Anda di halaman 1dari 3

Nama :Dhia Hisanah Ramadhanty

Nim :185040201111107

Kelas:Q

Absen :22

Kuliah tamu

PENGELOOLAHAN BAHAN ORAGNAHIK UNTUK MENCEGAH DEGRADASI LAHAN

 Materi pertama Aplikasi bahan organik untuk kelapa sawit untuk mencegah
degradasi lahan oleh Bapak Witjaksana Darmoskoro Ph,D

Kelapa sawit terbukiti merupaka salah satu penompan untama perekonomian nasional
baik di idonesia maupun luar negri kemudian perkebunan kelapa sawit 16,4 jt ha pada
perusahaan swasta ,rakyat 42% ,selain itu kelapa sawit hebat vegetable soya atau minyak
bunga matahari yang berada di EU,USA,China, India ,Pakistan ,Banglades ,indonesia dan
malaysia. Kelpa sawit menggunakan 65 juta hektra jika bandingankan dengan soya lebih
dari 10 juta hektar kemudian kelapa sawit mempunyai daya saing yang sangat tinggi karena
mempunya fraksi padat dan antioksidan yang tinggi ,memiliki nutrisi yang tinggi dan
merupakan tanaman tahunan ,memiliki produksi minya 5 juta pertahun ,kemudia memiliki
emisi dan penggunan air yang sangat efesien dari tanaman tahun yang lain kemudian food
feed fiber yang bia di buat oleh kelapa sawit dan makanan ternak,

Bahan organik sangat penting dapat merubah sifat kimia dan biologi dalam tanah jika
kehilangan bahan organik tanah akan terdekomposisi ,dan erosi bahan oraganik ,jka tanah
karbon organik yang terus menerus -harus di tambahkan biar tanah menjadi sehat seperti
menggunakan pelepah ,sangat membutuhkan sumber bahan organik pada kelapa sawit
seperti batang ,perakaran dan pelepah .kemudian jika kita menambah pelepah akan
mendabahkan 0,21% selain itu penambahan akar 4,2 ton bisa menabahkan 0,07% .jika
setiap memanen kelapa sawit pelepah harus di turunkan di tepakan seperti U yang dapat
menumbuhkan perakan yang hebat ,meningkatkan kelembabapan .

Tanah dengan c organik dari 2% di kelapa sawit sangat susah jadi kita harus menaikan
kadar nya dari sumbet tankos ,pelepah ,akar dengan baik kemudian tankos sebagai sub
khusu untuk pemupukan

 Materi kedua pengeolahan bahan organik dengan bahan kopi dan kakao untuk
mencegah degradasi lahan oleh Dr.rer .nat.Erwin Prastowo,SP,M.Sc

Berdasarkan tempat pertumbuhannya tanaman kopi dibedakan menjadi beberapa


diantaranya, Kopi Arabika yang bertumbuh pada ketinggian 1000 mdpl, Kopi Robusta yang
ideal pada pada ketinggian 300 mdpl, dan Kopi Liberika yang tumbuh pada ketinggian lebih
rendah dimana sama dengan ketinggian permukaan laut. Hampir 50% areal wilayah
penanaman kopi berada di Pulau Sumatera dan berkorelasi positif dengan hasil produksi
yang dihasilkan. Penanaman tanaman kopi tidak terlepas dari peranan bahan organik,
dimana peran bahan organik pada beberapa penelitian menunjukkan nilai RWC yang
meningkat, efisiensi penggunaan air meningkat, dan kandungan klorofil yang semakin tinggi.
Penggunaan bahan organik berupa pupuk kandang, kompos kulit kakao, menunjukkan
kandungan bahan organik yang semakin meningkat, adanya peningkatan serapan hara
(kalium, magnesium, dan lainnya). Percobaan penggunaan bahan organik lainnya berupa
pupuk kandang sapi menunjukkan produksi yang semakin meningkat.

Pada perkebunan kopi, sumber bahan organik bisa diperoleh dari pemangkasan tanaman
yang dilakukan secara teratur pada saat setelah panen (PSP), pemangkasan cabang
tanaman yang kering dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan intensitas cahaya, dan
menjaga kelembaban. Hasil sisa tanaman kopi berupa cabang tanaman, kulit buah, dan kulit
tanduk bisa dimanfaatkan sebanyak 50% sebagai sumber bahan organik tanah. Selain itu,
sumber bahan organik dapat diperoleh dari tanaman penaung kopi dan kakao berupa
tanaman lamtoro, selain sebagai penyangga iklim mikro bagi pertumbuhan tanaman, dapat
pula digunakan sebagai penahan erosi angin, seresah yang jatuh menekan pertumbuhan
gulma, dan sisa tanaman dapat digunakan sebagai pakan ternak. Sumber bahan organik
lainnya dapat diperoleh dari kotoran ternak diluar perkebunan, dimana tidak cukup apabila
hanya memanfaatkan insitu dari dalam perkebunan (seresah tanaman). Sehingga ada
integrasi dari pemanfaatan sisa seresah tanaman kopi dan kakao sebagai pakan ternak, dan
pemanfaatan kotoran ternak sebagai sumber bahan organik.

Aplikasi bahan organik dapat dilakukan dengan cara dibenam, dimana menunjukkan
kandungan C yang lebih tinggi apabila dibandingkan dengan aplikasi melalui teknik
penyebaran. Aplikasi bahan organik dapat dilakukan dengan pemanfaatan rorak, yang
memiliki panjang berkisar 1 m dan dipakai sebagai tempat pengomposan secara insitu.
Penggunaan rorak sangat praktis di lapangan, dikarenakan proses dekomposisi
berlangsung secara optimal dan efisien, selain itu menguntungkan bagi perakaran tanaman
dikarenakan kondisi kelembaban yang lebih tinggi, meningkatkan kapasitas infiltrasi tanah
serta menyediakan unsur hara berupa bahan organik yang dapat diserap langsung oleh
perakaran tanaman disekitarnya. Aplikasi bahan organik dapat dilakukan dengan
penggunaan biopori dan laborta berdiameter 30 cm yang mampu meningkatkan efisiensi
dari pengaplikasian bahan organik itu sendiri. Aplikasi bahan organik berupa pupuk kompos
dari kulit kakao memerlukan jumlah sekitar 20 kg bahan organik per pohonnya, dimana
waktu aplikasi dapat dilakukan pada musim penghujan dengan tujuan saat memasuki musim
kemarau, fungsi bahan organik dapat dirasakan sebagai peningkat kadar lengas didalam
tanah. Aplikasi bahan organik diperlukan untuk mengatasi beberapa penyebab degradasi
tanah pada perkebunan kakao dan kopi, yaitu kasus erosi pada topografi yang curam
(>15%), kehilangan hara pada daerah perakaran karena pencucian, dan tingkat
dekomposisi BO yang lebih cepat.

Anda mungkin juga menyukai