Anda di halaman 1dari 5

Muhammad Alif Nadin Putra

2210511067
B S1 Informatika
UTS AGAMA
Dr. Irawan, S.Pd.I., M.Pd.I.
A. Soal Teori : Bobot 30 %
Kerjakan 2 Soal dari 4 Soal yang Tersedia Boleh Tidak Berutan
3. a. Al-Qur’an berasal dari kata ‫ قرانا‬-‫ يقرا‬-‫ قرأ‬yang berarti bacaan atau sesuatu yang dibaca.
Secara terminologi Al-Qur.an adalah Kalamullah sebagai mu’jizat yang diturunkan kepada
nabi Muhammad SAW melalui perantara malaikat Jibril untuk disampaikan kepada seluruh
umat manusia dan membacanya adalah ibadah. Alquran berisi petunjuk lengkap bagi umat
manusia. Sebagian besar Alquran adalah tentang Tuhan, sifat-sifat-Nya dan hubungan manusia
dengan-Nya. Selain itu, Alquran juga berisi petunjuk bagi pengikutnya, catatan sejarah dari
nabi dan orang terdahulu, serta pembawa kabar baik bagi orang-orang beriman dan peringatan
bagi orang-orang kafir.

Berikut merupakan Q.S. Nisa ayat 59 yang menjelaskan tentang Al-Qur’an sebagai sumber
hukum islam

Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul-Nya, dan ulil amri
diantar kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah
ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada
Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya”
(an-Nisa ayat 59).
b. Secara harfiah, sunnah berarti tata cara, tradisi, atau pekerjaan, sedangkan hadits sering
diartikan sebagai berita, ucapan, atau sesuatu yang merupakan perkataan, perbuatan, dan
penetapan (taqrir) Rasulullah. Sunnah dibagi menjadi 3 bagian yaitu:

1. Sunnah Qouliyah, Yaitu sunnah dalam bentuk perkataan atau ucapan Rasulullah
SAW, yang menerangkan hukum-hukum, atau maksud al-Qur’an.

2. Sunnah Fi’liyah yaitu sunnah dalam bentuk perbuatan yang menerangkan tata cara
melaksanakan ibadah. Misalnya : cara berwudhu, shalat, haji dan sebagainya.

3. Sunnah Taqririyah, yaitu ketetapan Rasulullah SAW dengan diamnya terhadap


perkataan, perbuatan para sahabat tidak ditegur atau dilarang

Kedudukan Sunnah yaitu:

1. Bayan tafsir, yaitu menerangkan ayat-ayat yang sangat umum, mujmal dan musytarak.
Seperti hadis : “Shallu kama ra’aitumuunii ushallii” (Shalatlah kamu sebagaimana kamu
melihatku shalat), adalah tafsiran dari ayat al-Qur’an yang umum, yaitu Q.S. Baqarah ayat 110

2. Bayan Taqrir, yaitu sunnah yang berfungsi memperkokoh dan memperkuat pernyataan al-
Qur’an. Seperti hadis yang berbunyi : “Shoumul liru’yatihi wafthiru liru’yathihi” (berpuasalah
karena melihat bulan dan berbukalah karena melihatnya ), adalah memperkokoh ayat al-Qur’an
Al-Baqarah ayat 185

3. Bayan Taudhih, yaitu menerangkan maksud dan tujuan sesuatu ayat al-Qur’an. Seperti
pernyataan Nabi : “Allah tidak mewajibkan zakat melainkan supaya menjadi baik harta-
hartamu yang sudah dizakati”, adalah taudhih (penjelasan) terhadap ayat al-Qur’an At-Taubah
ayat 34

c. Ijtihad menurut bahasa pencurahan segenap kemampuan untuk mendapat sesuatu.


Sedangkan menurut istilah ialah usaha yang sungguh-sungguh seseorang (ulama), yang
memiliki syarat-syarat tertentu, menggunakan akal sekuat mungkin untuk menetapkan hukum
berbagai persoalan yang terjadi saat ini yang tidak terdapat secara eksplisit dalam al-Qur’an
dan as-Sunnah. Orang yang berijtihad disebut mujta-hid. Ijtihad yang dilakukan oleh beberapa
ulama secara kolektif disebut Ijma’. Rasulullah SAW pernah bersabda kepada Abdullah bin
Mas’ud sebagai berikut. “Berhukumlah engakau dengan al-Qur’an dan as-Sunnah, apabila
sesuatu persoalan itu engkau temukan pada dua sumber tersebut. Apabila engkau tidak
menemukannya pada dua sumber itu, maka berijtihadlah.”
Metode ber-Ijtihad yaitu:

1. Qiyas (Reasoning by analogy), yaitu menetapkan suatu hukum terhadap sesuatu hal yang
tidak diterangkan al-Qur’an dan as-Sunnah, dengan cara dianalogikan kepada hukum yang
sudah jelas hukumnya dalam al-Qur’an dan as-Sunnah, karena ada sebab yang sama.

2. Ijma’ (consensus) = ijtihad kolektif, yaitu kesepakatan ulama-ulama Islam dalam


menentukan suatu masalah ijtihadiyah. Hal ini pernah terjadi ketika Ali bin Abi Thalib
mengemukakan Rasulullah tentang kemungkinan adanya suatu masalah yang tidak dibicarakan
al-Qur’an dan as-Sunnah.

3. Istihsan (Preference), yaitu menetapkan suatu hukum terhadap suatu persoalan ijtihadiyah
atas dasar prinsip-prinsip umum ajaran Islam, seperti keadilan, kasih sayang dan lain-lain. Oleh
para ulama, istihsan disebut qiyas kahfi (analogi samar-samar), disebut sebagai pengalihan
hukum yang diperoleh dengan qiyas kepada hukum lain atas pertimbangan kemaslahatan
umum.

4. Mashalihul Mursalah ( utility ), yaitu menetapkan hukum terhadap sesuatu persoalan


ijtihadiyah atas pertimbangan kegunaan dan kemanfaatan sesuai dengan tujuan syariat.

4. Al-Qur‟an menyebutkan tentang asal mula penciptaan manusia menggunakan beberapa


lafadz yang berbeda. Penggunaan lafadz yang berbeda tersebut pada dasarnya merupakan suatu
tahapan penciptaan menuju kesempurnaan. Diantara lafadz-lafadz yang sering digunakan al-
Qur‟an dalam mengungkapkan asal mula penciptaan manusia adalah sebagai berikut:

1. Turab (tanah): Para mufassir dalam memaparkan “turab” dengan kata “tanah” sekalipun
dalam kamus diartikan dengan kata “debu” atau “serbuk tanah” yaitu sesuatu yang berukuran
sangat kecil.

2. Thin (tanah liat): Lafadz thin berarti tanah yang mengandung banyak air, lumpur.

3. Thin lazib (tanah yang melekat dan keras): Lafadz lazib berarti “menjadi kuat, tetap” dan
lafadz tersebut biasa diartikan dengan yang pekat, keras, dan lekat.

4. Hama’ (lumpur hitam): Lafadz hama’ berarti “tanah yang bercampur air dan berwarna
kehitam-hitaman.
5. Shalshal (tanah liat kering yang dibuat untuk tembikar): Dalam kamus kata shalshal berarti
lumpur yang kering, yang gemerisik karena keringnya. Fase shalshal merupakan fase terakhir
dari proses penciptaan manusia pertama yakni Nabi Adam. Dengan kata lain, gambaran tanah
yang hendak dijadikan Nabi Adam telah sempurna, telah matang, telah melalui beberapa
tahapan yang memakan waktu sangat lama, hingga tidak ada seorang pun mengetahui lamanya
waktu penciptaan Nabi Adam.

6. Sulalah (sari pati tanah): Kata sulalah mengandung arti “sari” yaitu sesuatu yang dikeluarkan
dari sesuatu yang lain, dalam hal ini tanah. Hal ini berarti ekstrak dari tanah.

7. Nuthfah (pembuahan sel sperma terhadap sel telur): Salah satu kata yang sering digunakan
al-Qur‟an dalam menyebutkan asal mula penciptaan manusia adalah nuthfah. Nuthfah adalah
setetes air mani yang dipancarkan (min maniyyin yumna).

8. Alaqah (segumpal darah yang mengental dan membeku): Dalam kitab Zad Al-Masir, Ibnu
Al-Jauzi mengemukakan tentang „alaqah yang memiliki arti sejenis darah yang bergumpalan
dan kental. Sifatnya lembab dan bergantung dengan yang berhubungan dengannya.

9. Mudghah (segumpal daging): Pandangan Quraish Shihab tentang mudghah yakni sesuatu
berupa sekerat daging dan sebesar apa yang dapat dikunyah.

10. Idzam (proses pembentukan tulang belulang): Dalam Tafsir al-Azhar karya Hamka
dijelaskan bahwa kata Idzam merupakan sebuah proses dari pembentukan daging menjadi
tulang-tulang.

11. Lahm (proses pembalutan tulang belulang dengan daging): Dalam Tafsir al-Azhar karya
Hamka dijelaskan bahwa lahm merupakan sebuah proses tulang belulang yang diliputi dengan
daging.

B. Soal Kasus / Analisis : Bobot 70 %

Kerjakan 2 Soal dari 3 Soal yang Tersedia Boleh Tidak Berutan

1. Menurut saya, Pendidikan agama sangat penting diajarkan di institusi Pendidikan karena hal
ini tertera di Sila pertama Pancasila yaitu Ketuhanan Yang Maha. Pendidikan Agama dapat
menjadi fondasi dalam kehidupan bermasyarakat. Jika hidup kita tidak dilandasi dengan
pengetahuan agama maka negara kita akan terancam persatuannya karena akan banyak
masyarakat yang menciptakan ajaran baru dan berpikiran radikalisme.
Jika ada warga negara yang menganggap bahwa Pendidikan agama merupakan urusan pribadi
maka dapat dipastikan dia tidak berpedoman kepada Sila pertama Pancasila. Negara pun juga
telah mengatur kehidupan beragama di dalam perundang-undangan. Dia juga secara tidak
langsung mengakui bahwa dia bukanlah warga negara Indonesia karena tidak mengikuti
Pancasila dan peraturan perundang-undangan.

2. Solusi saya sebagai Muslim dan warga negara yang baik adalah:

1. Mengingatkan kepada para wanita yang Muslim agar senantiasa menutup aurat.

2. Menegur keras pelaku kekerasan seksual

3. Melaporkan pelaku kekerasan seksual kepada pihak berwajib

4. Memberikan perlindungan kepada korban kekerasan seksual

5. Memberikan penyuluhan tentang pentingnya mencegah kekerasan seksual

6. Menerapkan peraturan Islam bagi Muslim laki-laki dan perempuan tentang cara
pergaulan

Anda mungkin juga menyukai