhshish
Al-Sunnah sebagai bayan takhshsish artinya al-Sunnah sebagai pen-
tkhshish (pengkhusus) ayat-ayat al-Qur'an yang bersifat umum seperti
dalam masalah waris dalam Surat al Nisa ayat 11:
ُ ُ َّ ُ ٓ َ ن َ ُ ن َّ َ ن ُ َ ذ ن ُ َ َ ن ُ
ِ ِف أولَٰدِكمۖۡ ل ِذلك ِر مِثل ح ِظ ٱۡلنثي
ِّۚي ِ يوصِ يكم ٱَّلل
7
"Allah mensyari'atkan bagimu tentang (pembagian
harta pusaka untuk) anak-anakmu yaitu bagian seorang
anak lelaki sama dengan bagian dua anak perempuan
3.Bayan al-Taqyid
Al-Sunnah sebagai bayan taqyid artinya al-Sunnah sebagai
pembatas ayat al-Qur'an yang bersifat Muthlak seperti terhadap firman
Allah SWT Surat al-Maidah ayat 38:
8
dipotong dari seorang pencuri. Hadits tersebut seperti disebutkan oleh Al-
syaukani dalam kitabnya Subul al-Salam berikut:
ُ َ َ َ َّ َّ ذ ُ ن َ َ َ ن ُ ُ ٓ ْ َ ُ َ ُ ن
ٗ ك نم َرح
ِيما ِ مِنك ۚۡم وَل تقتلوا أنفسك ۚۡم إِن ٱَّلل َكن ب
5. Bayan Tasyri
Al-Sunnah sebagai bayan tasyri' artinya Sunnah. sebagai sumber
hukum tersendiri yang mengatakan huklum yang tidak disebutkan dalam al-
Qur'an. Dalam hal ini sebenarnya Sunnah bukanlah sebagai penjelas tetapi
sebagai pemuncul hukum (munsyi al-hukm). Contoh Sunnah sebagai tasyri
adalah Sunnah-Sunnah yang menyatakan keharaman himar ashliyah,
keharaman hewan-hewan yang buas, keharaman menikahi seorang bibi dan
yang lainya. (Muhammad, Ajaj al-Hhuthabi: 46-49).
9
Dari uraian di atas biasanya para ulama menyimpulkan fungsi hadits
terhadap al-Qur'an kedalam tiga bagian, yaitu:
a. Sunnah sebagai penetap dan penguat terhadap hukum-hukum yang
terdapat dalamal-Qur'anseperti hadits tentang perintah shalat, zakat,
keharaman riba, dan yang lainnya.
b. Sunnah sebagai penjelas dan perinci terhadap ayat-ayat al-Qur'an
terhadap ayat-ayat yang bersifat mujmal seperti hadits tentang tata cara
shalat, dan jumlah bilangannya, tentang waris dan lainnya
c. Sunnah sebagai pemuncul hukum yang tidak disebutkan dalam al-
Qur'an seperti keharaman menikahi bibi dan lainnya.
C. Hadits Nabawi, Hadits Qudsi, dan al-qur’an dan perbedaannya
Hadis dilihat dari sandarannya ada dua; pertama, disandarkan pada
Nabi sendiri disebut Hadis Nabawi, kedua, disandarkan kepada Tuhan yang
disebut Hadis Qudsi. Hadis qudsi perlu dimunculkan karena ternyata
banyak masyarakat yang belum mengerti statusnya.(Abdul Majid Khon.Pdf)
Pada umumnya mereka terjebak nama qudsi itu sendiri yang diartikan
suci, kemudian mereka menduga bahwa semua hadis qudsi shahih. Mari kita
kaji pengertiannya terlebih dahulu. Hadis qudsi disebut juga Hadis llâhî dan
Hadis Rabbânî.
Dinamakan qudsi (suci), ilahi (Tuhan), dan rabbânî (ketuhanan)
karena ia bersumber dari Allah yang mahasuci dan dinamakan hadis karena
Nabi yang memberitakannya yang didasarkan dari wahyu Allah. Kata qudsi,
sekalipun diartikan suci, hanya merupakan sifat bagi hadis, sandaran hadis
kepada Tuhan tidak menunjukkan kualitas hadis. Oleh karena itu, tidak
semua hadis qudsi shahih, tetapi ada yang shahih, hasan, dan dha'if,
tergantung persyaratan periwayatan yang dipenuhinya, baik dari segi sanad
atau matan. Definisi hadis qudsi ialah:
كل قول أضافة الرسول صلى هللاا عليه وسلم إلى هللاا عز وجل
“Segala perkataan yang disandarkan Rasul kepada Allah .”
10
Definisi ini menjelaskan, bahwa Nabi hanya menceritakan berita yang
disandarkan kepada Allah, bentuk berita yang disampaikan hanya berupa
perkataan, tidak ada perbuatan dan persetujuan sebagaimana hadis Nabi
biasa. Bentuk-bentuk periwayatan hadis qudsi pada umumnya
menggunakan kata kata yang disandarkan kepada Allah,
Jumlah hadis qudsi tidak terlalu besar, hanya sekitar 400 buah hadis
secara terulang-ulang sanad atau sekitar 100 buah hadis lebih (ghayr
mukarrar), ia tersebar dalam 7 Kitab induk hadis. Mayoritas kandungan
hadis qudsi tentang akhlak, aqidah, dan syari'ah. Di antara kitab hadis qudsi,
Al-Ahadits Al-Qudsiyah, yang diterbitkan oleh Jumhûr Mesir Al-'Arabîyah,
Wuzârah Al Awqaf Al-Majlis Al-A'la li Syu'an Al-Islâmiyyah Lajnat As-
Sunnah, Cairo 1988 dan lain-lain.
11
kandungan wahyu secara tersirat yang disebut dengan taufiqt maupun yang
dipahami dari Alquran secara tersurat yang disebut dengan tawqifi dan
inilah makna firman Allah dalam Surah An-Najm (53) ayat 3-4:
ٞ ى إ ِ نن ُه َو إ ِ ََّل َو ن
َٰ َ ُۡح ي
وۡح َٰٓ َو َما يَن ِط ُق َعن ٱل ن َه َو
ِ
“Dan tidaklah yang diucapkannya (Alquran) itu
menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada
lain hanyalah wahyu yang diwahyukan kepadanya.”
Pada ayat ini ijtihad tidak merupakan lawan kata dari wahyu dan tidak
ada alasan untuk melarangnya. Lawan kata wahyu pada ayat tersebut adalah
hawa. Nabi tidak berkata dari hawa nafsu, tetapi dari wahyu. Secara umum
dari beberapa uraian di atas dapat dikembangkan menjadi beberapa
perbedaan antara hadis qudsi dan hadis nabawi, di antaranya sebagai
berikut.
a. Pada hadis nabawi, Rasul menjadi sandaran sumber pemberitaan.
sedangkan pada hadis qudsi beliau menyandarkannya kepada Allah .
Pada hadis qudsi, Nabi memberitakan apa yang disandarkan kepada
Allah dengan menggunakan redaksinya sendiri.
b. Pada hadis qudsi, Nabi hanya memberitakan perkaraan atau gawi,
sedangkan pada hadis nabawi pemberitaannya meliputi perkataan (gal),
perbuatan (fil), dan persetujuan (taqriri).
c. Hadis nabawi merupakan penjelasan dari kandungan wahyu," baik
secara langsung ataupun tidak langsung. Maksud wahyu yang tidak
secara langsung, Nabi berijtihad terlebih dahulu dalam menjawab suatu
masalah. Jawaban itu terkadang sesuai dengan wahyu dan adakalanya
tidak sesuai dengan wahyu. Jika tidak sesuai dengan wahyu, maka
datanglah wahyu untuk meluruskannya. Hadis qudsi wahyu langsung
dari Allah .
12
d. Hadis nabawi lafal dan maknanya dari Nabi menurut sebagian
pendapat, sedangkan hadis qudsi maknanya dari Allah redaksinya
disusun oleh Nabi.
e. Hadis qudsi selalu menggunakan ungkapan orang pertama (dhamir
mutakallim): Aku (Allah)... Hai hamba-Ku... sedangkan hadis nabawi
tidak menggunakan ungkapan tersebut.
الكالم المنجز المنزل على النبي صلى هللاا عليه وسلم المكتوب في
13
b. Alquran mengandung mukjizat seluruh kandungannya, sekalipun
sekecil huruf, dan titiknya pan yang dapat mengalahkan lawan-
lawannya.
c. Alquran diturunkan kepada Nabi Muhammad (tentunya melalui
Malaikat Jibril) secara mutaedtir (diriwayatkan banyak orang yang
mustahil sepakat bohong).
d. Membaca Alquran dinilai ibadah (membaca satu huruf dari Alquran
dibalas 10 kebaikan sebagaimana keterangan dalam hadis Nabi).
14
e. Alquran redaksi (lafal) dan maknanya dari Allah dan hadis qudsi makna
nya dari Allah redaksinya dari Nabi sendiri sesuai dengan maknanya.
Sedangkan hadis nabawi berdasarkan wahyu Allah atau ijtihad yang
sesuai dengan wahyu. Oleh karena itu, haram meriwayatkan Alquran
secara makna tanpa lafal, dan boleh periwayatan secara makna dalam
hadis dengan persyaratan yang ketat.
f. Proses penyampaian Alquran melalui wahyu yang tegas (juli),
sedangkan hadis qudsi melalui wahyu, atau ilham, dan atau mimpi
dalam tidur.
g. Kewahyuan Alquran disebut dengan wahyu mathau (wahyu yang
dibacakan) sedang kewahyuan sunnah disebut wahyu ghayr mathau
(wahyu yang tidak dibacakan), tetapi terlintas dalam hati secara jelas
dan yakin kemudian diungkapkan Nabi dengan redaksinya sendiri.
h. Membaca Alquran dinilai sebagai ibadah; setiap satu huruf pahalanya
10 kebaikan, sedangkan membaca hadis sekalipun que tidak dinilai
ibadah, kecuali disertai dengan niat yang baru.
i. Di antara surah Alquran wajib dibaca dalam shalat seperti membaca
Surah Al-Fatihah yang dibaca pada setiap rakaat. Sedangkan dalam
hadis tidak ada yang harus dibaca dalam shalat sekalipun qudsi, bahkan
tidak shalat seseorang yang menggantikan surah Alquran dengan hadis
qudsi.
j. Haram menyentuh atau membawa mushhaf Alquran menurut sebagian
pendapat) bagi yang berhadas, baik hadas kecil maupun hadas besar
(tidak bersuci).
k. Haram memperjualbelikan mushhaf Alquran menurut Imam Ahmad
dan makruh menurut Imam Asy-Syafi'i."
15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hadis adalah semua yang dinisbahkan kepada Rasulullah SAW, baik
perkataan, perbuatan, persetujuan dan sifat baginda, juga yang dinisbahkan
kepada sahabat dan Tabi’in.
Al-Quran dan hadis Nabi Muhammad SAW. diyakini oleh umat
Islam menjadi sumber ajaran Islam. kedua sumber ini tidak hanya dipelajari
di lembaga-lembaga pendidikan saja, tetapi juga disebarluaskan ke berbagai
lapisan masyarakat. Mayoritas umat Islam sepakat menerima hadis sebagai
sumber ajaran Islam yang tak terpisahkan berasal Al-Quran dan minoritas
umat Islam menolaknya. Berbicara perihal kedudukan hadis di samping Al-
Quran sebagai asal ajaran Islam, Al-Quran adalah sumber pertama,
sedangkan hadis menempati sumber kedua. Bahkan, sulit dipisahkan antara
Al Quran dan hadis Nabi karena kedua-duanya ialah wahyu.
Pembahasan mengenai al-Sunnah sebagai bayan biasanya dibahas
dalam kitab-kitab ushul oleh ulama ahli ushul fiqih seperti dalam kitab al-
Risalah karya Imam Syafi'i, kitab Al-muwafaqaat karya Al-syathibi, kitab
Al-mashdar Ila Ilmu Al-ushul karya Ali Hasbullah, kitab Tarikh Tasyri Al-
islami karya Khudhori Beik dan kitab-kitab ushul lainnya.
Dalam kitab-kitab tersebut disebutkan setidaknya ada 5 bentuk bayan al-
Sunnah terhadap al-Qur'an : Bayan Tafshil, Bayan Takhshish, Bayan al-
Taqyid, Bayan Mutsbit, Bayan Tasyri.
Hadis dilihat dari sandarannya ada dua; pertama, disandarkan pada
Nabi sendiri disebut Hadis Nabawi, kedua, disandarkan kepada Tuhan yang
disebut Hadis Qudsi. Sedangkan Alquran adalah firman Allah, bukan sabda
Nabi, bukan perkataan manusia, dan bukan pula perkataan Malaikat.
16
B. Saran
17
DAFTAR PUSTRAKA
khaeruman, badri. Ulumul Hadits. Edited by Maman abd Djaliel, 1st ed., cv
pustaka setia, 2010.
18