Anda di halaman 1dari 14

DAMPAK LIMBAH KELAPA SAWIT

Peningkatan produksi dan konsumsi dunia terhadap minyak sawit secara


langsung dapat meningkatkan dampak negatif terhadap lingkungan. Pada proses produksi
minyak sawit limbah berwujud padat, cair, dan gas dihasilkan dari berbagai stasiun kerja
dari pabrik. Setiap ton tandan buah segar (TBS) yang diolah men jadi efluen sebanyak 600
liter. Limbah tersebut berdampak negatif terhadap lingkungan jika tidak dikelola dengan
baik. Dewasa ini mulai diperkenalkan pengelolaan lingkungan yang bersifat pencegahan
terhadap sumber-sumber dihasilkan limbah, seperti eco-efficient, pollution prevention,
waste minimization, waste minimization atau source reduction. United Nation Environment
Programme (UNEP) menggunakan istilah cleaner production atau produksi bersih sebagai
upaya preventif dan intregrasi yang dilaksanakan secara berkesinambunan terhadap proses
dan jasa untuk meningkatkan efisiensi dan mengurangi resiko terhadap manusia dan
lingkungan.
CARA PENGOLAHAN LIMBAH KELAPA SAWIT
Produk utama adalah minyak sawit, CPO dan CPKO, yang selanjutnya
menjadi bahan baku industri hilir pangan maupun non pangan. Di samping produk utama
CPO dan CPKO serta produk-produk turunannya secara lebih rinci dalam pohon industri
kelapa sawit, dapat dilihat potensi produk-produk sampingan seperti tandan kosong,
pelepah dan batang, serta limbah padat dan limbah cair. Industri minyak kelapa sawit
merupakan salah satu industri strategis, berkembang di Negara Negara tropis seperti
Indonesia, Malaysia dan Thailand. Perkembangan industri minyak kelapa sawit saat ini
sangat pesat, dimana terjadi peningkatan jumlah produksi kelapa sawit seiring
meningkatnya kebutuhan masyarakat. Dengan besarnya produksi yang mampu dihasilkan
berdampak positif bagi perekenomian Indonesia. Di masa akan datang, industri minyak
kelapa sawit ini dapat diharapkan menjadi motor pertumbuhan ekonomi nasional.
Namun seperti dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan, dampak
positif dari perkembangan Seperti sektor agroindustri umumnya dan perkebunan kelapa
sawit khususnya, juga diikuti oleh dampak negative terhadap lingkungan akibat
dihasilkannya limbah cair, padat dan gas dari kegiatan kebun dan Pabrik Kelapa Sawit
(PKS). Untuk itu tindakan pencegahan dan penanggulangan dampak negatif dari kegiatan
PerkebunanKelapa Sawit dan PKS harus dilakukan dan sekaligus meningkatkan dampak
positifnya.
Jenis dan Potensi Limbah Kelapa Sawit
Jenis limbah kelapa sawit pada generasi pertama adalah limbah padat yang terdiri
dari Tandan Kosong, pelepah, cangkang dan lain-lain. Sedangkan limbah cair yang terjadi
pada in housekeeping. Limbah padat dan limbah cair pada generasi berikutnya dapat dilihat
pada Gambar 2. Pada Gambar tersebut terlihat bahwa limbah yang terjadi pada generasi
pertama dapat dimanfaatkan dan terjadi limbah berikutnya. Terlihat potensi limbah yang
dapat dimanfaatkan sehingga mempunyai nilai ekonomi yang tidak sedikit. Salah satunya
adalah potensi limbah dapat dimanfaatkan sebagai sumber unsur hara yang mampu
menggantikan pupuk sintetis (Urea, TSP dan lain-lain).
Limbah padat Tandan Kosong (TKS) merupakan limbah padat yang
jumlahnya cukup besar yaitu sekitar 6 juta ton yang tercatat pada tahun 2004, namun
pemanfaatannya masih terbatas. Limbah tersebut selama ini dibakar dan sebagian
ditebarkan di lapangan sebagai mulsa. Persentase Tankos terhadap TBS sekitar 20% dan
setiap ton Tankos mengandung unsure hara N, P, K, dan Mg berturut-turut setara dengan 3
Kg Urea; 0,6 Kg CIRP; 12 Kg MOP; dan 2 Kg Kieserit. Dengan demikian dari satu unit
PKS kapasitas olah 30 ton TBS/jam atau 600 ton TBS/hari akan menghasilkan pupuk N, P,
K, dan Mg berturut-turut setara dengan 360 Kg Urea, 72 Kg CIRP; 1.440 Kg MOP; dan
240 Kg Kiserit (Lubis dan Tobing, 1989). Sedangkan limbah padat seperti cangkang dan
serat sebesar 1,73 juta ton dan 3,74 juta ton.
3. Pengelolaan Limbah Cair
a. Karakteristik Limbah Cair Industri Kelapa Sawit
Pada proses pengolahan kelapa sawit menjadi CPO, selain menghasilkan
minyak sawit tetapi juga menghasilkan limbah cair, dimana air limbah tersebut berasal
dari :
Hasil kondensasi uap air pada unit pelumatan ( digester) dan unit pengempaan
(pressure). Injeksi uap air pada unit pelumatan bertujuan mempermudah pengupasan
daging buah, sedangkan injeksi uap bertujuan mempermudah pemerasan minyak. Hasil
kondensasi uap air pada kedua unit tersebut dikeluarkan dari unit pengempaan
Kondensat dari depericarper, yaitu untuk memisahkan sisa minyak yang terikut
bersama batok/cangkang
Hasil kondensasi uap air pada unit penampung biji/inti. Injeksi uap kedalam unit
penampung biji bertujuan memisahkan sisa minyak dan mempermudah pemecahan batok
maupun inti pada unit pemecah biji
Kondensasi uap air yang berada pada unit penampung atau penyimpan inti
Penambahan air pada hydrocyclone yang bertujuan mempermudah pemisahan serat
dari cangkang.
Penambahan air panas dari saringan getar, yaitu untuk memisahkan sisaminyak dari
ampas.
Limbah cair kelapa sawit mengandung konsentrasi bahan organik yang
relatif tinggi dan secara alamiah dapat mengalami penguraian oleh mikroorganisme
menjadi senyawa-senyawa yang lebih sederhana. Limbah cair kelapa sawit umumnya
berwarna kecoklatan, mengandung padatan terlarut dan tersuspensi berupa koloid dan
residu minyak dengan kandungan BOD tinggi. Berdasarkan hasil analisa pada tabel 1
menunjukkan bahwa limbah cair industri kelapa sawit bila dibuang kepengairan sangat
berpotensi untuk mencemari lingkungan, sehingga harus diolah terlebih dahulu sebelum di
buang keperairan. Pada umumnya industri kelapa sawit yang berskala besar telah
mempunyai pengolahan limbah cair.
b. Proses Pengolahan Limbah Cair Industri Kelapa Sawit
Teknik pengolahan limbah cair industri kelapa sawit pada umumnya
menggunakan metode pengolahan limbah kombinasi. yaitu dengan sistem proses anaerobik
dan aerobik. Limbah cair yang dihasilkan oleh pabrik kemudian dialirkan ke bak
penampungan untuk dipisahkan antara minyak yang terikut dan limbah cair. Setelah itu
maka limbah cair dialirkan ke bak anaerobik untuk dilakukan proses anaerobik. Pengolahan
limbah secara anaerobik merupakan proses degradasi senyawa organik seperti karbohidrat,
protein dan lemak yang terdapat dalam limbah cair oleh bakteri anaerobik tanpa kehadiran
Oksigen menjadi biogas yang terdiri dari CH4 (50-70%), serta N2, H2, H2S dalam jumlah
kecil. Waktu tinggal limbah cair pada bioreactor anaerobik adalah selama 30
hari.Berdasarkan hasil analisa diatas menunjukkan bahwa proses anaerobik dapat
menurunkan kadar BOD dan COD limbah cair sebanyak 70 %. Setelah pengolahan limbah
cair secara anaerobik dilakukan pengolahan limbah cair dengan proses aerobic selama 15
hari. Pada proses pengolahan secara aerobik menunjukkan penurunaan kadar BOD dan
Kadar COD adalah sebesar 15 %, yaituBerdasarkan hasil analisa diatas menunjukkan
bahwa air hasil olahan telah dapat dibuang ke perairan , tetapi tidak dapat digunakan
sebagai air proses dikarenakan air hasil olahan tersebut masih mempunyai warna
kecoklatan.
c. Kombinasi Proses pengolahan anaerobik-aerobik- membran reverse osmosis
Pada pengolahan limbah cair kelapa sawit, pengolahan akhir adalah proses
secara aerobik dan setelah air hasil olahan dapat dibuang ke perairan. Hal ini bertujuan
untuk memanfaatkan air hasil olahan tersebut untuk recycle dan air minum, sehingga perlu
dilakukan pengolahan lagi. Air hasil olahan dari proses aerobik dialirkan ke membran
reverse osmosis dengan tekanan 8 kg/cm2 dan laju alir 100 ml/menit. Air hasil olahan dari
membran reverse osmosis kemudian dianalisa.Berdasarkan dari hasil analisa diatas
menunjukkan bahwa air hasil olahan dari pengolahan kombinasi diatas effluentnya dapat
digunakan sebagai air minum dan dapat digunakan untuk recycle air proses.
d. Pemanfaatan limbah cair CPO parit untuk pembuatan biodiesel
CPO parit merupakan limbah cair hasil proses pengolahan kelapa sawit yang
dapat mencemari air dan tanah. Namun, dengan adanya proses pengolahan CPO parit
menjadi biodiesel maka CPO parit tersebut menjadi lebih bermanfaat. CPO parit memiliki
kandungan CPO yang relatif sedikit yaitu sekitar 2% dari jumlah CPO keseluruhan yang
dihasilkan. Adapun alur proses pengutipan CPO parit adalah sbb :
Hasil bawah dari alat centrifuge yang berupa campuran air, kotoran, dan minyak
pada pengolahan CPO, mengalir ke parit-parit pembuangan
Aliran ini berkumpul di suatu tempat yang disebut pad feed I yang dilengkapi
dengan mesin pengutip minyak
Minyak yang terkumpul oleh mesin dialirkan pada tangki penampungan minyak
untuk diproses kembali
Sisa minyak yang tidak terkumpul pada mesin pengutp minyak, dialirkan menuju
kolam pad feed II yang mengandung artikel kotoran yang sangat banyak
Kemudian aliran slurry (air, lumpur yang terbawa, minyak) ini dikumpulkan pada
kolam penampungan minyak terakhir yang dilengkapi dengan mesin rotor yang berputar
untuk memerangkap minyak lalu dialirkan ke tangki pengumpul minyak. Minyak inilah
yang kemudian disebut dengan CPO parit.Komposisi yang terdapat dalam minyak CPO
parit terdiri dari trigliserida trigliserida (mempunyai kandungan terbanyak dalam minyak
nabati), asam lemak bebas /FFA, monogliserida, dan digliserida, serta beberapa komponen
komponen lain seperti phosphoglycerides, vitamin, mineral, atau sulfur.Salah satu
alternatif pengolahan CPO parit adalah dengan mengolahnya menjadi biodiesel. Pembuatan
biodiesel dengan bahan baku CPO parit sebagai sumber energi terbarukan adalah suatu
pemanfaatan yang relatif baru. Hal ini dapat menjadi solusi akan krisis energi saat ini,
mengingat penggunaan CPO menjadi biodiesel sebagai alternatif energi terbaharukan
cukup mengganggu pasokan untuk keperluan industri lain yang berbasiskan CPO misalnya
industri minyak goreng, margarin, surfaktan, industri kertas, industri polimer dan industri
kosmetik.
Pengelolaan limbah padat
a. Tandan Kosong Sawit (TKS) sebagai Kompos dan Pupuk Organik
Sebelum melakukan pengkomposan Tankos (Tandan Kosong), bahan baku
ini dirajang terlebih dahulu dengan ukuran antara 3-5 cm dengan memakai mesin rajang
agar dekomposisi dapat dipercepat. Penguraian bahan organik tergantung kepada
kelembaban lingkungan. Kelernbaban optimum antara 50-60%, dan jika kadar air bahan
>85%, perlu ditambahkan aktifator untuk mengurangi kadar air, agar masa fermentasi lebih
cepat. Selanjutnya dilakukan pengaturan pH antara 6,8-7,5.Kompos merupakan limbah
padat yang mengandung bahan organik yang telah mengalami pelapukan, dan jika
pelapukannya berlangsung dengan baik disebut sebagai pupuk organik. Inokulum yang
digunakan dapat berasal dari bakteri yang diisolasi atau kotoran ternak sebanyak 15-20%,
dan dicampurkan dengan pupuk urea sebagai sumber nitrogen, lalu diaduk secara merata
dengan Tankos. Limbah padat ini kemudian dimasukkan ke dalam fermentor yang disebut
tromol dengan kapasitas 3 m3. Waktu fermentasi berlangsung cukup lama yaitu antara 14-
21 hari dengan menggunakan bakteri mesofil dan termofil. Tromol diputar selama 5-7 jam
perhari dengan kecepatan 2-3 rpm, dan suhu fermentasi antara 45-60oC. Pemutaran tromol
bertujuan untuk mempercepat homogenasi dan penguraian bahan organik majemuk menjadi
bahan organik sederhana. Setelah fermentasi, dan limbah mengalami biodegradasi menjadi
kompos, lalu dikeluar-kan dari dalam tromol, dan selanjutnya ditimbun dengan ketinggian
1 meter, atau volume 1 m3. Tinggi rendahnya timbunan ini berpengaruh terhadap suhu
fermentasi selama penimbunan. Fermentasi di tempat terbuka ini masih berlangsung antara
5-7 hari pada suhu antara 60-70C. Selanjutnya timbunan kompos ditebarkan pada
hamparan yang cukup luas untuk menurunkan suhunya, dan diayak dengan ukuran tertentu
dan dikering anginkan.
1 LIMBAH PADAT
Limbah padat adalah hasil buangan industri yang berupa padatan, lumpur atau bubur
yang berasal dari proses pengolahan.
Secara garis besar limbah padat terdiri dari:
1. Limbah padat yang mudah terbakar
2. Limbah padat yang sukar terbakar
3. Limbah padat yang mudah membusuk
4. Limbah padat yang dapat didaur ulang
5. Limbah radioaktif
6. Bongkaran bangunan
7. Lumpur
a. Dampak limbah padat:
1. Timbulnya gas beracun, seperti asam sulfat(H2S), amonia(NH3), methan(CH4), CO2, dll.
Gas ini akan timbul jika limbah padat ditimbun dan membusuk karena adanya
microorganisme.
2. Dapat menimbulkan penurunan kualitas udara pada sampah yang ditumpuk.
3. Penurunan kualitas air karena limbah padat biasanya langsung dibuang pada perairan atau
bersama-sana air limbah.
4. Kerusakan permukaan tanah.
b. Perlakuan limbah padat yang tidak punya nilai ekonomis biasanya diperlakukan sebagai
berikut:
1. Ditumpuk pada areal tertentu
2. Pembakaran
3. Pembuangan
Karakteristik Limbah Padat
Limbah padat, limbah padat adalah limbah yang berwujud padat. Limbah padat bersifat
kering, tidak dapat berpindah kecuali ada yang memindahkannya. Limbah padat ini
misalnya, sisa makanan, sayuran, potongan kayu, sobekan kertas, sampah, plastik, dan
logam
2.2.2 LIMBAH CAIR
Limbah cair, limbah cair adalah limbah yang berwujud cair. Limbah cair terlarut dalam
air, selalu berpindah, dan tidak pernah diam. Contoh limbah cair adalah air bekas mencuci
pakaian, air bekas pencelupan warna pakaian, dan sebagainya.
2.2.3 LIMBAH EMISI/PARTIKULAN
Limbah Emisi atau Partikulan bisa juga bagian Limbah gas, limbah gas adalah limbah
zat (zat buangan) yang berwujud gas. Limbah gas dapat dilihat dalam bentuk asap. Limbah
gas selalu bergerak sehingga penyebarannya sangat luas. Contoh limbah gas adalah gas
pembuangan kendaraan bermotor. Pembuatan bahan bakar minyakjuga menghasilkan gas
buangan yang berbahaya bagi lingkungan.
Limbah Emisi adalah pencemaran yang diakibatkan oleh limbah atau sampah yang
dibuang tidak pada tempatnya. Biasanya kita mengasosiasikan polusi ini dengan polusi
udara padahal yang namanya polusi itu segala sesuatu pencemaran mulai dari air, udara,
sampai polusi tanah. Hal itu sangat berbahaya bagi lingkungan dan merugikan kehidupan
manusia.
2.2.4 Limbah Padat B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun)
Suatu usaha dan/atau kegiatan akan menghasilkan limbah. Pada umumnya limbah
ini harus diolah terlebih dahulu sebelum dibuang ke media lingkungan hidup sehingga tidak
menimbulkan pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup. Dalam hal tertentu,
limbah yang dihasilkan oleh suatu usaha dan/atau kegiatan itu dapat dimanfaatkan sebagai
bahan baku suatu produk. Namun dari proses pemanfaatan tersebut akan menghasilkan
limbah, sebagai residu yang tidak dapat dimanfaatkan kembali, yang akan dibuang ke
media lingkungan hidup.
Secara umum yang disebut limbah adalah bahan sisa yang dihasilkan dari suatu
kegiatan dan proses produksi, baik pada skala rumah tangga, industri, pertambangan, dan
sebagainya. Bentuk limbah tersebut dapat berupa gas dan debu, cair atau padat. Di antara
berbagai jenis limbah ini ada yang bersifat beracun atau berbahaya dan dikenal sebagai
limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (Limbah B3).
Suatu limbah digolongkan sebagai limbah B3 bila mengandung bahan berbahaya
atau beracun yang sifat dan konsentrasinya, baik langsung maupun tidak langsung, dapat
merusak atau mencemarkan lingkungan hidup atau membahayakan kesehatan
manusia.Yang termasuk limbah B3 antara lain adalah bahan baku yang berbahaya dan
beracun yang tidak digunakan lagi karena rusak, sisa kemasan, tumpahan, sisa proses, dan
oli bekas kapal yang memerlukan penanganan dan pengolahan khusus. Bahan-bahan ini
termasuk limbah B3 bila memiliki salah satu atau lebih karakteristik berikut: mudah
meledak, mudah terbakar, bersifat reaktif, beracun, menyebabkan infeksi, bersifat korosif
Sumber utama limbah B3 pada industri tekstil adalah penggunaan zat warna.
Beberapa zat warna dikenal mengandung Cr, seperti senyawa Na2Cr2O7 atau senyawa
Na2Cr3o7. Industri batik menggunakan senyawa Naftol yang sangat berbahaya. Senyawa
lain dalam kategori B3 adalah H2O2 yang sangat reaktif dan HClO yang bersifat toksik.
Beberapa tahap proses pada indusrti kulit yang mneghasilkan limbah B3 antara
lain washing, soaking, dehairing, lisneasplatting, bathing, pickling, dan degreasing. Tahap
selanjutnya meliputi tanning, shaving, dan polishing. Proses tersebut menggunakan
pewarna yang mengandung Cr dan H2SO4. Hal inilah yang menjadi pertimbangan untuk
memasukkan industrikulit dalam kategori penghasil limbah B3.n lain-lain, yang bila diuji
dengan toksikologi dapat diketahui termasuk limbah B3.
Karakteristik Limbah Cair Industri Kelapa Sawit
Pada proses pengolahan kelapa sawit menjadi CPO, selain menghasilkan minyak
sawit tetapi juga menghasilkan limbah cair, dimana air limbah tersebut berasal dari hasil
kondensasi uap air pada unit pelumatan ( digester) dan unit pengempaan (pressure). Injeksi
uap air pada unit pelumatan bertujuan mempermudah pengupasan daging buah,
sedangkan injeksi uap bertujuan mempermudah pemerasan minyak. Hasil kondensasi uap
air pada kedua unit tersebut dikeluarkan dari unit pengempaan. Kondensat dari
depericarper, yaitu untuk memisahkan sisa minyak yang terikut bersama batok/cangkang.
Hasil kondensasi uap air pada unit penampung biji/inti. Injeksi uap kedalam unit
penampung biji bertujuan memisahkan sisa minyak dan mempermudah pemecahan batok
maupun inti pada unit pemecah biji. Kondensasi uap air yang berada pada unit penampung
atau penyimpan inti Penambahan air pada hydrocyclone yang bertujuan mempermudah
pemisahan serat dari cangkang. Penambahan air panas dari saringan getar, yaitu untuk
memisahkan sisaminyak dari ampas. Limbah cair kelapa sawit mengandung konsentrasi
bahan organik yang relatif tinggi dan secara alamiah dapat mengalami penguraian oleh
mikroorganisme menjadi senyawa-senyawa yang lebih sederhana. Limbah cair kelapa sawit
umumnya berwarna kecoklatan, mengandung padatan terlarut dan tersuspensi berupa
koloid dan residu minyak dengan kandungan BOD tinggi. Bahwa limbah cair industri
kelapa sawit bila dibuang kepengairan sangat berpotensi untuk mencemari lingkungan
karena memiliki konsentrasi Chemical Oxygen Demand (COD) yang tinggi mencapai
50.000 mg/l, kandungan lemaknya mencapai 4000 mg/l dan total solid (TS) 40.500 mg/l
(Ngan, 2000) sehingga harus diolah terlebih dahulu sebelum di buang keperairan.

4.1.2 Pengolahan Limbah Cair Industri Kelapa Sawit


Tabel Hasil Analisa Limbah Cair Industri Kelapa Sawit

Limbah cair industri kelapa sawit didominasi oleh bahan organik, baik yang terlarut
dan tidak terlarut ataupun yang berupa minyak. Dengan demikian, maka limbah cair ini
lebih sesuai jika diproses secara biologi. Banyaknya kandungan minyak dalam limbah cair
tersebut mengharuskan dilakukannya pemanfaatan kembali, yaitu dengan mengambil
(mengutip) minyak seoptimal mungkin. Proses pengutipan minyak ini dilaksanakan dalam
kolam khusus yang disebut Fat Pit.

a) Kolam Pembiakan
Kolam ini digunakan untuk mengaktifkan bakteri. Karena limbah cair dari fat pit masih
bersuasana asam, maka dibutuhkan penetralan dengan penambahan Kaustik Soda.
Pembiakan bakteri dapat juga dilakukan dengan proses seedingdan lamanya pembiakan
antara 3 sampai 7 hari. Bila bakteri sudah cukup tersedia pada kolam pembiakan, maka
proses pengolahan selanjutnya dapat berlangsung tanpa melalui kolam pembiakan, yaitu
dari Fat Pitke kolam pengasaman.

b) Kolam Pengasaman
Limbah cair dari Fat Pitmempunyai suhu yang masih relatif tinggi, yaitu sekitar 60
sampai 70 C. Karena itu kolam pengasaman dapat pula berfungsi sebagai kolam
pendingin. Namun yang diutamakan dalam kolam pengasaman adalah proses pengasaman
itu sendiri, dimana terjadi kenaikan kadar asam dari komponen-komponen asam yang
mudah menguap, yaitu dari 1000 mg/l menjadi 5000 mg/l. Lamanya limbah cair dalam
kolam pengasaman ini adalah sekitar 5 hari.
c) Kolam Netralisasi
Suhu limbah cair akan semakin turun lagi dalam kolamnetralisasi menjadi sekitar
40C. Dalam kolam netralisasi ini pH dinaikkan dari 4,0 menjadi 7,0, yaitu dengan
melakukan penambahan Kaustik Soda sebanyak 5 6 kg / ton limbah cair.
d) Kolam Perombakan Anaerob Primer I
Limbah cair dari kolam penetralan dialirkan ke kolam perombakan pertama bersamaan
dengan dialirkannya lumpur aktif dari kolam pembiakan dengan perbandinganjumlah yang
sama. Reaksi mikrobiologis segera berlangsung, dimana penguraian bahan-bahan organik
majemuk dalam limbah cair menjadi asam-asam organik yang mudah menguap (Volatile
Fatty Acids). Dengan terbentuknya asam-asam antara ini, maka pH akan kembali menurun.
Namun dengan melakukan resirkulasi cairan yang mempunyai pH lebih tinggi, maka proses
penurunan pH dapat dinetralisasi. Waktu penahan hidrolis pada k olam ini adalah sekitar 40
hari.
e) Kolam Perombakan Anaerob Primer II
Proses penguraian atau perombakan dari bahan-bahan organik majemuk menjadi
asamasam organik terus berlangsung pada kolam perombakan yang kedua ini. Waktu
penahanan hidrolis juga selama 40 hari. Jadi pada kedua kolam perombakan mempunyai
waktu penahanan hidrolis total selama 80 hari. Umumnya dalam kurunwaktu tersebut
proses perombakan sudah berlangsung secara optimal dan BOD dapat diturunkan dari
25.000 mg/l menjadi sekitar 5.000 mg/l (penguraian 80%).
f) Kolam Pematangan Anaerob Sekunder I
Reaksi mikrobiologis tahap berikutnya adalah pengubahan asamyang mudah menguap
menjadi gas-gas seperti metenan, karbon dioksida, hidrogen sulfida dan lain-lain. Waktu
penahanan hidrolis selama 20 hari.
g) Kolam Pematangan Anaerob Sekunder II
Proses pengubahan asam-asam yang mudah menguap dilanjutkan dalam kolam kedua.
Apabila terjadi penurunan pH, maka dapat dilakukan resirkulasi. Waktu penahanan hidrolis
dalam kolam kedua ini juga 20 hari. Jadi total waktu penahanan hidrolis dalam kolam
anaerob sekunder adalah 40 hari. Pertumbuhan bakteri penghasil metana lebihlambat jika
dibandingkan dengan pertumbuhan bakteri penghasil asam, karena berkurangnya energi
yang diperoleh dari subsrat/limbah. Pengurangan beban BOD dari 5000 mg/l menjadi
sekitar 1.750 mg/l, dengan efisiensi penguraian sebesar 65%.
h) Kolam Aerob
Proses penguraian berikutnya terjadi secara aerobik, yaitu proses yang berlangsung
dengan membutuhkan oksigen melalui udara. Oksigen diperlukan untuk pertumbuhan
maupun untuk respirasi. Waktu penahanan hidrolis selama 15 hari. Dengan menggunakan
aerator dan suplai oksigen yang cukup, maka angka BOD dapat ditekan dari 1750 mg/l
menjadi di bawah 100 mg/l. Efisiensi penguraian dengan cara oksidasi dapat mencapai >
95%. Effluent dari kolam aerob ini sudah memenuhi baku mutu limbah, sehingga boleh
dibuang langsung ke badan air penerima, seperti sungai atau lainnya.
i) Kolam Sedimentasi
Kolam pengendapan berfungsi untuk memisahkan cairan dari lumpur yang mengalir
secara kontinyu dari kolam aerob. Waktu penahanan hidrolis selama 4 hari dan apabila
dirasakan masih kurang maka proses pengendapan yang kedua dapat dilakukan pada kolam
sedimentasi yang kedua.

j) Kolam Fakultatif dan Bak Pengontrol


Kolam Fakultatif dan Bak Pengontrol merupakan pelengkap saja, walaupun sebenarnya
hasil pengolahan limbah cair yang keluar dari kolam sedimentasi sudah memenuhi baku
mutu limbah untuk dibuang langsung ke sungai atau badan air penerima. Kolam Fakultatif
dapat berfungsi sebagai tempat untuk proses stabilisasi akhir dan Bak Pengontrol berfungsi
untuk pencegahan-pencegahan darurat bila terjadi kegagalan operasi pengendalian limbah
cair.
k) Kualitas Effluen
Berdasarkan penelitian yang telah lama dilakukan oleh Pusat Penelitian Pe rkebunan,
kualitas dari effluenakhir yang keluar dari sistem pengolahan limbah cair industri kelapa
sawit dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel Kualitas effluent sistem pengolahan limbah cair PKS dari RISPA.
N PARAME SATUAN NILAI
O TER
1 pH 7,9 8,5

2 BOD Mg/l 50 60

3 COD Mg/l 500 600

4 TS Mg/l < 5.000

5 SS Mg/l < 300

6 Minyak Mg/l < 30

7 N-NH3 Mg/l < 20

4.2 Gambar Kualitas effluent sistem pengolahan limbah cair PKS dari RISPA, (Sumber
: PPLH, IPB, Bogor (2 Maret 2004))

4.2 IDENTIFIKASI LIMBAH PADA NON B3


Limbah non-B3 merupakan limbah yang tidak mengandung bahan berbahaya dan
beracun. Setiap industri baik itu industri kelapa sawit maupun industri lainnya mau tidak
mau akan menghasilkan limbah industri yang akan berakibat buruk bagi lingkungan jika
tidak dikelola dengan tepat.

4.2.1 Macam macam Limbah padat non B3 kelapa sawit

Abu sisa pembakaran bahan bakar di boiler


Ampas sisa pressing buah kelapa sawit
Ampas tandan kosong
Cangkang buah kelapa sawit
Ceceran biji, cangkang, dan inti kelapa sawit pada lantai kerja stasiun kernel plant
Debu Hasil Penangkapan pada Unit Dust
Collector
Sludge
Tumpukan besi-besi bekas
Limbah domestik (organik & non organik)

4.2.2 Dampak Limbah Padat kelapa sawit


Peningkatan produksi dan konsumsi dunia terhadap minyak sawit secara langsung
dapat meningkatkan dampak negatif terhadap lingkungan. Pada proses produksi minyak
sawit limbah berwujud padat, cair, dan gas dihasilkan dari berbagai stasiun kerja dari
pabrik. Setiap ton tandan buah segar (TBS) yang diolah men jadi efluen sebanyak 600 liter.
Limbah tersebut berdampak negatif terhadap lingkungan jika tidak dikelola dengan baik.
Dewasa ini mulai diperkenalkan pengelolaan lingkungan yang bersifat pencegahan
terhadap sumber-sumber dihasilkan limbah, seperti eco-efficient, pollution prevention,
waste minimization, waste minimization atau source reduction. United Nation Environment
Programme (UNEP) menggunakan istilah cleaner production atau produksi bersih sebagai
upaya preventif dan intregrasi yang dilaksanakan secara berkesinambunan terhadap proses
dan jasa untuk meningkatkan efisiensi dan mengurangi resiko terhadap manusia dan
lingkungan.
4.2.3 Manfaat Limbah Kelapa Sawit
Berbagai penelitian telah dilakukan menunjukkan bahwa limbah kelapa sawit dapat
dimanfaatkan untuk berbagai kebutuhan. Berikut Dijelaskan manfaat limbah kelapa sawit :
1. TKKS untuk pupuk organik
Tandan kosong kelapa sawit daoat dimanfaatkan sebagai sumber pupuk organik yang
memiliki kandungan unsur hara yang dibutuhkan oleh tanah dan tanaman. Tandan kosong
kelapa sawit mencapai 23% dari jumlah pemanfaatan limbah kelapa sawit tersebut sebagai
alternatif pupuk organik juga akan memberikan manfaat lain dari sisi ekonomi.
Ada beberapa alternatif pemanfaatan TKKS yang dapat dilakukan sebagai:
a. Pupuk kompos
Pupuk kompos merupakan bahan organik yang telah mengalami proses fermentasi atau
dekomposisi yang dilakukan oleh micro-organisme. Pada prinsipnya pengomposan TKSS
untuk menurunkan nisbah C / N yang terkandung dalam tandan agar mendekati nisbah C /
N tanah. Nisbah C / N yang mendekati nibah C / N tanah akan mudah diserap oleh
tanaman.
b. Pupuk kalium
Tandan kosong kelapa sawit sebagai limbah padat dapat dibakar dan akan menghasilkan
abu tandan. Abu tandan tersebut ternyata memiliki kandungan 30-40%, K2O, 7%P2O5,
9%CaO, dan 3%MgO. Selain itu juga mengandung unsur hara mikro yaitu 1.200ppmFe,
1.00 ppm Mn, 400 ppmZn, dan 100 ppmCu. Sebagai gambaran umum bahwa pabrik yang
mengolah kelapa sawit dengan kapasitas 1200 ton TBS/ hari akan menghasilkan abu tandan
sebesar 10,8%/hari. Setara dengan 5,8 ton KCL; 2,2 ton kiersit; dan 0,7ton TSP. dengan
penambahan polimer tertentu pada abu tandan dapat dibuat pupuk butiran berkadar K2O
30-38% dengan pH 8 9.

c. Bahan serat
Tandan kosong kelapa sawit juga menghasilkan serat kuat yang dapat digunakan untuk
berbagai hal, diantaranya serat berkaret sebagai bahan pengisi jok mobil dan matras, polipot
(pot kecil, papan ukuran kecil dan bahan pengepak industri.
2. Tempurung buah sawit untuk arang ktif
Tempurung kelapa sawit merupakan salah satu limbah pengolahan minyak kelapa sawit
yang cukup besar, yaitu mencapai 60% dari produksi minyak. Arang aktif juga dapat
dimanfaatkan oleh berbagai industri.
3. Batang dan tandang kelapa sawit digunakan untuk Pulp
Kebutuhan pulp kertas di Indonesia sampai saat ini masih dipenuhi dari impor.
Padahal potensi untuk menghasilkan pulp di dalam negeri cukup besar. Salah satu alternatif
itu adalah dengan memanfaatkan batang dan tandan kosong kelapa sawit untuk digunakan
bahan pulp kertas dan papan serat.
4. Batang kelapa sawit untuk perabot dan papan artikel
Batang kelapa sawit yang sudah tua tidak produktif lagi, dapat dimanfaatkan menjadi
produk yang bernilai tinggi. Batang kelapa sawit tersebut dapat dibuat sebagai bahan
perabot rumah tangga seperti mebel, furniture,atau sebagai papan partikel. Dari
setiapbatang kelapa sawit dapat diperoleh kayu sebanyak 0.34 m3.
5. Batang dan pelepah sawit untuk pakan ternak
Batang dan pelepah dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak. Pada prinsipnya terdapat
tiga cara pengolahan batang kelapa sawit untuk dijadikan pakan ternak, yaitu pertama
pengolahan menjadi silase, kedua dengan perlakuan NaOH dan yang ketiga adalah
pengolahan dengan menggunakan uap.

4.2.4 Pengelolaan Limbah Padat Non B3


Dalam menetukan metode pengolahan limbah padat ini , tentunya sebagian besar para
industrian di Indonesia ini atau bahkan kita mengenal tentang 4R , yakni Reuse , Recycle ,
Recovery dan Reduse. Dalam memperlakukan Limbah, baik Limbah B3 dan non-B3, kita
harus berpegang pada 3R + 1R. pemanfaatan limbah B3. 3R ini sesuai dengan peraturan
dimaksud kepada Menteri Lingkungan Hidup Nomor 02 tahun 2008, yakni :
1. Reuse
Reuse adalah penggunaan kembali limbah B3 dengan tujuan yang sama tanpa melalui
proses tambahan kimia, fisika, biologi, dan / atau termal
2. Recycle adalah mendaur ulang komponen yang berguna melalui proses tambahan dalam
kimia, fisika, biologi, dan / atau termal menghasilkan produk yang sama atau produk yang
berbeda.
3. Pemulihan
Pemulihan adalah pemulihan komponen berguna untuk proses kimia, fisika, biologi, dan /
atau termal
1R lagi adalah Reduce atau mengurangi dalam hal ini adalah untuk meminimalkan dampak
pencemaran terhadap lingkungan. Konstruksi bahwa jika limbah B3 tidak dapat
menggunakan kembali, daur ulang, dan pemulihan, itu harus di Kurangi. pengurangan
limbah B3 harus dilakukan secara sinergis antara mereka yang berhubungan, yaitu,
generator dari prosesor limbah kolektor, atau penerima manfaat limbah, dan Pemerintah,
tentu saja.
Dalam pengurangan PT. Logam Jaya Abadi oleh divisi Transporter dan proaktif
memberikan kontribusi yang cukup untuk membantu menjembatani antara produsen dan
penerima limbah pengolahan limbah / yang telah menerapkan konsep zero waste melalui
co-processing yang sudah memiliki lisensi dari Kementerian Lingkungan Hidup Republik

Karakteristik Emisi Industri Kelapa Sawit


Limbah gas atau emisi adalah semua materi berbentuk gas/ materi partikulat yang
terbawa gas yang apabila berada di udara dapat bersifat sebagai polutan. Jenis limbah gas
yang berada di udara terdiri dari bermacam-macam senyawa kimia. Misalnya, karbon
monoksida (CO), karbon dioksida (CO2), nitrogen oksida (NOx), sulfur dioksida (SOx),
asam klorida (HCl), amonia (NH3), metan (CH4), dan klorin (Cl2). Limbah gas yang
dibuang ke udara biasanya juga mengandung partikel-partikel bahan padat yang disebut
materi partikulat.. Buangan gas methana dari air limbah pengolahan kelapa sawit ternyata
sangat signifikan berdampak pada perubahan iklim dibandingkan dengam pembukaan
lahan, kebakaran hutan dan pengeringan lahan gambut. Buangan gas metana dari limbah
kelapa sawit merupakan ancaman iklim yang sangat besar, dimana bisa menaikkan sekitar
1% emisi gas rumah kaca di tahun 2050 mendatang.
4.3.2 Pengolahan Emisi Industri Kelapa Sawit
Dalam pabrik kelapa sawit, terdapat limbah selama pengolahan tandan tandan buah
segar menjadi minyak sawit mentah (CPO) dan kebanyakan adalah limbah pabrik kelapa
sawit (POME) (65% TBS) , dan tandan buah kosong (EFB) (23% TBS). Limbah udara
berasal dari pembakaran solar dari generatting set dan pembakaran janjangan kosong dan
cangkang di incenerator, gas buangan ini dibuang ke udara terbuka.
selama proses pengolahan tandan buah segar ke minyak kelapa sawit, gas metana
yang dihasilkan dari limbah pabrik kelapa sawit merupakan sumber terbesar emisi gas
rumah kaca (dari perkebunan menuju pabrik) sekitar 55 % dari jumlah emisi pabrik
tersebut
Dengan tujuan untuk mengurangi emisi gas yang tidak terkendali dari pengobatan
POME anaerobik menggunakan cara co-composting aerobik. Pengomposan adalah
dekomosisi aerobik bahan organikorganik biodegradable, menghasilkan kompos. Co-
pengomposan adalah penguraian simultan padat dan limbah cair, simultan padat dicincang
dengan ukuran partikel partikel kecil menggunakan mesin berputar. Proses ini diulang
setiap hari selama 45 hari dan kompos dari proses ini akan digunakan sebagai pupuk
organik di perkebunan kelapa sawit menggantikan pupuk anorganik.
Selain itu, limbah debu dan abu pembakaran janjang kosong dan cangkang sebelum
dibuang bebas ke udara dikendalikan dengan pemasangan dust collector, untuk menangkap
debu ikutan dalam sisa gas pembakaran., kemudian dialirkan melalui cerobong asap
setinggi 25 meter dari permukaan tanah. Debu dari dust collector secara reguler ditampung
dan dibuang ke lapangan untuk penimbunan daerah rendahan sekitar kebun kelapa sawit.
Dengan pengolahan seperti ini kandungan metana akan berkurang dan kontaminasi
sungai dari pembuangan limbah kelapasawit dapat dihilangkan.
4.4 IDENTIFIKASI LIMBAH B3 DAN PENGOLAHAN

4.4.1 Karakteristik Limbah B3 Industri Kelapa Sawit


Pengertian limbah B3 adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan yang mengandung
bahan berbahaya dan/atau beracun yang karena sifat dan/atau konsentrasinya dan/atau
jumlahnya, baik secara langsung dapat mencemarkan dan/atau merusak lingkungan hidup
dan/atau membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta
makhluk hidup lainnya.
Bahan Berbahaya dan Beracun yang selanjutnya disingkat B3 adalah zat,
energi,dan/atau komponen lain yang karena sifat, konsentrasi dan jumlahnya, baik secara
langsung maupun tidak langsung dapat mencemarkan atau merusak lingkungan hidup dan
membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, serta kelangsungan hidup manusia dan
makhluk hidup lain.

Dalam operasionalnya perkebunan kelapa sawit, akan dihasilan limbah padat atau
cairan yang termasuk katagori limbah b3.limbah b3 yang serring jumpai di industri kelapa
sawit adalah:
1.oli bekas
2.baterai bekas
3.kain majun
4.lampu neon
5.jerigen eks bahan kimia (water tritmen dan pestisida)
6. limbah kimia laboratorium (kemasan, bahan kimia kadaluarsa)
4.4.2 Pengolahan Limbah B3 Industri Kelapa Sawit
Perusahaan perkebunan kelapa sawit disebut penghasil limbah B3 yang pengelolaannya
tetap mengacu kepada peraturan Kemeterian Lingkungan Hidup (KLH).
Perusahaan perkebunan hanya menyimpan sementara limbah B3 yang ada dan diserahkan
kepada pengumpul yang memiliki izin atau rekomendasi dari KLH. Pengumpul tersebut
harus memiliki kendaraan yang memiliki izin mengangkut limbah B3 dari Dinas
perhubungan.
Pengumpul jika belum mampu mengolah limbah B3 maka pengumpul harus
memperlihatkan kerja samanya dengan pengelola atau pemusnah limbah B3.
Dalam penyerahan limbah B3 disertai dengan Manifest yang berjumlah sebanyak 7 lembar,
Lembar ke 2, lembar ke 3 dan lembar ke 7 harus diterima oleh perusahaan. Lembar ke 2
harus

5.1 Kesimpulan
Limbah dari pabrik kelapa sawit terdiri dari limbah cair, limbah padat non B3, limbah gas
dan limbah padat B3.
Kandungan limbah cair pabrik kelapa sawit adalah padatan terlarut total, padatan tersuspensi
total, pH, BOD, COD, Amoniak bebas dan pengolahan limbah cair pada pabrik kelapa
sawit menggunakan teknik Fat Pit atau Menara Pendingin.
Pada limbah padat non B3 dapat bermanfaat mengurangi dampak negatif pada lingkungan
( pupuk kompos, pupuk kalium, bahan serat, pulp, arang aktif dll ), pengolahan limbah
padat non B3 pada industri kelapa sawit menggunakan metode reuse, recovery, recycle dan
reduce.
Kandungan Limbah gas pabrik kelapa sawit adalah gas metan dan pengolahan ga metan
dilakukan dengan memimalisir terbentuknya gas metan pada proses pengolahan limbah
sebelumnya dan pemasangan dust collector untuk pengendalian debu yang ikut dalam sisa
gas pembuangan.
Kandungan limbah B3 pada industri kelapa sawit adalah oli bekas, batteray bekas, kain
majun, lampu neon, jaerigen eks bahan kimia ( water treatment, pestisida), limbah kimia
laboratorium. Pada pengolahan limbah B3 hanya menyimpan sementara limbah B3 yang
ada dan diserahkan kepada pengumpul yang memiliki izin atau rekomendasi dari KLH.
Pengumpul tersebut harus memiliki kendaraan yang memiliki izin mengangkut limbah B3
dari Dinas perhubungan.

Anda mungkin juga menyukai