Anda di halaman 1dari 35

MENGOLAH LIMBAH KELAPA SAWIT

Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang maha pengasih dan maha penyayang, karena atas
berkat dan rahmatnya penulisan makalah dapat terselesaikan dan terwujud. makalah ini di susun
untuk dijadikan referensi yang lengkap dan menyeluruh tentangPengelolaan Limbah Sawit
Makalah ini di susun secara khusus untuk memenuhi tugas Kimia
LIngkungan,penyusunannya dilakukan secara individu. Substansi yang terdapat dalam makalah
berasal dari beberapa referensi buku dan literatur-literatur lain,.di tambah juga dari sumber-
sumber lain yang berasal dari media elektronik melaui pengambilan bahan dari internet
sistematika penyusunan makalah ini terbentuk melalui kerangka yang berdasarkan acuan atau
bersumber dari buku ataupun literature lain dengan mengembangkan substansi yang ada untuk
kemudian di rangkai secara terstruktur dengan benar.

Makalah yang berjudul Pengelolaan Limbah Sawit ini dapat dijadikan sebagai bahan
pembelajaran bagi mahasiswa, dosen, atau masyarakat umum dan juga sebagai bahan
pembanding dengan makalah lain yang secara substansial mempunyai kesamaan. Tentunya dari
isi maupun konstruksi yang ada dalam makalah ini yang merupakan tugas mata kuliah Kimia
LIngkungan banyak terdapat kekurangan, oleh karena itu kami selaku penyusun mohon maaf
yang sebesar-besarnya.

PalangkaRaya, Mei 2012

DAFTAR ISI
Kata
Pengantar1
Daftar
Isi.2
BAB I
PENDAHULUAN..3
A. Latar Belakang..3
B. Tujuan...4
C. Manfaat 4
D. Rumusan Masalah.4
E. Meetode4

BAB II
PEMBAHASAN5
A. Pengertian Limbah dan Sawit5
B. Dampak Positif dan Dampak Negatif Limbah Sawit terhadap Lingkungan..14
C. Pengelolaan Limbah Sawit agar Bermanfaat Bagi Lingkungan22
D. Pemasaran Produk LImbah Sawit..24

BAB III
PENUTUP25
A. Kesimpulan25

DAFTAR
PUSTAKA.26

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Gundukan limbah sawit meninggi setiap hari. Limbah berupa cangkang, serat, pelepah
sawit, dan batang sawit di lahan seluas lapangan bola dan juga mengeluarkan bau tidak sedap.
Satu pabrik kelapa sawit dapat menghasilkan 100 ton limbah. Limbah sawit kaya akan selulosa
dan hemiselulosa.
Tandan kosong
kelapa sawit , masing-masing mengandung 45% selulosadan 26% hemiselulosa. Tingginya kadar
selulosa pada polisakarida tersebut dapat dihidrolisis menjadi gula sederhana dan selanjutnya
difermentasi menjadi etanol. Limbah kelapa sawit jumlahnya sangat melimpah. Pada sebuah
pabrik kelapa sawit (PKS) berkapasitas 60 ton tandan/jam dapat menghasilkan limbah 100
ton/hari.

1.2 Tujuan
Makalah ini disusun dengan tujuan :
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan limbah dan sawit
2. Untuk mengetahui dampak positif dan negative yang di sebabkan oleh limbah sawit.
3. Untuk memahami bagaimana cara pemanfaatan limbah sawit.
4. Untuk mengetahui bagaimana cara pengelolaan limbah sawit.

1.3 Manfaat
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Memberikan informasi mengenai limbah sawit.
2. Menambah wawasan serta pengetahuan mengenai limbah sawit.
3. Membantu mengetahui cara mengelola limbah sawit yang baik dan benar serta ramah
lingkungan.
1.4 Rumusan Masalah
a. Apa yang dimaksud dengan limbah dan sawit?
b. Apa dampak positif dan dampak negatif dari limbah sawit terhadap lingkungan?
c. Bagaimana cara pengelolaan limbah sawit agar bermanfaat terhadap lingkungan?
d. Bagaimana cara pemasaran produksi limbah sawit?

1.5 Metode
Makalah ini disusun menggunakan metode studi pustaka, dan juga ditambah dengan
data-data yang di ambil dari internet.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Limbah dan Sawit
Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri
maupun domestik (rumah tangga). Dimana masyarakat bermukim, disanalah berbagai jenis
limbah akan dihasilkan. Ada sampah, ada air kakus (black water), dan ada air buangan dari
berbagai aktivitas domestik lainnya (grey water).
Limbah padat lebih dikenal sebagai sampah, yang seringkali tidak dikehendaki
kehadirannya karena tidak memiliki nilai ekonomis. Bila ditinjau secara kimiawi, limbah ini
terdiri dari bahan kimia Senyawa organik dan Senyawa anorganik. Dengan konsentrasi dan
kuantitas tertentu, kehadiran limbah dapat berdampak negatif terhadap lingkungan terutama
bagi kesehatan manusia, sehingga perlu dilakukan penanganan terhadap limbah. Tingkat
bahaya keracunan yang ditimbulkan oleh limbah tergantung pada jenis dan karakteristik
limbah.
Beberapa faktor yang memengaruhi kualitas limbah adalah volume limbah, kandungan
bahan pencemar, dan frekuensi pembuangan limbah. Untuk mengatasi limbah ini diperlukan
pengolahan dan penanganan limbah. Pada dasarnya pengolahan limbah ini dapat dibedakan
menjadi:
1. pengolahan menurut tingkatan perlakuan
2. pengolahan menurut karakteristik limbah
Untuk mengatasi berbagai limbah dan air limpasan (hujan), maka suatu kawasan
permukiman membutuhkan berbagai jenis layanan sanitasi. Layanan sanitasi ini tidak dapat
selalu diartikan sebagai bentuk jasa layanan yang disediakan pihak lain. Ada juga layanan
sanitasi yang harus disediakan sendiri oleh masyarakat, khususnya pemilik atau penghuni
rumah, seperti jamban misalnya.
1. Layanan air limbah domestik: pelayanan sanitasi untuk menangani limbah Air kakus.
2. Jamban yang layak harus memiliki akses air besrsih yang cukup dan tersambung ke
unit penanganan air kakus yang benar. Apabila jamban pribadi tidak ada, maka masyarakat
perlu memiliki akses ke jamban bersama atau MCK.
3. Layanan persampahan. Layanan ini diawali dengan pewadahan sampah dan
pengumpulan sampah. Pengumpulan dilakukan dengan menggunakan gerobak atau truk
sampah. Layanan sampah juga harus dilengkapi dengan tempat pembuangan
sementara (TPS), tempat pembuangan akhir (TPA), atau fasilitas pengolahan sampah lainnya.
Dibeberapa wilayah pemukiman, layanan untuk mengatasi sampah dikembangkan
secara kolektif oleh masyarakat. Beberapa ada yang melakukan upaya kolektif lebih lanjut
dengan memasukkan upaya pengkomposan dan pengumpulan bahan layak daur-ulang.
4. Layanan drainase lingkungan adalah penanganan limpasan air hujan menggunakan
saluran drainase (selokan) yang akan menampung limpasan air tersebut dan mengalirkannya
ke badan air penerima. Dimensi saluran drainase harus cukup besar agar dapat menampung
limpasan air hujan dari wilayah yang dilayaninya. Saluran drainase harus memiliki
kemiringan yang cukup dan terbebas dari sampah.[1]
5. Penyediaan air bersih dalam sebuah pemukiman perlu tersedia secara berkelanjutan
dalam jumlah yang cukup. Air bersih ini tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan makan,
minum, mandi, dan kakus saja, melainkan juga untuk kebutuhan cuci dan pembersihan
lingkungan.[1]

Karakteristik limbah
1. Berukuran mikro
2. Dinamis
3. Berdampak luas (penyebarannya)
4. Berdampak jangka panjang (antar generasi)

Limbah industri
Berdasarkan karakteristiknya limbah industri dapat dibagi menjadi empat bagian, yaitu:
1. Limbah cair biasanya dikenal sebagai entitas pencemar air. Komponen pencemaran
air pada umumnya terdiri dari bahan buangan padat, bahan buangan organik dan bahan
buangan anorganik
2. Limbah padat
3. Limbah gas dan partikel
Proses Pencemaran Udara Semua spesies kimia yang dimasukkan atau masuk ke
atmosfer yang bersih disebut kontaminan. Kontaminan pada konsentrasi yang cukup tinggi
dapat mengakibatkan efek negatif terhadap penerima (receptor), bila ini terjadi, kontaminan
disebut cemaran (pollutant).Cemaran udara diklasifihasikan menjadi 2 kategori menurut cara
cemaran masuk atau dimasukkan ke atmosfer yaitu: cemaran primer dan cemaran sekunder.
Cemaran primer adalah cemaran yang diemisikan secara langsung dari sumber cemaran.
Cemaran sekunder adalah cemaran yang terbentuk oleh proses kimia di atmosfer.
Sumber cemaran dari aktivitas manusia (antropogenik) adalah setiap kendaraan
bermotor, fasilitas, pabrik, instalasi atau aktivitas yang mengemisikan cemaran udara primer ke
atmosfer. Ada 2 kategori sumber antropogenik yaitu: sumber tetap (stationery source) seperti:
pembangkit energi listrik dengan bakar fosil, pabrik, rumah tangga,jasa, dan lain-lain dan
sumber bergerak (mobile source) seperti: truk,bus, pesawat terbang, dan kereta api.
Lima cemaran primer yang secara total memberikan sumbangan lebih dari 90%
pencemaran udara global adalah:
a. Karbon monoksida (CO),
b. Nitrogen oksida (Nox),
c. Hidrokarbon (HC),
d. Sulfur oksida (SOx)
e. Partikulat.
Selain cemaran primer terdapat cemaran sekunder yaitu cemaran yang memberikan
dampak sekunder terhadap komponen lingkungan ataupun cemaran yang dihasilkan akibat
transformasi cemaran primer menjadi bentuk cemaran yang berbeda. Ada beberapa cemaran
sekunder yang dapat mengakibatkan dampak penting baik lokal,regional maupun global yaitu:
a. CO2 (karbon monoksida),
b. Cemaran asbut (asap kabut) atau smog (smoke fog),
c. Hujan asam,
d. CFC (Chloro-Fluoro-Carbon/Freon),
e. CH4 (metana).

Limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun)


Secara umum yang disebut limbah adalah bahan sisa yang dihasilkan dari suatu kegiatan
dan proses produksi, baik pada skala rumah tangga, industri, pertambangan, dan sebagainya.
Bentuk limbah tersebut dapat berupa gas dan debu, cair atau padat. Di antara berbagai jenis
limbah ini ada yang bersifat beracun atau berbahaya dan dikenal sebagai limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun (Limbah B3).
Suatu limbah digolongkan sebagai limbah B3 bila mengandung bahan berbahaya atau
beracun yang sifat dan konsentrasinya, baik langsung maupun tidak langsung, dapat merusak
atau mencemarkan lingkungan hidup atau membahayakan kesehatan manusia.Yang termasuk
limbah B3 antara lain adalah bahan baku yang berbahaya dan beracun yang tidak digunakan
lagi karena rusak, sisa kemasan, tumpahan, sisa proses, dan oli bekas kapal yang memerlukan
penanganan dan pengolahan khusus. Bahan-bahan ini termasuk limbah B3 bila memiliki salah
satu atau lebih karakteristik berikut: mudah meledak, mudah terbakar, bersifat reaktif, beracun,
menyebabkan infeksi, bersifat korosif, dan lain-lain, yang bila diuji dengan toksikologi dapat
diketahui termasuk limbah B3.

Macam Limbah Beracun


Limbah mudah meledak adalah limbah yang melalui reaksi kimia dapat menghasilkan gas
dengan suhu dan tekanan tinggi yang dengan cepat dapat merusak lingkungan.
Limbah mudah terbakar adalah limbah yang bila berdekatan dengan api, percikan api,
gesekan atau sumber nyala lain akan mudah menyala atau terbakar dan bila telah menyala akan terus
terbakar hebat dalam waktu lama.
Limbah reaktif adalah limbah yang menyebabkan kebakaran karena melepaskan atau
menerima oksigen atau limbah organik peroksida yang tidak stabil dalam suhu tinggi.
Limbah beracun adalah limbah yang mengandung racun yang berbahaya bagi manusia dan
lingkungan. Limbah B3 dapat menimbulkan kematian atau sakit bila masuk ke dalam tubuh melalui
pernapasan, kulit atau mulut.
Limbah penyebab infeksi adalah limbah laboratorium yang terinfeksi penyakit atau limbah
yang mengandung kuman penyakit, seperti bagian tubuh manusia yang diamputasi dan cairan tubuh
manusia yang terkena infeksi.
Limbah yang bersifat korosif adalah limbah yang menyebabkan iritasi pada kulit atau
mengkorosikan baja, yaitu memiliki pH sama atau kurang dari 2,0 untuk limbah yang bersifat asam
dan lebih besar dari 12,5 untuk yang bersifat basa.
Kelapa sawit
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Langsung ke: navigasi, cari
?Kelapa sawit
Kelapa sawit Afrika (Elaeis
guineensis)
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan: Plantae
Divisi: Magnoliophyta
Kelas: Liliopsida
Ordo: Arecales
Famili: Arecaceae
Genus: Elaeis
Jacq.
Species
Elaeis guineensis
Elaeis oleifera
Kelapa sawit (Elaeis) adalah tumbuhan industri penting penghasil minyak masak, minyak
industri, maupun bahan bakar (biodiesel). Perkebunannya menghasilkan keuntungan besar sehingga
banyak hutan dan perkebunan lama dikonversi menjadi perkebunan kelapa sawit. Indonesia adalah
penghasil minyak kelapa sawit terbesar di dunia. Di Indonesia penyebarannya di daerah Aceh, pantai
timur Sumatra, Jawa, dan Sulawesi.
Pemerian botani
African Oil Palm (Elaeis guineensis)
Kelapa sawit berbentuk pohon. Tingginya dapat mencapai 24 meter. Akar serabuttanaman
kelapa sawit mengarah ke bawah dan samping. Selain itu juga terdapat beberapa akar napas yang
tumbuh mengarah ke samping atas untuk mendapatkan tambahan aerasi.
Seperti jenis palma lainnya, daunnya tersusun majemuk menyirip. Daun berwarna hijau tua
dan pelepah berwarna sedikit lebih muda. Penampilannya agak mirip dengan tanaman salak, hanya
saja dengan duri yang tidak terlalu keras dan tajam. Batang tanaman diselimuti bekas pelepah hingga
umur 12 tahun. Setelah umur 12 tahun pelapah yang mengering akan terlepas sehingga penampilan
menjadi mirip dengan kelapa.
Bunga jantan dan betina terpisah namun berada pada satu pohon (monoecious diclin) dan
memiliki waktu pematangan berbeda sehingga sangat jarang terjadi penyerbukan sendiri. Bunga
jantan memiliki bentuk lancip dan panjang sementara bunga betina terlihat lebih besar dan mekar.
Tanaman sawit dengan tipe cangkang pisifera bersifat female steril sehingga sangat jarang
menghasilkan tandan buah dan dalam produksi benih unggul digunakan sebagai tetua jantan.
Buah sawit mempunyai warna bervariasi dari hitam, ungu, hingga merah tergantung bibit
yang digunakan. Buah bergerombol dalam tandan yang muncul dari tiap pelapah. Minyak dihasilkan
oleh buah. Kandungan minyak bertambah sesuai kematangan buah. Setelah melewati fase matang,
kandungan asam lemak bebas (FFA, free fatty acid) akan meningkat dan buah akan rontok dengan
sendirinya.
Buah terdiri dari tiga lapisan:
Eksoskarp, bagian kulit buah berwarna kemerahan dan licin.
Mesoskarp, serabut buah
Endoskarp, cangkang pelindung inti
Inti sawit (kernel, yang sebetulnya adalah biji) merupakan endosperma dan embriodengan
kandungan minyak inti berkualitas tinggi.
Kelapa sawit berkembang biak dengan cara generatif. Buah sawit matang pada kondisi
tertentu embrionya akan berkecambah menghasilkan tunas (plumula) dan bakal akar (radikula).
Syarat hidup
Habitat aslinya adalah daerah semak belukar. Sawit dapat tumbuh dengan baik di daerah
tropis (15 LU - 15 LS). Tanaman ini tumbuh sempurna di ketinggian 0-500 m dari permukaan laut
dengan kelembaban 80-90%. Sawit membutuhkan iklim dengan curah hujan stabil, 2000-2500 mm
setahun, yaitu daerah yang tidak tergenang air saat hujan dan tidak kekeringan saat kemarau. Pola
curah hujan tahunan memengaruhi perilaku pembungaan dan produksi buah sawit.
Tipe kelapa sawit
Kelapa sawit yang dibudidayakan terdiri dari dua jenis: E. guineensis dan E. oleifera. Jenis
pertama yang terluas dibudidayakan orang. dari kedua species kelapa sawit ini memiliki keunggulan
masing-masing. E. guineensis memiliki produksi yang sangat tinggi dan E. oleifera memiliki tinggi
tanaman yang rendah. banyak orang sedang menyilangkan kedua species ini untuk mendapatkan
species yang tinggi produksi dan gampang dipanen. E. oleifera sekarang mulai dibudidayakan pula
untuk menambah keanekaragaman sumber daya genetik.
Penangkar seringkali melihat tipe kelapa sawit berdasarkan ketebalan cangkang, yang terdiri dari
Dura,
Pisifera, dan
Tenera.
Dura merupakan sawit yang buahnya memiliki cangkang tebal sehingga dianggap
memperpendek umur mesin pengolah namun biasanya tandan buahnya besar-besar dan kandungan
minyak per tandannya berkisar 18%. Pisifera buahnya tidak memiliki cangkang, sehingga tidak
memiliki inti (kernel) yang menghasilkan minyak ekonomis dan bunga betinanya steril sehingga
sangat jarang menghasilkan buah. Tenera adalah persilangan antara induk Dura dan jantan Pisifera.
Jenis ini dianggap bibit unggul sebab melengkapi kekurangan masing-masing induk dengan sifat
cangkang buah tipis namun bunga betinanya tetap fertil. Beberapa tenera unggul memiliki persentase
daging per buahnya mencapai 90% dan kandungan minyak per tandannya dapat mencapai 28%.
Untuk pembibitan massal, sekarang digunakan teknik kultur jaringan.
Hasil tanaman
Minyak sawit digunakan sebagai bahan baku minyak makan, margarin, sabun,kosmetika,
industri baja, kawat, radio, kulit dan industri farmasi. Minyak sawit dapat digunakan untuk begitu
beragam peruntukannya karena keunggulan sifat yang dimilikinya yaitu tahan oksidasi dengan
tekanan tinggi, mampu melarutkan bahan kimia yang tidak larut oleh bahan pelarut lainnya,
mempunyai daya melapis yang tinggi dan tidak menimbulkan iritasi pada tubuh dalam bidang
kosmetik.[1]
Bagian yang paling populer untuk diolah dari kelapa sawit adalah buah. Bagian daging buah
menghasilkan minyak kelapa sawit mentah yang diolah menjadi bahan bakuminyak goreng dan
berbagai jenis turunannya. Kelebihan minyak nabati dari sawit adalah harga yang murah,
rendah kolesterol, dan memiliki kandungan karoten tinggi. Minyak sawit juga diolah menjadi bahan
baku margarin.
Minyak inti menjadi bahan baku minyak alkohol dan industri kosmetika. Bunga dan buahnya
berupa tandan, bercabang banyak. Buahnya kecil, bila masak berwarna merah kehitaman. Daging
buahnya padat. Daging dan kulit buahnya mengandung minyak. Minyaknya itu digunakan sebagai
bahan minyak goreng, sabun, dan lilin. Ampasnya dimanfaatkan untuk makanan ternak. Ampas yang
disebut bungkil inti sawit itu digunakan sebagai salah satu bahan pembuatan makanan ayam.
Tempurungnya digunakan sebagai bahan bakar dan arang.
Buah diproses dengan membuat lunak bagian daging buah dengan temperatur 90 C. Daging
yang telah melunak dipaksa untuk berpisah dengan bagian inti dan cangkang dengan pressing pada
mesin silinder berlubang. Daging inti dan cangkang dipisahkan dengan pemanasan dan teknik
pressing. Setelah itu dialirkan ke dalam lumpur sehingga sisa cangkang akan turun ke bagian bawah
lumpur.
Sisa pengolahan buah sawit sangat potensial menjadi bahan campuran makananternak dan
difermentasikan menjadi kompos.

Pertumbuhan sub-sektor kelapa sawit telah menghasilkan angka-angka pertumbuhan


ekonomi yang sering digunakan pemerintah bagi kepentingannya untuk mendatangkan investor ke
Indonesia. Namun pengembangan areal perkebunan kelapa sawit ternyata menyebabkan
meningkatnya ancaman terhadap keberadaan hutan Indonesia karena pengembangan areal
perkebunan kelapa sawit utamanya dibangun pada areal hutan konversi.
Konversi hutan alam masih terus berlangsung hingga kini bahkan semakin menggila karena
nafsu pemerintah yang ingin menjadikan Indonesia sebagai produsen minyak sawit terbesar di dunia.
Demi mencapai maksudnya tadi, pemerintah banyak membuat program ekspnasi wilayah kebun
meski harus mengkonversi hutan.
Sebut saja Program sawit di wilayah perbatasan Indonesia Malaysia di pulau Kalimantan
seluas 1,8 jt ha dan Program Biofuel 6 juta ( tribun Kaltim, 6 juta ha untuk kembangkan biofuel) ha.
Program pemerintah itu tentu saja sangat diminati investor, karena lahan peruntukan kebun yang
ditunjuk pemerintah adalah wilayah hutan. sebelum mulai berinvestasi para investor sudah bisa
mendapatkan keuntungan besar berupa kayu dari hutan dengan hanya mengurus surat Ijin
Pemanfaatan Kayu (IPK) kepda pihak pemerintah, dalam hal ini departemen kehutanan.
Akibat deforetasi tersebut bisa dipastikan Indonesia mendapat ancaman hilangnya
keanekaragaman hayati dari ekosistem hutan hujan tropis. Juga menyebabkan hilangnya budaya
masyarakat di sekitar hutan. Disamping itu praktek konversi hutan alam untuk pengembangan areal
perkebunan kelapa sawit telah menyebabkan jutaan hektar areal hutan konversi berubah menjadi
lahan terlantar berupa semak belukar dan/atau lahan kritis baru, sedangkan realisasi pembangunan
perkebunan kelapa sawit tidak sesuai dengan yang direncanakan.

2.2 Dampak Positif dan Negatif dari limbah sawit terhadap lingkungan
a. Dampak negatif
Limbah yang dihasilkan dalam pengolahan buah sawit berupa : tandan buah kosong, serat
buah perasan, lumpur sawit (solid decanter), cangkang sawit, dan bungkil sawit. Limbah sawit yang
dihasilkan pabrik pengolahan sawit yang cukup besar tersebut akan menjadi masalah besar yang
dapat merupakan ancaman pencemaran lingkungan, apabila tidak dikelola dengan baik.

1. Tandan kosong
Tandan kosong merupakan limbah yang paling banyak dihasilkan oleh pabrik pengolahan
sawit. Bahan ini mempunyai kandungan protein 3,7%,, teksturnya keras seperd kayu.
2. Serat perasan buah
Serat sisa perasan buah sawit merupakan serabut berbentuk seperti benang. Bahan ini
mengandung protein kasar sekitar 4% dan serat kasar 36% (lignin 26%)
3. Lumpur sawit
Dalam proses pengolahan minyak sawit (CPO) dihasilkan limbah cairan yang sangat banyak,
yaitu sekitar 2,5 m3/ton CPO yang dihasilkan. Limbah ini mengandung bahan pencemar yang sangat
tinggi, yaitu. biochemical oxygen demand (BOD) sekitar 20.000-60.000 mg/l (Wenten, 2004).
Pengurangan bahan padatan dari cairan ini dilakukan dengan menggunakan suatu alat decanter, yang
menghasilkan solid decanter atau lumpur sawit. Bahan padatan ini berbentuk seperti lumpur, dengan
kandungan air sekitar 75%, protein kasar 11,14% dan lemak kasar 10,14%. Kandungan air yang
cukup tinggi, menyebabkan bahan ini mudah busuk. Apabila dibiarkan di lapangan bebas dalam
waktu sekitar 2 hari, bahan ini terlihat ditumbuhi oleh jamur yang berwarna kekuningan. Apabila
dikeringkan, lumpur sawit berwarna kecoklatan dan terasa sangat kasar dan keras.
4. Solid membran
Limbah cairan yang dikeluarkan setelah pengutipan lumpur sawit, masih mengandung bahan
padatan yang cukup banyak. Oleh karena, itu, bahan ini merupakan sumber kontaminan bagi
lingkungan bila tidak dikelola dengan baik. Suatu metoda baru untuk memisahkan padatan dan
cahun~ dengan menggunakan alat penyaring membran keramik sedang dikembangkan di P.T.
Agricinal-Bengkulu. Aplikasi teknik ini dapat mengutip padatan dengan jumlah sekitar dua kali lipat
lebih banyak dari padatan yang dikutip oleh decanter. Bahan ini disebut solid heavy phase atau
solid membran, berbentuk pasta dengan kadar air sekitar 90%, dan berwarna. kecoklatan. Bahan
yang sudah dikeringkan mengandung protein kasar sekitar 9 %, serat kasar 16% dan lemak kasar
15%
5. Bungkil inti sawit
Bungkil inti sawit mempakan hasil samping dari pemerasan daging buah inti sawit. Proses
mekanik yang dilakukan dalam proses pengambilan minyak menyebabkan jumlah minyak yang
tertinggal relatif cukup banyak (sekitar 7-9 %). Hal ini menyebabkan bungIdl inti sawit cepat tengik
akibat ksidasi lemak yang masih tertinggal. Kandungan protein baban ini cukup tinggi, yaitu sekitar
12,16%, dengan kandungan serat kasar yang cukup tinggi (36%). Bungkil inti sawit biasanya
terkontaminasi dengan pecahan cangkang sawit dengan jumlah sekitarl5,17%. Pecahan cangkang ini
mempunyai tekstur yang sangat keras dan tajam.
Dampak negatif yang terungkap dari aktivitas perkebunan kelapa sawit diantaranyai:
1. Persoalan tata ruang, dimana monokultur, homogenitas dan overloads konversi.
Hilangnya keaneka ragaman hayati ini akan memicu kerentanan kondisi alam berupa
menurunnya kualitas lahan disertai erosi, hama dan penyakit.
2. Pembukaan lahan sering kali dilakukan dengan cara tebang habis dan land clearing
dengan cara pembakaran demi efesiensi biaya dan waktu.
3. Kerakusan unsur hara dan air tanaman monokultur seperti sawit, dimana dalam satu
hari satu batang pohon sawit bisa menyerap 12 liter (hasil peneliti lingkungan dari
Universitas Riau) T. Ariful Amri MSc Pekanbaru/ Riau Online). Di samping itu
pertumbuhan kelapa sawit mesti dirangsang oleh berbagai macam zat fertilizer sejenis
pestisida dan bahan kimia lainnya.
4. Munculnya hama migran baru yang sangat ganas karena jenis hama baru ini akan
mencari habitat baru akibat kompetisi yang keras dengan fauna lainnya. Ini
disebabkan karena keterbatasan lahan dan jenis tanaman akibat monokulturasi.
5. Pencemaran yang diakibatkan oleh asap hasil dari pembukaan lahan dengan cara
pembakaran dan pembuangan limbah, merupakan cara-cara perkebunan yang meracuni
makhluk hidup dalam jangka waktu yang lama. Hal ini semakin merajalela karena sangat
terbatasnya lembaga (ornop) kemanusiaan yang melakukan kegiatan tanggap darurat
kebakaran hutan dan penanganan Limbah.
6. Terjadinya konflik horiziontal dan vertikal akibat masuknya perkebunan kelapa sawit.
sebut saja konflik antar warga yang menolak dan menerima masuknya perkebunan sawit dan
bentrokan yang terjadi antara masyarakat dengan aparat pemerintah akibat sistem perijinan
perkebunan sawit.
7. Selanjutnya, praktek konversi hutan alam untuk pembangunan perkebunan kelapa
sawit seringkali menjadi penyebab utama bencana alam seperti banjir dan tanah longsor
Dampak negatif terhadap lingkungan menjadi bertambah serius karena dalam prakteknya
pembangunan perkebunan kelapa sawit tidak hanya terjadi pada kawasan hutan konversi, melainkan
juga dibangun pada kawasan hutan produksi, hutan lindung, dan bahkan di kawasan konservasi yang
memiliki ekosistem yang unik dan mempunyai nilai keanekaragaman hayati yang tinggi (Manurung,
2000; Potter and Lee, 1998).
b. Dampak Positif
Limbah hasil industri kelapa sawit juga dapat dimanfaatkan menjadi:

1. Pakan ternak sapi


2. Biogas

Pakan Ternak Sapi

Industri kelapa sawit menghasilkan limbah yang berpotensi sebagai pakan ternak, seperti
bungkil inti sawit, serat perasan buah, tandan buah kosong, dan solid
Solid merupakan salah satu limbah padat dari hasil pengolahan minyak sawit kasar. Limbah
ini dikenal sebagai lumpur sawit, namun solid biasanya sudah dipisahkan dengan cairannya sehingga
merupakan limbah padat.
Sejauh ini solid masih belum dimanfaatkan oleh pihak pabrik, tetapi hanya dibuang begitu
saja sehingga dapat mencemari lingkungan. Pihak pabrik memerlukan dana yang relative besar untuk
membuang limbah tersebut, yaitu dengan membuatkan lubang besar. Tentunya akan sangat
menguntungkan bagi pihak pabrik apabila solid dapat
dimanfaatkan secara luas, antara lain sebagai pakan ternak. Kelemahan solid untuk pakan adalah
tidak tahan lama disimpan. Hal ini karena solid masih mengandung 1,50% CPO
sehingga akan mudah menjadi tengik bila dibiarkan di tempat terbuka serta mudah ditumbuhi kapang
yang berwarna keputihan. Namun dari hasil pemeriksaan di laboratorium, kapang tersebut tidak
bersifat patogen. Solid dapat tahan lama apabila disimpan dalam tempat tertutup, misalnya dalam
kantong plastik hitam.
Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan bahwa solid berpotensi sebagai sumber nutrisi
baru untuk ternak dengan kandungan bahan kering 81,56%, protein kasar 12,63%, serat kasar 9,98%,
lemak kasar 7,12%, kalsium 0,03%, fosfor 0,003%, dan energi 154 kal/100 g . Pada uji preferensi
terhadap 25 ekor sapi Madura, solid pada akhirnya sangat disukai, namun perlu waktu adaptasi 45
hari. Pemanfaatan solid sebagai pakan ternak diharapkan dapat membantu mengatasi masalah
ketersediaan pakan terutama pada musim kemarau, serta meningkatkan produktivitas ternak.
Solid sangat berpotensi sebagai sumber pakan lokal mengingat kandungan nutrisinya cukup
memadai, jumlahnya melimpah, kontinuitas terjamin, terpusat pada satu
tempat, murah karena dapat diminta secara cuma-cuma, dan tidak bersaing dengan kebutuhan
manusia.
Pemberian solid mampu meningkatkan pertambahan bobot badan ternak secara nyata
dibandingkan yang tidak diberi solid. Pemberian solid segar secara terbatas pada sapi Madura jantan
selama 3 bulan pemeliharaan rata-rata memberikan PBBH ternak
450 g/ekor/hari. Umumnya peternak memberikan solid secara, sekitar 1015 kg sekali pemberian
karena ternak sangat menyukainya.

Gambar. Pemberian solid dalam bentuk segar secara pada sapi.

Biogas

PRODUKSI BIOGAS MELALUI PROSES DIGESER ANAEROB

LIMBAH CAIR PMKS


Metode pengolahan limbah dapat dilakukan secara fisika, kimia, dan biologi. Pengolahan
limbah secara kimia dilakukan dengan proses koagulasi, flokulasi, sedimentasi, dan flotasi. Proses
kimia sering kurang efektif karena pembelian bahan kimianya yang cukup tinggi dan menghasilkan
sludge dengan volume yang cukup besar. Sedangkan pengolahan limbah secara biologis dapat
dilakukan dengan proses aerob dan anaerob.
Secara konvensional pengolahan limbah cair PMKS dilakukan secara biologis dengan
menggunakan kolam, yaitu limbah cair diproses dalam kolam aerobik dan anerobik dengan
memanfaatkan mikrobia sebagai perombak BOD dan menetralisir keasaman cairan limbah.
Pengolahan limbah cair PMKS secara konvesional banyak dilakukan oleh pabrik karena
teknik tersebut cukup sederhana dan biayanya lebih murah. Pengolahan limbah cair PMKS dengan
menggunakan digester anaerob dilakukan dengan mensubtitusi proses yang terjadi di kolam
anaerobik pada sistem konvensional kedalam tangki digester. Tangki digester berfungsi
menggantikan kolam anaerobik yang dibantu dengan pemakaian bakteri mesophilic dan thermophilic
(Naibaho, 1996). Kedua bakteri ini termasuk bakteri methanogen yang merubah substrat dan
menghasilkan gas methana.
Fermentasi anaerobik dalam proses perombakan bahan organik yang dilakukan oleh
sekelompok mikrobia anaerobik fakultatif maupun obligat dalam satu tangki digester (reaktor
tertutup) pada suhu 35-55 0C. Metabolisme anaerobik selulose melibatkan banyak reaksi kompleks
dan prosesnya lebih sulit daripada reaksi-reaksi anaerobik bahan-bahan organik lain seperti
karbohidrat, protein, dan lemak. Bidegradasi tersebut melalui beberapa tahapan yaitu proses
hidrolisis, proses asidogenesis, proses asetogenesis, dan proses methanogenesis. Proses hidrolisis
berupa proses dekomposisi biomassa kompleks menjadi gkukosa sederhana memakia enzim yang
dihasilkan oleh mikroorganisme sebagai katalis. Hasilnya biomassa menjadi dapat larut dalam air dan
mempunyai bentuk yang lebih sederhana. Proses asidogenesis merupakan proses perombakan
monomer dan oligomer menjadi asam asetat, CO2, dan asam lemak rantai pendek, serta
alkohol. Proses asidogenesis atau fase non methanogenesis menghasilkan asam asetat, CO2, dan H2.
Sementara proses methanogensesis merupakan perubahan senyawa-senyawa menjadi gas methan
yang dilakukan oleh bakteri methanogenik. Salah satu bakteri methanogeneik yang populer dalam
Methanobachillus omelianskii.
Proses biokonversi methanogenik merupakan proses biologis yang sangat dipengaruhi oleh
faktor lingkungan baik lingkungan biotik maupun abiotik. Faktor biotik meliputi mikroba dan jasad
aktif. Faktor jenis dan konsentrasi inokulum sangat berperan dalam proses perombakan dan produksi
biogas. Hasil penelitian Mahajoeno, dkk (2008) mengungkapkan inokulum LKLM II-20% (b/v)
dengan substrat 15 L, diperoleh produksi biogas paling baik dibandingkan konsentrasi lainnya
dimana produksi biogasnya mencapai 121 liter.
Sedangkan faktor abiotik meliputi pengadukan (agitasi), suhu, tingkat keasaman (pH), kadar
substrat, kadar air, rasio C/N, dan kadar P dalam substrat, serta kehadiran bahan toksik (Mahajoeno,
dkk, 2008). Diantara faktor abiotik di atas, faktor pengendali utama produksi biogas adalah suhu, pH,
dan senyawa beracun.
Kehidupan mikroba dalam cairan memerlukan kedaaan lingkungan yang cocok antara lain
pH, suhu, dan nutrisi. Derajat keasaman pada mikroba yaitu antara pH 5-9. Oleh karena itu limbah
cair PMKS yang bersifat asam (pH 4-5) merupakan media yang tidak cocok untuk pertumbuhan
bakteri, maka untuk mengaktifkan bakteri cairan limbah PMKS tersebut harus dinetralisasi.
Penambahan bahan penetral pH dapat meningkatkan produksi biogas. Namun keasamannya dibatasi
agar tidak melebihi pH 9, karena pada pH 5 dan pH 9 dapat menyebabkan terganggunya enzim
bakteri (enzim teridir dari protein yang dapat mengkoagulasi pada pH tertentu). Peningkatan pH
optimum akan memacu proses pembusukan sehingga meningkatkan efektifitas bakteri methanogenik
dan dapat meningkatkan produksi biogas. Mahajoeno, dkk (2008) menyatakan menunjukkan bahwa
pH substrat awal 7 memberikan peningkatan laju produksi biogas lebih baik dibandingkan dengan
perlakuan pH yang lain.
Peningkatan suhu juga dapat meningkatkan laju produksi biogas. Mikroba menghendaki
suhu cairan sesuai dengan jenis mikroba yang dikembangkan. Berdasarkan sifat adaptasi bakteri
terhadap suhu dapat dibedakan menjadi 3 (tiga) bagian (Naibaho, 1996) yaitu :
a. Phsycrophill, yaitu bakteri yang dapat hidup aktif pada suhu rendah yaitu 10 0C, bakteri ini
ditemukan pada daerah-daerah sub tropis.
b. Mesophill, yaitu bakteri yang hidup pada suhu 10-50 0C dan merupakan jenis bakteri yang
paling banyak dijumpai pada daerah tropis.
c. Thermophill, yaitu bakteri yang tahan panas pada suhu 50-80 0C. bakteri ini banyak dijumpai
pada tambang minyakyang berasal dari perut bumi.
Perombakan limbah dapat berjalan lebih cepat pada penggunaan bakteri thermophill. Suhu
yang tinggi dapat memacu perombakan secara kimiawi, perombakan yang cepat akan dimanfaatkan
oleh bakteri metahonogenik untuk menghasilkan gas methan, sehingga dapat produksi biogas.
Peningkatan suhu sebesar 40 0C dapat menghasilkan 68,5 liter biogas (Mahajoeno, dkk, 2008).
Limbah cair mengandung karbohidrat, protein, lemak, dan mineral yang dibutuhkan oleh
mikroba. Komposisi limbah perlu diperbaiki dengan penambahan nutrisi seperti untur P dan N yang
diberkan dalam bentuk pupuk TSP dan urea. Jumlah kandungan bahan makanan dalam limbah harus
dipertahankan agar bakteri tetap berkembang dengan baik. Jumlah lemak yang terdapat dalam limbah
akan mempengaruhi aktifitas perombak limbah karbohidrat dan protein. Selain kontinuitas makanan
juga kontak antara makanan dan bakteri perlu berlangsung dengan baik yang dapat dicapai dengan
melakukan agitasi (pengadukan). agitasi juga berpengaruh terhadap produksi biogas. Pemberian
agitasi berpengaruh lebih baik dibandingkan tanpa agitasi dalam peningkatan laju produksi gas.
Dengan agitasi substrat akan menjadi homogen, inokulum kontak langsung dengan substrat dan
merata, sehingga proses perombakan akan lebih efektif. Agitasi dimaksudkan agar kontak antara
limbah cair PMKS dan bakteri perombak lebih baik dan menghindari padatan terbang atau
mengendap. Agitasi pada 100 rpm dapat meningkatkan produksi biogas.
Reaksi perombakan anaerobik tidak menginginkan kehadiran oksigen, karena oksigen akan
menonaktifkan bakteri. Kehadiran oksigen pada limbah cair dapat berupa kontak limbah dengan
udara. Kedalaman reaktor akan mempengaruhi reaksi perombakan. Semakin dalam reaktor akan
semakin baik hasil perombakan.
Kehadiran bahan toksik juga menghambat proses produksi biogas. Kehadiran bahan toksik
ini akan menghambat aktifitas mikroorganisme untuk melakukan perombakan. Maka untuk
memperoleh produksi biogas yang baik, kehadiran bahan toksik harus dicegah.
Hasil produksi biogas juga ditentukan oleh faktor waktu fermentasi. Hal ini disebabkan untuk
melakukan perombakan anaerob terdiri atas 4 (empat) tahapan. Untuk itu setiap proses membutuhkan
waktu yang cukup. Pengaruh waktu fermentasi memberikan hasil yang berbeda pada produksi
biogas. Semakin lama proses fermentasi, maka akan semakin tinggi produksi biogas.
Ahmad (2003) menyatakan parameter kinetik merupakan dasar penting dalam desain
bioreaktor terutama konstanta laju pertumbuhan mikroba maksimum dan menetukan waktu tinggal
biomassa minimum. Parameter kinetik biodegradasi anerob limbah cair PMKS optimum diperoleh
pada konstanta setengah jenuh (Ks) 1,06 g/L, laju pertumbuhan spesifik maksimum (m) 0,187 /
hari, perolan biomassa (Y) 0,395 gVSS/gCOD, konstanta laju kematian mikroorganisme (Kd) 0,027 /
hari, dan konstanta pemanfaatan substat maksimum (k) 0,474 / hari.
Potensi biogas yang dihasilkan dari 600-700 kg limbah cair PMKS dapat diproduksi sekitar
20 m3 biogas (Goenadi, 2006) dan setiap m3 gas methan dapat diubah menjadi energi sebesar 4.700
6.000 kkal atau 20-24 MJ (Isroi, 2008). Sebuah PMKS dengan kapasitas 30 ton TBS/jam dapat
menghasilkan tenaga biogas untuk energi setara 237 KwH (Naibaho, 1996).
Selain menghasilkan biogas, pengolahan limbah cair dengan proses digester anaerobik dapat
dilakukan pada lahan yang sempit dan memberi keuntungan berupa penurunan jumlah padatan
organik, jumlah mikroba pembusuk yang tida diinginkan, serta kandungan racun dalam limbah.
Disamping itu juga membantu peningkatan kualitas pupuk dari sludge yang dihasilkan, karena sludge
yang dihasilkan berbeda dari sludge limbah cair PMKS biasa yang dilakukan melalui proses
konvesional (Tobing, 1997). Kelebihan tersebut adalah :
a. Penurunan kadar BOD bisa mencapai 80-90 %.
b. Baunya berkurang sehingga toidak disukai lalat.
c. Berwarna coklat kehitam-hitaman.
d. Kualitas sludge sebagai pupuk lebih baik, yaitu
1). Memperbaiki struktur fisik tanah,
2). Meningkatkan aerasi, peresapan, retensi, dan kelembaban,
3). Meningkatkan perkembangbiakan dan perkembangan akar,
4). Meningkatkan kandungan organik tanah, pH, dan kapasitas tukar kation tanah, dan
5). Meningkatkan populasi mkroflora dan mkrofauna tanah maupun aktivitasnya.

2.4 Pengelolaan Limbah Sawit agar Bermanfaat Bagi Lingkungan


Pemanfaatan Limbah Kelapa Sawit
Berbagai penelitian telah dilakukan menunjukkan bahwa limbah kelapa sawit dapat
dimanfaatkan untuk berbagai kebutuhan. Berikut akan dijelaskan manfaat limbah kelapa sawit.
1. TKKS untuk pupuk organik
Tandan kosong kelapa sawit daoat dimanfaatkan sebagai sumber pupuk organik yang memiliki
kandungan unsur hara yang dibutuhkan oleh tanah dan tanaman. Tandan kosong kelapa sawit
mencapai 23% dari jumlah pemanfaatan limbah kelapa sawit tersebut sebagai alternatif pupuk
organik juga akan memberikan manfaat lain dari sisi ekonomi.
Ada beberapa alternatif pemanfaatan TKKS yang dapat dilakukan sebagai berikut :
a. Pupuk Kompos
Pupuk kompos merupakan bahan organik yang telah mengalami proses fermentasi atau dekomposisi
yang dilakukan oleh micro-organisme. Pada prinsipnya pengomposan TKSS untuk menurunkan
nisbah C / N yang terkandung dalam tandan agar mendekati nisbah C / N tanah. Nisbah C / N yang
mendekati nibah C / N tanah akan mudah diserap oleh tanaman.
b. Pupuk Kalium
Tandan kosong kelapa sawit sebagai limbah padat dapat dibakar dan akan menghasilkan abu tandan.
Abu tandan tersebut ternyata memiliki kandungan 30-40%, K2O, 7%P2O5, 9%CaO, dan 3%MgO.
Selain itu juga mengandung unsur hara mikro yaitu 1.200ppmFe, 1.00 ppm Mn, 400 ppmZn, dan 100
ppmCu. Sebagai gambaran umum bahwa pabrik yang mengolah kelapa sawit dengan kapasitas 1200
ton TBS/ hari akan menghasilkan abu tandan sebesar 10,8%/hari. Setara dengan 5,8 ton KCL; 2,2 ton
kiersit; dan 0,7ton TSP. dengan penambahan polimer tertentu pada abu tandan dapat dibuat pupuk
butiran berkadar K2O 30-38% dengan pH 8 9.
c. Bahan Serat
Tandan kosong kelapa sawit juga menghasilkan serat kuat yang dapat digunakan untuk berbagai hal,
diantaranya serat berkaret sebagai bahan pengisi jok mobil dan matras, polipot (pot kecil, papan
ukuran kecil dan bahan pengepak industri.

2. Tempurung buah sawit untuk arang aktif


Tempurung kelapa sawit merupakan salah satu limbah pengolahan minyak kelapa sawit yang cukup
besar, yaitu mencapai 60% dari produksi minyak. Arang aktif juga dapat dimanfaatkan oleh berbagai
industri. Antara lain industri minyak, karet, gula, dan farmasi.

3. Batang dan tandan sawit untuk pulp kertas


Kebutuhan pulp kertas di Indonesia sampai saat ini masih dipenuhi dari impor. Padahal potensi untuk
menghasilkan pulp di dalam negeri cukup besar. Salah satu alternatif itu adalah dengan
memanfaatkan batang dan tandan kosong kelapa sawit untuk digunakan bahan pulp kertas dan papan
serat.

4. Batang kelapa sawit untuk perabot dan papan artikel


Batang kelapa sawit yang sudah tua tidak produktif lagi, dapat dimanfaatkan menjadi produk yang
bernilai tinggi. Batang kelapa sawit tersebut dapat dibuat sebagai bahan perabot rumah tangga seperti
mebel, furniture,atau sebagai papan partikel. Dari setiapbatang kelapa sawit dapat diperoleh kayu
sebanyak 0.34 m3.

5. Batang dan pelepah sawit untuk pakan ternak


Batang dan pelepah dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak. Pada prinsipnya terdapat tiga cara
pengolahan batang kelapa sawit untuk dijadikan pakan ternak, yaitu pertama pengolahan menjadi
silase, kedua dengan perlakuan NaOH dan yang ketiga adalah pengolahan dengan menggunakan uap.

2.5 Pemasaran Produk Limbah Sawit


Produk baru yang dapat dihasilkan dari limbah kelapa sawit Tandan Kosong Kelapa Sawit
(TKKS) yaitu berupa Bioetanol yang dapat dijadikan sebagai bahan bakar yang ramah lingkungan
dan juga sebagai bahan bakar yang renewable yang dpat diatur pembaharuannya sehingga tidak perlu
lama menunggu seperti proses pembentukan minyak bumi, dan juga dapat dijadikan sebagai kompos
yang lebih ramah lingkungan sehingga tanah yang diaplikasikan pupuk tidak mengeras atau rusak
karena ketidakseimbangan unsur haranya akibat penggunaan pupuk kimmia dalam jangka waktu
yang lama.

Biaya yang diperlukan untuk pembuatan kompos bervariasi, hal ini ditentukan oleh teknologi
yang digunakan, biaya tenaga kerja, dan fasilitas yang diperlukan. HPP (Harga Pokok Produksi)
Kompos TKKS yang diolah dengan menggunakan ActiComp tidak memerlukan penyiraman dan
pembalikan selama proses pembuatan kompos. Peningkatan kualitas kompos tentu saja akan
meningkatkan HPP kompos. Peningkatan ini juga tergantung pada teknologi, bahan-bahan, peralatan
dan tenaga kerja.Misalkan kompos tersebut dapat dijual dengan harga Rp 350/kg 400/kg maka
selisih keuntungan kotor sebesar Rp 250-350/kg. Dalam satu pabrik yang menghasilkan TKKS
sebanyak 60.000 ton/tahun akan dihasilkan kompos sebanyak 3900 ton dengan nilai 13,65 miliar
15,6.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Industri minyak kelapa sawit merupakan salah satu industri strategis, karena berhubungan
dengan sektor pertanian (agro-based industry) yang banyak berkembang di negaranegara tropis
seperti Indonesia, Malaysia dan Thailand. Hasil industri minyak kelapa sawit bukan hanya minyak
goreng saja, tetapi juga bisa digunakan sebagai bahan
dasar industri lainnya seperti industri makanan, kosmetika dan industri sabun. Prospek
perkembangan industri minyak kelapa sawit saat ini sangat pesat, dimana terjadi peningkatan jumlah
produksi kelapa sawit seiring meningkatnya kebutuhan masyarakat.
Dengan besarnya produksi yang mampu dihasilkan, tentunya hal ini berdampak positif bagi
perekenomian Indonesia, baik dari segi kontribusinya terhadap pendapatan negara, maupun besarnya
tenaga kerja yang terserap di sektor. Sektor ini juga mampu meningkatkan taraf hidup masyarakat di
sekitar perkebunan sawit, di mana presentase penduduk miskin di areal ini jauh lebih rendah dari
angka penduduk miskin nasional sebesar. Boleh dibilang, industri minyak kelapa sawit ini dapat
diharapkan menjadi motor pertumbuhan ekonomi nasional
DAFTAR PUSTAKA

http://id.wikipedia.org/wiki/singkong
http://id.shyoong.com/exact-sciences/1860341-mengenal-karakter-umbi/
http://www.iptek.net.id/ind/warintek/?mnu=6&ttg=6&doc=6b29
http://id.shvoong.com/business-management/entrepreneurship/1929400-pemanfaatan-limbah-
sawit/#ixzz1vQLmQH5m
Manfaat Limbah Kelapa Sawit

1. LATAR BELAKANG

Perkembangan bisnis dan investasi kelapa sawit dalam beberapa tahun terakhir
mengalami pertumbuhan yang sangat pesat. Permintaan atas minyak nabati dan penyediaan
biofuel telah mendorong peningkatan permintaan minyak nabati yang bersumber dari crude palm
oil (CPO) yang berasal dari kelapa sawit. Hal ini disebabkan tanaman kelapa sawit memiliki
potensi menghasilkan minyak sekitar 7 ton/hektar lebih tinggi dibandingkan dengan kedelai yang
hanya 3 ton/hektar. Indonesia memiliki potensi yang sangat besar dalam pengembangan
perkebunan dan industri kelapa sawit karena memiliki potensi cadangan lahan yang cukup luas,
ketersediaan tenaga kerja, dan kesesuaian agroklimat.
Limbah adalah kotoran atau buangan yang merupakan komponen pencemaran yang
terdiri dari zat atau bahan yang tidak mempunyai kegunaan lagi bagi masyarakat. Limbah
industri dapat digolongkan kedalam tiga golongan yaitu limbah cair, limbah padat, dan limbah
gas yang dapat mencemari lingkungan. Jumlah limbah cair yang dihasilkan oleh PMKS berkisar
antara 600-700 liter/ton tandan buah segar (TBS). Limbah ini merupakan sumber pencemaran
yang potensial bagi manusia dan lingkungan, sehingga pabrik dituntut untuk mengolah limbah
melalui pendekatan teknologi pengolahan limbah (end of the pipe).Diantara upaya tersebut
adalah pemanfaatan limbah cair PMKS dengan proses digester anaerob untuk memproduksi
biogas.

2. TUJUAN
1. Menjelaskan pengertian tentang kelapa sawit
2. Menjelaskan manfaat limbah kelapa sawit
3. Menjelaskan dampak dari limbah kelapa sawit
4. Menjelaskan cara pengolahan limbah kelapa sawit

BAB II
PEMBAHASAN

1. PENGERTIAN
Definisi limbah adalah kotoran atau buangan yang merupakan komponen penyebab
pencemaran terdiri dari zat atau bahan yang tidak mempunyai kegunaan lagi bagi masyarakat.
Limbah industri kebanyakan menghasilkan limbah yang bersifat cair atau padat yang masih kaya
dengan zat organik yang mudah mengalami peruraian. Kebanyakan industri yang ada membuang
limbahnya ke perairan terbuka, sehingga dalam waktu yang relatif singkat akan terjadi bau busuk
sebagai akibat terjadinya fermentasi limbah.
Kelapa sawit adalah salah satu komoditi andalan Indonesia yang perkembangannya
demikian pesat. Selain produksi minyak kelapa sawit yang tinggi, produk samping atau limbah
pabrik kelapa sawit juga tinggi. Secara umum limbah dari pabrik kelapa sawit terdiri atas tiga
macam yaitu limbah cair, padat dan gas. Limbah cair pabrik kelapa sawit berasal dari unit proses
pengukusan (sterilisasi), proses klarifikasi dan buangan dari hidrosiklon. Pada umumnya, limbah
cair industri kelapa sawit mengandung bahan organik yang tinggi sehingga potensial mencemari
air tanah dan badan air. Sedangkan limbah padat pabrik kelapa sawit dikelompokan menjadi dua
yaitu limbah yang berasal dari proses pengolahan dan yang berasal dari basis pengolahan limbah
cair. Limbah padat yang berasal dari proses pengolahan berupa Tandan Kosong Kelapa Sawit
(TKKS), cangkang atau tempurung, serabut atau serat, sludge atau lumpur, dan bungkil. TKKS
dan lumpur yang tidak tertangani menyebabkan bau busuk, tempat bersarangnya serangga lalat
dan potensial menghasilkan air lindi (leachate). Limbah padat yang berasal dari pengolahan
limbah cair berupa lumpur aktif yang terbawa oleh hasil pengolahan air limbah.
Kelapa sawit (Elaeis) adalah tumbuhan industri penting penghasil minyak masak,
minyak industri, maupun bahan bakar (biodiesel). Indonesia merupakan negara penghasil minyak
kelapa sawit kedua dunia setelah Malaysia. Di Indonesia penyebarannya di daerah Aceh, Pantai
Timur, Sumatera, Jawa, dan Sulawesi.
Habitat aslinya adalah daerah semak belukar. Sawit dapat tumbuh dengan baik di
daerah tropis. Tanaman ini tumbuh sempurna di ketinggian 0 500 m dari permukaan laut
dengan kelembaban 80% 90%. Tingginya dapat mencapai 24 meter. Sawit membutuhkan iklim
dengan curah hujan stabil. 2000 2500 mm setahun, yaitu daerah yang tidak tergenang air saat
hujan dan tidak kekeringan saat kemarau. Pola curah hujan tahunan mempengaruhi perilaku
pembungaan dan produksi buah sawit.
2. MANFAAT LIMBAH KELAPA SAWIT
Kelapa sawit terbukti memberikan peran yang nyata dalam pembangunan
perekonomian, sosial dan lingkungan di Indonesia. Peran tersebut terutama dalam hal:
penyediaan lapangan kerja, sumber pendapatan masyarakat, perolehan devisa bagi negara,
mendukung industri dalam negeri berbasis bahan dasar kelapa sawit, pemanfaatan lahan kritis,
sumber oksigen bagi kehidupan dan menyerap karbon dari udara.Luas areal ini akan berkembang
terus sejalan dengan kebijakan revitalisasi perkebunan, kelapa sawit bukan monopoli perusahaan
skala besar milik pemerintah dan swasta, tetapi terbuka luas untuk diusahakan pekebun rakyat.
CPO berasal dari pengolahan Tandan Buah Segar (TBS). Setiap ton TBS yang diolah dapat
menghasilkan 140 200 kg CPO dan limbah/produk samping, antara lain: limbah padat, limbah
cair dan gas. Limbah cair yang dihasilkan cukup banyak, yaitu berkisar antara 600 700 kg.
Bilamana limbah/produk samping ini tidak diolah akan menimbulkan masalah berupa;
penumpukan limbah dan resiko cairan dan gas. Potensi Limbah Kelapa Sawit Limbah Kelapa
Sawit memiliki potensi untuk dimanfaatkan dan memberi nilai ekonomi dalam bidang pertanian
dan industri, yaitu; pupuk, kompos, kertas, arang, dan sebagainya. Limbah Kelapa Sawit terdiri
dari tandan kosong, pelepah, daun, serat buah, cangkang, limbah cair dan gas. Pada Tabel 1
disajikan Jenis, Potensi dan Manfaat Limbah Kelapa Sawit. Limbah kelapa sawit menghasilkan
unsur hara makro yang diperlukan tanaman, seperti Nitrogen, Posfor, Kalium, Magnesium dan
Calsium. Minyak sawit dan produk minyak sawit lainnya dapat diolah lebih lanjut menjadi
minyak goreng, mentega, dan bahan baku untuk industri. Pada industri makanan, minyak sawit
digunakan untuk mentega, shortening, coklat, diitive, minyak goring, es krim dan lain
sebagainya. Pada industri obat-obatan dan kosmetik digunakan untuk krim, shampo, lotion,
pomade, vitamin, dan -karoten. Sedangkan pada industri kimia digunakan sebagai bahan kimia
untuk pembuatan detergen, sabun, dan minyak.
Berbagai penelitian telah dilakukan menunjukkan bahwa limbah kelapa sawit dapat
dimanfaatkan untuk berbagai kebutuhan. Berikut akan dijelaskan manfaat limbah kelapa sawit.
1. TKKS untuk pupuk organik
Tandan kosong kelapa sawit daoat dimanfaatkan sebagai sumber pupuk organik yang
memiliki kandungan unsur hara yang dibutuhkan oleh tanah dan tanaman. Tandan kosong kelapa
sawit mencapai 23% dari jumlah pemanfaatan limbah kelapa sawit tersebut sebagai alternatif
pupuk organik juga akan memberikan manfaat lain dari sisi ekonomi.
Ada beberapa alternatif pemanfaatan TKKS yang dapat dilakukan sebagai berikut :
a.Pupuk Kompos
Pupuk kompos merupakan bahan organik yang telah mengalami proses fermentasi
atau dekomposisi yang dilakukan oleh micro-organisme. Pada prinsipnya pengomposan TKSS
untuk menurunkan nisbah C / N yang terkandung dalam tandan agar mendekati nisbah C / N
tanah. Nisbah C / N yang mendekati nibah C / N tanah akan mudah diserap oleh tanaman.
b. Pupuk Kalium
Tandan kosong kelapa sawit sebagai limbah padat dapat dibakar dan akan
menghasilkan abu tandan. Abu tandan tersebut ternyata memiliki kandungan 30-40%, K2O,
7%P2O5, 9%CaO, dan 3%MgO. Selain itu juga mengandung unsur hara mikro yaitu
1.200ppmFe, 1.00 ppm Mn, 400 ppmZn, dan 100 ppmCu. Sebagai gambaran umum bahwa
pabrik yang mengolah kelapa sawit dengan kapasitas 1200 ton TBS/ hari akan menghasilkan abu
tandan sebesar 10,8%/hari. Setara dengan 5,8 ton KCL; 2,2 ton kiersit; dan 0,7ton TSP. dengan
penambahan polimer tertentu pada abu tandan dapat dibuat pupuk butiran berkadar K2O 30-38%
dengan pH 8 9.
c. Bahan Serat
Tandan kosong kelapa sawit juga menghasilkan serat kuat yang dapat digunakan
untuk berbagai hal, diantaranya serat berkaret sebagai bahan pengisi jok mobil dan matras,
polipot (pot kecil, papan ukuran kecil dan bahan pengepak industri.
2. Tempurung buah sawit untuk arang aktif
Tempurung kelapa sawit merupakan salah satu limbah pengolahan minyak kelapa
sawit yang cukup besar, yaitu mencapai 60% dari produksi minyak. Arang aktif juga dapat
dimanfaatkan oleh berbagai industri. Antara lain industri minyak, karet, gula, dan farmasi.

3. Batang dan tandan sawit untuk pulp kertas


Kebutuhan pulp kertas di Indonesia sampai saat ini masih dipenuhi dari impor. Padahal
potensi untuk menghasilkan pulp di dalam negeri cukup besar. Salah satu alternatif itu adalah
dengan memanfaatkan batang dan tandan kosong kelapa sawit untuk digunakan bahan pulp
kertas dan papan serat.
4. Batang kelapa sawit untuk perabot dan papan artikel
Batang kelapa sawit yang sudah tua tidak produktif lagi, dapat dimanfaatkan
menjadi produk yang bernilai tinggi. Batang kelapa sawit tersebut dapat dibuat sebagai bahan
perabot rumah tangga seperti mebel, furniture,atau sebagai papan partikel. Dari setiapbatang
kelapa sawit dapat diperoleh kayu sebanyak 0.34 m3.
5. Batang dan pelepah sawit untuk pakan ternak
Batang dan pelepah dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak. Pada prinsipnya
terdapat tiga cara pengolahan batang kelapa sawit untuk dijadikan pakan ternak, yaitu pertama
pengolahan menjadi silase, kedua dengan perlakuan NaOH dan yang ketiga adalah pengolahan
dengan menggunakan uap.

3. DAMPAK LIMBAH KELAPA SAWIT


Peningkatan produksi dan konsumsi dunia terhadap minyak sawit secara langsung
dapat meningkatkan dampak negatif terhadap lingkungan. Pada proses produksi minyak sawit
limbah berwujud padat, cair, dan gas dihasilkan dari berbagai stasiun kerja dari pabrik. Setiap
ton tandan buah segar (TBS) yang diolah men jadi efluen sebanyak 600 liter. Limbah tersebut
berdampak negatif terhadap lingkungan jika tidak dikelola dengan baik. Dewasa ini mulai
diperkenalkan pengelolaan lingkungan yang bersifat pencegahan terhadap sumber-sumber
dihasilkan limbah, seperti eco-efficient, pollution prevention, waste minimization, waste
minimization atau source reduction. United Nation Environment Programme (UNEP)
menggunakan istilah cleaner production atau produksi bersih sebagai upaya preventif dan
intregrasi yang dilaksanakan secara berkesinambunan terhadap proses dan jasa untuk
meningkatkan efisiensi dan mengurangi resiko terhadap manusia dan lingkungan.

4. CARA PENGOLAHAN LIMBAH KELAPA SAWIT


Produk utama adalah minyak sawit, CPO dan CPKO, yang selanjutnya menjadi
bahan baku industri hilir pangan maupun non pangan. Di samping produk utama CPO dan
CPKO serta produk-produk turunannya secara lebih rinci dalam pohon industri kelapa sawit,
dapat dilihat potensi produk-produk sampingan seperti tandan kosong, pelepah dan batang, serta
limbah padat dan limbah cair. Industri minyak kelapa sawit merupakan salah satu industri
strategis, berkembang di Negara Negara tropis seperti Indonesia, Malaysia dan Thailand.
Perkembangan industri minyak kelapa sawit saat ini sangat pesat, dimana terjadi peningkatan
jumlah produksi kelapa sawit seiring meningkatnya kebutuhan masyarakat. Dengan besarnya
produksi yang mampu dihasilkan berdampak positif bagi perekenomian Indonesia. Di masa akan
datang, industri minyak kelapa sawit ini dapat diharapkan menjadi motor pertumbuhan ekonomi
nasional.
Namun seperti dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan, dampak positif
dari perkembangan Seperti sektor agroindustri umumnya dan perkebunan kelapa sawit
khususnya, juga diikuti oleh dampak negative terhadap lingkungan akibat dihasilkannya limbah
cair, padat dan gas dari kegiatan kebun dan Pabrik Kelapa Sawit (PKS). Untuk itu tindakan
pencegahan dan penanggulangan dampak negatif dari kegiatan PerkebunanKelapa Sawit dan
PKS harus dilakukan dan sekaligus meningkatkan dampak positifnya.
1. Sekilas Tentang Kegiatan Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit
Tandan buah Segar (TBS) yang telah dipanen di kebun diangkut ke lokasi Pabrik
Minyak Sawit dengan menggunakan truk. Sebelum dimasukan ke dalam Loading Ramp, Tandan
Buah Segar tersebut harus ditimbang terlebih dahulu pada jembatan penimbangan (Weighing
Brigae) . Perlu diketahui bahwa kualitas hasil minyak CPO yang diperoleh sangat dipengaruhi
oleh kondisis buah (TBS) yang diolah dalam pabrik. Sedangkan proses pengolahan dalam pabrik
hanya berfungsi menekan kehilangan didalam pengolahannya, sehingga kualitas hasil tidak
semata-mata tergantung dari TBS yang masuk ke dalam Pabrik.
1. Perebusan
Tandan buah segar setelah ditimbang kemudian dimasukkan ke dalam lori
rebusan yang terbuat dari plat baja berlubang-lubang (cage) dan langsung dimasukkan ke dalam
sterilizer yaitu bejana perebusan yang menggunakan uap air yang bertekanan antara 2.2 sampai
3.0 Kg/cm2. Proses perebusan ini dimaksudkan untuk mematikan enzim-enzim yang dapat
menurunkan kuaiitas minyak. Disamping itu, juga dimaksudkan agar buah mudah lepas dari
tandannya dan memudahkan pemisahan cangkang dan inti dengan keluarnya air dari biji. Proses
ini biasanya berlangsung selama 90 menit dengan menggunakan uap air yang berkekuatan antara
280 sampai 290 Kg/ton TBS. Dengan proses ini dapat dihasilkan kondensat yang mengandung
0.5% minyak ikutan pada temperatur tinggi. Kondensat ini kemudian dimasukkan ke dalam Fat
Pit. Tandan buah yang sudah direbus dimasukan ke dalam Threser dengan menggunakan
Hoisting Crane.
2. Perontokan Buah dari Tandan
Padatahapan ini, buah yang masih melekat pada tandannya akan dipisahkan
dengan menggunakan prinsip bantingan sehingga buah tersebut terlepas kemudian ditampung
dan dibawa oleh Fit Conveyor ke Digester. Tujuannya untuk memisahkan brondolan (fruilet)
dari tangkai tandan. Alat yang digunakan disebut thresher dengan drum berputar (rotari drum
thresher). Hasil stripping tidak selalu 100%, artinya masih ada brondolan yang melekat pada
tangkai tandan, hal ini yang disebut dengan USB (Unstripped Bunch). Untuk
mengatasi hal ini, maka dipakai sistem Double Threshing. Sisitem ini bekerja dengan cara
janjang kosong/EFB (Empty Fruit Bunch) dan USB yang keluar dari thresher pertama, tidak
langsung dibuang, tetapi masuk ke threser kedua yang selanjutnya EFB dibawa ketempat
pembakaran (incinerator) dan dimanfaatkan sebagai produk samping.
3. Pengolahan Minyak dari Daging Buah
Brondolan buah (buah lepas) yang dibawa oleh Fruit Conveyor dimasukkan ke
dalam Digester atau peralatan pengaduk. Di dalam alat ini dimaksudkan supaya buah terlepas
dari biji. Dalam proses pengadukan (Digester) ini digunakan uap air yang temperaturnya selalu
dijaga agar stabil antara 80 90C. Setelah massa buah dari proses pengadukan selesai
kemudian dimasukkan ke dalam alat pengepresan (Scew Press) agar minyak keluar dari biji dan
fibre.Untuk proses pengepresan ini perlu tambahan panas sekitar 10% s/d 15% terhadap
kapasitas pengepresan. Dari pengepresan tersebut akan diperoleh minyak kasar dan ampas serta
biji.Sebelum minyak kasar tersebut ditampung pada Crude Oil Tank, harus dilakukan pemisahan
kandungan pasirnya pada Sand Trap yang kemudian dilakukan penyaringan (Vibrating Screen).
Sedangkan ampas dan biji yang masih mengandung minyak (oil sludge) dikirim ke pemisahan
ampas dan biji (Depericarper). Dalam proses penyaringan minyak kasar tersebut perlu
ditambahkan air panas untuk melancarkan penyaringan minyak tersebut. Minyak kasar (Crude
Oil) kemudian dipompakan ke dalam Decenter guna memisahkan Solid dan Liquid. Pada fase
cair yang berupa minyak, air dan masa janis ringan ditampung pada Countnuous Settling Tank,
minyak dialirkan ke oil tank dan pada fase berat (sludge) yang terdiri dari air dan padatan terlarut
ditampung ke dalam Sludge Tank yang kemudian dialirkan ke Sludge Separator untuk
memisahkan minyaknya.
4. Proses Pemurnian Minyak
Minyak dari oil tank kemudian dialirkan ke dalam Oil Purifer untuk memisahkan
kotoran/solid yang mengandung kadar air. Selanjutnya dialirkan ke Vacuum Drier untuk
memisahkan air sampai pada batas standard. Kemudian melalui Sarvo Balance, maka minyak
sawit dipompakan ke tangki timbun (Oil Storage Tank).
2. Jenis dan Potensi Limbah Kelapa Sawit
Jenis limbah kelapa sawit pada generasi pertama adalah limbah padat yang terdiri dari
Tandan Kosong, pelepah, cangkang dan lain-lain. Sedangkan limbah cair yang terjadi pada in
housekeeping. Limbah padat dan limbah cair pada generasi berikutnya dapat dilihat pada
Gambar 2. Pada Gambar tersebut terlihat bahwa limbah yang terjadi pada generasi pertama dapat
dimanfaatkan dan terjadi limbah berikutnya. Terlihat potensi limbah yang dapat dimanfaatkan
sehingga mempunyai nilai ekonomi yang tidak sedikit. Salah satunya adalah potensi limbah
dapat dimanfaatkan sebagai sumber unsur hara yang mampu menggantikan pupuk sintetis (Urea,
TSP dan lain-lain).
Limbah padat Tandan Kosong (TKS) merupakan limbah padat yang jumlahnya
cukup besar yaitu sekitar 6 juta ton yang tercatat pada tahun 2004, namun pemanfaatannya
masih terbatas. Limbah tersebut selama ini dibakar dan sebagian ditebarkan di lapangan sebagai
mulsa. Persentase Tankos terhadap TBS sekitar 20% dan setiap ton Tankos mengandung unsure
hara N, P, K, dan Mg berturut-turut setara dengan 3 Kg Urea; 0,6 Kg CIRP; 12 Kg MOP; dan 2
Kg Kieserit. Dengan demikian dari satu unit PKS kapasitas olah 30 ton TBS/jam atau 600 ton
TBS/hari akan menghasilkan pupuk N, P, K, dan Mg berturut-turut setara dengan 360 Kg Urea,
72 Kg CIRP; 1.440 Kg MOP; dan 240 Kg Kiserit (Lubis dan Tobing, 1989). Sedangkan limbah
padat seperti cangkang dan serat sebesar 1,73 juta ton dan 3,74 juta ton.
3. Pengelolaan Limbah Cair
a. Karakteristik Limbah Cair Industri Kelapa Sawit
Pada proses pengolahan kelapa sawit menjadi CPO, selain menghasilkan minyak
sawit tetapi juga menghasilkan limbah cair, dimana air limbah tersebut berasal dari :
Hasil kondensasi uap air pada unit pelumatan ( digester) dan unit
pengempaan (pressure). Injeksi uap air pada unit pelumatan bertujuan mempermudah
pengupasan daging buah, sedangkan injeksi uap bertujuan mempermudah pemerasan minyak.
Hasil kondensasi uap air pada kedua unit tersebut dikeluarkan dari unit pengempaan
Kondensat dari depericarper, yaitu untuk memisahkan sisa minyak yang terikut bersama
batok/cangkang
Hasil kondensasi uap air pada unit penampung biji/inti. Injeksi uap kedalam unit
penampung biji bertujuan memisahkan sisa minyak dan mempermudah pemecahan batok
maupun inti pada unit pemecah biji
Kondensasi uap air yang berada pada unit penampung atau penyimpan inti
Penambahan air pada hydrocyclone yang bertujuan mempermudah pemisahan serat dari
cangkang.
Penambahan air panas dari saringan getar, yaitu untuk memisahkan sisaminyak dari
ampas.
Limbah cair kelapa sawit mengandung konsentrasi bahan organik yang relatif
tinggi dan secara alamiah dapat mengalami penguraian oleh mikroorganisme menjadi senyawa-
senyawa yang lebih sederhana. Limbah cair kelapa sawit umumnya berwarna kecoklatan,
mengandung padatan terlarut dan tersuspensi berupa koloid dan residu minyak dengan
kandungan BOD tinggi. Berdasarkan hasil analisa pada tabel 1 menunjukkan bahwa limbah cair
industri kelapa sawit bila dibuang kepengairan sangat berpotensi untuk mencemari lingkungan,
sehingga harus diolah terlebih dahulu sebelum di buang keperairan. Pada umumnya industri
kelapa sawit yang berskala besar telah mempunyai pengolahan limbah cair.
b. Proses Pengolahan Limbah Cair Industri Kelapa Sawit
Teknik pengolahan limbah cair industri kelapa sawit pada umumnya
menggunakan metode pengolahan limbah kombinasi. yaitu dengan sistem
proses anaerobik dan aerobik. Limbah cair yang dihasilkan oleh pabrik kemudian dialirkan ke
bak penampungan untuk dipisahkan antara minyak yang terikut dan limbah cair. Setelah itu
maka limbah cair dialirkan ke bak anaerobik untuk dilakukan proses anaerobik. Pengolahan
limbah secara anaerobik merupakan proses degradasi senyawa organik seperti karbohidrat,
protein dan lemak yang terdapat dalam limbah cair oleh bakteri anaerobik tanpa kehadiran
Oksigen menjadi biogas yang terdiri dari CH4 (50-70%), serta N2, H2, H2S dalam jumlah kecil.
Waktu tinggal limbah cair pada bioreactor anaerobik adalah selama 30 hari.Berdasarkan hasil
analisa diatas menunjukkan bahwa proses anaerobik dapat menurunkan kadar BOD dan COD
limbah cair sebanyak 70 %. Setelah pengolahan limbah cair secara anaerobik dilakukan
pengolahan limbah cair dengan proses aerobic selama 15 hari. Pada proses pengolahan secara
aerobik menunjukkan penurunaan kadar BOD dan Kadar COD adalah sebesar 15 %,
yaituBerdasarkan hasil analisa diatas menunjukkan bahwa air hasil olahan telah dapat dibuang ke
perairan , tetapi tidak dapat digunakan sebagai air proses dikarenakan air hasil olahan tersebut
masih mempunyai warna kecoklatan.
c. Kombinasi Proses pengolahan anaerobik-aerobik- membran reverse osmosis
Pada pengolahan limbah cair kelapa sawit, pengolahan akhir adalah proses secara
aerobik dan setelah air hasil olahan dapat dibuang ke perairan. Hal ini bertujuan untuk
memanfaatkan air hasil olahan tersebut untuk recycle dan air minum, sehingga perlu dilakukan
pengolahan lagi. Air hasil olahan dari proses aerobik dialirkan ke membran reverse osmosis
dengan tekanan 8 kg/cm2 dan laju alir 100 ml/menit. Air hasil olahan dari membran reverse
osmosis kemudian dianalisa.Berdasarkan dari hasil analisa diatas menunjukkan bahwa air hasil
olahan dari pengolahan kombinasi diatas effluentnya dapat digunakan sebagai air minum dan
dapat digunakan untuk recycle air proses.
d. Pemanfaatan limbah cair CPO parit untuk pembuatan biodiesel
CPO parit merupakan limbah cair hasil proses pengolahan kelapa sawit yang
dapat mencemari air dan tanah. Namun, dengan adanya proses pengolahan CPO parit menjadi
biodiesel maka CPO parit tersebut menjadi lebih bermanfaat. CPO parit memiliki kandungan
CPO yang relatif sedikit yaitu sekitar 2% dari jumlah CPO keseluruhan yang dihasilkan. Adapun
alur proses pengutipan CPO parit adalah sbb :
Hasil bawah dari alat centrifuge yang berupa campuran air, kotoran, dan minyak pada
pengolahan CPO, mengalir ke parit-parit pembuangan
Aliran ini berkumpul di suatu tempat yang disebut pad feed I yang dilengkapi dengan
mesin pengutip minyak
Minyak yang terkumpul oleh mesin dialirkan pada tangki penampungan minyak untuk
diproses kembali
Sisa minyak yang tidak terkumpul pada mesin pengutp minyak, dialirkan menuju
kolam pad feed II yang mengandung artikel kotoran yang sangat banyak
Kemudian aliran slurry (air, lumpur yang terbawa, minyak) ini dikumpulkan pada kolam
penampungan minyak terakhir yang dilengkapi dengan mesin rotor yang berputar untuk
memerangkap minyak lalu dialirkan ke tangki pengumpul minyak. Minyak inilah yang kemudian
disebut dengan CPO parit.Komposisi yang terdapat dalam minyak CPO parit terdiri dari
trigliserida trigliserida (mempunyai kandungan terbanyak dalam minyak nabati), asam lemak
bebas /FFA, monogliserida, dan digliserida, serta beberapa komponen komponen lain
seperti phosphoglycerides, vitamin, mineral, atau sulfur.Salah satu alternatif pengolahan CPO
parit adalah dengan mengolahnya menjadi biodiesel. Pembuatan biodiesel dengan bahan baku
CPO parit sebagai sumber energi terbarukan adalah suatu pemanfaatan yang relatif baru. Hal ini
dapat menjadi solusi akan krisis energi saat ini, mengingat penggunaan CPO menjadi biodiesel
sebagai alternatif energi terbaharukan cukup mengganggu pasokan untuk keperluan industri lain
yang berbasiskan CPO misalnya industri minyak goreng, margarin, surfaktan, industri kertas,
industri polimer dan industri kosmetik.
Proses pembuatan biodiesel cpo parit:
Ada beberapa proses pengolahan biodiesel berbasis CPO parit, di antaranya
adalah esterifikasi dan transesterifikasi yang termasuk dalam proses alkoholisis. Proses
esterifikasi dilakukan cukup dengan satu tahap untuk menghilangkan kadar FFA berlebih di
dalam CPO parit sedangkan proses transesterifikasi dilakukan dengan dua tahap karena tahap
pertama transesterifikasi masih menyisakan jumlah trigliserida yang cukup banyak pada akhir
reaksi transesterifikasi I.Sebelum melakukan reaksi esterifikasi, CPO parit yang akan direaksikan
terlebih dahulu dimasukkan ke dalam sentrifuse untuk memisahkan kotoran padat (total solid)
dan air dari CPO parit sehingga tidak mengganggu reaksi esterifikasi nantinya.Proses esterifikasi
yaitu mereaksikan methanol (CH3OH) dengan CPO parit dengan bantuan katalis asam yaitu
asam sulfat (H2SO4). Dalam pencampuran ini, asam lemak bebas akan bereaksi dengan
methanol membentuk ester. Pencampuran ini menggunakan perbandingan rasio molar antara
FFA dan methanol yaitu 1 : 20, dengan jumlah katalis asam sulfat yang digunakan adalah 0,2%
dari FFA (Warta PPKS, 2008). Kadar methanol yang digunakan adalah 98% (% b) sedangkan
kadar asam sulfat yaitu 97%. Reaksi berlangsung selama 1 jam pada suhu 63 0C dengan konversi
98% (Warta PPKS, 2008). Kemudian sebelum diumpankan ke reaktor transesterifikasi, hasil
reaksi dipisahkan dalam sentrifuse selama 15 menit. Lapisan ester, trigliserida, dan FFA sisa
diumpankan ke reaktor transesterifikasi sedangkan air, methanol sisa, dan katalis diumpankan
ke methanol recovery.Pada proses transesterifikasi I dan II prinsip kerjanya sama yaitu
mencampurkan kalium hidroksida (KOH) dan metanol (CH3OH) dengan hasil reaksi pada
esterifikasi. Proses transesterifikasi ini melibatkan reaksi antara trigliserida dengan methanol
membentuk metil ester. Adapun perbandingan rasio molar trigliserida dengan methanol adalah 1
: 6 dan jumlah katalis yang digunakan adalah 1% dari trigliserida (Warta PPKS, 2008). Kadar
KOH yang digunakan untuk reaksi ini adalah 99% (% b) yang biasa dijual di pasar-pasar bahan
kimia. Semakin tinggi kemurnian dari bahan yang digunakan akan meningkatkan hasil yang
dicapai dengan kualitas yang tinggi pula. Hal ini berhubungan erat dengan kadar air pada reaksi
transesterifikasi. Adanya air dalam reaksi akan mengganggu jalannya reaksi transesterifikasi.
Lama reaksi transesterifikasi adalah 1 jam, suhu 630C dengan yield 98% (Warta PPKS, 2008).
Hasil reaksi transesterifikasi I dimasukkan terlebih dahulu ke sentrifuse sebelum diumpankan ke
reaktor transesterifikasi II. Di sini terjadi lagi pemisahan antara lapisan atas berupa metil ester,
sisa FFA, sisa trigliserida, dan sisa metanol dengan lapisan bawah yaitu gliserol, air, dan katalis
asam maupun basa.Kemudian proses dilanjutkan ke tahap pencucian biodiesel. Temperatur air
pencucian yang digunakan sekitar 60C dan jumlah air yang digunakan 30% dari metil ester
yang akan dicuci. Tujuan pencucian itu sendiri adalah agar senyawa yang tidak diperlukan (sisa
gliserol, sisa metanol, dan lain-lain) larut dalam air. Kemudian hasil pencucian dimasukkan ke
dalam centrifuge untuk memisahkan air dan metal ester berdasarkan berat jenisnya.Selanjutnya
adalah proses pengeringan metil ester dengan menggunakan evaporator yang bertujuan untuk
menghilangkan air yang tercampur di dalam metal ester. Pengeringan dilakukan lebih kurang
selama 15 menit dengan temperature 105C. Keluaran evaporator didinginkan untuk disimpan ke
dalam tangki penyimpanan biodiesel.
4. Pengelolaan limbah padat
a. Tandan Kosong Sawit (TKS) sebagai Kompos dan Pupuk Organik
Sebelum melakukan pengkomposan Tankos (Tandan Kosong), bahan baku ini
dirajang terlebih dahulu dengan ukuran antara 3-5 cm dengan memakai mesin rajang agar
dekomposisi dapat dipercepat. Penguraian bahan organik tergantung kepada kelembaban
lingkungan. Kelernbaban optimum antara 50-60%, dan jika kadar air bahan >85%, perlu
ditambahkan aktifator untuk mengurangi kadar air, agar masa fermentasi lebih cepat. Selanjutnya
dilakukan pengaturan pH antara 6,8-7,5.Kompos merupakan limbah padat yang mengandung
bahan organik yang telah mengalami pelapukan, dan jika pelapukannya berlangsung dengan baik
disebut sebagai pupuk organik. Inokulum yang digunakan dapat berasal dari bakteri yang
diisolasi atau kotoran ternak sebanyak 15-20%, dan dicampurkan dengan pupuk urea sebagai
sumber nitrogen, lalu diaduk secara merata dengan Tankos. Limbah padat ini kemudian
dimasukkan ke dalam fermentor yang disebut tromol dengan kapasitas 3 m3. Waktu fermentasi
berlangsung cukup lama yaitu antara 14-21 hari dengan menggunakan bakteri mesofil dan
termofil. Tromol diputar selama 5-7 jam perhari dengan kecepatan 2-3 rpm, dan suhu fermentasi
antara 45-60oC. Pemutaran tromol bertujuan untuk mempercepat homogenasi dan penguraian
bahan organik majemuk menjadi bahan organik sederhana. Setelah fermentasi, dan limbah
mengalami biodegradasi menjadi kompos, lalu dikeluar-kan dari dalam tromol, dan selanjutnya
ditimbun dengan ketinggian 1 meter, atau volume 1 m3. Tinggi rendahnya timbunan ini
berpengaruh terhadap suhu fermentasi selama penimbunan. Fermentasi di tempat terbuka ini
masih berlangsung antara 5-7 hari pada suhu antara 60-70C. Selanjutnya timbunan kompos
ditebarkan pada hamparan yang cukup luas untuk menurunkan suhunya, dan diayak dengan
ukuran tertentu dan dikering anginkan.
b. Pembuatan Papan Partikel dari Sabut Kelapa Sawit
Sabut kelapa sawit merupakan salah satu limbah terbesar yang dihasilkan dalam
proses pengolahan minyak sawit. Kebanyakan limbah berupa sabut ini biasanya hanya dijadikan
bahan bakar, dibuang atau ditimbun di dalam tanah saja. Sabut kelapa sawit ini bisa dijadikan
sebagai bahan pembuatan papan partikel yang berarti bisa mengatasi masalah pembuangan
limbah sabut kelapa sawit sekaligus memberikan nilai tambah secara ekonomi. MInyak yang
terdapat pada sabut kelapa sawit dapat mengganggu proses perekatan dalam pembuatan papan
partikel. Oleh karena situ kadar minyak harus dikurangi seminimal mungkin. Pengurangan kadar
minyak dapat dilakukan salah satunya dengan memasak sabut kelapa sawit dalam larutan NaOH
10% selama 1 jam. Tahapan Pembuatan Papan Partikel Sebagai berikut:
Serat dari sabut kelapa sawit yang akan digunakan dalam pembuatan papan partikel baik
yang belum mengalami proses pengurangan kadar minyak ataupun yang sudah mengalami
proses pengurangan kadar minyak, dibilas dan dicuci sampai bersih dan dikeringanginkan hingga
kadar air maksimal 10%.
Timbang sabut kelapa sawit sesuai kebutuhan.
Perekat diteteskan sedikit demi sedikit pada sabut kelapa sawit dan diaduk secara merata.
Masukan adonan ke dalam cetakan di atas plat besi dan dipa-datkan secara merata.
Kemudian ditambahkan semen ke serat yang telah dibasahi tersebut, kemudian diaduk
dengan cepat sampai campuran kelihatan homogen dan sempurna.
Campuran tersebut kemudian dimasukan ke dalam cetakan yang telah diolesi dengan
minyak pelumas, kemudian dikempa sampai tercapai tebal papan 1,2 cm.
Papan dikempa selama 24 jam
Papan yang dihasilkan dibiarkan dalam ruangan yang sirkulasi udaranya baik selama 28
hari.
c. Pembuatan Pulp dari Sabut Kelapa Sawit
Kertas adalah salah satu kebutuhan pokok dalam kehidupan modern. Peranannya
sangat penting baik dalam memenuhi kebutuhan pendidikan dan kebudayaan maupun untuk
keperluan industri, rumahtangga serta keperluan lain yang sesuai dengan kemajuan zaman.
Pemanfaatan sabut kelapa sawit merupakan alternatif bahan baku bagi pabrik-pabrik kertas untuk
hasilkan kertas HVS, doorslag, manila, karton, duplicator/cycto style dll. Tahapan Pembuatan :
Sediakan sabut kelapa sawit kurang lebih 0,5 kg yang bersih dari daunnya.
Potong sabut kelapa sawit dengan ukuran panjang 3 cm.
Ambil kurang lebih 5 gr sabut kelapa sawit yang telah bersih kemudian dipotong halus
dengan pisau.
Timbang berat sabut kelapa sawit yang telah dihaluskan tadi dengan ketelitian 4 desimal.
Tentukan kadar air dengan metode Oven (dipanaskan sekaligus selama 4 jam dan
ditimbang beratnya).
Hitung kadar air bahan dan persentase Berat Bahan Kering (BBK).
Ambil serabut kelapa yang tersedia dari sabut kelapa sawit yang bersih (point 1).
Hitung kebutuhan NaOH yaitu 12% dari BBK.
Hitung kebutuhan air untuk pemasakan jika perbandingan bahan (BBK) dengan air (ratio
pemasakan) 1 : 10.
Hitung kebutuhan air yang ditambahkan yaitu kebutuhan air sesungguhnya dikurangi
dengan air dalam bahan.
Larutkan NaOH yang telah dipersiapkan ke dalam air (point 10).
Masak sabut kelapa sawit (point 7) di dalam larutan NaOH selama 3,5 jam dalam
suasana mendidih.
Cuci pulp yang diperoleh sampai netral.
Saring
Peras air yang masih ada dalam pulp sekaligus pulp yang didapat dijadikan 1 gumpalan.
Timbang gumpalan pulp tersebut (ketelitian dua desimal).
Ambil 10 gr dari gumpalan pulp dan keringkan dalam Oven 105oC (selama 4 jam/berat
konstan). Hitung BBK yang diperoleh dalam persentase
Dengan bantuan angka pada point di atas dapat diketahui berat pulp yang diperoleh
sesungguhnya pada point 16.
d. Pembuatan Arang Aktif dari Cangkang Kelapa Sawit
Proses Karbonasi
Tujuan: untuk menghilangkan senyawa-senyawa yang mudah menguap dalam bentuk unsur-
unsur non karbon, hidrogen dan oksigen.
1. Cangkang kelapa sawit yang sudah kering dimasukkan kedalam drum atau kaleng yang
telah dibuang tutup bagian atasnya dan diberi lubang sebanyak 4 buah dengan jarak yang sama
pada tutup bagian bawahnya.
2. Ukuran lubang harus cukup besar agar memungkinkan udara masuk.
3. Drum ditempatkan pada 2 pipa di atas tanah dan dibakar.
4. Selama api menyala ditambahkan cangkang sawit sedikit demi sedikit sampai setingga
permukaan drum atau kaleng.
5. Penambahan dilakukan dengan api yang menyala kecil.
6. Setelah itu drum/kaleng ditutup dengan pelepah pisang atau karung basah dan dilapisi
dengan penutup dari logam yang ditutupkan rapat.
7. Biarkan sampai menjadi dingin selama semalam.
Proses karbonasi dipengaruhi oleh pemanasan dan tekanan. Semakin cepat pemanasan
semakin sukar diamati tahap karbonasi dan rendemen arang yang dihasilkan lebih rendah
sedangkan semakin tinggi tekanan semakin besar rendemen arang.
Proses Aktifasi
Tujuan: Untuk meningkatkan keaktifan dengan adsorbsi karbon dengan cara
menghilangkan senyawa karbon pada permukaan karbon yang tidak dapat dihilangkan pada
proses karbonasi. Proses aktifasi dapat dilakukan secara kimia menggunakan aktifator HNO3 1%
atau dapat juga dilakukan proses dehidrasi dengan garam mineral seperti MgCL2 10% dan
ZnCl2 10%.
1. Arang hasil pembakaran dihaluskan dan diayak dengan ukuran 150m.
2. Untuk aktifasi atau menghilangkan ion logam yang terdapat pada arang cangkang sawit,
material direndam dengan HNO3 1% atau MgCL2 10% dan ZnCl2 10% selama 3 jam.
3. Kemudian dicuci dengan aquades hingga pH netral.
4. Dikeringkan pada temperatur kamar 1 minggu sebelum digunakan.
Manfaat arang aktif diantaranya adalah : Bahan bakar alternative, Zat penghilang bau,
Pengontrol kelembaban yang efektif, Industri rumah tangga, Pemanasan di industri peternakan

e. Asap Cair Dari Cangkang Kelapa Sawit


Asap cair merupakan hasil kondensasi dari pirolisis kayu yang mengandung
sejumlah besar senyawa yang terbentuk akibat proses pirolisis konstituen kayu seperti selulosa,
hemiselulosa dan lignin. Proses pirolisa melibatkan berbagai proses reaksi yaitu dekomposisi,
oksidasi, polimerisasi, dan kondensasi.Pembuatan asap cair dilakukan dengan destilasi. Bahan
cangkang sawit sebelumnya dianalisa kadar hemiselulosa, selulosa dan lignin kemudian kadar
airnya dibuat menjadi 8%, 13% dan 18% dengan pengering kabinet. Asap cair dibuat dengan
memasukkan 1 kg cangkang sawit ke dalam reaktor kemudian ditutup dan rangkaian kondensor
dipasang.Selanjutnya dapur pemanas dihidupkan dengan mengatur suhu dan waktu yang
dikehendaki. Pada penelitian ini suhu yang digunakan 350C, 400C dan 450 C sedangkan
waktu yang digunakan adalah 45 menit, 60 menit dan 75 menit yang dihitung pada saat tercapai
suhu yang dikehendaki. Asap yang keluar dari reaktor akan mengalir ke kolom pendingin
melalui pipa penyalur asap yang mana pada pipa ini terdapat selang yang dihubungkan botol
penampung untuk menampung tar , kemudian ke dalam kolom pendingin ini dialirkan air dengan
suhu kamar menggunakan aerator sehingga asap akan terkondensasi dan mencair. Embunan
berupa asap cair yang masih bercampur dengan tar ditampung kedalam erlenmeyer, selanjutnya
disimpan di dalam botol, sedangkan asap yang tidak terembunkan akan terbuang melalui selang
penyalur asap sisa.Selanjutnya asap cair + tar yang terdapat didalam botol dilakukan
pengendapan untuk memisahkan tar dan asap cair.
f. Batang kelapa sawit untuk perabot dan papan artikel
Batang kelapa sawit yang sudah tua tidak produktif lagi, dapat dimanfaatkan
menjadi produk yang bernilai tinggi. Batang kelapa sawit tersebut dapat dibuat sebagai bahan
perabot rumah tangga seperti mebel, furniture,atau sebagai papan partikel. Dari setiap batang
kelapa sawit dapat diperoleh kayu sebanyak 0.34 m3.
g. Potensi Produksi Xylose dari tandan kosong
Rahman et.al (2006) meneliti bahwa tandan buah kosong kelapa sawit dapat
dijadikan sumber yang potensial untuk produksi xylosa. Biomassa tandan kosong mengandung
sellulosa, hemisellulosa dan lignin. Diperkirakan 24% dari total biomassa tandan kosong
tersusun atas xylan, polimer gula yang tediri dari gula pentose yaitu xylose. Xylosa dapat
dimanfaatkan sebagai bahan dasar pembuatan senyawa lain melalui proses kimia dan
bioteknologi,salah satunya adalah xylitol. Penggunaan xylitol sangat luas, mulai dari industri
pangan (sebagai pemanis alternative untuk penderita diabetes), sebagai antikariogenik dalam
formula pasta gigi,sebagai lapisan pembungkus tablet vitamin,dan sebagainya.Pembuatan xylose
dengan cara hirolisis asam,yaitu merendam tandan kosong kelapa sawit dengan H2SO4 dengan
konsentrasi,suhu dan waktu tertentu. Setelah reaksi selesai,padatan yang dihasilkan dipisahkan
dari liquid dengan cara filtrasi. Disebutkan bahwa kondisi optimum yang menghasilkan yield
xylose terbanyak adalah pada suhu 119C, waktu hidrolisis 60 menit,dengan konsentrasi asam
sulfat 2%

Anda mungkin juga menyukai