1 Universitas Sriwijaya
2
Universitas Sriwijaya
3
Universitas Sriwijaya
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
4 Universitas Sriwijaya
5
dibandingkan dengan pupuk cair anorganik, pupuk organik cair secara umumnya
tidak merusak tanah dan tanaman walaupun digunakan sesering mungkin.
Menurut Fitriani dkk. (2021), pupuk cair tampaknya lebih mudah diasimilasi oleh
tanaman karena kandungan bahan-bahannya yang terurai dan hadir dalam jumlah
yang lebih kecil, sehingga memungkinkan keuntungan lebih cepat diperoleh. Sisa
tanaman, limbah agroindustri, kotoran hewan, dan kotoran manusia merupakan
sumber bahan organik yang terurai sehingga menghasilkan pupuk organik cair
(POC) yang merupakan campuran multinutrien.(Kalla et al., 2019). Limbah cair
pabrik kelapa sawit termasuk jenis Pupuk Organik Cair (POC) dari limbah
agroindustri.
Nitrogen, kalium, dan kalsium merupakan salah satu unsur nutrisi
yang terdapat pada limbah cair pabrik kelapa sawit. Nutrisi ini sangat
penting untuk pemanjangan dan pembelahan sel, mendorong pembentukan
sel baru, dan penebalan dinding sel. Alasan sebenarnya pemberian pakan
limbah cair dari pabrik kelapa sawit mempengaruhi kuantitas dan luas daun
pada bibit kelapa sawit adalah untuk memastikan tersedianya unsur hara
seperti N, P, K, dan Mg yang dapat mendorong pertumbuhan daun (Wijaya
et al. , 2015).
kandungan organik, bakteri akan tumbuh secara subur pada pH Optimum antara
6.5 - 7.5. pH yang terlalu tinggi akan menghambat aktivitas mikroorganisme,
sedangkan pH yang terlalu rendah akan mengakibatkan pertumbuhan jamur, dan
terjadi persaingan dengan bakteri dalam metabolisme materi organic. Pengukuran
pH biasanya dilakukan dengan menggunakan pH meter. Sistem pengukuran dalam
pH meter menggunakan sistem pengukuran secara potensimetri. pH meter berisi
elektroda kerja dan elektroda referensi. Perbedaan potensial antara dua elektroda
tersebut sebagai fungsi dari pH dalam larutan yang diukur (Rifky et al., 2014).
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
Sungai Lilin mill yang berdiri pada Desember 1997 dengan kapasitas mill
100 MT FFB/hr dan kapasitas biomas 60 MT/hr (2) Tanjung Dalam mill
yang berdiri pada Maret 2005 dengan kapasitas mill 60 MT FFB/hr dan
masuk TOP 20 Cargill’s Best Plants (3) Mukut mill yang berdiri pada
November 2015 dengan kapasitas mill 60 MT FFB/hr dan kapasitas
biomass 45 MT/hr. Cargill Tropical Palm menyediakan lapangan kerja bagi
18.000 orang yang membantu perekonomian dan sosial, penyedia utilitas
publik, penyediaan listrik dan air bersih untuk rumah dan tempat kerja bagi
puluhan ribu pekerja.
Pada pabrik PT.Hindoli Tanjung Dalam menggunakan Limbah cair
dari pabrik kelapa sawit diolah di Instalasi Pengelolaan Air Limbah
(WPAL) dan digunakan sebagai pakan untuk aplikasi lahan. Produk akhir
dari sistem ini, yang hanya memerlukan beberapa kolam limbah untuk
pengolahannya, diterapkan pada area perkebunan kelapa sawit sebagai
pengganti pupuk di lokasi yang sistem distribusinya telah dirancang untuk
mengoptimalkan prinsip zero waste.
dengan kriteria kualitas air limbah yang ditetapkan oleh industri kelapa
sawit. Namun, PT.Hindoli Tanjung Dalam tidak membuang effluent ke
badan air melainkan meresirkulasi kembali ke kolam-kolam pengolahan dan
menjadi umpan untuk Land Application.
Kolam (Ponding system) secara umum membutuhkan lahan yang
cukup luas untuk proses pengolahannya, sehingga dapat menampung air
limbah kelapa sawit dengan jumlah besar. Sistem kolam pada instalasi
pengolahan air limbah (IPAL) PT.Hindoli Tanjung Dalam terdiri dari
Sludge Pit, Cooling Pond 1-2, Kolam Anaerobic 1-6, Kolam Aerasi 1-2, dan
Kolam Fakultatif 1-2 dengan total 13 kolam. Dari total kolam tersebut
hanya 11 kolam yang digunakan karena proses aerasi tidak digunakan dalam
pengolahan. Hal ini dikarenakan hasil efluen dari kolam fakultatif tanpa
melalui proses aerasi sudah dapat mencapai baku mutu air limbah cair
kelapa sawit sehingga disposal ke badan air tidak dibutuhkan lagi.
Dalam mendesain suatu unit pengolahan, harus diperhitungkan waktu
detensi atau Hydraulic Retention Time (HRT). HRT adalah waktu tinggal
yang dibutuhkan oleh POME untuk didegradasi atau diolah sehingga
menghasilkan penurunan karakteristik yang diinginkan. HRT dapat
bervariasi sesuai dengan kebutuhan hasil akhir yang diinginkan. HRT juga
berkaitan erat dengan volume dan dimensi kolam. Berikut adalah layout
instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) dan kapasitas untuk tiap-tiap
kolam pengolahan limbah di PT. Hindoli Tanjung Dalam Mill yang
disajikan pada Gambar 4.1. dan Tabel 4.1.
4.2.1. Sludge Pit
Sludge pit merupakan kolam proses pertama sekaligus kolam
pemisahan minyak dengan air limbah kelapa sawit yang terikut dari
serangkaian proses pengolahan kelapa sawit. Sludge pit berfungsi
membebaskan minyak dan meminimalkan padatan sebelum masuk
ke kolam pengolahan selanjutnya. Minyak yang telah dipisahkan
selanjutnya menuju recovery tank untuk dikumpulkan dan dijual.
Minyak tersbut berpotensi untuk dijadikan bahan baku pembuatan
sabun dan kosmetik. Volume air limbah yang masuk ke Sludge Pit
21
17
b. pH
pH optimum untuk kolam anaerobic berkisar pada range
6.8 – 7.5 dan tidak boleh rendah dari range tersebut. pH kritikal
untuk kolam anaerobic adalah 5.8.
mutu yang disayaratkan untuk penerapan aplikasi lahan, yaitu dengan hasil
BOD 3.750 mg/l dan pH 7,43.
Parameter BOD, COD, oil and grease dan TSS pada hasil akhir tetap
36
17
praktik yang dikenal sebagai pengondisian tanah yang dapat diterapkan pada
lahan yang luas. P yang dapat diakses meningkat secara signifikan dengan
pemberian pupuk cair. Penurunan Al-dd dan peningkatan pH berdampak
pada hal tersebut. Ketika asam organik yang berasal dari bahan organik
mengikat ion Al dan Fe selama proses dekomposisi, konsentrasi Al dan Fe
tanah turun dan sebagai konsekuensinya ketersediaan P meningkat
(Setiawan et al, 2020).
Kualitas limbah cair pabrik kelapa sawit yang digunakan hanyalah
salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan penerapan lahan; Faktor
lainnya meliputi teknis penerapan lapangan dan jenis lubang atau rorak yang
sesuai untuk setiap topografi lahan kelapa sawit. Berdasarkan perbandingan
hasil produksi terlihat perbedaan yang tidak terlalu signifikan. Yang secara
alami berdampak pada seberapa efektif penerapan lahan.
BAB 5
5.1. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang didapat dari hasil penelitian yang telah
dilakukan antara lain:
1. Rekomendasi hasil pengolahan limbah cair pabrik kelapa sawit yang
telah sesuai dengan baku mutu Kepmen LH No. 29 Tahun 2003 untuk
Land Application adalah pada kolam Anaerobic 3 dengan karakteristik
BOD 3.750 mg/l dan pH 7,43.
2. Tingkat efektifitas hasil pengolahan setiap kolam dalam memproses
bahan tercemar BOD, COD dan TSS sudah berjalan sangat baik dengan
persentase diantara 91 – 97% .
3. Hasil akhir pengolahan parameter BOD, oil and grease, COD dan TSS
hingga kolam anaerobic 6 belum memenuhi standar baku mutu Permen
LH No. 4 Tahun 2015 untuk pembuangan air limbah ke badan air, namun
syarat tersebut tidak berlaku karena kondisi aktual pada PT. Hindoli
Tanjung Dalam menerapkan konsep zero waste sehingga limbah cair
yang diolah akan recycle hanya untuk kebutuhan land application.
4. Hasil produksi rata-rata per tahun kelapa sawit di kawasan land
application lebih besar 355 kg/ha dibandingkan dari blok non land
application.
5.2. Saran
Adapun saran yang dapat diberikan dari hasil penelitian yang telah
dilakukan adalah sebaiknya menambah parameter baru dalam menentukan
limbah cair yang terbaik untuk Land Application, yaitu melakukan analisis
preventif terhadap kandungan amonia (NH3) dan logam berat. Analisis ini
perlu dilakukan karena kandungan tersebut juga terdapat dalam limbah cair
pabrik kelapa sawit yang jika kadarnya diluar ambang batas maka
berpotensi meracuni tanah dan tanaman maupun lingkungan.