Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

AS-SUNAH SEBAGAI SEBAGAI SUMBER KEDUA DALAM ISLAM

DOSEN PENGAMPUH : ABDUL RAZAK, S.Pd.I,.M.Pd.I.

Di Susun Oleh

 Selmawati (211030422)

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK

UNIVERSITAS SEMBILAN BELAS NOVEMBER KOLAKA

KOLAKA

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat ALLAH SWT,yang telah memberikan sedikit ilmunnyaYang Maha Luas
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas dengan waktu yang telah di tentukan dan dapat
menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana Semoga
makalah ini dapat digunakan sebgai acuan,petunjuk,maupun pedoman bagi pembaca.

Harapan kami sebagai ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca,
sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebi
baik.

Kolaka,07 Novemberr 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................

DAFTAR ISI...........................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

a. Latar belakang................................................................................................
b. Rumusan masalah............................................................................................

BAB II : PEMBAHASAN

a. Defenisi As-Sunnah...........................................................................................
b. Kedudukan As-Sunnah.....................................................................................
c. Macam-Macam As-Sunnah/Hadist..................................................................

BAB. III: PENUTUP

a. Kesimpulan......................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Sunnah merupakan sumber hukum utama bagi umat Islam setelah Al-Qur’an, sunnah
juga berfungsi sebagai penjelas hukum serta ajaran-ajaran yang terdapat dalam Al-Qur’an.
Nampaknya sulit dibayangkan apabila Al-qur’an dipahami dan didalami tanpa melalui
sunnah/hadis. Karena memahami Al-Qur’an tanpa merujuk kepada hadis maka akan terjadi
kesalahfahaman dalam memahami sesuatu. Oleh karena itu, perhatian yang diberikan umat
Islam terhadap sunnah/hadis sejalan dengan besarnya perhatian mereka terhadap Al-
Qur’an.
Pengingkaran terhadap sunnah terjadi karena mereka hanya memahami al-Qur’an secara
setengah-setengah. Padahal Allah SWT. telah berfirman dalam surah al-Najm ayat 3 dan 4 sebagai
berikut: “Nabi tidak berkata menurut hawa nafsunya, tetapi apa yang dikatakan tidak lain adalah
wahyu yang diberikan”.
Berdasarkan hadis diatas telah diketahui bahwasannya al-Qur’an dan sunnah/hadis adalah
sama-sama wahyu dari Allah SWT. Jadi, apa yang dikatakan dan diperbuat Rasul harus diikuti
karena apa yang dikatakan adalah wahyu dari Allah SWT.
Untuk itu sebagai umat muslim kita harus memahami betul bagaimana kedudukan
sunnah/hadis dalam sumber agama Islam. Jangan sampai kita salah dalam memaknai sunnah/hadis.
Karena keduanya adalah wahyu Allah dan sumber ajaran agama Islam. Untuk itu kiranya kaami
membahas makalah kami yang berjudul “Sunnah Sebagai Sumber Agama Iskam”.

B.  Rumusan Masalah
1. Defeniasi As-Sunnah

2. Kedudukan As-Sunnah

3. Macam-macam As-Sunnah/Hadist
BAB II : PEMBAHASAN

A. Defenisi As-Sunnah

Sunnah adalah penafsiran praktis terhadap al-Qur’an, implementasi realistis, dan juga
implementasi ideal Islam. Sunnah menurut bahasa (etimologi) berarti tradisi yang biasa
dilakakan (adat kebiasaan), dan jalan yang dilalui baik terpuji maupun tercela. Sunnah juga
berarti lawan dari bid’ah yaitu mengerjakan amalan agama tanpa didasari oleh tradisi atau
tata cara agama, kemudian ia mengada-ada (membuat bid’ah). Sedangkan sunnah menurut
istilah, antara lain dikemukakan para ulama sebagai berikut :
a.         Menurut para ahli hadis, sunnah adalah segala yang dinukilkan dari Nabi saw. baik
berupa perkataan, taqrir, pengajaran, keadaan, maupun perjalanan hidup beliau, baik yang
terjadi sebelum maupun sesudah    di angkat menjadi Rasul.
b.        Menurut Ahli Ushul, sunnah adalah segala yang dinukilkan dari Nabi saw. baik
berupa perkataan, perbuatan, maupun taqrir (ketetapan) yang mempunyai hubungan
dengan hukum.
c.         Sunnah menurut ahli ushul hanya perbuatan yang dapat dijadikan dasar hukum Islam.
Jika suatu perbuatan Nabi tidak dijadikan dasar hukum seperti makan, minum, tidur,
berjalan, buang air, dan lain-lain maka pekerjaan biasa sehari-hari tersebut tidak
dinamakan sunnah.
d.        Menurut Ahli Fiqih, sunnah adalah suatu amalan yang diberi pahala apabila
dikerjakan dan tidak diberi siksa apabila ditinggalkan.
e.         Jadi, menurut ulama ushul fiqih sunnah dilihat dari segi hukum sesuatu yang datang
dari Nabi tetapi hukumnya tidak wajib, diberi pahala bagi yang mengerjakannya dan tidak
disiksa bagi yang meninggalkannya. Contohnya seperti shalat sunnah, puasa sunnah, dan
lain-lain.
f.         Menurut Ibnu Taimiyah, sunnah adalah adat (tradisi) yang telah berulang kali
dilakukan oleh masyarakat, baik yang termasuk ibadah ataupun tidak.
g.        Menurut Dr. Taufiq Sidqy, sunnah ialah thariqat (jalan) yang dipraktekkan oleh
Rasulullah saw. terus-menerus dan diikuti oleh para sahabat beliau.
h.        Menurut Prof Dr.T. M. Hasbi Ash- Shiddieqy, sunnah ialah suatu amalan yang
dilaksanakan oleh Nabi Saw secara terus- menerus dan di nukilkan kepada kita dari zaman 
ke zaman dengan jalan mutawatir”. Jadi Nabi melaksanakan amalan itu beserta para
sahabat, para sahabat melaksanakannya bersama tabiin, dan demikian seterusnya dari
generasi ke generasi sampai pada kita sekarang ini.
Dari beberapa pengertian sunnah tersebut dapat disimpulkan bahwasannya sunnah menurut
ulama hadis lebih bersifat umum yaitu meliputi segala sesuatu yang datang dari Nabi dalam bentuk
apapun, baik yang berkaitan dengan hukum ataupun tidak. Sedangkan sunnah menurut ulama ushul
fiqih dibatasi dengan hal-hal yang berkaitan dengan hukum saja sedangkan perbuatan sehari-hari
seperti makan, minum, dan lain sebagainya tidak termasuk sunnah. Jadi definisi sunnah yang paling
relevan untuk dijadikan pegangan adalah segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi Muhammad
saw. baik berupa perkataan, perbuatan, maupun taqrirnya (atau selain itu).

B. Kedudukan As-Sunnah
Sunnah dalam kedudukan Islam memiliki kedudukan yang sangat penting. Di mana hadis
merupakan salah satu sumber hukum ke dua setelah al-Qur’an. Al-Qur’an akan sulit dipahami
tanpa adanya hadis. Memakai al-Qur’an tanpa mengambil hadis sebagai landasan hukum dan
pedoman hidup adalah hal yang tidak mungkin, karena al-Qur’an akan sulit dipahami tanpa
menggunakan hadis. Kaitannya dengan kedudukan hadis/sunnah disamping al-Qur’an sebagai
sumber ajaran Islam, maka al-Qur’an merupakan sumber pertama sedangkan hadis merupakan
sumber kedua. Bahkan sulit dipisahkan antara al-Qur’an dan hadis karena keduanya adalah wahyu
Allah.
Nabi Muhammad saw. sendiri memberitahukan kepada umatnya bahwa di samping al-
Qur’an juga masih terdapat suatu pedoman yang sejenis dengan al-Qur’an, untuk tempat berpijak
dan berpandangan sebagaimana sabda Nabi Muhammad saw. yang artinya sebagai berikut, “wahai
umatku, sesungguhnya aku diberi al-Qur’an dan menyamainya” (HR. Abu Daud, Ahmad, dan al-
Turmudzi).
Tidak diragukan lagi bahwa yang menyamai (semisal) al-Qur’an itu adalah sunnah/hadis, yang
merupakan pedoman untuk mengamalkan dan ditaati sejajar dengan al-Qur’an. Dan sekaligus
sebagai salah satu dasar penetapan hukum Islam setelah al-Qur’an.
Menurut Al-Syathihi kedudukan sunnah/hadits berada di bawah al-qur’an karena,[[2]]
1. Al-Qur’an diterima secara qath’i (meyakinkan), sedangkan hadits di terima secara zhanni,
kecuali hadits Mutawatir. Keyakinan kita kepada hadis hanyalah secara global, bukan secara detail.
Sedangkan al-Qur’an baik secara global maupun secara detail diterima secara meyakinkan.
2. Hadis ada kalanya menerangkan sesuatu yang bersifat global dalam al-Qur’an, ada kalanya
memberi komentar terhadap al-Qur’an dan ada kalanya membicarakan sesuatu yang belum
dibicarakan oleh al-Qur’an. Jika hadis berfungsi menerangkan atau memberi komentar terhadap
al-Qur’an, maka status hadis tidak sama dengan derajat al-Qur’an yang diberi penjelasan. Al-
Qur’an pasti lebih utama daripada hadis.
3. Di dalam Hadits sendiri terdapat petunjuk mengenai hal tersebut, yakni Hadits menduduki
posisi ke dua setelah Al-Qur’an.

Sedangkan menurut pendapat Mahmud Abu Rayyah, posisi as-sunnah atau al- hadits itu berada
di bawah Al-Qur’an, karena Al-Qur’an sampai kepada umat islam dengan jalan mutawatir dan
tidak ada keraguan sedikitpun. Al-Qur’an datangnya dengan qath’i al-wurud, yaitu kepastian
jalannya sampai kepada kita dan qath’i al-tsubu, yaitu eksistensi atau ketetapannya meyakinkan
atau pasti. Sedangkan hadits atau as-sunnah sampai kepada umat islam tidak semuanya mutawatir,
tetapi kebanyakannya adalah diterima dengan periwayatan tunggal (ahad). Kebenarannya ada yang
qath’i (pasti) dan zhanni (diduga benar), karena masih banyak hadits yang tidak sampai kepada
umat Islam. Disamping itu, banyak pula hadits-hadits daif.

C. Macam-Macam As-Sunnah/Hadist

1. Sunnah Qauliyyah

Sunnah Qauliyyah adalah ucapan Rasulullah yang didengar atau disampaikan oleh seseorang
atau beberapa sahabat. Macam sunnah ini cenderung berisi tuntunan yang berkaitan dengan
pembinaan hukum agama.

Sunnah ini juga bisa berupa penjelasan tentang makna-makna yang terkandung dalam ayat Al-
Qur'an. Sunnah ini juga disebut dengan sabda nabi yang menjadi sumber dari Hadis. Sunnah
Qauliyyah umumnya identik dengan hadis karena ucapan Rasulullah dicatat oleh para sahabat dan
disebut "hadist". Ada banyak contoh dari sunnah qauliyyah. Contoh sunnah qauliyyah dapat dengan
mudah ditemukan dalam hadis Rasulullah. Berikut beberapa contoh sunnah qauliyyah:

Hadis tentang penentuan puasa Ramadan

“Berpuasalah kalian karena melihatnya, berbukalah kalian karena melihatnya dan sembelihlah
kurban karena melihatnya pula. Jika -hilal- itu tertutup dari pandangan kalian, sempurnakanlah
menjadi tiga puluh hari, jika ada dua orang saksi, berpuasa dan berbukalah kalian.” (HR. Bukhori
dan Muslim

Hadis tentang membaca al fatihah saat salat

"Tidak sah salat seseorang yang tidak membaca surat al Fatihah." (HR. Bukhari-Muslim)

Hadis tentang makan dan minum

“Apabila salah seorang di antara kalian makan, hendaklah ia membaca ‘Bismillah’ (dengan
menyebut nama Allah). Jika ia lupa membacanya sebelum makan maka ucapkanlah ‘Bismillaahi fii
awwalihi wa aakhirihi.” (HR. At-Tirmidzi)

2. Sunnah Fiiliyyah
Sunnah fiiliyyah adalah sunnah yang berasal dari perbuatan Nabi Muhammad SAW. Perbuatan
ini dilihat, diketahui, dan disampaikan para sahabat kepada orang lain. Sunnah ini bersumber dari
segala bentuk perbuatan Nabi.
Tindakan yang dimaksud dalam sunnah ini, termasuk tindakan agama dan duniawi. Sunnah
fiiliyyah biasanya terkait dengan penjelasan soal ibadah, dan penyelenggaraan hukum Islam.
Contoh sunnah fiiliyyah seperti tata cara salat, puasa, haji, sedekah, dan semacamnya.
Dalam hukum Islam, Sunnah Fiiliyyah biasanya disampaikan oleh sahabat atau orang terdekat
Nabi Muhammad SAW. Berikut contoh Sunnah Fiiliyyah:
Hadis mencuci tangan sebelum makanAisyah radhiallahu’anha, beliau berkata:
“Rasulullah SAW jika beliau ingin tidur dalam keadaan junub, beliau berwudhu dahulu. Dan
ketika beliau ingin makan atau minum beliau mencuci kedua tangannya, baru setelah itu beliau
makan atau minum.” (HR. Abu Daud no.222, An Nasa’i no.257, dishahihkan Al Albani dalam
Shahih An Nasa’i)
Hadis tentang keistimewaan kucing
“Ketika Nabi Muhammad akan berwudhu dihampiri oleh seekor kucing dan kucing tersebut
minum di bejana tempat beliau wudhu. Nabi berhenti hingga kucing tersebut selesai minum lalu
berwudhu”. (HR Muslim).Hadis tentang salat sunnah
"Nabi SAW melakukan sholat sejumlah sebelas rakaat. Itu lah sholat beliau." dan "Beliau
melaksanakan sholat malam sebanyak tiga belas rakaat."(Hadis riwayat Bukhari).
3. Sunnah Taqriyyah
Sunnah Taqriyyah adalah sunnah yang berasal dari respons Rasulullah terhadap segala
perbuatan sahabat yang diketahuinya. Sunnah ini berupa perbuatan atau ucapan sahabat yang
dilakukan di hadapan atau sepengetahuan Nabi Muhammad SAW. Tetapi Nabi hanya diam dan
tidak mencegahnya. Sikap diam dan tidak mencegah dari Nabi Saw menunjukkan persetujuan
(taqriri) Nabi SAW terhadap perbuatan sahabat tersebut.

Sunnah Taqriyyah meliputi persetujuan Nabi Muhammad SAW tentang tindakan para sahabat
yang terjadi dalam dua cara yang berbeda. Pertama, ketika Rasulullah mendiamkan suatu tindakan
dan tidak menentangnya. Kedua, ketika Rasulullah menunjukkan kesenangannya dan tersenyum
atas tindakan seorang sahabat.
Jika dibandingkan dengan Sunnah Qouliyah dan Filiyah, jumlah Sunnah Taqririyah lebih
sedikit. Namun, terkadang sunnah ini memiliki perkara penting dalam hukum Islam. Berikut
beberapa contoh sunnah taqriyyah:
Hadis tentang tayamum
Dari Abu Sa'id Al Khudri radliallahu 'anhu ia berkata: "Pernah ada dua orang bepergian dalam
sebuah perjalanan jauh dan waktu shalat telah tiba, sedang mereka tidak membawa air, lalu mereka
berdua bertayamum dengan debu yang bersih dan melakukan shalat, kemudian keduanya
mendapati air (dan waktu shalat masih ada), lalu salah seorang dari keduanya mengulangi shalatnya
dengan air wudhu dan yang satunya tidak mengulangi. Mereka menemui Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam dan menceritakan hal itu. Maka beliau berkata kepada orang yang tidak
mengulangi shalatnya: 'Kamu sesuai dengan sunnah dan shalatmu sudah cukup'. Dan beliau juga
berkata kepada yang berwudhu dan mengulangi shalatnya: 'Bagimu pahala dua kali'
Hadis tentang daging dhabb
Hadis ini menceritakan ketika Rasulullah dijamu daging dhabb (sejenis biawak), namun rasul
tidak memakannya. Kemudian ada sahabat yang menanyakan apakah daging tersebut halal atau
tidak.
”Apakah makanan ini haram ya Rasulullah? Lalu rasul menjawab,” Tidak, hanya saja makanan
ini tidak terdapat pada kaumku dan aku tidak menyukainya.”
BAB. III: PENUTUP

A. Kesimpulan
Sunnah adalah penafsiran praktis terhadap al-Qur’an, implementasi realistis, dan juga
implementasi ideal Islam. Sunnah menurut bahasa (etimologi) berarti tradisi yang biasa dilakakan
(adat kebiasaan), dan jalan yang dilalui baik terpuji maupun tercela. Sunnah juga berarti lawan dari
bid’ah yaitu mengerjakan amalan agama tanpa didasari oleh tradisi atau tata cara agama, kemudian
ia mengada-ada (membuat bid’ah).
Sunnah adalah segala sesuatu yang disandarkan kepada Rasulullah baik berupa perkataan,
perbuatan, dan ketetapan Rasul baik setelah ke nabiannya maupun sebelum ke nabiannya.
Kedudukan as-sunnah dalam sumber ajaran agama Islam menempati urutan ke dua setelah al-
Qur’an. Karena al-Qur’an adalah kitab suci yang diturunkan kepada Nabi Muhammad untuk
disampaikan kepada umat manusia. Ayat-ayat dalam al-Qur’an juga perlu mendapat penjelasan dari
hadis karena banyak ayat-ayat al-Qur’an yang masih berupa pernyataan secara global untuk itu
perlu adanya sunnah/hadis untuk menjelaskannya secara terperinci.

Anda mungkin juga menyukai