Anda di halaman 1dari 5

Nyquist

Dalam dunia Pemrosesan Sinyal Digital, ada suatu proses untuk mendapatkan data digital
melalui proses pencuplikan, artinya sinyal analog dicuplik (diambil) secara diskrit dengan
periode Ts atau frekuensi cuplik Fs. Nah agar tidak terjadi kesalahan (yang kemudian diberi
nama aliasing), pak Nyquist memberikan aturan bahwa frekuensi cuplik minimal harus 2
(dua) kali lipat frekuensi maksimum yang dikandung sinyal yang bersangkutan.

Untuk memahami hal tersebut, mari kita persiapkan dulu sinyal sinusoidal dengan frekuensi 2
Hz. Kita gunakan frekuensi cuplik 1000 Hz atau periode 0.001 detik (supaya gambarnya jauh
lebih mulus dibandingkan dengan eksperimen-eksperimen yang akan kita lakukan)

>>t=0:0.001:1;
>>f=2;
>>y=sin(2*pi*f*t);

Okey, Anda siap? Konsenterasi kita awali dengan menyiapkan gambar (perintah figure),
kemudian diteruskan dengan menyiapkan variabel waktu t1 dengan frekuensi sampling =
frekuensi sinyal (atau periodenya 1/f detik), kita hitung y1-nya kemudian kita gambarkan
sinyal asli y dan sinyal hasil pencuplikan y1, menggunakan perintah-perintah berikut

>>figure;
>>t1=0:1/f:1;
>>y1=sin(2*pi*f*t1);
>>plot(t,y,t1,y1,-o);
>>title(sprintf(frekuensi sampling = frekuensi sinyal, jumlah data %d,length(y1)));

Hasilnya (yang asli warna biru, yang cuplikan warna hijau)

Hmmm apaan tuch (perhatikan garis hijau), kok cuman garis lurus, berarti salah nich Ya
jelas lha wong frekuensi pencuplikan = frekuensi sinyal, harusnya khan 2 kali lipat, coba kita
ubah lagi (gunakan 1/(2*f))

>>figure;
>>t1=0:1/(2*f):1;
>>y1=sin(2*pi*f*t2);
>>plot(t,y,t1,y1,-o);
>>title(sprintf(frekuensi sampling = 2 x frekuensi sinyal, jumlah data %d,length(y1)));

Hasilnya

Oalah. sami mawon, podho wae, sama saja ya garis lurus lagi (walaupn jumlah datanya
bertambah, perhatikan lingkaran-lingkaran hijau, bandingkan dengan gambar sebelumnya)!
Loch khan pak Nyquist sudah bilang kalo itu 2 kali lipat adalah minimal, ya mestinya pake
yang lebih tinggi lagi, coba sekarang pake 2,5 kali lipat

>>figure;
>>t1=0:1/(2.5*f):1;
>>y1=sin(2*pi*f*t1);
>>plot(t,y,t1,y1,-o);
>>title(sprintf(frekuensi sampling = 2,5 x frekuensi sinyal, jumlah data
%d,length(y1)));

Hasilnya

Wah ini agak lumayan (maksudnya dibandingkan hasil-hasil sebelumnya), bukan garis lurus,
tapi belum berbentuk sinusoidal ya?? Okey kita coba jadi 3 kali lipat
>>figure;
>>t1=0:1/(3*f):1;
>>y1=sin(2*pi*f*t1);
>>plot(t,y,t1,y1,-o);
>>title(sprintf(frekuensi sampling = 3 x frekuensi sinyal, jumlah data %d,length(y1)));

Hasilnya

Kemudian 4 kali lipat

>>figure;
>>t1=0:1/(4*f):1;
>>y1=sin(2*pi*f*t1);
>>plot(t,y,t1,y1,-o);
>>title(sprintf(frekuensi sampling = 4 x frekuensi sinyal, jumlah data %d,length(y1)));

Hasilnya

Kemudian 10 kali lipat

>>figure;
>>t1=0:1/(10*f):1;
>>y1=sin(2*pi*f*t1);
>>plot(t,y,t1,y1,-o);
>>title(sprintf(frekuensi sampling = 10 x frekuensi sinyal, jumlah data
%d,length(y1)));

Hasilnya

Kemudian (terakhir, jangan kebanyaken) 20 kali lipat

>>figure;
>>t1=0:1/(20*f):1;
>>y1=sin(2*pi*f*t1);
>>plot(t,y,t1,y1,-o);
>>title(sprintf(frekuensi sampling = 20 x frekuensi sinyal, jumlah data
%d,length(y1)));

Hasilnya

Bagaimana? Semakin mendekati sinusoidal aslinya too?? Cuman jumlah data-nya juga
semakin banyak, iya khan? Terus silahkan disimpulkan sendiri, okey? Atau kalo masih
penasaran silahkan Anda coba 30, 40, 70 atau bahkan 100 kali lipat silahkan jika mau

Silahkan berikan komentar atau pertanyaan Anda


NB: Sinyal asli sebenarnya menggunakan frekuensi cuplik sebesar 500 kali dari frekuensi 2
Hz (=1000 Hz), jadi wajar saja jika gambarnya halus (banget).

Bode plot:

Anda mungkin juga menyukai