Penyusun :
Muhammad Dzikril Alnawa
Ali Muzaki
Muhammad Rahmatullah
Bagas Saputra
Ustadzah halimatussadiyah
Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan makalah tentang
“Hadits Sumber Ajaran Islam”
Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah turut memberikan kontribusi dalam penyusunan makalah ini. Tentunya, tidak
akan bisa maksimal jika tidak mendapat dukungan dari berbagai pihak.
Penulis, Umar 2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Sumber ajaran Islam yang pokok adalah al-Qur’an dan hadis. Keduanya
memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan umat Islam. Walaupun
terdapat perbedaan dari segi penafsiran dan aplikasi, namun setidaknya ulama
sepakat bahwa keduanya harus dijadikan rujukan. Dari keduanya ajaran Islam
diambil dan dijadikan pedoman utama. Oleh karena itu, kajiankajian terhadapnya
tidak pernah keruh bahkan terus berjalan dan berkembang seiring dengan
kebutuhan umat Islam.
Akan tetapi terdapat perbedaan yang mendasar antara alQur’an dan Hadis.
Untuk al-Qur’an, semua periwayatan ayatayatnya berlangsung secara mutawatir,
sedangkan untuk Hadis sebagian periwayatannya berlangsung secara mutawatir
dan sebagian berlangsung secara ahad.
Selain itu al-Qur’an sudah ditulis sejak zaman Rasulullah saw dan
dilakukan oleh sekretaris resmi yang di tugaskan langsung oleh Rasulullah.
Sedangkan, secara keseluruhan hadis belum ditulis di zaman Nabi Muhammad
saw, bahkan beliau dalam suatu kesempatan melarang sahabat yang menulis hadis.
Namun, upaya sahabat dalam menulis hadis sudah ada sejak masa Rasulullah saw.
Hadis, yaitu ucapan-ucapan dan tindakan-tindakan nabi. Tidak diragukan lagi
bahwa nabi adalah manusia yang paling baik dalam memahami maksud-maksud
Kitab suci. Dia dapat secara tepat menafsirkan ayat-ayat tersebut dan bertindak
sesuai dengan apa yang diperintahkannya. Dia juga seorang petunjuk par
excellence bagi umat Islam. Umat Islam akan datang kepada nabi dan bertanya
tentang perbagai persoalan dan mencari petunjuk di hampir semua masalah. Nabi
memberikan petunjuk langsung kepada mereka, atau menunggu wahyu dari Allah.
Ketika dia berkata atau bertindak sesuatu, hal itu secara hati-hati dicatat dan kata-
katanya dihafal untuk disampaikan kepada orang lain.
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka masalah pokok
penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
C. Tujuan
PEMBAHASAN
A. Kedudukan Hadits
Dalam menyikapi
masalah kedudukan
hadits, Yusuf
Qardhawi
mengungkapkan bahwa
Rasulullah adalah
merupakan sumber
hukum kedua bagi
islam setelah al-Qur’an.
Al-Qur’an merupakan
undang-undang yang
membuat pokok-
pokok dan kaidah-
kaidah mendasar bagi
Islam, yang mencakup
bidang akidah,
akhlak, muamalah, dan
adab sopan santun.
Selanjutnya, Yusuf
Qardhawi
mengemukakan bahwa
sunah (hadits)
merupakan penjelasan
teoritis dan praktis bagi
al-Qur’an. Oleh sebab
itu, kita harus
mengikuti dan
mengamalkan hukum-
hukum dan
pengarahan yang
diberikan oleh
sunah Rasulullah saw.,
menaati perintah
Rasulullah adalah wajib,
sebagaimana kita
mentaati apa yang
disampaikan al-Qur’an.
Hadits merupakan
mubayyin (pelengkap)
bagi al-Qur’an yaang
karenany,
siapapun tidak akan
bisa memahami al-
Qur’antanpa dengan
memahami dan
menguasai hadits.
Begitu pula halnya
menggunakan hadits
tanpa al-Qur’an, akan
kehilanggan arah,
karena al-Qur’an
merupakan dasar
hukum pertama, yang
didalamnya berisi garis-
garis besar syariat Islam.
Dengan demikian, antara
al-Qur’an
dah hadits memiliki
hubungan timbal balik
yang tidak dapat
dipisahkan
A. Kedudukan Hadits
Dalam menyikapi
masalah kedudukan
hadits, Yusuf
Qardhawi
mengungkapkan bahwa
Rasulullah adalah
merupakan sumber
hukum kedua bagi
islam setelah al-Qur’an.
Al-Qur’an merupakan
undang-undang yang
membuat pokok-
pokok dan kaidah-
kaidah mendasar bagi
Islam, yang mencakup
bidang akidah,
akhlak, muamalah, dan
adab sopan santun.
Selanjutnya, Yusuf
Qardhawi
mengemukakan bahwa
sunah (hadits)
merupakan penjelasan
teoritis dan praktis bagi
al-Qur’an. Oleh sebab
itu, kita harus
mengikuti dan
mengamalkan hukum-
hukum dan
pengarahan yang
diberikan oleh
sunah Rasulullah saw.,
menaati perintah
Rasulullah adalah wajib,
sebagaimana kita
mentaati apa yang
disampaikan al-Qur’an.
Hadits merupakan
mubayyin (pelengkap)
bagi al-Qur’an yaang
karenany,
siapapun tidak akan
bisa memahami al-
Qur’antanpa dengan
memahami dan
menguasai hadits.
Begitu pula halnya
menggunakan hadits
tanpa al-Qur’an, akan
kehilanggan arah,
karena al-Qur’an
merupakan dasar
hukum pertama, yang
didalamnya berisi garis-
garis besar syariat Islam.
Dengan demikian, antara
al-Qur’an
dah hadits memiliki
hubungan timbal balik
yang tidak dapat
dipisahkan
A. Kedudukan Hadits
Dalam menyikapi
masalah kedudukan
hadits, Yusuf
Qardhawi
mengungkapkan bahwa
Rasulullah adalah
merupakan sumber
hukum kedua bagi
islam setelah al-Qur’an.
Al-Qur’an merupakan
undang-undang yang
membuat pokok-
pokok dan kaidah-
kaidah mendasar bagi
Islam, yang mencakup
bidang akidah,
akhlak, muamalah, dan
adab sopan santun.
Selanjutnya, Yusuf
Qardhawi
mengemukakan bahwa
sunah (hadits)
merupakan penjelasan
teoritis dan praktis bagi
al-Qur’an. Oleh sebab
itu, kita harus
mengikuti dan
mengamalkan hukum-
hukum dan
pengarahan yang
diberikan oleh
sunah Rasulullah saw.,
menaati perintah
Rasulullah adalah wajib,
sebagaimana kita
mentaati apa yang
disampaikan al-Qur’an.
Hadits merupakan
mubayyin (pelengkap)
bagi al-Qur’an yaang
karenany,
siapapun tidak akan
bisa memahami al-
Qur’antanpa dengan
memahami dan
menguasai hadits.
Begitu pula halnya
menggunakan hadits
tanpa al-Qur’an, akan
kehilanggan arah,
karena al-Qur’an
merupakan dasar
hukum pertama, yang
didalamnya berisi garis-
garis besar syariat Islam.
Dengan demikian, antara
al-Qur’an
dah hadits memiliki
hubungan timbal balik
yang tidak dapat
dipisahkan
A. Kedudukan Hadits
Berbeda dengan Alquran yang telah ditulis pada masa Nabi Muhammad
SAW, hadis lebih banyak dihafal daripada ditulis. Bahkan ada pendapat yang
menyatakan bahwa Nabi SAW sendiri pernah melarang para sahabat untuk
mencatat hadis-hadis, sebagaimana riwayat yang diterima dari Abu Sa’id al-
Khudri, Abu Hurairah, dan Zaid bin Tsabit yang tercantum dalam Taqyid al-Ilm,
karya Ibnu Abdul Barr.
Kendati pada masa awal Islam sudah ada catatan-catatan hadis yang ditulis
beberapa sahabat, penulisan hadis secara khusus baru dimulai pada awal abad ke-
2 H, saat Umar bin Abdul Aziz dari bani Umayyah menduduki jabatan khalifah
(717-720 M).
Sejak saat itu, perhatian para ulama hadis dalam pengumpulan, penulisan,
dan pembukuan hadis mulai berkembang, sehingga pada abad ke-2 H dikenal
beberapa orang penghimpun dan penulis hadis. Di antaranya Abdul Malik bin
Abdul Aziz bin Juraij di Makkah; Malik bin Anas atau Imam Malik dan
Muhammad bin Ishak di Madinah; ar-Rabi bin Sabih, Sa’id bin Urubah, dan
Hammad bin Salamah bin Dinar al-Basri di Basra; Sufyan as-Sauri di Kufah;
Ma’mar bin Rasyid di Yaman; Abdur Rahman bin Amr al-Auza’i di Syam
(Suriah); Abdullah bin al-Mubarak di Khurasan (Iran); Hasyim bin Basyir di
Wasit (Irak); Jarir bin Abdul Hamid di Rayy (Iran); dan Abdullah bin Wahhab di
Mesir.
Pengumpulan hadits
Periode Pertama
Periode Kedua
Periode ini dimulai sekitar pertengahan abad kedua Hijriah. Selama periode
ini, sejumlah besar tabi’in menghimpun karya mereka dalam bentuk buku.
Beberapa penghimpun hadis pada periode ini adalah Muhammad bin Syihab az-
Zuhri (ia dianggap sebagai ulama hadis terbesar di zamannya), Abdul Malik bin
Juraij, Mu’ammar bin Rasyid, Imam Sufyan ats-Tsauri, Imam Hammad bin
Salamah, Abdullah bin al- Mubarak, dan Malik bin Anas (w. 179 H). Di antara
karya tulis pada periode ini adalah Al- Muwaththa’ karya Imam Malik.
Periode Ketiga
Dimulai pada abad ke-2 H hingga akhir abad ke-4 H, ketika hadis-hadis
Nabi, atsar sahabat, dan aqwal (ucapan) tabi’in dikategorisasikan, dipisahkan, dan
dibedakan. Selain itu, riwayat-riwayat yang maqbulah (diterima) dihimpun secara
terpisah dan buku-buku dari periode kedua diperiksa kembali untuk
diautentifikasi.
Pada periode ini pula, hadis-hadis dipelihara dan dijaga. Hal itu diwujudkan
para ulama dengan memformulasikan ilmu-ilmu yang berkaitan dengan hadis
(lebih dari 100 ilmu) hingga menghasilkan ribuan buku mengenai hadis. Salah
satu penyusun hadis yang berasal dari periode ini adalah Imam Ahmad bin Hanbal
(164-241 H). Ia menyusun kitab Musnad Ahmad yang berisi 30 ribu hadis dalam
24 juz.
Periode Keempat
Periode ini dimulai pada abad kelima hingga hari ini. Karya-karya yang
dihasilkan dalam periode ini, antara lain penjelasan (syarh), catatan kaki
(hasyiah), dan penerjemahan buku-buku hadis ke dalam berbagai bahasa. Pada
periode ini pula, para ulama menyusun kitab hadis dengan mencuplik dari kitab-
kitab yang pernah ditulis dan disusun pada abad ketiga.
Ulama hadis selanjutnya lalu menyusun syarh atau penjelasan dari buku-
buku penjelasan hadis di atas. Misalnya, Muhammad Ismail ash- Shon’ani (wafat
1182 H) menulis kitab Subulus Salam Syarh Bulughul Maram yang berisi
penjelasan kitab karya Ibnu Hajar al-Asqolani itu, atau Nailul Awthar karya Qadhi
asy-Syaukani yang memuat penjelasan dari kitab Muntaqa al-Akhbar.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hadits dan al-quran sangat penting dan berperan aktif dalam sumber ajaran
islam di karenakan begitu banyak pembahasan mengenai apa yang harus di
lakukan oleh seorang muslim, dan proses pengumpulannya pun memiliki history
yang begitu Panjang yang mengakibatkan al-quran dan hadits begitu sangat
istimewa dikarenakan kehati-hatian dalam menuliskan dan mengumpulkannya
B. Saran
DAFTAR ISI
Kata pengantar i
Daftar isi ii
Bab I pendahuluan 1
A. Latar belakang 1
B. Rumusan masalah 2
C. Tujuan 2
Bab II pembahasan 3
A. Kedudukan hadits 3
B. Kedudukan Hadits Sebagai Sumber Ajaran Islam 4
C. Penulisan dan pengumpulan hadits 5
D. Periode perkembangan hadits 8
A. Kesimpulan 9
B. Saran 9
DAFTAR PUSTAKA
https://www.google.com/search?
q=kesimpulan+dari+hadits+sumber+ajaran+islam&oq=kesimpulan+dari+hadits+s
umber+ajaran+&gs_lcrp=EgZjaHJvbWUqBwgBECEYoAEyBggAEEUYOTIHC
AEQIRigATIHCAIQIRigATIHCAMQIRigATIHCAQQIRigATIHCAUQIRigATI
KCAYQIRgWGB0YHjIKCAcQIRgWGB0YHjIKCAgQIRgWGB0YHtIBCjE0N
zMyajFqMTWoAgCwAgA&sourceid=chrome&ie=UTF-8
https://www.academia.edu/23509106/
MAKALAH_Hadits_sebagai_Sumber_Ajaran_Islam
https://www.google.com/search?
q=pengumpulan+hadits&sca_esv=582892981&sxsrf=AM9HkKkRuXE1Za8NLM
LY_XXk6ob8cLgyHA
%3A1700113464885&ei=OKxVZcbTNd2UseMPhpSksAY&oq=pengumpulan+&
gs_lp=Egxnd3Mtd2l6LXNlcnAiDHBlbmd1bXB1bGFuICoCCAAyBxAjGIoFGC
cyCxAAGIAEGLEDGIMBMgUQABiABDIFEAAYgAQyBRAAGIAEMgUQA
BiABDIFEAAYgAQyBRAAGIAEMgUQABiABDIFEAAYgARIwDpQ3wRYsj
BwAngBkAEFmAGXAqAB4SKqAQcxOC4xNS40uAEByAEA-
AEBqAIUwgIKEAAYRxjWBBiwA8ICBhAAGBYYHsICBxAjGOoCGCfCAhY
QABgDGI8BGOUCGOoCGLQCGIwD2AEBwgIWEC4YAxiPARjlAhjqAhi0Ahi
MA9gBAcICBBAjGCfCAgwQIxiKBRgTGIAEGCfCAg4QABiKBRixAxiDARi
RAsICCBAAGIoFGJECwgIIEC4YgAQYsQPCAgsQABiKBRixAxiDAcICCBA
uGLEDGIAEwgILEC4YigUYsQMYgwHCAgUQLhiABMICCBAAGIAEGLED
wgIIEC4YywEYgATCAggQABjLARiABMICBBAAGAPiAwQYACBBiAYBkA
YGugYGCAEQARgL&sclient=gws-wiz-serp
https://iqra.republika.co.id/berita/p3039u313/4-periode-pengumpulan-hadis