Penyusun : Kelompok 4
Muhammad Farhan
Maizul Andri
Yasir Fauji
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami bisa selesaikan
makalah ini dengan judul “Assunnah Sebagai Sumber Hukum”
Makalah ini sudah selesai kami susun dengan maksimal dengan bantuan
pertolongan dari berbagai pihak sehingga bisa memperlancar pembuatan makalah
ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang
sudah ikut berkontribusi didalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari seutuhnya bahwa masih jauh dari kata
sempurna baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu,
kami terbuka untuk menerima segala masukan dan kritik yang bersifat
membangun dari pembaca sehingga kami bisa melakukan perbaikan makalah ini
sehingga menjadi makalah yang baik dan benar.
Akhir kata kami meminta semoga makalah ilmiah tentang limbah dan manfaatnya
untuk masyarakan ini bisa memberi manfaat utaupun inpirasi pada pembaca.
PEMBAHASAN
A. Pengertian sunnah
Sunnah berasal dari bahasa arab yang secara etimologis berarti’ jalan yang
biasa dilalui” atau “cara yang senantiasa dilakukan “ , atau “kebiasaan yang selalu
dilaksanakan”, apakah kebiasaan atau cara itu sesuatu kebiasaan yang baik atau
buruk.
Secara terminologis(dalam istilah sari’ah), sunnah bisa dilihat dari tiga bidang
ilmu, yaitu dari ilmu hadist, ilmu fiqh dan ushul fiqih.
Sunnah menurut para ahli hadist identik dengan hadist, yaitu: seluruh yang
disandarkan kepada Nabi Muhammad SAW, baik perkataan, perbuatan, maupun
ketetapan ataupun yang sejenisnya (sifat keadaan atau himmah)
Sunnah menurut ahli ushul fiqh adalah “ segala yang diriwayatkan dari Nabi
Muhammad SAW, berupa perbuatan, perkataan , dan ketetapan yang berkaitan
dengan hukum”.
Sedangkan sunnah menurut para ahli fiqh , di samping pengertian yang
dikemukakan para ulama’ ushul fiqh di atas, juga dimaksudkan sebagai salah satu
hokum taqlifih, yang mengandung pengertian”perbuataan yang apabila dikerjakan
mendapat pahaladan apabila ditinggalkan tidak medapat siksa (tidak berdosa)”[2]
Atau terkadang dengan perbuatan, beliau menerangkan maksudnya, seperti
pelajaran shalat yang beliau ajarkan kepada mereka (para sahabat) secara praktek
dan juga cara-cara ibadah haji. Dan kadang para sahabatnya brbuat sesuatu di
hadiratnya atau sampai berita-berita berupa ucapan atau tindakan mereka kepada
beliau, tetapi hal ini tidak di ingkarinya, bahkan didiamkannya saja, padahal
beliau sanggup untuk menolaknya(kalau tidak dibenarkan) atau nampak padanya
setuju dan senang, sebagai mana diriwayatkan bahwa beliau tidak mengingkari
orang yang makan daging biawak di tempat makan beliau.
B. Macam-macam Assunah
a. Sunnah fiqliyah, yaitu perbuatan yang dilakukan Nabi SAW. Yang dilihat, atau
diketahui dan disampaikan para sahabat pada orang lain. Misalnya, tata cara yang
ditunjukan Rosullah SAW. Kemudian disampaikan sahabat yang melihat atau
mengetahuinya kepada orang lain.
b. Sunnah Qoulyyah, yaitu ucapan Nabi SAW. Yang didengar oleh dan disampaikan
seorang atau beberapa sahabat kepada orang lain. Misalnya, sabda Rosullah yang
diriwayatkan Abu Hurairah:
“tidak sah shalat seseorng yang tidak membaca surat Al-Fatihah” (HR al-Bukhari
dan Muslim}
c. Sunnah taqqririyyah, yaitu perbuatan atau ucapan sahabat yang dilakukan
dihadapan Nabi SAW, tetapi Nabi hanya diam dan tidak menceganya. Sikap diam
dan tdak mencega dari Nabi SAW ini, menunjukan persetujuan Nabi SAW
(taqqrir), terhadap perbuatan sahabat tersebut.
C. Fungi Assunnah
Sebagian besar ayat-ayathukum dalam Al-Qur’an masih bersifat global, yang masih
memerlukan penjelasan dalam implementasiny. Fungsi sunnah yang utama adalah untuk
menjelaskan Al-qur’an, sebagaimana disebutkan dalam firman Allah SWT:
….dan kami turunkan kepadamu Al-Qur’an agar kamu menjelaskan kepada umat
manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka…(QS. An-Nahl:44)
Al-Qur’an disebut sebagai sumber hukum dan dalil hukum yang pertama, dan sunnah
disebut sumber hukum dan dalil hukum kedua(bayan) setelah Al-Qur’an. Dalam
kedudukan sebagai sumber dan dalil hukum kedua, sunnah menjalankan fungsinya
sebagai berikut:
a. Bayan ta’kid
Bayan Ta’kid yaitu menetapkan dan menegaskan hukum-hukum yang tersebut dalam Al-
Qur’an. Dalam ini sunnah hanya seperti mengulangi apa yang dikatakan Allah dalam Al-
qur’an. Contohnya Allah berirman:
Dan dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. (QS.al-Baqarah:110)
b. Bayan tafsir
Bayan Tafsir yaitu memberikan penjelasan arti yang masih samar dalam Al-Qur’an, atau
terperinci apa-apa yang dalam Al-Qur’an disebutkan secara garis besar, memberi
batasan terhadap apa yang disampaikan Allah secara mutlak.
Perintah shalat disampaikan Al-qur’an dalam arti yang ijmal, yang masih samar, artinya
karena dapat saja dipahami dari padanya semata doa sebagai yang dikenal secara umum
pada waktu itu. Kemudian Nabi melakukan perbuatan shalat secara jlas dan
terperincidan menjelaskan kepada umatnya : “inilah shalat dan kerjakanlah shalat itu
sebagai mana kamu lihat aku mengerjakannya.”
Dalam Al-Qur’an secara umum dijelaskan bahwa anak laki-laki dan anak perempuan
adalah ahli waris bagi oang tuanya yang meninggal(QS.an Nisa’:7) sunnah Nabi
membatasi hak warisan itu hanya kepada anak-anak yang bukan penyebab kematian
orng tuanya itu, dengan ucapan: pembunuh tidak dapat mewarisi orang yang
dibunuhnya”.
c. Bayan Tasyri
Bayan Tasyri yaitu menetapakn suatu hukum dalam sunnah yang secara jelas tidak di
sebutkan dalam Al-Qur’an. Dengan demikian kelihatan bahwa sunnah menetapkan
sendiri hukum yang tidak ditetapakn Al-Qur’an.
Sebenarnya bila diperhatikan dengan teliti akan jelas apa yang ditetapkan tersendiri oleh
sunnah itu, pada hakikatnya adalah penjelasan terhadap apa yang disinggung Allah
dalam Alqur’an atau memperluas apa yang disebutkan Allah secara terbatas.
Umpama Allah SWT menyebutkan dalam al-Qur’an tentang haramny memakan bangkai,
darah, daging babi dan sesuatu yang disembelih tidak dengan menyebut nama Allah(QS.
Al-Maidah:3). Kemudian mengatakan “haramnya setiap binatang buas yang bertaring
dan kukunya mencekam’. Larangan ini secara lahir dapat dikatakan sebagai hukum baru
yang ditetapkan oleh Nabi. Sebenarnya larangan Nabi itu hanyalah penjelasan terhadap
larangan Allah memakan sesuatu yang kotor(QS. Al-a’raf:33)
BAB III
PENUTUPAN
KESIMPULAN
Kesimpulan singkat dari assunnah sebagai sumber hukum diantara lain yaitu:
Pengertian Sunnah: Sunnah berasal dari bahasa arab yang secara etimologis berarti’
jalan yang biasa dilalui” atau “cara yang senantiasa dilakukan “ , atau “kebiasaan yang
selalu dilaksanakan
1. Sunnah fiqliyah, yaitu perbuatan yang dilakukan Nabi SAW. Yang dilihat,
atau diketahui dan disampaikan para sahabat pada orang lain
2. . Sunnah Qoulyyah, yaitu ucapan Nabi SAW. Yang didengar oleh dan
disampaikan seorang atau beberapa sahabat kepada orang lain
3. Sunnah taqqririyyah, yaitu perbuatan atau ucapan sahabat yang
dilakukan dihadapan Nabi SAW, tetapi Nabi hanya diam dan tidak
menceganya
Sebagian besar ayat-ayathukum dalam Al-Qur’an masih bersifat global, yang masih
memerlukan penjelasan dalam implementasiny. Fungsi sunnah yang utama adalah untuk
menjelaskan Al-qur’an, sebagaimana disebutkan dalam firman Allah SWT:
….dan kami turunkan kepadamu Al-Qur’an agar kamu menjelaskan kepada umat
manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka…(QS. An-Nahl:44)
Al-Qur’an disebut sebagai sumber hukum dan dalil hukum yang pertama, dan sunnah
disebut sumber hukum dan dalil hukum kedua(bayan) setelah Al-Qur’an
DAFTAR PUSTAKA
Bairut.
Ibid.