Anda di halaman 1dari 13

PENGERTIAN SUNNAH, KHOBAR DAN ATSAR

Makalah Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ulumul Hadist

Dosen Pengampu :

Acep Nurullah, M.Pd

Disusun Oleh :

Muhamad Taufik (23.1.2742)

Fajria Mawaddana (32.1.2713)

FAKULTAS TARBIYAH
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
INSTITUT AGAMA ISLAM DEPOK (IAID)
AL-KARIMIYAH
2023
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmaanirrahiim
Assalaamu ‘alaikum Wa Rahmatullahi Wa Barakaatuh
Alhamdulillah, segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang
melimpahkan rahmat serta inayah-Nya sehingga kami mampu menyelesaikan penyusunan
makalah "Pengertian Sunnah, Khabar, dan Atsar" ini dan tak lupa kami ucapkan terima kasih
kepada teman-teman yang ikut berpartisipasi dalam pembuatan makalah ini. Sarana penunjang
makalah ini kami susun berdasarkan referensi yang bermacam-macam. Hal ini dengan tujuan
untuk membantu para mahasiswa untuk mengetahui, memahami, bahkan menerapkannya.
Namun demikian, dalam penulisan makalah ini masih terdapat kelemahan dan
kekurangan. Oleh karena itu, saran dan kritik dari berbagai pihak sangat di harapkan.
Akhirul kalam, semoga yang tersaji ini dapat memberikan bantuan kepada para
mahasiswa dalam menyelenggarakan proses belajar mengajar dikampus. Aamiin.
Wassalamu’alaikum Wa Rahmatullaahi Wa Barakaatuh

Bogor, 20 September 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar …………………………………………………………………………….... i


Daftar Isi ………...…………………………………………………………………………….... ii

BAB I PENDAHULUAN

Latar Belakang ……………………………………………………………………... 1

Rumusan Masalah ……………………………….…………………………………. 1

Tujuan Penulisan …………………………………………………………………… 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Sunnah ……………….....…………………………………........ 3


B. Macam-Macam Sunnah ................................................................................. 6
C. Pengertian Khabar………………………………………….………………. 7
D. Pengertian Atsar……………………………………………...……………... 7

BAB III PENUTUP

Kesimpulan ……………………………………………………………………........ 8

Saran …………………………………………………………………….................. 8

Daftar Pustaka …………………………………………………………………….... 9

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Hadits Nabi merupakan sumber ajaran Islam, di samping al-Qur'an. "Hadits atau
disebut juga dengan Sunnah, adalah segala sesuatu yang bersumber atau didasarkan
kepada Nabi SAW., baik berupa perkataan, perbuatan, atau taqrir-nya. Hadits, sebagai
sumber ajaran Islam setelah al-Qur'an, sejarah perjalanan hadits tidak terpisahkan
dari sejarah perjalanan Islam itu sendiri.

Hadits Nabi yang berkembang pada zaman Nabi (sumber aslinya), lebih
banyak berlangsung secara hafalan dari pada secara tulisan. Penyebabnya adalah Nabi
sendiri melarang para sahabat untuk menulis hadits-nya, dan menurut penulis
karakter orang-orang Arab sangat kuat hafalannya dan suka menghafal, dan ada
kehawatiran bercampur dengan al-Qur'an. Dengan kenyataan ini, sangat logis sekali
bahwa tidak seluruh hadits Nabi terdokumentasi pada zaman Nabi secara
keseluruhan.

Pada realitas kehidupan masyarakat muslim, perkembangan hadits Nabi


secara kuantitatif cukup banyak sekali. Selain perkembangan hadits yang cukup
banyak, juga banyak istilah-istilah yang digunakan. Pada masyarakat umum yang dikenal
adalah Hadits dan as-Sunnah, sedangkan pada kelompok tertentu, dikenal istilah Khabar
dan Atsar. Untuk itu, pada pembahasan makalah ini, pemakalah akan menyoroti
pengertian Hadits, dan perbedaan Hadits dengan al-Khabar, dan al-Atsar.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian Sunnah?

2. Apa pengertian Khabar ?

3. Apa pengertian atsar?

1
C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui pengertian Sunnah?

2. Untuk mengetahui pengertian Khabar ?

3. Untuk mengetahui pengertian atsar?

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Sunnah
Sunnah (‫نة‬CC‫ )الس‬secara bahasa berarti As-Siirah Al-Muttaba’ah (‫يرة المتبعة‬CC‫ )الس‬yang
berarti jalan yang diikuti. Setiap jalan dan perjalanan yang diikuti dinamakan sunnah, baik
itu jalan yang baik maupun jalan yang buruk.

Para ahli berbeda-beda dalam memberikan definisi sunnah menurut istilah. Hal ini
lebih disebabkan perbedaan latar belakang, persepsi dan sudut pandang mereka terhadap diri
Rasulullah SAW. Yaitu :
1. ahli hadits
Segala sesuatu yang bersumber dari Nabi SAW, baik berupa perkataan,
perbuatan, ketetapan, perangai, budi pekerti, maupun perjalanan hidup, baik
sebelum diangkat Rasul maupun sesudahnya.

Dari definisi tersebut, dapat diambil kepemahaman bahwa para ahli hadits
membawa masuk semua bentuk kebiasaan Nabi SAW, baik yang melahirkan
hukum syara’ maupun tidak kedalam pengertian sunnah dan memiliki makna
sama dengan pengertian hadits.
Karna itu dari cakupan tradisi Nabi SAW yang dilakukan sebelum maupun
sesudah beliau terutus sebagai utusan, sehingga kandungan kata sunnah dapat
dijadikan sebagai dalil hukum syara’ meliputi semua bentuk perkataan, perbuatan,
penetapan, dan kebiasaan Nabi SAW. Akibatnya kandungan arti sunnah lebih luas
dari pada hadits, sebab sunnah melihatnya pada keberadaan beliau SAW sebagai
uswatun hasanah, sehingga yang melekat pada diri beliau secara utuh harus
diterima tanpa membedakan apakah yang telah diberitakan itu berhubungan
dengan hukum syara’ maupun tidak.

3
2. Ahli Ushul
Segala sesuatu yang bersumber dari Nabi SAW selain al-quran al-hikmah,
al-karim, baik berupa perkataan, perbuatan maupun ketetapan yang memng layak
untuk dijadikan sebagai dalil bagi hukum syara’

Dari definisi tersebut, sunnah diartikan sebagai sesuatu yang disandarkan


kepada Nabi SAW, tetapi hanya yang berhubungan dengan hukum syara’ baik,
yang berupa perkataan, perbuatan maupun ketetapanya. Sedang sifat-sifat yang
melekat pada beliau, yaitu perilaku perbuatan dan perjalanan hidup beliau serta
semua yang bersumber dari beliau, yang tidak berhubungan dengan hukum syara’
serta terjadinya sebelum beliau diangkat sebagai Rosul tidak masuk dalam
kategori pengertian sunnah.
Dengan demikian, maka yang termasuk ke dalam kategori pengertian
sunnah hanya terbatas pada segala sesuatu yang bersumber dari Nabi SAW saja.
Sedangkan yang bersumber dari sahabat dan tabi’in tidak termasuk sunnah. Hal
ini berdasarkan pada kenyataan bahwa Nabi SAW adalah pembawa dan pengatur
udang-undang yang memiliki misi kewajiban untak menjelaskan undang-undang
kepada manusia, sehingga yang tidak mengandung misi tidak termasuk sunnah
dan tidak bisa juga dijadikan sebagai sumber hukum yang mengikat.
3. Ahli Fiqih
Semua ketetapan yang berasal dari Nabi SAW selain yang difardlukan,
diwajibkan dan termasuk kelompok hukum yang lima.
Definisi ini menunjukanbahwa objek pembahasan para ahli fiqih Islam
hanya terbatas pada pribadi dan perilau Nabi SAW sebagai landasan hukum
syara’ untuk diterapkan pada perbuatan manusia pada umumnya baik yang wajib,
haram, makruh, mubah maupun sunat. Karenanya jika diktakan perkara ini
sunnah, maka yang dikehendaki adalah pekerjaan itu memiliki nilai hukum yang
dibebankan oleh Allah kepada setiap orang yang sudah dewasa, berakal sehat
dengan tuntutan.

4
Guna menghindari kerancuan pengertian hadits dan sunnah perlu ditegaskan
perbedaannya. Hadits ialah segala peristiwa yang disandarkan kepada Nabi SAW, walaupun
selama hayat beliau hanya sekali terjadi, atau hanya diriwayatkan oleh seseorang. Adapun
sunnah adalah amaliah Nabi SAW yang mutawatir dan sampai kepada kita dengan cara
mutawatir pula. Nabi melaksanakannya bersama para sahabat, lalu para sahabat
melaksanakannya. Kemudian diteruskan oleh para tabi’in, waklaupun lafadz
ppenyampaiannya tidak mutawatir namun cara penyampaiaannya mutawatir.
Mungkin terjadi perbedaan lafadz dalam meriwayatkan suatu kejadia, sehingga
dalam segi sanad dia tidak mutawatir, akan tetapi dalam segi amaliahnya dia mutawatir.
Proses yang mutawatir itulah yang disebut sunnah.
Oleh karena itu dalam kehidupan kita sehari-hari sering para ulama menjelaskan
bahwa amalan ini telah sesuai dengsan sunnah Rasul.
Dapat dikatakan Hadis merupakan penuturan dan perilaku Rasulullah, sedangkan
sunnah adalah hukum yang disimpulkan dari penuturan tersebut. Sunnah sering berkaitan
dengan hukum syara’, sementara hadis mencakup hal yang lebih luas termasuk di dalam
maupun luar hukumnya.

Perbedaan hadis dan sunnah lebih kepada pengertian mendasarnya. Hadis adalah
berita tentang peristiwa yang bersumber dari Nabi Muhammad SAW. Sementara itu, sunnah
merupakan perbuatan yang dilakukan Nabi Muhammad SAW secara terus menerus.

Selain itu, hadis juga mencakup segala peristiwa yang terjadi pada Rasulullah SAW
meski hanya dikerjakan sekali. Sunnah sendiri lebih pada sesuatu yang diucapkan atau
dilakukan secara konsisten oleh Rasulullah dari masa ke masa.

5
B. Macam-Macam Sunnah
Terdapat penjelasan mengenai macam-macam sunnah Nabi Muhammad SAW,
diantaranya:
1. Sunnah Qauliyah
Sunnah qauliyah merupakan bentuk perkataan atau ucapan yang disandarkan
kepada Nabi Muhammad SAW. Yang berisi berbagai tuntunan dan petunjuk syarak.

Peristiwa-peristiwa atau kisah-kisah baik yang berkenaan dengan aspek akidah


syariah maupun akhlak. Dengan kata lain, Sunnah Qauliyah yaitu sunnah Nabi saw
yang hanya berupa ucapannya saja baik dalam bentuk pernyataan, anjuran, perintah
cegahan maupun larangan.

Yang dimaksud dengan pernyataan Nabi SAW adalah sabda Nabi dalam
merespon keadaan yang berlaku pada masa lalu. Masa kininya dan masa depannya
Kadang-kadang dalam bentuk dialog dengan para sahabat atau jawaban yang diajukan
oleh sahabat atau bentuk-bentuk ain seperti khutbah.
2. Sunnah Fi’liyah
Pengertian sunnah filiyah merupakan segala perbuatan yang di sandarkan
kepada Nabi Muhammad SAW. Kualitas sunnah filiyah menduduki tingkat kedua
setelah sunnah qauliyah.
Filiyah juga dapat dimaknakan sunnah Nabi SAW yang berupa perbuatan
Nabi yang diberitakan oleh para sahabat mengenai perihal ibadah dan lain-lain.
3. Sunnah Taqririyah
Pengertian sunnah Taqririyah merupakan sunnah yang berupa ketetatapan
Nabi Muhammad SAW terhadap apa yang datang atau dilakukan para sahabatnya.
Nabi SAW tidak menegur atau melarangnya.

Bahkan Nabi SAW cenderung mendiamkannya. Beliau membiarkan atau


mendiamkan suatu perbuatan yang dilakukan para sahabatnya tanpa memberikan
penegasan apakah beliau membenarkan atau menyalahkan.

6
C. Pengertian Khabar

Khabar (‫ )الخبر‬secara bahasa berarti An-Naba’ (‫ )النبأ‬yang berarti kabar atau berita.
Adapun secara istilah khabar ini semakna dengan hadits sehingga memiliki definisi yang
sama dengan hadits.
Namun, menurut pendapat yang lain menyatakan bahwa khabar ini lebih umum dari
pada hadits. Sehingga definisi khabar adalah segala sesuatu yang disandarkan kepada
Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam dan juga kepada selain beliau. Syaikh Utsaimin
mengatakan :

‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َوِإلَى َغي ِْر ِه‬ ِ ‫ْال َخبَ ُر َما ُأ‬
َ ‫ضيْفُ ِإلَى النَّبِ ِّي‬

Khabar adalah segala sesuatu yang disandarkan pada Nabi shallallaahu ‘alaihi
wasallam dan juga disandarkan kepada selainnya.
Contoh khabar yaitu Perkataan Ali bin Abi Thalib r.a : “Termasuk sunnah, ialah
meletakkan tangan di bawah pusar sewaktu melakukan shalat” (HR. Abu Dawud).

D. Pengertian Atsar

Atsar (‫ )األثر‬secara bahasa berarti Baqiyyatu Asy-Syaii’ (‫ )بقية الشيء‬yang berarti sisa
dari sesuatu, atau jejak. Adapun secara istilah, atsar adalah :

‫ص َحابِي َأوْ التَّابِ ِعي‬ ِ ‫َما ُأ‬


َّ ‫ضيْفُ ِإلَى ال‬

“Segala sesuatu yang disandarkan pada sahabat atau tabi’in.”


Adakalanya atsar juga didefinisikan dengan segala sesuatu yang disandarkan
kepada Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam. Namun biasanya penyebutannya disandarkan
dengan redaksi “dari Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam” sehingga penyebutannya seperti
ini :

َ ‫َوفِي اَأْلثَ ِر ع َِن النَّبِ ِّي‬


‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم‬

“Dalam sebuah atsar dari Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam”


Sebagian ulama mengatakan atsar lebih bersifat umum dibandingkan khabar,
maksudnya asar berlaku pada segala sesuatu yang diturunkan Nabi. serta dari selain Nabi
SAW, sedangkan berita khusus adalah untuk segala sesuatu yang datang dari Nabi SAW.
Contoh seperti perkataan tabi’in, yaitu Ubaidillah Ibn Abdillah ibn Uthbah ibn
Mas’ud sebagai berikut:
“Menurut sunnah hendaklah imam bertakbir pada Hari Raya Fitri dan Hari Raya
Adha sebanyak sembilan kali ketika duduk di atas mimbar sebelum berkhutbah”. (HR.
Baihaqi).

7
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
a. Hadits terbatas pada perkataan, perbuatan, takrir yang bersumber pada Nabi SAW,
sedangkan sunnah segala yang bersumber dari Nabi SAW baik berupa perkataan,
perbuatan, takrir, tabiat, budi pekerti atau perjalanan hidupnya, baik sebelum di
angkat menjadi rasulmaupun sesudahnya.
b. Khabar: sebagian ulama hadits berpendapat bahwa khabar sebagai suatu yang
berasal atau disandarkan kepada selain nabi SAW., ada juga hadits sebagai sesuatu
yang berasal atau disandarkan pada Nabi SAW.
c. Atsar: jumhur ulama berpendapat bahwa atsar sama artinya dengan khabar dan
hadits. Ada juga ulama yang berpendapat bahwa atsar sama dengan khabar, yaitu
sesuatu yang disandarkan pada Nabi SAW, sahabat dan tabiin.
B. Saran
Demikian tugas penyusunan makalah ini kami persembahkan, harapan kami
dengan adanya tulisan ini lebih mengenali dan memahami. Khususnya pada mata kuliah
Studi Hadits kita bisa membedakan Hadits, Sunnah, Khabar, dan Atsar.
Kami sadar dalam makalah ini masih banyak kesalahan dalam penulisan maupun
dalam penyampaian. Untukitu, kritik dan saran yang membangun sangat kami perlukan
guna memperbaiki makalah kami selanjutnya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
kita semua. Amiin.

8
Daftar Pustaka

https://shafta.sch.id/pengertian-hadits-sunnah-khabar-atsar-dan-hadits-qudsi/

https://m.mediaindonesia.com/humaniora/595968/pengertian-sunah-menurut-ahli-fikih-hadis-
dan-kalam

https://dalamislam.com/info-islami/macam-macam-sunnah

https://aziikkk.wordpress.com/2017/09/22/hadits-sunnah-khabar-dan-atsar/

http://hasankhariri.blogspot.com/2017/06/pengertian-hadits-sunnah-khabar-atsar.html

Anda mungkin juga menyukai