Anda di halaman 1dari 58

SUMBER-SUMBER HUKUM

DALAM ISLAM
PENGERTIAN
 Sumber adalah asal sesuatu
 Sumber hukum Islam adalah asal (tempat
pengambilan) hukum Islam
 Dalam kepustakaan hukum Islam, sumber hukum
Islam sering pula disebut dengan dasar hukum atau
dalil hukum
Dalam Al Quran Surat An Nisa : 59 disebutkan
bahwa setiap muslim wajib mengikuti kehendak
Allah, kehendak Rosul dan kehendak ulil ‘amri
yakni orang yang mempunyai “kekuasaan”
berupa ilmu pengetahuan untuk mengalirkan
ajaran
hukum Islam dari dua sumber utamanya yakni Al
Quran dan Sunnah Nabi Muhammad saw
Ketika Rosulullah mengutus Mu’adz bin Jabal
menjadi gubernur di Yaman, beliau bertanya
kepadanya, “Dengan pedoman apa engkau akan
memutus sesuatu urusan ?”
Jawab Muadz : dengan kitabullah
Tanya Rosul : kalau tidak ada dalam
Al Quran?
Jawab Muadz : dengan sunnah Rosulullah
Tanya Rosul : kalau dalam sunnah juga tidak
ada?
Jawab Muadz : saya berijtihad dgn pikiran saya
Sabda Rosul : Maha suci Allah yang telah mem-berikan
bimbingan kepada utusan Rosul-Nya, dengan satu
sikap yg disetujui Rosul-Nya. (HR Abu Dawud dan
Turmudzi)
 Berdasarkan hadits tentang Muadz dapat
disimpulkan bahwa :
sumber hukum dalam Islam ada 3 yaitu Al Quran,
As Sunnah dan Ijtihad.

Dalam penggunaan ketiga sumber tersebut maka


diprioritaskan yang pertama, baru kemudian yang
kedua dan terakhir ijtihad dalam memecahkan
suatu permasalahan hukum.
KESIMPULAN YG LAIN DARI HADITS MUADZ ADALAH :

1. Al Quran bukanlah kitab hukum yg memuat


kaidah-kaidah hukum secara lengkap terperinci
2. Sunnah Nabi pun sepanjang tentang muamalat,
pada umumnya hanya mengandung kaidah-
kaidah umum yang harus dirinci kembali lewat
akal pikiran manusia yang mampu berijtihad
3. hakim tidak boleh menolak untuk menyelesaikan
masalah atau sengketa dengan alasan bahwa
hukumnya tidak ada. Ia wajib memecahkan
masalah tersebut dengan cara berijtihad melalui
berbagai metoda.
AL QURAN
 Al Quran adalah sumber hukum pertama dan utama.
Ia memuat kaidah-kaidah hukum fundamental (asasi)
yang perlu dikaji dengan teliti dan dikembangkan
lebih lanjut.
 Al Quran adalah wahyu Allah yg berfungsi sebagai
mukjizat bagi Muhammad saw, sebagai pedoman
hidup bagi setiap muslim dan sebagai penyempurna
kitab-kitab Allah sebelumnya
 Sayid Husein Nasr berkata bahwa Al Quran
mempunyai tiga petunjuk bg manusia :
Pertama, adalah ajaran yg memberi penge-
tahuan tentang berbagai hal : alam
semesta beserta makhluk yang mendia-
minya, ajaran tentang keyakinan atau
iman, hukum atau syariat, dan moral
atau akhlak.
Kedua, Al Quran berisi sejarah atau kisah-kisah
manusia zaman dulu termasuk kejadian para Nabi,
dan berisi pula tentang petunjuk di hari kemudian
atau akhirat.
Ketiga, Al Quran berisi pula sesuatu yang sulit
dijelaskan dengan bahasa biasa karena
mengandung sesuatu yang berbeda dengan yang
kita pelajari secara rasional.
Abdul Wahab Khollaf menyebut macam-macam
hukum dalam Al quran yaitu:
1. Hukum I’tiqadiyah yaitu: hukum yang mengatur
hubungan rohaniah manusia dengan Allah swt,
dan hal-hal yang berkaitan dengan keimanan.

Hukum ini tercermin dalam rukun iman.


2. Hukum Amaliyah : yakni hukum yang mengatur
secara lahiriah hubungan manusia dengan Allah
swt, antara sesama manusia, serta manusia dengan
lingkungannya.

Hukum Amaliah ini tercermin dalam rukun Islam


dan disebut hukum syara/syariat.
3. Hukum Khuluqiyah yaitu hukum yang berkaitan
dengan hukum moral manusia dalam kehidupan,
baik sebagai mahluk individual atau makhluk sosial.

Adapun yang mempelajarinya disebut Ilmu Akhlak


atau Tasawuf
 Menurut para ahli, secara garis besar Al Qur’an
memuat soal-soal yang berkenaan dengan :
1. Aqidah
2. Syariah, terdiri ibadah dan muamalah
3. Akhlak
4. Kisah-kisah umat terdahulu
5. Berita-berita tentang jaman yg akan datang
6. Prinsip-prinsip ilmu pengetahuan
KANDUNGAN ISI ALQURAN
 Al quran terdiri dari 114 surat; 91 surat turun di
Makkah dan 23 surat turun di Madinah. Surat yang
turun di Makkah dinamakan Makiyyah, pada
umumnya suratnya pendek-pendek, menyangkut
prinsip-prinsip keimanan dan akhlak, ditujukan
kepada manusia.
 Sedangkan yang turun di Madinah disebut surat
Madaniyyah. Pada umumnya surat madaniyyah
panjang-panjang, menyangkut peraturan-peraturan
yang mengatur hubungan seseorang dengan Tuhan
dan seseorang dengan sesamanya.
 Ayat-ayat Al quran ada yang muhkamat dan ada pula
yang mutasyabihat.

 Muhkamat adalah ayat yang mudah diketahui


maksudnya, sedangkan mutasyabihat  hanya diketahui
maksudnya oleh Allah

 Muhkamat adalah ayat yang hanya mengandung satu


segi,sedangkan mutasyabihat mengandung banyak
segi.
 Muhkamat adalah ayat yang maksudnya dapat
diketahui secara langsung, tanpa memerlukan
keterangan lain,
sedangkan mutasyabihat memerlukan penje-lasan
dengan merujuk kepada ayat-ayat lain.

 Teks Al quran mengenai hukum tercantum dalam


ayat-ayat muhkamat
B. Contoh Ayat Muhkamat dan Mutasyabihat
1. Ayat – Ayat Muhkamat
a. Surat Al Baqarah 2
 

   Artinya : Kitab (Al Quran) Ini tidak ada keraguan


padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa. (QS. Al
Baqarah : 2)
 
b. Al Ikhlas ayat 1

Artinya : Katakanlah: "Dia-lah Allah, yang Maha Esa".(QS.


Al Ikhlas : 1)
2. Ayat – Ayat Mutasyabihat
a. Al Baqarah ayat 1

Artinya : Alif laam miin. (QS. Al Baqarah : 1)


b. Thaha ayat 5
 
Artinya : (yaitu) Tuhan yang Maha Pemurah. yang
bersemayam di atas 'Arsy. (QS. Thaha : 5)
c. Al Fath ayat 10
 
Artinya : Tangan Allah di atas tangan mereka. (QS. Al
Fath : 10)
AS SUNNAH/AL HADITS

 Secara etimologis, hadits bisa berarti baru, dekat


dan khabar.

 Pengertian hadits identik dengan sunnah yg secara


etimologis berarti jalan atau tradisi.
Hadis atau sunah adalah ucapan, perbuatan, dan
persetujuan Rasulullah Muhammad saw. Dari definisi
tersebut hadits terbagi atas 3 (tiga) jenis:
  
1. Hadis Qouliyah, yaitu hadis yang didasarkan
atas segenap perkataan dan ucapan Nabi saw.
2. Hadis Fi’liyah, yaitu hadis yang didasarkan
atas segenap perilaku dan perbuatan Nabi saw.
3. hadis Taqririyah,yaitu hadis yang disandarkan
pada persetujuan Nabi saw atas apa yang di-
lakukan para sahabatnya. Nabi membiarkan
penafsiran dan perbuatan yang dilakukan saha-
batnya atas hukum Allah dan Rasul-Nya.
Diamnya Rasul menandakan kesetujuannya.
SUNNAH SEBAGAI SUMBER HUKUM
 Sunnah adalah sumber hukum Islam yang kedua
setelah Al Quran.
 Apabila sunnah tidak berfungsi sbg sumber hukum,
maka kaum muslim akan mengalami kesulitan dalam
hal cara shalat, kadar dan ketentuan zakat, cara haji
dll. Sebab ayat Al Quran dalam hal tsb hanya
berbicara secara global dan umum, sedangkan
penjelasan terperinci ada pada sunnah Rosulullah.
HUBUNGAN SUNNAH DAN AL QURAN
 Bayan tafsir yaitu menerangkan ayat-ayat yg sangat
umum. Misal hadits “shalatlah kamu sebagaimana kamu
melihatku shalat” adalah merupakan tafsiran dari ayat
Qur’an yang umum yaitu “kerjakan shalat”
 Bayan taqrir berfungsi untuk memperkokoh dan
memperkuat pernyataan Al Quran. Misal Hadits
“Berpuasalah ketika melihat bulan dan berbukalah karena
melihatnya” adalah memper-kokoh QS Al Baqarah : 183,
tentang awal dan akhir Bulan Ramadan.
 Bayan Taudhih, yaitu menerangkan maksud dan
tujuan ayat Al Quran, seperti pernyataan Nabi
“Allah tidak mewajibkan zakat melainkan supaya
menjadi baik harta-hartamu yang sudah dizakati”
adalah penjelasan terhadap ayat Al Quran “Dan
orang-orang yang menyimpan emas dan perak
kemudian tidak membelan-jakannya di jalan Allah,
maka gembirakanlah mereka dengan azab yang
pedih”
JENIS/MACAM HADITS
 Dilihat dari KUALITAS PRIBADI PERAWINYA :
1. SAHIH adalah hadits yg diriwayatkan oleh
perawi yang adil yaitu orang yg senantiasa
berkata benar dan menjauhi perbuatan terlarang,
mempunyai ketelitian yang sempurna, sanad
(mata rantai yang meng-hubungkan) bersambung
sampai kepada Nabi Muhammad, tidak
mempunyai cacat dan tidak pula berbeda dengan
periwayatan orang-orang yang terpercaya.
2. HASAN yaitu hadits yg diriwayatkan oleh perawi
yang adil namun kurang teliti, sanadnya
bersambung sampai kepada Nabi Muhammad saw,
dan tidak pula cacat.

3. DA’IF atau LEMAH yaitu hadits yg tidak


memenuhi persyaratan seperti halnya hadits sahih
dan hasan.
 Dilihat dari jumlah orang yang meriwayat-kanny a :

1. Hadits Mutawatir yaitu segala sesuatu yang datang


dari Nabi Muhammad saw yang diriwayatkan oleh
sekian banyak sahabat sehingga karena saking
banyaknya mustahil mereka akan bersepakat berdusta
bersama-sama.
2. Hadits Masyhur adalah segala sesuatu yang
berasal dari Nabi Muhammad saw yang
diriwayatkan oleh seorang, dua orang atau lebih
sahabat namun jumlahnya tidak sebanyak yang
meriwayatkan hadits mutawatir. Akan tetapi pada
generasi kedua (tabi’in) dan ketiga (tabi’i tabi’in)
jumlah orang yang meriwayatkannya sama dengan
hadits mutawatir.
3. Hadits Ahad yaitu segala sesuatu yang datang dari
Rosulullah saw yang diriwayatkan oleh seorang,
dua orang atau lebih sahabat, tapi jumlahnya tidak
sama dengan yg meriwayatkan hadits mutawatir.

Hadits Ahad adalah yang terbanyak jumlah-


nya dalam kitab-kitab hadits.
PERBEDAAN AL QURAN DAN HADITS SEBAGAI SUMBER HUKUM

1. Al Quran nilai kebenarannya adalah qath’i (mutlak),


sedangkan hadits adalah zhanni (kecuali hadits
mutawatir)
2. Seluruh ayat Al Quran mesti dijadikan pedoman
hidup tetapi tidak semua hadits mesti kita jadikan
pedoman hidup.
3. Al Quran sudah pasti autentik lafaz dan maknanya
sedangkan hadits tidak.
 Pada masa Rosulullah saw, hadits tidak
dituliskan sebab :

1. Rosulullah berada di tengah-tengah kaum


muslim sehingga dipandang tidak perlu untuk
menuliskannya

2. Nabi melarangnya kecuali bagi beberapa


sahabat yang dizinkan sebagai catatan
pribadinya.
3. kemampuan tulis baca di kalangan para sahabat
masih terbatas.

4. Umat Islam sedang dikonsentrasikan dengan Al


Quran

5. Kesibukan-kesibukan umat Islam dalam


menghadapi perjuangan dakwah yang penting.
KENAPA HADITS KEMUDIAN DITULISKAN?
 Terdapat kesalahan di kalangan masyarakat Islam
berupa anggapan terhadap pepatah-pepatah dalam
bahasa Arab yang dianggap sebagai hadits.
 Penulisan hadits dilatarbelakangi oleh adanya
usaha-usaha untuk membuat dan menyebar-
luaskan hadits-hadits palsu di kalangan umat
Islam.
 Menurut sebagian besar ulama, ada 7 kitab hadits yang
terbaik yaitu :

1. Shahih Bukhari
2. Shahih Muslim
3. Sunan Abu Dawud
4. Sunan Nasa’I
5. Sunan Tirmidzi
6. Sunan Ibnu Majah
7. Musnad Imam Ahmad
IJTIHAD
 Ijtihad berarti menggunakan seluruh kemampuan
untuk menetapkan hukum syariat dengan
berdasarkan al-Qur`an dan hadis.

 Orang yang melakukan ijtihad disebut Mujtahid.


 Muhammad Syaltut berpendapat, bahwa ijtihad
mencakup 2 pengertian :

1. Penggunaan pikiran untuk menentukan hukum yang


tidak ditentukan secara eksplisit oleh Quran dan
Sunnah

2. Penggunaan fikiran dalam mengartikan,


menafsirkan dan mengambil kesimpulan dari suatu
ayat atau hadits.
KEDUDUKAN IJTIHAD
 Pada dasarnya yang ditetapkan oleh ijtihad tidak
dapat melahirkan keputusan yang mutlak / absolut.
 Keputusan yang ditetapkan oleh ijtihad mungkin
berlaku bagi satu orang tapi tidak berlaku bagi orang
lain. (menyangkut tempat dan waktu)
 Ijtihad tidak berlaku dalam urusan ibadah mahdhah
 Faktor-faktor motivasi, akibat, kemaslahatan umum
dan kemanfaatan bersama, dalam proses berijtihad
hendaknya dipertimbangkan

 Keputusan ijtihad tdk boleh bertentangan dengan Al


Quran dan Sunnah
Tidak semua orang dapat berijtihad. Syarat
menjadi mujtahid adalah :

1. Mengetahui isi al-Qur`an dan hadis. Untuk hadis


yang harus diketahui, ada yang mengatakan 3.000
buah, ada pula yang mengatakan 12.000 buah,
termasuk kesahihan hadis (hadis sahih) dan
kelemahan hadis (hadis daif).
2. Mengetahui soal-soal ijma (kesepakatan semua
ahli ijtihad pada suatu masa atas suatu hukum
syara), sehingga mujtahid mujtahid tidak
memberikan fatwa yang berlainan dengan hasil
ijma terdahulu.

3. Memahami bahasa Arab dengan baik.


4. Memahami ilmu Usul Fiqih (cara mengambil
hukum syariat berdasarkan al-Qur`an dan
hadis) dengan baik.

5. Memahami nasikh dan mansukh sehingga


seorang mujtahid tidak mengeluarkan hukum
berdasarkan dalil yang sudah dibatalkan
(mansukh)
METODE BERIJTIHAD

a. Qiyas : menetapkan hukum atas suatu perbuatan


yang belum ada ketentuannya, berdasarkan sesuatu
yang sudah ada ketentuan hukumnya dengan
memperhatikan kesamaan antara kedua hal itu.
 Misalnya mengharamkan ganja, heroin, dan
lain-lain yang belum ada ketentuannya dalam
kitab dengan menganalogikannya dengan
haramnya khamar yang sama-sama bisa
memabukkan.
b. Ijma’=konsensus=ijtihad kolektif yaitu kebulatan
pendapat para ahli ijtihad pada suatu masa atas suatu
masalah yang berkaitan dengan syariat.
c. Istishab, melanjutkan hukum yang sudah
ada dan yang telah ditetapkan karena
adanya suatu dalil, sampai adanya dalil
lain yang mengubah kedudukan hukum
tersebut.

d. Istidlal
Yaitu menetapkan hukum suatu perbuatan
yang tidak disebutkan secara konkret
dalam al-qur`an dan hadis dengan didasar-
kan karena telah menjadi adat istiadat
atau kebiasaan masyarakat setempat.
e. Mashlahah Mursalah, kemaslahatan atau
kebaikan yang tidak disinggung-singgung syara
untuk mengerjakan atau mening-galkannya,
sedangkan apabila dilakukan akan membawa
kemanfaatan terhindar dari keburukan. Ini terjadi
sewaktu pengumpulan dan kondifikasi al-Qur`an
pada zaman Abu Bakar dan Usman bin Affan.
Tidak ada ketentuan yang melarang dan
menyuruh melakukannya, namun jika dilakukan
mendatangkan manfaat.
f. Urf, yaitu kebiasaan yang dilakukan oleh
seseorang atau sekelompok orang, baik
dalam kata-kata atau perbuatan.

Misalnya, kebiasaan serah terima jual


beli tanpa menggunakan kata-kata ijab
kabul.
HUKUM TAKLIFI DAN HUKUM WAD’I

a. Pengertian
Hukum Taklifi menurut bahasa berarti hukum
pemberian beban.

Sedangkan menurut istilah yaitu ketentuan Allah


SWT yang menuntut orang yang balig dan berakal
sehat untuk melakukan atau meninggalkan suatu
perbuatan, atau bentuk pilihan untuk melakukan
dan tidak melakukan suatu perbuatan.
Hukum Wad’i merupakan perintah Allah yang berbentuk
ketentuan yang ditetapkan Allah, tidak langsung mengatur
perbuatan mukallaf, tetapi berkaitan dengan perbuatan
mukallaf itu.

Dengan kata lain; hukum yang menjadikan sesuatu sebagai


sebab bagi adanya sesuatu yang lain atau sebagai syarat
bagi sesuatu yang lain.
b. Kedudukan dan fungsi

Kedudukan hukum taklifi dan wad’i menempati


posisi yang utama dalam ajaran islam, karena
hukum taklifi membahas sumber hukum islam
yang utama, yaitu Al-Qur’an dan hadis dari segi
perintah dan larangan.
Macam-macam hukum taklifi antara lain :
 
Al-Ijab (Wajib) yaitu tuntunan secara pasti dari syariat
untuk dilaksanakan, tidak boleh ditinggalkan, karena orang
yang meninggalkannya dikenai hukuman. Al-Ijab
mengandung hukum fardu’ain, seperti puasa ramadhan,
sholat lima waktu, atau fardu kifayah, seperti mengurus
jenazah.
An-Nadb (Mandub/Sunat) yaitu tuntunan dari syariat untuk
melaksanakan suatu perbuatan yang apabila dikerjakan
pelakunya mendapatkan pahala, tetapi apabila tidak
dikerjakan pelakunya tidak mendapat siksa.
An-nadb mengandung hukum sunnah ‘ain, seperti
sholat sunnah rawatib, dan sunnah kifayah seperti
mendoakan seorang muslim yang sedang bersin
dengan mengucap yarhamukallah.

Al-Karahah (makruh) yaitu sesuatu yang dituntut


syar’i kepada mukallaf untuk meninggalkannya
dalam bentuk tuntunan yang tidak pasti. Al-karahah
mengandung hukum makruh, seperti Minum air
sambil berdiri
At-tahrim (haram) yaitu tuntunan syar’i untuk
tidak mengerjakan suatu perbuatan dengan
tuntunan yang pasti. Bentuk hukum At-tahrim
adalah haram, seperti meminum minuman keras,
mencuri.

Al-Ibahah (Mubah) yaitu firman Allah SWT yang


mengandung pilihan untuk melakukan suatu
perbuatan atau meninggalkannya. seperti makan
makanan halal (nasi, sayur buah).
Hukum Wadh’i terbagi ke dalam :sebab, syarat,
mani’(penghalang), azimah, dan rukshah.

1. Sebab, yaitu suatu keadaan atau peristiwa yang


dijadikan sebagai sebab adanya hukum, dan tidak
adanya keadaan atau peristiwa itu menyebabkan tidak
adanya hukum. Sebagai contoh: melihat hilal di awal
bulan Ramadan menyebabkan wajibnya berpuasa. Juga
diperbolehkan mengqashar shalat saat berada dalam
perjalanan (musafir)
2. Syarat, yaitu sesuatu yang dijadikan syar’i,
sebagai pelengkap terhadap perintah syar’i, tidak
syah perintah syar’i kecuali dengan adanya syarat
tersebut. Sebagai contoh adanya wudhu menjadi
syarat sahnya shalat.

3. Mani’, yaitu suatu keadaan atau peristiwa yang


ditetapkan syar’i menjadi penghalang bagi adanya
hukum atau membatalkan hukum, sebagai contoh
Najis yang ada di badan atau pakaian menjadi
penghalang sah sholat.
4. Azimah ialah peraturan Allah SWT yang asli dan tersurat
pada nas (Al-Qur’an dan Hadis) dan berlaku umum.
Contohnya kewajiban sholat lima waktu, haramnya
memakan bangkai, daging babi.

5. Rukhsah yaitu ketentuan yang di syariatkan oleh Allah


SWT sebagai keringanan yang diberikan kepada mukalaf
dalam keadaan-keadaan khusus. Contohnya diperbolehkan
makan bangkai dalam keadan darurat, meskipun pada
dasarnya makan bangkai haram hukumnya.
Wallahu A’lam

Sekian dan Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai