Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang maha pengasih dan maha penyayang, karena atas
berkat dan rahmatnya penulisan makalah dapat terselesaikan dan terwujud. makalah ini di susun
untuk dijadikan referensi yang lengkap dan menyeluruh tentangPengelolaan Limbah Sawit
Makalah ini di susun secara khusus untuk memenuhi tugas Kimia
LIngkungan,penyusunannya dilakukan secara individu. Substansi yang terdapat dalam makalah
berasal dari beberapa referensi buku dan literatur-literatur lain,.di tambah juga dari sumber-
sumber lain yang berasal dari media elektronik melaui pengambilan bahan dari internet
sistematika penyusunan makalah ini terbentuk melalui kerangka yang berdasarkan acuan atau
bersumber dari buku ataupun literature lain dengan mengembangkan substansi yang ada untuk
kemudian di rangkai secara terstruktur dengan benar.
Makalah yang berjudul Pengelolaan Limbah Sawit ini dapat dijadikan sebagai bahan
pembelajaran bagi mahasiswa, dosen, atau masyarakat umum dan juga sebagai bahan
pembanding dengan makalah lain yang secara substansial mempunyai kesamaan. Tentunya dari
isi maupun konstruksi yang ada dalam makalah ini yang merupakan tugas mata kuliah Kimia
LIngkungan banyak terdapat kekurangan, oleh karena itu kami selaku penyusun mohon maaf
yang sebesar-besarnya.
DAFTAR ISI
Kata
Pengantar1
Daftar
Isi.2
BAB I
PENDAHULUAN..3
A. Latar Belakang..3
B. Tujuan...4
C. Manfaat 4
D. Rumusan Masalah.4
E. Meetode4
BAB II
PEMBAHASAN5
A. Pengertian Limbah dan Sawit5
B. Dampak Positif dan Dampak Negatif Limbah Sawit terhadap Lingkungan..14
C. Pengelolaan Limbah Sawit agar Bermanfaat Bagi Lingkungan22
D. Pemasaran Produk LImbah Sawit..24
BAB III
PENUTUP25
A. Kesimpulan25
DAFTAR
PUSTAKA.26
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Makalah ini disusun dengan tujuan :
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan limbah dan sawit
2. Untuk mengetahui dampak positif dan negative yang di sebabkan oleh limbah sawit.
3. Untuk memahami bagaimana cara pemanfaatan limbah sawit.
4. Untuk mengetahui bagaimana cara pengelolaan limbah sawit.
1.3 Manfaat
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Memberikan informasi mengenai limbah sawit.
2. Menambah wawasan serta pengetahuan mengenai limbah sawit.
3. Membantu mengetahui cara mengelola limbah sawit yang baik dan benar serta ramah
lingkungan.
1.4 Rumusan Masalah
a. Apa yang dimaksud dengan limbah dan sawit?
b. Apa dampak positif dan dampak negatif dari limbah sawit terhadap lingkungan?
c. Bagaimana cara pengelolaan limbah sawit agar bermanfaat terhadap lingkungan?
d. Bagaimana cara pemasaran produksi limbah sawit?
1.5 Metode
Makalah ini disusun menggunakan metode studi pustaka, dan juga ditambah dengan
data-data yang di ambil dari internet.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Limbah dan Sawit
Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri
maupun domestik (rumah tangga). Dimana masyarakat bermukim, disanalah berbagai jenis
limbah akan dihasilkan. Ada sampah, ada air kakus (black water), dan ada air buangan dari
berbagai aktivitas domestik lainnya (grey water).
Limbah padat lebih dikenal sebagai sampah, yang seringkali tidak dikehendaki
kehadirannya karena tidak memiliki nilai ekonomis. Bila ditinjau secara kimiawi, limbah ini
terdiri dari bahan kimia Senyawa organik dan Senyawa anorganik. Dengan konsentrasi dan
kuantitas tertentu, kehadiran limbah dapat berdampak negatif terhadap lingkungan terutama
bagi kesehatan manusia, sehingga perlu dilakukan penanganan terhadap limbah. Tingkat
bahaya keracunan yang ditimbulkan oleh limbah tergantung pada jenis dan karakteristik
limbah.
Beberapa faktor yang memengaruhi kualitas limbah adalah volume limbah, kandungan
bahan pencemar, dan frekuensi pembuangan limbah. Untuk mengatasi limbah ini diperlukan
pengolahan dan penanganan limbah. Pada dasarnya pengolahan limbah ini dapat dibedakan
menjadi:
1. pengolahan menurut tingkatan perlakuan
2. pengolahan menurut karakteristik limbah
Untuk mengatasi berbagai limbah dan air limpasan (hujan), maka suatu kawasan
permukiman membutuhkan berbagai jenis layanan sanitasi. Layanan sanitasi ini tidak dapat
selalu diartikan sebagai bentuk jasa layanan yang disediakan pihak lain. Ada juga layanan
sanitasi yang harus disediakan sendiri oleh masyarakat, khususnya pemilik atau penghuni
rumah, seperti jamban misalnya.
1. Layanan air limbah domestik: pelayanan sanitasi untuk menangani limbah Air kakus.
2. Jamban yang layak harus memiliki akses air besrsih yang cukup dan tersambung ke
unit penanganan air kakus yang benar. Apabila jamban pribadi tidak ada, maka masyarakat
perlu memiliki akses ke jamban bersama atau MCK.
3. Layanan persampahan. Layanan ini diawali dengan pewadahan sampah dan
pengumpulan sampah. Pengumpulan dilakukan dengan menggunakan gerobak atau truk
sampah. Layanan sampah juga harus dilengkapi dengan tempat pembuangan
sementara (TPS), tempat pembuangan akhir (TPA), atau fasilitas pengolahan sampah lainnya.
Dibeberapa wilayah pemukiman, layanan untuk mengatasi sampah dikembangkan
secara kolektif oleh masyarakat. Beberapa ada yang melakukan upaya kolektif lebih lanjut
dengan memasukkan upaya pengkomposan dan pengumpulan bahan layak daur-ulang.
4. Layanan drainase lingkungan adalah penanganan limpasan air hujan menggunakan
saluran drainase (selokan) yang akan menampung limpasan air tersebut dan mengalirkannya
ke badan air penerima. Dimensi saluran drainase harus cukup besar agar dapat menampung
limpasan air hujan dari wilayah yang dilayaninya. Saluran drainase harus memiliki
kemiringan yang cukup dan terbebas dari sampah.[1]
5. Penyediaan air bersih dalam sebuah pemukiman perlu tersedia secara berkelanjutan
dalam jumlah yang cukup. Air bersih ini tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan makan,
minum, mandi, dan kakus saja, melainkan juga untuk kebutuhan cuci dan pembersihan
lingkungan.[1]
Karakteristik limbah
1. Berukuran mikro
2. Dinamis
3. Berdampak luas (penyebarannya)
4. Berdampak jangka panjang (antar generasi)
Limbah industri
Berdasarkan karakteristiknya limbah industri dapat dibagi menjadi empat bagian, yaitu:
1. Limbah cair biasanya dikenal sebagai entitas pencemar air. Komponen pencemaran
air pada umumnya terdiri dari bahan buangan padat, bahan buangan organik dan bahan
buangan anorganik
2. Limbah padat
3. Limbah gas dan partikel
Proses Pencemaran Udara Semua spesies kimia yang dimasukkan atau masuk ke
atmosfer yang bersih disebut kontaminan. Kontaminan pada konsentrasi yang cukup tinggi
dapat mengakibatkan efek negatif terhadap penerima (receptor), bila ini terjadi, kontaminan
disebut cemaran (pollutant).Cemaran udara diklasifihasikan menjadi 2 kategori menurut cara
cemaran masuk atau dimasukkan ke atmosfer yaitu: cemaran primer dan cemaran sekunder.
Cemaran primer adalah cemaran yang diemisikan secara langsung dari sumber cemaran.
Cemaran sekunder adalah cemaran yang terbentuk oleh proses kimia di atmosfer.
Sumber cemaran dari aktivitas manusia (antropogenik) adalah setiap kendaraan
bermotor, fasilitas, pabrik, instalasi atau aktivitas yang mengemisikan cemaran udara primer ke
atmosfer. Ada 2 kategori sumber antropogenik yaitu: sumber tetap (stationery source) seperti:
pembangkit energi listrik dengan bakar fosil, pabrik, rumah tangga,jasa, dan lain-lain dan
sumber bergerak (mobile source) seperti: truk,bus, pesawat terbang, dan kereta api.
Lima cemaran primer yang secara total memberikan sumbangan lebih dari 90%
pencemaran udara global adalah:
a. Karbon monoksida (CO),
b. Nitrogen oksida (Nox),
c. Hidrokarbon (HC),
d. Sulfur oksida (SOx)
e. Partikulat.
Selain cemaran primer terdapat cemaran sekunder yaitu cemaran yang memberikan
dampak sekunder terhadap komponen lingkungan ataupun cemaran yang dihasilkan akibat
transformasi cemaran primer menjadi bentuk cemaran yang berbeda. Ada beberapa cemaran
sekunder yang dapat mengakibatkan dampak penting baik lokal,regional maupun global yaitu:
a. CO2 (karbon monoksida),
b. Cemaran asbut (asap kabut) atau smog (smoke fog),
c. Hujan asam,
d. CFC (Chloro-Fluoro-Carbon/Freon),
e. CH4 (metana).
2.2 Dampak Positif dan Negatif dari limbah sawit terhadap lingkungan
a. Dampak negatif
Limbah yang dihasilkan dalam pengolahan buah sawit berupa : tandan buah kosong, serat
buah perasan, lumpur sawit (solid decanter), cangkang sawit, dan bungkil sawit. Limbah sawit yang
dihasilkan pabrik pengolahan sawit yang cukup besar tersebut akan menjadi masalah besar yang
dapat merupakan ancaman pencemaran lingkungan, apabila tidak dikelola dengan baik.
1. Tandan kosong
Tandan kosong merupakan limbah yang paling banyak dihasilkan oleh pabrik pengolahan
sawit. Bahan ini mempunyai kandungan protein 3,7%,, teksturnya keras seperd kayu.
2. Serat perasan buah
Serat sisa perasan buah sawit merupakan serabut berbentuk seperti benang. Bahan ini
mengandung protein kasar sekitar 4% dan serat kasar 36% (lignin 26%)
3. Lumpur sawit
Dalam proses pengolahan minyak sawit (CPO) dihasilkan limbah cairan yang sangat banyak,
yaitu sekitar 2,5 m3/ton CPO yang dihasilkan. Limbah ini mengandung bahan pencemar yang sangat
tinggi, yaitu. biochemical oxygen demand (BOD) sekitar 20.000-60.000 mg/l (Wenten, 2004).
Pengurangan bahan padatan dari cairan ini dilakukan dengan menggunakan suatu alat decanter, yang
menghasilkan solid decanter atau lumpur sawit. Bahan padatan ini berbentuk seperti lumpur, dengan
kandungan air sekitar 75%, protein kasar 11,14% dan lemak kasar 10,14%. Kandungan air yang
cukup tinggi, menyebabkan bahan ini mudah busuk. Apabila dibiarkan di lapangan bebas dalam
waktu sekitar 2 hari, bahan ini terlihat ditumbuhi oleh jamur yang berwarna kekuningan. Apabila
dikeringkan, lumpur sawit berwarna kecoklatan dan terasa sangat kasar dan keras.
4. Solid membran
Limbah cairan yang dikeluarkan setelah pengutipan lumpur sawit, masih mengandung bahan
padatan yang cukup banyak. Oleh karena, itu, bahan ini merupakan sumber kontaminan bagi
lingkungan bila tidak dikelola dengan baik. Suatu metoda baru untuk memisahkan padatan dan
cahun~ dengan menggunakan alat penyaring membran keramik sedang dikembangkan di P.T.
Agricinal-Bengkulu. Aplikasi teknik ini dapat mengutip padatan dengan jumlah sekitar dua kali lipat
lebih banyak dari padatan yang dikutip oleh decanter. Bahan ini disebut solid heavy phase atau
solid membran, berbentuk pasta dengan kadar air sekitar 90%, dan berwarna. kecoklatan. Bahan
yang sudah dikeringkan mengandung protein kasar sekitar 9 %, serat kasar 16% dan lemak kasar
15%
5. Bungkil inti sawit
Bungkil inti sawit mempakan hasil samping dari pemerasan daging buah inti sawit. Proses
mekanik yang dilakukan dalam proses pengambilan minyak menyebabkan jumlah minyak yang
tertinggal relatif cukup banyak (sekitar 7-9 %). Hal ini menyebabkan bungIdl inti sawit cepat tengik
akibat ksidasi lemak yang masih tertinggal. Kandungan protein baban ini cukup tinggi, yaitu sekitar
12,16%, dengan kandungan serat kasar yang cukup tinggi (36%). Bungkil inti sawit biasanya
terkontaminasi dengan pecahan cangkang sawit dengan jumlah sekitarl5,17%. Pecahan cangkang ini
mempunyai tekstur yang sangat keras dan tajam.
Dampak negatif yang terungkap dari aktivitas perkebunan kelapa sawit diantaranyai:
1. Persoalan tata ruang, dimana monokultur, homogenitas dan overloads konversi.
Hilangnya keaneka ragaman hayati ini akan memicu kerentanan kondisi alam berupa
menurunnya kualitas lahan disertai erosi, hama dan penyakit.
2. Pembukaan lahan sering kali dilakukan dengan cara tebang habis dan land clearing
dengan cara pembakaran demi efesiensi biaya dan waktu.
3. Kerakusan unsur hara dan air tanaman monokultur seperti sawit, dimana dalam satu
hari satu batang pohon sawit bisa menyerap 12 liter (hasil peneliti lingkungan dari
Universitas Riau) T. Ariful Amri MSc Pekanbaru/ Riau Online). Di samping itu
pertumbuhan kelapa sawit mesti dirangsang oleh berbagai macam zat fertilizer sejenis
pestisida dan bahan kimia lainnya.
4. Munculnya hama migran baru yang sangat ganas karena jenis hama baru ini akan
mencari habitat baru akibat kompetisi yang keras dengan fauna lainnya. Ini
disebabkan karena keterbatasan lahan dan jenis tanaman akibat monokulturasi.
5. Pencemaran yang diakibatkan oleh asap hasil dari pembukaan lahan dengan cara
pembakaran dan pembuangan limbah, merupakan cara-cara perkebunan yang meracuni
makhluk hidup dalam jangka waktu yang lama. Hal ini semakin merajalela karena sangat
terbatasnya lembaga (ornop) kemanusiaan yang melakukan kegiatan tanggap darurat
kebakaran hutan dan penanganan Limbah.
6. Terjadinya konflik horiziontal dan vertikal akibat masuknya perkebunan kelapa sawit.
sebut saja konflik antar warga yang menolak dan menerima masuknya perkebunan sawit dan
bentrokan yang terjadi antara masyarakat dengan aparat pemerintah akibat sistem perijinan
perkebunan sawit.
7. Selanjutnya, praktek konversi hutan alam untuk pembangunan perkebunan kelapa
sawit seringkali menjadi penyebab utama bencana alam seperti banjir dan tanah longsor
Dampak negatif terhadap lingkungan menjadi bertambah serius karena dalam prakteknya
pembangunan perkebunan kelapa sawit tidak hanya terjadi pada kawasan hutan konversi, melainkan
juga dibangun pada kawasan hutan produksi, hutan lindung, dan bahkan di kawasan konservasi yang
memiliki ekosistem yang unik dan mempunyai nilai keanekaragaman hayati yang tinggi (Manurung,
2000; Potter and Lee, 1998).
b. Dampak Positif
Limbah hasil industri kelapa sawit juga dapat dimanfaatkan menjadi:
Industri kelapa sawit menghasilkan limbah yang berpotensi sebagai pakan ternak, seperti
bungkil inti sawit, serat perasan buah, tandan buah kosong, dan solid
Solid merupakan salah satu limbah padat dari hasil pengolahan minyak sawit kasar. Limbah
ini dikenal sebagai lumpur sawit, namun solid biasanya sudah dipisahkan dengan cairannya sehingga
merupakan limbah padat.
Sejauh ini solid masih belum dimanfaatkan oleh pihak pabrik, tetapi hanya dibuang begitu
saja sehingga dapat mencemari lingkungan. Pihak pabrik memerlukan dana yang relative besar untuk
membuang limbah tersebut, yaitu dengan membuatkan lubang besar. Tentunya akan sangat
menguntungkan bagi pihak pabrik apabila solid dapat
dimanfaatkan secara luas, antara lain sebagai pakan ternak. Kelemahan solid untuk pakan adalah
tidak tahan lama disimpan. Hal ini karena solid masih mengandung 1,50% CPO
sehingga akan mudah menjadi tengik bila dibiarkan di tempat terbuka serta mudah ditumbuhi kapang
yang berwarna keputihan. Namun dari hasil pemeriksaan di laboratorium, kapang tersebut tidak
bersifat patogen. Solid dapat tahan lama apabila disimpan dalam tempat tertutup, misalnya dalam
kantong plastik hitam.
Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan bahwa solid berpotensi sebagai sumber nutrisi
baru untuk ternak dengan kandungan bahan kering 81,56%, protein kasar 12,63%, serat kasar 9,98%,
lemak kasar 7,12%, kalsium 0,03%, fosfor 0,003%, dan energi 154 kal/100 g . Pada uji preferensi
terhadap 25 ekor sapi Madura, solid pada akhirnya sangat disukai, namun perlu waktu adaptasi 45
hari. Pemanfaatan solid sebagai pakan ternak diharapkan dapat membantu mengatasi masalah
ketersediaan pakan terutama pada musim kemarau, serta meningkatkan produktivitas ternak.
Solid sangat berpotensi sebagai sumber pakan lokal mengingat kandungan nutrisinya cukup
memadai, jumlahnya melimpah, kontinuitas terjamin, terpusat pada satu
tempat, murah karena dapat diminta secara cuma-cuma, dan tidak bersaing dengan kebutuhan
manusia.
Pemberian solid mampu meningkatkan pertambahan bobot badan ternak secara nyata
dibandingkan yang tidak diberi solid. Pemberian solid segar secara terbatas pada sapi Madura jantan
selama 3 bulan pemeliharaan rata-rata memberikan PBBH ternak
450 g/ekor/hari. Umumnya peternak memberikan solid secara, sekitar 1015 kg sekali pemberian
karena ternak sangat menyukainya.
Biogas
Biaya yang diperlukan untuk pembuatan kompos bervariasi, hal ini ditentukan oleh teknologi
yang digunakan, biaya tenaga kerja, dan fasilitas yang diperlukan. HPP (Harga Pokok Produksi)
Kompos TKKS yang diolah dengan menggunakan ActiComp tidak memerlukan penyiraman dan
pembalikan selama proses pembuatan kompos. Peningkatan kualitas kompos tentu saja akan
meningkatkan HPP kompos. Peningkatan ini juga tergantung pada teknologi, bahan-bahan, peralatan
dan tenaga kerja.Misalkan kompos tersebut dapat dijual dengan harga Rp 350/kg 400/kg maka
selisih keuntungan kotor sebesar Rp 250-350/kg. Dalam satu pabrik yang menghasilkan TKKS
sebanyak 60.000 ton/tahun akan dihasilkan kompos sebanyak 3900 ton dengan nilai 13,65 miliar
15,6.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Industri minyak kelapa sawit merupakan salah satu industri strategis, karena berhubungan
dengan sektor pertanian (agro-based industry) yang banyak berkembang di negaranegara tropis
seperti Indonesia, Malaysia dan Thailand. Hasil industri minyak kelapa sawit bukan hanya minyak
goreng saja, tetapi juga bisa digunakan sebagai bahan
dasar industri lainnya seperti industri makanan, kosmetika dan industri sabun. Prospek
perkembangan industri minyak kelapa sawit saat ini sangat pesat, dimana terjadi peningkatan jumlah
produksi kelapa sawit seiring meningkatnya kebutuhan masyarakat.
Dengan besarnya produksi yang mampu dihasilkan, tentunya hal ini berdampak positif bagi
perekenomian Indonesia, baik dari segi kontribusinya terhadap pendapatan negara, maupun besarnya
tenaga kerja yang terserap di sektor. Sektor ini juga mampu meningkatkan taraf hidup masyarakat di
sekitar perkebunan sawit, di mana presentase penduduk miskin di areal ini jauh lebih rendah dari
angka penduduk miskin nasional sebesar. Boleh dibilang, industri minyak kelapa sawit ini dapat
diharapkan menjadi motor pertumbuhan ekonomi nasional
DAFTAR PUSTAKA
http://id.wikipedia.org/wiki/singkong
http://id.shyoong.com/exact-sciences/1860341-mengenal-karakter-umbi/
http://www.iptek.net.id/ind/warintek/?mnu=6&ttg=6&doc=6b29
http://id.shvoong.com/business-management/entrepreneurship/1929400-pemanfaatan-limbah-
sawit/#ixzz1vQLmQH5m
Manfaat Limbah Kelapa Sawit
1. LATAR BELAKANG
Perkembangan bisnis dan investasi kelapa sawit dalam beberapa tahun terakhir
mengalami pertumbuhan yang sangat pesat. Permintaan atas minyak nabati dan penyediaan
biofuel telah mendorong peningkatan permintaan minyak nabati yang bersumber dari crude palm
oil (CPO) yang berasal dari kelapa sawit. Hal ini disebabkan tanaman kelapa sawit memiliki
potensi menghasilkan minyak sekitar 7 ton/hektar lebih tinggi dibandingkan dengan kedelai yang
hanya 3 ton/hektar. Indonesia memiliki potensi yang sangat besar dalam pengembangan
perkebunan dan industri kelapa sawit karena memiliki potensi cadangan lahan yang cukup luas,
ketersediaan tenaga kerja, dan kesesuaian agroklimat.
Limbah adalah kotoran atau buangan yang merupakan komponen pencemaran yang
terdiri dari zat atau bahan yang tidak mempunyai kegunaan lagi bagi masyarakat. Limbah
industri dapat digolongkan kedalam tiga golongan yaitu limbah cair, limbah padat, dan limbah
gas yang dapat mencemari lingkungan. Jumlah limbah cair yang dihasilkan oleh PMKS berkisar
antara 600-700 liter/ton tandan buah segar (TBS). Limbah ini merupakan sumber pencemaran
yang potensial bagi manusia dan lingkungan, sehingga pabrik dituntut untuk mengolah limbah
melalui pendekatan teknologi pengolahan limbah (end of the pipe).Diantara upaya tersebut
adalah pemanfaatan limbah cair PMKS dengan proses digester anaerob untuk memproduksi
biogas.
2. TUJUAN
1. Menjelaskan pengertian tentang kelapa sawit
2. Menjelaskan manfaat limbah kelapa sawit
3. Menjelaskan dampak dari limbah kelapa sawit
4. Menjelaskan cara pengolahan limbah kelapa sawit
BAB II
PEMBAHASAN
1. PENGERTIAN
Definisi limbah adalah kotoran atau buangan yang merupakan komponen penyebab
pencemaran terdiri dari zat atau bahan yang tidak mempunyai kegunaan lagi bagi masyarakat.
Limbah industri kebanyakan menghasilkan limbah yang bersifat cair atau padat yang masih kaya
dengan zat organik yang mudah mengalami peruraian. Kebanyakan industri yang ada membuang
limbahnya ke perairan terbuka, sehingga dalam waktu yang relatif singkat akan terjadi bau busuk
sebagai akibat terjadinya fermentasi limbah.
Kelapa sawit adalah salah satu komoditi andalan Indonesia yang perkembangannya
demikian pesat. Selain produksi minyak kelapa sawit yang tinggi, produk samping atau limbah
pabrik kelapa sawit juga tinggi. Secara umum limbah dari pabrik kelapa sawit terdiri atas tiga
macam yaitu limbah cair, padat dan gas. Limbah cair pabrik kelapa sawit berasal dari unit proses
pengukusan (sterilisasi), proses klarifikasi dan buangan dari hidrosiklon. Pada umumnya, limbah
cair industri kelapa sawit mengandung bahan organik yang tinggi sehingga potensial mencemari
air tanah dan badan air. Sedangkan limbah padat pabrik kelapa sawit dikelompokan menjadi dua
yaitu limbah yang berasal dari proses pengolahan dan yang berasal dari basis pengolahan limbah
cair. Limbah padat yang berasal dari proses pengolahan berupa Tandan Kosong Kelapa Sawit
(TKKS), cangkang atau tempurung, serabut atau serat, sludge atau lumpur, dan bungkil. TKKS
dan lumpur yang tidak tertangani menyebabkan bau busuk, tempat bersarangnya serangga lalat
dan potensial menghasilkan air lindi (leachate). Limbah padat yang berasal dari pengolahan
limbah cair berupa lumpur aktif yang terbawa oleh hasil pengolahan air limbah.
Kelapa sawit (Elaeis) adalah tumbuhan industri penting penghasil minyak masak,
minyak industri, maupun bahan bakar (biodiesel). Indonesia merupakan negara penghasil minyak
kelapa sawit kedua dunia setelah Malaysia. Di Indonesia penyebarannya di daerah Aceh, Pantai
Timur, Sumatera, Jawa, dan Sulawesi.
Habitat aslinya adalah daerah semak belukar. Sawit dapat tumbuh dengan baik di
daerah tropis. Tanaman ini tumbuh sempurna di ketinggian 0 500 m dari permukaan laut
dengan kelembaban 80% 90%. Tingginya dapat mencapai 24 meter. Sawit membutuhkan iklim
dengan curah hujan stabil. 2000 2500 mm setahun, yaitu daerah yang tidak tergenang air saat
hujan dan tidak kekeringan saat kemarau. Pola curah hujan tahunan mempengaruhi perilaku
pembungaan dan produksi buah sawit.
2. MANFAAT LIMBAH KELAPA SAWIT
Kelapa sawit terbukti memberikan peran yang nyata dalam pembangunan
perekonomian, sosial dan lingkungan di Indonesia. Peran tersebut terutama dalam hal:
penyediaan lapangan kerja, sumber pendapatan masyarakat, perolehan devisa bagi negara,
mendukung industri dalam negeri berbasis bahan dasar kelapa sawit, pemanfaatan lahan kritis,
sumber oksigen bagi kehidupan dan menyerap karbon dari udara.Luas areal ini akan berkembang
terus sejalan dengan kebijakan revitalisasi perkebunan, kelapa sawit bukan monopoli perusahaan
skala besar milik pemerintah dan swasta, tetapi terbuka luas untuk diusahakan pekebun rakyat.
CPO berasal dari pengolahan Tandan Buah Segar (TBS). Setiap ton TBS yang diolah dapat
menghasilkan 140 200 kg CPO dan limbah/produk samping, antara lain: limbah padat, limbah
cair dan gas. Limbah cair yang dihasilkan cukup banyak, yaitu berkisar antara 600 700 kg.
Bilamana limbah/produk samping ini tidak diolah akan menimbulkan masalah berupa;
penumpukan limbah dan resiko cairan dan gas. Potensi Limbah Kelapa Sawit Limbah Kelapa
Sawit memiliki potensi untuk dimanfaatkan dan memberi nilai ekonomi dalam bidang pertanian
dan industri, yaitu; pupuk, kompos, kertas, arang, dan sebagainya. Limbah Kelapa Sawit terdiri
dari tandan kosong, pelepah, daun, serat buah, cangkang, limbah cair dan gas. Pada Tabel 1
disajikan Jenis, Potensi dan Manfaat Limbah Kelapa Sawit. Limbah kelapa sawit menghasilkan
unsur hara makro yang diperlukan tanaman, seperti Nitrogen, Posfor, Kalium, Magnesium dan
Calsium. Minyak sawit dan produk minyak sawit lainnya dapat diolah lebih lanjut menjadi
minyak goreng, mentega, dan bahan baku untuk industri. Pada industri makanan, minyak sawit
digunakan untuk mentega, shortening, coklat, diitive, minyak goring, es krim dan lain
sebagainya. Pada industri obat-obatan dan kosmetik digunakan untuk krim, shampo, lotion,
pomade, vitamin, dan -karoten. Sedangkan pada industri kimia digunakan sebagai bahan kimia
untuk pembuatan detergen, sabun, dan minyak.
Berbagai penelitian telah dilakukan menunjukkan bahwa limbah kelapa sawit dapat
dimanfaatkan untuk berbagai kebutuhan. Berikut akan dijelaskan manfaat limbah kelapa sawit.
1. TKKS untuk pupuk organik
Tandan kosong kelapa sawit daoat dimanfaatkan sebagai sumber pupuk organik yang
memiliki kandungan unsur hara yang dibutuhkan oleh tanah dan tanaman. Tandan kosong kelapa
sawit mencapai 23% dari jumlah pemanfaatan limbah kelapa sawit tersebut sebagai alternatif
pupuk organik juga akan memberikan manfaat lain dari sisi ekonomi.
Ada beberapa alternatif pemanfaatan TKKS yang dapat dilakukan sebagai berikut :
a.Pupuk Kompos
Pupuk kompos merupakan bahan organik yang telah mengalami proses fermentasi
atau dekomposisi yang dilakukan oleh micro-organisme. Pada prinsipnya pengomposan TKSS
untuk menurunkan nisbah C / N yang terkandung dalam tandan agar mendekati nisbah C / N
tanah. Nisbah C / N yang mendekati nibah C / N tanah akan mudah diserap oleh tanaman.
b. Pupuk Kalium
Tandan kosong kelapa sawit sebagai limbah padat dapat dibakar dan akan
menghasilkan abu tandan. Abu tandan tersebut ternyata memiliki kandungan 30-40%, K2O,
7%P2O5, 9%CaO, dan 3%MgO. Selain itu juga mengandung unsur hara mikro yaitu
1.200ppmFe, 1.00 ppm Mn, 400 ppmZn, dan 100 ppmCu. Sebagai gambaran umum bahwa
pabrik yang mengolah kelapa sawit dengan kapasitas 1200 ton TBS/ hari akan menghasilkan abu
tandan sebesar 10,8%/hari. Setara dengan 5,8 ton KCL; 2,2 ton kiersit; dan 0,7ton TSP. dengan
penambahan polimer tertentu pada abu tandan dapat dibuat pupuk butiran berkadar K2O 30-38%
dengan pH 8 9.
c. Bahan Serat
Tandan kosong kelapa sawit juga menghasilkan serat kuat yang dapat digunakan
untuk berbagai hal, diantaranya serat berkaret sebagai bahan pengisi jok mobil dan matras,
polipot (pot kecil, papan ukuran kecil dan bahan pengepak industri.
2. Tempurung buah sawit untuk arang aktif
Tempurung kelapa sawit merupakan salah satu limbah pengolahan minyak kelapa
sawit yang cukup besar, yaitu mencapai 60% dari produksi minyak. Arang aktif juga dapat
dimanfaatkan oleh berbagai industri. Antara lain industri minyak, karet, gula, dan farmasi.