Anda di halaman 1dari 9

Kumpulan makalah Agroteknologi terlengkap

MAKALAH SUMBER AJARAN AGAMA ISLAM


Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata pelajaran PAI di susun oleh: Puja Kurnia
M Jurusan : Agroteknologi Tingkat : 1mk FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS
GARUT

MAKALAH SUMBER AJARAN AGAMA ISLAM

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata pelajaran PAI

di susun oleh:

Puja Kurnia M

Jurusan :

Agroteknologi

Tingkat : 1mk

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS GARUT

2010

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sumber ajaran islam adalah segala sesuatu yang melahirkan atau menimbulkan aturan yang
mempunyai kekuatan yang bersifat mengikat yang apabila dilanggar akan menimbulkan
sanksi yang tegas dan nyata (Sudarsono, 1992:1). Dengan demikian sumber ajaran islam
ialah segala sesuatu yang dijadikan dasar, acuan, atau pedoman syariat islam.

Ajaran Islam adalah pengembangan agama Islam. Agama Islam bersumber dari Al-Quran
yang memuat wahyu Allah dan al-Hadis yang memuat Sunnah Rasulullah. Komponen
utama agama Islam atau unsur utama ajaran agama Islam (akidah, syariah dan akhlak)
dikembangkan dengan rakyu atau akal pikiran manusia yang memenuhi syarat runtuk
mengembangkannya.
Mempelajari agama Islam merupakan fardhu ain , yakni kewajiban pribadi setiap muslim
dan muslimah, sedang mengkaji ajaran Islam terutama yang dikembangkan oleh akal
pikiran manusia, diwajibkan kepada masyarakat atau kelompok masyarakat.

Allah telah menetapkan sumber ajaran Islam yang wajib diikuti oleh setiap muslim.
Ketetapan Allah itu terdapat dalam Surat An-Nisa (4) ayat 59 yang artinya : Hai orang-
orang yang beriman, taatilah (kehendak) Allah, taatilah (kehendak) Rasul-Nya, dan
(kehendak) ulil amri di antara kamu .... Menurut ayat tersebut setiap mukmin wajib
mengikuti kehendak Allah, kehendak Rasul dan kehendak penguasa atau ulil amri
(kalangan) mereka sendiri. Kehendak Allah kini terekam dalam Al-Quran, kehendak Rasul
terhimpun sekarang dalam al Hadis, kehendak penguasa (ulil amri) termaktum dalam
kitab-kitab hasil karya orang yang memenuhi syarat karena mempunyai kekuasaan
berupa ilmu pengetahuan.

Pada umumnya para ulama fikih sependapat bahwa sumber utama hukum islam adalah
Alquran dan hadist. Dalam sabdanya Rasulullah SAW bersabda, Aku tinggalkan bagi
kalian dua hal yang karenanya kalian tidak akan tersesat selamanya, selama kalian
berpegang pada keduanya, yaitu Kitab Allah dan sunnahku. Dan disamping itu pula para
ulama fikih menjadikan ijtihad sebagai salah satu dasar hukum islam, setelah Alquran dan
hadist.

Berijtihad adalah berusaha sungguh-sungguh dengan memperguna kan seluruh


kemampuan akal pikiran, pengetahuan dan pengalaman manusia yang memenuhi syarat
untuk mengkaji dan memahami wahyu dan sunnah serta mengalirkan ajaran, termasuka
ajaran mengenai hukum (fikih) Islam dari keduanya.

1.2 Identifikasi Masalah

Dalam penulisan makalah ini penulis memaparkan tentang beberapa sumber ajaran agama
islam.

1.3 Tujuan Penulisan

Tujuan dari makalah ini adalah :

Memaparkan dan menjelaskan tentang sumber-sumber ajaran agama islam

1.4 Sistematika Penulisan

Agar makalah ini dapat dipahami pembaca, maka penulis membuat sistematika penulisan
makalah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Pendahuluan berisikan latar belakang mengenai ajaran islam, identifikasi masalah, tujuan
dibuatnya makalah, dan sistematika penulisan.

BAB II PEMBAHASAN
Pembahasan tentang sumber-sumber ajaran agama islam yaitu, al-quran, as-sunnah
(hadist), dan ijtihad.

BAB III KESIMPULAN dan SARAN

Kesimpulan dan saran merupakan bab terakhir yang berisikan kesimpulan dari keseluruhan
pembahasan serta saran-saran.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Sumber-Sumber Ajaran Islam Primer

2.1.1 AL-QURAN

Secara etimologi Alquran berasal dari kata qaraa, yaqrau, qiraaatan, atau quranan
yang berarti mengumpulkan (al-jamu) dan menghimpun (al-dlammu). Sedangkan secara
terminologi (syariat), Alquran adalah Kalam Allah taala yang diturunkan kepada Rasul
dan penutup para Nabi-Nya, Muhammad shallallaahu alaihi wasallam, diawali dengan
surat al-Fatihah dan diakhiri dengan surat an-Naas. Dan menurut para ulama klasik,
Alquran sumber agama (juga ajaran) Islam pertama dan utama yang memuat firman-firman
(wahyu) Allah, sama benar dengan yang disampai- kan oleh Malaikat Jibril kepada Nabi
Muhammad sebagai Rasul Allah sedikit demi sediki selama 22 tahun 2 bulan 22 hari,
mula-mula di Mekah kemudian di Medinah.

Al-Quran menyajikan tingkat tertinggi dari segi kehidupan manusia. Sangat


mengaggumkan bukan saja bagi orang mukmin, melainkan juga bagi orang-orang kafir. Al-
Quran pertama kali diturunkan pada tanggal 17 Ramadhan (Nuzulul Quran). Wahyu yang
perta kali turun tersebut adalah Surat Alaq, ayat 1-5. Al-Quran memiliki beberapa nama
lain, antara lain adalah Al-Quran (QS. Al-Isra: 9), Al-Kitab (QS. Al-Baqoroh: 1-2), Al-
Furqon (QS. Al-Furqon: 1), At-Tanzil (QS. As-Syuara: 192), Adz-Dzikir (QS. Al-Hijr: 1-
9).

Ayat-ayat al-Quran yang diturunkan selama lebih kurang 23 tahun itu dapat dibedakan
antara ayat-ayat yang diturunkan ketika Nabi Muhammad masih tinggal di Mekah
(sebelum hijrah) dengan ayat yang turun setelah Nabi Muhammad hijrah (pindah) ke
Madinah. Ayat-ayat yang tutun ketika Nabi Muhammad masih berdiam di Mekkah di sebut
ayat-ayat Makkiyah, sedangkan ayat-ayat yang turun sesudah Nabi Muhammad pindah ke
Medinah dinamakan ayat-ayat Madaniyah

Ciri-cirinya adalah :

1. Ayat-ayat Makiyah pada umumnya pendek-pendek, merupakan 19/30 dari seluruh isi al-
Quran, terdiri dari 86 surat, 4.780 ayat. Sedangkan ayat-ayat Madaniyah pada umumnya
panjang-panjang, merupakan 11/30 dari seluruh isi al-Quran, terdiri dari 28 surat, 1456
ayat.
2. Ayat-ayat Makkiyah dimulai dengan kata-kata yaa ayyuhannaas (hai manusia) sedang
ayatayat Madaniyah dimulai dengan kata-kata yaa ayyuhallaziina aamanu (hai orang-
orang yang beriman).

3. Pada umumnya ayat-ayat Makkiyah berisi tentang tauhid yakni keyakinan pada
Kemaha Esaan Allah, hari Kiamat, akhlak dan kisah-kisah umat manusia di masa lalu,
sedang ayat-ayat Madaniya memuat soal-soal hukum, keadilan, masyarakat dan
sebagainya.

Pokok-pokok kandungan dalam Alquran antara lain:

1. Petunjuk mengenai akidah yang harus diyakini oleh manusia. Petunjuk akidah ini
berintikan keimanan akan keesaan Tuhan dan kepercayaan kepastian adanya hari
kebangkitan, perhitungan serta pembalasan kelak.

2. Petunjuk mengenai syariah yaitu jalan yang harus diikuti manusia dalam berhubungan
dengan Allah dan dengan sesama insan demi kebahagiaan hidup manusia di dunia ini dan
di akhirat kelak.

3. Petunjuk tentang akhlak, mengenai yang baik dan buruk yang harus diindahkan leh
manusia dalam kehidupan, baik kehidupan individual maupun kehidupan sosial.

4. Kisah-kisah umat manusia di zaman lampau. Sebagai contoh kisah kaum Saba yang
tidak mensyukuri karunia yang diberikan Allah, sehingga Allah menghukum mereka
dengan mendatangkan banjir besar serta mengganti kebun yang rusak itu dengan kebun
lain yang ditumbuhi pohon-pohon yang berbuah pahit rasanya.

5. Berita tentang zaman yang akan datang. Yakni zaman kehidupan akhir manusia yang
disebut kehidupan akhirat. Kehidupan akhirat dimulai dengan peniupan sangkakala
(terompet) oleh malaikat Israil. Apabila sangkakala pertamaditiupkan, diangkatlah bumi
dan gunung-gunung, la- lu keduanya dibenturkan sekali bentur. Pada hari itulah terjadilah
kiamat dan terbelahlah langit.... (Qs al-Haqqah (69) : 13-16.

6. Benih dan Prinsip-prinsip ilmu pengetahuan.

7. Hukum yang berlaku bagi alam semesta.

Keutamaan Al-Quran ditegaskan dalam Sabda Rasullullah, antara lain:

1. Sebaik-baik orang di antara kamu, ialah orang yang mempelajari Al-Quran dan
mengajarkannya

2. Umatku yang paling mulia adalah Huffaz (penghafal) Al-Quran (HR. Turmuzi)

3. Orang-orang yang mahir dengan Al-Quran adalah beserta malaikat-malaikat yang


suci dan mulia, sedangkan orang membaca Al-Quran dan kurang fasih lidahnya
berat dan sulit membetulkannya maka baginya dapat dua pahala (HR. Muslim).

4. Sesungguhnya Al-Quran ini adalah hidangan Allah, maka pelajarilah hidangan


Allah tersebut dengan kemampuanmu (HR. Bukhari-Muslim).
5. Bacalah Al-Quran sebab di hari Kiamat nanti akan datang Al-Quran sebagai
penolong bagai pembacanya (HR. Turmuzi).

Al-Quran mengandung tiga komponen dasar hukum, sebagai berikut:

1. Hukum Itiqadiah, yakni hukum yang mengatur hubungan rohaniah manusia dengan
Allah SWT dan hal-hal yang berkaitan dengan akidah/keimanan. Hukum ini tercermin
dalam Rukun Iman. Ilmu yang mempelajarinya disebut Ilmu Tauhid, Ilmu Ushuluddin,
atau Ilmu Kalam.

2. Hukum Amaliah, yakni hukum yang mengatur secara lahiriah hubungan manusia
dengan Allah SWT, antara manusia dengan sesama manusia, serta manusia dengan
lingkungan sekitar. Hukum amaliah ini tercermin dalam Rukun Islam dan disebut hukum
syara/syariat. Adapun ilmu yang mempelajarinya disebut Ilmu Fikih.

3. Hukum Khuluqiah, yakni hukum yang berkaitan dengan perilaku normal manusia
dalam kehidupan, baik sebagai makhluk individual atau makhluk sosial. Hukum ini
tercermin dalam konsep Ihsan. Adapun ilmu yang mempelajarinya disebut Ilmu Akhlaq
atau Tasawuf.

Sedangkan khusus hukum syara dapat dibagi menjadi dua kelompok, yakni:

1. Hukum ibadah, yaitu hukum yang mengatur hubungan manusia dengan Allah SWT,
misalnya salat, puasa, zakat, dan haji

2. Hukum muamalat, yaitu hukum yang mengatur manusia dengan sesama manusia dan
alam sekitarnya. Termasuk ke dalam hukum muamalat adalah sebagai berikut:

Hukum munakahat (pernikahan).

Hukum faraid (waris).

Hukum jinayat (pidana).

Hukum hudud (hukuman).

Hukum jual-beli dan perjanjian.

Hukum tata Negara/kepemerintahan

Hukum makanan dan penyembelihan.

Hukum aqdiyah (pengadilan).

Hukum jihad (peperangan).

Hukum dauliyah (antarbangsa).

Fungsi Al-Quran antara lain adalah:


1. Menerangkan dan menjelaskan (QS. 16:89; 44:4-5)

2. Al-Quran kebenaran mutlak (Al-Haq) (QS. 2: 91, 76)

3. Pembenar (membenarkan kitab-kitab sebelumnya) (QS. 2: 41, 91, 97; 3: 3; 5: 48; 6:


92; 10: 37; 35: 31; 46: 1; 12: 30)

4. Sebagai Furqon (pembeda antara haq dan yang bathil, baik dan buruk)

5. Sebagai obat penyakit (jiwa) (QS. 10: 57; 17:82; 41: 44)

6. Sebagai pemberi kabar gembira

7. Sebagai hidayah atau petunjuk (QS. 2:1, 97, 185; 3: 138; 7: 52, 203, dll)

8. Sebagai peringatan

9. Sebagai cahaya petunjuk (QS. 42: 52)

10. Sebagai pedoman hidup (QS. 45: 20)

11. Sebagai pelajaran

2.1.2 HADIST

Al-Hadis adalah sumber kedua agama dan ajaran Islam. Sebagai sumber agama dan ajaran
Islam, al-Hadis mempunyai peranan penting setelah Al-Quran. Al-Quran sebagai kitab suci
dan pedoman hidup umat Islam diturunkan pada umumnya dalam kata-kata yang perlu
dirinci dan dijelaskan lebih lanjut, agar dapat dipahami dan diamalkan.

Ada tiga peranan al-Hadis disamping al-Quran sebagai sumber agama dan ajaran Islam,
yakni sebagai berikut :

1. Menegaskan lebih lanjut ketentuan yang terdapat dalam al-Quran. Misalnya dalam Al-
Quran terdapat ayat tentang sholat tetapi mengenai tata cara pelaksanaannya dijelaskan
oleh Nabi.

2. Sebagai penjelasan isi Al-Quran. Di dalam Al-Quran Allah memerintah- kan manusia
mendirikan shalat. Namun di dalam kitab suci tidak dijelaskan banyaknya rakaat, cara
rukun dan syarat mendirikan shalat. Nabilah yang menyebut sambil mencontohkan jumlah
rakaat setiap shalat, cara, rukun dan syarat mendirikan shalat.

3. Menambahkan atau mengembangkan sesuatu yang tidak ada atau samar-samar


ketentuannya di dalam Al-Quran. Sebagai contoh larangan Nabi mengawini seorang
perempuan dengan bibinya. Larangan ini tidak terdapat dalam larangan-larangan
perkawinan di surat An-Nisa (4) : 23. Namun, kalau dilihat hikmah larangan itu jelas
bahwa larangan tersebut mencegah rusak atau putusnya hubungan silaturrahim antara dua
kerabat dekat yang tidak disukai oleh agama Islam.

Macam-macam As-Sunnah:
ditinjau dari bentuknya

1. Sunnah qauliyah, yaitu semua perkataan Rasulullah

2. Sunnah filiyah, yaitu semua perbuatan Rasulullah

3. Sunnah taqririyah, yaitu penetapan dan pengakuan Rasulullah terhadap pernyataan


ataupun perbuatan orang lain

4. Sunnah hammiyah, yaitu sesuatu yang telah direncanakan akan dikerjakan tapi tidak
sampai dikerjakan

ditinjau dari segi jumlah orang-orang yang menyampaikannya

1. Mutawir, yaitu yang diriwayatkan oleh orang banyak

2. Masyhur, diriwayatkan oleh banyak orang, tetapi tidak sampai (jumlahnya) kepada
derajat mutawir

3. Ahad, yang diriwayatkan oleh satu orang.

Ditinjau dari kualitasnya

1. Shahih, yaitu hadits yang sehat, benar, dan sah

2. Hasan, yaitu hadits yang baik, memenuhi syarat shahih, tetapi dari segi hafalan
pembawaannya yang kurang baik.

3. Dhaif, yaitu hadits yang lemah

4. Maudhu, yaitu hadits yang palsu.

Ditinjau dari segi diterima atau tidaknya

1. Maqbul, yang diterima.

2. Mardud, yang ditolak.

2.2 Sumber-Sumber Ajaran Islam Sekunder

2.2.1 IJTIHAD

Ijtihad berasal dari kata ijtihada yang berarti mencurahkan tenaga dan pikiran atau bekerja
semaksimal mungkin. Sedangkan ijtihad sendiri berarti mencurahkan segala kemampuan
berfikir untuk mengeluarkan hukum syari dari dalil-dalil syara, yaitu Alquran dan hadist.
Hasil dari ijtihad merupakan sumber hukum ketiga setelah Alquran dan hadist. Ijtihad
dapat dilakukan apabila ada suatu masalah yang hukumnya tidak terdapat di dalam Alquran
maupun hadist, maka dapat dilakukan ijtihad dengan menggunakan akal pikiran dengan
tetap mengacu pada Alquran dan hadist.
Macam-macam ijtidah yang dikenal dalam syariat islam, yaitu

1. Ijma, yaitu menurut bahasa artinya sepakat, setuju, atau sependapat. Sedangkan
menurut istilah adalah kebulatan pendapat ahli ijtihad umat Nabi Muhammad SAW
sesudah beliau wafat pada suatu masa, tentang hukum suatu perkara dengan cara
musyawarah. Hasil dari Ijma adalah fatwa, yaitu keputusan bersama para ulama dan ahli
agama yang berwenang untuk diikuti seluruh umat.

2. Qiyas,yaitu berarti mengukur sesuatu dengan yang lain dan menyamakannya. Dengan
kata lain Qiyas dapat diartikan pula sebagai suatu upaya untuk membandingkan suatu
perkara dengan perkara lain yang mempunyai pokok masalah atau sebab akibat yang sama.
Contohnya adalah pada surat Al isra ayat 23 dikatakan bahwa perkataan ah, cis, atau
hus kepada orang tua tidak diperbolehkan karena dianggap meremehkan atau menghina,
apalagi sampai memukul karena sama-sama menyakiti hati orang tua.

3. Istihsan, yaitu suatu proses perpindahan dari suatu Qiyas kepada Qiyas lainnya yang
lebih kuat atau mengganti argumen dengan fakta yang dapat diterima untuk mencegah
kemudharatan atau dapat diartikan pula menetapkan hukum suatu perkara yang menurut
logika dapat dibenarkan. Contohnya, menurut aturan syarak, kita dilarang mengadakan jual
beli yang barangnya belum ada saat terjadi akad. Akan tetapi menurut Istihsan, syarak
memberikan rukhsah (kemudahan atau keringanan) bahwa jual beli diperbolehkan dengan
system pembayaran di awal, sedangkan barangnya dikirim kemudian.

4. Mushalat Murshalah, yaitu menurut bahasa berarti kesejahteraan umum. Adapun


menurut istilah adalah perkara-perkara yang perlu dilakukan demi kemaslahatan manusia.
Contohnya, dalam Al Quran maupun Hadist tidak terdapat dalil yang memerintahkan untuk
membukukan ayat-ayat Al Quran. Akan tetapi, hal ini dilakukan oleh umat Islam demi
kemaslahatan umat.

5. Sududz Dzariah, yaitu menurut bahasa berarti menutup jalan, sedangkan menurut istilah
adalah tindakan memutuskan suatu yang mubah menjadi makruh atau haram demi
kepentingan umat. Contohnya adalah adanya larangan meminum minuman keras walaupun
hanya seteguk, padahal minum seteguk tidak memabukan. Larangan seperti ini untuk
menjaga agar jangan sampai orang tersebut minum banyak hingga mabuk bahkan menjadi
kebiasaan.

6. Istishab, yaitu melanjutkan berlakunya hukum yang telah ada dan telah ditetapkan di
masa lalu hingga ada dalil yang mengubah kedudukan hukum tersebut. Contohnya,
seseorang yang ragu-ragu apakah ia sudah berwudhu atau belum. Di saat seperti ini, ia
harus berpegang atau yakin kepada keadaan sebelum berwudhu sehingga ia harus
berwudhu kembali karena shalat tidak sah bila tidak berwudhu.

7. Urf, yaitu berupa perbuatan yang dilakukan terus-menerus (adat), baik berupa perkataan
maupun perbuatan. Contohnya adalah dalam hal jual beli. Si pembeli menyerahkan uang
sebagai pembayaran atas barang yang telah diambilnya tanpa mengadakan ijab kabul
karena harga telah dimaklumi bersama antara penjual dan pembeli.

BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Mempelajari agama Islam merupakan fardhu ain , yakni kewajiban pribadi setiap muslim
dan muslimah, sedang mengkaji ajaran Islam terutama yang dikembangkan oleh akal
pikiran manusia, diwajibkan kepada masyarakat atau kelompok masyarakat.

Sumber ajaran agama islam terdiri dari sumber ajaran islam primer dan sekunder. Sumber
ajaran agama islam primer terdiri dari al-quran dan as-sunnah (hadist), sedangkan sumber
ajaran agama islam sekunder adalah ijtihad.

3.2 Saran

Sebelum kita mempelajari agama islam lebih jauh, terlebih dahulu kita harus mempelajari
sumber-sumber ajaran agama islam agar agama islam yang kita pelajri sesuia dengan al-
quran dan tuntunan nabi Muhammad SAW yang terdapat dalam as-sunnah (hadist).

Anda mungkin juga menyukai