Anda di halaman 1dari 8

Pemanfaatan limbah cair pabrik kelapa

sawit digunakan sebagai pupuk

kelompok 3;
• Bambang Haryo Syahputra
• Fauzan Afif
• Fazru Rahman
• Ardicka Chandra
• Kelvin Khoidir
• Maulana Hafizh
• Fikri Farhan
• Zalfa Ramadhan

UNIVERSITAS AL AZHAR MEDAN


Bab I
Pendahuluan

Alhamdulillahi rabbil alamin puji syukur kita atas kehadirat


Allah SWT yang mana ia selalu memberikan kita berkah yang
tak bisa kita hitung. Tak lupa pula kita untuk selalu
bershalawat untuk nabi besar kita Muhammad SAW.Dan
berkat kesempatan yang Allah berikan kami dapat
menyelesaikan tugas kimia dengan judul “pemanfaatan
limbah cair pabrik kelapa sawit sebagai pupuk” ini.

Kami menyadari bahwa dalam penyelesaian tugas ini tidak


terlepas dari banyak pihak yang telah tulus memberikan doa,
saran dan kritik hingga tugas ini dapat terselesaikan.

Kami menyadari bahwa tugas ini masih jauh dari kata


sempurna maka kami mengharapkan segala bentuk kritik dan
saran yang membangun dari berbagai pihak, sehingga tugas
ini dapat bermanfaat untuk kita semua.

2
Bab II
Latar belakang

Air limbah dari proses pengolahan kelapa sawit dapat


mencemari perairan karena kandungan zat organiknya tinggi,
tingkat keasaman yang rendah, dan mengandung unsur hara
makro seperti Nitrogen (N), Posfor (P) dan Kalium (K)
sehingga perlu penanganan sebelum dibuang kebadan sungai
(Eyrani, 2014). Apabila limbah tidak dikelola dengan baik dan
hanya langsung dibuang diperairan maka akan sangat
mengganggu lingkungan disekitarnya. Sebagian industri yang
akan membuang limbah diwajibkan mengolahnya terlebih
dahulu untuk mencegah pencemaran lingkungan hidup
disekitarnya (Widhiastuti dkk, 2006).

Limbah cair kelapa sawit mempunyai kandungan senyawa


glukosa, protein dan karbohidrat yang mempunyai ikatan
atom C, apabila diolah dengan baik maka dapat menghasilkan
biogas. Limbah cair pabrik kelapa sawit setelah pembentukan
biogas akan menghasilkan hasil samping keluaran hasil
sedimentasi dan fermentasi yang memiliki karakteristik yang
dapat digunakan sebagai pupuk organik, yaitu kandungan
unsur organik yang sama seperti limbah cair kelapa sawit
karena proses di bioreaktor yang merupakan fermentasi
metanogenesis yang juga akan menghasilkan zat-zat organik.
Pemanfaatan limbah cair pabrik kelapa sawit sebagai pupuk
organik cair mempunyai unsur-unsur hara yang memperbaiki
struktur fisik tanah, meningkatkan aerasi, peresapan, retensi,
dan kelembaban, serta meningkatkan perkembangbiakan dan
perkembangan akar tanaman.
Pupuk yang dihasilkan dari limbah hasil keluaran biogas
adalah pupuk organik karena bahan dasarnya merupakan
3
limbah organik. Limbah tersebut dapat diolah menjadi pupuk
organik cair. Pupuk organik cair sendiri memiliki beberapa
keuntungan daripada pupuk organik padat karena
pengaplikasiannya lebih mudah dan unsur hara yang
terkandung di dalamnya lebih mudah diserap tanaman, serta
dilihat dari segi pengemasan mudah dibawa karena dikemas
menggunakan botol dan lebih bernilai ekonomis. Pengolahan
hasil keluaran biogas ini diharapkan dapat mengurangi limbah
dari hasil keluaran biogas sehingga menurunkan kadar
pencemaran terhadap lingkungan.
Berdasarkan hal tersebut, penulis melakukan penelitian
terhadap proses pengolahan air limbah industri minyak kelapa
sawit dengan memanfaatkan hasil keluaran digester biogas
dengan variasi perbandingan air dan keluaran digester biogas
limbah cair kelapa sawit. Hasil samping keluaran digester
biogas apabila langsung dibuang ke lingkungan dapat
merusak tanah dan mencemari lingkungan. Untuk itu perlu
dilakukan pengolahan terhadap hasil samping keluaran
digester biogas dengan menggunakan media galon agar lebih
efektif dan efisien. Pengolahan hasil samping keluaran
digester biogas menggunakan media galon ini merupakan
cara yang efektif dan efisien dari segi tempat, waktu, dan
biaya pengolahan.

4
Kelapa Sawit (Alaeis Guineensi Jacq)

Adalah tanaman perkebunan berupa pohon batang lurus dari


kelas angiospermae ordo monocotyledonae family Arcaceae dan
genus Elaesis. Perkebunan kelapa sawit jadi primadona seiring
manfaat positif pertumbuhan ekonomi yang dirasakan
masyarakat. Gubernur Kaltim Awang Faroek Ishak yang
memimpikan Kaltim mampu melakukan upaya untuk
kemandirian dan ketahanan pangan. Imbasnya pada
kesejahteraan rakyat, sebagai buah jerih payah dan
kesungguhan menggapai mimpi. Yaitu “Dreams come true”
program 1 juta hektar kelapa sawit jadi kenyataan. Bahkan
waktunya lebih cepat tercapai dari yang telah diprediksi.

Hingga tahun 2020 luas areal kelapa sawit mencapai


1.374.543 Ha yang terdiri dari 373.479 Ha sebagai tanaman
plasma / rakyat, 14.402 Ha milik BUMN sebagai inti dan
986.662 Ha milik Perkebunan Besar Swasta.
Produksi TBS (Tandan Buah Segar) yang diolah pada tahun
2020 sebesar 17.721.970 ton atau setara dengan 3,8 juta ton
Crude Palm Oil (CPO). Dari sejumlah perusahaan perkebunan
besar swasta yang telah memperoleh izin pencadangan (ijin
lokasi) sementara ini yang telah beroperasi membangun
kebun dalam skala yang luas baru sebanyak ± 393
perusahaan.
Areal pertanaman kelapa sawit yang cukup luas saat ini
terpusat di Kabupaten Kutai Timur, Kutai Kartanegara dan
Paser. Sedangkan beberapa Kabupaten dan Kota lainnya
masih dalam luasan terbatas. *)

5
Pemanfaatan limbah cair sawit menjadi pupuk

Pupuk organik yaitu pupuk yang berasal dari sisa-sisa


tanaman, hewan dan manusia seperti pupuk hijau, pupuk
kandang, dan kompos yang diperlukan untuk kehidupan
mikroorganisme di dalam tanah. Peranan pupuk organik
dalam tanah disamping menambah unsur hara juga dapat
meningkatkan kesuburan tanah, meningkatkan porositas
tanah sehingga dapat memperbaiki aerase dan drainase tanah
serta meningkatkan aktivitas mikroorganisme tanah (Sundari,
2012).
Pupuk organik cair adalah larutan dari hasil pembusukan
bahan-bahan organik yang bahan dasarnya berasal dari
hewan atau tumbuhan yang sudah mengalami fermentasi dan
bentuk produknya berupa cairan. Kelebihan dari pupuk
organik ini dapat secara cepat mengatasi defisiensi hara, tidak
bermasalah dalam hal pencucian hara, dan mampu
menyediakan hara secara cepat. Dibandingkan dengan pupuk
cair anorganik, pupuk organik cair secara umumnya tidak
merusak tanah dan tanaman walaupun digunakan sesering
mungkin. Selain itu, pupuk ini juga memiliki bahan pengikat,
sehingga larutan pupuk yang diberikan kepermukaan tanah
bisa langsung digunakan oleh tanaman (Meriatna, 2018).

Dalam mengolah limbah cair kelapa sawit menjadi pupuk


organik cair agar lebih meningkatkan kandungan haranya,
maka perlu ditambahkan abu tandan kosong yang memiliki
kandungan bahan organik yang dapat meningkatkan kualitas
pupuk yang dihasilkan. Jika hanya memanfaatkan fermentasi
limbah cair kelapa sawit, maka tidak begitu maksimal hasilnya
pada tanaman. Maka dari itu, proses ini memerlukan material
tambahan dalam pembuatan pupuk tersebut. Dalam abu. 6
tandan kosong kelapa sawit mengandung kalium yang tinggi
(30-40% K2O) bersifat higrokopis dan alkalis sebagai bahan
pengapuran sehingga dapat meningkatkan pH tanah. Abu
tandan kosong kelapa sawit cenderung meningkatkan unsur
hara P, K, Ca, dan Mg Serta meningkatkan unsur hara N bagi
tanaman (Nursanti, 2013).
Pupuk cair sepertinya lebih mudah dimanfaatkan oleh
tanaman karena unsur-unsur di dalamnya sudah terurai dan
tidak dalam jumlah yang terlalu banyak sehingga manfaatnya
lebih cepat terasa. Bahan baku pupuk cair dapat berasal dari
pupuk padat dengan perlakuan perendaman. Setelah
beberapa minggu dan melalui beberapa perlakuan, air
rendaman sudah dapat digunakan sebagai pupuk cair,
sedangkan limbah padatnya dapat digunakan sebagai kompos

Kesimpulan

Kandungan N, P, K pada pupuk organik cair yang terbaik


ialah dengan waktu fermentasi 12 hari dengan volume EM4
dan massa abu tankos 50 ml : 25 gr, untuk nitrogen (N) 2,77%,
phosfor (P2O5) 3,36%, dan kalium (K2O) 2,39%. Semakin
lama waktu fermentasi yang digunakan maka semakin tinggi
kadar N, P, dan K yang dihasilkan karena pertumbuhan
mikroorganisme dalam pupuk organik cair terjadi secara
optimal. Semakin banyak volume bio aktivator EM4 dan
massa abu tankos kelapa sawit yang digunakan sangat
berpengaruh terhadap kadar unsur hara makro (N, P, K) yang
dihasilkan. pH yang dihasilkan pada pembuatan pupuk
organik cair dari limbah cair kelapa sawit dan penambahan
abu tankos kelapa sawit berkisar 6,65 - 7,63 dan sudah
memenuhi standar SNI untuk pupuk organik cair. Kecepatan
maksimum enzimatik yang tertinggi (Vmax) adalah 1,18
ml/jam dengan waktu fermentasi selama 12 hari. 7
Saran

Perlu ditingkat kan nya penelitian terhadap limbah yang di


hasilkan oleh kelapa sawit agar tidak menimbulkan kerusakan
tetapi sebaliknya dapat menjadi hal yang menguntungkan
bagi pertanian Indonesia.

Bab III
Referensi
Jalaluddin, Nasrul ZA, Rizki Syafrina. 2018 “Jurnal Teknologi Kimia Unimal.” Jurnal teknologi Kimia Unimal 2
(November): 85-100. http://0js.unimal.ac.id/index.php/jtk.
Keputusan Mentri Pertanian RI 261/KPTS/SR.310/M/42/2019, [KEPMENTAN]. (2019). Persyaratan Teknis Minimal
Pupuk Organik, Pupuk Hayati, dan Pembenah Tanah. Keputusan Menteri Pertanian Republik Indonesia No 261, pp.
1–18. Retrieved from http://psp.pertanian.go.id/index.php/page/publikasi/ 418.
Kurniawan, Eddy, Zainuddin Ginting, and Putri Nurjannah. 2017. “Pemanfaatan Urine Kambing Pada Pembuatan
Pupuk Organik Cair Terhadap Kualitas Unsur Hara Makro (Npk).” Seminar Nasional Sains dan Teknologi (23): 1–10.
jurnal.umj.ac.id/index.php/semnastek.

Anda mungkin juga menyukai