Limbah cair industri kelapa sawit didominasi oleh bahan organik, baik yang terlarut
dan tidak terlarut ataupun yang berupa minyak. Dengan demikian, maka limbah cair ini
lebih sesuai jika diproses secara biologi. Banyaknya kandungan minyak dalam limbah cair
tersebut mengharuskan dilakukannya pemanfaatan kembali, yaitu dengan mengambil
(mengutip) minyak seoptimal mungkin. Proses pengutipan minyak ini dilaksanakan dalam
kolam khusus yang disebut Fat Pit.
a) Kolam Pembiakan
Kolam ini digunakan untuk mengaktifkan bakteri. Karena limbah cair dari fat pit masih
bersuasana asam, maka dibutuhkan penetralan dengan penambahan Kaustik Soda.
Pembiakan bakteri dapat juga dilakukan dengan proses seedingdan lamanya pembiakan
antara 3 sampai 7 hari. Bila bakteri sudah cukup tersedia pada kolam pembiakan, maka
proses pengolahan selanjutnya dapat berlangsung tanpa melalui kolam pembiakan, yaitu
dari Fat Pitke kolam pengasaman.
b) Kolam Pengasaman
Limbah cair dari Fat Pitmempunyai suhu yang masih relatif tinggi, yaitu sekitar 60
sampai 70 C. Karena itu kolam pengasaman dapat pula berfungsi sebagai kolam
pendingin. Namun yang diutamakan dalam kolam pengasaman adalah proses pengasaman
itu sendiri, dimana terjadi kenaikan kadar asam dari komponen-komponen asam yang
mudah menguap, yaitu dari 1000 mg/l menjadi 5000 mg/l. Lamanya limbah cair dalam
kolam pengasaman ini adalah sekitar 5 hari.
c) Kolam Netralisasi
Suhu limbah cair akan semakin turun lagi dalam kolamnetralisasi menjadi sekitar
40C. Dalam kolam netralisasi ini pH dinaikkan dari 4,0 menjadi 7,0, yaitu dengan
melakukan penambahan Kaustik Soda sebanyak 5 6 kg / ton limbah cair.
d) Kolam Perombakan Anaerob Primer I
Limbah cair dari kolam penetralan dialirkan ke kolam perombakan pertama bersamaan
dengan dialirkannya lumpur aktif dari kolam pembiakan dengan perbandinganjumlah yang
sama. Reaksi mikrobiologis segera berlangsung, dimana penguraian bahan-bahan organik
majemuk dalam limbah cair menjadi asam-asam organik yang mudah menguap (Volatile
Fatty Acids). Dengan terbentuknya asam-asam antara ini, maka pH akan kembali menurun.
Namun dengan melakukan resirkulasi cairan yang mempunyai pH lebih tinggi, maka proses
penurunan pH dapat dinetralisasi. Waktu penahan hidrolis pada k olam ini adalah sekitar 40
hari.
e) Kolam Perombakan Anaerob Primer II
Proses penguraian atau perombakan dari bahan-bahan organik majemuk menjadi
asamasam organik terus berlangsung pada kolam perombakan yang kedua ini. Waktu
penahanan hidrolis juga selama 40 hari. Jadi pada kedua kolam perombakan mempunyai
waktu penahanan hidrolis total selama 80 hari. Umumnya dalam kurunwaktu tersebut
proses perombakan sudah berlangsung secara optimal dan BOD dapat diturunkan dari
25.000 mg/l menjadi sekitar 5.000 mg/l (penguraian 80%).
f) Kolam Pematangan Anaerob Sekunder I
Reaksi mikrobiologis tahap berikutnya adalah pengubahan asamyang mudah menguap
menjadi gas-gas seperti metenan, karbon dioksida, hidrogen sulfida dan lain-lain. Waktu
penahanan hidrolis selama 20 hari.
g) Kolam Pematangan Anaerob Sekunder II
Proses pengubahan asam-asam yang mudah menguap dilanjutkan dalam kolam kedua.
Apabila terjadi penurunan pH, maka dapat dilakukan resirkulasi. Waktu penahanan hidrolis
dalam kolam kedua ini juga 20 hari. Jadi total waktu penahanan hidrolis dalam kolam
anaerob sekunder adalah 40 hari. Pertumbuhan bakteri penghasil metana lebihlambat jika
dibandingkan dengan pertumbuhan bakteri penghasil asam, karena berkurangnya energi
yang diperoleh dari subsrat/limbah. Pengurangan beban BOD dari 5000 mg/l menjadi
sekitar 1.750 mg/l, dengan efisiensi penguraian sebesar 65%.
h) Kolam Aerob
Proses penguraian berikutnya terjadi secara aerobik, yaitu proses yang berlangsung
dengan membutuhkan oksigen melalui udara. Oksigen diperlukan untuk pertumbuhan
maupun untuk respirasi. Waktu penahanan hidrolis selama 15 hari. Dengan menggunakan
aerator dan suplai oksigen yang cukup, maka angka BOD dapat ditekan dari 1750 mg/l
menjadi di bawah 100 mg/l. Efisiensi penguraian dengan cara oksidasi dapat mencapai >
95%. Effluent dari kolam aerob ini sudah memenuhi baku mutu limbah, sehingga boleh
dibuang langsung ke badan air penerima, seperti sungai atau lainnya.
i) Kolam Sedimentasi
Kolam pengendapan berfungsi untuk memisahkan cairan dari lumpur yang mengalir
secara kontinyu dari kolam aerob. Waktu penahanan hidrolis selama 4 hari dan apabila
dirasakan masih kurang maka proses pengendapan yang kedua dapat dilakukan pada kolam
sedimentasi yang kedua.
2 BOD Mg/l 50 60
4.2 Gambar Kualitas effluent sistem pengolahan limbah cair PKS dari RISPA, (Sumber
: PPLH, IPB, Bogor (2 Maret 2004))
c. Bahan serat
Tandan kosong kelapa sawit juga menghasilkan serat kuat yang dapat digunakan untuk
berbagai hal, diantaranya serat berkaret sebagai bahan pengisi jok mobil dan matras, polipot
(pot kecil, papan ukuran kecil dan bahan pengepak industri.
2. Tempurung buah sawit untuk arang ktif
Tempurung kelapa sawit merupakan salah satu limbah pengolahan minyak kelapa sawit
yang cukup besar, yaitu mencapai 60% dari produksi minyak. Arang aktif juga dapat
dimanfaatkan oleh berbagai industri.
3. Batang dan tandang kelapa sawit digunakan untuk Pulp
Kebutuhan pulp kertas di Indonesia sampai saat ini masih dipenuhi dari impor.
Padahal potensi untuk menghasilkan pulp di dalam negeri cukup besar. Salah satu alternatif
itu adalah dengan memanfaatkan batang dan tandan kosong kelapa sawit untuk digunakan
bahan pulp kertas dan papan serat.
4. Batang kelapa sawit untuk perabot dan papan artikel
Batang kelapa sawit yang sudah tua tidak produktif lagi, dapat dimanfaatkan menjadi
produk yang bernilai tinggi. Batang kelapa sawit tersebut dapat dibuat sebagai bahan
perabot rumah tangga seperti mebel, furniture,atau sebagai papan partikel. Dari
setiapbatang kelapa sawit dapat diperoleh kayu sebanyak 0.34 m3.
5. Batang dan pelepah sawit untuk pakan ternak
Batang dan pelepah dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak. Pada prinsipnya terdapat
tiga cara pengolahan batang kelapa sawit untuk dijadikan pakan ternak, yaitu pertama
pengolahan menjadi silase, kedua dengan perlakuan NaOH dan yang ketiga adalah
pengolahan dengan menggunakan uap.
Dalam operasionalnya perkebunan kelapa sawit, akan dihasilan limbah padat atau
cairan yang termasuk katagori limbah b3.limbah b3 yang serring jumpai di industri kelapa
sawit adalah:
1.oli bekas
2.baterai bekas
3.kain majun
4.lampu neon
5.jerigen eks bahan kimia (water tritmen dan pestisida)
6. limbah kimia laboratorium (kemasan, bahan kimia kadaluarsa)
4.4.2 Pengolahan Limbah B3 Industri Kelapa Sawit
Perusahaan perkebunan kelapa sawit disebut penghasil limbah B3 yang pengelolaannya
tetap mengacu kepada peraturan Kemeterian Lingkungan Hidup (KLH).
Perusahaan perkebunan hanya menyimpan sementara limbah B3 yang ada dan diserahkan
kepada pengumpul yang memiliki izin atau rekomendasi dari KLH. Pengumpul tersebut
harus memiliki kendaraan yang memiliki izin mengangkut limbah B3 dari Dinas
perhubungan.
Pengumpul jika belum mampu mengolah limbah B3 maka pengumpul harus
memperlihatkan kerja samanya dengan pengelola atau pemusnah limbah B3.
Dalam penyerahan limbah B3 disertai dengan Manifest yang berjumlah sebanyak 7 lembar,
Lembar ke 2, lembar ke 3 dan lembar ke 7 harus diterima oleh perusahaan. Lembar ke 2
harus
5.1 Kesimpulan
Limbah dari pabrik kelapa sawit terdiri dari limbah cair, limbah padat non B3, limbah gas
dan limbah padat B3.
Kandungan limbah cair pabrik kelapa sawit adalah padatan terlarut total, padatan tersuspensi
total, pH, BOD, COD, Amoniak bebas dan pengolahan limbah cair pada pabrik kelapa
sawit menggunakan teknik Fat Pit atau Menara Pendingin.
Pada limbah padat non B3 dapat bermanfaat mengurangi dampak negatif pada lingkungan
( pupuk kompos, pupuk kalium, bahan serat, pulp, arang aktif dll ), pengolahan limbah
padat non B3 pada industri kelapa sawit menggunakan metode reuse, recovery, recycle dan
reduce.
Kandungan Limbah gas pabrik kelapa sawit adalah gas metan dan pengolahan ga metan
dilakukan dengan memimalisir terbentuknya gas metan pada proses pengolahan limbah
sebelumnya dan pemasangan dust collector untuk pengendalian debu yang ikut dalam sisa
gas pembuangan.
Kandungan limbah B3 pada industri kelapa sawit adalah oli bekas, batteray bekas, kain
majun, lampu neon, jaerigen eks bahan kimia ( water treatment, pestisida), limbah kimia
laboratorium. Pada pengolahan limbah B3 hanya menyimpan sementara limbah B3 yang
ada dan diserahkan kepada pengumpul yang memiliki izin atau rekomendasi dari KLH.
Pengumpul tersebut harus memiliki kendaraan yang memiliki izin mengangkut limbah B3
dari Dinas perhubungan.