Disusun Oleh:
Kelompok 5
Bimo Passopati (0234000005)
Jumali Toad (0233000001)
Rifky Alvis Alamsyah (0232000017)
2
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu wa Ta'ala yang
telah memberikan karunia-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyusun makalah
ini. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita, Nabi
Muhammad SAW, sebagai utusan Allah yang membawa cahaya petunjuk bagi seluruh
umat manusia. Keberadaan Sunnah dalam agama Islam menjadi suatu keniscayaan yang
tak terhingga nilai kebermaknaannya. Dalam makalah ini, kami akan berusaha
menggambarkan pentingnya As-Sunnah sebagai sumber ajaran kedua setelah Al-Qur'an,
sekaligus menyajikan pemahaman yang lebih mendalam tentang peranannya dalam
membentuk kehidupan umat Muslim.
Sebagai manusia yang hidup dalam kompleksitas zaman, tidak dapat disangkal
bahwa kita membutuhkan pedoman dan teladan yang kokoh dalam menjalani kehidupan.
Al-Qur'an sebagai kitab suci Allah SWT merupakan sumber utama ajaran Islam, namun
kehadiran As-Sunnah yang merupakan jejak perjalanan Nabi Muhammad SAW menjadi
pencerahan bagi umatnya dalam mengamalkan ajaran-Nya. Sunnah mencakup perilaku,
perkataan, dan tindakan Nabi, yang menjadi model sempurna bagi seluruh umat Islam
untuk diikuti dan dijadikan teladan dalam beribadah, berakhlaq, berinteraksi sosial, dan
dalam segala aspek kehidupan. Dalam makalah ini, kami akan menggali lebih dalam
mengenai kekayaan nilai-nilai As-Sunnah dan bagaimana nilai-nilai tersebut
mempengaruhi peradaban Islam serta bagaimana ia tetap relevan dan berdaya guna di era
kontemporer.
Dengan selesainya makalah ini, harapan penulis adalah semoga karya tulis ini
dapat memberikan manfaat dan pemahaman yang lebih luas kepada pembaca. Kami juga
berharap agar makalah ini dapat membangkitkan semangat untuk lebih mendalami ajaran
Islam dan mencari petunjuk dari sumber-sumber yang sahih. Akhir kata, penulis
mengucapkan terima kasih atas segala dukungan dan bantuan yang diberikan dalam
penulisan makalah ini. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan hidayah-Nya kepada
kita semua.
Kelompok 5
3
BAB I
PENDAHULUAN
I. LATAR BELAKANG
As-Sunnah atau hadits merupakan sumber ajaran Islam kedua yang penting
setelah Al-Qur'an. Sejak awal kemunculan Islam, Nabi Muhammad SAW menyampaikan
wahyu dari Allah SWT dalam bentuk Al-Qur'an, dan selain itu, beliau juga memberikan
contoh-contoh praktik langsung dalam kehidupan sehari-hari yang dikenal sebagai hadits.
Hadits-hadits ini mencakup perkataan, tindakan, dan persetujuan beliau terhadap suatu
peristiwa atau tindakan orang lain. Hadits-hadits tersebut menjadi sumber tambahan yang
sangat berharga dalam memahami dan mengaplikasikan ajaran agama Islam secara lebih
mendalam.
III. TUJUAN
a) Untuk menjelaskan pengertian As-Sunnah/hadits beserta macam-macamnya
b) Untuk mengetahui bagaimana hadits Nabi sampai kepada umat secara akurat
c) Untuk memahami perbedaan antara hadits yang dapat diterima dan harus
ditolak sebagai sumber ajaran Islam
d) Untuk menggambarkan posisi hadits sebagai rujukan dalam menetapkan
hukum Islam
e) Untuk mengidentifikasi jenis-jenis hadits dari segi kesahihan dan
periwayatannya
4
BAB II
ISI
Meskipun keduanya erat kaitannya, As-Sunnah dan hadits adalah dua konsep yang
berbeda dalam agama Islam. Secara garis besar dapat dijelaskan bahwa:
- As-Sunnah: istilah yang mencakup segala tindakan, perkataan, persetujuan, dan
sifat-sifat Nabi Muhammad SAW. As-Sunnah adalah contoh atau teladan yang
diikuti oleh umat Muslim dalam menjalankan kehidupan agama mereka. As-
Sunnah dapat mencakup segala aspek kehidupan, termasuk ibadah, etika,
perilaku, dan tata cara sosial. As-Sunnah tidak hanya melibatkan apa yang Nabi
5
Muhammad lakukan atau katakan, tetapi juga mencakup bagaimana beliau
menjalankan ibadah dan berinteraksi dengan sesama manusia.
6
B. Macam-macam As-Sunnah dan hadits
As-Sunnah memiliki beberapa macam berdasarkan cakupan dan sifatnya.
Berikut adalah beberapa macam As-Sunnah:
1. Sunnah Qawliyah (Sunnah Lisan) adalah bagian dari As-Sunnah yang mencakup
perkataan Nabi Muhammad SAW. Ini mencakup semua ucapan beliau, seperti
nasihat, petunjuk, dan hikmah yang diucapkan dalam berbagai situasi kehidupan
sehari-hari. Contoh Sunnah Qawliyah adalah hadits-hadits yang berisi ucapan
langsung dari Nabi Muhammad SAW, seperti: Dari Abu Hurairah, Nabi
Muhammad SAW bersabda: "Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan Hari
Akhir, hendaklah ia berkata yang baik atau diam." (HR. Bukhari)
2. Sunnah Fi'liyah (Sunnah Perbuatan) adalah bagian dari As-Sunnah yang
mencakup tindakan atau perbuatan Nabi Muhammad SAW. Ini melibatkan
segala tindakan beliau yang dijadikan contoh bagi umat Muslim. Contoh Sunnah
Fi'liyah adalah hadits-hadits yang berisi tentang tindakan Nabi Muhammad
SAW dalam ibadah dan aktivitas lainnya, seperti: “Jika Nabi Muhammad SAW
shalat fardhu, beliau selalu membaca Surat Al-Fatihah dan sebuah surat di
belakangnya." (HR. Bukhari)
3. Sunnah Taqririyah (Sunnah Persetujuan) adalah bagian dari As-Sunnah yang
mencakup persetujuan atau diamnya Nabi Muhammad SAW terhadap tindakan
orang lain atau kejadian tertentu. Persetujuan beliau terhadap suatu perbuatan
juga dapat dijadikan teladan bagi umat Muslim. Contoh Sunnah Taqririyah
adalah hadits-hadits yang berisi tentang Nabi Muhammad SAW diam atau
memberikan isyarat setuju atas suatu perbuatan atau ucapan sahabat beliau,
seperti: Dari Abdullah bin Umar, Nabi Muhammad SAW berbicara tentang
keutamaan shalat malam, lalu beliau berkata: "Dan aku (Nabi) melakukan shalat
malam." (HR. Muslim)
7
antara kamu sehingga ia mencintai saudaranya sebagaimana mencintai dirinya
sendiri." (HR. Bukhari dan Muslim)
2. Hadits Hasan (Hasan): Hadits yang memiliki sanad yang baik dan
periwayatannya juga dapat dipercaya, meskipun tidak sekuat hadits shahih.
Contoh: "Bantulah (orang yang lemah dan teraniaya) baik dalam berbuat
keadilan atau pun tidak." (HR. Bukhari)
3. Hadits Mutawatir (Mutawatir): Hadits yang diriwayatkan oleh sejumlah besar
rawi (periwayat) pada setiap tingkat sanad, sehingga keyakinan atas kesahihan
hadits ini sangat kuat. Contoh: "Haram darah seorang Muslim kecuali atas tiga
perkara: pembunuh yang membunuh orang lain dengan sengaja, orang yang
berzina, dan orang murtad meninggalkan agama keluar dari komunitas Muslim."
(HR. Bukhari dan Muslim)
4. Hadits Dhaif (Dhaif): Hadits yang memiliki sanad yang lemah atau ada
kelemahan dalam periwayatannya. Hadits dhaif dapat digunakan untuk
keperluan fadhail (keutamaan) tetapi tidak untuk hukum-hukum syariat yang
penting. Contoh: "Jika seseorang melakukan shalat tarawih di bulan Ramadan,
maka dosa-dosanya yang telah lampau akan diampuni."
5. Hadits Mawdu' (Mawdu'): Hadits palsu atau hadits yang dibuat-buat dan tidak
memiliki dasar dari Nabi Muhammad SAW. Contoh: "Allah menciptakan Adam
dengan tangan kanan-Nya, kemudian menulis di dahinya: 'Ini adalah seorang
yang selamat dari neraka'."
8
II. BAGAIMANA HADITS NABI ITU SAMPAI KEPADA UMAT SECARA
AKURAT
Proses penyaluran hadits dari Nabi Muhammad SAW kepada umat Muslim
secara akurat melibatkan berbagai tahapan yang ketat dan cermat untuk memastikan
keandalan dan kesahihan hadits tersebut. Proses ini dapat dijelaskan dalam beberapa
tahapan berikut:
1. Periwayatan Lisan (As-Samā'): Nabi Muhammad SAW menyampaikan hadits
secara lisan kepada para sahabatnya yang hadir di sekitarnya. Para sahabat yang
mendengar langsung dari Nabi disebut sebagai "sahabat mutaba'at" (sahabat
yang mendengarkan langsung) dan menjadi sumber utama hadits.
2. Periwayatan Lisan antar-Sahabat: Para sahabat yang mendengar langsung hadits
dari Nabi Muhammad SAW kemudian menyampaikannya kepada sahabat-
sahabat lainnya dalam bentuk lisan. Proses ini mencakup sejumlah sahabat yang
berbeda, dan setiap sahabat yang menyampaikan hadits disebut sebagai rawi
(periwayat).
3. Periwayatan Tulisan: Beberapa sahabat juga mencatat hadits dalam bentuk
tulisan pribadi mereka. Namun, catatan tulisan ini masih jarang digunakan
karena mayoritas hadits disampaikan secara lisan dalam beberapa dekade setelah
wafatnya Nabi Muhammad SAW.
4. Masa Penghafalan (Hifz): Selain mencatat tulisan, banyak sahabat dan generasi
berikutnya menghafal hadits secara lisan. Penghafalan ini menjadi salah satu
cara utama dalam melestarikan hadits dari generasi ke generasi.
5. Penulisan Hadits oleh Para Imam Hadits: Beberapa tahun setelah wafatnya Nabi
Muhammad SAW, ulama Islam mulai mengumpulkan dan meneliti hadits. Para
imam hadits yang terkenal, seperti Imam Bukhari, Imam Muslim, Imam Abu
Dawud, Imam at-Tirmidzi, Imam an-Nasa'i, dan Imam Ibnu Majah, melakukan
perjalanan untuk menemui dan mengumpulkan hadits dari berbagai daerah.
Mereka juga menetapkan kriteria ketat untuk memilih hadits yang akan
dimasukkan dalam koleksi mereka.
6. Penapisan Kualitas (Ilmu Rijal dan Ilmu Jarh wa Ta'dil): Para imam hadits
melakukan penapisan kualitas terhadap rawi (periwayat) hadits untuk
menentukan kepercayaan dan integritas mereka. Proses ini disebut ilmu rijal dan
9
ilmu jarh wa ta'dil. Rawi yang tidak memiliki kualifikasi yang memadai atau
diragukan integritasnya ditolak, sehingga hanya hadits yang memiliki sanad
yang kuat yang diterima.
7. Kesimpulan dan Pengumpulan Hadits dalam Koleksi: Setelah melalui proses
evaluasi dan seleksi yang ketat, para imam hadits menyusun koleksi hadits
dengan tingkat kesahihan tertentu. Hadits yang diterima dalam koleksi ini
memiliki sanad yang kuat dan merupakan bukti yang dapat diandalkan tentang
perkataan dan tindakan Nabi Muhammad SAW.
Dengan cara-cara di atas, hadits Nabi Muhammad SAW berhasil dipelihara dan
disampaikan dengan akurat dari generasi ke generasi. Proses ini memastikan bahwa umat
Muslim dapat mengambil hukum, pedoman, dan inspirasi dari sumber yang sahih dan
dapat dipercaya dalam menjalankan ajaran agama Islam.
10
- Contoh Hadits Sahih: "Tidak beriman seseorang di antara kamu sehingga ia
mencintai saudaranya sebagaimana mencintai dirinya sendiri." (HR. Bukhari
dan Muslim)
Hadits Dhaif (Dhaif):
- Hadits dhaif adalah hadits yang memiliki sanad yang lemah atau diragukan
keandalannya. Rantai periwayatan hadits ini bisa memiliki perawi yang
diragukan integritasnya, atau terdapat kesalahan dalam catatan perawi, atau ada
cacat lain dalam jalur transmisi.
- Hadits dhaif tidak dapat dijadikan dasar dalam menetapkan hukum syariat atau
pedoman agama karena ketidakpastian atas kebenarannya.
- Contoh Hadits Dhaif: "Siapa pun yang membaca surat Al-Waqi'ah setiap malam,
dia tidak akan pernah menjadi miskin." (Hadits Dhaif)
11
petunjuk lebih mendalam tentang bagaimana ajaran-ajaran tersebut
diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
2. Penjelasan dan Tafsir Al-Qur'an: Hadits membantu dalam menafsirkan Al-
Qur'an dengan memberikan contoh-contoh nyata tentang bagaimana Nabi
Muhammad SAW memahami dan mengamalkan ajaran Al-Qur'an. Hadits juga
berfungsi untuk menjelaskan ayat-ayat Al-Qur'an yang memerlukan penafsiran
lebih lanjut agar umat Muslim dapat memahami makna dan implikasi
hukumnya.
3. Menetapkan Sunnah dan Praktik Nabi: Nabi Muhammad SAW merupakan
contoh sempurna bagi umat Muslim dalam beribadah, berakhlaq, berinteraksi
sosial, dan dalam segala aspek kehidupan. Hadits mendokumentasikan Sunnah
Nabi, yaitu praktek-praktek beliau, sehingga menjadi panduan bagi umat
Muslim dalam mengikuti dan mengimplementasikan teladan Nabi dalam
kehidupan sehari-hari.
4. Menjelaskan dan Memperkuat Kaidah-Kaidah Syariat: Hadits juga berfungsi
untuk menguatkan dan menjelaskan kaidah-kaidah syariat (hukum Islam) yang
diatur dalam Al-Qur'an. Hadits memberikan contoh-contoh konkret dan kasus-
kasus khusus yang dihadapi Nabi Muhammad SAW dan bagaimana beliau
menetapkan hukum dalam situasi tersebut.
5. Mengatasi Ketidakjelasan dan Konflik: Dalam beberapa kasus, Al-Qur'an dapat
memberikan beberapa ayat yang tampak bertentangan satu sama lain atau
memberikan petunjuk yang tidak cukup jelas. Hadits membantu untuk mengatasi
ketidakjelasan dan konflik dengan memberikan penjelasan lebih lanjut atau
contoh konkret tentang bagaimana hukum harus diterapkan dalam situasi yang
spesifik.
12
1. Hadits Shahih (Sahih):
• Hadits shahih adalah hadits yang memiliki sanad yang kuat dan periwayatannya
terpercaya, serta sesuai dengan kriteria ilmiah yang ditetapkan oleh para ahli
hadits.
• Para rawi (periwayat) dalam sanad hadits shahih adalah orang-orang yang adil,
memiliki integritas yang baik, dan dapat dipercaya.
Contoh: "Dari Abu Hurairah ra., Rasulullah SAW bersabda, 'Tidak masuk surga
seseorang yang tidak berbuat baik kepada tetangganya.” (HR Bukhari)
13
4. Hadits Dhaif (Dhaif):
• Hadits dhaif adalah hadits yang memiliki sanad yang lemah atau diragukan
keandalannya.
• Para rawi dalam sanad hadits dhaif bisa memiliki cacat dalam integritasnya atau
terdapat kesalahan dalam catatan periwayatan.
• Hadits dhaif tidak dapat dijadikan dasar dalam menetapkan hukum syariat atau
panduan agama karena ketidakpastian atas kebenarannya.
Contoh: "Malam Jumat adalah malam di mana setiap doa pasti dikabulkan oleh
Allah."
14
BAB III
PENUTUP
I. KESIMPULAN
As-Sunnah adalah panduan dan contoh yang diambil dari tindakan, perkataan,
dan persetujuan Nabi Muhammad SAW yang menjadi teladan bagi umat Muslim dalam
menjalankan ajaran agama Islam. As-Sunnah bersama-sama dengan Al-Qur'an menjadi
sumber hukum dan pedoman dalam kehidupan umat Muslim.
Dalam memahami As-Sunnah, hadits memegang peran sentral sebagai
laporan mengenai tindakan, perkataan, dan persetujuan Nabi Muhammad SAW. Hadits
diklasifikasikan berdasarkan tingkat keabsahannya, seperti hadits sahih, hadits hasan,
hadits dhaif, dan hadits mawdu'. Hadits sahih dan hasan dianggap sebagai sumber ajaran
Islam yang valid dan dapat dijadikan acuan dalam menetapkan hukum dan pedoman
agama.
Hadits juga berfungsi untuk menjelaskan, mengisi rincian, dan menafsirkan
Al-Qur'an. Selain itu, hadits memberikan contoh konkret tentang bagaimana ajaran
Islam harus diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, kritik
ilmiah dan penelitian hadits oleh para ulama hadits sangat penting untuk memastikan
bahwa hadits yang digunakan sebagai rujukan adalah hadits yang sahih dan dapat
dipercaya.
Dalam menjalankan ajaran Islam, penting bagi umat Muslim untuk
memahami perbedaan antara hadits sahih dan hadits dhaif, serta mawdu', agar tidak
terjebak dalam pemahaman yang salah. Kesadaran atas pentingnya kedudukan hadits
sebagai sumber ajaran Islam dan upaya dalam memahami dan memilih hadits yang
sahih akan membantu umat Muslim dalam mengambil keputusan yang benar dalam
menjalankan agama Islam.
Dengan menghargai dan mengikuti As-Sunnah serta hadits yang sahih, umat
Muslim dapat mengambil manfaat dan pedoman dalam mencapai keberkahan, keadilan,
dan kedamaian dalam kehidupan pribadi dan masyarakat. Semoga kesadaran ini menjadi
landasan bagi umat Muslim dalam berpegang teguh pada ajaran agama Islam dan
mengaplikasikannya dalam berbagai aspek kehidupan.
15
DAFTAR PUSTAKA
Buku Referensi:
• Brown, Jonathan A.C. (2009). Hadith: Muhammad's Legacy in the Medieval and
Modern World.
• Siddiqi, M. Z. (2012). Hadith Literature: Its Origin, Development, Special Features
and Criticism.
• Azami, M. M. (2006). Studies in Early Hadith Literature.
• Rahman, Fazlur (2009). Islam.
16