Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH ULUMUL HADIS

HADIS SEBAGAI SUMBER AJARAN AGAMA ISLAM

Dosen Pengampu:

Meki Johendra

Disusun Oleh

Tri Aulia Sari 2323330002

Arini Lastari 2323330008

Sugiarti 23233300012

PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAKWAH

FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN DAKWAH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI FATMAWATI SUKARNO BENGKULU

2024
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb
Terlebih dahulu kami panjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah swt..
Yang atas limpahan nikmatnya kami dapat membuat makalah ini dengan judul
hadis sebagai sumber ajaran agama islam sebagai syarat dan tugas dalam
memenuhi mata kuliah Sejarah Peradaban Islam. Sholawat serta salam semoga
tetap dicurahkan kepada Nabi Muhammad saw. Kepada keluarga, sahabat, juga
pengikutnya hingga hari akhir.
Penyusunan makalah semaksimal mungkin kami upayakan dan didukung
bantuan berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar dalam penyusunannya.
Untuk itu tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu kami dalam membuat makalah ini. Namun demikian kami
menyadari masih banyaknya kekurangan dan kesalahan dalam penyususunan
makalah ini, baik dari segi penyusunan bahasa dan aspek lainnya. Oleh karena itu,
dengan lapang dada kami membuka selebar-lebarnya pintu bagi para pembaca
yang ingin memberi saran maupun kritik demi memperbaiki makalah ini. Besar
harapan kami, makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca sekalian.

Bengkulu , 13 Maret
2024

Kelompok 3
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................
DAFTAR ISI .................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................
A. Latar Belakang ......................................................................................................
B. Rumusan Masalah.................................................................................................
C. Tujuan ...................................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................
A. Otoritas kedudukan hadis sebagai sumber ajaran islam ...................................
B. Dalil kehujjahan hadis sebagai sumber ajaran islam ........................................
C. Fungsi hadis terhadap al-Qu’an ...........................................................................
BAB III PENUTUP.........................................................................................................
A. Kesimpulan ........................................................................................................
B. Saran....................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sebahagian dari umat Islam telah sepakat memutuskan sumber
ajaran Islam itu dari Al- Qur’an, Sunnah (Hadits) dan Ijtihad. Sunnah
(Hadits) menurut para ulama Hadits ialah sesuatu yang berasal dari Nabi
Muhammad Saw baik dari perkataan, perbuatan, taqrir, serta budi pekerti,
sepanjang perjalanan hidupnya, sebelum beliau menjadi Rasul ataupun
setelahnya. Hal itu lah yang menjadi alasan menjadikan kedudukan
Sunnah (Hadits) ini sebagai dasar dalam ajaran Islam yang kedua setelah
AlQur’an.
Hadis Nabi Muhammad SAW ialah pedoman atau petunjuk dalam
beribadah bagi kita yang muslim, perbuatan Nabi Muhammad semasa
hidupnya ia telah memberiakan contoh dalam melaksanakan ibadah sehari-
hari. Ketika ada umat bertanya dalam berbeda pendapat, Rasullullah telah
meninggalkan dua wasiat, kedua wasiat itu adalah Al-qur’an dan
hadis,untuk itu sebagai umat muslim wajib meyakini Al-qur’an
dan hadis sebaga pedoman atau petunjuk hidup umat islam. Sebagai
pedoman atau petunjuk dalam hidup umat islam kita meyakini bahwa al-
qur’an ialah sebagai sumber hukum ajaran Islam pertama yang sudah tidak
diragukan lagi kebenaran. Al-Qur’an yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad Saw masihlah dalam sifat global, belum terperinci, serta
belum diberi batasan. Artinya bahwa dalam hal tersebut belum ada jalan
yang lain melainkan haruslah kembali pada Rasulullah Saw agar bisa
mengetahui terkait dengan hukum-hukum itu secara rinci dan juga lebih
jelas. Hadits adalah sebagai salah satu dari sumber hukum Islam yang
kedua berperan penting dalam menjelaskan dan menjabarkan hal-hal selain
dijelaskan didalam ayat Alqur’an juga dapat menjadi hujjah dalam
menentukan serta menetapkan Hukum Islam.
Adapun fungsi dari Hadis ialah sebagai bayan taqrir yaitu dalam
menetapkan, memantapkan, serta mengokohkan apa yang ditetapkan Al-
Quran hingga maknanya tidaklah perlu dipertanyakan lagi sebab sudah
jelas, selanjutnya hadis berfungsi juga sebagai bayan tafsir yaitu yang
menjelaskan makna samar-samar serta merinci maknadari Al-Quran yang
begitu luas. Untuk itu maka dari kalangan peneliti dalam bidang hadits
sudah sepakat bahwa hadits bisa dijadikan sebagai bukti dari kehujjahan
ataupun landasan bagi umat Islam dalam menetapkan hukum-hukum
agama.

B. Rumusan Masalah
1. Otoritas kedudukan hadis sebagai sumber ajaran islam
2. Dalil kehujjahan hadis sebagai sumber ajaran islam
3. Fungsi hadis terhadap al-Qu’an
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahuai otoritas
2. Untuk mengetahui dalil kehujjahan
3. Untuk mengetahui fungsi hadis terhadap al-Qu’an
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kedudukan Hadis Sebagai Sumber Ajaran Islam
Nabi Muhammad SAW merupakan seorang yang senantiasa yang
mana dari perkataan serta juga dari perbuatannya dapat menjadi sebuah
pedoman bagi umat Islam. Sebab maka beliau dikata kan sebagai ma’shum
artinya ialah Nabi Saw yang senantiasa mendapat petunjuk dari Allah Swt.
Untuk itu pada hakikatnya hadis Rasul merupakan petunjuk yang berasal
dari Allah.
Al- Quran ialah petunjuk yang berupa kalimat-kalimat yang mana
isi ataupun redaksinya itu langsung diwahyukan Allah, Sedangkan hadis
Rasul ialah petunjuk dari Allah yang sudah di ilhamkan kepada
Rasullullah SAW, dan kemudian tugas beliaulah yang menyampaikannya
kepada ummat dengan cara beliau sendiri.(Makhfud 2017, 49) Al-Qur’an
hanyalah memuat dalam prinsip-prinsip mengenai ajaran agama, namun
tidak menjelas kan hingga pada level detailnya ajaran agama, contohnya di
dalam Al-Qur’an adanya perintah untuk melaksanakan sholat
“Aqimussolah wa atuzzakah” dirikanlah sholat dan tunaikan zakat,
didalam Qs. Al-Baqarah tetapi ayat tersebut tidak menjelaskan secara detil
bagaimana tata cara sholat.
Didalam pandangan orang arab sholat adalah berdoa, namun jika
tidak ada penjelasan secara detil tentang tata cara sholat maka orang-orang
arab yang awam akan beranggapan bahwa melaksanakan sholat itu hanya
cukup degan berdoa pada Allah Swt. Lalu nabi Muhammad Saw
memberikan penjelasan bagaimana tatacara sholat. Didalam surah Al-Isra’
ayat 78 di jumpai waktu pelaksanaan sholat, dalam ayat tersebut dikatakan
“ Dirikanlah sholat dari tergelincirnya matahari sampai datang gelapnya
malam”. Akan tetapi meskipun disebutkan waktu sholat didalam Al-
Qur’an namun tidak ada penjelasan yang sifatnya detil, kapan dimulinya
dan kapan kita melaksanakannya, apakah shalat itu dilakukan mulai
tergelincirnya matahari sampai datangnya gelap malam, apakah selama itu
sholat dilakukan secara terus menerus?.Jadi Hadits ialah sumber ajaaran
Islam yang kedua setelah al- Qur’an.
Pedoman hidup bagi kita sebagai kaum muslim, jadi ketika kita
sudah mempercayai al-qur’an maka keharusan juga bagi kita mempercayai
hadis sebagai sumber ajaran islam, baik itu berupa perintah ataupun
larangannya sama halnya dengan kewajiban mengikuti alQur’an. Hadis
juga sebagai mubayyin bagi al-qur’an yang menjadi hubungan timbal balik
antara keduanya. Kedudukan hadis sebagai sumber ajaran Islam begitu
amat penting dalam menjelaskan ayat-ayat al-Qur’an yang sifatmya masih
umum, dari ayat-ayat yang masihlah memerlukan berbagai penjelasan
yang terperinci dari Hadis.
Sebab itu dalam mengenai hadis yang berfungsi sebagai bayan
taqrir yaitu hadis ini befungi sebagai menetapkan serta meperkuat yang
telah dijelaskan oleh Al-qur’an, dan bayan tafsir yang mana berfungsi
untuk menjelaskan ayat-ayat Al-Quran yang agak sulit diketahui
maknanya seperti ayat-ayat yang mujmal, bayan taqyid, bayan nasakh dan
bayan tasri. Dalam al-Quran, juga terdapat beberapa kandungannya yang
masih bersifat ijmaly (global) serta umum, namun ada juga kandungan al-
Quran ini yang memang sudah bersifat tafshily (terperinci). Artinya
bahwa, dalam hal yang masih bersifat global atau umum tentulah akan
memerlukan penjelasan-penjelasan yang lebih luas lagi terhadap
penerapannya sebagai pedoman hidup manusia. Nabi Muhammad SAW
sebagai Rasulullah sudah diberikan tugas dan otoritas untuk menjelaskan
isi kandungan dari alQuran tersebut(Umar 2023, 34). Jadi dalam
membuktikan kebenaran hadis sebagai salah satu sumber ajaran islam,
para ulama hadis mengemukakan beberapa argumentasi baik dilihat dari
segi rasional/teologis, Al-qur’an.
a. Argumentasi Rasional/Teologis
Beriman kepada Rasulullah merupakan dari rukun iman yang harus
diyakini oleh seluruh umat muslim. Ketika seseorang mengaku beriman
kepada Rasulullah maka logisnya ia juga menerima segala sesuatu yang
datang darinya yang berkaitan dengan urusan agama, dengan demikian
menerima hadis sebagai hujjah sama halnya dengan beriman kepada
Rasulullah, namun apabila tidak beriman kepada Rasulullah maka dia
tergolong orang kafir karna tidak mengimani salah satu dari rukun iman.

b. Argumentasi Al-qur’an

Didalam al-qur’an telah dijelaskan bahwa Nabi Muhammad memiliki


peran yang sangat penting dalam kaitan dengan agama, beliau diberikan tugas
untuk menjelaskan al-qur’an, beliau sebagai suri tauladan yang wajib diikuti umat
islam, dan umat islam wajib mempercayaai dan menerima segala sesuatu yang
disampaikan oleh Rasulullah yang kemudian dijadikan sebagai pedoman hidup.
Dalam QS. an- nisa'/4:59Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah
dan taatilah RasulNya, dan ulil amri di antara kamu.

Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu maka


kembalikanlah ia kepada Allah (al-Qur’an) dan Rasul (Sunnah)Nya, jika kamu
benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih
utama dan lebih baik akibatnya”. QS. An-Nisa’: 59. Ayat al-qur’an diatas yang
memberikan pengertian bahwa hadis merupakan sumber hukum islam kedua
setelah al-qur’an yang wajib kita jadikan sebagai pedoman hidup.

B.Dalil Kehujjahan Hadits sebagai sumber ajaran islam

Yang dimaksud dengan kehujjahan Hadits (hujjiyah hadits) adalah keadaan


Hadits yang wajib dijadikan hujah atau dasar hukum (al-dalil alsyar’i), sama
dengan Al-Qur’an dikarenakan adanya dalil-dalil syariah yang menunjukkannya.
Hadits adalah sumber hukum Islam (pedoman hidup kaum Muslimin) yang kedua
setelah Al-Qur’an. Bagi mereka yang telah beriman terhadap Al-Qur’an sebagai
sumber hukum Islam, maka secara otomatis harus percaya bahwa Hadits juga
merupakan sumber hukum Islam.
Bagi mereka yang menolak kebenaran Hadits sebagai sumber hukum
Islam, bukan saja memperoleh dosa, tetapai juga murtad hukumnya.Alasan lain
mengapa umat Islam berpegang pada hadits karena selain memang di perintahkan
oleh Al-Qur’an juga untuk memudahkan dalam menentukan (menghukumi) suatu
perkara yang tidak dibicarakan secara rinci atau sama sekali tidak dibicarakan di
dalam Al Qur’an sebagai sumber hukum utama.
Apabila hadits tidak berfungsi sebagai sumber hukum, maka kaum
Muslimin akan mendapatkan kesulitan-kesulitan dalam berbagai hal, seperti tata
cara shalat, kadar dan ketentuan zakat, cara haji dan lain sebagainya. Sebab ayat-
ayat Al-Qur’an dalam hal ini tersebut hanya berbicara secara global dan umum.
Dan yang menjelaskan secara terperinci justru Sunnah Rasulullah. Selain itu juga
akan mendapatkan kesukaran-kesukaran dalam hal menafsirkan ayat-ayat yang
musytarak (multi makna), muhtamal (mengandung makna alternatif) dan
sebagainya yang mau tidak mau memerlukan Sunnah untuk menjelaskannya. Dan
apabila penafsiran-penafsiran tersebut hanya didasarkan kepada pertimbangan
rasio (logika) sudah barang tentu akan melahirkan tafsiran tafsiran.

“Apabila kamu menemukan dalam kitabku sesuatu yang berlawanan dengan


sunnah Rasulullah Saw. Maka berkatalah menurut Sunnah Rasulullah Saw, dan
tinggalkan apa yang telah aku katakan.”

Perkataan imam Syafi’i ini memberikan pengertian bahwa segala pendapat


para ulama harus kita tinggalkan apabila dalam kenyataannya berlawanan dengan
hadits Nabi SAW. Dan apa yang dikategorikan pengertian bahwa segala pendapat
para ulama harus kita tinggalkan apabila dalam AsySyafi’i ini juga dikatakan oleh
para ulama yang lainnya. Tetapi Tidak semua perbuatan Nabi Muhammad
merupakan sumber hukum yang harus diikuti oleh umatnya, seperti perbuatan dan
perkataannya pada masa sebelum kerasulannya.Untuk mengetahui sejauh mana
kedudukan hadits sebagai sumber hukum Islam, dapat dilihat dalam beberapa
dalil, baik dalam bentuk naqli Hadits di atas telah jelas menyebutkan bahwa hadits
merupakan pegangan hidup setelah Al-Qur’an dalam menyelesaikan
permasalahan dan segalah hal yang berkaitan dengan kehidupan khususnya dalam
menentukan hukum.

1) Kesepakatan Ulama’ (Ijma’)

Umat Islam telah sepakat menjadikan hadits menjadi sumber hukum kedua
setelah Al-Qur’an. Kesepakatan umat muslimin dalam mempercayai, menerima,
dan mengamalkan segala ketentuan yang terkandung di dalam hadits telah
dilakukan sejak jaman Rasulullah, sepeninggal beliau, masa khulafaurrosyidin
hingga masa-masa selanjutnya dan tidak ada yang mengingkarinya.

2) Sesuai dengan Petunjuk Akal (Ijtihad)

Kerasulan Muhammad SAW, telah diakui dan dibenarkan oleh umat Islam.
Di dalam mengemban misinya itu kadangkala beliau menyampaikan apa yang
datang dari Allah SWT, baik isi maupun formulasinya dan kadangkala atas
inisiatif sendiri dengan bimbingan wahyu dari Tuhan. Namun juga tidak jarang
beliau menawarkan hasil ijtihad semata-mata mengenai suatu masalah yang tidak
dibimbing oleh wahyu.

C.Fungsi Hadits Terhadap Al- Quran


Al-Quran dan Hadis sebagai pedoman hidup sumber hukum dan ajaran
Islam, tidak dapat dipisahkan antara satu dengan lainnya. Al-Quran sebagai
sumber pertama memuat ajaran-ajaran yang bersifat mujmal atau umum dan
global sedangkan Hadits sebagai sumber yang kedua berfungsi sebagai pemberi
penjelasan atas keumuman isi Al-Quran tersebut.

Hal ini sesuai dengan Q.S An-Nahl ayat 44:

ِ‫بْاَلبِ ٰي نِ تَ والُّ زُب ِ رَ وَْانَ ْز َلنٓا ِاَل ْ يَ ك الِ ذْ َك رِ لَُتبِ يَ نِ لَّلناِ سَ ما ُن ِ زَ ل‬


‫ِاَل ْ يِ ْهمَ وَلَع َّلُ ْهَم َنيَتَف َّ ُك رْ و‬

Artinya: “(mereka Kami utus) dengan membawa keterangan-keterangan


(mukjizat) dan kitab-kitab. Dan Kami turunkan Ad-Dzikr (Al-Qur'an) kepadamu,
agar engkau menerangkan kepada manusia apa yang telah diturunkan kepada
mereka dan agar mereka memikirkan”.
Allah menurunkan Az-Zikr (Al-Quran) bagi umat manusia agar dapat
dipahami, oleh karena itu maka Allah memerintahkan Rasulullah SAW untuk
menjelaskannya. Dalam menetapkan hukum, umat Islam mengambil hukum
hukum Islam dari Al-Quran yang diterima dari Rasul saw, yang dalam hal ini Al-
Quran membawa keterangan keterangan yang bersifat mujmal atau keterangan
yang bersifat mutlaq. Karena sifatnya yang mujmal, maka banyak hukum dalam
Al-Quran yang tidak dapat dijalankan bila tidak diperoleh syarah atau penjelas
yang terkait dengan syaratsyarat, rukun-rukun, batal-batalnya dan lain-lain dari
hadis Rasulullah saw. Dalam hal ini banyak juga kejadian yang tidak ada nash
yang menashkan hukumnya dalam Al-Qur’an secara tegas dan jelas.

Oleh karena itu diperlukan ketetapan dan penjelasan Nabi yang telah
diakui utusan Allah untuk menyampaikan syariat dan undang undang kepada
umat.Jumhur ulama berpendapat bahwa kata Hikmah diatas berarti keterangan
keterangan agama yang diberikan Allah kepada Nabi mengenai hikmat dan hukum
yang disebut sunnah atau hadits. Hadis adalah sumber kedua bagi hukum-hukum
Islam, menerangkan segala yang dikehendaki Al-Quran, sebagai penjelas,
pensyarah, penafsir, pentahsis, pentaqyid dan yang mempertanggungkan kepada
yang bukan zahirnya.Para ulama sepakat menetapkan bahwa Hadis berkedudukan
dan berfungsi untuk menjelaskan Al-Quran. Banyak ayat Al-Quran dan Hadis
Rasulullah saw yang memberikan penegasan bahwa Hadist merupakan sumber
hukum Islam selain Al-Quran yang wajib diikuti.

a. Dalil Al-Quran

Yang Artinya: Katakanlah: “Ta'atilah Allah dan Rasul-Nya; jika kamu


berpaling, Maka Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang kafir”. (Q.S.
AlImran: 32)

b. Hadis Rasulullah SAW.

Artinya: “Aku tinggalkan dua pusaka untukmu sekalian yang kalian tidak
akan tersesat selagi kamu berpegang teguh pada keduanya, yaitu berupa
kitabAllah dan sunnah Rasul-Nya”.
Berdasarkan ayat diatas, hadis merupakan salah satu sumber pegangan kita
dalam menjalani kehidupan ini yang harus kita ikuti agar kita bahagia hidup di
dunia dan di akhirat. Hal ini juga ditunjukkan oleh hadis Muadz, juga sikap
khulafaur rasyidin, bahwa hukum syara’ pertama-tama di dapat dari Al-Quran,
kalau tidak ditemukan di dalamnya, dicari dari sunnah atau hadits. Sehubungan
dengan hadits sebagai bayan Al-Quran, maka hadis memiliki 4 macam fungsi
terhadap Al-Quran yaitu:

1. Bayanul Taqrir

Dalam hal ini posisi hadis sebagai taqrir (penguat) yaitu menetapkan dan
memperkuat apa yang telah diterangkan dalam Al-Quran. Fungsi hadis disini
hanya memperkokoh isi kandungan Al-Quran. Seperti hadis tentang shalat, zakat,
puasa dan haji, merupakan penjelasan dari ayat shalat, ayat zakat, ayat puasa dan
ayat haji yang tertulis dalam Al-Quran.

Hadis Nabi tentang melihat bulan untuk puasa Ramadhan:

Artinya: “Berpuasalah kamu sesudah melihat bulan dan berbukalah kamu sesudah
melihatnya”. (HR. Muttafaq alaih).

Hadis ini menguatkan firman Allah SWT:

Artinya: “Barangsiapa diantara kamu ada di bulan itu, maka berpuasalah” (Q.S.
Al-Imran 185)

2. Bayanul Tafsir

Dalam hal ini hadis berfungsi memberikan perincian dan penafsiran terhadap
ayat ayat Al- Quran. Hadis sebagai tafsir terhadap Al-Quran terbagi setidaknya
menjadi 3 macam fungsi, yaitu:

a. Menjelaskan ayat ayat yang mujmal.

Hadis disini berfungsi menjelaskan segala sesuatu yang berhubungan dengan


ibadah dan hukum hukumnya dari segi praktik, syarat, waktu dan tata caranya
seperti dalam masalah shalat.Ayat-ayat Al-Quran tentang masalah tersebut masih
bersifat mujmal, baik mengenai cara mengerjakan, sebab-sebabnya, syarat-syarat,
ataupun halanganhalangannya. Oleh karena itulah, Rasulullah SAW melalui
hadisnya menafsirkan dan menjelaskan seperti disebutkan dalam hadis:

Artinya: “Shalatlah kamu sebagaimana kamu melihat aku shalat”. (HR Ahmad
dan Bukhari dari Malik bin Al-Huwairits).

Hadis ini menerangkan kemujmalan Al-Quran tentang shalat.

3. Bayanul Naskhi

Dalam hal ini hadis berfungsi sebagai penghapus hukum yang diterangkan
dalam Al-Quran. Contoh hadis yang berfungsi sebagai bayan al-nasakh:

Artinya: “Tidak ada wasiat bagi ahli waris”. Hadis ini menghapus ketentuan
hukum dalam Al-Quran tentang diperbolehkannya wasiat kepada ahli waris,
sebagaimana firman Allah:

Artinya: “Diwajibkan atas kamu, apabila seseorang di antara kamu kedatangan


(tandatanda) maut, jika ia meninggalkan harta yang banyak, berwasiat untuk ibu
bapa dan karib kerabatnya secara ma’ruf (ini adalah kewajiban atas orang-orang
yang bertaqwa”. (Q.S. alBaqarah: 180).

Kata an-nasakh dari segi bahasa memiliki bermacam-macam arti, yaitu al-
itbat(membatalkan) atau al-ijalah (menghilangkan), atau taqyir (mengubah). Para
ulama mengartikan bayan an-nasakh ini melalui pendekatan bahasa, sehingga di
antara mereka terjadi perbedaan pendapat dalam mentaqrifkannya. Hal ini pun
terjadi pada kalangan ulama muta’akhirin dengan ulama mutaqaddimin. Menurut
ulama mutaqqaddimin, yang disebut bayan an-nasakh ialah adanya dalil syara’
(yang dapat menghapus ketentuan yang telah ada), karena datangnya kemudian.

4. Bayanul Tasyri'

Bayan at tasyri’ adalah menetapkan hukum atau aturan-aturan yang tidak


didapati dalam Al-Quran. Hal ini berarti bahwa ketetapan hadis itu merupakan
ketetapan yang bersifat tambahan hal-hal yang tidak disinggung oleh Al-Quran
dan hokum-hukum itu hanya berasaskan hadis semata-mata.Hadis Rasulullah
SAW dalam segala bentuknya (baik yang qauli, fi’il maupun taqriri) berusaha
menunjukkan suatu kepastian hukum terhadap berbagai persoalan yang tidak
terdapat dalam Al-Quran. Beliau berusaha menjawab pertanyaan-pertanyaan yang
diajukan oleh para sahabat atau yang tidak diketahuinya, dengan memberikan
bimbingan dan menjelaskan persoalannya.Suatu contoh hadis tentang zakat fitrah
sebagai berikut:

Artinya: “Bahwasanya Rasulullah telah mewajibkan zakat fitrah kepada umat


Islam pada bulan ramadhan satu sukat (sha’) kurma atau gandum untuk setiap
orang, baik merdeka atau hamba, laki-laki atau perempuam muslim”. (HR.
Muslim).

Hadis Rasulullah yang termasuk bayan al-tasyri’ ini, wajib diamalkan,


sebagaimana mengamalkan hadis hadis lainya.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dapat disimpulkan bahwa adapun Problem dari hadis meliputi
berbagai aspek diantarnya ialah dari aspek historisnya, aspek otoritasnya,
dari otentisitasnya, interpretasinya, serta dari aspek metodologis, yang
akan menjawab semua tantanganrintangan zaman. Oleh sebab itu dalam
problem itu sangatlah memerlukan perhatianperhatian dalam
menyikapinya
B. SARAN
Dalam islam Al-Quran dan Hadias merupakan pedoman hidup bagi
pememluknya, sebagai sumber hukum dan rujukan hukum dalam Islam,
keduanya tidak dapat dipisahkan. Dengan kata lain, hadis adalah sumber
hukum Islam kedua setelah Al-Quran.
DAFTAR FUSTAKA

Nur Azizah , jurnal dirosah islamiyah , hlm 537-539, vol 5, 2023

Nurlaila , jurnal promlematika hadis , 01 januari 2024 , hlm 48-49, vol 2

Anda mungkin juga menyukai