Di Susun Oleh :
M. Diaz Satria
Raisha Fatiha Rizka
Annisa Gika
Puji syukur senantiasa kita hadiahkan kepada kehadirat Allah SWT atas rahmat-Nya
sehingga kami mampu menyelesaikan makalah kami yang berjudul “Hadist sebagai sumber
ajaran Islam” sesuai dengan yang diharapkan.
Makalah ini jauh dari kata sempurna, begitupun kami. Oleh karenanya, segala kritik
dan saran yang membangun kami harapkan dan kami terima dengan senang hati sebagai
acuan kami bisa menjadi lebih baik lagi. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
bagi kita semua dan juga untuk perkembangan dunia pendidikan.
A. Latar Belakang
Hadist adalah sumber ajaran Islam dan pedoman kedua bagi kehidupan umat Muslim
setelah Al-Qur’an. Tanpa terkecuali, seluruh umat islam sepakat bahwasannya hadist adalah
salah satu sumber ajaran Islam dan menempati posisi yang sangat penting setelah Al-Qur’an.
Kita tidak dapat memahami Al-Qur’an tanpa menguasai hadist. Dengan demikian, hadist dan
Al-Qur’an sangat erat hubungannya sehingga tidak bisa dipisahkan satu sama lain.
Sebagaimana yang kita ketahui, Al-Qur’an merupakan sumber hukum terpenting dan
utama dalam Islam. Namun pada kenyataan nya, ada beberapa hal yang minim dibicarakan
didalam Al-Qur’an. Maka untuk memperjelas dan menguraikan universalitas Al-Qur’an, kita
membutuhkan sebuah hadist atau sunnah. Disinilah letak peran hadist sebagai perjelas dari
Al-Qur’an dan posisinya sebagai sumber hukum sekunder.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Pembahasan
BAB II
PEMBAHASAN
Islam menempatkan prioritas tinggi pada hadist. Salah satu sumber hukum kedua
setelah Alquran adalah hadist. Tanpa bantuan hadist, akan sulit untuk memahami Al-
Qur'an. Memanfaatkan Al-Qur'an tanpa Hadist tidak diterima sebagai sumber otoritas
atau jalan hidup. Mungkin karena tanpa menggunakan hadits, pemahaman Al-Qur'an
akan menjadi tantangan. Al-Qur'an merupakan sumber pertama dalam hal kedudukan
hadist dalam kaitannya dengan ajaran Islam, disusul oleh Al-Qur'an, dan hadits adalah
sumber kedua. Satu-satunya perbedaan antara keduanya adalah hadits merupakan wahyu
ghoiru matlu (wahyu yang tidak dibaca oleh Allah SWT) kepada Nabi Muhammad SAW
secara langsung sedangkan Alquran adalah wahyu matlu (wahyu yang dibacakan oleh
Allah SWT, baik redaktur maupun maknanya, kepada Nabi Muhammad SAW. Karena
Al-Qur'an memiliki kualitas qath'i (dalil yang hanya memiliki satu makna,mutlak dan
bersyarat) baik secara umum maupun secara khusus, maka otoritasnya dalam menetapkan
hukum satu derajat lebih kuat daripada Hadist. Tetapi di sisi lain. Nabi Muhammad
diperlakukan sebagai pribadi manusia yang harus mematuhi petunjuk dan aturan Al-
Qur'an. Nabi Muhammad tidak lebih dari seorang pengutus Al-Qur'an dari manusia ke
manusia.
Setiap tindakan dan ucapan Rasulullah SAW menjadi teladan bagi semua orang.
Akibatnya ia menerima petunjuk dari Allah SWT terus-menerus. Sunnah Rasul adalah
petunjuk dari Allah yang mengilhaminya, kemudian beliau menyampaikannya kepada
manusia dengan gayanya sendiri. Jika Al-Qur'an adalah petunjuk berupa kalimat-kalimat
yang sudah jadi, maka isi atau redaksinya langsung diturunkan oleh Allah.1
1
(Ali & H, 2019)
Dan inilah pembenaran status hadis sebagai sumber ajaran Islam:
1. Al- Qur’an
Kebutuhan untuk memelihara kepercayaan kepada Allah dan Rasul-Nya diuraikan dalam
banyak surat Al-Qur'an. Merupakan keharusan dan kebutuhan pribadi untuk beriman kepada
Rasul sebagai wakil Allah SWT. Allah akan memperkuat dan memperbaiki situasi mereka
dengan cara ini. Hal ini diperjelas dalam surat An Nisa 36 dan Ali Imron 17.
Selain mewajibkan umat Islam untuk mentaati semua hukum dan peraturan yang ada di
bawahnya, Allah juga memerintahkan mereka untuk beriman kepada Nabi Allah. Di Q.S. Ali
Imron[3]:32
Katakanlah: "Ta'atilah Allah dan Rasul-Nya; jika kamu berpaling, Maka sesungguhnya
Allah tidak menyukai orang-orang kafir”.
Selain itu, ada banyak ayat yang merujuk pada ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya
sebagai satu kesatuan. Misalnya, dalam Q.S. A- Nisa [4]: 80, dikatakan bahwa menaati Rasul
juga berarti menaati Allah sebagai Firman Allah.
Dalam firman-Nya Q.S. Al Hasyr [59]: 7“Apa yang diberikan Rasul, maka terimalah.
Dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah”
Artinya :
Pada kenyataannya, Allah menjelaskan dalam Al Qur'an bahwa salah satu ajaran Islam adalah
mengikuti sunnah, yang menyatakan bahwa hadis adalah salah satunya.
Dalam salah satu pesan Rasulullah SAW tentang keharusan menjadikan hadis sebagai
pedoman hidup, disamping Alquran sebagai pedoman utamanya,
beliau bersabda:
“Aku tinggalkan dua pusaka untukmu sekalian, yang kalian tidak akan tersesat selagi kamu
berpegang teguh pada keduanya, yaitu kitab Allah dan SunnahRasul-Nya”. (HR.Malik).
Hadits-hadits yang diberikan di atas menunjukkan bahwa hadits berikut diperlukan, sama
seperti berpegang teguh pada Al-Qur'an. Hadis harus dijadikan pedoman dan pedoman
hidup.2
2
(Fisika et al., 1975)
B. Dalil – Dalil sebagai sumber ajaran islam
Hadits adalah sumber hukum Islam (pedoman hidup kaum Muslimin) yang kedua setelah Al-
Qur’an. Bagi mereka yang telah beriman terhadap Al-Qur’an sebagai sumber hukum islam,
maka secara otomatis harus percaya bahwa Hadits juga merupakan sumber hukum Islam.
Bagi mereka yang menolak kebenaran Hadits sebagai sumber hukum Islam, bukan saja
memperoleh dosa, tetapai juga murtad hukumnya.
Alasan lain mengapa umat islam berpegang pada hadits karena selain memang di perintahkan
oleh Al-Qur’an juga untuk memudahkan dalam menentukan (Menghukumi) suata perkara
yang tidak dibicarakan secara rinci atau sama sekali tidak dibicarakan di dalam Al-Qur’an
sebagai sumber hukum utama. Apabila hadist tidak berfungsi sebagai hukum, maka kaum
Muslimin mendapatkan kesulitan -kesulitan dalam berbagai hal, seperti tata cara shalat, kadar
dan ketentuan zakat, cara haji dan sebagainya. Sebab ayat-ayat Al-Qur’an dalam hal ini
tersebut hanya berbicara secara global dan umum. Dan yang menjelaskan secara terperinci
justru sunnah rasulullah. Selain itu juga akan mendapatkan kesukaran – kesukaran dalam hal
menafsirkan ayat ayat musytarak (multi makna) , muhtamal (mengandung makna alternatif)
dan sebagainya yang mau tidak mau memerlukan sunnah untuk menjelaskannya. Dan apabila
penafsiran-penafsiran tersebut hanyaa berdasarkan tafsiran – tafsiran yang sangat subyektif
dan tidak dapat dipertanggungjawabkan.
Imam Imam Pembina mazhab semuanya mengharuskan kita umat Islam Kembali kepada
As-Sunnah dalam menghadapi permaslahannya. Asy-
Syafi’I berkata :
“Dari Abu Hurairah r.a., dari Nabi SAW, bahwa Rasulullah bersabda: "Telah Aku
tinggalkan pada diri kamu sekalian dua perkara sehingga kamu tidak akan sesat selama kamu
berpegang teguh kepadanya. Yaitu Kitab Allah dan Sunnah Rasul-Nya" (H.R. Malik).
“maka hendaklah kalian berpegang dengan sunnahku dan sunnah para khulafaur Rasyidin
yang mendapat petunjuk. Gigitlah sunnah itu dengan gigi geraham”. (HR. Ibnu Majah Nomor
42).
Fungsi al-Hadits terhadap alQur`an yang paling penting adalah sebagai bayân,
sebagaimana dikatakan dalam ayat:
Bait itu menunjukkan bahwa Rasulullah bertanggung jawab untuk memberikan penjelasan
terhadap al quran. Penjelasan Rasul itulah yang di golongkan kedalam al hadists. Umat
manusia tidak dapat mengerti al quran tanpa al hadist. Imam ahmad mengatakan bahwa
seseorang tidak dapat memahami al quran secara menyeluruh tanpa al hadist. Imam al syatibi
juga mengatakan manusia tidak akan bisa mengistinbath atau membuat kesimpulan dari al
quran tanpa al hadist. Dengan begitu kegunaan al hadist terhadap al quran sangat penting,
yaitu sebgai bayan atau penjelas.
a.) Al-Qur`ân telah menghalalkan makanan yang baik-baik (Qs.5:1), dan megharamkan
yang kotorkotor (Qs.7:156). Tetapi di antara keduanya ada beberapa hal yang tidak
jelas atau syuhbat (tidak nyata baaik dan tidak nyata buruk). Bentuk baik dan buruk
menurut pandangan setiap manusia pasti berbeda beda. Oleh karena itu, Rasulullah
SAW yang menetapkan apa yang baik dan apa yang salah, dengan sebutan halal dan
haram.
b.) Al Quran memperbolehkan segala minuman yan tidak memabukkan (alcohol), dan
mengharamkan segala minuman yang memabukkan. Diantara yang tidak
memabukkan. ada beberapa macam minuman yang sebenarnya tidak memabukkan
tetapi dikuatirkan kalau memabukkan.
Dalam hubungan dengan Al Quran hadis berfungsi sebagai penafsir, ketentuan dan
penjelas dari ayat ayat Al Quran. Apabila di simpulkan tentang fungsi hadis dalam hubungan
dengan Al Quran adalah sebagai berikut:
I. Bayan Taqrir
Bayan at taqrir atau sering juga di sebut bayan ta’kid (penegas hukum) dan bayan al-
itsbat adalah hadist yang berfungsi untuk menentukan, memperjelas dan menguatkan
Apa yang telah di tetapkan al Quran, maka dari itu artinya tidak perlu dipertanyakkan
lagi. Ayat yang di taqrir oleh hadist maknanya sudah jelas hanya memerlukan
penegasan agar kaum muslimin tidak salah menyimpulkan.
Contoh firman Allah SWT:
Shaumlah kalian karena melihat tanda awal bulan ramadlan dan berbukalah kalian
karena melihat tanda awal bulan syawal. ( Hr. Muslim.)
II. Bayan Tafsir
Bayân tafsir berarti menjelaskan yang maknanya samar, merinci ayat yang maknanya
global atau mengkhususkan ayat yang maknanya umum. Sunnah yang berfungsi
bayân tafsir tersebut terdiri dari (1) tafshîlal-mujmal, (2) tabyîn al-musytarak, (3)
takhshish al-’âm.
“Wanita yang dicerai hendaklah menunggu masa iddah selama tiga quru”.
(Qs.2:228)
Perkataan Quru adalah bentuk jama dari Qar’in. Dalam bahasa Arab antara
satu suku bangsa dengan yang lain ada perbedaan pengertian Qar’in. Ada yang
mengartikan suci ada pula yang mengarti-kan masa haid.
Mana yang paling tepat perlu ada penjelasan. Rasul SAW bersabda:
“Thalaq hamba sahaya ada dua dan iddahnya dua kali haidl” Hr. Abu dawud, al-
Turmudzi, dan alDaruquthni.
“Diharamkan atasmu bangkai, darah dan daging babi”. (Qs.5:3) Dalam ayat ini tidak
ada pengecualian, seluruh bangkai dan darah diharamkan untuk dimakan. Sunnah
Rasulullah SAW mengkhususkan darah dan bangkai tertentu. Sabda Rasululah saw:
“Telah dihalalkan kepada kita dua macam bangkai dan dua macam darah. Yang
dimaksud dua macam bangkai adalah bangkai ikan dan bangkai belalang, sedangkan yang
dimaksud dua macam darah adalah ati dan limpa”. (Hadits Hamdani Riwayat Ahmad,
Ibnu Majah dan al-Bayhaqi.
“Tidak ada kewajiban zakat dari hasil pertanian yang kurang dari lima wasak”
(Hr. al-Bukhari dan Muslim.)
Imam malik berpendapat bahwa fungsi sunnah terhadap al Qran adalah sebagai
(1) bayân taqrir, (2) bayân tawdlîh, (3) bayân tafshîl, (4) bayân tabsîth, (5) bayân
tasyrî’.
Bayân taqrîr telah dijelaskan pada uraian di atas. Bayân taudlîh, bayân tafshîl telah
di bahas dalam bayan tafsîr.
Imam Syafi’i berpendapat bahwa fungsi as-Sunnah terhadap alQur`ân itu adalah
sebagai:
(5) bayân nasakh, yaitu mengganti hukum yang tidak berlaku lagi seperti
diuraikan pada bayân tabdil. Ibnul-Qayim berpendapat bahwa fungsi as-
Sunnah terhadap alQur`ân adalah sebagai
bayân ta’kid atau penguat seperti bayân taqrir yang telah dijelaskan di
atas
bayân tafsir
bayân tasyri’
bayân takhshish, dan
bayân taqyied, sesuatu yang dalam ayat bisa bermakna mutlak, seperti
panggilan untuk melaksanakan sholat secara mutlak berkalu kepada
siapapun.
Sedangkan sunnah mentaqyid wanita yang sedang haidl dari yang mutlak tersebut.
Wanita yang haidl tidak diwajibkan shalat dan tidak diwajibkan mengganti.
BAB III
KESIMPULAN
1. Hadis merupakan sumber hukum Islam kedua (aturan bagi kehidupan sehari-hari umat
Islam) setelah Al-Qur'an, yang berfungsi sebagai sumber utama. Hadis juga mencakup
prinsip-prinsip hukum dan ajaran yang ditemukan dalam Al-Qur'an. Mereka yang menerima
Al-Qur'an sebagai dasar hukum Islam juga harus menerima Hadis sebagai sumber hukum
Islam. Selain menjadi pendosa, individu yang mengabaikan hadis sebagai sumber hukum
Islam yang dapat dipercaya adalah murtad.
2. Alasan-alasan Al-Qur'an, dalil-dalil Hadis, dalil-dalil Ijma' dan Ijtihad, serta dalil-dalil
naqli dan aqli lainnya, semuanya mendukung anggapan bahwa hadis adalah sumber hukum
Islam. Sedangkan Al-Qur'an, Al-Sunnah, keharusan Al-Qur'an terhadap sunnah, realitas
sunnah sebagai ijab dan wahyu, Ishmah, sikap para sahabat terhadap sunnah, dan ketujuh
faktor tersebut semuanya dapat digunakan untuk menentukan otentisitas sebuah hadits.
3. Bayan tafsir, Bayan taqrir, Bayan tasyri', dan Bayan an-nasakh adalah peran hadis dalam
Al-Qur'an.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, M., & H, D. (2019). Peran Hadits Sebagai Sumber Ajaran Agama, Dalil-Dalil
Kehujjahan Hadits Dan Fungsi Hadits Terhadap Alquran the Role of Hadis As Religion
Doctrine Resource,Evidence Proof of Hadis and Hadis Function To Alquran. Jurnal
Pendidikan Dan Studi Islam, 5(1), 125–132. https://doi.org/10.5281/zenodo.3551298
Fisika, J., Sains, F., Teknologi, D. A. N., Sunan, U. I. N., & Djati, G. (1975). Hadits sebagai
Sumber Ajaran Islam. 1210703032, 125–158.
Hasbi Ash-Shiddiqy, Sejarah dan pengatar Ilmu Hadis (Jakarta: Bulan Bintang, 1980),
hal.179
(Agama et al., 2015)Agama, I., Negeri, I., & Mataram, I. (2015). Fungsi Hadist terhadap Al-
Qur’an. 12(2), 178–188.