Anda di halaman 1dari 22

ASBAB AL-NUZUL DAN URGENSINYA DALAM

PENAFSIRAN AL-QURAN1
Asep Muksin2

Abstrak:
Asbab al-nuzul adalah ilmu al-Quran yang
mempelajari tentang sebab-sebab turunnya ayatayat suci al-Quran. Dalam kajian tafsir, ilmu asbab
al-nuzul dipandang penting karena tanpa mengetahui
latar belakang turunnya ayat al-quran, kadangkadang akan melahirkan pemahaman ayat al-quran
yang kurang tepat bahkan keliru. Ilmu asbab al-nuzul
sudah berkembang pada masa sahabat bahkan ilmu
ini sudah dimaklumi dan dimengerti semenjak Nabi
Saw. masih hidup karena ilmu ini memang
membahas kejadian atau pertanyaan selama periode
al-Quran dinuzulkan. Faedah mempelajari asbab alnuzul menyebabkan seseorang dapat secara mantab
memberi makna suatu ayat dan menghilangkan
1 Makalah diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah
Ilmu Tafsir, yang dibimbing oleh Dosen Pengampu: Dr. H. Hasan
Bisri, M.Ag.

2 Penulis adalah Mahasiswa Program Pasca Sarjana UIN


Sunan Gunung Djati Bandung, Konsentrasi Tafsir Program Studi
Ilmu Agama Islam, NIM: 2.212.1.1.004
Asbab Al-Nuzul dan Urgensinya Dalam
Penafsiran Al-Quran

kesulitan serta keragu-raguan di dalam menafsirkan


ayat.
Kata-kata Kunci: al-Quran, asbab an-nuzul, tauqify.

Pendahuluan
Agama Islam yang dianut oleh kaum Muslimin di seluruh
dunia merupakan pedoman hidup yang menjamin kebahagian
dunia dan akhirat. Ia mempunyai satu dasar utama yang
essensial yang berfungsi memberi petunjuk ke jalan yang sebaikbaiknya, yakni al-Quran. Kitab suci al-Quran merupakan landasan
hukum pertama dalam islam, al-Quran memberikan petunjuk
dalam persoalan hukum (syariat), aqidah (keimanan), dan
akhlak dengan jalan meletakkan dasar-dasar tentang persoalanpersoalan tersebut.
Al-Quran diturunkan untuk membimbing manusia kepada
tujuan yang terang dan jalan yang lurus, menegakkan suatu
kehidupan yang didasarkan kepada keimanan kepada Allah dan
risalah-Nya.
Dalam mengkaji al-Quran banyak memerlukan ilmu bantu,
dan salah satu ilmu yang paling mendasar yang harus diketahui
oleh orang yang bergelut dalam kajian al-Quran adalah ilmu
asbab al-nuzul. Asbab al-nuzul adalah suatu cabang ilmu yang
secara khusus membicarakan sebab turunnya ayat al-quran.
Dalam kajian tafsir, ilmu asbab al-nuzul dipandang penting
karena tanpa mengetahui latar belakang turunnya ayat al-quran,

Asbab Al-Nuzul dan Urgensinya Dalam


Penafsiran Al-Quran

kadang-kadang akan melahirkan pemahaman ayat al-quran


yang kurang tepat bahkan keliru.

Pengertian Asbab al-Nuzul


Secara etimologis asbab al-nuzul merupakan susunan kata
atributif dari kata asbab dan al-nuzul. Asbab merupakan jamak (
plural ) dari kata sabab yang berarti al-habl (tali atau pengikat )
dan segala sesuatu yang menghubungkan suatu benda dengan
lainnya.4 Sedangkan kata nuzul berarti turun, sehingga asbab alnuzul berarti hal-hal yang berhubungan dengan sesuatu yang
turun. Kata ini kemudian dipergunakan untuk sebab yang
menyertai turunnya al-Quran. Sedangkan dalam artian
terminologinya, asbab al-nuzul adalah sesuatu yang menyertai
turunnya satu atau beberapa ayat sebagai keterangan terhadap
suatu peristiwa atau penjelasan hukum yang terdapat dalam
peristiwa tersebut pada saat kejadiannya.5
Muhammad Aly as-Shabuni memberikan arti asbab alnuzul, yaitu terjadinya kasus (kejadian) atau pertanyaan yang
dimintakan jawaban atas hukumnya kepada Nabi Saw. Kemudian
turun ayat yang berkenaan dengan hal itu.6
3 Jaih Mubarok, Sejarah Dan Perkembangan Hukum Islam,
(Bandung: Rosda, 2000), hal. 15

4 Ibnu Mnazhur, Lisan al-Arab, ( Bulaq, vol.1, tt. ) hlm. 440442.

5 Jalaluddin al-Suyuthi, Al-Itqan fi Ulum al-Quran, (Cairo:


Makatabah Dar al-Turats, Vol.1) hlm. 82.

6 Subhi as-Shalih, Membahas Ilmu-Ilmu al-Quran, (ter.):


Jakarta: Pustaka Frdaus,1999), hal. 45.
Asbab Al-Nuzul dan Urgensinya Dalam
Penafsiran Al-Quran

Kata nuzul, bisa berarti singgah atau tiba di tempat


tertentu. Pengertian ini sebagaimana dikatakan al-Zamakhsyariy
dalam kitabnya, Asas al-Balaghah, menganggap pengertian
sebagai makna hakiki. Orang Arab, sebagaimana dikatakannya,
sering mengucapkan kalmat nazala fuln bi madnah kadz,
artinya si fulan tiba di tempat tertentu.7
Muhammad Abd al-Azhim al-Zarqani dalam Manahilil alirfan fi Ulum Al-Quran mengatakan, bahwa pengertian nuzul
termasuk kepada majaz al-istiarah, yakni dengan cara
menyamakan pemberitahuan orang dari atasan kepada bawahan
dengan menuzulkan sesuatu dari atas ke bawah karena ada
kesamaan (wajh al-jami) di antara keduanya, yakni datangnya
sesuatu dari yang berderajat tinggi kepada yang berderajat
rendah. Kendati ada ungkapan atas bawah, jika di hubungkan
dengan musyabbah bih, maka itu hanyalah hissi saja dan hanya
bersifat manawi jika dihubungkan dengan musyabbah-nya. Oleh
karena itu, penetapan kata nuzul dan sejenisnya tidak
dimaksdukan untuk member kesan al-Quran turun dari atas,
tetapi al-Quran bersumber dari Zat yang maha Agung yang
berkedudukan Maha Tinggi.8
Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy memberikan
pengertiannya dalam bukunya Ilmu-ilmu Al-Quran, bahwa asbab
al-nuzul adalah sesuatu kejadian yang terjadi di zaman Nabi Saw.
atau sesuatu pertanyaan yang dihadapkan kepada Nabi sehingga
7 Jr Allh al-Qasim Mahmud bin Umar al-Zamakhsyariy,
Asas al-Balaghah, Tahqiq Abd.al-Rahim Mahmud (Beirut: Dar alMarifah, 1992), hlm. 453.

8 Muhammad Abd al-Azhim al-Zarqaniy, Manahil al-Irfan fi


Ulum al-Quran, jilid ke-1 (Beirut: Dar al-Fikr, 1988), hlm. 42.
Asbab Al-Nuzul dan Urgensinya Dalam
Penafsiran Al-Quran

turunlah suatu atau beberapa ayat dari Allah Swt. yang


berhubungan dengan kejadian itu, atau sebagai jawaban atas
pertanyaan itu, baik peristiwa itu merupakan pertengkaran atau
merupakan kesalahan yang dilakukan maupun suatu peristiwa
atau suatu keinginan yang baik.9
Urgensi Ilmu Asbab al-Nuzul dan Manfaatnya Dalam
Penafsiran Al-Quran
Beberapa ahli dalam ulum al-Quran mensinyalir adanya
sebagian ka- langan yang menganggap bahwa pengetahuan
tentang asbab al-nuzul tidak ada gunanya. Alasan mereka, hal
tersebut hanyalah sejarah turunnya al-Quran yang tidak memiliki
keterkaitan apa-apa dengan pemahaman al-Quran. Menurut
hemat penulis, ini adalah pendapat yang keliru dan merupakan
ucapan yang tidak bisa diterima, dan sangat jelas perkataan
seperti itu tidak keluar dari orang yang mengetahui tentang AlQuran, juga tidak pernah membaca pendapat para ulama tafsir.
Dalam hal ini as-Sayuti mengatakan faedah mempelajari
asbab al-nuzul menyebabkan seseorang dapat secara mantab
memberi makna suatu ayat dan menghilangkan kesulitan serta
keragu-raguan di dalam menafsirkan ayat.10 Hasby ash-Shiddiqy
dalam bukunya Sejarah dan Pengantar Ilmu al-Quran
Mengatakan, selain membantu pemahaman, asbabun nuzul juga
untuk lebih mudah mengetahui diberlakukakannya tatanan
9 Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Ilmu-Ilmu al-Quran,
Ilmu-Ilmu Pokok dalam Menafsirkan al-Quran, (Semarang: PT.
Pustaka Rizki Putra, 2002), hlm. 18.

10 As-Sayuti, al-Itqon fi Ulum al-uran, (Kairo: Darul Fikri,


1951), hlm. 28.
Asbab Al-Nuzul dan Urgensinya Dalam
Penafsiran Al-Quran

hukum.11 Sedangkan Imam Al-Wahidi al-Naisaburi mengatakan,


bahwa tidak mungkin orang bisa mengetahui tafsir suatu ayat,
tanpa mengetahui kisah dan penjelasan mengenai turunnya lebih
dahulu.12 Imam Ibnu Daqieq al-Ied mengemukakan bahwa
keterangan sebab turunnya ayat adalah cara yang kuat dan
penting dalam memahami makna-makna Al-Quran.13
Pendapat yang sama juga dikemukakan oleh Ibnu Taimiyah
mengatakan bahwa mengetahui asbab al-nuzul dapat menolong
memahami ayat, karena mengerti sebabnya, berarti akan
memberi peluang untuk mengetahui apa yang ditimbulkan dari
sebab itu.14
Karena Ilmu asbab al-nuzul ini sangat penting dalam
pandangan ulama, maka mereka membuat suatu ketentuan,
yakni larangan seseorang yang tidak mengetahui asbab al-nuzul
untuk menafsirkan ayat-ayat al-Quran.
Dalam Ulum al-Quran, ilmu asbabun nuzul merupakan
ilmu yang sangat penting dalam menunjukkan hubungan
dialektika antara teks dan realita.15 Dalam uraian lebih rinci,
urgensi asbab al- nuzul dalam memahami Al-Quran adalah
sebagai berikut:16
11 Hasby ash-Shiddiqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu alQuran/Tafsir, (Jakarta: Bulan Bintang, 1974), hlm. 7.

12 Lihat, al-Syuhuthi, Lubab al-Nuqul fi asbab al-Nuzul,


(Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, t.t.), hlm. 3. Ali al-Shabuni, AlTibyan fi Ulum al-Quran, (Beirut: Alam al-Kutub, t.t.), hlm.21.

13 Ibid.

14 Al-Syuyuthi, Ibid.
Asbab Al-Nuzul dan Urgensinya Dalam
Penafsiran Al-Quran

1. Mengetahui hikmah Allah secara yakin mengenai semua


masalah yang di syariatkan melalui wahyu atau ayat-ayat
yang diturunkan, baik bagi orang-orang yang sudah beriman
maupun yang belum beriman.
Misalnya, kasus Urwah bin al-Zubair yang keliru
memahami pengertian ayat 158 dalam surat al-Baqarah.17
Kekeliruannya terletak pada pemahamannya mengenai
pernyataan tidak ada dosa baginya (la junaha alaihi).
Menurut pemahaman Urwah, seseorang yang
mengerjakan haji tanpa saI antara Shafa dan Marwah tidak
apa-apa. Ia teringat oleh pengalamannya di zaman Jahiliyyah.
Bahwa orang-orang di zaman Jahiliyyah beribadah kepada
berhala yang bernama Isaf yang berada di Shafa dan patung
Nailah yang berada di Marwah. Untungnya Urwah ragu, ketika
Ia menyaksikan orang-orang Muslim melakukan sai di antara
kedua bukit itu. Kemudian ia menghampiri Aisyah untuk
mencari tahu tentang persoalan itu. Aisyah memberitahukan
15 Nasr Hamid Abu Zayd, Tekstualitas Al-Quran,
(Yogyakarta: Lkis, 2001, Cet. I), hlm. 125

16 Muhammad Abd al-Azhim al-Zarqaniy, Manahil al-Irfan fi


Ulum al-Quran, hlm. 109-113.

17 Allah berfirman: Sesungguhnya Shafa dan Marwah


merupakan sebagian dari Syiar Allah. Maka barangsiapa yang
beribadah haji ke Bait Allah, maka tidak ada dosa baginya
mengerjakan saI di antara keduanya. Dan barang siapa yang
mengerjakan suatu kebajikan dengan kerelaan hati, maka
sesungguhnya Allah maha mensyukuri lagi maha mengetahui.
(Q.S.Al-Baqarah: 158).
Asbab Al-Nuzul dan Urgensinya Dalam
Penafsiran Al-Quran

bahwa ayat tersebut diturunkan sehubungan dengan adanya


orang Anshar sebelum masuk Islam selalu mondar-mandir
antara Shafa dan Marwah untuk menyembah berhala. Setelah
masuk Islam mereka bertanya kepada Nabi Saw. mengenai
sai. Maka Allah menurunkan ayat di atas yang menyatakan
bahwa sai itu tidak berdosa.18
2. Membantu memahami al-Quran, sekaligus menghilangkan
keragu-raguan dalam memahaminya, disebabkan adanya kata
yang menunjukan pembatas (hashr), seperti kata illa. Surat alAnam ayat 145,19 misalnya, menurut al-SyafiI, bahwa
pengertian yang dimaksud ayat ini tidaklah umum, karena ada
hashr, illa.
Ayat di atas menurut al-Syafii diturunkan sehubungan dengan
orang-orang kafir yang tidak mau memakan sesuatu, kecuali
sesuatu yang telah mereka halalkan. Karena sudah menjadi
suatu kebiasaan utama kaum Yahudi, mengharamkan apa saja
yang dihalalkan oleh Allah. Maka turunlah ayat ini untuk
menetapkan pengharaman dan bukan untuk menetapkan
penghalalan makanan yang tidak disebut dalam ayat tersebut.
3. Membantu mufassir dalam menafsirkan ayat-ayat dengan
benar terutama yang termasuk kategori mubhamat dan
mujmal.
18 Lihat Muhammad bin Muhammad Abu Syuhbah, AlMadkhal li Dirasah al-Quran al-Karim, (Kairo: Maktabah alSunnah,1992, Cet. Ke-1), hlm. 122.

19 Allah berfirman: Katakanlah aku peroleh dari wahyu


yang diwahyukan kepadaku sesuatu yang diharamkan bagi orang
yang hendak memakannya, kecuali kalau makanan itu bangkai,
atau darah, atau binarang yang disembelih atas nama selai
Allah Lihat ayat seengkapnya.
Asbab Al-Nuzul dan Urgensinya Dalam
Penafsiran Al-Quran

4. Dapat mengkhususkan (takhshish) hukum pada sebab yang


menurut ulama bahwa yang harus diperhatikan adalah
kekhususan sebab, bukan keumuman lafadz. Ayat-ayat zhihar
(penyerupaan istri pada ibu) pada permulaan surat alMujadalah adalah salah satu contohnya. Asbab al-nuzul dari
pada ayat ini adalah, bahwa Aus bin Ibn al-Shamit telah
menzihar istrinya Khaulah binti Hakam Ibn al-Tsalabah. Hukum
yang terkandung dalam ayat ini adalah khusus bagi keduanya
menurut pandangan ini. Adapun hukum zhihar yang dilakukan
oleh selain mereka berdua dapat diketahui melalui dalil qiyas
(analog) atau lainnya.20 Hal ini menunjukan bahwa seseorang
tidak dapat mengetahui hukumnya melalui qiyas, jika tidak
mengetahui sebab turunnya.
5. Dapat mengetahui bahwa sebab turunnya ayat tidak pernah
keluar dari hukum yang terkandung dalam ayat tersebut
kendati datang yang mengkhususkannya (mukhashish). Hal ini
didasarkan atas konsesus (ijma) yang menyatakan bahwa
hukum sebab tetap selama-lamanya. Dengan demikian
takhshish terbatas pada masalah di luar sebab. Sekiranya
sebab turunnya tidak diketahui, tentu boleh dipahami bahwa
sebab turun juga termasuk yang keluar dari hukum dengan
adanya takhshish. Padahal tidak bolehnya mengeluarkan
sebab dari hukum ayat yang lafalnya umum termasuk qhati
menurut ijma sebagaimana kita temukan dalam surat al-Nur
ayat 23-2521.
Ayat di atas diturunkan sasarannya adalah Aisyah
secara khusus, atau pada seluruh istri-istri Nabi menurut
riwayat Ibn Abbas. Allah tidak memberikan taubat kepada
orang yang melakukan menuduh (berbuat zina). Akan tetapi
Allah memberikan taubat kepada orang yang menuduh
20 Al-Zarqoni, Manahil al-Irfan fi Ulum al-Quran, hlm. 112.
Asbab Al-Nuzul dan Urgensinya Dalam
Penafsiran Al-Quran

perempuan muslim selain istri-istri Nabi. Kemudian Ibnu Abbas


membacakan ayat Quran surat al-Nur ayat 4 dan 5.
orang-orang yang menuduh wanita-wanita yang baik-baik
berbuat zina dan mereka tidak mendatangkan empat saksi,
maka deralah mereka (yangmenuduh itu) delapan puluh kali
dera. Dan janganlah kamu terima kesaksian mereka untuk
selama-lamanya. Dan mereka itulah orang-orang fasik, kecuali
orang-orang yang bertaubat sesudah itu, maka sesungguhnya
Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Q.S. Al-Nur: 45).
Berdasarkan keterangan ini, diterimanya taubat orang
yang menuduh perempuan Mukmin berzina, sebagaimana
yang disebutkan dalam surat al-Nur ayat 4 dan 5, tidak dapat
mencakup orang yang menuduh Aisyah atau istri-istri Nabi
yang menjadi sebab turunnya ayat 23-25 dari surat al-Nur
diatas. Sekiranya tidak diketahui sebab turunnya, maka ayat
ini akan dipahami secara keliru.
6. Membantu dan mempermudah hapalan dan pemahaman, di
samping dapat membantu meletakan ayat-ayat bersangkutan
berada dalam hati setiap orang yang mendengarnya bila ayatayat Quran dibacakan.22
7. Membantu dalam mengidentifikasi pelaku yang menyebabkan
turunnya ayat dan menghindarkan kesalahan dalam
21 Allah berfirman: sesungguhnya, orang-orang yang
menuduh perempuan-perempuan baik, yang lengah dan beriman
(dengan tuduhan berzina), mereka dilaknat di dunia dan di
akhirat, dan mereka akan mendapat adzab yang besar,

22 Supiana dan Karman, Diskursus Ulul al-Quran,


(Bandung: Fakultas Tarbiyah IAIN SGD Bandung, 2000), hlm.115116.
Asbab Al-Nuzul dan Urgensinya Dalam
Penafsiran Al-Quran

10

menentukan pelaku tersebut, seperti dalam kasus Marwan


yang menunjuk Abd al-Rahman bin Abu Bakar ra selaku orang
yang menyebabkan turunnya ayat 17 surat Al-Ahqaf yang
berbunyi:
Dan orang yang berkata kepada kedua orang tuanya, Ah.
Apakah kamu berdua memperingatkan kepadaku bahwa Aku
akan dibangkitkan (dari kubur), padahal sungguh Telah berlalu
beberapa umat sebelumku? lalu kedua ibu bapaknya itu
memohon pertolongan kepada Allah seraya mengatakan:
"Celaka kamu, berimanlah! Sesungguhnya janji Allah adalah
benar". lalu dia berkata: "Ini tidak lain hanyalah dongengan
orang-orang dahulu belaka". (QS. Al-Ahqaf 46:17).
Marwan menganggap bahwa Abd al-Rahmanlah orang
yang mengatakan Ah (uffin) kepada kedua orang tuanya;
sehingga ayat tersebut turun untuk menegurnya. Aisyah
membantah kekeliruan anggapan Marwan dan meluruskannya
seraya menegaskan: Demi Allah bukan dia yang
menyebabkan ayat itu turun, dan aku bisa menyebutkan
kepadamu siapa orang yang sebenarnya.23
8. Memudahkan dalam mengidentifikasi gejala-gejala moral dan
sosial yang terjadi dikalangan masyarakat Arab pada masa
turunnya al-Quran (ashr al-Tanzil), dan bagaimana sikap dan
cara al-Quran dalam mentransformasikan gejala tersebut
sehingga sejalan dengan pandangan dunia dan petunjuknya.
Hal ini tentu, dapat dijadikan pedoman bagi umat Islam dalam
mengidentifikasi, dan menangani berbagai problema yang
mereka hadapi.24

23 http://www.dwlpuls.com/AsmaulHusna/quran/asnuUrgensi_Mengetahuinya.html, [diakses pada hari Ahad, 09


Desember 2012, Pkl. 16.00 WIB.]
Asbab Al-Nuzul dan Urgensinya Dalam
Penafsiran Al-Quran

11

9. Menunjukkan keuniversalan ajaran al-Quran dan bahwa


ajarannya bisa diaktualisasikan dalam berabagai masa dan
generasi dengan tetap mengacu pada jati diri al-Quran
sebagai petunjuk dan referensi primier yang berfungsi
mengarahkan dan bukan diarahkan atau disesuaikan dengan
perkembangan zaman.Hal ini mengingat bahwa subtansi dari
prilaku manusia sejak dulu hingga kini sama, yang berbeda
hanya cara mengaktualisasikannya saja. Dari sini seharusnya
kita memahami mengapa mayoritas ayat al-Quran diturunkan
tanpa sebab tertentu yang menyertainya.25

Cara Mengetahui Asbab al-Nuzul


Asbab al-Nuzul adalah peristiwa yang terjadi pada masa
Nabi. Oleh karena itu, tidak ada jalan lain untuk mengetahuinya
selain mengadopsi sumber dari orang-orang yang menyaksikan
peristiwa tersebut, yakni pata sahabat yang mendengar dan
menyaksikan peristiwa yang berhubungan dengan turunnya
ayat. Dalam hal ini al-Wahidi mengatakan bahwa dalam
pembicaraan asbab al-nuzul al-Quran tidak dibenarkan, kecuali
melalui riwayat dan mendengar dari mereka yang secara
langsung menyaksikan peristiwa turunnya tersebut dan sungguhsungguh dalam mencarinya.26
24 Ibid.

25 Muhammad Abd al-Azhim al-Zarqaniy, Manahil al-Irfan fi


Ulum al-Quran, hlm. 114.

26 Lihat, Abu Hasan Ali bin Ahmad al-Wahidi al-Naisaaburi,


Asbab al-Nuzul, (Beirut: Dar al-Fikr, t.t. ), hlm. 4.
Asbab Al-Nuzul dan Urgensinya Dalam
Penafsiran Al-Quran

12

Pada Ulama Ulum al-Quran, termasuk al-Wahidi,


tampaknya tidak berani mereka-reka sesuatu yang memang
bukan otoritas rasio, karena dalam masalah al-Quran Rasulullah
bersikap tegas. Tak seorangpun dibenarkan berbicara sesuatu
yang diterima dari Nabi tanpa informasi yang akurat. Nabi
bersabda:
Berhati-hatilah (dalam soal) riwayat yang berssumber dariku,
kecuali apa yang telah kalian ketahui. Karena barang siapa yang
sengaja berdusta, maka bersiap-siaplah untuk menempati
tempat duduk dari api.27
Redaksi dan Riwayat Asbab al-Nuzul
Redaksi dari riwayat-riwayat yang valid tidak selalu berupa
nash sharih (pernyataan yang jelas) dalam menerangkan asbab
al-nuzul suatu ayat. Redaksi-redaksi itu, diantaranya ada yang
berupa pernyataan yang jelas, ada pula yang berupa pernyataan
dengan redaksi yang samar-samar. Oleh karena itu, berbagai
riwayat tentang asbab-alnuzul dapat diketahui dari redaksinya
sebagai berikut:
1. Sabab al-nuzul disebutkan dengan redaksi yang jelas (sharih)
yang terdapat dalam suatu riwayat, seperti:

(sebab turunnya ayat ini demikian). Redaksi sabab al-

nuzul demikian, secara definitif, tidak mengandung


kemungkinan makna lain. Misalnya hadits yang diriwayatkan
oleh Bukhari dan Ibn Umar berkata: diturunkan ayat :

dalam menjelaskan mendatangi istri

dari duburnya.28
2. Penggunaan huruf fa, al-fa al-taqibiyyah, bermakna maka
atau kemudian dalam rangkaian suatu riwayat, termasuk
27 Supiana dan Karman, Diskursus Ulul al-Quran, hlm.117.
Asbab Al-Nuzul dan Urgensinya Dalam
Penafsiran Al-Quran

13

redaksi riwayat tentang turunnya suatu ayat tersebut setelah


terjadinya suatu peristiwa atau sesudah ada pertanyaan yang
diajukan kepada Nabi. Misalnya pernyataan seorang perawi:
Karena terjadi suatu peristiwa (

) atau karena

Nabi Saw. ditanya tentang suatu peristiwa, maka turunlah ayat


ini

.29

3. Penggunaan redaksi

(ayat ini

diturunkan pada ini) dapat dikategorikan untuk menerangkan


sebab turunnya suatu ayat juga. Akan tetapi, ada
kemungkinan juga sebagai penjelasan tentang kandungan
hukum yang terdapat dalam ayat tersebut.
Dalam hal ini al-Zarkasyi berpendapat bahwa kebiasaan
para sahabat dan tabiin telah diketahui apabila mereka
mengatakan ayat ini turun tentang ini, maka maksud mereka
adalah menerangkan bahwa ayat itu mengandung hukum
tertentu, bukan untuk menerangkan sebab turunnya.30 Namun,
menurut al-Zarqani, satu-satunya jalan untuk menentukan
salah satu dari dua makna yang terkandung dalam redaksi itu
adalah konteks pembicaraannya.31
28 Muhammad Bakr Ismail, Dirosat fi Ulum al-Quran,
(Kairo: Dar al-Manar,1992), hlm. 177.

29 Ibid.

30 Supiana dan Karman, Diskursus Ulul al-Quran, hlm.124.

31 Al-Zarqani, hlm. 114-115


Asbab Al-Nuzul dan Urgensinya Dalam
Penafsiran Al-Quran

14

Selanjutnya menurut al-Zarkani, jika ditemukan dua


redaksi tentang persoalan yang sama, salah satu dari padanya
secara nash menunjukan sebab turunnya suatu ayat atau
beberapa ayat, sedangkan yang lainnya tidak demikian, maka
redaksi pertama yang diambildan yang lainnya dianggap
penjelasan bagi hukum yang terkanadung dalam ayat
tersebut. Misalnya, segolongan ahli Hadits memasukan
memasukan perkataan seperti itu kedalam hadits musnad dan
hadits marfu, senagaimana terjadi pada ucapan Ibn Umar
mengenai firman Allah istri-istrimu adalah ladang bagimu .
Imam Ahmad dan Imam Muslim dan lain-lainnya memasukan
ucapan tersebut kedalam hadits musnad, tetapi mereka
memandang ucapan tersebut sebagai istidlal atau interpretasi
dari sahabat atau tabiin yang bersangkutan.32
Keumuman Lafadz dan Kekhususan Sebab
Sebagaimana telah penulis singgung, bahwa dalam
pemahaman terhadap al-Quran ada dua hal yang dibicarakan,
yaitu keumuman lafadz bukan kekhususan sebab, dan
sebaliknya, kekhususan sebab bukan keumuman lafadz.
Keumuman lafadz dan kekhususn sebab maksudnya, jawaban
lebih umum dari sebab, dan sebab lebih khusus dari jawaban.
Jawaban yang dimaksudkan di sini adalah ayat-ayat al-Quran
yang dijadikan jawaban atas pertanyaan atau peristiwa yang
dihadapi Rasulullah pada masa diturunkannya al-Quran.33
Dalam hal ini jika terjadi persesuaian antara ayat yang
turun dan sebab turunnya dalam hal keumumannya, atau terjadi
persesuaian antara keduanya, maka yang umum harus
32 Supiana dan Karman, Diskursus Ulul al-Quran, hlm.124

33 Ibid, hlm. 125.


Asbab Al-Nuzul dan Urgensinya Dalam
Penafsiran Al-Quran

15

diposisikan menurut keumumannya dan yang khusus menurut


kekhususannya. Untuk contoh ini kita lihat dalam surat alBaqarah ayat 222.34 Ayat ini, sebagaimana diriwayatkan oleh
Anas diturunkan sehubungan dengan sahabat yang
mempertanyakan keadaan orang-orang Yahudiketika istri-istri
mereka haid, mereka menjauhkan perempuan itu dari
rumahnya, mereka tidak mau makan dan minum bersama istriistrinya, termasuk tidak mempergaulinya saat di rumah. Ketika
Nabi ditanya tentang masalah ini, maka turunlah ayat di atas.
Maka Nabi bersabda: Pergaulilah mereka (perempuanperempuan) olehmu di rumah dan perbuatlah apa saja, kecuali
nikah (jima).35
Untuk contoh lainnya dapat kita lihat pada surat al-Lail
ayat 17-21.36 Ayat ini diturunkan pada Abu Bakar. Sebagaimana
dikatakan oleh al-Wahidi, bahwa al-atqo menurut pendapat para
ahli tafsir adalah Abu Bakar. Dari Urwah mengatakan bahwa Abu
34 Allah berfirman: Mereka bertanya kepadamu tentang
haid. Katakanlah: haid itu kotoran, oleh karena itu hendaklah
kamu menjauhkan diri dari wanita di waktu haid, hingga mereka
suci. Jika mereka telah suci, maka campuri mereka di tempat
yang diperintahkan oleh Allah

35 Ibid.

36 Allah berfirman: Dan kelak akan dijauhkan orang yang


paling taqwa dari neraka, yang menafkahkan hartanya di jalan
Allah untuk membersihkannya, padahal tidak ada seorangpun
yang memberikan nikmat kepadanya yang harus dibalasnya ,
kecuali hanya mencari keridaan Allah yang Maha Tinggi. Dan
kelak dia benar-benar mendapat kepuasan.
Asbab Al-Nuzul dan Urgensinya Dalam
Penafsiran Al-Quran

16

Bakar memerdekakan tujuh orang budak yang disiksa dalam


agama Allah (Bilal, Amir Ibn Fuhairah, al-Nahdiah dan puterinya,
Ibu Isa dan seorang budak dari al-Mauil) maka turunlah
kepadanya ayat tersebut. Dengan demikian, lafadz yang umum
mencakup semua orang, sebab turunya dalam ketetapan
hukumnya; demikian juga sebaliknya bagi lafadz yang khusus. Ini
telah menjadi kesepakatan para ulama.37
Lain halnya dengan ayat yang turunnya bersifat umum,
sedangkan sebabnya bersifat khusus. Para ulama berbeda
pendapat, apakah yang dijadikan ketetapan itu keumuman
lafadzanya atau kekhususan sebabnya. Mayoritas ulama
bersandar kepada kaidah: yang haraus diperhatikan adalah
keumuman lafadz bukan kekhususan sebab. Sedangkan ulama
minoritas berpegang kepada kaidah: yang haraus diperhatikan
adalah kekhususan sebab, bukan keumuman lafadz.38
Menurut kaidah pertama, hukum yang dibawa suatu
lafadz umum akan mencakup semua orang lafadz tersebut, baik
semua orang sebab itu sendiri maupun orang di luarnya.
Misalnya Hilal bin Umayah menuduh istrinya berzina, sehingga
turunlah surat al-Nur ayat 4-5. Kendati disini sebabnya khusus,
yakni tuduhan berzina oleh Hilal terhadap isterinya, namun
ayatnya turun dengan lafal umum, karena menggunakan isim
mawshul alladzina. Ayat ini menjelaskan hukum tuduhan
berzina (mulaanah) tanpa perkecualian. Oleh karena itu, hukum
ini mencakup semua orang yang menuduh istrinya berzina tanpa
menghadirkan saksi, tidak terbatas pada Hilal seorang yang

37 Ibid, hlm.126.

38 Ibid.
Asbab Al-Nuzul dan Urgensinya Dalam
Penafsiran Al-Quran

17

dijadikan sebab turunnya ayat ini. Dalam penerapan hukum ini,


selain pada Hilal tidak diperlukan qiyas (analogi).39
Berbeda dengan pendapat mayoritas, menurut ualama
minoritas, lafadz ayat terbatas pada peristiwa, yang karena
lafadz itu diturunkan. Jadi untuk mengetahui hukum terhadap
peristiwa itu diperlukan analogi (qiyas), bukan dari nash itu
sendiri, jika memenuhi syarat-syaratnya atau dari hadits Nabi:
Hukumku atas seseorang berarti hukumku atas orang banyak.
Dengan demikian, hukum menuduh berzina hanya berlaku
khusus pada peristiwa Hilan dan isterinya. Sedangkan jika
ditemukan kasus lain yang serupa dengan perihalnya hanya
diketahui dengan analogi (qiyas).40
Langkah Metodis Penafsiran al-Quran dengan Asbab alNuzul
Sabab al-Nuzul terkadang beragam, baik dilihat dari sisi
waktu dan tempat turunnya, redaksinya, kwalitas periwayatan,
dan lain-lainnya.Untuk itu seorang mufassir yang ingin
mengaplikasikan asbab al-nuzul sebagai salah satu alat bantu
dalam menafsirkan ayat-ayat al-Quran harus memperhatikan
langkah-langkah metodis berikut ini :
a. Meyeleksi redaksi riwayat asbab al-nuzul antara yang sharih
(jelas) dengan yang tidak sharih (tidak jelas), karena yang
terakhir bisa jadi bukan sabab al-nuzul tetapi hanya
penafsiran.
b. Memilih redaksi yang sharih (jelas) apabila terdapat beberapa
riwayat dalam satu ayat.

39 Ibid, hlm. 127.

40 Ibid.
Asbab Al-Nuzul dan Urgensinya Dalam
Penafsiran Al-Quran

18

c. Menyeleksi riwayat yang shahih dari riwayat-riwayat yang


sharih, apabila terdapat beberapa versi riwayat dalam satu
ayat.
d. Memilih riwayat yang ada faktor penguatnya apabila dalam
riwayat-riwayat tersebut memiliki derajat sama-sama shahih.
e. Mengkompromikan dua riwayat yang sama-sama shahih dan
tidak dapat ditarjih dengan menetapkan keduanya sebagai
sebab yang menyertai turunnya ayat yang dimaksud.Turunnya
ayat lian untuk dua kasus yang sama, di mana Uwaimir dan
Hilal bin Umayyah sama sama menuduh istrinya berzina, bisa
dijadikan contoh dalam hal ini.41

Kesimpulan
Dalam ulumul quran terdapat ilmu asbab al-nuzul, yaitu
suatu cabang ilmu yang secara khusus membicarakan sebab
turunnya ayat al-quran. Selanjutnya, dalam kajian tafsir, ilmu
asbab al-nuzul dipandang penting karena tanpa mengetahui latar
belakang turunnya ayat al-quran, kadang- kadang akan
melahirkan pemahaman ayat al-quran yang kurang tepat
bahkan keliru. Pemahaman akan ilmu asbab al- nuzul sangat
membantu dalam memahami konteks turunnya ayat dan peluang
terjadinya kekeliruan akan semakin besar jika mengabaikan
disiplin ilmu ini.
Sebab turunnya suatu ayat dalam Al-Quran hanya dapat
diketahui keberadaannya dari dalil naqli (hadits). Oleh karena itu,
tidak ada jalan lain untuk mengetahuinya selain mengadopsi
sumber dari orang-orang yang menyaksikan peristiwa tersebut,
41 http://mohammadbashri.blogspot.com/2012/08/normal-0-false-falsefalse-en-us-x-none.html [diakses pada hari Ahad, 09 Desember 2012, Pkl.
16.00 WIB.]

Asbab Al-Nuzul dan Urgensinya Dalam


Penafsiran Al-Quran

19

yakni pata sahabat yang mendengar dan menyaksikan peristiwa


yang berhubungan dengan turunnya ayat.
Pengetahuan tentang asbab al-nuzul memiliki manfaat
yang sangat banyak terutama tentang setting sosial ketika
wahyu diturunkan dan bagaimana Nabi Muhammad saw.
menyelesaikan berbagai persoalan yang dihadapi ummatnya.
Wallahu alam.

Daftar Pustaka
Abu Hasan Ali bin Ahmad al-Wahidi al-Naisaaburi. Asbab
al-Nuzul. Beirut: Dar al-Fikr.
Ali al-Shabuni, Al-Tibyan fi Ulum al-Quran. Beirut: Alam alKutub.
al-Syuhuthi. Lubab al-Nuqul fi asbab al-Nuzul. Beirut: Dar
al-Kutub al-Ilmiyyah.
As-Sayuti. al-Itqon fi Ulum al-uran. Kairo: Darul Fikri, 1951.
Hasby ash-Shiddiqy. Sejarah dan Pengantar Ilmu alQuran/Tafsir. Jakarta: Bulan Bintang, 1974.
http://mohammadbashri.blogspot.com/2012/08/normal-0false-false-false-en-us-x-none.html

Asbab Al-Nuzul dan Urgensinya Dalam


Penafsiran Al-Quran

20

http://www.dwlpuls.com/AsmaulHusna/quran/asnuUrgensi_Mengetahuinya.html,
Ibnu Mnazhur. Lisan al-Arab. Bulaq.
Jaih Mubarok. Sejarah Dan Perkembangan Hukum Islam.
Bandung: Rosda, 2000.
Jalaluddin al-Suyuthi. Al-Itqan fi Ulum al-Quran. Kairo:
Makatabah Dar al-Turats.
Jr Allh al-Qasim Mahmud bin Umar al-Zamakhsyariy. Asas
al-Balaghah,
Tahqiq Abd.al-Rahim Mahmud. Beirut: Dar al-Marifah,
1992.
Muhammad Abd al-Azhim al-Zarqaniy. Manahil al-Irfan fi
Ulum al-Quran, jilid ke-1. Beirut: Dar al-Fikr, 1988.
Muhammad Bakr Ismail. Dirosat fi Ulum al-Quran. Kairo:
Dar al-Manar,1992.
Muhammad bin Muhammad Abu Syuhbah. Al-Madkhal li
Dirasah al-Quran al-Karim, (Kairo: Maktabah al-Sunnah,1992.
Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy. Ilmu-Ilmu al-Quran, IlmuIlmu Pokok dalam Menafsirkan al-Quran. Semarang: PT. Pustaka
Rizki Putra, 2002.
Nasr Hamid Abu Zayd. Tekstualitas Al-Quran. Yogyakarta:
Lkis, 2001.
Subhi as-Shalih. Membahas Ilmu-Ilmu al-Quran.
Jakarta: Pustaka Frdaus,1999.
Supiana dan Karman. Diskursus Ulul al-Quran. Bandung:
Fakultas Tarbiyah IAIN SGD Bandung, 2000.

Asbab Al-Nuzul dan Urgensinya Dalam


Penafsiran Al-Quran

21

Asbab Al-Nuzul dan Urgensinya Dalam


Penafsiran Al-Quran

22

Anda mungkin juga menyukai