Anda di halaman 1dari 14

Makalah Sumber Ajaran Islam

(As-Sunnah)

Dosen Pengampu:
Tiara Rochmawati, M.E. (1008089301)

Disusun Oleh:
Kelompok 3
1. Indri Selvia (2125132)
2. Weni Nindithya Nurani (2125116)
3. Chanda Rio (2125096)

Mata Kuliah Pengantar Manajemen


Program Studi Manajemen
Fakultas Ekonomi
Universitas Pasir Pengaraian
2021
Kata Pengantar

Segala puji hanya milik Allah SWT. Yang tak pernah berhenti memberikan
limpahan ilmu, kesehatan serta waktu kepada kami (penyusun), sehiingga dapat
mengerjakan makalah yang diberikan dalam mata kuliah Pendidikan Agama di
Universitas Pasir Pengaraian dengan baik dan selesai tepat waktu.

Kami menyadari bahwasannya makalah ini masih memiliki banyak sekali


kekurangan dalam penulisannya. Tetapi kami tentunya bertujuan untuk menjelaskan
serta memaparkan point-point di dalam maklah ini, sesuai dengan pengetahuan yang
kami peroleh selama perkuliahan berlangsung, baik dari buku maupun sumber-sumber
lainnya. Sehingga kami berharap makalah ini dapat memberikan manfaat untuk kita
semua. Bila ada penulisan atau kata-kata di kalimat dalam makalah ini, kami
menyampaikan mohon maaf yag sebesar-besarnya.

Kami menyampaikna terimakasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak


yang terlibat serta membantu dalam pembuatan dan penulisan makalah ini, khusunya
kepada dosen kami yang telah memberikan tugas dan petunjuk kepada kami, sehingga
kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini.

Pasir Pengaraian, 19 Des. 21

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan

BAB II PEMBAHASAN
A. As-Sunnah
1. Pengertian As-Sunnah
2. Macam-Macam Hadits
3. Landasan Sunnah Selaku Sumber Syariah
4. Manfaat Sunnah
5. Pedoman Pemakaian Hadist/Sunnah

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan
B. Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Segala kehidupan umat Islam dalam seluruh aspek sudah diatur oleh Al- Qur’ an serta pula
As- sunnah ataupun yang biasa diucap pula Al- Hadist. Kala sesuatu ajaran yang ada dalam Al-
Qur’ an masih bertabiat global, As- Sunnah mejelaskan ajaran- ajaran tersebut secara khusus
serta lebih terperinci. Tidak hanya Al- Qur’ an, kalangan muslimian semenjak masa Rasulullah
saw. hingga saat ini, mematuhi as- Sunnah serta senantiasa menjadikannya selaku sumber hukum
serta penuntun akhlak disamping al- Qur’ an. Hadis Nabi ialah sumber ajaran Islam yang kedua,
sehabis AlQur’ an. Perihal ini disebabkan hadis menggambarkan pengertian Al- Qur’ an dalam
aplikasi ataupun pelaksanaan ajaran Islam secara faktual serta sempurna. Mengingat kalau
individu Nabi ialah perwujudan dari Al- Qur’ an yang ditafsirkan buat manusia, dan ajaran Islam
yang dijabarkan dalam kehidupan seharihari. Dilihat dari periwayatannya, hadis berbeda dengan
Al- Qur’ an.

AlQur’ an seluruhnya diriwayatkan secara muttawātir, sehingga tidak diragukan lagi


kebenaran ataupun kesahīhannya. Ada pula hadis Nabi, sebagiannya diriwayatkan secara
muttawātir serta sebagian yang lain secara ahād. Dengan demikian, bila dilihat dari
periwayatannya hadis muttawātir tidak butuh diteliti lagi sebab tidak diragukan kebenarannya,
ada pula hadis ahad, masih membutuhkan riset. Dengan riset itu, hendak dikenal, apakah hadis
yang bersangkutan bisa diterima periwayatannya ataukah tidak. Selaku sumber hukum Islam,
hadis juga banyak muat bermacam aspek kehidupan manusia.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari As-Sunnah?
2. Apa saja macam-macam As-Sunnah?
3. Apa saja yang termasuk dalam landasan As-Sunnah sebagai sumber hukum Islam?
4. Apa fungsi dari As-Sunnah?
5. Apa saja pedoman dalam menggunakan As-Sunnah?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian As-sunnah
2. Untuk mengetahui macam-macam As-Sunnah
3. Untuk mengetahui apa saja yang termasuk dalam landasan As-Sunnah sebagai sumber
hukum islam
4. Untuk mengetahui fungsi dari As-Sunnah
5. Untuk mnegetahui pedoman dalam menggunakan As-Sunn
BAB II
PEMBAHASAN
A. As-Sunnah
1. Pengertian As-Sunnah
Guna menyebut apa yang berasal dari nabi Muhammad, paling tidak terdapat 2 sebutan
terkenal di golongan warga Islam ialah al- sunah serta al- hadith. 2 sebutan ini terkadang masih
dikira kurang definitif, sehingga masih butuh dipertegas lagi jadi hadith nabi serta sunah nabi
ataupun rasul. Di luar 2 sebutan itu masih ada sebutan lain ialah khabar serta atsar. Hanya saja
2 sebutan terakhir ini nampaknya kurang berkembang.
Ditinjau dari sudut kebahasaan, kata al- sunah serta al- hadith mempunyai makna yang
berbeda. Al- hadith secara bahasa berarti al- jadid( baru), lawan kata(antonim) dari kata al-
qadim( lama). Sebaliknya kata al- sunnah berarti al- thariqah( jalur), baik yang terpuji ataupun
juga yang tercela.
Berikutnya secara terminologis pada ulama pula berbeda komentar dalam membagikan
batas ataupun penafsiran sunah serta hadith.
Sebagian ulama‘ mengidentikkan antara hadith dengan sunah, sebaliknya sebagian yang
lain membedakan keduanya.
Para pakar hadith ataupun muhaddisun pada biasanya mengidentikkan penafsiran hadith
serta sunah. Mereka mendefinisikan sunah dengan rumusan berikut ini:“ Seluruh suatu yang
dinukil dari Nabi Muhammad saw baik berbentuk perkataan, perbuatan, taqrir, watak
moral( khuluqiyah), watak khalqiyah( jasmani) maupun ekspedisi hidupnya semenjak saat
sebelum dinaikan jadi rasul ataupun setelah dinaikan menjadi rasul”
Merujuk kepada definisi tersebut terlihat bahwa sunah ataupun hadith memiliki penafsiran
yang sangat lingkungan ialah mencakup seluruh riwayat yang berasal dari Rasulullah berbentuk
perkataan( hadist fi`liyah), perbuatan( hadist qauliyah), taqrir( hadist taqririy), sifat- sifat serta
tingkah laku dia, baik pada masa saat sebelum diangkatnya dia selaku rasul ataupun
sesudahnya( qabla nubuwwat ataupun ba'da mubuwwat).
Bagi ushuliyyun( ulama ushul), hadith serta sunah ialah 2 sebutan yang berlainan
pengertiannya. Untuk pakar ushul penafsiran sunah merupakan“ Seluruh suatu yang datang dari
Nabi saw tidak hanya al- Qur‟an al- Karim, baik berbentuk perkataan, perbuatan ataupun taqrir
yang dapat dijadikan selaku dasar menetapkan hukum syara”
Fuqaha‘ mempergunakan sebutan sunah guna menunjukkkan salah satu wujud ataupun
watak dari hukum Islam, yaitu sesuatu perbuatan yang hukumnya boleh ditinggalkan tetapi
lebih utama dilaksanakan. Bagi mereka, sunah merupakan―semua perbuatan yang diresmikan
rasul tetapi hukum penerapannya tidak hingga ke tingkatan harus ataupun fardu.
Ada pula ulama fikih yang mengkaji permasalahan wujud ataupun watak hukum terkait
perbuatan- perbuatan dari manusia, mereka memakai sebutan sunah guna iktikad melaporkan
salah satu dari watak hukum. Bagi mereka sunah merupakan jennis perbuatan yang disarankan
untuk mengerjakannya, tetapi tidak tercantum ke dalam jenis yang fardu ataupun harus.
Ataupun bagi tipe lain, sunah merupakan sesuatu perbuatan apabila dikerjakan bisa pahala serta
ditinggal tidak disiksa.

2. Macam-Macam Hadist
a. Bersumber pada Kualitas&Mutunya
1) Sunnah/ Hadist Shahih
Ialah hadist/ sunnah yang diriwayatkan oleh orang- orang adil( baik), kokoh
hafalannya, sempurna ketelitiannya, sanadnya bersambung kepada Rasul, tidak cacat,
serta tidak berlawanan dengan dalil ataupun periwayatan yang lebih kokoh.

2) Sunnah/ Hadist Hasan


Ialah hadist/ sunnah yang diriwayatkan oleh orang adil( baik), sanadnya
bersambung kepada Rasulullah, tidak cacat serta tidak berlawanan dengan dalil ataupun
periwayatan yang lebih kokoh, tetapi kekuatan hafalan ataupun ketelitian rawinya kurang
baik.

3) Sunnah/ Hadist Dhaif


Ialah sunnah/ hadist lemah sebab rawinya tidak adil, terputus sanad, cacat,
berlawanan dengan dalil ataupun periwayatan yang lebih kokoh, ataupun terdapat cacat
lain. Terdapat 20 berbagai hadist dikategorikan dhaif.
4) Sunnah/ HadistMadlu`
Ialah sunnah/ hadist yang terbuat oleh seorang( karangan sendiri) setelah itu
dikatakan selaku perkataan ataupun perbuatan Rasulullah saw.

b. Bersumber pada Ujung sanad


1) Sunnah/ Hadist marfu`
Merupakan hadist yang sanadnya berujung langsung pada Nabi Muhammad saw.

2) Sunnah/ Hadist Mauquf


Merupakan hadist yang sanadnya terhenti pada teman nabi tanpa terdapat isyarat baik
secara perkataan ataupun perbuatan yang menampilkan derajat marfu.

3) Sunnah/ Hadist Maqthu`


Adalah hadist yang sanadnya berujung pada tabi’ in( penerus) ataupun sebawahnya

c. Bersumber pada Keutuhan Rantai Sanad


1) Sunnah/ Hadist musnad
Hadist yang terkategori musnad bila urutan sanad tidak terpotong pada bagian
tertentu. Urutan penutur membolehkan terbentuknya penyampaian hadist bersumber pada
waktu serta keadaan, ialah rawi- rawi itu memanglah diyakini sudah silih berjumpa serta
mengantarkan hadist. Hadist ini diucap muttashilus sanad ataupun maushul.

2) Sunnah/ Hadist munqathi`


Hadist ini berarti bila sanad putus pada salah satu penutur, ataupun pada 2
penutur yang tidak berentetan, tidak hanya shahabi.

3) Sunnah/ Hadist Mu`dlal


Hadist mu`dlal berarti bila sanad putus pada 2 generasi penutur berturut- turut.
Serta hadist mu`allaq, bila sanad terputus pada penutur 5 sampai penutur 1, alias tidak
terdapat sanadnya.
4) Sunnah/ Hadist Mudallas
Hadist ini diucap pula dengan hadist yang dirahasiakan cacatnya sebab
diriwayatkan lewat sanad yang membagikan kesan seolah- olah tidak terdapat cacatnya.
Sementara itu sesungguhnya terdapat, ataupun dengan kata lain ialah hadist yang ditutup-
tutupi kelemahan sanadnya.

d. Bersumber pada Jumlah Penutur


1) Sunnah/ Hadist Mutawatir
Hadist mutawatir merupakan hadist yang diriwayatkan oleh sekelompok orang
dari sebagian sanad. Serta pula tidak ada mungkin kalau mereka seluruh setuju buat
berdusta menimpa perihal terebut. Jadi hadist mutawatir mempunyai sebagian sanad serta
jumlah penutur pada masing- masing susunan generasi( thaqabah) berimbang. Para ulama
berbeda komentar menimpa jumlah sanad minimum hadist mutawatir. Sebagian
menetapkan 20 serta 40 orang pada masing- masing susunan sanad. Hadist mutawatir bisa
dibedakan jadi 2 macam- macam hadist, ialah:
a) Mutawatir lafzhy, yang ialah lafaz redaksional sama pada masing- masing
riwayat.
b) Ma’ nawy, yang dimana pada redaksional ada perbandingan tetapi arti sama pada
masing- masing riwayat.

2) Sunnah/ Hadist Ahad


Hadist ahad merupakan hadist yang diriwayatkan oleh sekelompok orang tetapi
tidak menggapai tingkatan mutawatir. Hadist ahad dibedakan jadi 3 macam- macam
hadist, antara lain:
a) Gharib: apabila cuma ada satu jalan sanad. Pada salah satu susunan ada hanya
satu penutur, walaupun pada susunan lain bisa jadi ada banyak penutur.
b) Aziz: Apabila ada 2 jalan sanad. 2 penutur pada salah satu susunan, pada
susunan lain lebih banyak.
c) Masyhur: Apabila ada lebih dari 2 jalan sanad. 3 ataupun lebih penutur pada
salah satu susunan, serta pada susunan lain lebih banyak. Tetapi, tidak
menggapai derajat mutawatir. Dinamai pula hadits mustafidl.

3. Landasan Sunnah selaku sumber Syariah


a. Faktor Iman.
Di antara rukum iman yakni yakin kalau Nabi Muhammad Saw. merupakan Rasul. Oleh
sebab itu, ada keharusan pada manusia buat menjajaki jejak apa yang sudah dia laksanakan
dalam hidup serta kehidupan buat menggapai kebahagiaan di dunia serta di akhirat.

b. Al- Quran.
Dalam Al- Quran banyak ayat- ayat yang memerintahkan manusia biar menjajaki jejak
Rasul( SunnahNya).

c. Sunnah.
Nabi pemah mengatakan di hadapan khalayak ramai di Padang Arafah kala dia
melakukan ibadah hajinya yang terakhir( haji wada), dia bersabda:" Sudah saya tinggalkan
bagimu 2 masalah yang dengan berpegang kepada keduanya, kalian tidak hendak sesat
selamanya ialah Kitabullah serta Sunnah Rasulullah"

d. Ijma.
Umat Islam sudah berijma( bersepakat) buat mengamalkan Sunnah sebagaimana mereka
menerima AIQuran.

4. Manfaat Sunnah
Imam Syafii dalam sebagian kitabnya meletakkan Al- Quran serta Hadits dalam satu
martabat atas bawah kalau Hadits ialah kelengkapan untuk AI- Quran. Oleh sebab itu
baginya, sebagairnana dilansir Taufiqullah( 1991: 55), guna Sunnah dalarn syariah
merupakan sebagai berikut:
1) Selaku penjelas dari AI- Quran yang masih bertabiat global, mengkhususkan yang
masih bertabiat universal, serta menjabarkan yang masih absolut.
2) Memastikan hukum tertentu. Semacam Nabi menetapkan kalau seseorang Muslim
tidak boleh mewariskan kepada orang kafir serta kebalikannya orang kafir tidak
boleh mewariskan kepada orang Islam.

5. Pedoman Pemakaian Hadits/ Sunnah


Dalam kitab Ujalah Nafi ah yang dikarang oleh Abdul Aziz disimpulkan ketentuan terhadap
pemakaian sesuatu hadits buat diterima ataupun tidak dapat dipergunakan selaku dalil. Syarat
larangan pemakaian hadits tersebut merupakan selaku berikut:
1) Bila hadits itu berlawanan dengan kenyataan sejarah.
2) Bila hadits itu diriwayatkan orang syiah, serta watak hadits itu menuduh para
teman Nabi, ataupun bila hadits itu diriwayatkan oleh orang Khawarij serta
watak hadits itu menuduh anggota keluarga Nabi. Hendak namun, bila hadits itu
dikuatkan oleh kesaksian yang tidak memihak, hingga hadits itu bisa diterima.
3) Bila watak hadits itu mengharuskan kepacla seluruh orang buat mengetahuinya
serta mengamalkannya, serta hadits itu diriwayatkan oleh satu orang.
4) Bila dikala serta kondisi diriwayatkan hadits itu meyakinkan kalau hadits itu
dibuat-buat.
5) Bila hadits itu berlawanan dengan ide, ataupun bertentang dengan ajaran- ajaran
Islam yang cerah.
6) Bila hadits ini menguraikan suatu kejadian, yang bila kejadian itu serius terjalin,
tentu kejadian itu dikenal serta dikisahkan oleh orang banyak, sementara itu
tampaknya, kejadian itu tidak diriwayatkan oleh satu orang juga tidak hanya
yang meriwayatkan hadits itu.
7) Bila perkaranya ataupun kata- katanya rakik( maksudnya, tidak sehat ataupun
tidak benar); misalnya kata- katanya tidak sesuai dengan idiom bahasa Arab,
ataupun permasalahan yang dibicarakan tidak pantas untuk martabat Nabi.
8) Bila hadits itu berisi ancaman hukuman berat untuk perbuatan dosa biasa,
ataupun menjanjikan ganjaran besar untuk perbuatan baik yang tidak seberapa.
9) Bila hadits itu menerangkan pemberian ganjaran oleh Nabi serta Rasul kepada
orang yang berbuat baik.
10) Bila yang meriwayatkan hadits itu mengaku kalau dia membuat- buat hadits.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Sunnah merupakan segala sesuatu yang datangnya dari Rasul. Baik itu perkataan,
perbuatan maupun sikap diamnya Rasulullah.

As-sunnah dijadikan sumber ajaran Islam kedua Setelah Al-Qur’an. Hal ini sejalan
dengan salah satu firman Allah SWT. dalam Al-Qur’an Surat An-Nisaa’[4]:59.

As-sunnah sendiri, dibagi menjadi beberapa sumber yaitu yang bersumber pada kualitas
dan mutu, ujung sanad, keutuhan rantai sanad serta jumlah penutur.

B. Saran
Demikianlah makalah dari kelompok kami, semoga dapat bermanfaat untuk kita
semua. Terlepas dari itu, kami segenap penyusun makalah ini juga sadar bahwa makalah ini
masih sangat jauh dari kata sempurna. Maka untuk itu, kritik dan saran membangun yang
diberikan sangat kami harapkan demi perbaikan lebih lanjut.
DAFTAR PUSTAKA

https://m.liputan6.com/hot/read/4605910/13-macam-macam-hadist-dan-penjelasannya-
dalam-islam-penting-diketahui-umat-muslim
Rohodin.(2016).Pengantar Hukum Islam.DI Yogyakarta. Lintang Raksi Aksara Books
Muniron dan Ni`am, Syamsun dan Asror, ahidul.(2010).Studi Islam Di Perguruan Tinggi.
Jl.Jum`at Mangli 94 Jember.STAIN Jember Press

Anda mungkin juga menyukai