Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

HADITS DAN AS SUNNAH SEBAGAI SUMBER AJARAN ISLAM

Dosen Pengampu :

Agus Luthfi Mubarok, S.Pd.I, M.Mpd

Penyusun :

Alan Suklawiyana

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS ISLAM AL-IHYA KUNINGAN


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNya sehingga
makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa penulis ucapkan terima
kasih terhadap pihak yang telah berkontribusi dalam penyusunan makalah ini, baik itu
bantuan moral maupun materil.

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah wawasan serta
pengetahuan dan juga pengalaman bagi para pembaca. Bahkan penulis berharap lebih
jauh lagi semoga makalah ini dapat di aplikasikan / dipraktekan oleh pembaca dalam
kehidupan sehari-hari.

Makalah ini masih jauh dari kata sempurna, maka dari itu penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan
makalah ini.

Kuningan, 2021

Penulis
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Muhammad SAW adalah seorang nabi dan rasul yang diutus oleh Allah
SWT sebagai rahmatan lil alamin atau rahmat bagi seluruh alam. Yaitu untuk
menjadi penerang dan pemberi rahmat bagi umat islam khususnya dan umumnya
untuk seluruh umat manusia di bumi. Salah satu dari mukjizat nabi Muhammad
terbesar yaitu Al-Quran, sebagai penyempurna kitab-kitab sebelumnya, namun
begitu sumber hukum islam tidak hanya pada Al-Quran. Sebagaimana yang
terdapat pada surat An-Nisa (4) ayat 59 yang artinya ;

“ Hai orang – orang yang beriman, taatilah (kehendak) Allah, taatilah


( kehendak ) Rasul-Nya, dan (kehendak) ulil amri diantara kamu…..”.

Sebagaimana penjelasan ayat diatas dapat disimpulkan bahwa sumber


hukum islam yaitu dengan mengacu, berpedoman, pada kehendak Allah
(Al’Quran) , kehendak Rasul-Nya (sunnah dan hadits) dan ulil amri (ijtihad) di
kalangan mereka.

Dalam makalah ini akan membahas tentang hadits dan as sunnah. Begitu
pentingnya hadits dan sunnah untuk memperjelas, menegaskan dan menguatkan
hukum-hukum dan hal lain yang ada dalam Al-Quran. Sebagaimana sabda
Rasulullah SAW ;

“ Aku tinggalkan bagi kalian dua hal yang karenanya kalian tidak
akan tersesat selamanya, selama kalian berpegang pada keduanya, yaitu
Kitab Allah dan Sunnahku.”

Maka dari itu kita sebagai umat mukmin wajib mengetahui pengertian hadits dan
as sunnah, macam-macam hadits dan as sunnah serta kedudukannya sebagai sumber
hukum islam.
B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian Hadits atau As Sunnah ?


2. Apa saja macam – macam hadist atau As sunnah ?
3. Apa kedudukan dan fungsi hadits dalam sumber ajaran islam ?

C. Tujuan

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk sarana pembelajaran


dan sebagai sumber wawasan untuk bisa lebih mengetahui sumber ajaran atau
hukum islam. Serta penulisan makalah ini juga ditujukan untuk memenuhi
tugas mata kuliah Pendidikan Agama Islam.
BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian serta Perbedaan Hadits dan Sunnah

Hadits merupakan sumber pedoman kedua umat islam setelah Al-Quran.


Sangatlah penting hadits untuk dipelajari bagi kita selaku umat islam. Dengan
mempelajarinya kita akan mengetahui apa saja yang disabdakan oleh nabi
Muhammad SAW. Mempelajari hadits termasuk juga pengaplikasian dari syahadat
kita terhadap kerasulan nabi Muhammad SAW.

1. Pengertian Hadits

Hadist menurut bahasa berarti Al-Jadid yang artinya “sesuatu yang baru” ; yaitu
kebalikan dari Al-Qadiim yang artinya “sesuatu yang lama”. Sedangkan hadits
menurut istilah para hadits adalah :

ٍ ْ‫ َأوْ َوص‬،‫ َأوْ تَ ْق ِري ٍْر‬،‫ َأوْ فِع ٍْل‬،‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم ِم ْن قَوْ ٍل‬
‫ف‬ ِ ‫َما ُأ‬
َ ‫ضيْفُ ِإلَى النَّبِ ِّي‬
 
Adalah sesuatu yang disandarkan kepada Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam
baik ucapan, perbuatan, persetujuan maupun sifat.

Dari pengertian tersebut dapat kita ketahui bahwa hadits adalah segala sesuatu
yang disandarkan kepada nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam baik itu ucapan,
perbuatan, persetujuan, sifat fisik, maupun kepribadiannya. Maka dari itu pengertian
ini juga mencakup setiap keadaan nabi Muhammad shallallaahu ‘alaihi wasallam
menurut para ahli hadits.
2. Pengertian Sunnah

Sunnah secara bahasa berarti As-Siirah Al Muttaba’ah yang berarti jalan yang
diikuti. Setiap jalan dan perjalanan yang diikuti dinamakan sunnah, baik itu jalan
yang baik maupun jalan yang buruk.

Menurut istilah para ahli hadits as sunnah adalah segala sesuatu yang
dinukilkan dari Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam baik itu ucapan, perbuatan,
persetujuan, larangan, sifat fisik, kepribadian, maupun perjalanan hidup baik itu
sebelum diutus (sebelum jadi nabi) maupun sesudah diutus (sesudah jadi nabi).

Sedangkan As sunnah menurut para fuqaha’ adalah suatu perintah yang


berasal dari Nabi SAW namun tidak bersifat wajib. Dan sunnah termasuk dalam
salah satu dari hukum takfili yang lima yaitu ; wajib, sunnah, haram, makruh dan
mubah.

3. Perbedaan Hadits dan Sunnah

Dilihat dari sudut etimologi maupun terminologi sebagaimana dijelaskan


diatas, hadits dan sunnah memiliki perbedaan. Hadits konotasinya adalah segala
peristiwa yang dinisbatkan kepada Nabi SAW walaupun hanya diucapkan atau
dikerjakan sekali saja oleh beliau. Sedangkan sunnah merupakan sesuatu yang
diucapkan atau dilaksanakan secara terus menerus dan dinukilkan dari masa ke
masa dengan jalan mutawatir (diturunkan dari satu orang ke orang lain).

Dan sunnah lebih luas dari hadits karena sunnah adalah segala sesuatu yang
dinukilkan dari Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam baik itu ucapan, perbuatan,
persetujuan, sifat fisik, kepribadian, maupun perjalanan hidup baik itu sebelum
menjadi nabi dan rasul maupun sesudah menjadi nabi dan rasul.
B. Macam – Macam Hadits dan Sunnah

Ada beberapa macam hadits menurut kategori kualitasnya yaitu Hadits Shahih,
Hadits Hasan, Hadits Dhaif.

1. Hadits Shahih
Menurut Imam Al-Bayquni dalam Nadham Bayquni mengenai hadits
shahih:
"Pembagian hadis yang pertama adalah shahih, yaitu sanadnya
bersambung serta tidak terdapat syadz atau illat, diriwayatkan oleh perawi
yang adil serta dhabit serta kuat dhabit dan periwayatannya."

a. Sanad nya bersambung (periwayat hadits)


b. Diriwayatkan oleh perawi yang berkualitas memiliki sifat istiqomah,
berakhlak baik, tidak fasik, terjaga kehormatannya dan tidak lemah
hafalannya.
c. Kemudian dalam sanad dan matanya tidak ada syadz (kejanggalan)
dan ‘ilat (cacat).
d. Dan pada saat menerima hadits, masing-masing rawi telah cukup umur
(baligh) serta beragama Islam.

Adapun beberapa contoh periwayat hadits yang dianggap shahih, Imam Bukhori,
Imam Muslim, At Turmudzi, Abu Dawud dan masih banyak lagi. Serta untuk sebutan
muttafaqunalaih yaitu hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori dan Imam
Muslim secara bersamaan.
2. Hadits Hasan

Secara bahasa arti kata hasan yaitu baik. Hadits hasan ini adalah hadits yang
sanadnya bersambung tetapi ada sedikit kelemahan pada rawi-rawinya, yaitu yang
diriwayatkan oleh rawi yang adil tetapi tidak sempurna ingatannya. Namun tidak
memiliki kejanggalan atau cacat. Hadits hasan ini tidak sekuat hadits shahih
namun masih boleh dikategorikan menjadi dasar hukum.

3. Hadits Dhaif
Hadits dhaif adalah hadits yang tidak memenuhi persyaratan hadits shahih
maupun hadits hasan. Disebutkan dalam Mandzumah Bayquni, hadits dhaif
adalah :

"Setiap hadis yang kualitasnya lebih rendah dari hadis hasan adalah dhaif
dan hadis dhaif memiliki banyak ragam."

Sehingga hadis dhaif tidak bisa dijadikan sebagai sumber hukum. Sebaiknya,
saat menyelesaikan masalah baru, berurutan dasar hukum dari AlQuran, lalu
hadis, baru ke ijma' atau kesepakatan para ulama, dan baru qiyas. Selanjutnya bila
masih belum ada titik terang dengan mempertimbangkan melalui Istihsan, Ijtihad,
lalu Urf.

Lalu kemudian macam-macam sunnah tertuang dan didokumentasikan dalam


kumpulan hadis Rasulullah. Dalam hal ini kedudukan hadis merupakan sumber
hukum kedua setelah al-Qur'an. Macam-macam sunnah merupakan bagian dari
teladan terbaik umat Islam, yaitu Nabi Muhammad SAW. Berdasarkan bentuk
penyampaiannya oleh Rasulullah, sunnah dibagi menjadi tiga macam, qauliyyah,
fiiliyyah, dan taqriyyah.
1. Sunnah Qauliyah
Sunnah qauliyah adalah segala yang dikatakan Nabi SAW dalam
bentuk pernyataan, anjuran, perintah, cegahan, maupun larangan. Berikut
contoh dari sunnah qauliyah :

Hadis tentang penentuan puasa Ramadan

“Berpuasalah kalian karena melihatnya, berbukalah kalian karena


melihatnya dan sembelihlah kurban karena melihatnya pula. Jika -hilal- itu
tertutup dari pandangan kalian, sempurnakanlah menjadi tiga puluh hari, jika
ada dua orang saksi, berpuasa dan berbukalah kalian.” (HR. Bukhori dan
Muslim)

Hadis tentang membaca al fatihah saat salat

"Tidak sah salat seseorang yang tidak membaca surat al Fatihah." (HR.
Bukhari-Muslim)

Hadis tentang makan dan minum

“Apabila salah seorang di antara kalian makan, hendaklah ia membaca


‘Bismillah’ (dengan menyebut nama Allah). Jika ia lupa membacanya
sebelum makan maka ucapkanlah ‘Bismillaahi fii awwalihi wa aakhirihi.”
(HR. At-Tirmidzi)

2. Sunnah Fiiliyah

Sunnah fiiliyah adalah segala perbuatan dan perilaku yang dilihat oleh
sahabat rasul, perilaku tersebut ialah masalah ibadah, muamalah, dan
sebagainya. Berikut contoh dari sunnah fiiliyah :
Hadis mencuci tangan sebelum makan

Aisyah radhiallahu’anha, beliau berkata:

“Rasulullah SAW jika beliau ingin tidur dalam keadaan junub, beliau
berwudhu dahulu. Dan ketika beliau ingin makan atau minum beliau mencuci
kedua tangannya, baru setelah itu beliau makan atau minum.” (HR. Abu Daud
no.222, An Nasa’i no.257, dishahihkan Al Albani dalam Shahih An Nasa’i)

Hadis tentang keistimewaan kucing

“Ketika Nabi Muhammad akan berwudhu dihampiri oleh seekor


kucing dan kucing tersebut minum di bejana tempat beliau wudhu. Nabi
berhenti hingga kucing tersebut selesai minum lalu berwudhu”. (HR Muslim).

Hadis tentang salat sunnah

"Nabi SAW melakukan sholat sejumlah sebelas rakaat. Itu lah sholat
beliau." dan "Beliau melaksanakan sholat malam sebanyak tiga belas
rakaat."(Hadis riwayat Bukhari).

3. Sunnah Taqririyah
Sunnah taqririyah adalah sikap diam (respons) Rasulullah SAW
terhadap segala perbuatan sahabat yang diketahuinya. Macam-macam sunnah
ini berupa perbuatan atau ucapan sahabat yang dilakukan di hadapan atau
sepengetahuan Nabi. Tetapi Nabi hanya diam dan tidak mencegahnya. Sikap
diam dan tidak mencegah dari Nabi Saw menunjukkan persetujuan (taqriri)
Nabi Saw terhadap perbuatan sahabat tersebut.

Sunnah Taqriyyah meliputi persetujuan Muhammad tentang tindakan


para sahabat yang terjadi dalam dua cara yang berbeda. Pertama, ketika
Rasulullah mendiamkan suatu tindakan dan tidak menentangnya. Kedua,
ketika Rasulullah menunjukkan kesenangannya dan tersenyum atas tindakan
seorang sahabat. Berikut contoh dari sunnah taqririyah :

Hadis tentang tayamum

Dari Abu Sa'id Al Khudri radliallahu 'anhu ia berkata: "Pernah ada dua
orang bepergian dalam sebuah perjalanan jauh dan waktu shalat telah tiba,
sedang mereka tidak membawa air, lalu mereka berdua bertayamum dengan
debu yang bersih dan melakukan shalat, kemudian keduanya mendapati air
(dan waktu shalat masih ada), lalu salah seorang dari keduanya mengulangi
shalatnya dengan air wudhu dan yang satunya tidak mengulangi. Mereka
menemui Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dan menceritakan hal itu.
Maka beliau berkata kepada orang yang tidak mengulangi shalatnya: 'Kamu
sesuai dengan sunnah dan shalatmu sudah cukup'. Dan beliau juga berkata
kepada yang berwudhu dan mengulangi shalatnya: 'Bagimu pahala dua kali'

Hadis tentang daging dhabb

Hadis ini menceritakan ketika Rasulullah dijamu daging dhabb


(sejenis biawak), namun rasul tidak memakannya. Kemudian ada sahabat
yang menanyakan apakah daging tersebut halal atau tidak.

”Apakah makanan ini haram ya Rasulullah? Lalu rasul menjawab,”


Tidak, hanya saja makanan ini tidak terdapat pada kaumku dan aku tidak
menyukainya.”
C. Kedudukan dan Fungsi Hadits dalam Sumber Ajaran Islam

1. Kedudukan Hadits

Kedudukan hadits yaitu sebagai penjelas, hadits memperjelas dan memperluas


hukum dalam Al-Quran atau menetapkan sendiri hukum diluar apa yang ditentukan
Allah dalam Al-Quran.

Kedudukan hadits sebagai bayani atau menjalankan fungsi yang menjelaskan


hukum Al-Quran, tidak diragukan lagi dan dapat diterima oleh semua pihak, dan
karena itulah ditugaskannya Nabi SAW oleh Allah SWT.

Jumhur ulama berpendapat bahwa Hadits berkedudukan sebagai sumber atau dalil
kedua setelah Al-Quran dan mempunyai kekuatan untuk ditaati serta mengikat untuk
semua umat Islam. Jumhur ulama mengemukakan alasannya dengan beberapa dalil,
di antaranya :

Banyak ayat Al-Qur’an yang menyuruh umat mentaati Rasul. Ketaatan kepada
rasul sering dirangkaikan dengan keharusan mentaati Allah ; seperti yang tersebut
dalam surat An-Nisa : 59 :

Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul
(Nya),”

Bahkan dalam surat lain Al-Quran mengatakan bahwa orang yang mentaati Rasul
berarti mentaati Allah, sebagaimana tersebut dalam surat An-Nisa : 80:

Artinya : “Barangsiapa yang mentaati Rasul itu, Sesungguhnya ia telah mentaati


Allah. dan Barangsiapa yang berpaling (dari ketaatan itu), Maka Kami tidak
mengutusmu untuk menjadi pemelihara bagi mereka.”
Dari ayat-ayat diatas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan mentaati
Rasul adalah dengan mengikuti apapun yang dilakukan oleh Rasul sebagaimana
tercakup dalam sunnahnya.

Menurut pendapat lain bahwa hadits berkedudukan sebagai sumber ajaran islam
yang didasarkan pada keterangan ayat-ayat Al-Quran dan hadits juga didasarkan
kepada kesepakatan para sahabat.
DAFTAR PUSTAKA

Abdi, H. (2021, September 5). Pengertian Sunnah, Pembagian dan Contohnya Yang
Perlu Dihapahami. Retrieved November 14, 2021, from Hot.liputan6.com:
https://hot.liputan6.com/read/4650117/pengertian-sunnah-pembagian-dan-
contohnya-yang-perlu-dipahami

Azizah, K. (2020, September 8). Pengertian Hadits Beserta Syarat dan Unsurnya.
Retrieved November 15, 2021, from merdeka.com:
https://www.merdeka.com/trending/pengertian-hadis-beserta-syarat-dan-
unsurnya-wajib-diketahui-umat-islam.html

Jamaril. (2017, Maret 21). Pengertian, Kedudukan dan Fungsi Hadits. Retrieved
November 16, 2021, from sumbar.kemenag.go.id:
https://sumbar.kemenag.go.id/v2/post/1952/pengertian-kedudukan-dan-
fungsi-hadits.html

Kristina. (2021, Juli 3). Apa Perbedaan Sunnah dan Hadits ? Berikut Penjelasannya.
Retrieved November 14, 2021, from detikedu:
https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-5629141/apa-perbedaan-sunnah-dan-
hadits-berikut-ini-penjelasannya

Nata, A. (2011). Studi Islam Komprehensif. Jakarta: Kencana.

Ramadoni31, R. (2016, April 20). Hadits, Ijtihad, Sunnah. Retrieved November


Minggu, 2021, from Makalah Kumpulan Kuliah:
http://kumpulanmacammakalah.blogspot.com/2016/04/makalah-tentang-
hadist-as-sunnah-dan.html

Rizkala, A. (2019, Februari 22). Pengertian Hadits, Sunnah, Khabar, Atsar, dan
Hadits Qudsi. Retrieved November 14, 2021, from Ulumul Hadits:
https://www.nasehatquran.com/2019/02/pengertian-hadits.html#_ftn1

Sendari, A. A. (2021, Agustus 18). Macam - Macam Sunnah dan Contohnya.


Retrieved November 15, 2021, from hot.liputan6.com:
https://hot.liputan6.com/read/4635050/macam-macam-sunnah-dan-
contohnya-penting-dalam-hukum-islam

Anda mungkin juga menyukai