PENDAHULUAN
Tiga penyebab utama kematian ibu dalam bidang obstetri adalah: pendarahan 45%,
infeksi 15%, dan preeklampsia 13%. Sisanya terbagi atas partus macet, abortus yang tidak aman,
dan penyebab tidak langsung lainnya.Dalam perjalanannya, berkat kemajuan dalam bidang
anestesia, teknik operasi, pemberian cairan infus dan transfusi, dan peranan antibiotik yang
semakin meningkat, maka penyebab kematian ibu karena pendarahan dan infeksi dapat
sering terlambat mencari pertolongan setelah gejala klinis berkembang menjadi preeklampsia
berat dengan segala komplikasinya, angka kematian ibu bersalin belum dapat diturunkan.
Pada ibu hamil dikatakan terjadi preeklampsia apabila dijumpai tekanan darah ≥ 140/90
mmHg setelah kehamilan 20 minggu disertai dengan proteinuria ≥ 300 mg/24 jam atau
pemeriksaan dengan dipstick ≥ 1+. Dalam pengelolaan klinis, preeklampsia dibagi menjadi
impending eklampsia apabila pada penderita ditemukan keluhan seperti nyeri epigastrium, nyeri
kepala frontal, skotoma, dan pandangan kabur (gangguan susunan syaraf pusat), gangguan fungsi
hepar dengan meningkatnya alanine atau aspartate amino transferase, tanda-tanda hemolisis dan
Impending eklampsia merupakan masalah yang serius dalam kehamilan karena komplikasi-
komplikasi yang dapat timbul baik pada ibu maupun pada janin. Komplikasi pada ibu antara lain
gagal ginjal akibat nekrosis tubuler akut, nekrosis kortikal akut, gagal jantung, edema paru,
trombositopenia, DIC, dan cerebrovascular accident. Sedangkan komplikasi pada janin antara
lain prematuritas ekstrem, intrauterine growth retardation (IUGR), abruptio plasenta, dan
asfiksia perinatal. Oleh karena itu dibutuhkan penanganan secara cepat dan tepat apabila
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Preeklampsia adalah kelainan multisystem spesifik pada kehamilan yang ditandai oleh
timbulnya oedema, hipertensi, dan proteinuria setelah umur kehamilan 20 minggu.Kelainan ini
dianggap berat jika tekanan darah dan proteinuria meningkat secara bermakna atau terdapat
epigastrium.Nyeri kepala frontal, scotoma, dan pandangan kabur (gangguan susunan syaraf
pusat), gangguan fungsi hepar dengan meningkatnya alanine atau aspartate amino transferase,
B. ETIOLOGI
Etiologi penyakit ini sampai sekarang belum dapat diketahui dengan pasti. Banyak teori-
teori dikemukakan tetapi belum ada yang mampu memberi jawaban yang memuaskan tentang
penyebabnya sehingga disebut sebagai “penyakit teori”. Teori yang dapat diterima harus dapat
mola hidatidosa.
3. Sebab dapat terjadinya perbaikan keadaan penderita dengan kematian janin intrauterin.
Pada kehamilan normal, invasi trofoblas ke dalam jaringan desidua menghasilkan suatu
‘perubahan fisiologis’ pada arteri spiralis.Untuk memenuhi kebutuhan kehamilan maka jalan
yang paling mungkin adalah membesarkan diameter arteri. Pada wanita hamil, pembesaran
diameter arteri spiralis meningkat 4-6 kali lebih besar daripada arteri spiralis wanita tidak hamil,
yang akan memberikan peningkatan aliran darah 10.000 kali dibandingkan aliran darah wanita
tidak hamil. Maka kemampuan melebarkan diameter arteri spiralis ini merupakan kebutuhan
Hasil akhir dari perubahan fisiologis yang normal adalah arteri spiralis yang tadinya tebal
dan muskularis menjadi lebih lebar berupa kantung yang elastis, bertahanan rendah dan aliran
cepat, dan bebas dari kontrol neurovascular normal, sehingga memungkinkan arus darah yang
sehingga ‘perubahan fisiologis’ pada arteri spiralis tidak terjadi.Perubahan hanya terjadi pada
sebagian arteri spiralis segmen desidua, sementara arteri spiralis segmen miometrium masih
diselubungi oleh sel-sel otot polos.Selain itu ditemukan pula adanya hyperplasia tunika media
dan thrombosis. Garis tengah arteri spiralis 40% lebih kecil dibandingkan pada kehamilan
normal, hal ini menyebabkan tahanan terhadap aliran darah bertambah dan pada akhirnya
negara maju.Pada negara berkembang insidens bervariasi antara 6-10 kasus per 10.000 kelahiran
hidup. Angka kematian ibu bervariasi antara 0%-4%. Kematian ibu meningkat karena
komplikasi yang dapat mengenai berbagai sistem tubuh. Penyebab kematian terbanyak ibu
adalah perdarahan intraserebral dan oedem paru. Kematian perinatal berkisar antara 10%-28%.
terhambat, dan meningkatnya karena solutio plasenta. Sekitar kurang lebih 75% eklampsi terjadi
antepartum dan 25% terjadi pada postpartum. Hampir semua kasus ( 95% ) eklampsi antepartum
Dilaporkan angka kejadian rata-rata sebanyak 6% dari seluruh kehamilan dan 12 % pada
1. Nullipara
2. Kehamilan ganda
3. Obesitas
7. Adanya trombofilia
D. PATOFISIOLOGI
Perubahan pokok yang didapatkan pada preeklampsia adalah adanya spasme pembuluh
darah disertai dengan retensi garam dan air.Bila dianggap bahwa spasmus arteriolar juga
ditemukan diseluruh tubuh, maka mudah dimengerti bahwa tekanan darah yang meningkat
nampaknya merupakan usaha mengatasi kenaikan tahanan perifer, agar oksigenasi jaringan dapat
tercukupi.Peningkatan berat badan dan oedema yang disebabkan penimbunan cairan yang
berlebihan dalam ruang interstitial belum diketahui sebabnya. Telah diketahui bahwa pada
preeklampsia dijumpai kadar aldosteron yang rendah dan kadar prolaktin yang tinggi daripada
mengatur retensi air dan natrium. Pada preeklampsia permeabilitas pembuluh darah terhadap
protein meningkat.
a. Perubahan Kardiovaskuler
Turunnya tekanan darah pada kehamilan normal ialah karena vasodilatasi perifer yang
diakibatkan turunnya tonus otot polos arteriol, mungkin akibat meningkatnya kadar progesteron
di sirkulasi, dan atau menurunnya kadar vasokonstriktor seperti angiotensin II dan adrenalin serta
noradrenalin, dan atau menurunnya respon terhadap zat-zat vasokonstriktor tersebut akan
meningkatnya produksi vasodilator atau prostanoid seperti PGE2 atau PGI2. Pada trimester
ketiga akan terjadi peningkatan tekanan darah yang normal ke tekanan darah sebelum hamil.
Kurang lebih sepertiga pasien dengan preeklampsia akan terjadi pembalikan ritme diurnalnya,
untuk mengeluarkan natrium juga terganggu tapi pada derajat mana hal ini terjadi adalah sangat
bervariasi dan pada keadaan berat mungkin tidak dijumpai adanya oedem. Bahkan jika dijumpai
oedem interstitial, volume plasma adalah lebih rendah dibandingkan pada wanita hamil normal
dan akan terjadi hemokonsentrasi. Terlebih lagi suatu penurunan atau suatu peningkatan ringan
normal, penurunan ini lebih erat hubungannya dengan wanita yang melahirkan BBLR.
Pada preeklampsia arus darah dan konsumsi oksigen berkurang 20%. Hal ini
berhubungan dengan spasme pembuluh darah otak yang mungkin merupakan suatu faktor
Terjadi perubahan arus darah ginjal dan fungsi ginjal yang sering menjadi
pertanda pada kehamilan muda. Pada preeklampsia arus darah efektif ginjal rata-rata
berkurang 20% (dari 750 ml menjadi 600ml/menit) dan filtrasi glomerulus berkurang
rata-rata 30% (dari 170 menjadi 120ml/menit) sehingga terjadi penurunan filtrasi. Pada
kasus berat akan terjadi oligouria, uremia dan pada sedikit kasus dapat terjadi nekrosis
tubular dan kortikal. Plasenta ternyata membentuk renin dalam jumlah besar, yang
fungsinya mungkin untuk dicadangkan untuk menaikan tekanan darah dan menjamin
perfusi plasenta yang adekuat.Pada kehamilan normal renin plasma, angiotensinogen,
angiotensinogen II dan aldosteron semuanya meningkat nyata diatas nilai normal wanita
dalam sirkulasi. Pada kehamilan normal efek progesteron diimbangi oleh renin,
angiotensin dan aldosteron, namun keseimbangan ini tidak terjadi pada preeklampsi.
uteroplasenter, dimana terjadi ketidak seimbangan antara massa plasenta yang meningkat
dengan aliran perfusi sirkulasi darah plasentanya yang berkurang. Apabila terjadi
hipoperfusi uterus, akan dihasilkan lebih banyak renin uterus yang mengakibatkan
menimbulkan vasodilatasi lokal pada uterus akibat efek prostaglandin sebagai mekanisme
Glomerulus filtration rate (GFR) dan arus plasma ginjal menurun pada preeklampsi tapi
karena hemodinamik pada kehamilan normal meningkat 30% sampai 50%, maka nilai
pada preeklampsi masih diatas atau sama dengan nilai wanita tidak hamil. Klirens fraksi
asam urat juga menurun, kadang-kadang beberapa minggu sebelum ada perubahan pada
GFR, dan hiperuricemia dapat merupakan gejala awal. Dijumpai pula peningkatan
Penurunan hemodinamik ginjal dan peningkatan protein urin adalah bagian dari lesi
kehamilan.Namun yang disayangkan belum ada satupun metode pengukuran arus darah
Kematian ibu pada preeklampsi dan eklampsi biasanya oleh karena edema paru
Dapat dijumpai adanya edema dan spasme pembuluh darah.Bila terjadi hal-hal
tersebut, maka harus dicurigai terjadinya PEB. Gejala lain yang mengarah ke eklampsia
adalah skotoma, diplopia dan ambliopia. Hal ini disebabkan oleh adanya perubahan
peredaran darah dalam pusat penglihatan dikorteks serebri atau dalam retina.
Terjadi peningkatan kadar gula darah yang meningkat untuk sementara, asam
laktat dan asam organik lainnya, sehingga konvulsi selesai, zat-zat organik dioksidasi dan
dilepaskan natrium yang lalu bereaksi dengan karbonik dengan terbentuknya natrium
E. MANIFESTASI KLINIS
Dua gejala yang sangat penting pada preeklampsia yaitu hipertensi dan proteinuria,
merupakan kelainan yang biasanya tidak disadari oleh wanita hamil.Pada waktu keluhan seperti
oedema, sakit kepala, gangguan penglihatan atau nyeri epigastrium mulai timbul, kelainan
1. Tekanan darah
mengherankan bila tanda peringatan awal yang paling bisa diandalkan adalah peningkatan
tekanan darah.Tekanan diastolik mungkin merupakan tanda prognostik yang lebih andal
dibandingakan tekanan sistolik, dan tekanan diastolik sebesar 90 mmHg atau lebih menetap
Peningkatan berat badan yang terjadi tiba-tiba dapat mendahului serangan preeklampsia,
dan bahkan kenaikan berat badan yang berlebihan merupakan tanda pertama preeklampsia pada
wanita. Peningkatan berat badan sekitar 0,45 kg perminggu adalah normal tetapi bila melebihi
dari 1 kg dalam seminggu atau 3 kg dalam sebulan maka kemungkinan terjadinya preeklampsia
harus dicurigai. Peningkatan berat badan yang mendadak serta berlebihan terutama disebabkan
oleh retensi cairan dan selalu dapat ditemukan sebelum timbul gejala edem non dependen yang
terlihat jelas, seperti kelopak mata yang membengkak, kedua tangan atau kaki yang membesar.
3. Proteinuria
(vasospasme) dan bukannya organik. Pada preeklampsia awal, proteinuria mungkin hanya
minimal atau tidak ditemukan sama sekali. Pada kasus yang paling berat, proteinuria biasanya
dapat ditemukan dan mencapai 10 gr/lt. Proteinuria hampir selalu timbul kemudian dibandingkan
dengan hipertensi dan biasanya lebih belakangan daripada kenaikan berat badan yang berlebihan.
4. Nyeri kepala
Jarang ditemukan pada kasus ringan, tetapi akan semakin sering terjadi pada kasus-kasus
yang lebih berat. Nyeri kepala sering terasa pada daerah frontalis dan oksipitalis, dan tidak
sembuh dengan pemberian analgesik biasa.Pada wanita hamil yang mengalami serangan
eklampsi, nyeri kepala hebat hampir dipastikan mendahului serangan kejang pertama.
5. Nyeri epigastrium
Nyeri epigastrium atau nyeri kuadran kanan atas merupakan keluhan yang sering
ditemukan preeklampsi berat dan dapat menunjukan serangan kejang yang akan terjadi. Keluhan
ini mungkin disebabkan oleh regangan kapsula hepar akibat oedem atau perdarahan.
6. Gangguan penglihatan
Seperti pandangan yang sedikit kabur, skotoma hingga kebutaan sebagian atau total.
Disebabkan oleh vasospasme, iskemia dan perdarahan ptekie pada korteks oksipital.
F. KLASIFIKASI
Kriteria minimum untuk mendiagnosis preeklampsia adalah adanya hipertensi dan
proteinuria. Kriteria lebih lengkap digambarkan oleh Working Group of theNHBPEP( 2000 )
pada pre eklampsia berat ditemukan gejala subjektif seperti; nyeri epigastrium. Nyeri
kepala frontal, scotoma, dan pandangan kabur (gangguan susunan syaraf pusat).
Disebut preeklampsia berat bila ditemukan satu atau lebih gejala sebagai berikut:
2. Proteinuria kuantitatif Esbach 2 gr / 24 jam, atau dipstick +2. (menurut Prof. DR. Dr
3. Oliguria.
Headache - +
Visual Disturbance - +
Decreased Platelets - +
Increased Bilirubin - +
Elevated Creatinine - +
G. PENATALAKSANAAN
Pada dasarnya penangan preeklampsi terdiri atas pengobatan medik dan penanganan
obstetrik. Penanganan obsterik ditujukan untuk melahirkan bayi pada saat yang optimal, yaitu
sebelum janin mati dalam kandungan, akan tetapi sudah cukup matur untuk hidup diluar uterus.
Pada umumnya indikasi untuk merawat penderita preeklampsia di rumah sakit ialah:
3. Kenaikan berat badan 1,5 kg atau lebih dalam seminggu yang berulang.
tersebut menghilangkan sebabnya dan mencegah terjadinya eklampsia dengan bayi yang masih
premature.
cukup.Pemberian luminal 1-2 x 30 mg/hari dapat dilakukan bila tidak bisa tidur.Bila tekanan
darah tidak turun dan ada tanda-tanda ke arah preeklamsi berat maka dapat diberikan obat
c. Oksigen
d. Monitoring input cairan (oral maupun infus-> IVFD Ring As, RL, Koloid) dan output cairan
(urin). Pentingnya pengukuran secara tepat terhadap jumlah cairan yang dimasukkan dan
dikeluarkan melalui urin (foley catheter).Bila terjadi tanda-tanda edema paru segera dilakukan
tindakkan koreksi.Cairan yang diberikan dapat berupa a) Ringer-dekstrose atau cairan garam
faali jumlah tetesan <125 cc/jam. b) Dekstrose 5% yang tiap 1 liternya diselingi dengan infus
Ringer Laktat (60-125 cc/jam) 500cc. Oliguria: urin < 30cc/jam dalam 2-3 jam atau < 500 cc/24
jam.
▪ Produksi urine > 100 cc dalam 4 jam sebelumnya ( 0,5 cc/kg bb/jam )
f. Antihipertensi, diberikan bila tensi ≥ 180/ ≥110 mmHg atau MAP ≥126
Jenis obat yang diberikan Nifedipin 10-20mg oral, diulangi setelah 30 menit, maksimum 120mg
dalam 24 jam.Nifedipin tidak dibenarkan secara sublingual karena absorbsi yang terbaik adalah
Edema paru
Edema anasarka
a. Konservatif
medikamentosa.
Indikasi: kehamilan preterm ≤ 37 minggu tanpa disertai tanda impending eklampsia dengan
Cara persalinan :
Bila penderita inpartu maka persalinan diutamakan pervaginam kecuali ada indikasi
b. Aktif
Indikasi ibu:
Indikasi janin:
Indikasi laboratorium
Cara persalinan:
Sedapat mungkin persalinan diarahkan pervaginam.
• Memperpendek kala II
1.Hipertensi menahun
2.Penyakit ginjal
I. KOMPLIKASI
Komplikasi terberat kematian pada ibu dan janin. Usaha utama ialah melahirkan bayi
hidup dari ibu yang menderita preeklampsi. Komplikasi yang biasa terjadi :
5. Kelainan ginjal
6. DIC.
J. PROGNOSIS
Prognosa terhadap ibu maupun janinnya tergantung kepada usia kehamilan dan keadaan
ibu pada waktu datang ke RS, kapan dan dengan cara apa kelahiran terjadi. Angka mortalitas
perinatal meningkat pada keadaan kehamilan yang terjadi dengan hipertensi seperti juga pada
keadaan hipertensi lainnya. Tergantung kepada waktu terjadinya hipertensi dan beratnya
hipertensi.banyak terjadi kematian neonatal oleh karena terjadinya persalinan prematur baik
karena persalinan spontan oleh karena induksi persalinan pada preeklampsia berat.
BAB III
KESIMPULAN
Preeklampsia merupakan salah satu komplikasi kehamilan yang disebabkan langsung oleh
akibat kehamilan, setelah umur kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan.Impending
eklampsia adalah preeklampsia yang disertai keluhan subjektif seperti; nyeri epigastrium.Nyeri
kepala frontal, scotoma, dan pandangan kabur (gangguan susunan syaraf pusat).Gangguan fungsi
hepar dengan meningkatnya alanine atau aspartate amino transferase, tanda-tanda hemolisis dan
micro angiopatik, trombositopenia < 100.000/ mm3, munculnya komplikasi sindroma HELLP.
Etiologi penyakit ini sampai sekarang belum dapat diketahui dengan pasti.Diagnosis
pre-eklampsia dan ekalmpsia dapat menyebabkan mortalitas dan mortalitas pada ibu dan janin
yang dapat terjadi seperti solusio plasenta, hipofibrinogenemia hemolisis, perdarahan otak,
kelainan mata, edema paru-paru, nekrosis hati, Sindroma HELLP, yaitu haemolysis, elevated
liver enzym dan low platelet, kelainan ginjal, komplikasi lain lidah tergigit, trauma dan fraktura
karena jatuh akibat kejang-kejang, pneumonia aspiorasi, dan DIC {disseminated intravascular
coagulation }, prematuritas, dismaturitas, dan kematian janin intrauterin. Komplikasi yang berat
kehamilan dantindakan aktif sesuai dengan usia kehamilan ataupun adanya komplikasi yang
timbul pada pengobatan konservatif. Pada pre-eklampsia dengan tanda impending eklampsia