Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH REKAYASA LINGKUNGAN

PENERAPAN SISTEM CLEAN PRODUCTION DALAM INDUSTRI


KELAPA SAWIT

Disusun Oleh :
ANNA ALIF MUALIMAH

21030115120083

TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2016

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Banyaknya kasus pencemaran lingkungan yang diakibatkan oleh
limbah industri dewasa ini telah mendorong terjadinya pergeseran paradigma
di dalam penanganan limbah industri tersebut. Pergeseran paradigma yang
dimaksud adalah perubahan end of pipe treatment menjadi pollution
prevention principle. Hal ini berarti penanganan limbah dilakukan bukan
setelah limbah tersebut terbentuk, tetapi pengelolaannya diupayakan
sedemikian rupa mulai daribahan baku sampai akhir pemakaian produk agar
dihasilkan limbah seminimal mungkin. Meminimisasi limbah diikuti dengan
pemanfaatan limbah baik di dalam pabrik (on-site), maupun di luar pabrik
(off-site) tersebut (Panggabean, 2000).
Clean Production (produksi bersih) merupakan suatu stategi untuk
menghindari timbulnya pencemaran industri melalui pengurangan timbulan
limbah (waste generation) pada setiap tahap dari produksi untuk
meminimalkan atau mengeliminasi limbah sebelum segala jenis potensi
pencemaran terbentuk. Clean Production berfokus pada usaha pencegahan
terbentuknya limbah. Dimana limbah merupakan salah satu indikator
inefisiensi, karena itu usaha pencegahan tersebut harus dilakukan mulai dari
awal (waste avoidance), pengurangan terbentuknya limbah (waste reduction)
dan pemanfaatan limbah yang terbentuk melalui daur ulang (recycle).
Keberhasilan upaya ini akan menghasilkan penghematan yang luar biasa
karen penurunan biaya produksi yang signifikan sehinggga pendekatan ini
menjadi sumber pendapatan ( revenue generator).
Program produksi bersih sudah dicanangkan di Indonesia oleh
Bapedal dengan sasaran meningkatkan kesadaran Pemerintah, industri, dan
masyarakat serta manfaat yang didapat baik secara ekonomi maupun
kelestarian lingkungan. Berbagai industri dan pabrik dapat menerapkan
program Clean Production. Tidak terkecuali pada industri kelapa sawit yang
menghasilkan beberapa macam limbah, baik limbah cair, limbah padat,

maupun gas. Limbah-limbah yang dihasilkan mengakibatkan dampak positif


maupun dampak negatif.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana

produksi

pengolahan

kelapa

sawit

dengan

clean

production?
2. Bagaimana penerapan clean production dalam industri kelapa sawit?
3. Bagaimana langkah efektif pengolahan limbah industri kelapa sawit?

BAB II
PEMBAHASAN

1. Produksi Pengolahan Kelapa Sawit dengan Clean Production


Tandan buah segar (TBS) yang telah dipanen dikebun diangkut ke
lokasi pabrik minyak sawit dengan menggunakan truk. Sebelum
dimasukan kedalam Loading Ramp, tandan buah segar tersebut harus
ditimbang terlebih dahulu pada jembatan penimbangan (weighing brigae).
Secara garis besar diagram alir dari proses pengolahan kelapa sawit dan
neraca material balance pengolahan kelapa sawit disajikan pada gambar
dibawah ini:

Gambar 1.1 Diagram Alir Proses Pengolahan Kelapa Sawit

Gambar 1.2 Skema material balance Proses Pengolahan Kelapa Sawit


Kegiatan perkebunan dan pengolahan kelapa sawit merupakan
kegiatan yang sangat memungkinkan untuk menerapkan konsep zero
emissions, karena hampir

semua limbah yang dihasilkan dapat

dimanfaatkan kembali. Oleh karena itu, pemerintah dewasa ini sangat


memperhitungkan dan memprioritaskan penerapan produksi bersih pada
komoditi kelapa sawit. Karena dengan semakin tingginya kesadaran
masyarakat dunia tentang pelestarian lingkungan hidup serta adanya
persaingan pada pasar global, maka mutu produk tidak hanya dilihat dari
aspek fisik dan kimianya saja, tetapi juga aspek lingkungannya (Yuliati
Reni, 2013).
Clean

Production

diperlukan

sebagai

cara

untuk

mengharmonisasikan upaya perlindungan lingkungan hidup dengan


kegiatan pembangunan atau pertumbuhan ekonomi. Oleh karena itu upaya

untuk

menghasilkan

produksi

bersih

sama

dengan

penerapan

pembangunan berkelanjutan karena penerapan produksi bersih dapat:


a) Memberikan peluang keuntungan ekonomi, sebab di dalam
produksi bersih terdapat strategi pencegahan pencemaran pada
sumbernya (source reduction dan in-process recycling) yaitu
mencegah terbentuknya limbah secara dini yang dapat mengurangi
biaya investasi untuk pengolahan dan pembuangan limbah.
b) Mencegah terjadinya pencemaran dan perusakan lingkungan
melalui pengurangan limbah, daur ulang, pengolahan, dan
pembuangan yang aman.
c) Memelihara dan memperkuat pertumbuhan ekonomi dalam jangka
panjang melalui penerapan produksi dan penggunaan bahan baku
dan energi yang lebih efisien.
d) Mencegah atau memperlambat terjadinya degradasi lingkungan
dan memanfaatkan sumberdaya alam melalui penerapan daur
ulang limbah di dalam proses.
2. Penerapan Clean Production dalam Industri Kelapa Sawit
Potensi penerapan produksi bersih dapat dicapai dengan usaha
meminimumkan penggunaan bahan baku yang berbahaya dalam proses
termasuk sumber daya alam dan energi sehingga dapat meminimalkan
limbah dan dampak

negatif yang timbul

disamping

itu

dapat

memanfaatkan limbah yang dihasilkan menjadi produk lain (Waste to


product). Pada industri sawit penerapan clean production dapat dilakukan
mulai dari tingkat kebun hingga tingkat pabrik. Pada tingkat kebun
penerapan clean production melalui prinsip good housekeeping yaitu:
a) Mutu buah yang dihasilkan
b) Penanganan untuk mengumpulkan hasil panen
c) Pengangkutan tandan kelapa sawit dan brondolan ke pabrik

d) Truk yang datang berisi TBS dan brondolan harus


ditimbang untuk mengetahui besat TBS yang akan diolah.
Pada tingkat pabrik clean production difokuskan pada limbah
atau juga hasil sampingan dari CPO yang dapat dimanfaatkan
kembali, diantaranya adalah:
a) Kernel (biji sawit): biji ini juga dapat diolah lagi menjadi
produk minyak. Pengolahan Kernel sawit ini sudah banyak
dilakukan oleh berbagai industry. Bahkan di Malaysia,
penelitian untuk memanfaatkan kernel ini sudah banyak
dikembangkan.
b) Tandan kosong memiliki potensi yang cukup besar untuk
dapat

dimanfaatkan

lagi.

Beberapa

negara

(bahkan

Malaysia) sudah mulai memanfaatkan tandan kosong ini


sebagai salah satu bahan pulp untuk pembuatan kertas
selain itu juga sebagai media budidaya jamur sehingga
dapat meningkatkan pendapatan dan mengurangi limbah
padat yangdihasilkan.
3. Langkah Efektif dalam Pengolahan Limbah Kelapa Sawit
Pengolahan limbah akan bermanfaat bukan hanya untuk mencegah
pencemaran terhadap lingkungan tetapi dapat juga untuk meningkatkan
pendapatan usaha perkebunan kelapa sawit. Hal ini sekaligus untuk
mewujudkan industri PMKS dengan zero waste. Beberapa contoh
pemanfaatan limbah PMKS yaitu:
a) Pemanfaatan limbah sabut kelapa sawit sebagai bahan untuk
mengolah limbah cair
Pemakaian sabut kelapa sawit dapat digunakan sebagai
mediator pertumbuhan mikrobiologi, dimana mikrobiologi yang
sangat berperan aktif dalam penurunan kadar BOD, COD dan TSS
pada limbah kelapa sawit adalah bakteri hidrolik. Waktu kontak

yang paling optimal digunakan adalah pada waktu kontak 6 haru


agar mendapatkan presentase penurunan BOD, COD dan TSS yang
maksimal. Semakin berat/tebal sabut kelapa sawit yang digunakan
maka semakin tiunggi prosentasi penurunan kandungan BOD,
COD dan TSS pada limbah cair pabrik kelapa sawit. Pencapaian
penurunan kandungan konsentrasi BOD, COD dan TSS yang
maksimal didapatkan pada proses perlakuan yang diawali dengan
pencucian sabut kelapa sawit terlebih dahulu, karena pada proses
ini kandungan lemak yang ada dalam sabut kelapa sawit sudah
berkurang.
b) Pengolahan limbah gas (fly ash)
Limbah udara

berasal dari pembakaran solar

dari

generating set dan pembakaran janjang kosong dan cangkang di


incinerator. Gas buangan ini dibuang ke udara terbuka. Umumnya
limbah debu dan abu pembakaran janjang kosong dan cangkang
sebelum dibuang bebas ke udara dikendalikan dengan pemasangan
dust collector untuk menangkap debu ikutan dalam sisa gas
pembakaran, kemudian dialirkan melalui cerobong asap. Debu dari
dust collector secara reguler ditanggung dan dibuang ke lapangan
untuk daerah rendahan sekitar kebun. Selain itu limbah fly ash
dapat dimanfaatkan juga sebagai filler substitusi untuk material
karet alam termoset yang nantinya digunakan sebagai bahan
pembuatan ban (Bahruddin, 2012).
c) Pemanfaatan limbah Cair Sebagai Bahan Pembuatan Biogas
Limbah cair PMKS dapat dimanfaat sebagai bahan baku
untuk membuat bahan baku untuk membuat gas bahan bakar.
Secara alami limbah cair yang ditampung pada bak penampungan
limbah cair PMKS menghasilkan biogas metan (CH4) akibat
proses fermentasi bakteri penghasil metan. Gas metan yang
terbentuk masuk ke lingkungan sebagai gas efek rumah kaca
(ERK). Agar gas yang dihasilkan tidak mencemari lingkungan
maka limbah cair PMKS dialirkan ke dalam suatu bioreaktor

tempat terjadinya fermentasi. Gas metan yang dihasilkan dialirkan


kerumah penduduk sesuai dengan pemanfaatannya. Potensi biogas
yang dihasilkan dari 600-700 kg limbah cair PMKS dapat
diproduksi sekitar 20 m3 gas metan. Karena limbah cair PMKS di
Indonesia mencapai 28,7 juta ton/tahun dan limbah padat 15,2 juta
ton/ tahun. Dari limbah tersebut dapat menghasilkan biogas 90 juta
m3, yang setara dengan 187,5 milyar ton gas elpiji. Jumlah biogas
ini dapat memenuhi kebutuhan gas satu milyar KK (kepala
keluarga) selama setahun.
d) Pemanfaatan Limbah padat sebagai bahan bakar PLTU dan boiler
pada pabrik
Limbah padat kelapa sawit (serabut fiber) kelapa sawit dan
cangkang kelapa sawit yang dimanfaatkan sebagai bahan bakar
boiler pada pabrik pengolahan kelapa sawit dapat manfaatkan juga
sebagai bahan bahar pusat listrik tenaga uap (PLTU). Dari
pengujian yang dilakukan terbukti bahwa nilai kalor yang
dihasilkan dari bahan uji/sampel setelah karbonisasi lebih besar
dari pada sebelum karbonisasi, peningkatannya mencapai 14%
pada batubara, 65% pada (serabut fiber) kelapa sawit dan 34%
pada cangkang kelapa sawit. Analisa pengujian bahan/sampel yang
diaplikasikan pada pusat listrik tenaga uap (PLTU) dengan asumsi
daya yang dihasilkan 10 MWh menujukkan bahwa yang memiliki
efektifitas tinggi yang pertama adalah solar (791,256 kg atau setara
dengan 648,82 liter), yang kedua adalah cangkang kelapa sawit
(1,2 ton), yang ketiga adalah batubara (1,3 ton) dan yang keempat
adalah serabut (fiber) kelapa sawit (1,4 ton). Cangkang dan serabut
(fiber) kelapa sawit sangat efektif untuk bahan bakar alternatif pada
PLTU, karena biaya yang murah, dampak lingkungan yang cukup
kecil jika dibandingkan dengan batubara, dalam ketersediaannya
kelapa sawit cukup memenuhi karena jumlah perkebunan kelapa
sawit di Indonesia pada tahun 2012 yang lebih dari 8 juta ha
(Syarifuddin, dkk, 2012)

e) Pemanfaatan Limbah Sebagai bahan pembuatan kompos


Pengomposan

merupakan

salah

satu

cara

untuk

meningkatkan nilai hara dan menurunkan volume TKS (tandan


kosong segar). Dengan demikian biaya transportasi perunit hara
yang tinggi pada aplikasi TKS secara langsung dapat dikurangi.
Disamping itu pemanfaatan TKS sebagai bahan baku kompos
dapat mengurangi permasalahan akibat menumpuknya TKS
dipabrik, memberi tambahan keuntungan pada PMKS dari
penjualan kompos dan penggunaan pupuk organ.
f) Pemanfaatan limbah kelapa sawit sebagai komposit untuk meubel
Limbah padat kelapa sawit seperti tandan kosong dan
serabut kelapa sawit dapat dimanfaatkan seratnya untuk pembuatan
komposit. Berdasarkan hasil penelitian yang terbaik adalah
menggunakan media air panas. Dalam pembuatan komposit yang
menggunakan matriksnya polypropilene dan penguatnya adalah
serat, yang terbaik adalah serat yang berasal dari serabut kelapa
sawit. Kandungan serat pada formulasi sebesar 3%. Pemanfaatan
limbah kelapa sawit untuk pembuatan komposit, dapat memenuhi
spesifikasi untuk bahan pembuatan meubel, berdasarkan kuat
impack dan kekerasan serta daya tekan. Peranan komposit untuk
pembuatan meubel adalah sebagai pengganti kayu. Peningkatan
kuat impack komposit dapat ditambahkan plastisizer jenis gliserol.
Penambahan gliserol yang terbaik adalah untuk kandungan serat
12%, dengan penambahan 0,5 %, sedangkan kandungan serabut
3% adalah 1.0% (Agustina, dkk, 2012)

BAB III
KESIMPULAN

Clean Production (produksi bersih) merupakan suatu stategi untuk


menghindari timbulnya pencemaran industri melalui pengurangan timbulan
limbah (waste generation) pada setiap tahap dari produksi untuk
meminimalkan atau mengeliminasi limbah sebelum segala jenis potensi
pencemaran

terbentuk.

Keberhasilan

upaya

ini

akan

menghasilkan

penghematan yang luar biasa karen penurunan biaya produksi yang signifikan
sehinggga pendekatan ini menjadi sumber pendapatan (revenue generator).
Kegiatan perkebunan dan pengolahan kelapa sawit merupakan kegiatan yang
sangat memungkinkan untuk menerapkan konsep zero emissions (produksi
bersih), karena hampir semua limbah yang dihasilkan dapat dimanfaatkan
kembali.

Oleh

karena

itu,

disetiap

pabrik

kelapa

sawit

sangat

memperhitungkan dan memprioritaskan penerapan produksi bersih pada


komoditi kelapa sawit. Pada industri sawit penerapan clean production dapat
dilakukan mulai dari tingkat kebun hingga tingkat pabrik. Pada tingkat kebun
penerapan clean production melalui prinsip good housekeeping sedangkan
pada tingkat pabrik clean production difokuskan pada limbah atau juga hasil
sampingan dari CPO yang dapat dimanfaatkan kembali. Berdasarkan
karakteristik, limbah pabrik minyak kelapa sawit mengandung bahan organik
dan mineral. Limbah tersebut dapat dimanfaatkan dengan melakukan
pengolahan lebih lanjut sehingga mempunyai nilai ekonomis yang tinggi.

DAFTAR PUSTAKA
Agustina, Siti. 2012 dkk. -. Pemanfaatan Limbah Kelapa Sawit Sebagai Komposit
Untuk Meubel. Balai Besar Kimia dan Kemasan.
Bahruddin, dkk. 2012. Pemanfaatan Limbah Fly Ash Pabrik Kelapa sawit Sebagai
Filler Substitusi Untuk Material Karet Alam Termoset: Pengaruh Nisbah Fly
Ash/ Carbon Black dan Kadar Coupling Agent Meleated Natural Rubber.
Lembaga Penelitian Universitas Riau dan Lembaga Penelitian Ilmu
Pengetahuan Indonesia.
Manurung, Hotman. 2011. Pabrik Minyak Kelapa Sawit (PMKS) Berwawasan
Lingkungan melalui Pemanfaatan Limbah. Prosiding Seminar Nasional
Kimia 2011. Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan. Fakultas Pertanian
Universitas HKBP Nommensen, Medan.

Panggabean, Sahat M. 2000. Minimisasi Limbah pada Pusat Pengembangan


Pengelolaan Limbah Radioaktif. Buletin Limbah. Vol 3 No.1.
Syafriuddin, dkk. 2012. Perbandingan penggunaan energi alternatif bahan bakar
serabut (fiber) dan cangkang kelapa sawit terhadapa bahan bakar batubara
dan solar pada pembangkit listrik. Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Industri,
Institut Sains dan Teknologi. AKPRIND yogyakarta.

Yuliati Reni, 2013. Penerapan Produksi Bersih Pada Pabrik Minyak Kelapa
Sawit dengan Pengolahan Limbag Secara Terpadu. Teknik Lingkungan,
Fakultas Teknik, Universitas Mulawarman Samarinda

Anda mungkin juga menyukai