Anda di halaman 1dari 5

MAKALAH

PENGELOLAAN LIMBAH AGRO INDUSTRI


TEKNOLOGI PENGELOLAAN LIMBAH INDUSTRI KELAPA SAWIT
DAN DAMPAK LINGKUNGAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT

Disusun Oleh:
Landung Juang Endriatomo
(2009046042)

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2023
Dalam kegiatan operasional di Pabrik Kelapa Sawit, disamping akan dihasilkan produk
utama (Main Product) berupa CPO dan PKO, juga akan dihasilkan produk sampingan
(By-Product), baik berupa limbah padat maupun limbah cair dan juga polutan ke udara
bebas. Berdasarkan jenis dan komposisi limbah di atas diketahui bahwa limbah cair
memiliki kontribusi yang besar, yaitu antara 55% sampai 67% dari total TBS yang
diolah. Limbah Pabrik Kelapa Sawit memiliki potensi nutrisi yang tinggi sebagai
sumber nutrisi bagi pertumbuhan tanaman. Pemilihan bentuk dan metode aplikasi
limbah harus dengan memperhatikan topografi, jenis tanah, jarak areal aplikasi dari
PKS, biaya serta faktor lingkungan.

Namun, ditengah maraknya Pabrik Kelapa Sawit timbul lah permasalahan baru yaitu
banyaknya limbah yang dihasilkan. Dimana limbah yang dihasilkan dapat
mencemarkan lingkungan apabila tidak diolah dengan baik. Salah satu terjadinya
pencemaran adalah banyaknya limbah yang dibuang tanpa diolah terlebih dahulu
ataupun sudah diolah, akan tetapi belum memenuhi persyaratan. Hal ini mungkin
karena adanya keenganan mengolah air limbah, disamping itu belum tersedianya sebuah
teknologi pengolah air limbah yang mudah dan efisien sehingga belum diterapkan oleh
industri-industri. Pabrik pengolahan kelapa sawit menghasilkan limbah cair dalam
jumlah yang besar, yaitu berkisar antara 600-700 liter/ton tandan buah segar (TBS)
atau sekitar 65% dari TBS. Saat ini diperkirakan jumlah limbah cair pabrik kelapa
sawit (LCPKS) di Indonesia mencapai 28,7 juta ton. jika limbah tidak dikelola
dengan baik akan menyebabkan pencemaran lingkungan. Bila dikelola akan memiliki
dampak positif yang cukup besar. Untuk itu sebuah PKS harus memiliki kemampuan
mengelola limbah agar tidak menimbulkan dampak negatif bagi penduduk, masyarakat
dan lingkungan pada umumnya. Jumlah LCPKS yang besar dan kandungan bahan
organiknya yang tinggi (80%) menjadikan peluang besar bagi industri ini dalam
pemanfaatan limbah untuk menghasilkan produk lain, salah satunya adalah pemanfaatan
LCPKS untuk menghasilkan biogas.

Besarnya angka produktivitas serta angka nilai ekspor dari komoditas kelapa sawit
tersebut juga diiringi dengan adanya kendala dari pasar dunia yang menuntut produk
hasil pengolahan perkebunan kelapa sawit agar mengacu kepada pengelolaan kelapa
sawit dengan standar berkelanjutan dan ramah lingkungan, mengingat banyaknya
limbah yang dihasilkan melalui proses pengolahan TBS menjadi CPO dan PKO. Salah
satu langkah pemerintah Indonesia dalam menghadapi kendala ini adalah dengan
menetapkan peraturan perundangan bagi seluruh pengusaha kelapa sawit untuk
menerapkan prinsip keberlanjutan di dalam kegiatan usaha kelapa sawit melalui
ditetapkannya kebijakan Indonesian Sustainability Palm Oil (ISPO). Salah satu prinsip
yang terkandung di dalam ISPO adalah pengelolaan lingkungan hidup, sumber daya
alam, dan keanekaragaman hayati melalui penerapan kriteria pemanfaatan limbah.
Pemanfaatan limbah sisa tandan kosong dan cangkang inti sawit, dapat dimanfaatkan
untuk dijadikan Land Application sebagai pada area kebun. Selain itu pemanfaatan
limbah tandan kosong dan cangkang inti sawit juga dapat dipergunakan sebagai, bahan
bakar boiler, sehingga, neraca emisi dapat ditekan dengan adanya pemanfaatan tersebut
karena emisi yang dihasilkan melalui proses pembakaran limbah tandan kosong dan
cangkang inti adalah hasil serapan karbon yang terjadi selama proses budidaya.
Pemanfaatan cangkang dan serat sebagai bahan bakar pada boiler juga mampu
menggantikan penggunaan bahan bakar fosil seperti bahan bakar minyak ataupun
batubara, sehingga dapat meminimalkan emisi CO 2. Pemanfaatan limbah padat serat
dan cangkang dalam adopsi Indonesian Sustainability Palm Oil (ISPO) merupakan
salah satu upaya pengelolaan limbah sehingga proses produksi Crude Palm Oil (CPO)
tidak mencemari lingkungan, serta mengganggu kesehatan masyarakat. Hal tersebut
merupakan salah satu persyaratan dalam kegiatan sertifikasi pabrik kelapa sawit secara
berkelanjutan dan ramah lingkungan.

Pemanfaatan limbah serat dan cangkang sebagai bahan bakar Boiler dalam pemrosesan
Crude Palm Oil (CPO) dapat menekan neraca emisi karena emisi yang dilepaskan pada
saat pembakaran cangkang dan serat di boiler merupakan hasil serapan karbon yang
terjadi selama masa budidaya. Pemanfaatan cangkang dan serat sebagai bahan bakar
pada boiler diharapkan mampu mensubstitusi penggunaan bahan bakar fosil seperti
batubara dan minyak bumi, sehingga emisi CO 2 dapat diminimalisasikan secara
optmimal.
Perubahan kondisi lingkungan yang dialami oleh masyarakat akibat perubahan lahan
menjadi kebun kelapa sawit adalah terjadinya pencemaran air, berkurangnya populasi
satwa, serta berkurangnya kuantitas air tanah atau kekeringan, dengan bertambahnya
luasan perkebunan kelapa sawit, maka semakin banyak penggunaan pupuk-pupuk serta
obat-obatan untuk memberikan kesuburan pada pohon kelapa sawit, hal ini
mengakibatkan air dari kegiatan pemupukan terbuang ke sungai maupun kolam yang
berdampak pada pencemaran air sungai. penggunaan pupuk dan pestisida dengan
jumlah yang banyak akan menyebabkan kerusakan lingkungan serta mengancam
keanekaragaman hayati. Dampak lingkungan dari kelapa sawit yaitu pengembangan
(ekspansi) kelapa sawit mengakibatkan eksternalitas seperti pencemaran air, erosi tanah,
dan pencemaran udara. Kondisi sungai ketika belum terjadi ekspansi terdapat banyak
ikan yang bisa dikonsumsi oleh masyarakat, namun kini ikan-ikan mulai berkurang
karena kondisi air sungai yang sudah tidak baik akibat buangan limbah dari pemupukan
pohon kelapa sawit dan pengolahan kelapa sawit.

Dampak berikutnya yang terjadi akibat ekspansi perkebunan kelapa sawit adalah
berkurangnya kuantitas air tanah sehingga ketika musim kemarau datang tak jarang
terjadi kekeringan. akibat ekspansi perkebunan kelapa sawit yang dilakukan melalui
konversi hutan alam, akan merusak habitat hutan, dan merubah lanskap hutan alam,
selain itu akan merusak kondisi daerah aliran sungai (DAS) yang berada di bawahnya.
Akibat dari berubahnya kondisi DAS adalah terjadinya tanah longsor, sedimentasi,
meningkatnya aliran permukaan, dan erosi tanah, kelapa sawit memiliki laju
evapotranspirasi (penguapan air) yang cukup tinggi.

Kesimpulan
Disamping beberapa sisi positif keberadaan Pabrik Kelapa Sawit (PKS), namun PKS
juga memiliki sisi atau dampak negatif baik terhadap lingkungan maupun yang lainnya.
Maka dari itu, diperlukan adanya teknologi atau pengelolaan limbah yang tepat agar
limbah yang akan dihasilkan dari industri kelapa sawit ini dapat diminamalisir
pengaruh buruknya terhadap lingkungan sekitar PKS. Dan juga kehadiran PKS ini
tentunya memiliki dampak yang cukup besar terhadap lingkungan sekitar baik untuk
manusia dan makhluk hidup lainnya seperti hewan dan tumbuhan oleh karenanya perlu
perhatian dari segala aspek seperti pemilik usaha, masyarakat sekitar, dan tentunya
pemerintah melalui kebijakan agar memerhatikan pengelolaan lingkungan hidup,
sumber daya alam, dan keanekaragaman hayati melalui penerapan kriteria pemanfaatan
limbah.
Referensi

Purba, Jan Horas V dan Sipayung, Tungkot., 2017, Perkebunan Kelapa Sawit Indonesia
Dalam Perspektif Pembangunan Berkelanjutan, Jurnal Masyarakat Indonesia, Vol. 43,
No.1, LIPI, Jakarta. http://jmi.ipsk.lipi.go.id/index.php/jmiipsk/article/view/717

Loekito, Henry., 2022, Teknologi Pengelolaan Limbah Industri Sawit, Jurnal Teknologi
Lingkungan, Vol.03, No.03, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi, Jakarta.
https://ejurnal.bppt.go.id/index.php/JTL/article/view/262

Utami, Rany., Putri, Eka Intan Kumala dan Ekayani, Meti., 2017, Dampak Ekonomi
dan Lingkungan Ekspansi Perkebunan Kelapa Sawit (Studi Kasus: Desa Penyabungan,
Kecamatan Merlung, Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Jambi), Jurnal Ilmu Pertanian
Indonesia, Vol.22, No.2, Intitut Pertanian Bogor, Bogor.
https://jurnal.ipb.ac.id/index.php/JIPI/article/view/15688

Hanum,Farida., dkk., 2015, Aplikasi Elektokoagulasi Dalam Pengolahan Limbah Cair


Pbrik Kelapa Sawit, Jurnal Teknik Kimia USU, Vol.04, No.04, Universitas Sumatra
Utara, Medan. https://talenta.usu.ac.id/jtk/article/view/1508/990

Anda mungkin juga menyukai