Disusun Oleh:
FAKULTAS SYARIAH
2021
KATA PENGANTAR
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurnadan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya.
Untuk itu,penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah
ini, supayamakalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi.
Kemudianapabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini mohon maaf
yang sebesar-besarnya.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................1
A. Latar Belakang..................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah............................................................................................................1
C. Tujuan Masalah................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................2
A. Pengertian hadist/sunnah................................................................................................2
B. Macam-macam sunnah....................................................................................................3
C. Kedudukan Sunnah sebagai Sumber Hukum Islam...........................................................4
D. Fungsi Sunnah..................................................................................................................5
BAB III PENUTUPAN....................................................................................................8
A. Kesimpulan.......................................................................................................................8
B. Kritik dan Saran................................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................10
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Al-Hadits merupakan sumber ajaran Islam, yang kedua dari Al-Qur’an.
Dilihat dari sudut periwayatannya, jelas antara Hadits dan Al-Qur’an terdapat
perbedaan. Untuk Al-Qur’an semua periwayatannya berlangsung secara
mutawatir. Sedangkan periwayatan Hadits sebagian berlangsung secara
mutawatir dan sebagian lagi berlangsung secara ahad. Sehingga mulai dari
sinilah timbul berbagai pendapat dalam menilai kualitas hadits. Sekaligus
sumber perdebatan dalam kancah ilmiah, atau bahkan dalam kancah-kancah non
ilmiah. Akibatnya bukan kesepakatan yang didapatkan, akan tetapi sebaliknya
perpecahan yang terjadi.
Oleh karena itu timbul sebuah pertanyaan apakah hadist dapat dijadikan sebuah
hujjah atau tidak..?? maka penulis mencoba membahas beberapa hal yang terkait
dengan al-hadits sebagaimana terangkum dalam rumusan masalah sebagai
berikut.
B. Rumusan Masalah
1. Definisikan Pengertian Hadist?
2. Sebutkan dan jelaskan macam-macam hadis!
3. Apa kedudukan hadist?
4. Jelaskan fungsi hadist!
C. Tujuan Masalah
Agar mahasiswa mampu memaparkan tentang al-hadist sebagai sumber dan
dalil hukum.
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian hadist/sunnah
Kata sunah " "سنةberasal dari bahasa Arab yang terbentuk dari kata - سن
يسنsecara Bahasa artinya jalan atau cara. Dalam Alquran kata sunah disebut
sebanyak 16 kali, yang tersebar dalam beberapa surah yang mengandung arti
kebiasaan yang berlaku dan jalan yang diikuti1, seperti firman Allah .
قد خلت من قبلكم سنن فسيروا في األرض فانظروا كيف كان عاقبة المكذبين
Dengan demikian segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi yang ber
hubungan dengan hukum syara', baik berupa perkataan, perbuatan, maupun
taqrir beliau5. Sesuai dengan definisi di atas, al-sunah dapat dibedakan menjadi
tiga macam.
1
Sapiuddin Shiddiq, Ushul Fiqh, Jakarta:Kencana, 2011, hlm.54.
2
Departemen Agama RI, Al-Qur’an Tajwid dan Terjemah, Bandung: CV.Diponegoro, hlm.67.
3
TM. Hasbi Ash-Shiddieqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadist, Jakarta: Bulan Bintang, 1991 hlm.24.
4
Muhammad Abu Zahrah, Ushul Fiqh, Damaskus: Daar al-Fikr, hlm.105.
5
Munzier Suparta, Ilmu Hadist (Edisi Revisi), Jakarta: Rajawali Press, 2008, hlm.4.
2
a. Sunah qauliyah (perkataan) ialah sabda yang beliau sampaikan dalam
ber aneka tujuan dan kejadian.
b. Sunah filiyah (perbuatan) ialah segala tindakan Rasulullah SAW.
sebagai Rasul.
c. Sunah taqririyah (persertujuan) ialah perkataan dan perbuatan
sebagian sahabat yang telah disetujui Rasulullah, secara diam-diam
atau tidak dibantahnya atau disetujui dengan pujian baik
B. Macam-macam sunnah
Sunah menurut pengertian ahli ushul sebagaimana disebutkan di atas
terbagi kepada tiga macam.
Pertama, sunah qauliyah , yaitu ucapan Nabi yang didengar oleh sahabat
beliau dan disampaikannya kepada orang lain. Umpamanya sahabat
menyampaikan bahwa ia mendengar Nabi bersabda, "Siapa yang tidak shalat
karena tertidur atau karena ia lupa, hendaklah ia mengerjakan shalat itu ketika ia
telah ingat."
3
dengan ucapannya, "Saya melihat seorang sahabat memakan daging dhab di
dekat Nabi. Nabi mengetahui, tetapi Nabi tidak melarang perbuatan itu."
Menurut Hasbi, sunnah dan hadits itu mempunyai dua sifat yaitu :
6
Abdul Majid Khon, Ulumul Hadist, Jakarta: Amzah,2011, hlm.22.
7
Departemen Agama RI, op., cit. hlm. 132.
4
Kandungan hukum dalam Alquran sangatlah sempurna tidak
mening galkan sesuatu, tetapi ada kalanya penjelasannya secara global
maka perlu dijelaskan rinci dengan surah.
D. Fungsi Sunnah
Dalam uraian tentang Al-Qur'an telah dijelaskan bahwa seba gian besar
ayat-ayat hukum dalam Al-Qur'an adalah dalam bentuk garis besar yang secara
amaliah-belum dapat dilaksanakan tanpa penjelasan dari sunah. Dengan
demikian, fungsi sunah yang utama adalah untuk menjelaskan Al-Qur'an. Hal ini
telah sesuai dengan. penjelasan Allah dalam surat an-Nahl (16): 64:
ِ ك ْال ِكتَا
ْ ْب اِاَّل لِتُبَيِّنَ لَهُ ُم الَّ ِذي
٦٤- (النحل-اختَلَفُوْ افِ ْي ِه َ َو َما َأ ْن َز ْلنَا َعلَ ْي
8
Abdul Majid Khon, op., cit. hlm. 23.
9
Amir Syarifuddin, Ushul Fiqh, Jakarta: Kencana 2014, hlm 242
5
1. Menguatkan dan mengaskan hukum-hukumyang tersebut dalam Al-
Qur’an atau disebut fungsi ta’kid dan taqrir. Dalam bentuk ini Hadits
hanya seperti mengulangi apa-apa yang tersebut dalam Al-Qur’an.
Umpanya Firman Allah dalam surat Al-Baqarah :110 yang artinya :
“ Islam itu didirikan dengan lima pondasi : kesaksian bahwa tidak ada
tuhan selain Allah dan muhammad adalah Rasulullah, mendirikan
shalat, menunaikan zakat.
6
menetapkan sendiri hukumyang tidak ditetapkan dalam Al-Qur’an.
Fungsi hadits dalam bentuk ini disebut itsbat. Sebenarnya bila
diperhatikan dengan teliti akan jelas bahwa apa yang ditetapkan hadits
itu pada hakikatnya adalah penjelasan terhadap apa yang disinggung
Al-Qur’an atau memperluas apa yang disebutkan Al-Qur’an secara
terbatas. Umpamanya Allah SWT mengharamkan memakan bangkai,
darah, dan daging babi. Larangan Nabi ini menurut lahirnya dapat
dikatakan sebagai hhukum baru yang ditetapkan oleh Nabi, karena
memang apa yang diharamkan Nabi ini secara jelas tidak terdapat
dalam Al-Qur’an. Tetapi kalau dipahami lebih lanjut larangan Nabi itu
hanyalah sebagai penjelasan terhadap larangan Al-Qur’anlah
memakan sesuatu yang kotor.
7
BAB III
PENUTUPAN
A. Kesimpulan
Dari beberapa uraian di atas dapat kita ambil beberapa kesimpulan bahwa:
8
DAFTAR PUSTAKA
Sapiuddin Shiddiq, Ushul Fiqh, Jakarta:Kencana, 2011.
Departemen Agama RI, Al-Qur’an Tajwid dan Terjemah, Bandung: CV.Diponegoro.
TM. Hasbi Ash-Shiddieqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadist, Jakarta: Bulan Bintang,
1991.
Muhammad Abu Zahrah, Ushul Fiqh, Damaskus: Daar al-Fikr.
Munzier Suparta, Ilmu Hadist (Edisi Revisi), Jakarta: Rajawali Press, 2008.
Amir Syarifuddin, Ushul Fiqh, Jakarta: Kencana 2014