Anda di halaman 1dari 8

Optimalisasi Pengolahan Pelepah Sawit sebagai Pupuk Organik Melalui Pemberdayaan

BUMDes di Desa Panca Mulya

Penulis: M. Ilham Romadhan, Imam Adeanto Nugroho, Cici Ramadani, Perni Juliasih, Joni
Siaturi, Rafli Surgandi, Angga Bagas Saputra, Tara Fadhila Amatullah, Rahmi Wahyuni,
Vera Melinia Dewi, Lia Lestari, Taufik Pramudya, Richa Amalia.

Abstrack

Kelapa sawit merupakah salah satu tumbuhan yang sangat banyak ditemukan di Indonesia,
hal ini berdampak bagi pertumbuhan perekonomian di Indonesia. Dengan banyaknya
tumbuhan kelapa sawit juga menyisakan banyak limbah baik limbah padat maupun limbah
cairnya yang dapat menyebabkan permasalahan lingkungan dengan adanya limbah perkebuan
ini. Limbah padat kelapa sawit dapat berupa tandan kosong, cangkang, janjang, dan fiber
(sabut). Untuk berbagai masalah yang ditimbulkan terkait permasalahan limbah perkebunan
maka muncullah berbagai gagasan untuk memanfaatkan limbah tersebut sebagai upaya
pengurangan dampak limbah perkebunan bagi ingkungan. Salah satunya limbah pelepah
sawit dimanfaatkan menjdi pupuk kompos. Pada akhir-akhir ini bayak sekali petani yang
menggunakan pupuk anorganik karena dianggap lebih murah dan praktis digunakan. Namun
banyak yang belum tahu bahwa peggunaan pupuk anorganik secara terus menerus dapat
menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan, oleh karena itu penggunaan pupuk organik
sebagai penggantinya dapat dijadikan solusi untuk memperbaiki atau menghindar dari
tercemarnya ligkungan. Dari eksperimen yang telah dilakukan maka didapatkanlah hasil
bahwa pupuk kompos dari limbah pelepah sawit memiliki beberapa kandungan penting yang
dapat membantu menyuburkan tanah. Kandungan utama pupuk organik adalah bahan
organik. Selain itu juga memiliki unsur hara N, P, K yang dapat memperbaiki unsur hara
mineral didalam tanah dan meningkatkan produksi dari tanaman.

Kata Kuci: Limbah pelepah sawit, pupuk kompos, organik.

Abstrack dan keywords b. Inggris


Pendahuluan

Kelapa sawit merupakah salah satu tumbuhan yang sangat banyak ditemukan di
Indonesia, hal ini berdampak bagi pertumbuhan perekonomian di Indonesia. Kelapa sawit
merupakan salah satu komoditi hasil perkebunan yang menjadi andalan Indonesia untuk
mendatangkan devisa setiap tahun. Saat ini, Indonesia merupakan produsen minyak kelapa
sawit terbesar kedua di dunia setelah Malaysia dengan total produksi rata-rata 9,9 juta ton per
tahun sejak tahun 2003. Dibandingkan dengan komoditas perkebunan lainnya, secara relatif
perkebunan kelapa sawit di Provinsi Jambi adalah baru. Walaupun dalam waktu yang relatif
singkat komoditas ini telah menjadi komoditas unggulan dan menjadi primadona bagi
perekonomian Provinsi Jambi (Minsyah, NI. 2007a).

Dengan banyaknya tumbuhan kelapa sawit juga menyisakan banyak limbah baik
limbah padat maupun limbah cairnya yang dapat menyebabkan permasalahan lingkungan
dengan adanya limbah perkebuan ini. Limbah padat kelapa sawit dapat berupa tandan
kosong, cangkang, janjang, dan fiber (sabut). Limbah yang dihasilkan dari industri
pengolahan kelapa sawit antara lain janjang kosong, limbah cair, limbah solid (padatan) dan
cangkang (Pranata, 2019: 18). Hal ini terkait dengan potensi perkebunan limbah pelepah dan
daun sawit yaitu jumlah pelepah dan daun segar yang dapat diperoleh untuk setiap ha kelapa
sawit mencapai lebih 2,3 ton bahan kering. Dengan asumsi 1 ha ada 130 pohon, setiap pohon
dapat menghasilkan 22 - 26 pelepah/tahun dengan rataan berat pelepah dan daun sawit 4 - 6
kg/ pelepah (Rizali, A. Et al, 2018: 5).

Potensi pelepah sawit dapat dimanfaatkan menjadi beberapa hal yaitu sebagai pakan
ternak maupun sebagai pupuk kompos. Namun pemanfaatan pelepah sawit akan terkendala
karena tingginya kadar ligning pada pelepah sawit, maka dibutuhkan perlakukan untuk
mempercepat proses terurainya serat kasar berupa selulosa dan hemisolulosa. Salah satu
perlakuan yang dapat diberikann untuk mempercepat proses tersebut adalah dengan
fermentasi menggunakan bakteri atau jamur.

Dalam beberapa penelitian dapat diketahui bahwa penggunaan pelepah sawit sebagai pupuk
kompos memiliki dampak positif bagi tanaman dan lingkungan.

Kompos merupakan pupuk organik yang dihasilkan dari pelapukan sisa bahan organik
seperti daun-daun, alang-alang, jerami dll. Dalam pembuatan pupuk kompos dapat dibantu
dekomposer sebagai aktivator sehingga bagian-bagian tersebut terhumuskan. Pupuk kompos
mengalami proses dekomposisi oleh mikroorganisme pengurai, sehingga dapat dimanfaatkan
untuk memperbaiki sifat-sifat tanah. Pupuk kompos mengandung hara-hara mineral yang
esensial bagi tanaman, dilingkungan alam terbuka proses pengomposan dapat terjadi secara
alami namun proses pengomposan dapat dipercepat yaitu dengan menambahkan
mikroorganisme pengurai sehingga pupuk kompos dapat terbentuk dalam waktu yang singkat
dengan kualitas yang lebih baik. Oleh karena itu kecepatan dekomposisi dan kualitas kompos
tergantung pada keadaan dan jenis mikroba yang aktif selama proses pengomposan. Kondisi
optimum bagi aktivitas mikroba perlu diperhatikan selama proses pengomposan, mislanya
aerasi, media tumbuh dan sumber makanan bagi mikroba (Yowono, 2005; Setyorini dkk.,
2006).

Menurut....... penggunaan pupuk kompos sangat baik karena dapat melengkapi unsur
hara mikro bagi tanaman, menggemburkan tanah, memperbaiki tekstur tanah, meningkatkan
porositas, aerasi dan komposisi mikroorganisme tanah, meningkatkan daya ikat tanah
terhadap air, dan memudahkan pertumbuhan akar tanaman. Dalam penggunaan pupuk yang
setimbang maka akan meningkatkan produksi tanaman. Peningkatan produksi tanaman juga
aka meningkatkan sisa-sisa tanaman yang nantinya akan terurai kembali kedalam tanah,
namun untuk mempercepatnya dapat dilakukan dengan proses pengomposan yang dibantu
oleh beberapa bahan lainnya sebagai aktivator untuk mempercepat proses tersebut.

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk memanfaatkan potensi limbah perkebunan sebagai
pupuk kompos dan meningkatkan nilai limbah pelepah sawit sehingga dapat digunakan
kembali maupun dijual melalui kerja sama dengan pihak BUMDes Desa Panca Mulya. Selain
itu untuk mengetahui kandungan apa saja yang dapat dimanfaatkan dalam kompos dari
limbah pelepah sawit sehingga bisa digunakan untuk menyuburkan tanaman dan
meningkatkan produksi tanaman di Desa Panca Mulya. Dengan adanya inovasi pupuk
kompos dari limbah pelepah sawit maka masyarakat desa dapat mengurangi penggunaan
pupuk anorganik yang dapat merusak lingkungan.
Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan secara langsung dengan menggunakan metode eksperimen


menggunakan penelitian “True Eksperimental Research” karena melakukan percobaan secara
langsung, kemudian dilakukan pengujian terhadap pupuk kompos yang dihasilkan sebagai
sampel untuk dibawa ke laboratorium, dari data hasil uji laboratorium diketahui unsur hara
yang terkandung didalam pupuk kompos.

Tempat Penelitian

Tempat pelaksanaan penelitian dilakukan di Desa Panca Mulya ang dilakukan dari
bulan september-desember. Beberapa lokasi menjadi tempat penelitian adalah dimulai dari
proses pembuatan pupuk kompos yang dilakukan di lingkungan kebun sawit. Perkebunan
kelapa sawit Desa Panca Mulya dijadikan sebagai tempat untuk mengambil limbah pelepah
sawit sekalian mencacahnya, sekaligus mejadi tempat pengomposan. Untuk pemeriksaan
kandungan unsur hara yang ada pada pupuk kompos dilakukan di laboratorium......

Alat dan Bahan

Adapun alat dan bahan yang diperlukan dalam proses pembuatan pupuk kompos dari limbah
pelepah sawit adalah pelepah sawit yang sudah diturunkan dari pohonnya sekitar 2-3 hari.
Bahan lain yang dicampurkan adalah larutan EM4 sebagai dekomposer, Gula, Kapur, dan air.
Peralatan yang digunakan adalah mesin pencacah, semprotan, garukan, terpal, dan
thermometer yang digunakan sebagai alat pengukur suhu dilakukan secara berkala.

Tahapan Penelitian/Prosedur Penelitian

Adapun tahapan dalam penelitian adalah sebagai berikut:

1. Disiapkan Alat dan Bahan


2. Pelepah Sawit dijemur atau dibiarkan minimal 2-3 hari setelah pasca panen kemudian
bagian pangkal(petiole) dan batang tempat munculnya daun (rachis) dipisahkan.
Dicacah bagian rachis dari pelepah sawit.
3. Disiapkan kapur(CaCO3), serbuk gergaji atau daun kering, dan larutan EM4(1 kg gula:1
liter EM4:100 liter air).
4. Disiapkan wadah berupa terpal untuk mencampurkan bahan-bahan pupuk organik
5. Dicampurkan cacahan pelepah sawit(1000 kg), kapur(10), serbuk gergaji(100 kg)
sekaligus disemprot dengan menggunakan larutan EM4(100 liter) hingga semua bahan-
bahan tercampur merata.
6. dipindahkan kewadah fermentasi dengan maksimal ketinggian 1 meter, setiap meter
didalam wadah fermentasi diberikan cerobong bambu untuk menhindari proses
pembusukan.
7. Ditutup wadah fermentasi dengan rapat menggunakan penutup agar tidak terkontaminasi
oleh udara.
8. Ditempatkan wadah fermentasi ditempat yang kering dan dilanjutkan proses fermentasi
hingga pupuk organik siap digunakan.
9. dilakukan monitoring suhu 1 kali 24 jam untuk mengetahui apakah proses fermentasi
berlangsung atau tidak.
10. setelah 14 hari fermentasi secara berkala suhu akan mengalami penurunan, setelah
mencapai suhu ruangan maka pupuk organik didinginkan.
11. Dilakukan pembongkaran pupuk kompos setelah 14 hari, kemudian diambil sampelnya
untuk dianalisis kandungan unsur hara yang ada di dalamnya.

Hasil dan Pembahasan

Perkebunan kelapa sawit cukup pesat perkembangannya disalah satu negara penghasil
utama kelapa sawit yaitu Indonesia. Hal ini selain berdampak bagi perekonomian yang
terdorong di negara tersebut, tetapip hal ini juga menyisakan permasalahan lingkungan
berupa limbah perkebunan. Untuk berbagai masalah yang ditimbulkan terkait permasalahan
limbah perkebunan maka muncullah berbagai gagasan untuk memanfaatkan limbah tersebut
sebagai upaya pengurangan dampak limbah perkebunan bagi ingkungan. Menurut Bulan
(2016: 136) beberapa penelitian yang telah dilakukan sebelumnya dapat diketahuan bahwa
limbah pelepah sawit dapat dimanfaatkan sebagai bahan dasar panel komposit, bubur kertas,
bioetanol dan gas yang dibuat dengan proses gasifikasi.

Pada akhir-akhir ini bayak sekali petani yang menggunakan pupuk anorganik karena
dianggap lebih murah dan praktis digunakan. Namun dibalik itu bayak petani yang tidak
menyadari dampak yang akan ditimbulkan dari penggunaan pupuk anorganik. Justru
penggunaan pupuk anorganik dapat menurunkan kualitas tanah dan produktivitasnya jika
meggunakannya secara berlebihan dan dalam jangka waktu lama. Menurut pupuk organik
masih mendominasi pemupukan di Indonesia, petani masih cenderung menggunakan pupuk
anorganik dibandingkan pupuk organik . Suryanto (2019:54) menyatakan total konsumsi
pupuk anorganik nasional meningkat dari 0,63 juta ton pada tahun 1975 menjadi 5,69 juta ton
pada tahun 2003. Peningkatan ini terutama disebabkan oleh peningkatan pupuk Urea yang
merupakan jenis terbanyak digunakan petani. Pemanfaatan lain dari limbah pelepah sawit
salah satunya adalah dengan mengubahnya menjadi pupuk organik.

Penggunaan pupuk anorganik secara berlebihan bisa menimbulkan dampak yang


justru berpengaruh negatif terhadap sifat fisik, kimia dan biologi tanag. Salah satu pengaruh
oengguaan pupuk organik pada lahan pertanian adalah akumulasi residu unsur-unsur kimia
seperti N, P dan K dalam tanah akibat dari pengguaan pupuk anorgaik secara berlebihan dan
terus menerus. Maka dari itu pupuk organik dapat dijadikan solusi dari permasalahan
lingkungan yang ditimbulkan oleh penggunaan pupuk anorganik.

Adapun dari hasil eksperimen yang telah dilakukan maka didapatkanlah hasil bahwa
pupuk kompos dari limbah pelepah sawit memiliki beberapa kandungan penting yang dapat
membantu menyuburkan tanah. Kandungan utama pupuk organik adalah bahan organik.
Selain itu juga memiliki unsur hara N, P, K, hanya saja susunan unsur hara (zat) yang
dikandung oleh pupuk organik tidak tetap, tergantung dari bahan dan cara pengomposan atau
cara pembuatannya.

Dalam proses pembuatan pupuk kompos dari limbah pelepah sawit untuk
membuatnya lebih cepat terurai maka digunakanlah larutan EM4 sebagai
dekomposer.Larutan EM4 mengandung berbagaimacam organisme fermentasi bahkan
jumlahnya mencapai sekitar 80 genus yang mana organisme tersebut dapat bekerja secara
efektif melakukan fermentasi bahan organik. Proses pembuatan pupuk dilakukan dengan
menyiapkan pelepah sawit yang sudah dicacah halus namun masih terlihat seratnya
kemuduan, pelepah sawit akan dicampurkan dengan bagan-bahan lain seperti gula, kapur, air
dan larutan EM4.

Pencampuran EM4 selain untuk mempercepat proses pengomposan juga


meningkatkan unsur hara yang terkandung didalam pupuk kompos yang terbentuk nantinya.
Bahkan dapat memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah, dapat menyediakan unsur
hara yang dibutuhkan tanaman sehingga menyehatkan tanama.Semakin banyak penambahan
EM4 dalam proses pembuatan pupuk kompos maka akan semakin bayak pemanfaatan unsur
K oleh mikroba. Jika semua unsur hara yang dibutuhkan taman sudah terpenuhi dengan
penggunaan pupuk kompos dari pelepah sawit ini maka dapat meningkatkan produksi
tanaman.

Setelah cacahan pelepah sawit dicampurkan dengan bahan- bahan berupa kapur, gula,
air, dan disemprotkan dengan EM4, pastikan hingga semuanya tercampur merata kemudian
dipindahkan kewadah untuk permentasi dan wadah tersebut ditutup. Wadah tersebut
ditempatkan di tempat yang kering, kemudia ditunggu proses permentasi hingga 14 hari,
setiap hari selalu dilakukan kontrol dengan monitoring suhu untuk memastikan apakah terjadi
fermentasi atau tidak. Setelah 14 hari wadah tersebut barulah dibongkar dan hasil yang
didapatkan adalah pada lapisan bagian atas terdapat jamur, namun hanya lapisan bagian atas
saja bagian bawahnya terjadi fermentasi dan serat dari pelepah sawit sudah tidak terlalu
terbentuk lagi.Untuk mengetahui apakah pupuk kompos sudah bisa digunakan atau tidak
dapat dilakukan pengecekan suhu. Pupuk kompos yang sudah siap digunakan memiliki ciri-
ciri suhu yang dingin, teksturnya remah, wujud aslinya sudah tidak terligat lagi, dan tidak
berbau.

Berdasarkan proses fermentasi dan bahan campuran yang digunakan dalam


pengomposan maka dapat diketahui bahwa pupuk kompos yang dibuat dari limbah pelepah
sawit iini termasuk kedalam jenis pupuk kompos bokashi. Bokashi merupakan sebuah metode
pengomposan yang mengguakan strater aerobik maupun anaerobik untuk mengkomposkan
bahan organik yang biasanya berupa campuran air, starter mikroorganisme dan sampah
kering/sekam padi. Kandungan zat hara yang terkandung di dalam pupuk kompos berupa
unsur N, P, K.

Tabel 1. Hasil pengukuran kandungan NPK pada pupuk kompos

Jenis Pupuk (Lama


Kandungan Presentase (%)
Pengomposan)
Pupuk Bolashi (14 Hari) Kandungan N 0,9
Kandungan P 1,18
Kandungan K 0,29
Kandungan Zat Hara yang Ada dalam Pupuk Kompos

Kelebihan pupuk yang dibuat

Cara penggunaan pupuk

Hasil yag didapatkan

Kekurangan/kesalahan

perbaikan

Kesimpulan

Dari hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan maka dapat diambil
kesimpulan bahwa limbah pelepah sawit dapat dimanfaatkan sebagai pupuk kompos
pengganti pupuk anorganik dikarenakan kandungan unsur hara yang ada di dalamnya dapat
menyuburkan tanah dan dapat meningkatkan produksi tanaman.

Daftar Pustaka

Minsyah, NI. 2007a. Daya Tarik Kelapa Sawit? dan Hubungannya Dengan Alih Fungsi
Lahan Pangan Di Daerah Pasang Surut Provinsi Jambi. Dalam Prosiding Seminar
Nasional Hasil-Hasil Penelitian dan Pengkajian Teknologi Pertanian, Palembang 9 – 10
Juli 2007. Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian,Bogor

Bulan, r., dkk. 2016. . Pemanfaatan Limbah Daun Kelapa Sawit sebagai Bahan Baku
Pupuk Kompos. Jurnal Ranah Teknik Pertanian. Vol 9 (2): 136.

Anda mungkin juga menyukai