KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memeberikan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga dapat menyelesaikan Laporan Praktik Kerja Industri di
Pabrik Gula Pradjekan PTPN XI di Bondowoso tepat pada waktunya.
Penulisan Laporan Praktik Kerja Industri ini dapat terselesaikan atas
dukungan dari berbagai pihak sehingga kami mengucapkan banyak terima kasih
kepada.
1. Bapak Tanoeki Darma Bekti, ST selaku General Manager PG Pradjekan.
2. Bapak Yusuf Basuki selaku Manager Pengolahan.
3. Bapak Priyo Cahyo Martono selaku Asisten Manager Pengolahan.
4. Bapak Prasetyanto selaku Asisten Manager Quality Control.
5. Ibu Siti Zubaida selaku Kepala SMK Putra Indonesia Malang.
6. Bapak Yunior Dwi Kurniawan selaku pembimbing pabrik.
7. Ibu Atik Dian Fitriah selaku pembimbing kimia.
8. Bapak Choirun Nifan selaku pembimbing penulisan laporan.
9. Bapak Ahmad Komar selaku pembimbing di sekolah.
10. Segenap staff dan karyawan PG Pradjekan.
11. Bapak dan Ibu guru Sekolah Menegah Kejuruan Putra Indonesia Malang.
12. Orang Tua yang telah memberikan dukungan kami baik secara materi ataupun
motivasi.
13. Teman-teman kelas XII Sekolah Menegah Kejuruan Putra Indonesia Malang
tahun 2016-2017
Kami menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini kurang sempurna. Oleh
karena itu, kami mengharapkan saran untuk menyempurnakannya. Semoga
laporan ini bermanfaat.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
kesempatan
kepada
siswa
agar
dapat
kesempatan
kepada
siswa
agar
dapat
Misi
Daun tebu yang adalah biomassa yang mempunyai nilai kalori cukup tinggi.
Ibu-ibu di pedesaan sering memakaidaun tebu kering itu sebagai bahan bakar
untuk memasak; selain menghemat minyak tanah yang makin mahal, bahan bakar
ini juga cepat panas. Dalam konversi energi PG, daun tebu dan juga ampas batang
tebu digunakan untuk bahan bakar boiler, yang uapnya digunakan untuk proses
produksi dan pembangkit listrik.
Jenis Bahan
Bahan kasar yang terdipersi
Bahan koloid
Molekul dan ion yang terdispersi
Air
Ukuran (mm)
0.0001
0.0001 0.000001
0.000001
<<<<0.000001
Jumlah (%)
5
0.05 0.30
8 21
77 8
kadar sukrosa yang ada dalam batang tebu, kadar sukrosa yang ada dalam batag
tebu bervariasi antara 8 13% pada tebu segar yang mencapai pemasakan secara
optimal.
Sukrosa merupakan suatu disakarida yang dibentuk dari monomermonomernya yang berupa unit glukosa dan fruktosa, dengan rumus molekul
C12H22O11. Senyawa ini dikenal sebagai sumber nutrisi serta dibentuk oleh
tumbuhan, tidak oleh organisme lain seperti hewan Penambahan sukrosa dalam
media berfungsi sebagai sumber karbon. Sukrosa dapat terbentuk melalui proses
fotosintesis yang ada pada tumbuh-tumbuhan. Pada proses tersebut terjadi
interaksi antara karbondioksida dan air didalam sel yang mengandung klorofil.
Bentuk sederhana dari persaman tersebut sebagai berikut.
6CO2 + 6H2O
C6H12O6
Jenis Gula
Pengertian
Gula
mentah
berbentuk
kristal
berwarna
gula
karbonatasi
rafinasi
sedangkan
menggunakan
gula
kristal
proses
putih
99,85
0,15
99,8
11
HK
Berat Jenis Butir
ICUMSA
98
0,8 1,1
< 200 IU
3.7.2 Belerang
Belerang digunakan dalm bentuk gas SO 2 untuk proses pemurnian nira
mentah, yaitu proses sulfitasi . Selain itu belerang juga digunakan untuk proses
bleaching nira kental atau pemucatan nira kental.
3.7.3 Asam Phospat (PO4)
Asam Phospat adalah suatu bahan yang digunakan untuk mengendapan
kotoran yang ada pada nira mentah hasil gilingan. Pada proses pemurnian akan
berikatan dengan Calsium (Ca2+ ) dari susu kapur dan akan membentuk Calsium
phospat dan menjadi inti endapan dalam proses defekasi.
3.7.4 Floculant
Floculant merupakan senyawa kimia bermuatan negatif yang dapat
membentuk ikatan zat bukan gula yang terdapat di dalam nira berupa rantai
mudah mengendap guna untuk mengendapkan kotoran dan akan menghasilkan
nira yang baik yaitu berupa nira jernih.
3.7.5 FCS (Fondan)
Fondan digunakan untuk inti kristal yang dibuat di laboratorium dengan suatu
prosedur yang berfungsi untuk bibit gula pada masakan D.
12
BAB IV
ALAT, BAHAN, DAN PROSES PRODUKSI
dan
kotoran.
Kotoran-kotoran
tersebut
berupa
partikel-partikel
sepertitanah, kotoran ampas, dan partikel-partikel terlarut baik berupa zat organik
maupun anorganik yang berasal dari batang tebu. Adapun tujuan dari proses
pemurnian ini adalah untuk membuang zat-zat organik dan anorganik bukan gula
yang terdapat dalam nira mentah tersebut, dengan cara kimia maupun fisika
sehingga diperoleh sukrosa dengan kadar tinggi.
15
Sistem pemurnian di Pabrik Gula Pradjekan dibagi menjadi dua sistem yaitu
menggunakan sistem defikasi sulfitasi. Di bawah ini adalah pengertian dari kedua
sistem tersebut.
Sistem Pemurnian
Defekasi
Pengertian
Proses pemurnian dengan menggunakan
penambahan susu kapur.Tujuan
penambahan susu kapur untuk sebagai
penetral asam dan juga pengendap kotoran
yang terdapat dalam nira. Susu kapur ini
akan bereaksi dengan asam phospat dalam
nira mentah dan akan membentuk endapan
Ca3(PO4)2. Reaksinya sebagai berikut :
3Ca2+ + 2PO4 3- Ca3(PO4)2
Sulfitasi
Kemudian proses pada sistem pemurnian ini adalah sulfitir nira encer dan
sulfitir nira kental, nira mentah yang telah tersaring dari stasiun gilingan dipompa
ke flowmeter, tujuan dari flowmeter ini adalah mengetahui beratnya dan kemudian
akan dipompa ke peti penampungan nira tertimbang. Nira mentah yang ada di peti
16
CaSO3
Reaksi yang terjadi antara susu kapur (Ca(OH) 2) dengan gas SO2, dan akan
menghasilkan garam CaSO3 yang terbentuk akan mengikat kotoran-kotoran yang
terkandung dan akan mengendap dengan sendirinya. Nira yang telah diproses di
sulfitator dinamakan nira mentah tersulfitir dan akan masuk ke proses selanjutnya
yaitu Pemanas Pendahuluan II (PPII) dengan tujuan untuk menurunkan kadar
viskositas, mengeluarkan gas dari dalam nira, dan menyempurnakan endapan
dengan suhu 1050C - 1100C sehingga memudahkan proses pengendapan setelah
itu dialirkan ke bejana pengembang Prefloc Tower guna untuk mengeluarkan
gelombang gas yang masih terkandung pada nira tersulfitir agar mempermudah
proses pengendapan pada proses selanjutnya.
17
Nira tersulfitir yang keluar dari bejana pengembang Prefloc Tower dialirkan
ke peti pengendapan Single Tray Clarifier yang bertujuan untuk mengendapkan
kotoran dan akan menghasilkan nira yang baik yaitu berupa nira jernih dengan
cara menambahkan flokulan / senyawa kimia bermuatan negatif yang dapat
membentuk ikatan zat bukan gula yang terdapat di dalam nira berupa rantai
mudah mengendap. Dari pengendapan yang dilakukan pada peti pengendapan
Single Tray Clairifier ini meghasilkan dua jenis nira yaitu nira jernih dan nira
kotor, nira kotor dipompa dialirkan ke Mud Mixer kemudian dicampur dengan
ampas halus dan dialirkan ke RVF (Rotary Vaccum Filter) untuk di pisahkan dari
kotoran padat (Blotong) dan kotoran cair (nira tapis). Kotoran padat (Blotong)
dikeluarkan dari pabrik menggunakan conveyor menuju truk dan yang nantinya
akan diangkut oleh truk menuju tempat penimbunan sementara blotong untuk
diolah menjadi pupuk. Sedangkan kotoran cair (nira tapis) dikembalikan ke peti
nira mentah tertimbang untuk diproses kembali di stasiun pemurnian. Sedangkan
nira jernih yang diperoleh pada proses pengendapan dengan tingkat viscositas 1415 Baume dialirkan ke Pemanas Pendahuluan III (PPIII) yang bertujuan untuk
memanaskan nira jernih hingga suhu 1100C agar memperingan kerja pada saat di
evaporator.
4.3.1 Alat-alat pada Stasiun Pemurnian
Adapun peralatan yang dipergunakan pada stasiun pemurnian guna untuk
menunjang proses pemurnian adalah.
4.3.1.1 Juice Heater
Fungsi dari alat ini adalah menaikkan suhu nira sebelum masuk ke proses
selanjutnya. Juice Heater ini adalah alat yang berisi uap bekas yang diambil dari
penguapan selain menggunakan uap bekas Juice Heater ini juga menggunakan uap
nira hasil Bleeding dari Badan Penguapan I (BPI) dan Badan Penguapan II (BPII)
Alat Juice Heater ini difungsikan sebagai pemanas nira pada tiap-tiap Pemanas
Pendahuluan (PP), adapun suhu yang ditentukan dan juga tujuan dari tiap proses
Pemanas Pendahuluan ialah.
1. Pemanas Pendahuluan I (PPI) : 70oC - 75oC
Adapun tujuan pada Pemanas Pendahuluan I (PPI) untuk mempercepat reaksi
seperti pada penambahan gas SO2, penambahan susu kapur, dan juga
18
CaO + CO2
Proses pembuatan susu kapur yaitu, kapur tohor dimasukan dalam gudang
kapur untuk ditampung sebelum dilarutkan menggunakan air. Didalam tromol
terdapat besi penghalang agar kapur tohor yang jatuh tidak terlalu banyak
kemudian kapur dimasukkan kedalam rotary pemadam kapur untuk dilarutkan
dengan penambahan air panas pada suhu 800C.
20
Rotary pemadam terdapat alat yang berbentuk silinder berputar pada alatini
kapur akan dilarutkan sehingga kapur yang tidak larut akan masuk ke dalam
proses sedangkan gas hasil reaksi antara kapur tohor dan air panas akan keluar
dan dibuang ke udara bebas. Susu kapur yang terbentuk akan dilewatkan pada
saringan getar yang berfungsi memisahkan susu kapur dari kerikil halus dan kapur
yang masih ada.susu kapur akan digunakan pada stasiun pemurnian. Kebutuhan
CaO untuk pembuatan susu kapur 135 kg per 100 ton tebu (6 oBe). Untuk
mencegah terjadinya endapan kapur masing-masing tangki diberi pengaduk
dengan kecepatan 40Rpm. Setelah susu kapur melalui berbagai proses akan
dialirkan menuju proses pemurnian yang berfungsi untuk mempermudah
pengendapan kotoran pada nira.
2. Unit Pembuatan Gas SO2
Belerang padat dimasukkan ke dapur belerang (dengan suhu 385) yang
diselebungi mantel berisi air,sehingga suhunya menjadi 200 dan belerang
padat meleleh menjadi cairan belerang yang berwarna kuning dan dibakar
menjadi sulfit. Gas SO2 yang panas mantel air,disini terjadi penurunan suhu
hingga
70-80oC dengan perbandingan kebutuhan belerang 50 kg per 100 ton tebu.
Reaksi yang terjadi pada proses ini adalah :
S + O2
SO2
air yang terkandung dalam nira encer. Proses ini menggunakan alat yang bernama
juice heater,yang bertujuan untuk mengurangi beban badan penguap dari segi
pengentalan larutan maupun penambahan tekanan. Sedangkan pada PPIII
mempunyai suhu 1100-1200 C, hasil dari PPIII akan masuk kedalam evaporator I.
4.4.2 Badan Penguapan
Di PG Pradjekan mempunyai 6 badan penguapan, namun disini menggunakan
sistem quintuple effect sehingga hanya 5 badan penguap saja yang digunakan
setiap harinya, sedangkan 1 badan penguap dibersihkan dengan cara bergilir.
4.4.3 Proses Penguapan
Nira encer yang keluar dari single tray tersaring di clear juice tank yang
bertujuan untuk menyaring kotoran-kotoran yang terikut dari single tray atau
kotoran yang tidak bisa mengendap di single tray, sehingga nira yang akan masuk
kedalam badan penguap benar-benar bebas dari kotoran, selanjutnya nira encer
masuk melalui proses pemanasan pendahuluan. Nira encer yang keluar dari
pemanas pendahuluan masuk kedalam badan penguap I melalui pipa yang
terhubung antara badan penguap dan alat PPIII (juice heater). Pada badan
penguap nira akan bersirkulasi melalui pipa pemanas dan akan keluar melalui pipa
jiwa, tinggi nira pada badan penguap mencapai 1/3 pipa pemanas.
4.4.3.1 Badan Penguap I
Setelah nira encer masuk kedalam badan penguap, uap bekas dan uap nira
masuk kedalam badan penguap. Kemudian uap panas (uap nira dan uap bekas,
suhu uap bekas yang digunakan mencapai 1200 C ) berkontak dengan nira
sehingga nira mulai mengental. Pada badan penguap ini suhu yang digunakan
mencapai 1000 C dan tekanan yang diberikan mencapai 0,5-0,8 Kg/Cm3. Suhu dan
tekanan yang digunakan pada setiap badan penguap memiliki suhu yang berbeda
beda, hal ini dikarenakan tingkat kekentalan nira yang masuk pada setiap badan
penguap berbeda beda. Pada proses ini badan penguapakan menghasilkan uap nira
dan air kondesat. Kemudian nira dari badan penguap I akan dialiarkan menuju
badan penguap II melalui pipa output. Uap nira yang dihasilkan dari badan
penguap I akan digunakan untuk pemanas pada badan penguap II, juice heater dan
juga pan masak melalui pipa uap.
22
vaccum yang digunakan pada badan penguap mencapai 30-35cmHg, tujuan dari
penggunaan vacum sendiri adalah nira yang ada pada dalam badan penguap dapat
cepat menguap. Pada proses ini badan penguap akan menghasilakan uap nira dan
juga kondensat.dan uap nira yang dihasikan akan digunakan sebagai pemanas
badan penguap V. Padabadan penguap IV ini diharapkan nira encer sudah mulai
mengental, biasanya derajat kekentalan yang terjadi pada badan penguapIV
mencapai 270-280be. Sedangkan nira yang dari badan penguap IV akan dilairkan
menuju badan penguap V (badan akhir) .
4.4.3.5 Badan Penguap V
Nira dari badan penguapIV akan masuk kedalam badan penguap V, pada
badan penguap V ini juga telah dalam kondisi vaccum, vaccum yang digunakan
pada badan penguap V mencapai 65cmHg. Pada proses ini badan penguap akan
menghasilkan uap nira dan juga kondesat. Pada badan penguap V (badan akhir)
23
ini diharapkan nira dari badan penguap IV yang sudah mulai mengental dengan
derajat kekentalan 270-280be akan mencapai ketentuan SOP yang ada yaitu 300-320
be. Kemudian nira yang keluar pada badan penguapV (badan akhir) akan disebut
dengan nira kental, nira tersebut akan ditampung pada tangki nira kental yang
kemudian akan di alirkan menuju bejana sulfitasi nira kental di Stasiun
Pemurnian. Pada tangki sulfitasi nira kental akan ditambahkan gas SO 2 untuk
proses bleaching (pemucatan warna) dengan Ph 5,4 , kemudian nira kental yang
tersulfitir akan dialirkan menuju stasiun masakan.
4.4.3.6 Perjalan Uap di Badan Penguapan (Evaporator)
Evaporator I menggunakan bahan pemanas uap bekas, uap nira dari badan
penguapI digunakan sebagai pemanas badan penguap II, uap nira dari badan
penguap II digunakan sebagai pemanas badan penguapIII, uap nira dari badan
penguap IV digunakan sebagai pemanas badan penguap V, sedangkan uap nira
dari badan penguap V menuju kondensor untuk di kondensasi sedangkan uap nira
dari badan penguap I di bledding sebagian dipergunakan untuk (juice heater) dan
pan masak.
4.4.4
Kondensat
Pada suatu proses penguapan akan menghasilkan air kondensat. Air
kondensat yang dihasilkan dari badan penguap dapat berupa kondesat positif dan
kondesat negatif. Kondensat positif adalah kondensat yang masih tercemar gula
dan akan digunakan untuk proses, sedangkan kondensat negatif adalah kondensat
yang tidak tercemar gula dan akan digunakan sebagai air pengisi ketel.
4.4.4.1 Penggunaan Kondensat
Adapun kegunaan kondesat adalah sebagai berikut.
1. Kondesat daribadan penguap IV dan V yang mengandung gula akan dialirkan
menuju bak penampung yang akan digunakan untuk air imbibisi, siraman pada
putaran, siraman pada rotary vaccum filter dan air pencuci pada pan masak.
2. Kondensat dari badan penguap I, II, III, IV akan dialirkan menuju ketel sebagai
air pengisi pada ketel melalui jalur yang sudah ditentukan, kondensat akan
digunakan apabila air dalam kondisi tidak mengandung gula atau kondensat
bersih.
4.4.5 Bejana Pengembunan (Kondensor)
24
masak dapat berpengaruh pada pan masak lain karena alat yang digunakan untuk
menarik hampa saling terhubung oleh sebuah pipa. Setelah mengkondisikan titik
hampa sekesai, selanjutnya larutan yang digunakan sebagai bahan masakan akan
ditarik masuk ke dalam pan masak.
4.8.2 Menarik Larutan
Larutan di tarik masuk pan masak setelah pan dalam kondisi hampa, pan
masak terhubung dengan peti peti Nira Kental (tersulfitasi dan belum terslfitasi),
peti Stroop (Stroop A dan Stroop C), Babonan ( Babonan C dan Babonan D) serta
Klare (Klare D dan klare SHS). Sebelum larutan ditarik kedalam pan, ada proses
pemanasan terlebih dahulu dengan suhu 70C yang bertujuan untuk melarutkan
kristal yang terbentuk saat di peti penyimpanan. Larutan ditarik dengan cara
membuka afsluiter yang menghubungkan pan masak dengan bahan yang akan
ditarik. Pada penarikan awal, jumlah bahan yang ditarik adalah 120 HL, kemudian
uap nira dan uap bekas dimasukkan sehingga ada kontak antara bahan dan uap.
Setelah bahan mencapai kekentalan tertentu, barulah dimasukkan bahan lain.
4.8.3 Proses Pemasakan
Sistem memasak di PG Pradjekan menggunakan sistem ACD, yang
dimaksudkan adalah pan masak pada pabrik menggunakan Pan Masak A, Pan
Masak C, dan Pan Masak D. Masing-masing pan masak dibedakan berdasarkan
bahan dasar pembuatan, proses pemasakan, dan hasil dari masakannya. Dalam
proses memasak terdapat empat fase yang dilalui nira untuk mengkristal, fase
pertama disebut masakan encer, fase kedua disebut pemadatan, fase ketiga disebut
masakan setengah tua, dan fase keempat disebut masakan tua.
4.5.3.1 Fase Masakan
Fase masakan selama proses pemasakan nira menjadi kristal gula terdiri dari
empat fase yang memiliki ciri atau tanda masing-masing. Adapun keempat fase itu
sebagai berikut.
1. Masakan Encer
Fase ini merupakan fase awal dalam proses pemasakan nira, fase suatu
masakan dapat dilihat pada kaca penglihatan yang berada pada dinding pan
masak. Fase masakan encer ini ditandai dengan membentuknya gelembung yang
selalu bergerak aktif, yang dimaksudkan bergerak aktif adalah gelembung26
gelembung dari nira akan terlihat mengalir dengan cepat. Selain itu, ketika
mengambil sampel pada fase ini, nira atau sampel akan langsung menyebar saat di
taruh dalam kaca preparat.
2. Pemadatan
Pada Fase ini aliran gelembung nira sudah mulai melambat, tapi aliran
tetap memenuhi kaca penglihatan. Hal itu dapat dilihat pada kaca penglihatan
yang menempel di pan masak. Kristal sudah mulai terbentuk di fase ini, tapi
ukurannya masih belum sesuai standart, Kristal akan membesar pada fase
masakan selanjutnya.
3. Masakan Setengah Tua
Semakin tua masakan maka aliran gelembung nira akan semakin
melambat dan tenang, begitupun pada fase ini. Aliran gelembung nira pada fase
ini sudah melambat, aliran gelembung tidak memenuhi kaca penglihatan lagi.
Gelembung nira akan bergerak dari bawah lalu di pertengahan kaca penglihatan
akan bergerak menyamping lalu kembali ke dalam. Jadi pergerakan gelembung
nira pada fase ini hanya mencapai setengah dari kaca penglihatan. Seain itu, pada
fase ini akan terlihat warna kehitaman ditengah-tengah gelembunng.
4. Masakan Tua
Pada fase ini, nira sudah mengkristal dengan ukuran yang besar, dan
aliran menjadi sangat lambat. Terlihat dari kaca penglihatan ada warna hitam
menyebar di gelembung nira. Pada fase ini, pan masak harus segera ditambah
bahan baru, karena jika tidak ditambah bahan baru, kristal akan menjadi kerak di
pipa jalannya sirkulasi nira. Hal itu dapat mengakibatkan uap dan nira yang belum
mengkristal terhambat kontaknya karena terhalang kerak pada pipa.
4.5.3.2 Pan Masak
Pan masak di PG Pradjekan berjumlah 9 buah, karena menggunakan sistem
memasak ACD, maka 9 buah pan tersebut terbagi atas Pan Masak A, C, dan D.
Suhu, tekanan pan, dan tekanan uap di semua pan masak sama, yaitu 82C , 65
cmHg, dan 0,5 Kg/cm. Suhu dalam pan masak tidak boleh lebih dari itu karena
dapat menyebabkan gula hangus atau berwarna merah, suhu juga tidak boleh
kurang dari itu karena akan membuat proses pembuatan kristal tidak normal.
Sebelum tahun 1992, PG Pradjekan sempat menggunakan sistem memasak ABD,
27
namun karena gula yang dihasilkan dari Pan B mempunyai kualitas yang kurang
bagus yaitu gula yang dihasilkan tidak bisa menjadi putih atau gula berwarna
merah maka sistem memasak pun diganti menjadi ACD. Yang membedakan
antara Pan B dan Pan Masak lainnya adalah bahan yang digunakan, Pan masak B
menggunakan Stroop A sebagai bahan utamanya.
5.1 Pan Masak A
Masakan hasil pan A adalah masakan yang menghasilkan gula SHS atau GKP,
sedangkan Masakan dari Pan C dan D dijadikan bibit masakan A. Pan masak A di
PG Pradjekan berjumlah 5 buah yang terdiri atas 1 buah Pan A2 dan 4 buah Pan
A1. Bahan masak di A2 adalah nira kental yang sudah di sulfitasi di Stasiun
Pemurnian, setelah ditarik hampa, pan masak A2 akan diisi dengan Nira Kental
sebanyak 120 HL. Nira kental yang ditarik ke dalam pan akan melewati lubang
besar di tengah pan masak, karena kerja alat vaccum di atas pan masak, maka nira
kental akan tertarik kembali ke atas melewati pipa- pipa kecil di sekitar lubang
pan masak, lalu turun kembali melewati lubang besar ditengah pan masak yang
tadi. Begitupun seterusnya hingga menciptakan sirkulasi pada nira kental.
Setelah menarik larutan awal, uap nira dan uap bekas akan masuk ke dalam
pan dan melewati luar pipa-pipa kecil, sehingga selama proses sirkulasi nira
kental akan berkontak dengan uap panas (uap nira dan uap bekas). Proses itu
dilakukan sampai nira kental menjadi benangan. Benangan yaitu salah satu istilah
tingkat kekentalan yang ditandai dengan tidak putusnya suatu bahan saat ditarik
2 cm. Setelah tingkat kekentalan mencapai benangan, barulah ditambah Babonan
C sebanyak 30 HL, sirkulasi kembali terulang sampai masakan berada pada fase
masakan tua. Saat masakan sudah tua maka ditambah Nira Kental lagi secara
bertahap, dengan jumlah 50 HL untuk sekali penambahan hingga mencapai
volume 300 HL. Setelah itu masakan A2 akan di masukkan ke pan A1, masakan
A2 yang berjumlah 300 HL akan dibagi dua, sehingga satu kali pemasakan di A2
dapat menghasilkan bahan untuk 2 pan masak di A1 dengan jumlah masingmasing 150 HL. Hasil kristal gula pada pan masak A2 adalah 0,6-0,7 mm.
Tujuan dari pemasakan di Pan A1 hanyalah untuk memperbesar kristal yang
sudah terbentuk di Pan A2. Sehingga kristal yang semula masuk berukuran 0,6-0,7
mm maka setelah di proses di Pan A1 ukuran kristal menjadi 0,9-1,2 mm.
28
Masakan A2 yang masuk berjumlah 150 HL, proses pemasakan sama dengan di
Pan A2. Nira Kental juga ditambahkan secara bertahap dengan jumlah 50 HL
sekali penambahan sampai mencapai volume 300. Hasil dari masakan A1 inilah
yang nantinya keluar sebagai gula SHS, persen Brix (jumlah zat terlarut berupa
gula dan kotoran) dari Masakan A lebih dari 92.
Di Pan Masak A terdapat suatu kondisi yang dinamakan kondisi A3, kondisi
ini terjadi ketika terdapat 3 Pan Masak A1 yang kosong. Proses pemasakan A3
bertujuan untuk menghemat bahan dan uap, sedangkan yang membedakan proses
memasak pada kondisi A3 dan kondisi normal hanyalah proses memasak pada A1.
Mulanya Pan Masak A2 menghasilkan hasil masakan sejumlah 300 HL, kemudian
dibagi menjadi dua dan masing-masing masuk ke dalam Pan Masak A1.Satu Pan
Masak A1 yang berisi 150 HL masakan A2 dimasak seperti biasanya, namun Pan
Masak A1
sebagaimana biasanya di A1. Tetapi Pan Masak ini akan berperan sebagai Pan
Masak A2, bahan maupun sistem memasaknya pun menggunakan sistem
memasak A2. Hasil dari masakan A1 ini akan di bagi dua, 150 HL masuk kedalam
Pan A1 yang kosong. Sedangkan 150 HL sisanya tetap di dalam Pan Masak A1
yang berperan sebagai Pan Masak A2 ini. Kemudian kedua Pan Masak A1
tersebut akan memasak sesuai sistem memasak A1.
5.2 Pan Masak C
Setelah proses menarik hampa dilakukan, larutan atau bahan awal yang
ditarik pada Pan Masak C adalah Stroop A dengan jumlah 120 HL, jika tingkat
kekentalan sudah mencapai benangan, maka Babonan D sudah boleh ditambahkan
dengan jumlah 30 HL. Lalu untuk bahan tambahan sampai volume 300 adalah
Stroop A dan Nira Kental, untuk jumlah masing-masing bahan yang ditambahkan
menyesuaikan dengan HK (tingkat kemurnian gula) hasil masakan C yang ingin
dicapai. Nira kental yang memiliki HK tinggi ditambahkan jika HK hasil masakan
terlalu rendah, sedangkan Stroop A yang memiliki HK rendah akan ditambahkan
jika HK hasil masakan terlalu tinggi. Jadi penambahan bahan pada proses ini bisa
disebut penyetabil HK. Jika proses memasak telah selesai, maka hasil masakan
akan turun ke palung pendingin dan masuk ke Stasiun Putaran, dan menghasilkan
29
Stroop C dan Babonan C. Ukuran kristal yang dihasilkan dari pan ini adalah 0,50,6 mm, dan persen Brix-nya lebih dari 93.
5.3 Pan Masak D
Sama seperti Pan Masak A, Pan masak D juga dibagi menjadi dua, yaitu Pan
Masak D1 dan Pan Masak D2. Untuk proses pemasakannya merupakan gabungan
dari proses pemasakan di Pan Masak A dan Pan Masak C, hanya saja pada pan
masak D menggunakan Fondan sebagai bibit gulanya. Fondan merupakan inti
kristal yang dibuat diluar pan dengan caratertentu.. Pada Pan Masak D2, setelah
pan ditarik hampa, larutan yang ditarik adalah Nira Kental dan Stroop A, untuk
jumlah yang ditarik menyesuaikan HK yang ingin dicapai, tapi biasanya banyak
Nira Kental yang ditarik 50 HL dan Stroop A 150 HL. Setelah campuran Nira
Kental dan Stroop A mencapai fase benangan, maka Fondan akan ditambahkan
sebanyak 240 ml (sudah dilarutkan). Setelah itu Stroop A akan ditambahkan
secara bertahap hingga mencapai volume 300 HL. Ukuran kristal yang dihasilkan
pada Pan Masak D2 ini adalah sebesar 0,2-0,3 mm, selanjutnya hasil masakan D2
ini akan dibagi menjadi dua dan masuk sebagai bahan ke Pan Masak D1 untuk
pembesaran kristal dan penyetabilan HK.
Jumlah masakan D2 yang masuk pada satu Pan Masak D1 adalah 150 HL,
disini ukuran kristal gula akan dibesarkan menjadi 0,3-0,5 mm. Proses memasak
pada pan ini juga bertujuan untuk menyetabilkan HK hasil masakan, bahan yang
digunakan adalah Klare D dan Stroop C, kedua bahan tersebut ditambahkan
sampai mencapai volume 300 HL. Pada Pan Masak D1 ini sudah tidak boleh
menarik bahan Stroop A untuk penyetabilan hasil masakan, karena HK Stroop A
tinggi dan dapat mempengaruhi HK hasil masakan nantinya. Klare D yang
mempunyai nilai HK tinggi ditambahkan saat HK hasil masakan rendah,
sedangkan Stroop C yang mempunyai nilai HK rendah ditambahkan saat HK hasil
masakan terlalu tinggi. Persen Brix Masakan D lebih dari 98, dan HK atau tingkat
kemurniannya adalah 60-61. Jika hasil memasak telah selesai, maka akan turun ke
palung pendingin. Setelah itu hasil masakan akan dibawa ke Stasiun Putaran.
4.8.4 Menurunkan Masakan dan Mencuci Pan Masak
Setelah proses memasak selesai, hasil masakan harus segera di turunkan ke
tempat penampung yang disebut palung pendingin dan terletak dibawah pan
30
rpm dan meghasilkan gula A dan gula Superior High Sugar (SHS) sedangkan
hasil sampingnya adalah strop A dan klare SHS. Pada stasiun putaran di PG
Pradjekan terdapat 9 buah putaran Low Grade Fugal dan 7 putaran High Grade
Fugal yang terbagi 2 yaitu 4 putaran A dan 3 putaran SHS. Adapun gambar alat
pemutaran LGF (Low Grade Fugal) dan alat pemutaran HGF (High Grade Fugal)
dapat dilihat pada lampiran ke-.
4.6.1 Proses pada stasiun putaran
Berikut adalah proses pada stasiun putaran yang ada di PG Pradjekan.
1. Putaran D1
Putaran ini bertujuan untuk memisahkan tetes dengan gula D1. Proses
pemisahannya adalah dengan menarik masscuite menggunakan pompa menuju
crystallizer kemudian dipompa menuju feed mixer D1 dengan diaduk secara
horizontal. Selanjutnya masscuite masuk ke dalam putaran D1 dengan
ditambahkan air agar mempermudah pemisahan yang kemudian akan terpisahkan
tetes dengan gula D1. Hasil samping tetes kemudian ditampung pada
penampungan tetes dan dijual pada pabrik yang menggunakan tetes sebagain
bahannya. Dan gula D1 akan ditarik menuju feed mixer untuk diputar pada
putaran D2.
2. Putaran D2
Putaran ini bertujuan untuk memisahkan gula D2 dengan klare D. Proses
pemisahannya masscuite akan masuk ke dalam putaran D2 dari tangki feed
mixeryang
sebelumnya.
Kemudian
dilakukan
penambahan
air
untuk
diafragma, dan basket akan berputar dengan kecepatan putaran 2200 rpm maka
stroop yang menempel pada gula akan terlepas dan jatuh kemudian ditampung
dan keluar dari pipa saluran pengeluaran stroop dan menghasilkan stroop C yang
akan digunakan untuk
Working Screen kemudian gula akan keluar dari Chute pengeluaran gula dan
menghasilkan Gula C. Hasil Gula C akan ditamping ditempat Babonan C untuk
dimasak pada Pan Masak A2
5.4 Putaran A dan SHS (Superior High Sugar)
Pada putaran A dan SHS untuk di PG Pradjekan ini menggunakan sistem
otomatis dengan kecepatan tinggi (High grade fugal) dan diatur oleh timer. Proses
awal pada putaran ini adalah basket akan berputar dengan kecepatan 300 rpm lalu
pipa air membuka dan menyemprot kan air dengan kecepatan 250 rpm yang
digunakan untuk mencuci saringan, pada saat itu juga katup pengisi membuka dan
masakan turun memasuki basket selama 10 detik pengisian, dan basket akan
berputar dengan kecepatan hingga 750 rpm dan air bilasan menyemprot lagi
selama 25 detik setelah air bilasan menyemprot maka kecepatan basket berputar
akan bertambah hingga 1000 rpm selama 60 s/d 90 detik untuk waktu
pengeringannya. Kemudian kecepatan basket akan turun kembali hingga 80 rpm
diikuti dengan membuka klep dan penyekrap basket maka gula dapat turun
menuju talang goyang yang terletak dibawahnya dan menghasilakn gula A yang
akan ditampung pada peti pencampuran(mixer) sedangkan stroop A akan
ditampung dan digunakan untuk bahan Pan Masakan D2 dan Pan Masakan C. hasil
gula A yang tertampung didalam peti pencampura (mixer) akan ditambah dengan
air nira jerni yang sangat encer yang kemudian akan diaduk menggunakan dua
pengaduk yang berlawanan arah dan terdiri dari besi bundar, akibat dari putaran
itu maka kristal akan saling bergesekan sehingga stroop yang menempel pada
krstal dapat terlepas. Setelah dari peti pencampuran
menuju peti feed mixer untuk diputar kembali dan akan menhasilkan gula
Superior High Sugar (SHS). Setelah itu gula akan turun ke talang goyang dan
gula akan dikemas pada stasiun penyelesaian
33
Alat
Corong
Gelas ukur
Bahan
Tetes
Aquades
35
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Lead acetate
Kertas saring
Aquades
4.8.1.2 Prosedur
Berikut ini prosedur yang dilakukan.
No
1.
Prosedur
Pengamatan
Penentuan brix
Sebelum
Sesudah
Ditimbang 150 gram tetes dalam Tetes
berupa Tetes
berupa
timba
dengan
timbangan digital.
berwarna
kehitaman
2.
Ditambahkan
air
1350
berbau.
ml Tetes
coklat berwarna
coklat
dan kehitaman
dan
berbau.
berupa Larutan tetes yang
berwarna
kehitaman
3.
Larutan
tetes
dimasukan
dan berbau.
berbau.
ke Larutan tetes yang Larutan
berwarna
kehitaman
4.
berbau.
Dimasukkan brix weager ke Masukkan
tetes
coklat berwarna
coklat
dan kehitaman
brix
dan
berbau.
Diangkat
alat
dalam brix silinder yang berisi weager ditunggu 2 ukur, dibaca suhu
larutan tetes untuk mengetahui menit.
yang
terlihat.
1.
Penentuan pol
Diambil larutan sampel 100 ml Larutan
dimasukkan ke dalam labu ukur berwarna
110 ml.
kehitaman
tetes Larutan
coklat berwarna
tetes
coklat
berbau
diambil berbau.
100
ml
ditambahkan lead
asetat 10 ml yang
berwarna
putih
berwarna
coklat berwarna
tetes
kuning
berbau.
Dimasukkan larutan sampel ke Larutan
dalam
polatrhonic
dengan berwarna
4.8.1.3 Pembahasan
Hasil analisis didapatkan dari data brix, pol dan suhu nira dari tiap gilingan,
lalu dihitung %pol (pol terkoreksi), %brix (brix terkoreksi), dan HK ( hasil
kemurnian) dengan menggunakan tabel suhu dan pol.
HK =
%pol
x
100
brix
No
.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Alat
Bahan
Corong
Gelas ukur
Labu ukur 100 ml
Timba
Brix weager
Polartronic
Timbangan
Pembuluh pol
Brix silinder
4.8.6.2 Prosedur
Berikut ini prosedur yang dilakukan.
No
1.
Prosedur
Pengamatan
Penentuan brix
Sebelum
Sesudah
Ditimbang sampel 150 gram Sampel
NK.s, Sampel
NK.s,
(pengecualian nira gilingan I-V, NK.ns
NM,NE).
berwarna NK.ns
sampel berbau,
gilingan
berwarna
Ditambahkan
air
1350
sampel
I- gilingan
V,NM,NE
2.
berwarna
I-
V,NM,NE
coklat berwarna
coklat
kehitaman.
kehitaman.
ml Sampel
NK.s, Larutan smapel
berbau,
gilingan
V,NM,NE
berwarna
kehitaman.
3.
Larutan
sampel
dimasukan Larutan
NK,s,
NK.ns NK,s,
NK.ns
berwarna
coklat berwarna
coklat
dan
berbau, dan
berbau,
larutan
sampel larutan
sampel
gilingan
I- gilingan
V,NM,NE
V,NM,NE
berwarna
4.
Dimasukkan
brix
I-
coklat berwarna
kehitaman.
weager Masukkan
brix
coklat
kehitaman.
Diangkat
alat
kedalam brix silinder yang berisi weager ditunggu 1 ukur, dibaca suhu
larutan tetes untuk mengetahui menit.
yang
terlihat.
1.
Penentuan pol
Diambil larutan sampel 100 ml Larutan
sampel Larutan
NK.ns berwarna
110 ml.
larutan
sampel
coklat
coklat,
larutan berbau.
NE,
NM
berwarna
coklat
kehitaman
berbau
dan
diambil
100
ml
ditambahkan lead
asetat 5 ml yang
berwarna
putih
ml,
aquades
ml
39
larutan
yang
menggunakan
2.
berwarna
sampel
berwana
Larutan
sampel
NK.s,
NK.ns
berwarna
berbau.
sampel larutan sampel
polatrhonic
NM
berwana NM berwana
sampel
NK.ns
hasil pol.
Catatan : Untuk pengujian sampel yang lain prosesnya sama, tapi jika sample
berbentuk padatan harus ditimbang terlebih dahulu sebanyak 150 gr dan
diencerkan dengan air sebanyak 1350 mL.
4.8.6.3 Pembahasan
Hasil analisis didapatkan dari data brix, pol dan suhu nira dari tiap gilingan,
lalu dihitung %pol (pol terkoreksi), %brix (brix terkoreksi), dan HK ( hasil
kemurnian) dengan menggunakan tabel suhu dan pol.
HK =
%pol
x
100
brix
40
4.8.3
Analisis Ampas
Analisis Ampas dilakukan untuk mengetahui kandungan berat air yang masih
terkandung dalam ampas. Adapun analisis sebagai berikut.
4.8.3.1 Alat dan Bahan
Berikut alat dan bahan yang digunakan.
No
.
1.
2.
3.
4.
5.
Alat
Bahan
Timba
Timbangan Digital
Canting
Tahang
Pengering ampas
Ampas
Air
4.8.3.2 Prosedur
Inilah prosedur yang dilakukan.
No
1.
Prosedur
Pengeringan Ampas
Ditimbang tahang (
Pengamatan
Sebelum
Sesudah
tempat Berat tahang = Berat tahang
2.
3.
Ampas
6317 gr
= Berat tahang +
ampsa = 7317 gr
basah
basah
Ditaruh tahang yang sudah berisi Tahang + ampas Tahang + ampas
ampas keatas alat pengering dingin
dingin
5.
panas
+ Berat tahang
ampas = 6818 gr
dicatat beratnya
4.8.3.3 Pembahasan
41
Alat
Timba
Timbangan Digital
Canting
Tahang
Ekstraksi ampas
Labu ukur 100 mL
Corong kaca
Gelas wadah hasil saringan
Polartronic
Pembuluh pol
Botol semprot
Gelas ukur
Bahan
Ampas
Air
Aquades
Lead acetate
Kertas saring
4.8.4.2 Prosedur
Adapun prosedur analisis yang dilakukan sebagai berikut.
No
1.
Prosedur
Pengamatan
Ekstraksi Ampas
Sebelum
Sesudah
Ditimbang 1 Kg ampas lalu .Ampas
sedikit Ampas
sedikit
dimasukkan kedalam tahang.
z.
basah.
basah.
basah.
sedikit Ampas menjadi
basah.
42
3.
sedikit Air
menjadi
penuh.
4.
mesin dijalankan
Dilakukan ekstraksi selama 2 Air
5.
jam.
dingin
panas.
Setelah 2 jam ambil air dalam Air tak bewarna Larutan
ampas Air
dinginkan.
Setelah dingin
dalam
7.
labu
dimasukkan Larutan
takar
sebanyak 100 mL
Ditambahkan 5
110
mL
dilihat
dicatat.
Polnya
bewarna
panas.
bewarna Larutan
bewarna
panas.
dingin.
. Larutan bewarna Larutan
bewarna
ampas
bening kecoklatan
dingin.
8.
dengan
endapan
putih.
bewarna Larutan
tak
endapan
putih.
4.8.4.3 Pembahasan
Hasil dari ekstraksi ampas berupa pol ampas tersebut yang didapat dari
perhitungan berikut.
6. Berat tahang kosong =
7. Berat tahang + ampas =
8. Berat tahang setelah pengeringan =
9. Zat kering = ( Berat tahang + ampas ) Berat tahang setelah pengeringan
10. Kadar air = 1000 Zat kering
11. Pol ampas = Dilihat pada alat polatronik
12. % ampas = Dilihat pada tabel perhitungan analisis ampas
4.8.5 Analisis KGR ( Kandungan Gula Reduksi )
Analisis KGR untuk mengevaluasi kualitas nira, semakin tua tebu semakin
turun gula reduksinya Gula reduksi merupakan gula yang tidak berasa manis dan
tidak dapat mengkristal.Gula ini dapat mengganggu proses pengkristalan nira
lainnya, sehingga diupayakan kandungan gula reduksi harus rendah. Adapun
analisis sebagai berikut.
43
Alat
Bahan
Erlenmeyer 200 ml
Gelas ukur 10 ml, 25 ml, 50 ml
Buret
Beaker glass 500 ml
Timbangan
Labu ukur 200 ml, 100 ml
Timbangan
Pipet tetes
Hot plate
Penjepit
Kertas saring
Amylum
Fehling I
Fehling II
ATN 10%
Natrium phospat kalium oksalat
H2SO4 1:5
Kalium iodida
Batu apung
Aquades
Larutan tio sulfat
4.8.5.2 Prosedur
Berikut ini prosedur yang dilakukan.
No
1.
Prosedur
Analisis KGR
Ditimbang 88 gram
Pengamatan
Sebelum
Sesudah
sampel Sampel berwarna Sampel berwarna
digital.
Larutan sampel dimasukkan ke Larutan
dalam labu ukur 200 ml.
3.
berwarna
kehitaman
berbau.
Ditambahkan ATN 10% 15 ml Larutan
menggunakan gelas ukur 25 ml.
dan berbau.
berwarna
kehitaman
sampel
coklat berwarna
coklat
berbau,
ATN
larutan
tidak
berwana
berbau.
Larutan sampel
dan
44
4.
berbau.
Ditambahkan aquades sampai Larutan
tanda batas dan dikocok sampai berwarna
homogen.
kehijauan
sampel Larutan
sampel
coklat berwarna
coklat
dan khijauan
dan
berbau,
aquades berbau,
aquades
larutan
tak larutan
tak
sampai
homogen.
Disaring menggunakan kertas Larutan
sampel Larutan
sampel
saring.
kuning
berwarna
kehijauan
coklat berwarna
berbau,
aquades
larutan
tak
berbau.
Diambil 100 ml larutan sampel Larutan
sampel Larutan
sampel
kuning berwarna
kuning
dan
ditambahkan
phospat
(Na2HPO4.12H2O) dan
Phospat
endapan
berbau.
Disaring menggunakan kertas Larutan
sampel Larutan
sampel
saring.
kuning berwarna
kuning
berwarna
keruh
8.
dan
endapan keruh
endapan
kuning
keruh berwarna
kuning
endapan
9.
Ditambahkan
Fehling
(CuSO4.5H2O),
Fehling
sampel
10.
25 ml.
tidak berbau.
Larutan
sampel Larutan
sampel
11.
apang
berbenruk
granul
berwana
sampel
plate ( 2 menit setelah mendidih berwarna biru tua berwarna biru tua
12.
diangkat).
Ditambahkan
25
ml
dan berbau.
kemerah-merahan.
KI Larutan
sampel Larutan
sampel
13.
Ditambahkan
H2SO4
25
berbau.
ml Larutan
dan
sampel Larutan
sampel
putih
amylum
larutan
berwarna
46
Faktor yang mempengaruhi tingginya nilai kadar gula reduksi yaitu terlalu
lama tebu berada di lapangan atau lebih dari 3 hari dan adanya kesalahan atau
kerusakan yang terjadi pada saat proses. Standart kadar gula reduksi adalah
kurang dari 1%.
(Blangko Volume titrasi) 0,1 63,57
Keterangan.
4.8.6
dibutuhkan dalam proses pengendapan pada nira mentah dan yang terkandung
dalam nira encer. Adapun analisis sebagai berikut.
4.8.6.1 Alat dan Bahan
Berikut ini alat dan bahan yang digunakan.
No
.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Alat
Bahan
Beaker glass 50 ml
Gelas ukur 10 ml
Buret
Labu ukur 100 ml
Pipet voleme 5 ml
Hot plate
Penjepit
Kertas saring
NaOH O,1 N
Sulfo molibat
Kieselgur
Aquades
4.8.6.2 Prosedur
Berikut ini prosedur yang dilakukan.
No
1.
Prosedur
Pengamatan
Analisis Asam Phospat
Sebelum
Sesudah
Diambil
100
ml
sampel Sampel berwarna Sampel berwarna
menggunakan labu ukur.
2.
dan berbau.
dan berbau.
Ditambahkan kieselgur 2 gram, Larutan
sampel Larutan sampel
kemudian
disaring berwarna
kehitaman
berbau,
serbuk
3.
coklat berwarna
4.
larutan
tak
berwarna
dan
berbau.
Diambil larutan sampel 10 ml Larutan
sampel Larutan
coklat berwarna
dan kehitaman
berbau.
sampel Larutan
coklat berwarna
dan kehitaman
coklat
dan
5.
dan kehitaman
berbau,aquades
larutan
sampel
coklat
dan
sampel
coklat
dan
berbau.
tidak
berbau.
Ditambahkan aquades 40 ml Aquades
menggunakan gelas ukur 50 ml tidak
sampel
berwarna berwarna
kuning
glass 50 ml.
Larutan
sampel berbau.
berwarna
jernih
7.
larutan Larutan
Ditambahkan
larutan
kehitaman
dan berbau.
Sulfo Larutan
sampel Larutan
coklat
kuning berwarna
sampel
kuning
Sulfo berbau.
48
Molibat
larutan
asam
askorbat
berbentuk serbuk
8.
dan berbau.
Larutan
sampel Larutan
Larutan
sampel
berbau.
dianalisis Larutan
menggunakan
(pengecualin NE).
sampel Larutan
sampel
specthofotometer,
yang jernih
jernih
(pengecualin NE).
(pengecualin NE),
catat
absorbansi
hasil
dan
dihitung.
4.8.6.3 Pembahasan
Rumus perhitungan yang digunakan untuk analisis phospat dengan
menggunakan spetrofotometer.
Hasil spetrofotometer
4.8.7 Analisis CaO
Analisis CaO bertujuan untuk mengetahui kadar atau kandungan susu kapur
dalam suatu nira, adapun analisis sebagai berikut.
4.8.7.1 Alat dan Bahan
Berikut ini alat dan bahan yang digunakan.
No
.
1.
2.
3.
4.
Alat
Erlenmeyer 200 ml
Pipet volume 5 ml
Buret
Labu ukur 100 ml
Bahan
Kertas saring
KCN
Buffer
Kieselgur
49
5.
Bola hisap
6.
Beaker glass
7.
Gelas ukur 50 ml
4.8.7.2 Prosedur
Aquades
EBT
Larutan EDTA
Prosedur
Analisis CaO
Diambil
100
ml
Pengamatan
Sebelum
Sesudah
sampel Sampel berwarna Sampel berwarna
Ditambahkan
kehitaman
berbau,
putih
Diambil
sampel
berbau.
ml Larutan
dan
Erlenmeyer.
Ditambahkan
diletakkan
di kehitaman
buffer
berbau.
ml Larutan
dan
diletakkan
Erlenmeyer.
5.
Ditambahkan
di kehitaman
berbau,
ml
dan
sampel
coklat berwarna
dan kehitaman
berbau.
sampel Larutan
coklat berwarna
dan kehitaman
tak
berwarna
dan
coklat
dan
sampel
coklat
dan
buffer berbau.
larutan
berbau.
KCN Larutan
Larutan sampel
sampel Larutan
coklat berwarna
sampel
coklat
50
ml,
dan
diletakkan
di kehitaman
Erlenmeyer.
6.
dan kehitaman
berbau,
KCN berbau.
larutan
tak
berwarna
dan
berbau.
Ditambahkan aquades 45 ml Larutan
sampel Larutan
diletakkan
ke
7.
coklat berwarna
dalam kehitaman
erlemeyer.
berbau,
aquades
larutan
tak
berwarna
dan
berbau.
Larutan
sampel Larutan
coklat berwarna
kehitaman
kuning
berbau,
EBT
larutan
berwarna
berwarna
sampel
ungu
dan kemerahan.
sampel
berwarna
8.
dan
ungu berwana
kemerahan.
sampel
hijau
sampel
berwana
hijau
0,9803 = ketetapan
4.8.8 Analisis Icumsa.
Analisis Icumsa bertujuan untuk mengetahui tingakatan kualitas warna pada
gula. Adapun analisis sebagai berikut.
4.8.8.1 Alat dan Bahan
Berikut ini alat dan bahan yang digunakan.
No
.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Alat
Bahan
4.8.8.2 Prosedur
Berikut ini prosedur yang dilakukan.
No
1.
Prosedur
Pengamatan
Analisis Icumsa
Sebelum
Sesudah
Diambil sampel gula kristal Sampel berwarna Sampel berwarna
2.
kristal putih
kristal putih
Sampel berwarna Larutan sampel
sebanyak 50 mL
kristal putih
3.
4.
Diaduk
larutan
sampel Larutan
berwarna
Tester.
kekuningan
menggunakan berwarna
kemudian kekuningan
berwarna putih
kekuningan
sampel
Larutan sampel
putih larut
dan
berwarna
tetap
putih
kekuningan
sampel Larutan
sampel
putih berwarna
putih
kekuningan
52
dilihat
brixnya
menggunakan
hand brix
Ditambahkan 2 gr Kieselgur, Larutan
5.
7.
berwarna
sampel Larutan
putih berwarna
sampel
putih
kekuningan
abu-abu
Disaring sampel menggunakan Larutan
sampel Larutan
sampel
kuning
Dilakukan
uji
berwarna
Icumsa
menggunakan Spektrofotometer
putih berwarna
abu-abu
Larutan
jernih
sampel Larutan
sampel
berwarna
kuning berwarna
kuning
jernih
jernih
4.8.8.3 Pembahasan
Hasil analisis Icumsa didapatkan dari perhitungan berikut.
Absorbansi 100000
Tebal Kuvet Brix Berat Jenis
Nb.
1. Absorbansi didapat dari pembacaan sampel pada alat spektofotometer.
2. 100000 merupakan ketentuan.
3. Tebal kuvet = 1
4. Brix merupakan hasil pembacaan hand brix 2
5. Berat jenis dilihat pada buku bulletin 11.
4.8.9 Analisis Warna
Analisis warna memiliki tujuan untuk mengetahui kekentalan warna pada
sampel Nira Kental Sulfit dan NonSulfit dan Gula Produksi ( GKP ). Adapun
analisis sebagai berikut.
4.8.10.1 Alat dan bahan
Berikut ini alat dan bahan yang digunakan.
No
Alat
Bahan
.
53
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Beaker glass 50 ml
Gelas ukur 50 ml
Pipet volume 10 ml
pH meter
Bola Hisap
Coloromat S
Kuvet
4.8.10.2 Prosedur
Berikut ini prosedur yang dilakukan.
No
1.
Prosedur
Pengamatan
Analisis Warna
Sebelum
Sesudah
Ditimbang Nira kental sulfit Sampel berwarna Sampel berwarna
2.
kristal putih
kristal putih
Sampel berwarna Larutan sampel
sebanyak 50 mL
kristal putih
3.
4.
berwarna
kekuningan
Larutan sampel
putih berwarna
putih
homogen
putih berwarna
putih
kekuningan
kekuningan
Kieselgur Larutan
sampel Larutan
sampel
Ditambahkan
6.
sampel
kekuningan
kekuningan
Dicek pH, jika pH kurang dari 7 Larutan
sampel Larutan
sampel
maka ditambahkan NaOH
5.
berwarna
berwarna putih
dan
saring abu-abu
putih berwarna
kuning
jernih
sampel Larutan
sampel
menggunakan
kuning berwarna
kuning
bantuan
Coloromat S
alat berwarna
jernih
jernih
4.8.10.3 Pembahasan
Hasil analisis warna dapat dilihat langsung ketika melakukan uji dengan alat
Coloromat S
4.8.10 Analisis Blotong
54
Analisis Blotong memiliki tujuan yaitu untuk mengetahui pol ataupun kadar
gula yang terkandung pada blotong. Adapun analisis sebagai berikut.
4.8.10.1 Alat dan bahan
Berikut ini alat dan bahan yang digunakan.
No
.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Alat
Bahan
Cawan petri
Mortar
Labu takar 100 ml
Gelas ukur 5 ml
Corong
Timbangan digital
Polartronic
Pembuluh pol
Blotong
Lead Acetate
Aquades
Kertas saring
4.8.10.2 Prosedur
Berikut ini prosedur yang dilakukan.
No
1.
Prosedur
Pengamatan
Analisis Blotong
Sebelum
Sesudah
Ditimbang Blotong sebanyak 50 Sampel berwarna Sampel berwarna
2.
gr
Dihaluskan blotong dan
hitam
hitam
Sampel berwarna Larutan sampel
melarutkanya menggunakan
hitam
3.
aquades
Dituang kedalam labu takar
Larutan
berwarna
4.
Disaring
larutan
Dilakukan
uji
hitam berwarna
hitam
hitam berwarna
hitam
5.
berwarna hitam
berwarna
hitam berwarna
kuning
sampel
55
berwarna
jernih
kuning berwarna
kuning
jernih
4.8.10.3 Pembahasan
Hasil dari analisis ampas berupa pol yang ada pada blotong yang dapat dilihat
pada alat polatronik.
56
BAB V
UTILITAS DAN PENGOLAHAN LIMBAH
5.1 Utilitas
Unit utilitas merupakan faktor terpenting dalam industri. Unit utilitas
yang terdapat di industri meliputi pengadahan air, pengadahan uap, pengadaan
listrik, pengolahan limbah.
5.1.1 Pengadaan Air
Air yang di gunakan yaitu air sumur atau (air bawah tanah) dan air sungai (air
permukaan). Air sungai digunakan untuk kondensor sebagai injeksi, sedangkan air
sumur digunakan untuk proses dan juga pembibitan mikroba pada pengolahan
limbah. Air sungai langsung digunakan karena ada jalur yang langsung ke pabrik
gula. Adapun penggunaan air pada industri sebagai berikut.
1. Air proses
Air proses digunakan untuk memenuhi kebutuhan proses yang memerlukan
air, yaitu proses pembuatan susu kapur, pembuatan larutan flokulan, siraman
pada putaran. Kebutuhan ini dipenuhi dari air sumur. Syarat air proses
bergantung pada jenis proses yang digunakan. Hal yang harus diperhatikan yaitu
pH, kesadahan, dan warna
2. Air pengisi ketel
Ketika awal giling atau tangki 1000 (Boiler) berkurang maka air pengisi
ketel menggunakan air sumur. Air sumur ini diperoleh dari sumur bor yang
dimasukkan ke dalam WTP (water treatment plane) dengan penambahan resin
sebagai penangkap kotoran dalam air. Dan juga penambahan NaOH yang
digunakan untuk meningkatkan pH. Sedangkan jika sudah masuk masa giling
atau tangki 1000 (boiler) sudah lebih dari cukup maka air pengisi ketel
menggunakan air kondensat dari setasiun penguapan (I, II, III, dan IV), stasiun
masakan, dan juice heater bila air kondensat kurang maka menggunakan air
sumur. Dalam pemakaian air sumur, diperlukan beberapa treatment sampai
58
memenuhi syarat sebagai air pengisi ketel. Syarat air pengisi ketel harus memiliki
kesadahan <30 ppm dan pH sekitar 10-11 agar tidak bersifat korosif.
3. Air injeksi
Air injeksi merupakan air pendingin kondensor yang digunakan untuk
menyerap panas dari uap nira dari evaporator dan masakan, setelah menyerap
panas suhu air 40C maka cara menurunkannya menggunakan cooling tower
sehinga suhu air turun sampai 300C kemudian dipompa menuju kondensor.
5.1.2
Kg
/cm2. Bahan
baku pembakaran pada ketel merupakan ampas yang merupakan hasil sisa dari
59
gilingan. Sedangkan air yang diuapkan berasal dari air kondensat dan air sumur
bor. Sebelum masuk kedalam ketel, air mengalami proses water treatment, seperti
menghilangkan kadar logam dan penambahan NaOH untuk menaikan pH, pH
yang diperbolehkan dalam ketel sebesar 8 10,5. Sementara total padatan terlarut
yang diperbolehkan masing masing maksimal, Stork 800 ppm, Takuma 1.500
ppm, dan Cheng Chen 1.000 ppm.
Air juga mengalami pemanasan menggunakan uap bekas atau UB hingga
suhu 320 C supaya pemanasan lebih cepat didalam ketel. Suhu pada ketel
sendiri minimal sebesar 750 C. Hasil uap dari ketel akan digunakan sebagai
penggerak turbin listrik, turbin penggerak gilingan dan membantu dalam proses
penguapan evaporator dan pemanasan dalam masakan. Sementara pembakaran
pada ketel menghasilkan asap dan abu. Abu sendiri dipisahkan menjadi dua, yaitu
abu gorek atau abu hasil pembakaran yang tertinggal dalam ketel, dan abu halus
yang terbawa oleh asap dan disaring menggunakan air yang disemprotkan atau
water spray dalam cerobong. Abu gorek akan dibersihkan setiap 4 jam sekali
kemudian langsung diangkut oleh truktruk dan dibuang menuju tempat
pembuangan abu. Sedangkan abu halus akan diproses terlebih dahulu kedalam
kolam pengendapan menggunakan dust collector, karena abu halus terbawa oleh
air, setelah selesai penggendapan abu akan diambil kemudian diangkut oleh truk
truk dan dibuang menuju tempat pembuangan abu. Sementara untuk asap hanya
disaring menggunakan water spray yang berada dalam cerobong asap supaya abu
tidak mengganggu pemukiman warga.
5.3 Pengolahan Limbah
Limbah merupakan hasil samping dari suatu proses produksi yang masih bisa
atau tidak bisa dimanfaatkan kembali. Limbah yang dihasilkan dari suatu industri
harus diolah dahulu sedemikian rupa sebelum diolah sehingga baku mutu limbah
yang di hasilkan sesuai dengan standar yang ditetapkan pemerintah dan tidak
membahayakan masyarakat sekitar.
5.3.1 Sumber dan Sifat Limbah
PG merupakan suatu unit produksi dengan hasil utama gula yang juga
menghasilkan hasil samping dan limbah. Limbah yang didapat berupa zat padat,
60
limbah
agar
tidak
mengganggu
keseimbangan
lingkungan
Limbah padat yang dihasilkan berupa ambas dan blotong. Ampas tebu
merupakan limbah dari stasiun gilingan. Ampas halus digunakan sebagai
campuran nira kotor dari single tray clarifier untuk membantu proses penapisan
nira pada rotary vaccum filter. Ampas kasar digunakan sebagai bahan bakar ketel
uap apabila kebutuhan ketel terpenuhi (termasuk juga untuk memenuhi sebagai
bahan bakar pada masa gilingan berikutnya) maka ampas tebu yang tersisa
disimpan dan digunakan kembali pada masa gilingan selanjutnya.
Asap dan debu dari ketel dilewatkan terlebih dahulu pada dust collector
sebagai penangkap debu, pada dust collector ditambahkan air yang dimasukkan
dengan cara water spray dan dikontakkan langsung dengan gas buang sehingga
partikel solid yang masih terikut dalam gas buang dapat ditangkap oleh air
kemudan turunpada pembuangan bersama air, sedangkan asap yang sudah bersih
dari partikel solid dibuang diudara melalui cerobong asap. Abu ampas yang
dihasilkan daripembakaran ampas pada ketel yang masih tercampur air
dilewatkan pada kolam atau bak pengendap yang bersekat dengan tujuan
partikel solid dapat mengendap sedangkan air jenuhnya disirkulasi kembali dan
62
partikel solid yang telah mengendap akan diskuras setiap hari dan dibawa ke
penampungan abu ketel.
5.3.4
Limbah B3 seperti kertas saring, air aki, oli bekas, akan ditampung
sementara di tempat penampungan sementara B3 yang nantinya akan diangkut
oleh pihak ke dua yang sudah memiliki hak pengolahan.
63
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan selama Praktik Kerja Industri di PG Pradjekan
maka dapat disimpulkan sebagai berikut.
1. PG Pradjekan adalah pabrik yang memproduksi gula kristal putih dari bahan baku
utama tebu dan bahan pembantu proses berupa kapur, Asam Phospat, belerang,
flokulan.
2. Proses pembuatan gula di PG Pradjekan melalui enam stasiun, sebagai berikut.
Stasiun Gilingan
Stasiun gilingan bertujuan untuk memerah batang tebu untuk mendapatkan
nira sebanyak mungkin. Nira yang dihasilkan dari stasiun gilingan akan diolah
untuk bahan pembuatan gula pada proses selanjutnya, sedangkan ampasnya,
digunakan sebagai bahan bakar untuk membuat uap di Stasiun Ketel.
Sasiun Pemurnian
Stasiun pemurnian bertujuan untuk menghilangkan atau membuang zat-zat
organik dan anorganik bukan gula yang terdapat dalam nira. Sistem pemurnian
yang digunakan adalah defekasi dan sulfitasi. Hasil utama dari stasiun ini adalah
Nira encer, sedangkan hasil sampingnya berupa blotong dan nira tapis.
Stasiun Penguapan
Stasiun penguapan bertujuan untuk mengurangi kadar air yang terkandung
dalam nira encer, sistem yang di gunakan adalah Quintuple effect. Hasil utama
dari stasiun ini adalah nira kental, sedangkan hasil sampingnya berupa air
kondensat yang dapat digunakan untuk air pengisi ketel.
dimasak dalam kondisi vaccum atau hampa udara di pan masak. Sistem memasak
64
yang digunakan adalah ACD. Hasil utama dari stasiun ini adalah kristal gula yang
belum sempurna dan tetes.
Stasiun Putaran
Stasiun putaran bertujuan untuk memisahkan antar kristal gula stroop, tetes
dan klare melalui penyaringan dengan gaya sentrifugal. Hasil utama dari stasiun
ini adalah gula SHS.
Stasiun Penyelesaian
Stasiun ini betujuan untuk mengemas gula SHS 1 ( Superior High Sugar 1 )
dengan berat 50 kg setiap karung. Gula yang telah dikemas kemudian ditampung
di gudang.
3. Proses pengolahan limbah di PG Pradjekan dibedakan berdasarkan jenis
limbahnya. Limbah yang dihasilkan baik berupa limbah padat, cair, gas, dan B3
(bahan beracun dan berbahaya) sebelum dibuang akan diolah sedemikian rupa
sehingga baku mutu limbah yang di hasilkan sesuai dengan standar yang
ditetapkan pemerintah.
6.2 Saran
Berdasarkan hasil pengamatan selama Praktik Kerja Industri di Pabrik Gula
Pradjekan ada beberapa hal yang perlu diperhatikan sebagai saran sebagai berikut.
6.2.1 Saran untuk Pabrik
1. Perlengkapan keselamatan
di
pabrik
sudah
memadai,
namun
dalam
66
67