Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

SIFAT KIMIA TANAH

Dosen Pengampu:

KHAIRIATI RAWZI, S.Pd.,M.Pd

Disusun oleh:

IRMA FAIRUZ MUNIFAH(12111321951)

PRODI PENDIDIKAN GEOGRAFI

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS SULTAN SYARIF KASIM RIAU (UIN)

PEKANBARU

1442/2021

1
KATA PENGANTAR

Assalammu’alaikum wr.wb..

Dengan menyebut nama yang maha pengasih lagi maha penyayang .Puja dan puji
syukur Kami panjatkan kehadirat Allah S.W.T yang telah melimpahkan rahmat,sehingga kami
dapat merampungkan penyusunan makalah Geografi Tanah dengan judul sifat kimia tanah tepat
pada waktunya.

Penulisan makalah ini telah semaksimal mungkin saya upayakan dan di dukung
bantuan dari semua pihak,sehingga dapat memperlancar dalam penyusunan makalah.Namun
tidak lepas dari semua itu,kami menyadari sepenuhnya bahwa masih terdapat kekurangan baik
dari segi penyusunan bahasa dan aspek lainnya.

Akhirnya kami sangat mengharapkan semoga dari makalah sederhana ini dapat diambil
manfaatnya dan besar keinginan saya supaya dapat menginspirasi para pembaca untuk
mengangkat permasalahan yang berkaitan dengan makalah ini.

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar .........................................................................................2

Daftar Isi.....................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN...........................................................................4

1.1........................................................................Latar Belakang........................4
1.2...................................................................Rumusan Masalah........................5
1.3.....................................................................Tujuan Makalah ........................5
1.4....................................................................Manfaat Makalah........................5

BAB II PEMBAHASAN............................................................................6

1. Komposisi Kimia Dan Unsur Hara Tanaman.................6


2. Kndungan Bahan Organik................................................8
3. Kompleks Koloid Tanah...................................................9
4. Larutan Dan Reaksi Tanah............................................12
5. Pertukaran Kation...........................................................14
6. Kapasitas kation Dan kejenuhan Basa..........................15
7. Oksidaksi Dan Reduksi...................................................17

BAB III PENUTUP..................................................................................20

3.1.............................................................................Kesimpulan........................20
3.2.......................................................................................Saran........................20

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................20

3
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Tanah merupakan kombinasi mineral, bahan bahan organic, gas, berbagai jenis cairan, dan
organisme yang tidak dapat dihitung yang bersama sama mendukung kehidupan di atas bumi.
Tanah merupakan materi alami yang dikenal sebagai pedosfer yang memiliki 4 peran penting
yaitu: media tumbuh tanaman, tempat penyimpanan air, media penyedia dan purifikasi air, dan
merupakan habitat bagi banyak organisme. Tanah dianggap sebagai “kulit dari bumi” dan
berkaitan erat dengan litosfer, hidrosfer, dan biosfer. Sebutan pedolit, seringkali diartikan
sebagai tanah. Tanah terdiri dari bagian yang solid (mineral dan organic) dan bagian yang
berporos karena mengandung gas dan air.

Formasi tanah, atau pedogenesis merupakan efek kombinasi antara proses biologis, kimiawi
dan fisika yang bekerja pada material induk tanah. Tanah dikatakan akan terbentuk ketika bahan
organic diperoleh meninggalkan humus, karbon, dan gypsum yang menciptakan lapisan
dinamakan horizon B. Lapisan ini berpindah dari satu level ke level lain oleh air dan aktivitas
makhluk hidup. Hasilnya, horizon B akan membentuk lapisan tanah. Proses pembentukan tanah
dipengaruhi oleh 5 faktor klasik seperti iklim, topografi (relief), organisme, dan waktu.

2. Rumusan Masalah
a. Apa itu komposisi kimia dan unsur hara tanaman?
b. Apa itu kandungan bahan organic?
c. Apa itu kompleks koloid tanah?
d. Apa itu larutan tanah dan reaksi tanah?
e. Apa itu pertukaran kation?
f. Apa itu kapasitas kation dan kejenuhan basa?
g. Apa itu oksidasi dan reduksi?

4
3. Tujuan Makalah
a. Untuk mengetahui komposisi kimia dan unsur hara
b. Untuk mengetahui kandungan bahan organic
c. Untuk mengetahui kompleks koloid tanah
d. Untuk mengetahui larutan tanah dan redaksi tanah
e. Untuk mengetahui pertukaran kation
f. Untuk mengetahui kapasitas kation dan kejenuhan basa
g. Untuk mengetahui oksidasi dan reduksi

4. Manfaat Makalah
a. Dapat memahami komposisi kimia dan unsur hara
b. Dapat memahami kamdungan bahan organic
c. Dapat memahami kompleks koloid tanah
d. Dapat larutan tanah dan redaksi tanah
e. Dapat memahami pertukar kation
f. Dapat memahami kapasitas kation dan kejenuhan basa
g. Dapat memahami oksidaksi dan reduksi

5
BAB II
PEMBAHASAN
1. Komposisi Kimia Dan Unsur Hara
A. Komposisi kimia

Komposisi kimia adalah suatu bentuk materi yang memiliki komposisi kimia dan
sifat karaekteristik konstan,macam-macam komposisi kimia makhluk hidup:

 Karbohidrat
 Lemak
 Protein
 Asam nuklet
 Air
 Vitamin
 Mineral

B. Unsur Hara

Unsur hara adalah bermacam-macam mineral yang terdapat di dalam tanah yang
dibutuhkan oleh tumbuhan untuk melakukan fotosintesis. Zat hara juga merupakan sari makanan
dalam bentuk cair. Mineral tersebut dalam bentuk cair yang dapat diserap oleh akar untuk
disalurkan ke zat hijau daun. Menurut hasil penelitian, setiap tanaman memerlukan paling
sedikit 16 unsur (ada yang menyebutkan zat) agar pertumbuhan tanaman normal. Dari ke-
16 unsur tersebut, 3 unsur, yaitu: Carbon (C), Hidrogen (H), dan Oksigen(O) diperoleh
dari udara, sedangkan 13 unsur lagi disediakan oleh tanah. Jadi tanah sebagai dapur bagi
tanaman setidaknya harus tersedia 13 menu agar pertumbuhan tanaman normal.Ke-13
unsur tersebut adalah nitrogen (N), fosfor (P), kalium (K), kalsium (Ca), magnesium
(Mg), sulfur atau belerang (S), klor (Cl), ferum atau besi (Fe), mangan (Mn), kuprum
atau pembaga (Cu), zink atau seng (Zn), boron (B) dan molibdenum (Mo).

Tanaman memerlukan unsur hara yang lengkap agar dapat tumbuh dengan baik dan
menghasilkan produk yang berkualitas. Pemenuhan unsur hara kebutuhan tanaman merupakan

6
hal yang mutlak dilakukan, karena ketersediaan unsur hara di alam sangat terbatas, dan semakin
berkurang karena telah terserap oleh tanaman. Unsur hara yang dibutuhkan tanaman dapat
digolongkan dalam 2 bagian besar, yaitu :

 Unsur hara makro, yaitu unsur hara yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah
besar.Unsur hara yang tergolong unsur hara makro adalah :

 Nitrogen (N)
 Phosfor (P)
 Kalium (K)
 Sulfur/belerang  (S)
 Calsium (Ca)
 Magnesium (Mg)

 Unsur hara mikro, yaitu unsur hara yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah yang tidak
terlalu banyak dan bervariasi tergantung jenis tanaman.Yang tergolong unsur hara mikro
antara lain adalah :

 Klor (Cl)
 Zat besi (Fe)
 Mangan (Mn)
 Tembaga (Cu)
 Seng (Zn)
 Boron (B)
 Molibdenum (Mo)

7
2. Kandungan Bahan Organik

Kandungan bahan organik tanah berkisar antara 0,5-5% pada tanah-tanah mineral, dan
mencapai 98% untuk tanah gambut/organik. Banyak parameter yang dapat digunakan untuk
mencirikan kualitas bahan organik diantaranya adalah kandungan karbon dan nitrogen
(C/N), kandungan bahan-bahan humus, kandungan lignin, selulosa. Bahan organik dihasilkan
oleh tumbuhan melalui proses fotosintesis sehingga unsur karbon merupakan penyusun utama dari bahan
organik tersebut. Unsur karbon ini membentuk senyawa- senyawa organik, seperti selulosa,
hemiselulosa, pati, dan bahan-bahan pektin dan lignin.

Bahan organik dapat didefinisikan sebagai semua bahan yang berasal dari jaringan tanaman
dan hewan baik yang masih hidup maupun yang telah mati. Bahan organik tanah adalah bahan
yang kompleks dan dinamis, berasal dari sisa tanaman dan hewan di dalam tanah dan mengalami
perombakan secara terus menerus. Bahan organik berperan penting dalam menentukan
kemampuan tanah untuk mendukung pertumbuhan dan hasil tanaman.

Bahan organik merupakan bahan yang mengandung unsur hara kompleks dan esensial.
Bahan organik yang mengikat mampu mendorong berubahnya unsur dari tidak tersedia menjadi
tersedia untuk memacu pertumbuhan dan peningkatan produksi tanaman. Akan tetapi saat
revolusi kesuburan tanah di Indonesia sudah membahayakan dengan salah satu indikator
kandungan bahan organik tanah rata-rata di bawah 2% .

8
3. Kompleks Koloid Tanah

Koloid tanah merupakan suatu bahan aktif dari tanah yang tersusun mineral dan humus.
Mineral dan humus menyerap kation bervalensi dua lebih kuat dari kation bervalensi satu.
Salah satunya, Koloid tanah menyerap ion alumium (Al2+) yang akan dihidrolisis sehingga
menyumbangkan ion H+ akibatnya tanah menjadi asam. Koloid tanah juga mampu menyerap
garam-garam yang menyebabkan reaksi tanah asam dibantu dengan curah hujan yang tinggi.

Koloid tanah dan bahan organik mempunyai hubungan dalam ketersedian hara dalam
suatu tanah dan lahan. Hubungan ini berupa peran koloid tanah dan bahan organik terhadap
ketersediann hara. Oleh sebab itu makalah ini akan membahas tentang koloid tanah, bahan
organik dan perannya dalam mengatur ketersediaan hara bagi tanaman. Keadaan koloid atau
sistem koloid atau suspensi koloid atau larutan koloid atau suatu koloid adalah suatu
campuran berfasa dua yaitu fasa terdispersi dan fasa pendispersi dengan ukuran partikel
terdispersi berkisar antara 10-7 sampai dengan 10-4 cm. Besaran partikel yang terdispersi,
tidak menjelaskan keadaan partikel tersebut. Partikel dapat terdiri atas atom, molekul kecil
atau molekul yang sangat besar. Koloid emas terdiri atas partikel-partikel dengan bebagai
ukuran, yang masing-masing mengandung jutaan atom emas atau lebih. Koloid belerang
terdiri atas partikel-partikel yang mengandung sekitar seribu molekul S8. Suatu contoh
molekul yang sangat besar (disebut juga molekul makro) ialah haemoglobin. Berat molekul
dari molekul ini 66800 s.m.a dan mempunyai diameter sekitar 6 x 10-7.

Sistem koloid (selanjutnya disingkat "koloid" saja) merupakan suatu bentuk campuran (sistem
dispersi) dua atau lebih zat yang bersifat homogen namun memiliki ukuran partikel terdispersi
yang cukup besar (1 - 100 nm), sehingga terkena efek Tyndall. Bersifat homogen berarti partikel
terdispersi tidak terpengaruh oleh gaya gravitasiatau gaya lain yang dikenakan kepadanya;
sehingga tidak terjadi pengendapan, misalnya. Sifat homogen ini juga dimiliki oleh larutan,
namun tidak dimiliki oleh campuran biasa (suspensi).

Koloid mudah dijumpai di mana-mana: susu, agar-agar,tinta, sampo, serta awan


merupakan contoh-contoh koloid yang dapat dijumpai sehari-hari. Sitoplasma dalam sel juga
merupakan sistem koloid. Kimia koloid menjadi kajian tersendiri dalam kimia industri karena
kepentingannya.

9
Di dalam larutan koloid secara umum, ada 2 zat sebagai berikut:

a.       Zat terdispersi, yakni zat yang terlarut di dalam larutan koloid

b.      Zat pendispersi, yakni zat pelarut di dalam larutan koloid

Sistem koloid tersusun dari fase terdispersi yang tersebar merata dalam medium
pendispersi. Fase terdispersi dan medium pendispersi dapat berupa zat padat, cair, dan gas.
Berdasarkan fase terdispersinya, sistem koloid dapat dikelompokkan menjadi 3, yaitu:

a. Sol (fase terdispersi padat)


 Sol padat adalah sol dalam medium pendispersi pada
Contoh: paduan logam, gelas warna, intan hitam
 Sol cair adalah sol dalam medium pendispersi cair
Contoh: cat, tinta, tepung dalam air, tanah liat
 Sol gas adalah sol dalam medium pendispersi gas
Contoh: debu di udara, asap pembakaran
b. Emulsi (fase terdispersi cair)
 Emulsi padat adalah emulsi dalam medium pendispersi padat
Contoh: Jelly, keju, mentega, nasi
 Emulsi cair adalah emulsi dalam medium pendispersi cair
Contoh: susu, mayones, krim tangan
 Emulsi gas adalah emulsi dalam medium pendispersi gas
Contoh: hairspray dan obat nyamuk
c. Buih (fase terdispersi gas)
 Buih padat adalah buih dalam medium pendispersi padat.
Contoh: Batu apung, marshmallow, karet busa, Styrofoam
 Buih cair adalah buih dalam medium pendispersi cair
Contoh: putih telur yang dikocok, busa sabun

10
SIFAT-SIFAT KOLOID

A. Efek Tyndall
Efek Tyndall ialah gejala penghamburan berkas sinar (cahaya) oleh partikel-partikel
koloid. Hal ini disebabkan karena ukuran molekul koloid yang cukup besar.
B. Gerak Brown
Gerak Brown ialah gerakan partikel-partikel koloid yang senantiasa bergerak lurus tapi
tidak menentu (gerak acak/tidak beraturan). Jika kita amati koloid dibawah mikroskop
ultra, maka kita akan melihat bahwa partikel-partikel tersebut akan bergerak membentuk
zigzag. Pergerakan zigzag ini dinamakan gerak Brown. Partikel-partikel suatu zat
senantiasa bergerak.
C. Absorpsi
Absorpsi  ialah peristiwa penyerapan partikel atau ion atau senyawa lain pada
permukaan partikel koloid yang disebabkan oleh luasnya permukaan partikel. 
D. Muatan koloid
Dikenal dua macam koloid, yaitu koloid bermuatan positif dan koloid bermuatan
negatif.
E. Koagulasi koloid
Koagulasi adalah penggumpalan partikel koloid dan membentuk endapan. Dengan
terjadinya koagulasi, berarti zat terdispersi tidak lagi membentuk koloid.
F. Koloid pelindung
Koloid pelindung ialah koloid yang mempunyai sifat dapat melindungi koloid lain dari
proses koagulasi.
G. Dialisis
Dialisis ialah pemisahan koloid dari ion-ion pengganggu dengan cara ini disebut proses
dialisis.
H. Elektroforesis
Elektroferesis ialah peristiwa pemisahan partikel koloid yang bermuatan dengan
menggunakan arus listrik.

11
4. Larutan Tanah Dan Reaksi Tanah
A. Larutan Tanah

Larutan hara adalah bentuk hara terlarut dalam lengas tanah dan sifatnya tersedia segera
untuk diserap oleh akar bagi tanaman. Bahan organik: selalu mengalami proses perombakan dan
oleh karena itu akan melepaskan hara.

Faktor-faktor yang mempengaruhi konsentrasi

larutan tanah

 Unsur  hara  yang larut dalam larutan tanah  berasal  dari beberapa sumber  seperti :
 pelapukan mineral primer,
 dekomposisi bahan organik,
 deposisi dari atmosfer,
 aplikasi   pupuk,
 air irigasi,
 rembesan air tanah dari tempat lain.

 Ion-ion nitrat  dan khlorida sangat mudah larut dan lazimnya tidak membentuk senyawa
yang tidak-larut dengan komponen tanah. Akibatnya  nitrat  dan khlorida yang
ditambahkan ke tanah  akan  tetap berbentuk anion dalam larutan tanah hingga diserap
oleh akar tanaman  atau jasad  renik,  tercuci, atau mengalami reaksi denitrifikasi nitrat.
 Anion  sulfat  dalam tanah-tanah  netral  dan alkalis mempunyai perilaku yg serupa
dengan nitrat, tetapi dalam tanah-tanah masam  cenderung untuk dijerap oleh koloid
tanah.
 Kebanyakan  unsur hara lainnya membentuk beberapa  tipe senyawa yang kurang melarut
dan cenderung mempertahankan konsentrasi kesetimbangan dalam larutan tanah.
 Dengan demikian kation-kation larut air akan berkesetimbangan  dengan kation tukar;
kation-kation  seperti Cu dan Zn mempunyai ciri-ciri  asam (sebagai  aseptor elektron)
dapt membentuk kompleks dengan  bahan organik tanah.
 Ion ferri dan Al membentuk hidroksida atau oksida hidrous yang tidak melarut; fosfor
membentuk senyawa Fe-fosfat, Al-fosfat dan Ca-fosfat yang tidak melarut.

12
B. Reaksi Tanah

Reaksi tanah menunjukkan sifat kemasaman atau alkalinitas tanah yang dinyatakan dengan


nilai pH. Nilai pH menunjukkan banyaknya konsentrasi ion hidrogen (H+) di dalam tanah.
Makin tinggi kadar ion H+ dalam tanah, semakin masam tanah tersebut.Reaksi yang penting
adalah masam, netral dan alkalis. Pernyataan ini dinyatakan pada jumlah ion H+ dan OH- dalam
larutan tanah. Bila dalam tanah ditemukan lebih banyak ion OH- maka tanah itu masam dan bila
tanah H+ maka tanah itu alkalis. Untuk menyeragamkan pengertian sifat reaksi tanah tersebut
dinilai berdasarkan konsentrasi ion H+ dan dinyatakan dengan pH. Salah satu sifat kimia tanah
yang penting adalah reaksi atau pH tanah. Reaksi atau pH tanah menunjukkan konsentrasi ion
H+ didalam larutan tanah. Nilai pH didefinisikan sebagai negatif konsentrasi ion H+ dalam
larutan.  Untuk menyeragamkan pengertian, sifat reaksi dinilai berdasarkan konsentrasi ion H
dan dinyatakan dengan pH. Dengan kata lain, pH tanah = - log  [H] tanah. Bila konsentrasi ion H
bertambah maka pH turun, sebaliknya bila konsentrasi ion OH bertambah pH naik. Distribusi ion
H dalam tanah tidak homogen. Ion H lebih banyak dijerap daripada ion OH, maka ion H lebih
pekat di dekat permukaan koloid, sedangkan OH sebaliknya. Dengan demikian pH lebih rendah
di dekat koloid daripada tempat yang jauh dari koloid.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pH tanah adalah kejenuhan basa, sifat misel, dan macam
kation yang terserap. Didaerah basah pencucian dengan mudah melenyapkan Na karena daya
ikatannya pada tanah pertukaran tidak kuat. Adanya pengaruh garam-garam terlarut didalam
tanah yang mengendap secar alami dalam tanah didaerah-daerah kering, atau sebagai akibat
penambahan irigasi.

13
5. Pertukaran Kation
Pertukaran kation merupakan pertukaran antara satu kation dalam suatu larutan
dan kation lain dalam permukaan dari setiap permukaan bahan yang aktif. Semua
komponen tanah mendukung untuk perluasan tempat pertukaran kation, tetapi pertukaran
kation pada sebagaian besar tanah dipusatkan pada liat dan bahan organik.
Pertukaran Kation adalah Kemampuan tanah untuk menarik dan menukar kation
dengan kation tanah solusi; tinggi untuk tanah liat dan humus dan rendah untuk pasir.di
dalam tanah, komponen yang mempunyai muatan adalah lempung dan bahan organik
tanah (senyawa organik). Muatan negatif lempung / bahan organik biasanya mengikat
kation (ion bermuatan positif) yang ada disekitarnya (dalam larutan tanah) sehingga
terjadi reaksi elektronetralitas yang menghasilkan keseimbangan kimia. Secara praktikal,
pertukaran kation sangat penting dalam fisika tanah, kimia tanah, kesuburan tanah,
retensi hara dalam tanah, serapan hara oleh tanaman, pemupukan dan pengapuran. Secara
umum kation yang terjerap tersedia bagi tanaman melalui pertukaran kation dengan ion H
yang dihasilkan oleh respirasi akar-akar tanaman. Hara yang ditambahakan kedalam
tanah dalam bentuk pupuk akan diretensi oleh permukaan koloid.

14
6. Kapasitas kation dan kejenuhan basa
A.Kapasitas Kation

Kapasitas pertukaran kation (KPK) dalam ilmu tanah diartikan sebagai kemampuan tanah


untuk menjerap dan menukar atau melepaskan kembali ke dalam larutan tanah. Di dalam tanah,
komponen yang mempunyai muatan adalah lempung dan bahan organik tanah (senyawa
organik).

Kapasitas Tukar Kation (KTK) atau Cation Exchange capacity (CEC) merupakan jumlah
total kation yang dapat dipertukarkan pada permukaan koloid yang bermuatan negative.
Berdasarkan pada jenis permukaan koloid yang bermuatan negative, KTK dapat dikelompokkan
menjadi tiga, yaitu:

 KTK koloid anorganik atau KTK liat yaitu jumlah kation yang dapat
dipertukarkan pada permukaan koloid anorganik (koloid liat) yang bermuatan
negative
 KTK koloid organic yaitu jumlah kation yang dapat dipertukarkan pada
permukaan koloid oerganik yang bermuatan negative.
 KTK total atau KTK tanah yaitu jumlah total kation yang dapat dipertukarkan dari
suatu tanah baik kation pada permukaan koloid organic (humus) maupun kation
pada permukaan koloid anorganik (liat) (Madjid,

Secara praktikal, pertukaran kation sangat penting dalam fisika tanah, kimia tanah,
kesuburan tanah, retensi hara dalam tanah, serapan hara oleh tanaman, pemupukan dan
pengapuran. Secara umum kation yang terjerap tersedia bagi tanaman melalui pertukaran kation
dengan ion H yang dihasilkan oleh respirasi akar-akar tanaman. Hara yang ditambahakan
kedalam tanah dalam bentuk pupuk akan diretensi oleh permukaan koloid.

B.Kejenuhan Basa

Kejenuhan basa menunjukkan perbandingan antara jumlah kation-kation basa dengan


jumlah semua kation (kation basa dan kation asam) yang terdapat dalam kompleks jerapan tanah.
Jumlah maksimum kation yang dapat diserap tanah menunjukkan besarnya nilai kapasitas tukar
kation tanah tersebut.

15
Kejenuhan basa adalah dalah perbandingan antara kation basa dengan jumlah kation yang
dapat dipertukarkan pada koloid tanah. Jika kejenuhan basa tinggi maka pH tanah tinggi, karena
jika kejenuhan basa rendah berarti banyak terdapat kation-kation masam yang terjerap kuat di
koloid tanah, Jika kejenuhan basa tinggi maka pH tanah tinggi, karena semakin tinggi
kejenuhan basa artinya tanah didominasi oleh kation basa dan semakin sedikit
jumlah kation-kation masam. Jika kejenuhan basa rendah berarti banyak terdapat kation-kation
masam yang terjerap kuat di koloid tanah. Nilai kejenuhan basa adalah persentase dari
total  kapasitas tukar kation (KTK) yang ditempati oleh kation-kation basa seperti kalium,
kalsium, magnesium, dan natrium.Nilai kejenuhan basa berhubungan erat dengan pH dan tingkat
kesuburan tanah. Kemasaman akan menurun dan kesuburan akan meningkat dengan
meningkatnya kejenuhan basa .Persen kejenuhan basa suatu tanah adalah bandingan antara
jumlah me kation basa dengan me kapasitas tukar kation. Kejenuhan basa suatu tanah sangat
dipengaruhi oleh iklim (curah hujan) dan pH tanah tersebut. Pada tanah beriklim kering,
kejenuhan basa lebih besar daripada tanah beriklim basah. Rendahnya kejenuhan basa
kemungkinan disebabkan adanya pencucian kation basa oleh air hujan. Demikian pula pada
tanah ber pH tinggi, kejenuhan basa tanahnya lebih besar daripada tanah ber pH rendah.

16
7. Oksidaksi dan Reduksi
A.Oksidaksi

Oksidasi adalah reaksi yang mengalami peningkatan bilangan oksidasi dan penurunan
elektron. Dapat dikatakan bahwa oksidasi adalah reaksi dimana suatu zat mengikat oksigen.
Konsep reaksi redoks yang melibatkan perpindahan elektron ini hanya bisa terjadi pada senyawa
ionik aja, sedangkan senyawa kovalen tidak. Oleh karena itu, muncul konsep redoks yang ketiga,
yaitu berdasarkan perubahan bilangan oksidasi (biloks).

Bilangan oksidasi adalah muatan positif dan negatif pada suatu atom. Unsur yang
biloksnya positif, biasanya merupakan atom-atom unsur logam, seperti Na, Fe, Mg, Ca, dan
unsur logam lainnya. Sementara itu, unsur yang biloksnya negatif, biasanya atom-atom unsur
nonlogam, seperti O, Cl, F, dan unsur nonlogam lainnya.Berdasarkan konsep perubahan bilangan
oksidasi, reaksi reduksi adalah reaksi yang mengalami penurunan bilangan oksidasi.
Sedangkan reaksi oksidasi adalah reaksi yang mengalami kenaikan bilangan oksidasi.Terdapat
delapan aturan dalam menentukan bilangan oksidasi suatu atom yang harus Sobat ketahui, antara
lain adalah sebagai berikut.

 Bilangan oksidasi unsur bebas dalam bentuk atom dan molekul adalah 0.
Contoh: bebas berbentuk atom
C, Ca, Cu, Na, Fe, Al, Ne = 0
Contoh: bebas berbentuk molekul
H2, O2, Cl2, P4, S8 = 0
 Bilangan oksidasi ion monoatom (1 atom) dan poliatom (lebih dari 1 atom) sesuai
dengan jenis muatan ionnya.
Contoh:
Bilangan oksidasi ion monoatom Na+, Mg2+, dan Al3+ berturut-turut adalah +1, +2, dan
+3.
Bilangan oksidasi ion poliatom NH4+, SO42-, dan PO43- berturut-turut adalah +1, -2,
dan -3.

17
 Bilangan oksidasi unsur pada golongan logam IA, IIA, dan IIIA sesuai dengan
golongannya.
IA = H, Li, Na, K, Rb, Cs, Fr = +1.
Contoh: Bilangan oksidasi Na dalam senyawa NaCl adalah +1.
IIA = Be, Mg, Ca, Sr, Ba, Ra = +2.
Contoh: Bilangan oksidasi Mg dalam senyawa MgSO2 adalah +2.
IIIA = B, Al, Ga, In, Tl = +3
Contoh: Bilangan oksidasi Al dalam senyawa Al2O3 adalah +3.
 Bilangan oksidasi unsur golongan transisi (golongan B) lebih dari satu.
Contoh:
Bilangan oksidasi Cu = +1 dan +2.
Bilangan oksidasi Au = +1 dan +3.
Bilangan oksidasi Sn = +3 dan +4.
 Jumlah bilangan oksidasi unsur-unsur yang membentuk ion = jumlah muatannya.
Contoh:
NH4+ = +1 
 Jumlah bilangan oksidasi unsur-unsur yang membentuk senyawa = 0.
Contoh:
H2O = 0
 Bilangan oksidasi hidrogen (H) bila berikatan dengan logam = -1. Bila H berikatan
dengan non-logam = +1.
Contoh:
Biloks H dalam AlH3 = -1.
 Bilangan oksidasi oksigen (O) dalam senyawa proksida = -1. Bilangan oksidasi O
dalam senyawa non-peroksida = -2.
Contoh:
Biloks O dalam BaO2 = -1.

18
B.Reduksi

Reduksi adalah reaksi yang mengalami penurunan bilangan oksidasi dan kenaikan
elektron. Dapat dikatakan bahwa reduksi adalah reaksi dimana suatu zat kehilangan oksigen.
reaksi yang mengalami penurunan bilangan oksidasi dan kenaikan elektron. Dapat dikatakan
bahwa reduksi adalah reaksi dimana suatu zat kehilangan oksigen.

Yang dimaksud dengan reduksi adalah pelepasan oksigen, pengikatan elektron, dan
penurunan bilangan oksidasi. Reduksi dapat didefinisikan sebagai perolehan elektron dari atom,
molekul atau ion.Perolehan elektron ini menyebabkan keadaan oksidasi dari spesies kimia
menurun karena reduksi menciptakan muatan listrik negatif ekstra dalam atom. Untuk
mendapatkan elektron dari luar, harus ada spesies donor elektron. Oleh karena itu, reduksi adalah
reaksi kimia yang terjadi selama reaksi redoks. Reaksi reduksi adalah reaksi setengah.

19
BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan

Dari paparan diatas atau penjelasan diatas,maka dapat kita simpulkan bahwa sesuai dengan
makalah ini”sifat kimia tanah”bahwa geografi tanah merupakan ilmu yang sangat menarik untuk
dipelajari.Pada hakikatnya geografi tanah lebih menekankan cara untuk mempelajari macam-
macam tanah,kimia tanah dan lainnya.

2. Saran

Sekian dari kami semoga makalh ini bisa bermanfaat bagi para pembaca,kami mohon maaf
apabila ada kesalahan ejaan penulisan kata dan kalimat yang kurang jelas,dan kami sebagai
penulis menyadari jika makalah ini banyak sekali memiliki kesalahan yang jauh dari kata
sempurna,aka saran dan kritik dari pembaca sangat kami terima untuk menyempurnakan
makalah ini.

20
DAFTAR PUSTAKA

 Anonim 2, 2011. Faktor-faktor yang mempengaruhi Bulk Density.


Diaksesdari http://strukturtanah.blogspot.com/ pada 19 Mei 2011. Makassar
 Hakim, Nurhayati, M. Yusuf Nyapka, A.M. Lubis, S.G. Nugroho, M.R. Saul, M.A.
Diha, G.B.Hong, H.H. Bailey, 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung,
Lampung.
 Simanungkalit RDM, et.al. 2006. Pupuk Organik dan Pupuk Hayati. Jawa Barat. Balai
Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian.
 Notohadiprawiro, dkk. 2006. Pengelolaan Kesuburan Tanah dan Peningkatan  Efesiensi
Pemupukan.Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.
 Purba, Michael.2010.Kimia Untuk SMA Kelas XI . Jakarta: ERLANGGA
 Parning, dkk. 2006. Kimia SMA Kelas XI Semester Kedua. Jakarta : Yudhistira.
 Suharsini,     Maria. 2005. Kimia dan Kecakapan Hidup. Jakarta : Ganesa Exact.
 Hamid, Abdul dan M. Sudjadi. "Perbandingan Beberapa Metode Penetapan KTK pada
Tanah Mineral Masam". (II) 6: 40-41. Yogyakarta: Jurnal Tanah dan Pupuk.
 Hullugale, N.R., B.E. McCorkell, T.B. Weaver, L.A. Finlay, J.Gleeson. "Soil properties
in frrows of an irrigated vertisol sown with continuous cotton". 97  : 162-171. Journal
Soil and Tillage Research
 Reintjes, C., Haverkort, B., dan Bayer, W. 1992. Pertanian Masa Depan. Yogyakarta.
Penerbit Kanisius.. Diakses tanggal 21 Oktober 2020. Hartatik, W., Husnain, dan
Widowati

21

Anda mungkin juga menyukai