DALAM ISLAM
Disusun Oleh :
Kelompok 1
Muhammad Alfian (19101020027)
Riva’I Hanim Rofi’I (19101020028)
Ramdhan Shabbah A. (19101020033)
Abdullah Majid (19101020034)
Safira Rohmatal Uula (19101020040)
2019
Kata Pengantar
Dengan menyebut nama Allah SWT. yang maha pengasih lagi maha
penyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami bisa
menyelesaikan makalah dengan judul ‘Kedudukan dan Fungsi Hadis dalam Islam’.
Makalah ini kami susun dengan pertolongan berbagai pihak sehingga bisa
memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima
kasih kepada semua pihak yang sudah berkontribusi didalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari itu semua, kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kata sempurna baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu, kami terbuka menerima masukan dan kritikan yang bersifat membangun dari
pembaca sehingga kami bisa melakukan perbaikan di kesempatan berikutnya.
Akhir kata kami meminta semoga makalah tentang ‘Kedudukan dan Fungsi
Hadis dalam Islam’ dapat bermanfaat dan menambah pengetahuan bagi pembaca.
Penyusun
2
BAB I : Pendahuluan
A . Latar Belakang
Islam, agama yang dibawa oleh Muhammad SAW ditandai dengan turunnya
al-Quran sebagai kitab petunjuk umat manusia. Al-Qur’an merupakan sumber hukum
utama dalam ajaran agama islam. Di dalamnya terdapat perintah / larangan, informasi
dan konfirmasi atas temuan akal manusia. Al-Qur’an mencakup tentang semua
pengetahuan yang terdapat di alam dunia ini, akan tetapi tidak dijelaskan secara
terperinci dan terkadang berbentuk abstrak. Oleh karena itu Allah mengutus
Muhammad SAW sebagai petunjuk dalam mengamalkan wahyu dari Allah itu yang
kemudian petunjuk dari Muhammad SAW disebut dengan as-Sunnah.
As-Sunnah dapat juga disebut dengan kebiasaan yang dilakukan oleh Nabi
Muhammad SAW selama masih hidup. Kebiasaan tersebut yang juga menjadi
pedoman bagi pengikutnya. Sunnah-sunnah Rasulullah itu kemudian dituliskan
sehingga menjadi sesuatu yang disebut dengan Hadist. Dengan demikian Sunnah dan
Hadist merupakan hal berbeda. Sunnah / Hadist dari Rasulullah SAW juga
merupakan sumber hukum dari ajaran agama Islam yang kedudukannya tentu berbeda
dengan al-Qur’an.
B . Rumusan Masalah
3
BAB II : Pembahasan
A . Sunnah
Menurut istilah, sunnah ialah segala yang dinukilkan dari Nabi Muihammad
SAW, baik berupa perkataan, perbuatan, maupum berupa taqrir, pengajaran, sifat,
kelakuan, perjalanan hidup baik yang demikian itu sebelum maupun sesudah Nabi
Muhammad SAW diangkat menjadi Nabi dan Rasul. Menurut Fazlur Rahman,
sunnah adalah praktek aktual yang karena telah lama ditegakkan dari satu generasi
ke generasi selanjutnya memperoleh status normative dan menjadi sunnah. Sunnah
adalah sebuah konsep perilaku, maka sesuatu yang secara aktual dipraktekkan
masyarakat untuk waktu yang cukup lama tidak hanya dipandang sebagai praktek
yang aktual tetapi juga sebagai praktek yang normative dari masyarakat tersebut2.
B . Hadist
Menurut bahasa, al-hadist artinya al-jadid (baru) lawan kata dari al-qodim
(sesuatu yang lama), al-khabar (berita), pesan keagamaan, pembicaraan.
1
Zarkasih, Pengantar Studi Hadis (Sleman: Aswaja Pressindo, 2012) , hlm. 3.
2
Ibid., hlm. 4.
3
Muhammad Zuhri, Hadis Nabi Telaah Historis dan Metodologis (Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya,
2003), hlm. 1.
4
2 . Perbedaan Hadits dan Sunnah
Selain itu, para ulama juga berbeda pendapat dalam hal membedakan hadis
dan sunnah. Setidaknya terdapat tiga pendapat sebagaimana berikut:
Ibnu Taimiyah berpandangan bahwa hadis jika tidak dikaitkan dengan lafad
lain berarti segala sesuatu yang diriwayatkan dari Nabi Muhammad Saw, baik
perkataan, perbuatan, maupun pengakuannya. Sedangkan sunnah jika tidak
dikaitkan dengan lafad lain berarti tradisi yang berulangkali dilakukan oleh
masyrakat, baik dipandang ibadah maupun tidak.
Taufiq Shidqi berpandangan bahwa hadis adalah pembicaraan yang
diriwayatkan satu atau dua orang kemudian hanya mereka saja yang
mengetahuinya. Sedangkan sunnah adalah suatu jalan yang dipaktekkan Nabi
Muhammad Saw secara terus menerus dan diikuti oleh sahabat beliau.
Abdul Kadir Hasan berpandangan bahwa hadis adalah sesuatu yang
diriwayatkan dari Nabi Muhammad Saw berupa ilmu pengetahuan teori
(teoritis). Sedangkan sunnah adalah suatu tradisi yang sudah kerap dikerjakan
oleh Nabi Muhammad Saw berupa perkara yang bersifat amalan (praktis).
Pada umumnya orang Islam tidak memandang penting bahwa antara Hadits
dan Sunnah harus dibedakan. Sebab, untuk mengetahui Sunnah kita harus membaca
buku-buku hadits. Dari membaca informasi buku hadits itulah diperoleh Sunnah
Rasul. Tetapi paling tidak, perlu diketahui duduk persoalan, mengapa ia disebut
Hadits dan mengapa pula disebut dengan Sunnah.
Pada akhirnya hadis dan sunnah dapat dikatakan sama sekaligus berbeda.
Persamaannya, hadis dan sunnah sama-sama bersumber dari Nabi Muhammad Saw.
Hal ini agaknya yang mendasari ulama hadis berpendapat bahwa hadis identik dengan
sunnah5.
4
Zarkasih, Pengantar Studi Hadis (Sleman: Aswaja Pressindo, 2012), hlm. 6.
5
Muhammad Azkiya Khikmatiar, “Jangan Salah! Ini Perbedaan Hadis dan Sunnah”
(https://islami.co/jangan-salah-ini-perbedaan-hadis-dan-sunnah/, Diakses pada 3 November 2017).
5
3 . Kedudukan Hadits
Hadits atau as- Sunnah merupakan sumber hukum islam yang berada ditingkat
setelah al-Qur’an, artinya apabila suatu perkara hukumnya tidak terdapat di dalam al-
Qur’an maka sandaran hukum setelahnya haruslah hadits atau as-Sunnah
sebagaimana firman allah dalam Q.S . al- Hasyr/59:7
Artinya :
“..dan apa saja yang diberikan rosul padamu maka terimalah ia. Dan apa saja yang
dilarangnya, maka tinggalkanlah”
Demikian juga firman allah dalam ayat lain, yakni pada Q.S an-Nisa: 80
Artinya :
“barang siapa yang menaati rosul (muhammad), maka sesungguhnya ia telah menaati
Allah SWT, dan barang siapa yang berpaling darinya maka ketahuilah kami tidak
mengutusmu (muhammad) untuk menjadi pemelihara mereka.
Dalam Q.S an-Nisa: 80, dijelaskan pula bahwa hadits juga merupakan wahyu
yang mana apabila wahyu mempunyai kekuatan dalil hukum maka hadits juga
mempunyai kekuatan hukum untuk dipatuhi. Kekuatan hadits sebagai sumber hukum
ditentukan dari 2 segi, yakni:
6
Dari segi kebenaran materinya kekuatan hadits mengikuti kebenaran
pemberitaannya yang tertingkat, yakni mutawatir, masyhur dan had.
Artinyan :
Dan Kami turunkan kepadamu Al-Qur’an, agar kamu menerangkan pada umat
manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka dan supaya mereka
memikirkan.
Kedua, Nabi sebagai suri tauladan yang wajib diikuti oleh umat Islam. Allah
berfirman dalam surah al-Ahzab ayat 21 :
6
Zarkasih, Pengantar Studi Hadis (Sleman: Aswaja Pressindo, 2012), hlm. 12.
7
Artinya :
Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu
(yaitu) bagi orang yang mengharapkan (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari
kiamat dan dia banyak menyebut Allah.
Ketiga, Nabi wajib ditaati oleh segenap umat Islam sebagaimana dijelaskan
dalam surah al-Anfal ayat 20:\
Artinya :
“Hai orang-orang yang beriman, taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya, dan
janganlah kamu berpaling dari pada-Nya, sedang kamu mendengar (perintah-
perintahnya).”
Artinya:
7
Ibid., hlm. 13.
8
“Aku tinggalkan dua pusaka pada kalian. Jiak kalian berpegang pada keduanya,
niscaya tidak akan tersesat, yaitu kitab Allah (al-Qur’an) dan Sunnah Rasul-Nya”
(HR. al-Hakim al-Nisaburi).
Hadits ini dengan tegas menyatakan bahwa al-Qur’an dan sunnah Nabi
merupakan pedoman hidup yang dapat menuntun manusia menjalani kehidupan
yang lurus dan benar, bukan jalan yang salah dan sesat. Keduanya merupakan
peninggalan Rasulullah yang diperuntukkan bagi umat muslim agar
mempedomaninya8.
d. Dalil Ijma’
Ijma’ umat Islam untuk menerima dan mengamalkan sunnah sudah ada sejak
zaman Nabi, para al-Khulafa al-Rasyidun, dan para pengikut mereka. Banyak
contoh yang bias menjelaskan betapa para sahabat sangat mengagumi Rasulullah
dan melakukan apa yang dilakukannya. Di antaranya Abu Bakar pernah berkata:
“Aku tidak akan meninggalkan sesuatupun yang dilakukan Rasulullah, maka pasti
aku melakukannya…”9.
4 . Fungsi Hadits
Dilihat dari segi posisinya, al-qur’an dan hadist merupakan pedoman hidup
dan sumber ajaran islam, antara keduanya tidak dapat di pisahkan, al-qur’an sebagai
sumber yang memuat ajaran-ajaran yang bersifat umum dan global, yang perlu di
jelaskan dan terperinci, disinilah hadis berfungsi sebagai penjelas al-qur’an. Adapun
fungsi hadits tersebut adalah sebagai berikut10:
a. Bayan al-Taqrir
Disebut juga bayan al itsbat, yaitu menetapkan dan memperkuat apa yang
telah diterangkan dalam al qur’an. Istilah bayan al-taqrir atau bayan al’kid ini di
sebut pula dengan bayan minvafiq li nash al-kitab. Kerena munculnya hadist hadist
itu sealur atau sesuai dengan nash al-quran.
8
Ibid., hlm. 14.
9
Ibid., hlm. 15.
10
Ibid.
9
Contoh : “sholat orang yang berhadas tidak di terima kecuali setelah ia berwudhu”
Artinya :
b. Bayan Tafshil
Contoh : “berpuasalah karena melihat hilal dan berbuka (berhari raya)-lah karena
melihat hilal”
10
Hadits Ibnu Umar Radhiyallahu anhuma, ia berkata, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda:
Artinya :
“Jika kalian melihat hilal, maka berpuasalah. Dan jika melihatnya kembali, maka
berbukalah (berhari Raya ‘Ied). Lalu, jika kalian terhalangi (tidak dapat
melihatnya), maka ukurlah”. (HR. Bukhori No. 1906).
c. Bayan Taqyid
Adalah penjelasan hadist dengan cara membatasi ayat ayat yang bersifat
mutlak dengan sifat ,keadaan,atau ayat tertentu. Kata mutlak artinya kata yang
menunjuk pada hakikat kata itu sendiri apa adanya tanpa memandang jumlah atau
sifatnya.
Contoh : “tangan pencuri dipotong jika mencuri seperempat dinar atau lebih”
11
Artinya :
“Tangan pencuri dipotong jika curiannya senilai seperempat dinar”. (HR. Bukhari,
No. 6790). Hadis ini diriwayatkan juga oleh Al-Nasa’i dan Abu Daud.
d. Bayan Takhshis
Contoh : “kami (para nabi) tidak meninggalkan warisan , sesuatu yang kami
tinggalkan menjadi sedekah”.
Artinya :
12
Hadits tersebut merupakan pengecualian dari keumuman ayat al-Qur’an yang
menjelaskan tentang disyariatkannya waris bagi umat Islam. Ayat al-Qur’an yang
dimaksud adalah:
e. Bayan Tasyri’
Adalah penjelasan hadist yang berupa penetapan suatu hukum atau aturan
syar’i yang tidak di dapati nashnya dalam al-qur’an. Dalam hal ini rasullullah
menetapkan suatu hukum terhadap beberapa persoalan yang muncul saat itu pada
sabdanya sendiri, tanpa berdasarkan pada ketentuan ayat ayat al-quran.
Contoh : “seorang perempuan tidak boleh di poligami bersama bibinya dari pihak
ibu atau ayahnya”
Artinya :
“Tidak boleh menggabungkan antara seorang wanita dengan bibinya, baik bibi
dari ayah maupun dari ibu (dalam satu ikatan pernikahan yang sama).” (HR.
Bukhari 5109 dan Muslim 1408).
13
f. Bayan Nasakh
Artinya : “Tidak boleh diberikan wasiat kepada ahli waris kecuali para ahli waris
lainnya menyetujui,” (HR. Ad Daruquthni)
hadist tersebut me-naskh ketentuan dalam ayat di surah al-baqarah ayat 120
yaitu:
Artinya:
14
BAB III : Penutup
A . Kesimpulan
Menurut bahasa, sunnah berarti jalan, aturan, cara berbuat. Menurut istilah,
sunnah ialah segala yang dinukilkan dari Nabi Muihammad SAW, baik berupa
perkataan, perbuatan, maupum berupa taqrir, pengajaran, sifat, kelakuan, perjalanan
hidup baik yang demikian itu sebelum maupun sesudah Nabi Muhammad SAW
diangkat menjadi Nabi dan Rasul.
Menurut bahasa, al-hadist artinya al-jadid (baru) lawan kata dari al-qodim
(sesuatu yang lama), al-khabar (berita), pesan keagamaan, pembicaraan. segala
sesuatu yang berupa berita yang dikatakan berasal dari Nabi disebut al-Hadits. Boleh
jadi berita itu berwujud ucapan, tidakan, pembiaran (taqrir), keadaan, kebiasaan.
Hadits atau as- Sunnah merupakan sumber hukum islam yang berada ditingkat
setelah al-Qur’an, artinya apabila suatu perkara hukumnya tidak terdapat di dalam al-
Qur’an maka sandaran hukum setelahnya haruslah hadits atau as-Sunnah. Yang dapat
dibuktikan bahwa hadits merupakan sumber hukum ajaran islam adalah dengan
melalui:
a. Bayan al-Taqrir
b. Bayan Tafshil
c. Bayan Taqyid
d. Bayan Takhshish
15
e. Bayan Tasyri’
f. Bayan Nasakh
B . Saran
Demikian pokok bahasan makalah ini yang dapat kami paparkan. Besar
harapan kami makalah ini dapat bermanfaat. Karena keterbatasan pengetahuan dan
referensi, kami menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu
saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan agar makalah ini dapat disusun
menjadi lebih baik lagi di masa yang akan datang.
16
DAFTAR PUSTAKA
Khikmatiar, MA. 2019. “Jangan Salah! Ini Perbedaan Hadis dan Sunnah”,
https://islami.co/jangan-salah-ini-perbedaan-hadis-dan-sunnah/, diakses pada
3 November 2019 pukul 19.24
Zuhri, M. 2003. Hadis Nabi Telaah Historis dan Metodologis. Yogyakarta: Tiara
Wacana Yogya.
17