Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH POLA TANAM

AGROFORESTRY

Disusun oleh :
Wulandari 185040200111251
Irfan Ajda Sani Pohan 185040201111032
Nurul Miftahul Jannah 185040201111093
Nur Jihad 185040201111103
Dhia Hisanah Ramadhanti 185040201111107
Akbar Noor Ramadhan 185040201111125
Alvent Teo Sa’ah Setyanto 185040201111167
Kelompok 2

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2021
DAFTAR ISI

COVER .................................................................................................................. 1
KATA PENGANTAR .......................................... Error! Bookmark not defined.
DAFTAR ISI ......................................................... Error! Bookmark not defined.
DAFTAR GAMBAR ............................................ Error! Bookmark not defined.
I. PENDAHULUAN .......................................................................................... 3
II. ISI ................................................................................................................ 5
2.1 Agroforestri ................................................................................................. 5
2.2 Tujuan dan Manfaat Agroforestri ................................................................ 5
2.3 Sistem Agroforestri Sederhana .................................................................... 6
2.4 Sistem Agroforestri Kompleks .................................................................... 8
III. KESIMPULAN ......................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 10
I. PENDAHULUAN
Teknik usaha pertanian semakin berkembang pesat pada era modern saat ini,
tidak hanya sebatas usaha pertanian secara konvensional saja bahkan hingga
merambah pada usaha kehutanan. Salah satu bentuk perpaduan antara usaha
petanian dengan usaha kehutanan ialah agroforesti. Singkatnya melakukan
budidaya tanaman keras yang menghasilkan kayu, buah, getah dan sebagainya pada
lahan pertanian yang umumnya ditanami dengan tanaman penghasil pangan, seperti
jagung, umbi, sayuran, palawija, dan tanaman hortikultura lainnya. Kebutuhan akan
adanya peningkatan produksi pangan diiringi dengan bertambahnya pula populasi
penduduk yang setiap tahunnya lebih besar dibandingkan angka mortalitas.
Perubahan hutan menjadi lahan pertanian untuk tanaman pangan juga semakin luas
sehingga berakibat pada menurunnya luas hutan yang ada. Adanya agroforestri juga
memiliki peran sebagai Suplai kayu bangunan, kayu bakar, dan pakan ternak. Lalu
pemanfaatan lahan secara optimal. Pemanfaatan energi matahari dalam luasan yang
maksimal. Mencegah aliran air permukaan yang dapat menyebabkan terjadinya
erosi. dan Pemanfaatan sumberdaya air dan hara lebih efisien.
Tujuan utama dari Agroforestri ialah penghijauan kembali atau biasa disebut
dengan reboisasi sehingga dapat menjadi sumber makanan bagi ternak serta
mengurangi pemanasan global akibat dari lahan lahan gundul. Dalam
mendefinisikan agroforestri terdapat dua karakter pokok yang sangat umum ditemui
disetiap bentuk agroforestri. Karakter inilah yang menjadi pembeda dengan sistem
penggunaan lahan yang lain. Pertama ialah adanya kombinasi yang
terencana/disengaja dalam satu bidang lahan antara tumbuhan berkayu
(pepohonan), tanaman pertanian dan/atau ternak/hewan baik secara bersamaan
(pembagian ruang) ataupun bergiliran (bergantian waktu). Kedua ialah terdapat
interaksi ekologis dan/atau ekonomis yang nyata/jelas, baik positif dan/atau negatif
antara komponen-komponen sistem yang berkayu maupun tidak berkayu.
Agroforestri biasanya tersusun dari dua jenis tanaman atau lebih (tanaman dan/atau
hewan, paling tidak satu diantaranya tumbuhan berkayu. Siklus sistem agroforestri
selalu lebih dari satu tahun atau dalam kurun waktu tertentu. terdapat interaksi
(ekonomi dan ekologi) antara tanaman berkayu dengan tanaman tidak berkayu,
selalu memiliki dua macam produk atau lebih, misalnya pakan ternak, kayu bakar,
buah-buahan, obat-obatan. Minimal mempunyai satu fungsi pelayanan jasa,
misalnya pelindung angin, penaung, penyubur tanah, peneduh sehingga dijadikan
tempat berkumpulnya keluarga/masyarakat. Untuk sistem pertanian masukan
rendah di daerah tropis, agroforestri tergantung pada penggunaan dan manipulasi
biomasa tanaman terutama dengan mengoptimalkan sisa panen.
II. ISI
2.1 Agroforestri
Sistem agroforestri merupakan bentuk pemanfaatan lahan yang
dikembangkan untuk memberikan manfaat ekonomi, ekologi dan sosial sehingga
dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Selain memiliki peran untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Agroforestri juga menjamin ketersediaan
pangan yang cukup dan mampu berperan sebagai penyedia bahan baku untuk bahan
bakar nabati dan fungsi ekologis bagi masyarakat (Rivaie 2015). Tujuan yang
diharapkan dari pengolahan lahan dengan sistem agroforestri untuk
mempertahankan jumlah dan keragaman produksi lahan (Fauziah 2013). Tanaman
agroforestri juga merupakan suatu sistem pengelolaan lahan secara optimal dengan
tanaman kayu (kehutanan) yang dikombinasikan dengan tanaman pertanian
(tahunan atau semusim). Sistem ini dapat menggantikan fungsi ekosistem hutan
sebagai pengatur siklus hara dan berpengaruh positif terhadap lingkungan lainnya
serta dapat diandalkan untuk memproduksi hasil–hasil pertanian sesuai dengan
agroklimat setempat (Suprayogo, 2013).
Sistem agroforestri dapat dibagi menjadi 2, yaitu sistem agroforestri
sederhana dan sistem agroforestri kompleks. Menurut Matheus (2019), sistem
agrofoestri sederhana merupakan suatu sistem pertanian yang dimana tanaman
pepohonan ditanam secara tumpangsari dengan satu atau beberapa jenis dari
tanaman semusim. Sedangkan sistem agroforestri kompleks merupakan sistem
pertanian yang menetap dan berbasis pohon yang ditanam dan dirawat dengan pola
tanam serta ekosistem yang menyerupai hutan.

2.2 Tujuan dan Manfaat Agroforestri


Tujuan dari agroforestry atau tumpangsari di kawasan hutan menurut
Mayrowani dan Ashari (2011) yaitu :

1. Membantu meningkatkan penyediaan pangan.


2. Membantu memperluas lapangan kerja.
3. Meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat sekitar hutan.
4. Meningkatkan keberhasilan tanaman hutan.
Manfaat/ keuntungan yang diperoleh dari intensifikasi agroforestry ini menurut
Mayrowani dan Ashari (2011) adalah :

1. Meningkatkan produksi pangan, pendapatan petani, kesempatan kerja dan


meningkatkan kualitas gizi masyarakat sehingga tercapai kesejahteraan
petani sekitar hutan.
2. Meningkatnya pengetahuan dan keterampilan petani sehingga diharapkan
dapat dikembangkan system intensifikasi pertanian pada tanah-tanah kering
di pedesaan yang berarti meningkatnya produktivitas tanah pertanian
kering.
3. Meningkanya kesadaran masyarakat akan fungsi-fungsi hutan yang
diharapkan dapat mengurangi tekanan terhadap gangguan hutan.

2.3 Sistem Agroforestri Sederhana


Dalam Bahasa Indonesia, kata Agroforestry dikenal dengan istilah wanatani
atau agroforestri yang arti sederhananya adalah menanam pepohonan di lahan
pertanian. Menurut De Foresta dan Michon (2008), agroforestri dapat
dikelompokkan menjadi dua sistem, yaitu sistem agroforestri sederhana dan sistem
agroforestri kompleks. Sistem agroforestri sederhana adalah suatu sistem pertanian
di mana pepohonan ditanam secara tumpang-sari dengan satu atau lebih jenis
tanaman semusim. Pepohonan bisa ditanam sebagai pagar mengelilingi petak lahan
tanaman pangan, secara acak dalam petak lahan, atau dengan pola lain misalnya
berbaris dalam larikan sehingga membentuk lorong/pagar.
Jenis-jenis pohon yang ditanam juga sangat beragam, bisa yang bernilai
ekonomi tinggi misalnya kelapa, karet, cengkeh, kopi, kakao (coklat), nangka,
belinjo, petai, jati dan mahoni atau yang bernilai ekonomi rendah seperti dadap,
lamtoro dan kaliandra. Jenis tanaman semusim biasanya berkisar pada tanaman
pangan yaitu padi (gogo), jagung, kedelai, kacang- kacangan, ubi kayu, sayur-
mayur dan rerumputan atau jenis-jenis tanaman lainnya (Sabarnurdin,2002) .
Bentuk agroforestri sederhana yang paling banyak dibahas di Jawa adalah
tumpangsari. Sistem ini, dalam versi Indonesia, dikenal dengan “taungya” yang
diwajibkan di areal hutan jati di Jawa dan dikembangkan dalam rangka program
perhutanan sosial dari Perum Perhutani. Pada lahan tersebut petani diijinkan untuk
menanam tanaman semusim di antara pohon-pohon jati muda. Hasil tanaman
semusim diambil oleh petani, namun petani tidak diperbolehkan menebang atau
merusak pohon jati dan semua pohon tetap menjadi milik Perum Perhutani. Bila
pohon telah menjadi dewasa, tidak ada lagi pemaduan dengan tanaman semusim
karena adanya masalah naungan dari pohon. Jenis pohon yang ditanam khusus
untuk menghasilkan kayu bahan bangunan (timber) saja, sehingga akhirnya terjadi
perubahan pola tanam dari sistem tumpangsari menjadi perkebunan jati
monokultur.
Bentuk agroforestri sederhana ini juga bisa dijumpai pada sistem pertanian
tradisional. Pada daerah yang kurang padat penduduknya, bentuk ini timbul sebagai
salah satu upaya petani dalam mengintensifkan penggunaan lahan karena adanya
kendala alam, misalnya tanah rawa. Sebagai contoh, kelapa ditanam secara
tumpangsari dengan padi sawah di tanah rawa di pantai Sumatera. Perpaduan pohon
dengan tanaman semusim ini juga banyak ditemui di daerah berpenduduk padat,
seperti pohon-pohon randu yang ditanam pada pematang-pematang sawah di daerah
Pandaan (Pasuruan, Jawa Timur), kelapa atau siwalan dengan tembakau di
Sumenep–Madura. Contoh lain, Perpaduan pohon dengan tanaman semusim ini
juga banyak ditemui di daerah berpenduduk padat, seperti pohon-pohon randu yang
ditanam pada pematang-pematang sawah di daerah Pandaan (Pasuruan, Jawa
Timur), kelapa atau siwalan dengan tembakau di Sumenep–Madura

Contoh tanaman kelapa atau siwalan dengan tembakau


2.4 Sistem Agroforestri Kompleks
Sistem agroforestry kompleks terdiri dari perpaduan antara hutan dan kebun
sehingga merupakan pekarangan berbasis pepohonan yang terletak di sekitar tempat
tinggal dengan luas terbatas, yakni sekitar 0,1-0,3 ha. Agroforestry kompleks
merupakan hutan massif yang merupakan mosaic (gabungan) dari beberapa kebun
berukuran 1-2 Ha milik perorangan atau berkelompok, letaknya jauh dari tempat
tinggal bahkan terletak pada perbatasan desa, dan biasanya tidak dikelola secara
intensif. Menurut (Suryani dan Dariah, 2012) sistem agroforestry kompleks adalah
suatu sistem pertanian menetap yang terdiri dari berbagai jenis tanaman berbasis
pohon yang terpelihara dengan pola dan ekosistem menyerupai hutan. Agrofotestry
kompleks juga merupakan suatu sistem pertanian menetap yang berisi banyak jenis
tanaman (berbasis pohon) yang ditanam dan dirawat dengan pola tanam dan
ekosistem menyerupai hutan (mencakup beraneka jenis komponen, seperti
pepohonan, perdu, tanaman semusim, dan rerumputan dalam jumlah banyak.
Sistem ini mirip dengan hutan alami baik primer maupun sekunder. Hal ini sesuai
dengan pendapat Hairiah et al. (2003), bahwa ciri utama sistem agroforestry
kompleks adalah kenampakan fisik dan dinamika di dalamnya menyerupai
ekosistem di hutan, baik hutan primer maupun hutan sekunder. Berikut adalah
beberapa contoh susunan pola tanam dalam sistem agroforestry kompleks:

1. Jati – Pisang – Ubikayu – Jagung – Rumput

2. Pinus – Kopi – Pisang – Wortel – Rumput


3. Sengon – Pepaya – Pisang – Jagung – Rumput
III. KESIMPULAN
Sistem agroforestry utamanya diharapkan dapat membantu mengoptimalkan
hasil suatu bentuk penggunaan lahan secara berkelanjutan guna menjamin dan
memperbaiki kebutuhan hidup masyarakat. Sistem keberlanjutan ini dicirikan
antara lain oleh tidak adanya penurunan produksi tanaman dari waktu ke waktu
dan tidak adanya pencemaran lingkungan. Sitem ini dapat diterapkan menjadi
agroforestry sederhana dan kompleks, dimana agroforestry kompleks lebih
menyerupai dengan hutan.
DAFTAR PUSTAKA
de Foresta ,H. A. Kusworo, G. Michon dan W.A. Djatmiko. 2000. Ketika kebun
berupa hutan: Agroforest kahas Indonesia, sebuah sumbangan masyarakat.
ICRAF, Bogor
Fauziah, Eva. 2013. Pemilihan Jenis Tanaman Penyusun Hutan Rakyat Pola
Agroforestri Berdasarkan Keputusan Petani di Kabupaten Tasikmalaya.
Seminar Nasional Agroforestri III, p. 421-427.
Hairiah, K., Sardjono, M. A., S. Sabarmirdin. 2003. Pengantar Agroforestry.
Indonesia World Agroforestry Centre (ICRAF), Southeast Asia Regional
Office. PO Box 161 Bogor. Indonesia.
Matheus, Rupa. 2019. Skenario Pengelolaan Sumber Daya Lahan Kering: Menuju
Pertanian Berkelanjutan. Yogyakarta : Deepublish.
Mayrowani, H. dan Ashari. 2011. Pengembangan Agroforestry Untuk Mendukung
Ketahanan Pangan dan Pemberdayaan Petani Sekitar Hutan. Forum
Penelitian Agro Ekonomi 29(2) : 83-98.
Rivaie, A.A. 2015. Potensi Penyediaan Pangan dan Konservasi Lahan Pulau–Pulau
Kecil di Maluku: Peran Agroforestri Berbasis Aren. Jurnal Litbang
Pertanian, Vol 21(1) : 173-193.
Sabarnurdin, M. Sambas. 2002. Agroforestry : Konsep, Prospek Dan
TantanganPresentasi
Suprayogo, D. 2013. Peran Agroforestri Pada Skala Plot: Analisis Komponen
Agroforestri Sebagai Kunci Keberhasilan atau Kegagalan Pemanfaatan
Lahan. Prosiding Penelitian–penelitian Agroforestri Di Indonesia, Vol 1(1)
:55 – 64.
Suryani, E. dan A. Dariah. 2012. Peningkatan Produktivitas Tanah Melalui Sistem
Agroforestri. J. Sumberdaya Lahan. Vol. 6(2) : 101-109.

Anda mungkin juga menyukai