DAN HADIST
Universitas Lampung
15 Februari 2023
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, atas segala berkat dan rahmat-Nya
sehingga kami berhasil menyelesaikan penulisan makalah ini dengan judul
"Konsep dan Urgensi Pancasila Sebagai Dasar Negara", guna memenuhi nilai
pada mata kuliah Pendidikan Pancasila.
Adapun maksud dan tujuan dari penulisan makalah ini adalah menganalisis
mengenai konsep dan urgensi pancasila sebagai dasar negara. Saya juga berharap
agar makalah ini dapat bermanfaat.
saya menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna, oleh karena itu, kami
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak.
Akhirnya saya berharap agar makalah ini dapat memberikan manfaat bagi saya
sendiri khususnya dan bagi semua pihak pada umumnya.
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................4
1.1 Latar Belakang.......................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................5
1.3 Tujuan Penulisan....................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................6
2.1
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................10
3
BAB I P
4
5
6
2.1 Pengertian Sunah dan Hadis
Secara bahasa, arti sunah adalah ‘jalan’, tabi’at dan peri kehidupan.. Sedangkan
sunah menurut istilah segala yang dinukilkan dari Nabi Muhammad Saw baik
berupa perkataan, perbuatan, maupun taqrir, pengajaran, sifat kelakuan,
perjalanan hidup, baik yang demikian itu sebelum Nabi Muhammad Saw
diangkat sebagai rasul maupun sesudahnya. Definisi tersebut mencakup beberapa
unsur pokok, yaitu:
Hal-hal yang termasuk dalam sunah tidak semua dapat dijadikan sumber
hukum. Yang dimaksud dalam pembahasan ini adalah sunah yang dijadikan dasar
pengambilan hukum. Oleh karena itu, dalam ushul lebih sering dipakai istilah
hadis dari pada sunah.
Secara bahasa arti hadis adalah berita atau sesuatu yang baru. Secara istilah
hadis adalah segala perkataan, perbuatan maupun taqrir yang dilakukan
Rasulullah Saw. Unsur-unsur hadis antara lain:
7
2.2 Macam-Macam Hadis
1) Hadis Qouliyah, yaitu perkataan Rasulullah Saw yang menjelaskan hukum-
hukum agama dan maksud isi al-Qur’an serta berisi peradaban, hikmah, ilmu
pengetahuan dan juga mengajurkan akhlak yang mulia.
Ciri-cirinya memakai kata
3) Hadis Taqririyah, yaitu berdiam dirinya Rasulullah Saw ketika melihat suatu
perbuatan dari para sahabat, baik perbuatan tersebut dikerjakan di hadapan
Rasulullah Saw atau tidak, akan tetapi berita mengenai perbuatan tersebut
sampai kepada Rasulullah Saw. Ciri-cirinya memakai kata
4) Hadis Hammiyah, yaitu sesuatu yang dikehendaki Rasulullah Saw akan tetapi
belum sempat terlaksana. Contohnya adalah puasa pada tanggal 9 muharram.
8
2.3 Jenis Hadis
Dalam pada itu ada pula jenis hadis yang dinamai Hadis Qudsi. Menurut para
ulama, Hadis Qudsi adalah sesuatu yang diberitakan Allah kepada Nabi
Muhammad dengan perantaraan Jibril, atau dengan jalan ilham atau mimpi, lalu
oleh Nabi disampaikan pula maksud dan tujuan beriyta di atas (kepada umatnya)
dengan lafadz dan ucapan (redalsi/bahasa) beliau sendiri. Jadi hadis Qudsi juga
seebenarnya firman Allah, hanya tidak dibukukan seperti Al-Qur’an.
Dengan demikian secara garis besar hadis dibagi dua jenis, yaitu:
1. Hadis Nabawi adalah hadis yang bersumberkan dari ucapan, perbuatan, dan
persetujuan Nabi. Isinya adalah penjelasan dan rincian ayat-ayat Al-Qur’an
mengenai segala aspek hukum
2. Hadis Qudsi adalah firman Allah yang tidak dicantumkan dalam Al-Qur’an
yang disampaikan melalui bahasa Nabi sendiri. Umumnya berisi masalah
kerohanian atau peribadatan saja.
9
2.4 Fungsi hadis terhadap al-qur’an
1) Sebagai bayan taqrir, yaitu menguatkan hukum yang sudah ditetapkan dalam
al-Qur’an sehingga satu hukum memiliki dua dalil, pertama nash al-Qur’an,
kedua nash hadis. Sebagai contoh larangan berdusta dalam penggalan Q.S. al-
Hajj/22:30
Artinya: “ Dari Abdurrahman bin Abi Bakrah dari bapaknya R.a. ia berkata
Nabi Saw bersabda: Perhatikanlah! (wahai para sahabat), maukah aku
tunjukkan kepada kalian dosa-dosa yang paling besar?, Beliau Saw.
mengatakannya tiga kali. Kemudian para sahabat mengatakan "tentu wahai
Rasulullah. Beliau Saw bersabda: "syirik kepada Allah, durhaka kepada kedua
orang tua, sebelumnya beliau bersandar lalu duduk dan bersabda:
"Perhatikanlah! Dan perkataan palsu (perkataan dusta)," Beliau selalu
mengulanginya sampai kami berkata: "seandainya beliau berhenti (HR.
Bukhari dan Muslim)
2) Sebagai bayan tafsir, yaitu memberikan rincian dan penjelasan terhadap ayat-
10
ayat al-Qur'an yang masih bersifat umum (global). Misalnya ayat al-Qur'an
yang memerintahkan salat, menunaikan haji atau membayar zakat, semuanya
masih bersifat umum. Untuk rinciannya dapat ditemukan dalam Hadis, seperti
berikut ini:
3) Sebagai bayan tasyri, yaitu menetapkan hukum yang tidak didapati dalam al-
Qur’an. Misalnya, diharamkan untuk menghimpun dalam pernikahan seorang
wanita dengan bibinya.
a. Menurut Az-Zumakhsyary
c. Menurut Al-Qasimy:
Hal ini paralel dengan ucapan Abu Huraira kepada kaum Anshar yang
menyatakan:
12
Hal ini paralel dengan riwayat dari Jabir bin Abdillah yang menyatakan:
(Riwayat Muslim).
c. Pada akhirnya, lafadz Hadits dipakai khusus untuk Hadits-hadits Rasul saw.
Menurut Dr. Subhi Shalih, bahwa nabi sendiri memberi nama terhadap
sabdanya dengan Hadits. Hal ini sesuai dengan riwayat dari Abu Hurairah
yang telah pernah bertanya kepada Rasulullah dengan katanya:
(Riwayat Bukhari)
13
(jalan yang ditempuh dalam menjalani kehidupan perorangan dan
masyarakat).
b. Pada akhir abad kedua Hijri dengan dipelopori oleh Imam Syafi'I maka
sunnah diartikan khusus untuk Sunnah Rasul.
c. Pada abad keempat Hijri, ahli Kalam mengartikan Sunnah untuk I'tiqat yang
didasarkan kepada keterangan Allah dan Rasulullah serta tidak kepada rasio
(akal) semata (seperti ahli filsafat).
2) Sunnah ialah: "Nama bagi sesuatu yang kita terima dengan jalan
14
2) Sunnah ialah: "Sesuatu tradisi yang sudah tetap dikerjakan oleh Nabi saw.,
1) Hadits ialah: "Segala yang diriwayatkan dari Nabi, yang hanya terbatas
berupa perkataan saja".
2) Sunnah ialah: "Suatu jalan yang dipraktekkan oleh Nabi secara terus-
menerus dan diikuti oleh para Sahabat beliau"
1) Istilah Hadits, bila tidak dikaitkan dengan lafadz lain berarti: Segala yang
diriwayat kan dari Nabi, baik perkataan, perbuatan, maupun pengakuannya".
2) Istilah Sunnah, bila tidak dikaitkan dengan lafadz lain berarti: Tradisi
(adat) yang berulangkali dilakukan masyarakat, baik dipandang ibadat
maupun tidak".
1. Rawi (Periwayatan)
15
a. Ibnu Umar ra. : sebagai Rawi pertama
Imam Bukhari di sini, selain disebut sebagai Rawi kelima atau terakhir, juga
disebut sebagai "Mukharrij", yakni orang yang telah menukil/mencatat Hadits
tersebut pada kitabnya yang bernama "Al-Jami'us Shahih". Dengan kata lain,
Imam Bukharilah sebagai pentakhrij dari Hadits tersebut
2. Sanad
3. Matan
Dari segi bahasa, matan berarti: punggung jalan (muka jalan); atau tanah
yang keras dan tinggi
Dari segi istilah, matan (matnul Hadits) berarti materi berita yang berupa
sabda, perbuatan atau taqrir Nabi saw. yang terletak setelah Sanad yang
terakhir.
17