Anda di halaman 1dari 24

Al-Qur-aan : Turunnya, Sistematika, dan

yang ada di dalamnya


Anggota kelompok :
Diana Deborah (205180131)
Melani Harly 9(205180139)
Al-Qur’an adalah sumber hokum Islam pertama dan utama. Ia memuat kaidah-kaidah
hukum fundamental yang perlu dikaji dengan teliti dan dikembangkan lebih lanjut. Menurut
keyakinan umat Islam, Al-Qur’an adalah kitab suci yang memuat wahyu (firman) Allah, asli
seperti yang disampaikan oleh malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad sebagai rasul nya
sedikit demi sedikit selama 22 tahun 2 bulan 22 hari, mula-mula di Makkah kemudian di
Madinah untuk menjadi pedoman atau petunjuk bagi umat manusia dalam hidup.

Perkataan Al-Qur’an berasal dari kata kerja qara-a artinya membaca. Makna perkataan
itu sangat erat hubungannya dengan arti ayat Al-Qur’an yang pertama diturunkan di gua Hira
yang dimulai dengan perkataan iqra artinya bacalah. Menurut S.H.Nasr (SH. Nasr, 1981:27)
yang terdapat dalam Al-Qur’an adalah prinsip-prinsip segala ilmu pengetahuan, termasuk
didalamnya kosmologi dan pengetahuan alam. Al-Qur’an bukan saja sumber pengetahuan
metafisis dan sumber ajaran keagamaan, tetapi juga sumber segala ilmu pengetahuan. Al-
Qur’an adalah pedoman dan sekaligus kerangka segala kegiatan intelektual Islam.
■ Perkataan Al-Qur’an berasal dari kata kerja qara-a artinya membaca. Makna perkataan
itu sangat erat hubungannya dengan arti ayat Al-Qur’an yang pertama diturunkan di gua
Hira yang dimulai dengan perkataan iqra artinya bacalah. Menurut S.H.Nasr (SH. Nasr,
1981:27) yang terdapat dalam Al-Qur’an adalah prinsip-prinsip segala ilmu
pengetahuan, termasuk didalamnya kosmologi dan pengetahuan alam. Al-Qur’an bukan
saja sumber pengetahuan metafisis dan sumber ajaran keagamaan, tetapi juga sumber
segala ilmu pengetahuan. Al-Qur’an adalah pedoman dan sekaligus kerangka segala
kegiatan intelektual Islam.
Selanjutnya, Sayyid Husein Nasr berkata : “Sebagai pedoman abadi, Al-Qur’an
mempunyai tiga petunjuk bagi manusia”

Pertama, adalah ajaran yang memberi pengetahuan tentang struktur (susunan) kenyataan
alam semesta dan posisi berbagai makhluk termasuk manusia, serta benda di jagad raya. Ia
juga mengandung metafisika tentang Tuhan, kosmologi dan pembahasan tentang kehidupan
akhirat.

Kedua, Al-Qur’an berisi petunjuk yang menyerupai sejarah manusia, rakyat biasa, raja-
raja, orang-orang suci, para nabi sepanjang zaman dan segala cobaan yang menimpa mereka.
Meskipun petunjuk ini berupa sejarah, sebenarnya ia ditujukan pada jiwa manusia.
Demikianlah, Al-Qur’an adalah petunjuk tentang kehidupan manusia, yang dimulai dengan
kelahiran, diakhiri dengan kematian, berasal darinya dan pasti kembali kepadanya.

Ketiga, Al-Qur’an berisi sesuatu yang sulit untuk dijelaskan dalam bahsa biasa. Ayat-ayat
Al-Qur’an, karena berasal dari firman Tuhan, mengandung kekuatan yang berbeda dari apa
yang kita pelajari secara rasional. Ayat-ayat itu mempunyai kekuatan melindungi manusia.
Menurut agama Islam, membaca Al-Qur’an adalah salah satu jalan mendekatkan diri kepada
Allah dan merupakan ibadah. Atau apabila ia berjumpa sesame Musli dimana pun juga di
dunia, ia memberi salam dengan kata-kata yang diambil dari Al-Qur’an.
Disamping berisi hokum Tuhan, Al-Qur’an juga mengandung ajaran tentang dunia dan
akhirat, dalam ekspresi dan formasi apa adanya. Ada ahli Barat yang mengajukan kritik
terhadap Al-Qur’an, terutama karena formulasinya tentang surge dan neraka, sebagai
sesuatu yang bersifat sangan inderawi. Di dalam Al-Qur’an terdapat keterangan yang paling
mendalam tentang kehidupan dunia akhirat dalam Bahasa yang paling konkret yaitu
‘simbolisme’.

Al-Qur’an adalah kitab yang paling banyak dibaca bahkan dihafal oleh manusia. Setiap
Muslim yang melakukan Ibadah salat paling tidak menghafal tiga buah surat pendek yang
terdapat dalam Al-Qur’an. Menurut para ahli, pada garis-garis besarnya Al-Qur’an memuat
soal-soal yang berkenaan dengan akidah, syariah baik, ibadah maupun akhlak dalam semua
ruang lingkupnya.
■ Menurut pandangan Islam, hokum yang terkandung dalam Al-Qur’an adalah

1. Hukum-hukum I’tiqadiyah, yaitu hokum-hokum yang berkaitan dengan kewajiban


para subjek hokum untuk mempercayai Allah, malaikat-malaikatnya, kitab-kitabnya,
rasul-rasulnya, hari pembalasan, qada dan qadar.
2. Hukum-hukum Akhlak, yaitu hukum-hukum Allah yang berhubungan dengan
kewajiban seorang subjek hukum untuk “menghiasi” dirinya dengan sifat
keutamaan.
3. Hukum-hukum Amaliyah, yakni hukum yang bersangkutan dengan perkataan,
perbuatan, perjanjian dan hubungan kerja sama antarsesama manusia.
Menurut Abdul Wahab Khallaf pula (Abdul Wahab Khallaf,
1980:46) jumlah ayat-ayat Al-Qur’an mengenai hokum amaliyah,
yaitu hokum-hokum mengenai perbuatan, perjanjian dan hubungan
kerja sama antara sesame manusia dan yang mengatur hubungan
manusia dengan Allah tidak banyak jumlah, jika dibandingkan
dengan keseluruhan ayat-ayat Al-Qur’an. Ayat hukum mengenai
ibadah, menurut khallaf berjumlah 140, sedang ayat-ayat hokum
mengenai muamalah berjumlah 228. Jumlah seluruh ayat-ayat
hokum itu, menurut penelitian beliau, 368 atau lebih kurang 5-6
atau 5,8% saja. Sekitar 3% atay-ayat Al-Qur’an mengatur hubungan
antar manusia dengan manusia dalam masyarakat.
Karena sifatnya ta’abudy (harus diikuti seperti apa danya)
hokum-hokum yang berkenaan dengan ibadah tidak banyak
dianalisis dan dikembangkan oleh pikiran manusia.
Mengenai kelompok hukum-hukum muamalah, terdiri dari :
■ Hukum-hukum perdata sebayak 70 ayat;
■ Hukum pidana sebanyak 30 ayat;
■ Hukum tata negara sebanyak 10 ayat;
■ Hukum internasional sebanyak 25 ayat;
■ Hukum ekonomi dan keungan sebanyak 10 ayat;
■ Hukum acara sebanyak 13 ayat;
■ Namun, ketentuan-ketentuan diatas masih berisfat dasar dan umum.
■ Alquran hanya memberi ketentuan-ketenuan yang bersifat umum atau
fundamental
■ Agar penguasa dapat mengatur dan merumuskannya lebih lanjut dalam
perundang-undangan dan melaksanakannya sesuai dengan kebaikan yang
diharapkan manusia.
■ Serta diharapkan perundang-undangan itu tidak bertentangan dengan
ketentuan-ketentuan Alquran dan jiwa syariat (hukum) islam sendiri.
Menurut surat Al-Imran (3) ayat 7, ayat-ayat
Alquran dibagi 2 yaitu :
1. Muhkam(at)

■ Muhkam(at) adalah ayat yang memuat ketentuan-ketentuan pokok yang jelas


artinya dan dapat dipahami dengan mudah oleh semua orang yang
mempelajarinya. Teks di dalam muhkam(at) bersifat qath’I dan zhanni.
■ Qath’I artinya teks tersebut mengandung arti yang jelas. Sehingga tidak mungkin
ditafsirkan lain dari yang ada pada teks.
■ Contohnya adalah :
Al-Nisa (4) ayat 12 yang berbunyi,
“Dan bagimu (suami) adalah seperdua harta peninggalan istrimu,
jika istrimu tidak mempunyai anak.”

■ Dalam teks tersebut, jelas artinya bagian suami dari harta


peninggalan istrinya yang tidak mempunyai anak adalah
seperdua dari harta peninggalan istrinya tersebut.
■ Zhanni artinya teks yang berisi kalimat mempunyai sifat yang menunjukan arti
atau pengertian lebih dari satu, pengertian itu bisa ditafsirkan oleh orang yang
berbeda dengan makna yang berbeda. Contohnya adalah :

Al-Baqarah (2) ayat 228 yang berbunyi,


“Perempuan yang ditalak (oleh suaminya) harus menunggu tiga quru’ (tiga masa).”

“Kata quru” yang menyangkut masa iddah (masa tunggu) wanita yang diceraikan
oleh suaminya bisa diartikan sebagai tiga kali masa suci atau tiga kali menstruari /
haid. Lama masa tunggu keduanya pun akan berbeda.
2. Mutasyabih(at)
■ Mutasyabih(at) adalah ayat perumpamaan, yang
mengandung kiasan. Biasanya hanya dipahami oleh
orang yang memiliki pengetahuan luas dan
mendalam tentang Alquran.
■ Alquran yang menjadi sumber nilai dan norma umat Islam terbagi menjadi 30 juz
(bagian), 114 surah (surat: bab), lebih dari 6.000 ayat, dan 74.499 kata atau 325.345
huruf.
■ Para ahli ilmu Alquran mengemukakan perbedaan tentang jumlah Alquran.
■ Ada ahli yang memandang 3 ayat tertentu sebagai satu ayat, dan ada juga yang
memandang 2 ayat tertentu sebagai satu ayat.
■ Hal itu terjadi karena masalah koma dan titik yang diletakkan di antara ayat tersebut.
Namun jumlah kata dan suku kata nya masih terhitung sama.
■ Di Indonesia misalnya, perhitungan Muhammadiyah menyebut jumlah ayat dalam
Alquran sebanyak 6666. Sedangkan masjid Agung al-Azhar menghitungnya 6236 sesuai
dengan jumlah ayat Alquran yang dicetak di Mesir (Gazalba, 1976:54).
■ Surah pertama disebut Al-Fatihah (pembukaan), sedangkan surah ke-144 atau terakhir
disebut Al-Nas (manusia).
■ Ayat-ayat Alquran yang diturunkan selama kurang lebih 23 tahun itu
disampaikan malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad selama kurang lebih 13
tahun saat nabi masih tinggal di Makkah dan 10 tahun sebelum nabi hijrah ke
Madinah.
■ Penurunan Alquran berangsur-angsur bisa berbentuk beberapa ayat sebuat
surat, mungkin bisa sebuah surat lengkap seperti Al-Fatihah.
■ Ayat-ayat yang diturunkan di Makkah disebut ayat-ayat Makkiyah, sedangkan
yang diturunkan di Madinah disebut ayat-ayat Madaniyah.
Ciri-ciri Makkiyah :
■ Merupakan 19/30 Alquran
■ Ada 86 surat
■ Surat dan ayatnya pendek dengan gaya Bahasa yang singkat
dan padat
■ Umumnya membahas mengenai tauhid atau Ketuhanan Yang
Maha Esa,akhlak dan hari akhir.
Ciri-ciri Madaniyah :
■ Merupakan 11/30 Alquran
■ Ada 28 surat
■ Surat dan ayatnya Panjang
■ Gaya Bahasa jelas dan lugas
■ Umumnya membahas tentang norma hukum untuk
pembentukan dan pembinaan suatu masyarakat Islam,
negara yang baik, adil dan sejahtera yang diridai Allah.
■ Menurut surat keputusan Menteri agama tanggal 6 Desember 1946, ayat Quran
pertama yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saat beliau berumur 40 tahun.
Itu terjadi pada tanggal 17 Ramadhan bertepatan dengan 6 Agustus 610 M. Ayat itu
sekarang terdapat dalam surat Al-’Alaq atau surat Al-Iqra’ (96) ayat (1) sampai
dengan 5.
■ Malaikat Jibril menyampaikan kepada Muhammad bin Abdullah di gua Hira’ bukit
Cahaya (Jabal Nur) sebelah utara kota Makkah. Malam pertama penurunan ayat itu
disebut dengan Nuzl Alquran.

Pada Nuzl Alquran ini Allah menentukan dan memutuskan hal-hal berikut:
■ Mengangkat Muhammad bin Abdullah menjadi Utsan dan rasul Allah (Rasulullah)
■ Allah menentukan (permulaan) turunnya Alquran untuk menjadi pedoman dan
pegangan hidup umat manusia.
■ Penentuan tanggal 17 Ramadhan sebagai saat permulaan turunnya Alquran
oleh Menteri Agama Republik Indonesia diatas bersandarkan pada Alquran
surah Al-Baqarah (2) ayat 185, surat Al-Qadar (97) ayat 1, surat Al-Dukhan
(44) ayat 3, dan surat Al-Anfal (8) ayat 41.

■ Al-Anfal (8) ayat 41 ada kalimat yang menyatakan … “Jika memang kamu
beriman kepada Allah dan (keada) apa yang Kami turunkan kepada hamba
Kami pda hari pembedaan, (yakni) hari bertemu(nya) dua golongan …”.
Menurut para ahli sejarah turunnya Alquran, yang dimaksud adalah :

■ Hari pembedaan dan hari pemisahan adalah pemisahan antara zaman


jahiliyah dengan zaman islam;
■ Bertemunya dua golongan adalah pertemuan dalam peperangan antara
pengikut Nabi Muhammad dengan golongan orang-orang Quraish Makkah
yang memerangi Nabi Muhammad. (Perang Badar)
Penulisan Alquran dan pengumpulannya

Penulisan dan pengumpulan Alquran dibagi menjadi tiga(3) tahap yaitu :

■ Tahap pertama (Zaman Nabi Muhammad)

■ Pada masa ini penyandaran pada hafalan lebih banyak daripada penyandaran
dalam tulisan. Pada zaman ini juga masih sedikit orang yang bisa membaca,
menulis, dan juga karena minimnya sarana tulis menulis. Jadi, pada waktu itu saat
mereka mendengar ayat Alquran turun mereka langsung menghapalnya atau
menuliskannya pada tulang-belulang, kulit binatang, dan lain-lain. Kemudian
lembaran ayat yang sudah ditulisn disimpan oleh para penulis di rumahnya masing-
masing. Dan jumlah penghapal Alquran pada saat itu juga sangat banyak. Para
penulis wahyu ada 40 orang jumlahnya.
■ Tahap kedua (Zaman Abu Bakar tahun 12 Hijriah)

■ Setelah Nabi Muhammad wafat, Abu Bakar dipilih menjadi khalifah (pengganti) Nabi
Muhammad sebagai pemimpin masyarakat Islam. Atas saran Umar bin Khattab, Abu
Bakar meminta Zaid bin Tsabit untuk mengumpulkan ayat-ayat Alquran yang telah
ditulis di depan nabi dulu dan disimpan dirumah nabi sendiri. Ayat-ayat yang sudah
dikumpulkan kemudian disesuaikan dengan ayat-ayat yang dihafal oleh para sahabat
nabi. Zaid telah menyelesaikan tugasnya dan mengumpulkan ayat-ayat Al-quran
menjadi 1 naskah.
■ Abu bakar menjadi orang pertama yang memerintahkan untuk mengumpulkan Al-qruan
kedalam satu mus-haf
■ Umar menjadi orang pertama yang mempunyai gagasan
■ Zaid menjadi orang pertama yang melaksanakan penulisan dan penghimpunan Alquran
kedalam satu naskah
■ Tahap ketiga (Zaman Usman bin Affan tahun 25 Hijrah)

■ Penganut agama Islam semakin banyak dan menggunakan bahasa Arab dengan
dialek yang berbeda. Untuk memelihara kesatuan bacaan Alquran, Usman
memerintahkan untuk mengumpulkan mushaf-mushaf tersebut menjadi satu mus-
haf yang tidak berbeda dialeknya. Atas anjuran Huzaifah, Khalifah Usman
membentuk panitia yang berisi empat(4) orang yaitu :
■ Zaid bin Tsabit
■ Abdullah bin Zubair
■ Said bi Ash
■ Abdurahman bin Hanif bin Hisyam
■ Tugas mereka adalah untuk menyalin beberapa suhuf(lembaran) yang disimpan
oleh Hafsah ke dalam naskah untuk dijadikan Quran.
■ Alquran menjadi sumber nilai dan norma agama dan ajaran Islam, menjadi
pedoman hidup setiap muslim yang harus dikaji, dan dipahami makna yang
dikandungnya. Karena itu timbullah gerakan untuk mempelajari Alquran
secara baik dan benar. Karena itu muncul ilmu khusus dalam mempelajari
Alquran.
■ ‘Ulum Alquran adalah ilmu-ilmu yang ada hubungannya dengan Alquran
seperti ilmu yang berkenaan dengan ilmu sebab-sebab turunnya ayat-ayat,
ilmu tentang cara membaca Alquran dengan baik dan benar, ilmu tentang
penafsiran Alquran, dan ilmu-ilmu lain yang berkaitan tentang Alquran.
■ Alquran memuat firman Tuhan sendiri dalam kata-kata yang padat dan
mengandung makna yang padat dan mengandung makna yang tidak mudah
dipahami. Karena itu membutuhkan penjelasan dan penafsiran. Penjelasan yang
terbaik dan otentik adalah penjelasan dari Nabi Muhammad dengan sunnahnya.
Namun penjelasan mengenai makna yang dikandung Alquran dilakukan melalui
penafsiran. Selain dengan bahasa Arab sendiri, Alquran juga ditafsirkan ke dalam
bahasa-bahasa lain.
■ Selain ditafsirkan, Alquran juga diterjemahkan ke dalam berbagai Bahasa. Namun
perlu ditegaskan bahwa bagaimanapun baiknya penjelasan, tafsiran atau
terjemahan Alquran, tasiran atau terjemahan Alquran bukanlah Alquran. Tafsiran
atau terjemahan Alquran, tidak sama dan tidak boleh disamakan dengan Alquran.

Anda mungkin juga menyukai