Anda di halaman 1dari 17

Laporan Praktikum Hasil Hutan Non Kayu Medan, November 2022

BAMBU

Dosen Penanggung Jawab:


Dr. Dr. Ir. Tito Sucipto S.Hut., M.Si., IPU

Disusun Oleh:
Adira Cahayu 211201006
Ahmad Bahrein Simamora 211201111
Mega Wati Sihombing 211201124

Kelompok 15

PROGRAM STUDI KEHUTANAN


FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, karena
atas segala berkat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan
praktikum Hasil Hutan Non Kayu ini dengan baik. Penulisan laporan yang
berjudul “Kerajinan Bambu” ini merupakan salah satu syarat untuk dapat
memenuhi komponen penilaian Praktikum Hasil Hutan Non Kayu di Program
Studi Kehutanan, Fakultas Kehutanan, Universitas Sumatera Utara, Kwala
Bekala.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen penanggungjawab
Praktikum Hasil Hutan Non Kayu Bapak Dr. Ir. Tito Sucipto S.Hut., M.Si., IPU
karena telah memberikan materi dengan baik dan benar. Penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada asisten yang telah memberikan bimbingan dan
arahan selama penulis mengikuti kegiatan praktikum ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dari laporan ini, baik
dari materi maupun teknik penyajiannya, mengingat kurangnya pengetahuan dan
pengalaman penulis. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun dari pembaca demi penyempurnaan laporan ini.

Medan, November 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................... i
DAFTAR ISI ...................................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... iii
PENDAHULUAN
Latar Belakang ............................................................................................ 1
Tujuan ........................................................................................................ 2
TINJAUAN PUSTAKA
METODE PRAKTIKUM
Waktu dan Tempat ...................................................................................... 6
Alat dan Bahan ............................................................................................ 6
Prosedur ...................................................................................................... 6
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil ............................................................................................................ 7
Pembahasan ................................................................................................. 8
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan ............................................................................................... 10
Saran .......................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

ii
DAFTAR GAMBAR

No. Teks Halaman


1. Foto Wawancara............................................................................................... 7
2. Keranjang Anyaman Bambu ............................................................................ 7

iii
1

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Hutan merupakan modal pembangunan nasional yang memiliki banyak
manfaat ekologi, ekonomi dan sosial budaya. Dalam UU Nomor 41 tahun 1999
telah dijelaskan bahwa Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem yang berupa
hamparan lahan yang di dalamnya berisi sumber daya alam hayati yang
didominasi oleh pepohonan yang mempunyai tiga fungsi, yaitu: a. fungsi
konservasi, b. fungsi lindung, dan c.fungsi produksi yang dapat memberikan
manfaat. Hutan merupakan sumber daya alam yang memiliki banyak manfaat
bagi kehidupan manusia (Ardhana dan Syaifuddin, 2013).
Manfaat-manfaat hutan tersebut dapat dibedakan menjadi dua, yaitu
manfaat nyata (tangible) dan tidak nyata (intangible). Manfaat nyata adalah
manfaat hutan yang berbentuk material atau dapat diraba yang berupa kayu, rotan,
getah, dan lain-lain. Sedangkan manfaat tidak nyata adalah manfaat yang
diperoleh dari hutan yang tidak dapat dinilai oleh sistem pasar secara langsung
atau berbentuk inmaterial/tidak dapat diraba, seperti keindahan alam, iklim mikro,
hidrologis, dan lain-lain.Untuk itu hutan harus diurus dan dikelola, dilindungi dan
dimanfaatkan secara berkesinambungan bagi kesejahteraan masyarakat Indonesia,
baik generasi sekarang maupun yang akan datang (Kendek et al., 2013).
Hasil hutan bukan kayu (HHBK) adalah hasil hutan hayati baik nabati
maupun hewani beserta produk turunan dan budidaya kecuali kayu yang berasal
dari hutan. Hasil hutan bukan kayu (HHBK) merupakan bagian dari ekosistem
hutan yang memiliki peranan yang beragam, baik terhadap lingkungan alam
maupun terhadap kehidupan manusia. HHBK yang sudah biasa dimanfaatkan dan
dikomersilkan diantaranya adalah cendana, gaharu, sagu, rotan, aren, sukun,
bambu, sutera alam, jernang, kemenyan, kayu putih, aneka tanaman obat, minyak
atsiri dan madu. Istilah Hasil Hutan Non Kayu semula disebut Hasil Hutan Ikutan
merupakan hasil hutan yang berasal dari bagian pohon atau tumbuh-tumbuhan
yang memiliki sifat khusus yang dapat menjadi suatu barang yang diperlukan oleh
masyarakat, dijual sebagai salah satu bentuk komoditi ekspor atau sebagai salah
satu bahan baku untuk suatu industri yang lainnya (Salaka et al., 2012).
2

Bambu tergolong keluarga Gramineae (rumput-rumputan) disebut juga


Hiant Grass (rumput raksasa), berumpun dan terdiri dari sejumlah batang (buluh)
yang tumbuh secara bertahap, dari mulai rebung, batang muda dan sudah dewasa
pada umur 4-5 tahun. Batang bambu berbentuk silindris, berbuku-buku, beruas-
ruas berongga kadang-kadang masif, berdinding keras, pada setiap buku terdapat
mata tunas atau cabang. Akar bambu terdiri atas rimpang (rhizon) berbuku dan
beruas, pada buku akan ditumbuhi oleh serabut dan tunas yang dapat tumbuh
menjadi batang. Tanaman bambu hidup merumpun, kadang-kadang ditemui
berbaris membentuk suatu garis pembatas dari suatu wilayah desa yang identik
dengan batas desa di Jawa. Penduduk desa sering menanam bambu disekitar
rumahnya untuk berbagai keperluan (Widnyana, 2012).
Tanaman bambu merupakan tanaman yang mudah untuk dibudidayakan
dan memiliki banyak potensi ekonomi yang cukup tinggi. Masyarakat masih
menganggap bambu sebagai tanaman yang kurang komersial sehingga
pengusahaan bambu kurang diminati. Oleh karena itu, analisis finansial
pembangunan hutan bambu rakyat sangat dibutuhkan untuk memberikan arahan
kelayakan usaha. Saat ini, permintaan kayu semakin meningkat, sementara
kemampuan produksi kayu dari kawasan hutan produksi cenderung semakin
menurun karena berkurangnya areal penanaman. Bambu dapat diarahkan sebagai
bahan substitusi kayu. Bambu merupakan hasil hutan bukan kayu yang dapat
dimanfaatkan untuk berbagai keperluan seperti bahan bangunan, furniture,
kerajinan dan industri. Selain mudah dibudidayakan, juga memiliki jumlah
produksi yang tinggi dengan masa panen yang cukup singkat yaitu berkisar 1-3
tahun serta dapat dipanen sepanjang tahun (Baharuddin et al., 2015).

Tujuan
Adapun tujuan dari Praktikum Hasil Hutan Bukan Kayu Yang Berjudul
“Bambu” ini adalah untuk mengetahui bagaimana pemanfaatan bambu yang
dilakukan masyarakat dan nilai analisis SWOT (Strength (S) /Kekutaan,
Weakness (W) /Kelemahan, Opportunities (O) /Peluang, dan Threats (T)
/Ancaman) yang ada pada kerajinan bambu yang dihasilkan serta omset yang
didapat oleh pengrajin.
3

TINJAUAN PUSTAKA

Pemanfaatan sumberdaya hutan khususnya kayu masih mendominasi.


Namun demikian, HHBK juga tidak dapat diabaikan begitu saja karena HHBK
menjadi salah satu peluang yang tepat untuk dikembangkan dan tentu saja dapat
mengurangi tingkat ketergantungan masyarakat terhadap hasil hutan kayu.
Beberapa tahun terakhir keberadaan Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) dipandang
penting untuk terusdikembangkan mengingat produktivitas kayu darihutan alam
semakin menurun. Perubahan paradigma dalam pengelolaan hutan kini cenderung
kepada pengelolaan kawasan (ekosistem) hutan secara utuhdan menuntut
diversifikasi hasil hutan selain kayu. HHBK dalam pemanfaatannya memiliki
keunggulan dibanding hasil kayu, sehingga HHBK memiliki prospek yang besar
dalam pengembangannya (Jafar, 2013).
Salah satu hasil hutan yang banyak ditemukan di Indonesia adalah bambu.
Bambu adalah salah satu hasil hutan bukan kayu (HHBK) yang sangat penting
untuk dikembangkan dan berpotensi untuk berbagai manfaat serta sumber
penghasilan masyarakat. Bambu di Indonesia potensinya sangat bagus untuk
dimanfaatkan dengan baik, mudah dikembangkan dan mempunyai daur hidup
yang relatif cepat, dengan waktu panen hanya 3-4 tahun. Potensi bambu dalam
menopang keberlanjutan hutan dinilai ekonomis di masa depan. Bambu
merupakan tumbuhan yang mengandung lignoselulosa dan bisa dimanfaatkan
untuk banyak keperluan. Beberapa spesies bambu ada yang dapat digunakan
sebagai bahan industri, sumpit, peralatan dapur, topi, tas, alat musik, tirai, pulpen,
dan lain lain. Pengetahuan masyarakat dalam mengelola kerajinan tangan dari
bambu perlu diberdayakan . Produk yang berbahan baku bambu akan mengurangi
efek-efek yang dapat mencemari lingkungan, baik dalam produksi, distribusi, dan
penggunaanya (Gunardja, 2015).
Bambu termasuk jenis rumput-rumputan dari suku Gramineae. Bambu
tumbuh menyerupai pohon berkayu, batangnya berbentuk bulu berongga.
Tanaman bambu memiliki cabang-cabang (ranting) dan daun buluh yang
menonjol. Bambu dapat berkembang biak di daerah tropis dan sub tropis dengan
preferensi iklim yang disukai adalah wilayah yang memiliki hujan lebat. Tanaman
4

bambu di Indonesia ditemukan mulai dari dataran rendah sampai pegunungan.


Pada umumnya ditemukan di tempat-tempat terbuka dan daerahnya bebas dari
genangan air. Meskipun bambu memegang peranan penting dalam kehidupan
masyarakat Indonesia, budidaya secara perkebunan masih belum banyak
dilakukan oleh masyarakat. Dengan demikian ketersediaan bambu untuk
memenuhi kebutuhan yang ada masih menggantungkan diri dengan pada hasil
hutan atau pekarangan. Selain itu pemanfaatan bambu masih sangat terbatas pada
keperluan keperluan tradisional (Maharaja, 2013).
Dari kurang lebih 1.000 species bambu dalam 80 genera, sekitar 200
species dari 20 genera ditemukan di Asia Tenggara (Dransfield dan Widjaja,
1995), sedangkan di Indonesia ditemukan sekitar 60 jenis. Tanaman bambu
Indonesia ditemukan di dataran rendah sampai pegunungan dengan ketinggian
sekitar 300 m dpl. Pada umumnya ditemukan ditempat-tempat terbuka dan
daerahnya bebas dari genangan air. Dalam kehidupan masyarakat pedesaan di
Indonesia, bambu memegang peranan sangat penting. Bahan bambu dikenal oleh
masyarakat memiliki sifatsifat yang baik untuk dimanfaatkan, antara lain
batangnya kuat, ulet, lurus, rata, keras, mudah dibelah, mudah dibentuk dan
mudah dikerjakan serta ringan sehingga mudah diangkut. Selain itu bambu juga
relatif murah dibandingkan dengan bahan bangunan lain karena banyak
ditemukan di sekitar pemukiman pedesaan. Bambu menjadi tanaman serbaguna
bagi masyarakat pedesaan (Suhesti dan Hadinoto ,2015).
Bambu mempunyai nilai ekonomi yang tinggi dan banyak dimanfaatkan
spesies tumbuhan bambu yang banyak digunakan untuk bahan kerajinan
diantaranya adalah Gigantochloa atau bambu tali dan Gigantochloa atroviolacea
atau bambu hitam. Pekerjaan sampingan usaha kerajinan bambu memberikan
kontribusi cukup besar, yaitu 43,5% dari total pendapatan petani. Usaha kerajinan
anyaman bambu dapat meningkatkan pendapatan petani dan meningkatkan
pemerataan pendapatan sehingga dapat mengurangi kesenjangan sosial di
pedesaan. Potensi hutan bambu yang melimpah belum digarap secara optimal oleh
masyarakat. Berlimpahnya bambu tidak sebanding dengan kesadaran masyarakat
akan pemanfaatan bambu tersebut (Wartanta, 2018).
5

Tanaman bambu berpotensi menjadi solusi alternatif bagi sejumlah


permasalahan lingkungan terutama dalam mengatasi pemilihan bahan alternatif
pengganti kayu yang lebih ramah lingkungan. Dengan menggunakan bahan
alternatif pengganti kayu, secara langsung membantu mengurangi penebangan
hutan tropis. Cepatnya pertumbuhan bambu dibanding dengan pohon kayu,
membuat bambu dapat diunggulkan untuk menyelamatkan deforestasi. Bambu
juga memiliki daya serap karbon yang cukup tinggi untuk mengatasi persoalan
CO2 di udara, selain juga merupakan tanaman yang cukup baik untuk
memperbaiki lahan kritis. Bambu juga memiliki potensi untuk dikembangkan
menjadi bahan bakar alternatif atau biofuel yang ramah lingkungan. Pohon bambu
juga berfungsi sebagai penjernih air. Maka dari itu daerah bantaran sungai yang
banyak pohon bambu, air sungai tersebut terlihat jernih (Widjaja, 2019).
Beberapa alasan untuk menggunakan bambu sebagai bahan alternatif
pengganti kayu ; Mudah di dapat, harga bambu juga tergolong murah jika
dibandingkan dengan material kayu. Kuat dan tahan gempa. Alami, material
bambu memiliki nilai budaya dan estetika yang tinggi dan memberikan nuansa
alami dan bersahabat dengan alam. Bambu juga dapat digunakan sebagai material
untuk membuat bangunan, perabotan hingga kerajinan tangan sebagaimana kayu.
Tahan lama. Bambu juga dapat tahan hingga puluhan tahun sebagaimana kayu.
Tentu saja dengan melalui proses pengawetan terlebih dulu (Widnyna, 2012).
Pendayagunaan sumber daya manusia dan sumber daya alam, sumber
energi maupun sumber dana dalam pengembangan industri kecil selama ini masih
kurang maksimal, karena selama ini masyarakat menganggapnya sebagai selingan
untuk mengisi waktu luang. Melihat masih kecilnya minat masyarakat dalam
pengembangan industri kecil, berupa pengolahan bambu menjadi produk
kerajinan bambu lainnya baik berupa peralatan rumah tangga maupun produk
kesenian yang mempunyai nilai jual tinggi, disamping keranjang bambu
Ketersediaan kayu solid berkualitas di Indonesia dari tahun ke tahun mengalami
penurunan baik secara kualitas maupaun kuantitas. Bambu untuk pulp dan kertas
dapat diberdayakan umtuk berbagai keperluan dengan upaya teknologi pemesinan
maupun teknologi sederhana dan digunakan sebagai bahan baku multi guna dan
memiliki keunggulan tertentu (Turnip et al., 2013).
6

METODE PRAKTIKUM

Waktu dan Tempat

Praktikum Hasil Hutan Non Kayu yang berjudul “Kerajinan Bambu”


dilaksanakan pada hari Rabu, 19 Oktober 2022 pada pukul 13.20 WIB sampai
dengan selesai. Praktikum ini dilaksanakan secara daring melalui Zoom meeting.

Alat dan Bahan


Alat yang digunakan pada praktikum ini antara lain alat Tulis dan
Handphone.
Bahan yang digunakan pada praktikum ini antara lain Kerajinan bambu
dan Pengrajin.

Prosedur Praktikum
1. Mencari tempat pengrajin bambu.
2. Mewawancarai pengrajin mengenai bentuk usaha dari bambu dan analisis.
SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities dan Threats) dari produknya.
3. Direkam dan dicatat percakapan antara narasumber (pengrajin bambu).
4. Difoto bersama untuk dokumentasi kerajinan bambunya.
7

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil
Adapun hasil yang didapat dari Praktikum Hasil Hutan Non Kayu yang
berjudul “Bambu” adalah sebagai berikut.

Gambar 1. Foto Wawancara

Gambar 2. Keranjang Anyaman Bambu


8

Pembahasan
Dari hasil di atas didapat bahwa bambu dapat dimanfaatkan menjadi
sebuah kerajinan. Terdapat banyak kerajinan yang dapat dimanfaatkan baik
sebagai hiasan di dalam rumah maupun sebagai alat penyimpanan benda dan
sebagai tempat bahan-bahan dapur. salah satu dari kerajinan yang terbuat dari
Bambu adalah keranjang anyaman bambu. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Kusumiyati et al. (2018) bahwa anyaman keranjang bambu merupakan salah satu
kegiatan usaha rumah tangga yang memanfaatkan bambu sebagai bahan baku
utama untuk membuat anyaman keranjang. Usaha kerajinan bambu di atas
merupakan usaha pribadi dan sudah dijalankan sejak tahun 2003 dan bambu yang
digunakan sebagai bahan kerajinan merupakan bambu yang sudah diolah di
panglong yang bersumber dari gunung Telaga.
Dalam usaha kerajinan bambu ini dapat dinilai melalui analisis SWOT
(Strength (S) /Kekutaan, Weakness (W) /Kelemahan, Opportunities (O) /Peluang,
dan Threats (T) /Ancaman). Keranjang anyaman bambu ini berguna untuk
diajdikan sebagai tempat membersihkan sayur, tempat penyimpanan buah, tempat
penyimpanan barang, dan lain lain. Hal tersebut menjadi kekuatan (Strength)
dalam usaha kerajinan bambu. Hal ini sesuai dengan pernyataan Siregar (2016).
bahwa keranjang anyaman bambu memiliki kegunaan bagi masyarakat sesuai
dengan variabel harga keranjang anyman bambu dan usaha kerajinan keranjang
anyaman bambu bergantung pada suatu faktor yaitu permintaan keranjang
anyaman bambu. Dalam sehari biasanya pengrajin tersebut mendapatkan
permintaan sebanyak 30 buah keranjang. Pengrajin bambu yaitu pak Marno
memiliki omset rata-rata 30 ribu per hari dengan adanya permintaan produk
melalui pedagang lainnya sebagai cara untuk mendistribusikan produk kerajinan
bambu yang telah dibuatnya.
Bambu merupakan bahan yang dapat digunakan dalam kerajinan dengan
masa pemakaian yang terbatas dikarenakan bambu memiliki keterbatasan dalam
hal keawetan pemakaian yang bergantung pada jenis pemakaian dan cara
penggunaan kerajinan bambu. Hal ini sesuai dengan pernyataan Jasni et al.
(2017). bahwa bambu juga mempunyai kelemahan sebagai bahan baku karena
tingkat keawetan yang terbatas dimana ketahanan alami setiap jenis bambu
9

berbeda terhadap pemakaian dan organisme perusak. Kebersihan bambu juga


merupakan salah satu faktor untuk menentukan masa keawetan kerajinan bambu
yang di mana terdapat mikroorganisme yang dapat merusak material bambu yang
dijadikan sebagai bahan kerajinan.
Dalam usaha kerajinan bambu terdapat ancaman yaitu dalam minat
masyarakat mengenai kerajinan bambu yang masih sedikit sehingga permintaan
dalam usaha kerajinan bambu ini terbilang cukup kecil. Hal ini didukung oleh
pernyataan Simatupang et al. (2013) yang menyatakan bahwa minat masyarakat
dalam pengembangan industri kecil, berupa pengolahan bambu menjadi produk
kerajinan bambu masih rendah terutama minat generasi muda untuk bekerja dalam
meneruskan dan mempertahankan usaha kerajinan bambu. Dari hal tersebut
didapat bahwa usaha bambu tidak dapat didistribusikan secara luas dikarenakan
usaha bambu memiliki peminatan yang kecil dikarenakan permintaan dari
konsumen masih terbilang dengan jumlah yang rendah. Namun, terdapat beberapa
daerah yang masih menggunakan alat alat yang terbuat dari bambu salah satunya
terdapat di Mencirim, Kecamatan Binjai Timur, Kota Binjai. Dengan adanya
beberapa warga yang masih membutuhkan alat kerajinan dari bambu membuat
usaha kerajinan bambu di kota Binjai masih cukup banyak.
Di samping ancaman pada usaha dalam kerajinan bambu terdapat peluang
yang menjadikan usaha tersebut dapat berjalan secara berkelanjutan yaitu dengan
adanya beberapa permintaan dari masyarakat yang di mana kerajinan anyaman
bambu berupa keranjang yang dapat digunakan di dapur. Keranjang hanya menu
bambu ini masih dapat dikatakan masih dibutuhkan oleh masyarakat kota Binjai
sehingga hal ini dapat dijadikan sebagai alasan dalam menjalankan usaha
kerajinan bambu. Hal ini didukung pernyataan Makrufi et al. (2018) bahwa
kebutuhan konsumen akan keranjang sangatlah tinggi seperti keranjang plastik
dan keranjang yang terbuat dari bahan yang lainyang di mana bambu juga dapat
dijadikan sebagai keranjang untuk memenuhi alat yang diperlukan oleh
masyarakat. Dari hal tersebut didapat bahwa keranjang yang terbuat dari bamboo
pada umunya memiliki fungsi yang sama dengan keranjang yang terbuat dari
bahan lain seperti plastik. Di samping itu hal ini juga dapat memenuhi kebutuhan
pengrajin keranjang.
KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
1. Bambu adalah salah satu hasil hutan bukan kayu (HHBK) yang sangat penting
untuk dikembangkan dan berpotensi untuk berbagai manfaat serta sumber
penghasilan masyarakat.
2. Terdapat banyak kerajinan yang dapat dimanfaatkan baik sebagai hiasan di
dalam rumah maupun sebagai alat penyimpanan benda dan sebagai tempat
bahan-bahan dapur. salah satu dari kerajinan yang terbuat dari Bambu adalah
keranjang anyaman bambu.
3. Dalam usaha kerajinan bambu ini dapat dinilai melalui analisis SWOT
(Strength (S) /Kekutaan, Weakness (W) /Kelemahan, Opportunities (O)
/Peluang, dan Threats (T) /Ancaman).
4. Dalam usaha kerajinan bambu terdapat ancaman yaitu dalam minat
masyarakat mengenai kerajinan bambu yang masih sedikit sehingga
permintaan dalam usaha kerajinan bambu ini terbilang cukup kecil.
5. Di samping ancaman pada usaha dalam kerajinan bambu terdapat peluang
yang menjadikan usaha tersebut dapat berjalan secara berkelanjutan yaitu
dengan adanya beberapa permintaan dari masyarakat yang di mana kerajinan
anyaman bambu berupa keranjang yang dapat digunakan di dapur.

Saran
Sebaiknya para praktikan lebih memperhatikan lagi penjelasan yang
diberikan oleh asisten praktikum agar tidak terjadi kesalahan dalam pengerjaan
tugas praktikum dan sebaiknya untuk tenggat pengumpulan tugas praktikum bisa
lebih jelas lagi kapan waktu deadlinenya.
DAFTAR PUSTAKA

Ardhana A, Syaifuddin. 2013. Kajian Pemasaran Hasil Hutan Non Kayu Dari
Hutan Rakyat Pola Agroforestry Di Desa Kertak Empat Kabupaten Banjar
(Study Marketing Of Non-Timber Forest Products From People Forest
Agroforestry Pattern in Kertak Empat Village Banjar Of District). Jurnal
Hutan tropis, 1(2): 8-19.
Baharuddin, DS, Putranto B, Daud M. 2015. Analisis Sosial Ekonomi Dan Pola
Pengelolaan Hutan Bambu Rakyat Di Kecamatan Tanralili, Kabupaten
Maros. In Prosiding Seminar Nasional Sewindu BPTHHBK Mataram.
Mataram.
Gunardja E. 2015. Strategi Penelitian Bambu. Rubrik Tinjauan Pustaka. Jurnal
PPT, 1(4): 17-19.
Jafar I. 2013. Pengetahuan Masyarakat Dalam Pemanfaatan Hasil Hutan Bukan
Kayu (HHBK) Di Kawasan Cagar Alam Gunung Sibela. Skripsi. Bogor :
Departemen Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian
Bogor.

Jasni J, Damayanti R, Pari R. 2017. Ketahanan Alami Jenis-Jenis Bambu Yang


Tumbuh Di Indonesia Terhadap Rayap Tanah (Coptotermes curvignathus
Holmgren). Jurnal Penelitian Hasil Hutan, 35(4): 289-301.

Kendek CN, Tasirin JS, Kainde RP, Kalangi JI. 2013. Pemanfaatan Hasil Hutan
Bukan Kayu Oleh Masyarakat Sekitar Hutan Desa Minanga III Kabupaten
Minahasa Tenggara. COCOS, 3(5): 16- 25.

Kusumiyati K, Farida F, Sutari W, Mubarok S. 2018. Kualitas Buah Mangga


Selama Penyimpanan Pada Keranjang Anyaman Bambu Dengan
Identifikasi Ruang Warna. Kultivasi, 17(2): 628-632.

Maharaja H. 2013. Pemanfaatan Bambu Di Desa Tiga Panah Kabupaten Karo.


Skripsi. Medan : Program Studi Kehutanan Fakultas Pertanian, Universitas
Sumatera Utara.
Salaka FJ, Nugroho B, Nurrochmat DR. 2012. Strategi Kebijakan Pemasaran
Hasil Hutan Bukan KayuDi Kabupaten Seram Bagian Barat, Provinsi
Maluku (Marketing Policy Strategy for Non Timber Forest Products in
West Seram Regency, Maluku Province). Jurnal Analisis Kebijakan
Kehutanan, 9(1): 10-21.
Simatupang RF, Latifah S, Afifuddin, Y. 2013. Nilai Ekonomi Dan Kontribusi
Hutan Rakyat Bambu (Bambusa sp)(Studi Kasus di Desa Telagah,
Kecamatan Sei Bingai, Kabupaten Langkat) Economic Value And
Contribution Of People Bamboo Forest (Bambusa sp)(Case Study at
Telagah Village, Sub District of Sei. Peronema Forestry Science Journal,
2(1): 22-29.
Siregar RS. 2016. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan Dan Penawaran
Keranjang Anyaman Bambu (Studi Kasus: Pengrajin Keranjang Anyaman
Bambu, Kelurahan Jati Utomo, Kecamatan Binjai Utara, Kota Binjai).
Jurnal Agrica, 9(1): 62-73.

Suhesti E, Hadinoto. 2015. Hasil Hutan Bukan Kayu Madu Sialang Di Kabupaten
Kampar (Studi Kasus : Kecamatan Kampar Kiri Tengah). Wahana
Forestra : Jurnal Kehutanan,10(2): 11-20.
Turnip FJY, Purwoko A, Martial T. 2013. Analisis Finansial dan Pemasaran
Keranjang Bambu di Desa Sigodang, Kecamatan Panei, Kabupaten
Simalungun. Peronema Forestry Science Journal, 2(2): 85-92.
Wartanta. 2018. Peran Usaha Kerajinan Anyaman Bambu dalam Meningkatkan
Pendapatan Petani di Kecamatan Minggir, Sleman. Program Sarjana
Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada.
Widnyana K. 2012. Bambu dengan berbagai manfaatnya. Bumi Lestari Journal of
Environment, 8(3): 1-10.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai