Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Secara sederhana hukum artinya seperangkat peraturan tentang tingkah


laku manusia yang diakui oleh sekelompok masyarakat, yang disusun oleh
orang yang diberi wewenang dan berlaku mengikat bagi anggotanya. Bila
dikaitkan dengan Islam, maka hukum Islam berarti seperangkat peraturan
yang berdasarkan wahyu Allah SWT, dan sunnah Rasulullah saw; yang
mengatur tentang tingkah laku manusia yang dibebankan kepada setiap
mukallaf dan mengikat semua orang yang beragama Islam. Orang yang
hidupnya dibimbing syari'ah (hukum Islam) akan melahirkan kesadaran untuk
berperilaku yang sesuai dengan tuntutan dan tuntunan Allah SWT; dan
rasulNya, sebab hukum Islam pasti selaras dengan fitrah manusia sehingga
siapapun yang bertahkim kepada hukum Islam pasti manusia akan selamat di
dunia dan akherat. 
Sumber hukum dalam Islam, ada yang disepakati (muttafaq) para ulama
dan ada yang masih dipersilisihkan(mukhtalaf). Adapun sumber hukum Islam
yang disepakati jumhur ulama adalah Al Qur’an, Hadits, Ijma’ dan Qiyas.
Para Ulama juga sepakat dengan urutan dalil-dalil tersebut di atas (Al Qur’an,
Sunnah, Ijma’ dan Qiyas). Keempat sumber hukum yang disepakati jumhur
ulama yakni Al Qur’an, Hadist, Ijma’ dan Qiyas.
B. Rumusan Masalah

1. Menjelaskan pengertian Al-Qur’an beserta fungi dan kedudukannya.

2. Menjelaskan pengertian Al-Hadist, macam-macamnya beserta fungsi dan


kedudukannya.

3. Menjelaskan pengertian Ijtihad, bentuk ijtihad beserta fungsi dan


kedudukannya.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sumber Hukum Islam

1. Al-Qur’an

Dari segi bahasa Al-Qur’an berarti “yang dibaca” atau “bacaan”


sedangkan dari segi istilah Al-Qur’an adalah firman (wahyu) Allah yang
diturunkan kepada nabi Muhammad saw melalui perantara malaikat Jibril
yang merupakan mukjizat dan menggunakan bahasa Arab, berisi tentang
petunjuk dan pedoman hidup bagi manusia, dan bila kita membacanya
merupakan ibadah.1 Sebagaimana firman Allah Swt :
        
       

Artinya: “sesungguhnya Al-Qur’an ini memberikan petunjuk kepada (jalan)


yang lebih lurus dan memberi kabar gembira kepada orang
mu’min yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada
pahala yang besar.” (Q.S. Al-Isra’:9)

Sebagai sumber hukum Islam Al-Qur’an mengandung 3 pokok


pengetahuan hukum yang mengatur tentang kehidupan umat manusia
yaitu:

a. Hukum yang berkaitan dengan aqidah, yakni ketetapan tentang wajib


beriman kepada Allah SWT, Malaikat, Kitab-kitab-Nya, para Rasul,
hari akhir dan takdir.

b. Tuntutan yang berkaitan dengan akhlaq (budi pekerti), yaitu ajaran


agar seorang muslim memiliki sifat mulia dan menjauhi sifat tercela.

1
Syaikh Mana Al-Qhaththan, Pengantar Studi Ilmu al-Qur’an (Jakarta: Pustaka al-Kautsar) 2004,
hlm. 38-39
c. Hukum yang berkaitan dengan amal perbuatan manusia yang terdiri
dari ucapan, perbuatan, perjanjian dan lain-lain. Hukum yang berkaitan
dengan amal perbuatan ini terbagi menjadi dua, yaitu:

- Yang mengatur tindakan manusia dalam hubungan dengan Allah


SWT, yang disebut ibadah. Seperti sholat, puasa, haji nadzar,
sumpah dan lain-lain.

- Yang mengatur tindakan manusia baik individu atau kelompok


yang disebut dengan muamalah (amal kemasyarakatan). Seperti
perjanjian, hukum (pidana), ekonomi, pendidikan, pernikahan dan
semacamnya.

Fungsi dan Kedudukan Al-Qur’an

a. Sebagai mukjizat Nabi Muhammad saw.

b. Sebagai dasar dan sumber hukum Islam yang pertama.

c. Sebagai pedoman dan petunjuk hidup bagi manusia.

d. Sebagai pembawa berita gembira dan kebenaran yang mutlak.

e. Sebagai obat penawar hati bagi orang-orang yang beriman.

f. Membenarkan dan menyempurnakan kitab-kitab terdahulu.

2. Al-Hadits

Hadits menurut bahasa artinya perkataan. Menurut istilah hadits


ialah segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi Muhammad saw, baik
berupa perkataan, perbuatan atau ketetapan (taqrir) Nabi.2

Berdasarkan definisi tersebut, maka hadits dibagi menjadi 3 bagian


yaitu:

2
Erwin Yudi Prahara, Materi Pendidikan Agama Islam (Ponorogo: IAIN Po PRESS) 2009, hlm.
79.
1. Hadits Qawliyah yaitu hadits dalam bentuk perkataan atau ucapan
Rasulullah Saw. Yang menerangkan hukum-hukum dan tata cara.

2. Hadits Fi’liyah yaitu hadits dalam bentuk perbuatan yang


menerangkan cara melaksanakan ibadah (shalat, wudhu, manasik haji,
dan lain-lain).

3. Hadits Taqririyah yaitu ketetapan Rasulullah SAW atau diamnya


terhadap perkataan atau perbuatan para sahabatnya, atau Nabi
membiarkannya tidak menegur atau melarangnya. Contoh, ketika
Rasulullah SAW dan para sahabatnya pulang dari suatu peperangan,
diperjalanan mereka istirahat. Di tengah istirahat Rasulullah SAW
melihat para sahabatnya sedang membakar binatang biawak lalu
memakannya. Rasulullah Saw diam membiarkannya (tidak
menegurnya). Diamnya Rasulullah Saw terhadap perbuatan para
sahabat tersebut, berarti mengizinkannya, artinya perbuatan itu
(memakan daging biawak) diperbolehkan oleh Rasulullah SAW.

Tiga Unsur Hadits :

1. Sanad adalah sandaran atau jalan yang menghubungkan materi hadits


(matan) dari satu sahabat kepada sahabat yang lainnya hingga sampai
kepada sandaran pokok yaitu Nabi Muhammad SAW. Sanad berarti
juga orang yang meriwayatkan hadits. Contoh sanad hadits diatas
adalah Umar bin Khattab.

2. Matan adalah materi berita atau pembicaraan yang diganti oleh sanad
yang terakhir. Contoh matan hadits diatas adalah “ Hendaklah kamu
sekalian beriman kepada Allah.....”

3. Rawi adalah orang yang menyampaikan matan hadits sejak dari Nabi
Muhaammad SAW. hingga akhirnya sampai kepada para penghimpun
hadits, atau orang yang menuliskan matan hadits yang diterimanya
atau yang didengarnya dalam sebuah kitab. Contoh rawi hadits di atas
adalah Imam Bukhori.

Sehubungan dengan beberapa istilah tersebut, maka macam-macam


hadits dapat dilihat dari beberapa segi, pertama, dari segi jumlah orang
yang meriwayatkannya (rawi), kedua, dari segi kualitas atau mutu atau
diterima dan ditolaknya hadits tersebut.

Dari segi jumlah orang yang meriwayatkan hadits, terdiri dari 5


(lima) macam :

1. Hadits Mutawatir, yaitu hadits yang diriwayatkan oleh banyak orang


secara terus menerus tanpa terputus-putus hingga tercatat dalam
sebuah kitab.

2. Hadits Masyhur, adalah hadits yang diriwayatkan oleh banyak orang


pula secara terus menerus tanpa terputus-putus hingga tercatat dalam
sebuah kitab, tetapi tidak mencapai derajad Hadits Mutawatir.

3. Hadits ‘Aziz, adalah hadits yang diriwayatkan oleh dua orang kepada
dua orang dan seterusnya demikian, hingga tercatat dalam sebuah kitab
atau kumpulan hadits.

4. Hadits Gharib, adalah hadits yang diriwayatkan dari seorang kepada


seorang dan seterusnya demikian, hingga tercatat sebuah kitab atau
kumpulan hadits.

5. Hadits Ahad, yaitu hadits yang diriwayatkan oleh satu, dua, atau tiga
orang atau lebih, tetapi tidak mencapai syarat-syarat hadits mutawatir
dan hadits masyhur.

Hadits Mutawatir terbagi lagi menjadi kepada dua macam :

1. Mutawatir Lafzhiy, yaitu redaksi dari kandungannya sama, tidak


terdapat perbedaan didalamnya.
2. Mutawatir Ma’nawi, yaitu redaksinya berbeda-beda tetapi maknanya
tetap sama.

Contoh hadits Mutawatir Lafzhiyah antara lain:

Sabda Rasul:

“maka barang siapa yang membuat kebohongan terhadapku


dengan sengaja, hendaknya ia mengambil tempat duduk dari api
neraka.“ (H.R. Bukhari dan Muslim)”.
Hadits ini diriwayatkan oleh sekitar 200 orang sahabat dengan
redaksi hadits yang sama. Sedangkan contoh hadits mutawatir ma’nawiyah
antara lain, seperti hadits yang menyatakan harus mengangkat tangan
tatkala berdoa. Hadits ini diriwayatkan oleh sekitar 100 orang sahabat
dengan redaksi yang berbeda, tetapi maknanya sama.

Ditinjau dari segi kualitas hadits atau mutunya, maka terbagi


kepada:

1. Hadits Shahih, yaitu hadits yang diriwayatkan oleh orang-orang adil,


baik, dan jujur, serta kuat hafalannya, sempurna ketelitiannya,
sanadnya bersambung kepada Rasul, tidak mempunyai cacat, dan tidak
bertentangan dengan dalil atau periwayatan yang lebih kuat.

2. Hadits Hasan, yaitu hadits yang diriwayatkan oleh orang-orang adil,


baik, dan jujur, sanadnya bersambung kepada Rasul, tidak mempunyai
cacat, dan tidak bertentangan dengan dalil atau periwayatan yang lebih
kuat, tapi kekuatan hafalan dan ketelitian perawinya kurang baik.

3. Hadits Dha’if, yaitu hadits yang lemah karena perawinya tidak baok
dan tidak adil, terputus sanadnya atau periwayatan yang lebih kuat atau
karena cacat lainnya.

Macam-macam hadits yang termasuk pada kategori dha’if ini,


cukup banyak, antara lain :
1. Hadist Maudhu, yaitu hadits yang dibuat seseorang, kemudian
disandarkan kepada Rasul.

2. Hadits Mudraj, yaitu hadits yang sanadnya atau matannya bercampur


dengan yang bukan hadits, kemudian diduga sebagai hadits.

3. Hadist Mushahhaf, yaitu hadits yang berbeda dengan hadits yang


diriwayatkan oleh para perawi lainnya dan terdapat kelainan dalam
redaksi matan-nya, baik huruf dan maknanya, juga terdapat kelainan
dalam sanad-nya.

4. Hadits Mardud, yaitu hadits yang ditolak, karena diketahui bahwa


yang meriwayatkannya ahli bid’ah.

5. Hadits Saqiem, yaitu hadits yang arti dan tujuannya berlainan dengan
firman Allah (Al-Qur’an).

6. Hadits Majhul, yaitu hadits yang diriwayatkan oleh orang yang tidak
dikenal dikalangan para ahli hadits.

Adapun kitab-kitab kodifikasi hadits yang terkenal keontetikannya


adalah:

a. Himpunan dua imam besar terdahulu:

1. Al-Muwatha’ disusun oleh Imam Malik (wafat 178 H).

2. Al-Musnad, disusun oleh Imam Ahmad bin Hanbali (wafat 241 H).

b. Enam besar himpunan hadits:

1. Shahih Bukhari, disusun oleh Imam Bukhari (810-870 M).

2. Shahih Muslim, disusun oleh Imam Muslim (821-898 M).

3. Sunan Abu Dawud, disusun oleh Imam Abu Dawud (817-888 M).

Sunan Nasa’i, disusun oleh Imam Nasa’i (824-915 M).


4. Sunan Turmudzi, disusun oleh Imam Turmudzi (821-892 M).

5. Sunan Ibnu Majah, disusun oleh Imam Ibnu Majah (824-886 M).

Ilmu yang mempelajari Hadits garis besarnya ada dua :

1. Ilmu Hadits Riwayah :

ilmu yang membahas persambungan hadits kepada Shohibur


Risalah, Junjungan kita Muham-mad saw, dari jurusan kelakuan
para perowinya, kekuatan hafalan dan keadilan mereka dan dari
jurusan keadaan sanad, putus dan bersambungnya dan yang
sepertinya.

2. Ilmu Hadits Diroyah :


ilmu yang membahas makna-makna yang difahamkan dari lafat-
lafat hadits dan yang dikehendaki dari sesuatu lafat dan kalimat,
dengan bersandar kepada aturan-aturan (kaidah-kaidah) bahasa
Arab dan kaidah-kaidah Agama dan sesuai dengan keadaan Nabi
saw.
Fungsi dari Al-Hadits diantaranya:

1. Memperkuat hukum-hukum yang telah ditetapkan oleh Al-Qur’an.

2. Memberikan rincian dan penjelasan terhadap ayat-ayat Al-Qur’an.

3. Menetapkan hukum atau aturan yang tidak ada dalam Al-Qur’an.

4. Sumber ilmu pengetahuan.


BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Menurut bahasa Al-Qur’an berarti “yang dibaca” atau “bacaan”
sedangkan dari segi istilah Al-Qur’an adalah firman (wahyu) Allah yang
diturunkan kepada nabi Muhammad saw melalui perantara malaikat Jibril
yang merupakan mukjizat dan menggunakan bahasa Arab, berisi tentang
petunjuk dan pedoman hidup bagi manusia, dan bila kita membacanya
merupakan ibadah.

2. Hadits menurut bahasa artinya perkataan. Menurut istilah hadits ialah


segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi Muhammad saw, baik
berupa perkataan, perbuatan atau ketetapan (taqrir) Nabi.

3. Ijtihad berasal dari bahasa arab dari bentuk fi’il madli yaitu ijtahada,


bentuk fi’il mudlarek yaitu yajtahidu, dan bentuk masdar yaitu ijtihadan
yang arinya telah bersungguh-sungguh, mencurahkan tenaga,
menggunakan pikiran, dan bekerja semaksimal mungkin. Sedangkan
menurut istilah, ijtihad adalah suatu pekerjaan yang menggunakan segala
kesanggupan rohaniah untuk mendapatkan hukum syara’ atau menyusun
pendapat dari seluruh masalah hukum yang bersumber dari Al-Qur’an dan
hadis.

B. Saran
Demikian makalah yang bisa kami tulis dari kelompok kami, karena
kekurangan refrensi yang kami dapat. Namun semoga makalah ini dapat
membantu pembaca menambah wawasan. Sekian dan terima kasih.

DAFTAR PUSTAKA

Erwin Yudi Prahara, Materi Pendidikan Agama Islam, Ponorogo: IAIN Po


PRESS, 2009.
Al-Qhaththan , Syaikh Mana, Pengantar Studi Ilmu al-Qur’an penerjemah: Aunur
Rafiq. Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2004.

Anda mungkin juga menyukai