Anda di halaman 1dari 17

SUMBER-SUMBER AJARAN ISLAM SUNAH

DAN HADIST

Disusun oleh kelompok 4:

Nama : Anita Pertiwi (2206061006)

Safira Hapsari (2206061017)

Mata Kuliah : Pendidikan Agama Islam

Jurusan Administrasi Perkantoran dan Sekretaris

Fakultas Ilmu Ssosial dan Ilmu Politik

Universitas Lampung

15 Februari 2023

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, atas segala berkat dan rahmat-Nya
sehingga kami berhasil menyelesaikan penulisan makalah ini dengan judul
"Konsep dan Urgensi Pancasila Sebagai Dasar Negara", guna memenuhi nilai
pada mata kuliah Pendidikan Pancasila.

Adapun maksud dan tujuan dari penulisan makalah ini adalah menganalisis
mengenai konsep dan urgensi pancasila sebagai dasar negara. Saya juga berharap
agar makalah ini dapat bermanfaat.

saya menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna, oleh karena itu, kami
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak.
Akhirnya saya berharap agar makalah ini dapat memberikan manfaat bagi saya
sendiri khususnya dan bagi semua pihak pada umumnya.

Bandar Lampung, 21 September 2022

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................4
1.1 Latar Belakang.......................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................5
1.3 Tujuan Penulisan....................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................6
2.1

BAB III PENUTUP...............................................................................................9


3.1 Kesimpulan....................................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................10

3
BAB I P

4
5
6
2.1 Pengertian Sunah dan Hadis

“Jika dalam kitabullah tidak ditemukan, saya akan menyelesaikan perkara


dengan sunnah”. Demikianlah jawaban Muaz bin Jabal ketika ditanya oleh
Rasulullah Saw. Pada waktu Muaz akan berangkat ke Yaman untuk berdakwah.
Artinya, sunah menduduki peringkat kedua setelah al-Qur’an sebagai sumber
hukum.

Secara bahasa, arti sunah adalah ‘jalan’, tabi’at dan peri kehidupan.. Sedangkan
sunah menurut istilah segala yang dinukilkan dari Nabi Muhammad Saw baik
berupa perkataan, perbuatan, maupun taqrir, pengajaran, sifat kelakuan,
perjalanan hidup, baik yang demikian itu sebelum Nabi Muhammad Saw
diangkat sebagai rasul maupun sesudahnya. Definisi tersebut mencakup beberapa
unsur pokok, yaitu:

1) Perkataan Rasulullah Saw

2) Perbuatan Rasulullah Saw

3) Taqrir Rasulullah Saw

4) Pengajaran Rasulullah Saw kepada para sahabat

5) Sifat-sifat Rasulullah Saw

6) Akhlak Rasulullah Saw

7) Perjalanan hidup Rasulullah Saw

Hal-hal yang termasuk dalam sunah tidak semua dapat dijadikan sumber
hukum. Yang dimaksud dalam pembahasan ini adalah sunah yang dijadikan dasar
pengambilan hukum. Oleh karena itu, dalam ushul lebih sering dipakai istilah
hadis dari pada sunah.

Secara bahasa arti hadis adalah berita atau sesuatu yang baru. Secara istilah
hadis adalah segala perkataan, perbuatan maupun taqrir yang dilakukan
Rasulullah Saw. Unsur-unsur hadis antara lain:

1) Sanad: Rangkaian rawi yang mengantarkan matan hingga Rasulullah Saw.

2) Matan: Isi hadis

3) Rawi: Seseorang yang meriwayatkan hadis

7
2.2 Macam-Macam Hadis
1) Hadis Qouliyah, yaitu perkataan Rasulullah Saw yang menjelaskan hukum-
hukum agama dan maksud isi al-Qur’an serta berisi peradaban, hikmah, ilmu
pengetahuan dan juga mengajurkan akhlak yang mulia.
Ciri-cirinya memakai kata

2) Hadis Fi’liyah, yaitu perbuatan Rasulullah Saw yang menjelaskan cara


melaksanakan ibadah, misalnya cara shalat, haji, berwudhu, dan sebagainya.
Ciri-ciri memakai kata

3) Hadis Taqririyah, yaitu berdiam dirinya Rasulullah Saw ketika melihat suatu
perbuatan dari para sahabat, baik perbuatan tersebut dikerjakan di hadapan
Rasulullah Saw atau tidak, akan tetapi berita mengenai perbuatan tersebut
sampai kepada Rasulullah Saw. Ciri-cirinya memakai kata

4) Hadis Hammiyah, yaitu sesuatu yang dikehendaki Rasulullah Saw akan tetapi
belum sempat terlaksana. Contohnya adalah puasa pada tanggal 9 muharram.

8
2.3 Jenis Hadis

Dalam pada itu ada pula jenis hadis yang dinamai Hadis Qudsi. Menurut para
ulama, Hadis Qudsi adalah sesuatu yang diberitakan Allah kepada Nabi
Muhammad dengan perantaraan Jibril, atau dengan jalan ilham atau mimpi, lalu
oleh Nabi disampaikan pula maksud dan tujuan beriyta di atas (kepada umatnya)
dengan lafadz dan ucapan (redalsi/bahasa) beliau sendiri. Jadi hadis Qudsi juga
seebenarnya firman Allah, hanya tidak dibukukan seperti Al-Qur’an.

Dengan demikian secara garis besar hadis dibagi dua jenis, yaitu:

1. Hadis Nabawi adalah hadis yang bersumberkan dari ucapan, perbuatan, dan
persetujuan Nabi. Isinya adalah penjelasan dan rincian ayat-ayat Al-Qur’an
mengenai segala aspek hukum

2. Hadis Qudsi adalah firman Allah yang tidak dicantumkan dalam Al-Qur’an
yang disampaikan melalui bahasa Nabi sendiri. Umumnya berisi masalah
kerohanian atau peribadatan saja.

9
2.4 Fungsi hadis terhadap al-qur’an

Dalam menetapkan hukum, antara al-Qur’an dan hadis saling


berhubungan.Al-Qur’an tanpa hadis hukumnya sulit untuk dilaksanakan karena
al-Qur’an berisi aturan yang sangat lengkap, tetapi bersifat global dan
membutuhkan penjelas, yaitu hadis. Sementara itu, hadis tanpa al-Qur’aan
merupakan sesuatu yang tidak mungkin karena adanya hadis setelah keberadaan
al-Qur’an. Oleh karena itu , fungsi hadis terhadap al-Qur’an adalah:

1) Sebagai bayan taqrir, yaitu menguatkan hukum yang sudah ditetapkan dalam
al-Qur’an sehingga satu hukum memiliki dua dalil, pertama nash al-Qur’an,
kedua nash hadis. Sebagai contoh larangan berdusta dalam penggalan Q.S. al-
Hajj/22:30

Artinya: “..... dan jauhilah perkataan dusta”.

Larangan tersebut diperkuat dengan hadis

Artinya: “ Dari Abdurrahman bin Abi Bakrah dari bapaknya R.a. ia berkata
Nabi Saw bersabda: Perhatikanlah! (wahai para sahabat), maukah aku
tunjukkan kepada kalian dosa-dosa yang paling besar?, Beliau Saw.
mengatakannya tiga kali. Kemudian para sahabat mengatakan "tentu wahai
Rasulullah. Beliau Saw bersabda: "syirik kepada Allah, durhaka kepada kedua
orang tua, sebelumnya beliau bersandar lalu duduk dan bersabda:
"Perhatikanlah! Dan perkataan palsu (perkataan dusta)," Beliau selalu
mengulanginya sampai kami berkata: "seandainya beliau berhenti (HR.
Bukhari dan Muslim)

2) Sebagai bayan tafsir, yaitu memberikan rincian dan penjelasan terhadap ayat-

10
ayat al-Qur'an yang masih bersifat umum (global). Misalnya ayat al-Qur'an
yang memerintahkan salat, menunaikan haji atau membayar zakat, semuanya
masih bersifat umum. Untuk rinciannya dapat ditemukan dalam Hadis, seperti
berikut ini:

Artinya: “ Telah menceritakan kepada kami Malik bin Al Huwairits berkata,


"Kami mendatangi Nabi Saw, beliau bersabda: shalatlah sebagaimana kalian
melihat aku shalat ”(HR. Bukhari)

3) Sebagai bayan tasyri, yaitu menetapkan hukum yang tidak didapati dalam al-
Qur’an. Misalnya, diharamkan untuk menghimpun dalam pernikahan seorang
wanita dengan bibinya.

Aartinya: “Dari Abu Hurairah r.a.bahwa Rasulullah Saw. bersabda:”Seorang


wanita tidak boleh dimadu dengan bibinya baik dari jalur ibu atau ayah.”
(H.R. Bukhari)

2.5 Sebab-sebab Hadits dinamai dengan Hadits

a. Menurut Az-Zumakhsyary

Karena pada saat kita meriwayatkan Hadits, kita menyatakan:

“dia menciritakan kepadaku, bahwa nabi bersabda . . . “


11
b. Menurut Al-Kirmany dan Ibnu Hajar Al-Asqalany

Karena ditinjau ddari segi “kebaruannya” dan pula sebagai perimbangan


terhadap Al-Qur’an yang bersifat qadim, azaly, Dr. Subhy Shalih mengatakan
bahwa para ulama, telah menghindarkan diri untuk menggunakan istilah
“Haditsullah” untuk Al-Qur’an.

c. Menurut Al-Qasimy:

1) Karena kalimat dalam Hadits itu tersusun dari huruf-huruf yang

datang beriringan. Tiap-tiap huruf terjadi sesudah terjadi yang


sebelumnya.

2) Karena dengan mendengar Hadits, akan menimbulkan dalam

hati berbagai-bagai ilmu dan pengertian.

2.6 Perkembangan Pengertian Istilah Hadits

a. Mula-mula istilah Hadits mengandung pengertian sebagai khabar dan kisah,


baik yang baru maupun yang lama.

Hal ini paralel dengan ucapan Abu Huraira kepada kaum Anshar yang
menyatakan:

"Apakah kamu ingin untuk saya khabarkan kepadamu tentang suatu

kisah dari kisah-kisah di Zaman Jahiliyah?"

b. Tahap berikutnya, pengertian Hadits dipakai sebagai khabar yang


berkembang dalam masyarakat agama Islam dalam arti umum. Yakni belum
dipisahkan antara khabar yang berupa wahyu Allah (AI-Qur'an) dan khabar
yang berupa Sabda Rasul

12
Hal ini paralel dengan riwayat dari Jabir bin Abdillah yang menyatakan:

"Bersabda Rasulullah saw.: Adapun setelah itu, maka sesungguhnya,


sebenar-benar Hadits (khabar) adalah Kitabullah dan seutama-utama

petunjuk adalah petunjuk Muhammad. . "

(Riwayat Muslim).

Ibnu Mas’ud meriwayatkan:

c. Pada akhirnya, lafadz Hadits dipakai khusus untuk Hadits-hadits Rasul saw.

Menurut Dr. Subhi Shalih, bahwa nabi sendiri memberi nama terhadap
sabdanya dengan Hadits. Hal ini sesuai dengan riwayat dari Abu Hurairah
yang telah pernah bertanya kepada Rasulullah dengan katanya:

“Siapakah orang yang paling berbahagia dengan syafaatmu di hari kiamat


kelak? Maka bersabdalah Rasul saw.: Aku telah menyangka ya Abu
Hurairah, bahwa tak ada seorang pun yang bertanya kepadaku tentang Hadits
ini yang lebih dahulu dari padamu, karena aku melihat bahwa engkau sangat
loba (sangat berminat) terhadap Hadits".

(Riwayat Bukhari)

2.7 Perkembangan Pengertian Istilah Sunnah

a. Mula-mula dalam masyarakat Arab dahulu, lafadz Sunnah mempunyai


pengertian:

13
(jalan yang ditempuh dalam menjalani kehidupan perorangan dan
masyarakat).

Pengertian ini berkembang pada permulaan abad Hijri dalam madrasah-


madrasah di Hijaz dan Irak.

b. Pada akhir abad kedua Hijri dengan dipelopori oleh Imam Syafi'I maka
sunnah diartikan khusus untuk Sunnah Rasul.

c. Pada abad keempat Hijri, ahli Kalam mengartikan Sunnah untuk I'tiqat yang
didasarkan kepada keterangan Allah dan Rasulullah serta tidak kepada rasio
(akal) semata (seperti ahli filsafat).

Maka orang yang if'tiqatnya hanya mendasarkan kepada' Al-Qur'an dan


keterangan Rasulullah saw. dinamai dengan "Ahlus Sunnah" (misalnya
golongan Asy'ariyah dan Maturidiyah).

2.8 Perbedaan Pengertian Istilah Hadits dengan Sunnah

a. Menurut Sulaiman An-Nadwi

1) Hadits ialah: "Segala peristiwa yang dinisbahkan kepada Nabi saw.,


walaupun hanya satu kali saja dikerjakan dan walaupun hanya diriwayatkan
oleh seorang perawi saja".

2) Sunnah ialah: "Nama bagi sesuatu yang kita terima dengan jalan

mutawatir dari Nabi saw. (Nabi melakukannya di hadapan para Sahabat,


kemudian para Sahabat juga melakukannya, kemudian para Tabi'in juga
melakukannya seperti yang dilaksanakan oleh para Sahabat tersebut, dan
seterusnya)".

b. Menurut Dr. Abdul Kadir Hasan

1) Hadits ialah: "Sesuatu yang diriwayatkan dari Nabi berupa:

(perkara ilmu pengetahuan teori). Jadi,


bersifat teoritis.

14
2) Sunnah ialah: "Sesuatu tradisi yang sudah tetap dikerjakan oleh Nabi saw.,

atau berupa (perkara yang bersifat amalan)".


Jadi bersifat praktis.

c. Menurut Al-Kamal Ibnu Humam u

1) Hadits ialah: "Segala yang diriwayatkan dari Nabi, yang hanya terbatas
berupa perkataan saja".

2) Sunnah ialah: "'Segala yang diriwayatkan dari Nabi, baik perbuatan


maupun perkataan".

d. Menurut Dr. Taufiq Sidqy

1) Hadits ialah: "Pembicaraan yang diriwayatkan oleh orang seorang, atau


dua orang, kemudian hanya mereka saja yang mengetahuinya (tidak menjadi
pegangan atau amalan umum)".

2) Sunnah ialah: "Suatu jalan yang dipraktekkan oleh Nabi secara terus-
menerus dan diikuti oleh para Sahabat beliau"

e. Menurut Ibnu Taimiyah

1) Istilah Hadits, bila tidak dikaitkan dengan lafadz lain berarti: Segala yang
diriwayat kan dari Nabi, baik perkataan, perbuatan, maupun pengakuannya".

2) Istilah Sunnah, bila tidak dikaitkan dengan lafadz lain berarti: Tradisi
(adat) yang berulangkali dilakukan masyarakat, baik dipandang ibadat
maupun tidak".

2.9 Unsur Unsur Yang Terkandung Dalam Hadits

1. Rawi (Periwayatan)

Yang dimaksud dengan Rawi ialah: "Orang yang menyampaikan atau


menuliskan dalam suatu kitab apa yang pernah didengar atau diterimanya dari
seseorang (gurunya).

Bentuk jamaknya: Ruwat, perbuatan menyampaikan Hadits tersebut


dinamakan me-rawi (riwayat) kan Hadits.

15
a. Ibnu Umar ra. : sebagai Rawi pertama

b. Ikrimah bin Khalid : sebagai Rawi kedua

c. Handhalah bin Abi Sufyan : sebagai Rawi keiga

d. Ubaidullah bin Musa : sebagai Rawi keempat

e. Imam Bukhari : sebagai Rawi kelima atau terakhir

Imam Bukhari di sini, selain disebut sebagai Rawi kelima atau terakhir, juga
disebut sebagai "Mukharrij", yakni orang yang telah menukil/mencatat Hadits
tersebut pada kitabnya yang bernama "Al-Jami'us Shahih". Dengan kata lain,
Imam Bukharilah sebagai pentakhrij dari Hadits tersebut

"Memindahkan Hadits dari seorang guru kepada orang lain, atau


mendewankan/membukanya ke dalam dewan Hadits" menurut Istilah Ahli
Hadits disebut: Riwayat.

Kata-kata riwayat, dari segi bahasa berarti "memindahkan dan menukil-

kan berita dari seseorang kepada orang lain'".

2. Sanad

Menurut bahasa, sanad berarti: Sandaran; yang dapat dipegangi atau


dipercayai; kaki bukit atau kaki gunung.

Menurut istilah, sanad Hadits berarti: Jalan yang menyampaikan kita


kepada matan Hadits.

Sanad disebut juga dengan: thariq atau wajh.

a. Ubaidullah bin Musa : Sanad pertama atau awal Sanad

b. Handhalah bin Abi Sufyan : Sanad kedua

c. Ikrimah bin Khalid : Sanad ketiga

d. Ibnu bin ra : Sanad keempat atau akhir Sanad

Dalam hubungannya dengan istilah Sanad ini, dikenal juga istilah-istilah:


16
Musnid, Musnad dan Isnad.

Yang dimaksud dengan "Musnid" ialah: Orang yang menerangkan Hadits


dengan menyebutkan sanadnya.

Yang dimaksud dengan "Musnad'" ialah: Hadits yang disebut dengan

diterangkan seluruh sanadnya yang sampai kepada Nabi saw.

Pengertian lain tentang Musnad" ialah: Kitab Hadits yang di dalamnya


dikoleksikan oleh penyusunnya, Hadits-Hadits yang diriwayatkan oleh
seorang Shahaby (umpama dari Abu Hurairah saja) dalam satu bab tertentu,
kemudian yang diriwayatkan oleh Shahaby yang lain dalam bab lainnya pula
secara khusus.

Adapun yang dimaksud dengan "Isnad" ialah: Menerangkan atau


menjelaskan sanadnya Hadits jalan datangnya Hadits). Atau jalan
menyandarkan Hadits.

3. Matan

Dari segi bahasa, matan berarti: punggung jalan (muka jalan); atau tanah
yang keras dan tinggi

Dari segi istilah, matan (matnul Hadits) berarti materi berita yang berupa
sabda, perbuatan atau taqrir Nabi saw. yang terletak setelah Sanad yang
terakhir.

Secara umum, matan dapat diartikan selain sesuatu pembicaraan yang

berasal/tentang Nabi, juga berasal/tentang Sahabat atau Tabi in.

17

Anda mungkin juga menyukai