Anda di halaman 1dari 66

ABSTRAK

PG Pradjekan didirikan pada tahun 1883 oleh perusahaan Belanda NV


Cultuur Mij yang merupakan investasi dari JW Barnie Anment dan Co
Surabaya. Pada tahun 1909 PG Pradjekan diambil alih oleh Cultuur Handle en
Industry Bank. Pada tanggal 10 Nopember 1957 Pabrik Gula Pradjekan diambil
alih oleh Pemerintah Republik Indonesia. Struktur organisasi PG Pradjekan
dipimpin oleh General Manager. PG Pradjekan berlokasi di jalan Raya SitubondoBondowoso, Desa Prajekan Kidul, Kecamatan Prajekan, Kabupaten Bondowoso,
Propinsi Jawa Timur.
PG Pradjekan menggunakan bahan baku tebu dan bahan pembantu proses
belerang, Asam Phosphat, kapur, dan flokulan. Prosesnya yaitu, tebu yang berada
pada truk menuju stasiun penimbangan untuk penyetempelan SPAT (Surat
Perintah Angkut Tebu). Pertama, tebu ditimbang menggunakan Digital Cane
Scale dan diperah di stasiun gilingan hingga dihasilkan nira mentah dan ampas.
Selanjutnya nira mentah dimurnikan dengan sistem Defekasi dan Sulfitasi dengan
penambahan belerang dan susu kapur hingga dihasilkan nira jernih dan nira kotor.
Nira kotor masuk ke Rotary Vaccum Filter dan dihasilkan nira tapis dan blotong,
sedangkan nira jernih menuju stasiun penguapan yang kemudian diuapkan untuk
mengurangi kadar air yang terkandung dalam nira sehingga menghasilkan nira
kental. Nira kental dikristalkan dan menghasilkan kristal gula yang masih
bercampur dengan stroop. Ketiga, hasil masakan dipisahkan di puteran sehingga
menghasilkan gula SHS dan tetes. Gula SHS kemudian dikemas dengan netto 50
Kg.
PG Pradjekan memiliki laboratorium untuk melakukan analisis nira, gula,
kadar gula reduksi, kadar P2O5, kadar CaO, ampas, warna, blotong, dan icumsa.
Limbah yang dihasilkan baik berupa limbah padat, cair, gas, dan B3 (bahan
beracun dan berbahaya).

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memeberikan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga dapat menyelesaikan Laporan Praktik Kerja Industri di
Pabrik Gula Pradjekan PTPN XI di Bondowoso tepat pada waktunya.
Penulisan Laporan Praktik Kerja Industri ini dapat terselesaikan atas
dukungan dari berbagai pihak sehingga kami mengucapkan banyak terima kasih
kepada.
1. Bapak Tanoeki Darma Bekti, ST selaku General Manager PG Pradjekan.
2. Bapak Yusuf Basuki selaku Manager Pengolahan.
3. Bapak Priyo Cahyo Martono selaku Asisten Manager Pengolahan.
4. Bapak Prasetyanto selaku Asisten Manager Quality Control.
5. Ibu Siti Zubaida selaku Kepala SMK Putra Indonesia Malang.
6. Bapak Yunior Dwi Kurniawan selaku pembimbing pabrik.
7. Ibu Atik Dian Fitriah selaku pembimbing kimia.
8. Bapak Choirun Nifan selaku pembimbing penulisan laporan.
9. Bapak Ahmad Komar selaku pembimbing di sekolah.
10. Segenap staff dan karyawan PG Pradjekan.
11. Bapak dan Ibu guru Sekolah Menegah Kejuruan Putra Indonesia Malang.
12. Orang Tua yang telah memberikan dukungan kami baik secara materi ataupun
motivasi.
13. Teman-teman kelas XII Sekolah Menegah Kejuruan Putra Indonesia Malang
tahun 2016-2017
Kami menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini kurang sempurna. Oleh
karena itu, kami mengharapkan saran untuk menyempurnakannya. Semoga
laporan ini bermanfaat.
Penulis

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Kegiatan


Prakerin (Praktik Kerja Industri) merupakan salah satu agenda tahunan SMK
Putra Indonesia Malang yang bertujuan membantu siswa-siswi mengenali dunia
industri yang nyata. Dalam dunia industri, siswa diharapkan mampu menerapkan
ilmu pembelajaran yang didapat dari sekolah. Sehingga mampu mengembangkan
ilmu pengetahuan siswa dalam berbagai bidang pekerjaan disuatu industri.
Pihak sekolah telah menetapkan praktik kerja sesuai dengan kemampuan dan
pembelajaran siswa-siswi yang telah didapatkan oleh siswa, maka di pilihlah PG
Pradjekan sebagai tempat praktik kerja industri karena PG Pradjekan mampu
memberikan pembelajaran dan gambaran pada siswa-siswi SMK Putra Indonesia
tentang keadaan dalam pabrik agar siswa-siswi mengetahui keadaan nyata agar
berguna sebagai bekal untuk memasuki dunia kerja.
1.2 Tujuan Kegiatan
Adapun tujuan kegiatan Praktik Kerja Industri sebagai berikut.
1. Memberikan gambaran umum kepada siswa mengenai dunia
kerja yang akan ditekuni.
2. Memberi

kesempatan

kepada

siswa

agar

dapat

menyesuaikan diri dengan keadaan pabrik.


3. Memberi

kesempatan

kepada

siswa

agar

dapat

mengaplikasikan ilmu yang sudah diberikan dari sekolah.


4. Meningkatkan kemampuan siswa sebagai bekal untuk memasuki
lapangan kerja yang sesuai dengan program sekolah atau keahlian
yang dipilih.
1.3 Manfaat Kegiatan
Kegiatan Praktik Kerja Industri (Prakerin) memberikan berbagai manfaat,
baik untuk pabrik, sekolah, maupun siswa. Adapun manfaat-manfaat itu sebagai
berikut.
1.3.1 Manfaat bagi Pabrik
Adapun manfaat bagi pabrik adalah sebagai berikut.
2

1. Membuktikan bahwa pabrik mempunyai peran penting dalam bidang


pendidikan.
2. Pabrik dapat menjalin relasi atau hubungan kerja sama yang baik
dengan pihak sekolah.
3. Pabrik dapat melakukan perekrutan tenaga kerja dengan mudah.
4. Pabrik dapat mengetahui sejauh mana kemampuan yang dimiliki
siswa di dunia kerja dan untuk sarana pelatihan bagi para pekerja
dengan bantuan siswa.
5.1.2

Manfaat bagi Sekolah

Adapun manfaat bagi sekolah adalah sebagai berikut.


1. Sekolah dapat memberikan kurikulum yang telah ditentukan dengan baik.
2. Sekolah dapat mengadakan kerjasama dengan pabrik yang dikunjungi untuk
tahun-tahun yang akan datang.
3. Memudahkan guru dalam menyelesaikan materi di sekolah karena para siswa
sudah mengetahui keadaan di lapangan.
5.1.3

Manfaat bagi Siswa

Adapun manfaat bagi siswa adalah sebagai berikut.


1. Siswa dapat mengetahui proses apa saja yang terjadi di dalam Pabrik.
2. Siswa dapat membandingkan antara teori yang sudah dipelajari di sekolah dengan
praktik langsung di Pabrik.
3. Siswa dapat memperoleh pengalaman dasar sebagai modal kerja.
4. Siswa dapat memperoleh informasi tentang pengolahan air limbah.
BAB II
TINJUAN UMUM INDUSTRI

2.1 Lokasi Industri


PG Pradjekan yang dinaungi oleh PT Perkebunan Nusantara XI berlokasi di
Jalan Raya Situbondo-Bondowoso, dengan Kode Pos 68285, Desa Prajekan
Kidul, Kecamatan Prajekan, Kabupaten Bondowoso, Propinsi Jawa Timur.
Sebelah utara PG Pradjekan berbatasan langsung dengan Desa Pradjekan Kidul,
Kecamatan Pradjekan. Sebelah timur berbatasan langsung dengan Desa Lumutan,
Kecamatan Botolinggo. Sebelah selatan berbatasan langsung dengan Kecamatan
Klabang. Dan sebelah barat berbatasan langsung dengan Desa Cangkring,
3

Kecamatan Pradjekan. Jarak PG Pradjekan 22 km dari sebelah utara kota


Bondowoso dan 215 km dari kota Surabaya. Secara Topografi, PG terletak pada
ketinggian 5-500 di atas permukaan laut, serta memiliki jenis tanah Aluvial,
Regosol, Latosol, dan Mediteranian. Adapun gambar lokasi PG Pradjekan dapat
dilihat pada lampiran ke-.
2.2 Sejarah Industri
PG Pradjekan didirikan pada tahun 1883 oleh perusahaan Belanda NV
Cultuur Mij yang merupakan investasi dari JW Barnie Anment dan Co
Surabaya, dengan luas areal sekitar 950 Ha dan kapasitas giling 650 Ton perhari.
Kata Pradjekan diambil dari nama daerah tempat berdirinya pabrik itu sendiri.
Pada tahun 1909 PG Pradjekan diambil alih oleh Cultuur Handle en Industry
Bank dan terpaksa menghentikan produksinya pada masa kependudukan Jepang.
PG Pradjekan mulai dirintis kembali oleh pemiliknya setelah revolusi berakhir.
Pada tanggal 10 Nopember 1957 Pabrik Gula Pradjekan diambil alih oleh
Pemerintah Republik Indonesia sebagai perwujudannasionalisasi perusahaan
Belanda di Indonesia. PG Pradjekan diambil alih dan pengolahannya diserahkan
kepada Pusat Perkebunan Negara Baru (PPN Baru). Dalam rangka ambil alih
tersebut pemerintah mengeluarkan Undang-Undang Nasional pada tahun 1959
dan menetapkan PG Pradjekan dibawah PPN unit Jawa Timur Rayon VIII (UU
No.26/ 1959). Pada tahun 1960 diadakan reorganisasi dalam tubuh PPN Baru
yaitu dengan dibentuknya praunitpraunit yang kemudian menjadi unit-unit rayon
PG Pradjekan termasuk dalam unit gula B. Untuk mengukuhkan unit tersebut
menjadi badan hukum maka dikeluarkan Peraturan Pemerintah No. 141 s.d. 175
tahun 1961. Unit-unit tersebut kemudian diubah menjadi PPN Kesatuan dan PG
Pradjekan termasuk PPN Kesatuan diganti menjadi PPN Gula, PPN Tembakan,
PPN Karet, PPN Aneka Tanaman, dan sebagainya.
Pada tahun 1968 diadakan reorganisasi ulang, tepatnya pada tanggal 27 Maret
1968, sesuai dengan peraturan pemerintah No. 13 dan 14 tertanggal 13 April
1968, tentang Gula dimana PG Pradjekan tergabung dalam PNP XXV yang
berkantor induk di Jalan Merak No. 3 Surabaya. Pada 13 September 1994 berubah
menjadi PTP Jawa Timur yang berkedudukan di Jl. Merak 1 Surabaya.
4

Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 16 tanggal 14 Februari 1996 dan


Lembaran Negara No. 22 Tahun 1996 tentang peleburan pabirk perseroan maka
PT Perkebunan XX dan PT Perkebunan XXIV-XXV menjadi PT Perkebunan
Nuantara XI (Persero) yang berkedudukan di Jalan Merak 1 Surabaya.
2.3 Visi dan Misi Industri
Setiap industri memiliki visi dan misi untuk mempermudah dalam
mewujudkan tujuan yang telah disepakati. Selain itu visi dan misi juga digunakan
untuk menargetkan perkembangan industri agar lebih berkembang dari
sebelumnya. Adapun visi dan misi dari PG Pradjekan sebagai berikut.
2.3.1 Visi
Menjadi Perusahaan Agro Industri yang unggul di Indonesia
4.3.1.2

Misi

Mengelola dan mengembangkan agro industri berbasis tebu serta


diversifikasi usaha untuk member nilai tambah melalui pemanfaatan sumber
daya yang berwawasan lingkungan.

2.4 Struktur Organisasi Industri


Setiap perusahaan baik perusahaan kecil maupun besar perlu adanya
organisasi. Organisasi adalah suatu badan dimana terdapat suatu sistem kerja
yang beraktifitas untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, struktur organisasi
perusahaan berbentuk garis atau line dimana wewenang mengalir dari atas ke
bawah. Bentuk garis ini dimaksudkan agar karyawan dapat bertanggung jawab
secara langsung atas tugas yang dibebankan dalam bidang masing-masing untuk
menjamin kelancaran serta dapat dilakukan pengawasan secara baik dan efektif.
PG Prajekan merupakan salah satu bagian dari PT Perkebunan Nusantara XI
(Persero) yang berkantor pusat di Surabaya, dimana sesuai dengan struktur
organisasi yang telah ditentukan dari kantor Direksi bahwa pimpinan tertinggi di
5

PG Prajekan adalah seorang General Manajer. Adapun skema struktur organisasi


PG Prajekan dapat dilihat pada lampiran ke-.
2.4.1 General Menejer (GM)
General Menejer merupakan jabatan yang paling tinggi di PG
Prajekan.GM membawahi beberapa jabatan diantaranya Menejer Tanaman,
Menejer Teknik, Menejer Pengolahan, Menejer Administrasi Keuangan dan
Umum (AK&U). Pada dasarnya tugas pokok seorang GM adalah
melaksanakan aktivitas sesuai dengan rencana kerja yang telah disetujui oleh
Direksi. Adapun tugas dan kewajiban GM sebagai berikut.
1. Bertanggung jawab kepada Direksi PT Perkebunan Nusantara XI (Persero) dan
mengkoordinasi serta mengkontrol masing-masing kegiatan.
2. Melaksanakan pengawasan dan pengendalian terhadap pelaksanaan rencana kerja
yang telah ditetapkan, baik secara teknis, administrasi maupun finansial.
3. Melaporkan rencana kerja serta pelaksanaannya kepada Direksi PT Perkebunan
Nusantara XI (Persero).
2.4.1.1 Menejer Tanaman
Menejer Tanaman yaitu jabatan tertinggi dibagian tanaman di PG Pradjekan
yang dibantu oleh asisten manajer tanaman, Sinder kebun wilayah, Kepala
Litbang, Koordinator Tebang dan Angkut. Adapun tugas dan kewajiban Menejer
Tanaman sebagai berikut.
1. Menjalankan kebijaksanaan dan rencana kerja dalam bidang tanaman tebu.
2. Mewakili GM apabila berhalangan dinas.
3. Bertanggung jawab atas ketersedian bahan baku, baik kuantitas dan kualitas tebu.
2.4.1.2 Menejer Teknik
Menejer Teknik yaitu jabatan tertinggi dibagian instalasi PG Pradjekan yang
dibantu oleh Asisten Menejer Teknik dan Kasi. Adapun tugas dan kewajiban
Menejer Teknik sebagai berikut.
1. Melaksanakan kebijaksanaan rencana kerja yang telah ditetapkan oleh
administratur dibidang instalasi.
2. Membantu GM secara aktif dalam penyusunan rencana kerja.
3. Bertanggung jawab atas kelancaran peralatan di pabrik untuk mencapai produk
serta kualitas yang sempurna.
4.3.1.3 Menejer Pengolahan
Menejer Pengolahan yaitu jabatan tertinggi dibagian pengolahan PG
Pradjekan yang dibantu oleh Asisten Menejer Pengolahan dan Kasi. Bagian
6

Pengolahan atau Pabrikasi merupakan bagian yang bertanggung jawab terhadap


proses dalam pabrik. Adapun tugas dan kewajiban Menejer Pengolahan sebagai
berikut.
1. Melaksanakan kebijaksanaan rencana kerja yang telah ditetapkan oleh GM di
bidang pengolahan.
2. Membantu GM secara aktif dalam penyusunan rencana kerja.
3. Bertanggung jawab atas operasional proses dalam pabrik.
4.3.1.4 Menejer Administrasi Keuangan dan Umum (AK&U)
Menejer Administrasi Keuangan dan Umum yaitu jabatan tertinggi dibagian
Administrasi Keungan dan Umum di PG Pradjekan yang dibantu oleh Asisten
Menejer AK&U, dan Kasi, Mantri Poliklinik, Perwira Keamanan. Adapun tugas
dan kewajiban Menejer AK&U sebagai berikut.
1. Menjalankan kebijaksanaan dan rencana kerja yang telah ditetapkan oleh GM
dalam bidang tata usaha dan keuangan sesuai dengan yang telah digariskan oleh
Direksi supaya berhasil dan berdaya guna.
2. Membantu GM secara aktif dalam menyusun, melaksanakan dan mengendalikan
rencana kerja dan anggaran belanja dibidang tata usaha dan keuangan (TUK).
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Pengertian Tebu


Tebu adalah tanaman yang ditanam untuk bahan baku gula dan vetsin.
Tanaman ini hanya dapat tumbuh di daerah beriklim tropis, tanaman ini termasuk
jenis rumput-rumputan. Umur tanaman sejak ditanam sampai bisa dipanen
mencapai kurang lebih 1 tahun.
Untuk pembuatan gula, batang tebu yang sudah dipanen diperas dengan
mesin pemeras (mesin press) di PG. Sesudah itu, nira atau air perasan tebu
tersebut disaring, dimasak, dan diputihkan sehingga menjadi gula pasir yang kita
kenal. Dari proses pembuatan tebu tersebut akan dihasilkan gula 5%, ampas tebu
90% dan sisanya berupa tetes (molasses) dan air.
7

Daun tebu yang adalah biomassa yang mempunyai nilai kalori cukup tinggi.
Ibu-ibu di pedesaan sering memakaidaun tebu kering itu sebagai bahan bakar
untuk memasak; selain menghemat minyak tanah yang makin mahal, bahan bakar
ini juga cepat panas. Dalam konversi energi PG, daun tebu dan juga ampas batang
tebu digunakan untuk bahan bakar boiler, yang uapnya digunakan untuk proses
produksi dan pembangkit listrik.

4.2 Klasifikasi Tentang Tebu


Adapun klasifikasi tentang tebu adalah sebagai berikut.
1. Kerajaan : Plantae (tumbuhan)
2. Sub Kerajaan : Tracheobionta (tumbuhan berpembuluh)
3. Super Divisi : Spermathophyta (menghasilkan biji)
4. Divisi : Magnoliophyta (tumbuhan berbunga)
5. Kelas : Liliopsida (berkeping satu / monokotil)
6. Sub Kelas : Commelinidae
7. Ordo : Poales
8. Famili : Poaceae (suku rumput-rumputan)
9. Genus : Sacchorum
10. Spesies : Saccharum officinarum L
4.3 Tabel Fisika dan Kimia Nira Tebu
Adapun tabel fisika dan kimia nira tebu adalah sebagai berikut.
No
1.
2.
3.
4.

Jenis Bahan
Bahan kasar yang terdipersi
Bahan koloid
Molekul dan ion yang terdispersi
Air

Ukuran (mm)
0.0001
0.0001 0.000001
0.000001
<<<<0.000001

Jumlah (%)
5
0.05 0.30
8 21
77 8

4.4 Pengertian Gula


Gula adalah suatu karbohidrat sederhana yang menjadi sumber energi dan
komoditi perdagangan utama. Gula paling banyak diperdagangkan dalam
bentuk kristal padat. Gula digunakan untuk mengubah rasa menjadi manis . Gula
sederhana, seperti glukosa (yang diproduksi dari sukrosa dengan enzim
atau hidrolisis asam), menyimpan energi yang akan digunakan oleh sel. Gula
kristal yang kita konsumsi diproses dari sukrosa yang terbentuk di batang tebu,
9

kadar sukrosa yang ada dalam batang tebu, kadar sukrosa yang ada dalam batag
tebu bervariasi antara 8 13% pada tebu segar yang mencapai pemasakan secara
optimal.
Sukrosa merupakan suatu disakarida yang dibentuk dari monomermonomernya yang berupa unit glukosa dan fruktosa, dengan rumus molekul
C12H22O11. Senyawa ini dikenal sebagai sumber nutrisi serta dibentuk oleh
tumbuhan, tidak oleh organisme lain seperti hewan Penambahan sukrosa dalam
media berfungsi sebagai sumber karbon. Sukrosa dapat terbentuk melalui proses
fotosintesis yang ada pada tumbuh-tumbuhan. Pada proses tersebut terjadi
interaksi antara karbondioksida dan air didalam sel yang mengandung klorofil.
Bentuk sederhana dari persaman tersebut sebagai berikut.
6CO2 + 6H2O

C6H12O6

Gula yang banyak diperdagangkan di Indonesia adalah gula sakarosa


yang berbentuk kristal berwarna putih, selain di kenal juga gula glukosa yang
terbuat dari starch. Gula fruktosa yang banyak digunakan untuk penderita
diabetes yaitu gula munosa dan gula maltosa. Gula banyak digunakan dalam
kehidupan sehari-hari berasal dari tanaman tebu (saccharum officinarum),
keluarga tanaman palmae (kelapa, siwalan, kurma, aren, sagu) dan tanaman
sorgum (sorgum fulgare).
4.5 Jenis Jenis Gula Kristal
Adapun jenis jenis gula kristal dan pengertianya adalah sebagai berikut.

Jenis Gula

Pengertian

Raw Sugar / Gula Mentah

Gula

mentah

berbentuk

kristal

berwarna

kecoklatan dengan bahan baku dari tebu. Raw


Sugar ini memiliki nilai ICUMSA sekitar 600
1200 IU. Gula tipe ini adalah produksi gula
setengah jadi dari pabrik-pabrik penggilingan
tebu yang tidak mempunyai unit pemutihan
yang biasanya jenis gula inilah yang banyak
10

diimpor untuk kemudian diolah menjadi gula


kristal putih maupun gula rafinasi.

Refined Sugar / Gula Rafinasi

Gula rafinasi merupakan hasil olahan lebih


lanjut dari gula mentah atau raw sugar melalui
proses defikasi yang tidak dapat langsung
dikonsumsi oleh manusia sebelum diproses
lebih lanjut. Yang membedakan dalam proses
produksi gula rafinasi dan gula kristal putih
yaitu

gula

karbonatasi

rafinasi
sedangkan

menggunakan
gula

kristal

proses
putih

menggunakan proses sulfitasi. Gula rafinasi


memiliki standar mutu khusus yaitu mutu 1
yang memiliki nilai ICUMSA < 45 IU dan mutu
2 yang memiliki nilai ICUMSA 46 806 IU.
Gula rafinasi inilah yang digunakan oleh
industri makanan dan minuman sebagai bahan
baku. Peredaran gula rafinasi ini dilakukan
secara khusus dimana distributor gula rafinasi
ini tidak bisa sembarangan beroperasi namun
harus mendapat persetujuan serta penunjukan
dari pabrik gula rafinasi yang kemudian
disahkan oleh Departemen Perindustrian
4.6 Standar Gula Kristal Putih (GKP)
Adapun standar Gula Kristal Putih (GKP) yang telah ditentukan adalah
sebagai berikut.
% Brix
Kadar Air
Kadar Pol

99,85
0,15
99,8
11

HK
Berat Jenis Butir
ICUMSA

98
0,8 1,1
< 200 IU

4.7 Bahan Kimia Pembantu Proses


Berikut adalah beberapa bahan kimia yang digunakan sebagai bahan
pembantu proses.
3.7.1 Kapur
Kapur biasanya digunakan dalam bentuk susu kapur atau Ca(OH) 2 untuk
proses pemurnian nira mentah, khusunya pada sistem defekasi.

3.7.2 Belerang
Belerang digunakan dalm bentuk gas SO 2 untuk proses pemurnian nira
mentah, yaitu proses sulfitasi . Selain itu belerang juga digunakan untuk proses
bleaching nira kental atau pemucatan nira kental.
3.7.3 Asam Phospat (PO4)
Asam Phospat adalah suatu bahan yang digunakan untuk mengendapan
kotoran yang ada pada nira mentah hasil gilingan. Pada proses pemurnian akan
berikatan dengan Calsium (Ca2+ ) dari susu kapur dan akan membentuk Calsium
phospat dan menjadi inti endapan dalam proses defekasi.
3.7.4 Floculant
Floculant merupakan senyawa kimia bermuatan negatif yang dapat
membentuk ikatan zat bukan gula yang terdapat di dalam nira berupa rantai
mudah mengendap guna untuk mengendapkan kotoran dan akan menghasilkan
nira yang baik yaitu berupa nira jernih.
3.7.5 FCS (Fondan)
Fondan digunakan untuk inti kristal yang dibuat di laboratorium dengan suatu
prosedur yang berfungsi untuk bibit gula pada masakan D.

12

BAB IV
ALAT, BAHAN, DAN PROSES PRODUKSI

4.1 Halaman Pabrik (Emplacement)


Emplacment adalah tempat penerimaan tebu. Tebu yang sudah masukdiukur
kadar brix, dengan menggunakan alat brix refractometer. Brix merupakan jumlah
zat padat terlaru baik berupa gula ataupun kotoran. Tebu yang akan digiling juga
memiliki syarat atau ketentuan tertentu dari pabrik, hal ini bertujuan agar gula
yang dihasilkan memiliki kualitas yang baik. Ketentuan-ketentuan tersebut adalah
brix yang terkandung dalam tebu tidak boleh kurang dari 17%, pH tidak boleh
kurang dari 5, bebas dari, sogolan, pucukan, akar tebu, tanah, dan bukan tebu
tidak akan diterma. Sedangkan jika ada tebu terbakar akan tetap diterima tetapi
angka rendemen individunya akan berkurang.
Rendemen individu merupakan salah satu analisis yang hasilnya dapat
menentukan kontrak atau kesepakatan antara petani tebu dan pabrik. Tebu yang
dinyatakan layak untuk digiling akan mendapatkan SPAT (Surat Perintah Angkat
Tebu) yang telah distempel. PG Pradjekan mempunyai satu Emplacment yaitu
Emplacment bagian dalam, Emplacment bagian dalam untuk memindahkan tebu
dari truk ke meja tebu dengan alat bernama Cane Crane yang kemudian di
timbang menggunakan Digital Cane Scale. Penimbangan ini digunakan sebagai
dasar perhitungan dalam pengawasan proses.
4.2 Stasiun Gilingan
Stasiun Gilingan merupakan tempat pencacahan dan pengambilan nira dengan
cara pemerahan pada batang tebu yang sudah dicacah di cane knife dan unigrator
untuk mendapatkan nira semaksimal mungkin. Pengambilan nira dilakukan secara
lima kali melalui lima gilingan. Nira yang didihasil dari stasiun gilingan akan
diolah untuk bahan pembuatan gula dan hasil ampasnya akan di buat untuk bahan
bakar di stasiun ketel. Stasiun Gilingan dibantu dengan alat alat sebagai berikut.
4.2.1 Alat alat
13

Adapun alat-alat yang digunakan pada stasiun gilingan sebagai berikut


1. Cane Crane dan Digital Cane Scale
Cane Crane berfungsi untuk mengangkat tebu yang berada di bak truk
sekaligus penimbangan tebu menggunakan Digital Cane Scale, setelah
pengangkatan dan penimbangan tebu akan di turunkan di meja tebu.
2. Meja Tebu
Meja Tebu merupakan tempat penurunan tebu yang sudah di timbang dan siap
untuk digiling, yang di hubungkan dengan Cane Cutter.
3. Cane Carrier
Cane Carrier berfungsi untuk membawa tebu dari meja tebu menuju Cane
Cutter.
4. Cane Knife
Cane Knife berfungsi memotong dan mecacah tebu menjadi bagian lebih
kecil.
5. Unigrator
Unigrator berfungsi untuk menghancurkan tebu yang sudah di cacah di Cane
Knife, di Cane Knife pencacah hanya 50 % sedangkan di Unigrator 100%
dihancurkan.
6. Cane Carrier II
Cane Carrier II berfungsi untuk membawa tebu dari Unigrator menuju
penggilingan.
4.4.2 Penggilingan
Uraian proses pada stasiun penggilingan meliputi; Pertama, tebu diangkat
menuju meja tebu kemudian akan dibawa Cane Carrier menuju Cane Knife, Cane
Knife berfungsi untuk memperkecil bagian tebu agar dapat masuk ke Unigrator,
Unigrator berfungsi untuk mencacah tebu lebih kecil dan halus sehingga proses
ekstrasi nira lebih mudah dilakukan. Kedua, cacahan dari Unigrator akan masuk
ke gilingan I, nira gilingan I akan masuk kedalam peti nira mentah. Sedangkan
ampas dari gilingan I akan di giling pada gilingan II. Nira gilingan II akan masuk
kedalam peti nira mentah, pada peti Nira Mentah di lakukan penambahan Asam
Phosphat yang berguna untuk membantu pengendapan kotoran yang ada pada
14

Nira Mentah, kemudian dipompa untuk dilakukan penyaringan kotoran kemudian


akan di tampung kedalam peti Nira tertimbang. Sedangkan ampas dari gilingan II
menuju pada gilingan III dan disemprot air imbibisi, perlu diketahui pemberian air
imbibisi ini bertujuan untuk memperkecil kehilangan pol dalam ampas dengan
harapan pol yang tersisa dalam ampas gilingan terakhir seminimal mungkin.
Air imbibisi menggunakan air panas dengan suhu lebih dari 60 derajat 70
derajat C yang diberikan pada ampas hasil dari gilingan III dan IV, Sebelum
digunakan, jumlah pemberian air imbibisi harus disesuaikan dengan kemampuan
stasiun penguapan karena air yang ditambahkan akan diuapkan lagi di stasiun
penguapan. Air imbibisi yang tersedia yaitu, air bersih dari sumur bor dan air
kondensat. Jika suhu di atas 90 derajat C dapat menyebabkan selip pada rol
gilingan. Hal-hal lain yang perlu diperhatikan yaitu kestabilan giling sehingga
pemberian imbibisi dapat konstan, agar fluktuasi pemberian imbibisi tidak terlalu
besar maka dilakukan pencatatan setiap jam sebagai pengawasan agar imbibisi
terkontrol dengan baik. PG Pradjekan menggunakan imbibisi panas (80 OC). Nira
gilingan III akan dikembalikan ke gilingan II, Ampas gilingan III akan di giling
pada gilingan IV dan di beri air imbibisi, Nira gilingan IV dikembalikan ke
gilingan III, Ampas gilingan IV akan digiling pada gilingan V dan di beri air
imbibisi. Nira gilingan V dikembalikan ke gilingan IV. Ampas dari gilingan V
akan digunakan sebagai bahan bakar ketel.
4.3 Stasiun Pemurnian
Nira mentah hasil proses dari gilingan akan diproses lagi di stasiun
pemurnian, secara umum nira mentah terdiri atas beberapa komponen antara lain
sukrosa

dan

kotoran.

Kotoran-kotoran

tersebut

berupa

partikel-partikel

sepertitanah, kotoran ampas, dan partikel-partikel terlarut baik berupa zat organik
maupun anorganik yang berasal dari batang tebu. Adapun tujuan dari proses
pemurnian ini adalah untuk membuang zat-zat organik dan anorganik bukan gula
yang terdapat dalam nira mentah tersebut, dengan cara kimia maupun fisika
sehingga diperoleh sukrosa dengan kadar tinggi.

15

Sistem pemurnian di Pabrik Gula Pradjekan dibagi menjadi dua sistem yaitu
menggunakan sistem defikasi sulfitasi. Di bawah ini adalah pengertian dari kedua
sistem tersebut.

Sistem Pemurnian
Defekasi

Pengertian
Proses pemurnian dengan menggunakan
penambahan susu kapur.Tujuan
penambahan susu kapur untuk sebagai
penetral asam dan juga pengendap kotoran
yang terdapat dalam nira. Susu kapur ini
akan bereaksi dengan asam phospat dalam
nira mentah dan akan membentuk endapan
Ca3(PO4)2. Reaksinya sebagai berikut :
3Ca2+ + 2PO4 3- Ca3(PO4)2

Sulfitasi

Proses pemurnian dengan cara


menambahkan gas SO2 guna menetralkan
kelebihan kapur 10,5 menjadi pH 7,4
sehingga akan terbentuk inti endapan yang
kuat nira guna untuk menghindari
kerusakan gula reduksi karena nira terkapur
ini bersifat alkalis ( tingginya kadar susu
kapur ). Pada proses sulfitator pH ini harus
dikontrol dengan baik karena agar tidak
terlalu asam karena dapat menyebabkan
timbulnya warna pada gula.

Kemudian proses pada sistem pemurnian ini adalah sulfitir nira encer dan
sulfitir nira kental, nira mentah yang telah tersaring dari stasiun gilingan dipompa
ke flowmeter, tujuan dari flowmeter ini adalah mengetahui beratnya dan kemudian
akan dipompa ke peti penampungan nira tertimbang. Nira mentah yang ada di peti
16

penampungan akan dipompa menuju Pemanas Pendahuluan 1 (PP1) yang


bertujuan untuk memanaskan nira mentah hingga mencapai suhu 75 0C untuk
menghentikan komponen mikroorganisme dan enzim yang terkandung pada nira
mentah. Setelah mengalami proses di Pemanas Pendahuluan 1 (PP1) dengan suhu
70oC - 75oC dilanjutkan ke defecator untuk proses penambahan susu kapur agar
kotoran yang terkandung dalam nira mudah mengendap.
Penambahan susu kapur dilakukan secara otomatis dengan alat spilter box
dan agar pencampuran antara susu kapur dengan nira terjadi dengan homogen
maka pada alat defecator juga dilengkapi pengaduk otomatis yang digerakkan
dengan motor listrik. Pada alat defecator ini selain dilengkapi dengan spilter box ,
tetapi juga dilengkapi oleh alat pengukur pH yang berfungsi untuk mengukur titik
asam basa yang ditentukan dan pada masing-masing defecator mengharuskan titik
pH yang harus dicapai ialah, pada defecator 1 pH yang harus dicapai adalah 6,8
7,2 sedangkan pada defecator 2 pH yang harus dicapai adalah 8,5 9,5 . Setelah
dari proses defecator akan masuk ke dalam proses sulfitator yaitu proses
penambahan gas SO2, tujuan dari proses sulfitator ini adalah menetralkan pH nira
guna untuk menghindari kerusakan gula reduksi karena nira terkapur ini bersifat
alkalis. Pada proses sulfitator pH ini harus dikontrol dengan baik karena agar
tidak terlalu asam karena dapat menyebabkan inversi sukrosa
Adapun reaksi yang terjadi pada proses sulfitator pH ini adalah.
Ca(OH)2 + SO2

CaSO3

Reaksi yang terjadi antara susu kapur (Ca(OH) 2) dengan gas SO2, dan akan
menghasilkan garam CaSO3 yang terbentuk akan mengikat kotoran-kotoran yang
terkandung dan akan mengendap dengan sendirinya. Nira yang telah diproses di
sulfitator dinamakan nira mentah tersulfitir dan akan masuk ke proses selanjutnya
yaitu Pemanas Pendahuluan II (PPII) dengan tujuan untuk menurunkan kadar
viskositas, mengeluarkan gas dari dalam nira, dan menyempurnakan endapan
dengan suhu 1050C - 1100C sehingga memudahkan proses pengendapan setelah
itu dialirkan ke bejana pengembang Prefloc Tower guna untuk mengeluarkan
gelombang gas yang masih terkandung pada nira tersulfitir agar mempermudah
proses pengendapan pada proses selanjutnya.
17

Nira tersulfitir yang keluar dari bejana pengembang Prefloc Tower dialirkan
ke peti pengendapan Single Tray Clarifier yang bertujuan untuk mengendapkan
kotoran dan akan menghasilkan nira yang baik yaitu berupa nira jernih dengan
cara menambahkan flokulan / senyawa kimia bermuatan negatif yang dapat
membentuk ikatan zat bukan gula yang terdapat di dalam nira berupa rantai
mudah mengendap. Dari pengendapan yang dilakukan pada peti pengendapan
Single Tray Clairifier ini meghasilkan dua jenis nira yaitu nira jernih dan nira
kotor, nira kotor dipompa dialirkan ke Mud Mixer kemudian dicampur dengan
ampas halus dan dialirkan ke RVF (Rotary Vaccum Filter) untuk di pisahkan dari
kotoran padat (Blotong) dan kotoran cair (nira tapis). Kotoran padat (Blotong)
dikeluarkan dari pabrik menggunakan conveyor menuju truk dan yang nantinya
akan diangkut oleh truk menuju tempat penimbunan sementara blotong untuk
diolah menjadi pupuk. Sedangkan kotoran cair (nira tapis) dikembalikan ke peti
nira mentah tertimbang untuk diproses kembali di stasiun pemurnian. Sedangkan
nira jernih yang diperoleh pada proses pengendapan dengan tingkat viscositas 1415 Baume dialirkan ke Pemanas Pendahuluan III (PPIII) yang bertujuan untuk
memanaskan nira jernih hingga suhu 1100C agar memperingan kerja pada saat di
evaporator.
4.3.1 Alat-alat pada Stasiun Pemurnian
Adapun peralatan yang dipergunakan pada stasiun pemurnian guna untuk
menunjang proses pemurnian adalah.
4.3.1.1 Juice Heater
Fungsi dari alat ini adalah menaikkan suhu nira sebelum masuk ke proses
selanjutnya. Juice Heater ini adalah alat yang berisi uap bekas yang diambil dari
penguapan selain menggunakan uap bekas Juice Heater ini juga menggunakan uap
nira hasil Bleeding dari Badan Penguapan I (BPI) dan Badan Penguapan II (BPII)
Alat Juice Heater ini difungsikan sebagai pemanas nira pada tiap-tiap Pemanas
Pendahuluan (PP), adapun suhu yang ditentukan dan juga tujuan dari tiap proses
Pemanas Pendahuluan ialah.
1. Pemanas Pendahuluan I (PPI) : 70oC - 75oC
Adapun tujuan pada Pemanas Pendahuluan I (PPI) untuk mempercepat reaksi
seperti pada penambahan gas SO2, penambahan susu kapur, dan juga
18

menghentikan komponen mikroorganisme dan enzim yang terkandung pada nira


mentah
2. Pemanas Pendahuluan II (PPII) : 1050C 1100C
Adapun tujuan pada Pemanas Pendahuluan II (PPII) untuk menurunkan
kadar viskositas, mengeluarkan gas dari dalam nira, dan menyempurnakan
endapan dengan suhu sehingga memudahkan proses pengendapan setelah itu
dialirkan ke bejana pengembang Prefloc Tower.
3. Pemanas Pendahuluan III (PPIII) : 1100C
Adapun tujuan pada Pemanas Pendahuluan III (PPIII) untuk memanaskan
nira jernih agar memperingan kerja pada saat di evaporator.
4.3.1.2 Defecator
Defecator adalah alat yang berfungsi untuk tempat pencampuran antara nira
dan susu kapur hingga mencapai titik pH yang ditentukan. Pada proses pemurnia
di Pabrik Gula Prajekan ini terdapat dua alat Defecator yaitu Defecator 1 dengan
titik pH 7,0 7,2 dan Defecator 2 dengan titik pH 8,5 9,5 .
4.3.1.3 Sulfitator
Bejana sulfititator merupakan tempat terjadinya reaksi antara SO2 dan nira
mentah yang sudah tercampur dengan susu kapur dan pada bejana Sulfitator inilah
yang akan menetralkan kelebihan kapur dari pH 10,5 menjadi pH 7,4 sehingga
akan terbentuk inti endapan yang kuat
4.3.1.4 Prefloc Tower
Prefloc Tower merupakan suatu alat berfungsi melepaskan gas-gas/ udara
yang terdapat di dalamnira sebelum menjalani proses pengendapan di dalam
Single Tray Clarifier, tetapi apabila gas-gas tersebut tidak di buang akan
mengganggu proses pengendapan yang akan terjadi pada proses Single Tray
Clarifier.
4.3.1.5 Single Tray Clarifier
Single Tray Clarifier merupakan alat yang berfungsi untuk memisahkannira
dengan kotoran nya

dengan cara proses pengendapan. Adapun pada proses

Single Tray Clarifier ditambahkanya flokulan guna mempercepat proses


pengendapan antara nira dan kotoranya dan cara kerja dari bahan flokulan ini
adalah mengikat kotoran-kotoran dalam nira yang nantinya akan membentuk
19

gumpalan-gumpalan atau biasa disebut flok-flok sehingga mempercepat proses


pengendapan. Dari proses Single Tray Clarifier ini akan diperoleh nira jernih
yang selanjutnya disaring oleh DSM Screen NE sebelum diproses lebih lanjut di
stasiun penguapan, sedangkan endapan yang berupa nira kotor akan dipisahkan
menjadi nira tapis dan blotong di unit Rotary Vaccum Filter.
4.3.1.6 Rotary Vaccum Filter
Nira kotor hasil pemisahan antara nira dengan kotoranya pada Single Tray
Clarifier akan dipompa menuju alat MudMixer yang akan dicampur dengan
ampas halus dan menuju alat berikutnya Rotary Vaccum Filter.Di dalam alat ini
nira kotor akan dipisahkan antara nira tapis dan kotoran yang berupa blotong.
Nira tapis/ nira filtrat akan dikembalikan ke peti nira mentah tertimbang dengan
menggunakan pompa filtrate, sedangkan blotong akan dikeluarkan sebagai hasil
samping. Cara kerja Rotary Vaccum Filter yaitu elektro motor menggerakkan
drum Rotary Vaccum Filter secara terus menerus. Drum bagian bawah terendam
nira kotor dan berputar masuk daerah tekanan vacuum rendah 20-25 cmHg
sehingga kotoran menempel pada permukaan saringan drum. Drum terus berputar
ke atas sampai masuk daerah pencucian dengan siraman air Afzaet dengan suhu
70 C. Selanjutnya masuk ke dalam vaccum tinggi 35-40 CmHg sehingga
filtrat masuk kedalam pipa filtrate.
Pada stasiun pemurnian terdapat sub stasiun lagi, yaitu proses pembuatan
susu kapur dan gas SO2.
1. Stasiun Pembuatan Susu Kapur
Stasiun pembuatan susu kapur bertujuan membuat susu kapur dari kapur
tohor (CaO) menggunakan air panas dan untuk mengencerkan menggunakan air
dingin, yang bertujuan membentuk ion Ca+.
Reaksi yang terjadi sebagai berikut.
CaCO3

CaO + CO2

Proses pembuatan susu kapur yaitu, kapur tohor dimasukan dalam gudang
kapur untuk ditampung sebelum dilarutkan menggunakan air. Didalam tromol
terdapat besi penghalang agar kapur tohor yang jatuh tidak terlalu banyak
kemudian kapur dimasukkan kedalam rotary pemadam kapur untuk dilarutkan
dengan penambahan air panas pada suhu 800C.
20

Rotary pemadam terdapat alat yang berbentuk silinder berputar pada alatini
kapur akan dilarutkan sehingga kapur yang tidak larut akan masuk ke dalam
proses sedangkan gas hasil reaksi antara kapur tohor dan air panas akan keluar
dan dibuang ke udara bebas. Susu kapur yang terbentuk akan dilewatkan pada
saringan getar yang berfungsi memisahkan susu kapur dari kerikil halus dan kapur
yang masih ada.susu kapur akan digunakan pada stasiun pemurnian. Kebutuhan
CaO untuk pembuatan susu kapur 135 kg per 100 ton tebu (6 oBe). Untuk
mencegah terjadinya endapan kapur masing-masing tangki diberi pengaduk
dengan kecepatan 40Rpm. Setelah susu kapur melalui berbagai proses akan
dialirkan menuju proses pemurnian yang berfungsi untuk mempermudah
pengendapan kotoran pada nira.
2. Unit Pembuatan Gas SO2
Belerang padat dimasukkan ke dapur belerang (dengan suhu 385) yang
diselebungi mantel berisi air,sehingga suhunya menjadi 200 dan belerang
padat meleleh menjadi cairan belerang yang berwarna kuning dan dibakar
menjadi sulfit. Gas SO2 yang panas mantel air,disini terjadi penurunan suhu
hingga
70-80oC dengan perbandingan kebutuhan belerang 50 kg per 100 ton tebu.
Reaksi yang terjadi pada proses ini adalah :
S + O2

SO2

4.4 Stasiun Penguapan


Nira encer yang keluar dari single tray ( Stasiun Pemurnian ) selanjutnya
masuk kedalam Stasiun Penguapan. Stasiun ini bertujuan untuk menguapkan
sejumlah air yang terkandung dalam nira encer menggunakan alat evaporator, nira
encer melalui proses pemanasan pendahuluan sebelum masuk evaporator, alat
yang digunakan adalah juice heater. Setelah itu nira encer dipanaskan dalam
keadaan vaccum dengan tekanan tertentu sehingga didapatkan Brix sebesar 6064%. Nira yang keluar dari stasiun penguapan disebut dengan nira kental.
4.4.1 Pemanasan Pendahuluan (PP)
Pemanasan pendahuluan merupakan proses pemanasan nira encer sebelum
masuk kedalam badan penguap, pemanasan ini bertujuan untuk mengurangi kadar
21

air yang terkandung dalam nira encer. Proses ini menggunakan alat yang bernama
juice heater,yang bertujuan untuk mengurangi beban badan penguap dari segi
pengentalan larutan maupun penambahan tekanan. Sedangkan pada PPIII
mempunyai suhu 1100-1200 C, hasil dari PPIII akan masuk kedalam evaporator I.
4.4.2 Badan Penguapan
Di PG Pradjekan mempunyai 6 badan penguapan, namun disini menggunakan
sistem quintuple effect sehingga hanya 5 badan penguap saja yang digunakan
setiap harinya, sedangkan 1 badan penguap dibersihkan dengan cara bergilir.
4.4.3 Proses Penguapan
Nira encer yang keluar dari single tray tersaring di clear juice tank yang
bertujuan untuk menyaring kotoran-kotoran yang terikut dari single tray atau
kotoran yang tidak bisa mengendap di single tray, sehingga nira yang akan masuk
kedalam badan penguap benar-benar bebas dari kotoran, selanjutnya nira encer
masuk melalui proses pemanasan pendahuluan. Nira encer yang keluar dari
pemanas pendahuluan masuk kedalam badan penguap I melalui pipa yang
terhubung antara badan penguap dan alat PPIII (juice heater). Pada badan
penguap nira akan bersirkulasi melalui pipa pemanas dan akan keluar melalui pipa
jiwa, tinggi nira pada badan penguap mencapai 1/3 pipa pemanas.
4.4.3.1 Badan Penguap I
Setelah nira encer masuk kedalam badan penguap, uap bekas dan uap nira
masuk kedalam badan penguap. Kemudian uap panas (uap nira dan uap bekas,
suhu uap bekas yang digunakan mencapai 1200 C ) berkontak dengan nira
sehingga nira mulai mengental. Pada badan penguap ini suhu yang digunakan
mencapai 1000 C dan tekanan yang diberikan mencapai 0,5-0,8 Kg/Cm3. Suhu dan
tekanan yang digunakan pada setiap badan penguap memiliki suhu yang berbeda
beda, hal ini dikarenakan tingkat kekentalan nira yang masuk pada setiap badan
penguap berbeda beda. Pada proses ini badan penguapakan menghasilkan uap nira
dan air kondesat. Kemudian nira dari badan penguap I akan dialiarkan menuju
badan penguap II melalui pipa output. Uap nira yang dihasilkan dari badan
penguap I akan digunakan untuk pemanas pada badan penguap II, juice heater dan
juga pan masak melalui pipa uap.
22

4.4.3.2 Badan Penguap II


Nira dari badan penguap I akan masuk kedalam badan penguap II, pada badan
penguap ini suhu yang digunakan masih sama dengan badan penguap I yaitu
mencapai 1000 C dengan tekanan yang digunakan mecapai 0,3-0,4 Kg/Cm3. Pada
proses ini badan penguap mengahasilkan uap nira dan air kondensat, dan uap nira
yang dihasilkan akan digunakan sebagai pemanas pada badan penguap III.
Sedangkan nira yang dari badan penguap II akan dialirkan meuju badan penguap
III.
4.4.3.3 Badan Penguap III
Nira dari badan penguapII akan masuk kedalam badan penguapIII, pada badan
penguap ini suhu yang digunakan mencapai 900 C dan tekanan yang digunakan
mencapai 0,1-0,2Kg/Cm3. Pada proses ini badan penguap akan menghasilkan uap
nira dan juga air kondensat, dan uap nira yang dihasikan akan digunakan sebagai
pemanas badan penguap IV. Sedangkan nira yang dari badan penguap III akan
dialirkan menuju badan penguap IV.
4.4.3.4 Badan Penguap IV
Nira dari badan penguapIII akan masuk kedalam badan penguap IV, pada
badan penguap IV

kondisi di dalam badan penguap tersebut telah vaccum,

vaccum yang digunakan pada badan penguap mencapai 30-35cmHg, tujuan dari
penggunaan vacum sendiri adalah nira yang ada pada dalam badan penguap dapat
cepat menguap. Pada proses ini badan penguap akan menghasilakan uap nira dan
juga kondensat.dan uap nira yang dihasikan akan digunakan sebagai pemanas
badan penguap V. Padabadan penguap IV ini diharapkan nira encer sudah mulai
mengental, biasanya derajat kekentalan yang terjadi pada badan penguapIV
mencapai 270-280be. Sedangkan nira yang dari badan penguap IV akan dilairkan
menuju badan penguap V (badan akhir) .
4.4.3.5 Badan Penguap V
Nira dari badan penguapIV akan masuk kedalam badan penguap V, pada
badan penguap V ini juga telah dalam kondisi vaccum, vaccum yang digunakan
pada badan penguap V mencapai 65cmHg. Pada proses ini badan penguap akan
menghasilkan uap nira dan juga kondesat. Pada badan penguap V (badan akhir)
23

ini diharapkan nira dari badan penguap IV yang sudah mulai mengental dengan
derajat kekentalan 270-280be akan mencapai ketentuan SOP yang ada yaitu 300-320
be. Kemudian nira yang keluar pada badan penguapV (badan akhir) akan disebut
dengan nira kental, nira tersebut akan ditampung pada tangki nira kental yang
kemudian akan di alirkan menuju bejana sulfitasi nira kental di Stasiun
Pemurnian. Pada tangki sulfitasi nira kental akan ditambahkan gas SO 2 untuk
proses bleaching (pemucatan warna) dengan Ph 5,4 , kemudian nira kental yang
tersulfitir akan dialirkan menuju stasiun masakan.
4.4.3.6 Perjalan Uap di Badan Penguapan (Evaporator)
Evaporator I menggunakan bahan pemanas uap bekas, uap nira dari badan
penguapI digunakan sebagai pemanas badan penguap II, uap nira dari badan
penguap II digunakan sebagai pemanas badan penguapIII, uap nira dari badan
penguap IV digunakan sebagai pemanas badan penguap V, sedangkan uap nira
dari badan penguap V menuju kondensor untuk di kondensasi sedangkan uap nira
dari badan penguap I di bledding sebagian dipergunakan untuk (juice heater) dan
pan masak.
4.4.4

Kondensat
Pada suatu proses penguapan akan menghasilkan air kondensat. Air

kondensat yang dihasilkan dari badan penguap dapat berupa kondesat positif dan
kondesat negatif. Kondensat positif adalah kondensat yang masih tercemar gula
dan akan digunakan untuk proses, sedangkan kondensat negatif adalah kondensat
yang tidak tercemar gula dan akan digunakan sebagai air pengisi ketel.
4.4.4.1 Penggunaan Kondensat
Adapun kegunaan kondesat adalah sebagai berikut.
1. Kondesat daribadan penguap IV dan V yang mengandung gula akan dialirkan
menuju bak penampung yang akan digunakan untuk air imbibisi, siraman pada
putaran, siraman pada rotary vaccum filter dan air pencuci pada pan masak.
2. Kondensat dari badan penguap I, II, III, IV akan dialirkan menuju ketel sebagai
air pengisi pada ketel melalui jalur yang sudah ditentukan, kondensat akan
digunakan apabila air dalam kondisi tidak mengandung gula atau kondensat
bersih.
4.4.5 Bejana Pengembunan (Kondensor)
24

Kondensor berfungsi mengembunkan uap yang keluar dari badan penguap 5


(badan akhir) dengan bantuan air injeksi. Kondensor ini merupakan suatu bejana
yang diatasnya terdapat pipa pemasukan air injeksi, pipa vacuum dan saluran uap
nira dari badan penguap 5 (badan akhir). Cara kerja dari kondensor adalah uap
dari evaporator akhir yang akan diembunkan masuk dari bawah kondensor
sedangkan air pendingin dimasukkan dari atas dengan arah berlawanan dan
membuat air dengan sekat sekat pada badan kondensor dan terjadi kondensasi
(pengembunan).
4.5 Stasiun Kristalisasi (Pemasakan)
Stasiun ini bertujuan untuk membentuk kistal gula sesuai standart yang
diinginkan pabrik dan alat yang digunakan untuk mengkristalkan nira kental
disebut pan masak. Nira yang masuk pada stasiun ini adalah nira kental hasil
penguapan yang di sulfitasi terlebih dahulu di Stasiun Pemurnian agar pH-nya
menjadi 5,6 dengan penambahan gas SO2. Pada stasiun ini terdapat beberapa
tahapan yang harus dilakukan, baik sebelum proses pemasakan maupun setelah
proses pemasakan.
4.5.1 Menarik Hampa
Menarik hampa yang dimaksudkan disini adalah membuat kondisi vaccum
atau hampa udara pada pan masak sebelum digunakan, pan masak yang di tarik
hampa adalah pan masak yang sudah selesai dibersihkan dan dalam keadaan
kosong. Tujuan dari menarik hampa adalah untuk menciptakan sirkulasi pada saat
masak nantinya. Menarik hampa dilakukan dengan cara menutup semua pipa
penghubung ke atau dari pan masak, setelah itu afsluiter atau pancingan kecil
yang merupakan penghubung antara pan masak dan alat hampa dibuka hingga
mencapai titik hampa 40-50 cmHg, jika sudah tercapai titik hampa tersebut maka
afsluiter besar dibuka hingga mencapai titik hampa 65 cmHg.
Titik hampa yang dihasilkan dari afsluiter kecil tidak boleh kurang dari 40
cmHg, karena dapat menyebabkan turunnya titik hampa pada pan masak lain. Jika
pada pan lain titik hampa turun pada saat proses pemasakan, maka kristal gula
yang sudah terbentuk akan mencair sehingga membuat waktu memasak atau
mengkristalkan nira lebih lama daripada biasanya. Penarikan hampa satu pan
25

masak dapat berpengaruh pada pan masak lain karena alat yang digunakan untuk
menarik hampa saling terhubung oleh sebuah pipa. Setelah mengkondisikan titik
hampa sekesai, selanjutnya larutan yang digunakan sebagai bahan masakan akan
ditarik masuk ke dalam pan masak.
4.8.2 Menarik Larutan
Larutan di tarik masuk pan masak setelah pan dalam kondisi hampa, pan
masak terhubung dengan peti peti Nira Kental (tersulfitasi dan belum terslfitasi),
peti Stroop (Stroop A dan Stroop C), Babonan ( Babonan C dan Babonan D) serta
Klare (Klare D dan klare SHS). Sebelum larutan ditarik kedalam pan, ada proses
pemanasan terlebih dahulu dengan suhu 70C yang bertujuan untuk melarutkan
kristal yang terbentuk saat di peti penyimpanan. Larutan ditarik dengan cara
membuka afsluiter yang menghubungkan pan masak dengan bahan yang akan
ditarik. Pada penarikan awal, jumlah bahan yang ditarik adalah 120 HL, kemudian
uap nira dan uap bekas dimasukkan sehingga ada kontak antara bahan dan uap.
Setelah bahan mencapai kekentalan tertentu, barulah dimasukkan bahan lain.
4.8.3 Proses Pemasakan
Sistem memasak di PG Pradjekan menggunakan sistem ACD, yang
dimaksudkan adalah pan masak pada pabrik menggunakan Pan Masak A, Pan
Masak C, dan Pan Masak D. Masing-masing pan masak dibedakan berdasarkan
bahan dasar pembuatan, proses pemasakan, dan hasil dari masakannya. Dalam
proses memasak terdapat empat fase yang dilalui nira untuk mengkristal, fase
pertama disebut masakan encer, fase kedua disebut pemadatan, fase ketiga disebut
masakan setengah tua, dan fase keempat disebut masakan tua.
4.5.3.1 Fase Masakan
Fase masakan selama proses pemasakan nira menjadi kristal gula terdiri dari
empat fase yang memiliki ciri atau tanda masing-masing. Adapun keempat fase itu
sebagai berikut.
1. Masakan Encer
Fase ini merupakan fase awal dalam proses pemasakan nira, fase suatu
masakan dapat dilihat pada kaca penglihatan yang berada pada dinding pan
masak. Fase masakan encer ini ditandai dengan membentuknya gelembung yang
selalu bergerak aktif, yang dimaksudkan bergerak aktif adalah gelembung26

gelembung dari nira akan terlihat mengalir dengan cepat. Selain itu, ketika
mengambil sampel pada fase ini, nira atau sampel akan langsung menyebar saat di
taruh dalam kaca preparat.
2. Pemadatan
Pada Fase ini aliran gelembung nira sudah mulai melambat, tapi aliran
tetap memenuhi kaca penglihatan. Hal itu dapat dilihat pada kaca penglihatan
yang menempel di pan masak. Kristal sudah mulai terbentuk di fase ini, tapi
ukurannya masih belum sesuai standart, Kristal akan membesar pada fase
masakan selanjutnya.
3. Masakan Setengah Tua
Semakin tua masakan maka aliran gelembung nira akan semakin
melambat dan tenang, begitupun pada fase ini. Aliran gelembung nira pada fase
ini sudah melambat, aliran gelembung tidak memenuhi kaca penglihatan lagi.
Gelembung nira akan bergerak dari bawah lalu di pertengahan kaca penglihatan
akan bergerak menyamping lalu kembali ke dalam. Jadi pergerakan gelembung
nira pada fase ini hanya mencapai setengah dari kaca penglihatan. Seain itu, pada
fase ini akan terlihat warna kehitaman ditengah-tengah gelembunng.
4. Masakan Tua
Pada fase ini, nira sudah mengkristal dengan ukuran yang besar, dan
aliran menjadi sangat lambat. Terlihat dari kaca penglihatan ada warna hitam
menyebar di gelembung nira. Pada fase ini, pan masak harus segera ditambah
bahan baru, karena jika tidak ditambah bahan baru, kristal akan menjadi kerak di
pipa jalannya sirkulasi nira. Hal itu dapat mengakibatkan uap dan nira yang belum
mengkristal terhambat kontaknya karena terhalang kerak pada pipa.
4.5.3.2 Pan Masak
Pan masak di PG Pradjekan berjumlah 9 buah, karena menggunakan sistem
memasak ACD, maka 9 buah pan tersebut terbagi atas Pan Masak A, C, dan D.
Suhu, tekanan pan, dan tekanan uap di semua pan masak sama, yaitu 82C , 65
cmHg, dan 0,5 Kg/cm. Suhu dalam pan masak tidak boleh lebih dari itu karena
dapat menyebabkan gula hangus atau berwarna merah, suhu juga tidak boleh
kurang dari itu karena akan membuat proses pembuatan kristal tidak normal.
Sebelum tahun 1992, PG Pradjekan sempat menggunakan sistem memasak ABD,
27

namun karena gula yang dihasilkan dari Pan B mempunyai kualitas yang kurang
bagus yaitu gula yang dihasilkan tidak bisa menjadi putih atau gula berwarna
merah maka sistem memasak pun diganti menjadi ACD. Yang membedakan
antara Pan B dan Pan Masak lainnya adalah bahan yang digunakan, Pan masak B
menggunakan Stroop A sebagai bahan utamanya.
5.1 Pan Masak A
Masakan hasil pan A adalah masakan yang menghasilkan gula SHS atau GKP,
sedangkan Masakan dari Pan C dan D dijadikan bibit masakan A. Pan masak A di
PG Pradjekan berjumlah 5 buah yang terdiri atas 1 buah Pan A2 dan 4 buah Pan
A1. Bahan masak di A2 adalah nira kental yang sudah di sulfitasi di Stasiun
Pemurnian, setelah ditarik hampa, pan masak A2 akan diisi dengan Nira Kental
sebanyak 120 HL. Nira kental yang ditarik ke dalam pan akan melewati lubang
besar di tengah pan masak, karena kerja alat vaccum di atas pan masak, maka nira
kental akan tertarik kembali ke atas melewati pipa- pipa kecil di sekitar lubang
pan masak, lalu turun kembali melewati lubang besar ditengah pan masak yang
tadi. Begitupun seterusnya hingga menciptakan sirkulasi pada nira kental.
Setelah menarik larutan awal, uap nira dan uap bekas akan masuk ke dalam
pan dan melewati luar pipa-pipa kecil, sehingga selama proses sirkulasi nira
kental akan berkontak dengan uap panas (uap nira dan uap bekas). Proses itu
dilakukan sampai nira kental menjadi benangan. Benangan yaitu salah satu istilah
tingkat kekentalan yang ditandai dengan tidak putusnya suatu bahan saat ditarik
2 cm. Setelah tingkat kekentalan mencapai benangan, barulah ditambah Babonan
C sebanyak 30 HL, sirkulasi kembali terulang sampai masakan berada pada fase
masakan tua. Saat masakan sudah tua maka ditambah Nira Kental lagi secara
bertahap, dengan jumlah 50 HL untuk sekali penambahan hingga mencapai
volume 300 HL. Setelah itu masakan A2 akan di masukkan ke pan A1, masakan
A2 yang berjumlah 300 HL akan dibagi dua, sehingga satu kali pemasakan di A2
dapat menghasilkan bahan untuk 2 pan masak di A1 dengan jumlah masingmasing 150 HL. Hasil kristal gula pada pan masak A2 adalah 0,6-0,7 mm.
Tujuan dari pemasakan di Pan A1 hanyalah untuk memperbesar kristal yang
sudah terbentuk di Pan A2. Sehingga kristal yang semula masuk berukuran 0,6-0,7
mm maka setelah di proses di Pan A1 ukuran kristal menjadi 0,9-1,2 mm.
28

Masakan A2 yang masuk berjumlah 150 HL, proses pemasakan sama dengan di
Pan A2. Nira Kental juga ditambahkan secara bertahap dengan jumlah 50 HL
sekali penambahan sampai mencapai volume 300. Hasil dari masakan A1 inilah
yang nantinya keluar sebagai gula SHS, persen Brix (jumlah zat terlarut berupa
gula dan kotoran) dari Masakan A lebih dari 92.
Di Pan Masak A terdapat suatu kondisi yang dinamakan kondisi A3, kondisi
ini terjadi ketika terdapat 3 Pan Masak A1 yang kosong. Proses pemasakan A3
bertujuan untuk menghemat bahan dan uap, sedangkan yang membedakan proses
memasak pada kondisi A3 dan kondisi normal hanyalah proses memasak pada A1.
Mulanya Pan Masak A2 menghasilkan hasil masakan sejumlah 300 HL, kemudian
dibagi menjadi dua dan masing-masing masuk ke dalam Pan Masak A1.Satu Pan
Masak A1 yang berisi 150 HL masakan A2 dimasak seperti biasanya, namun Pan
Masak A1

satunya lagi yang berisi 150 HL masakan A2 tidak dimasak

sebagaimana biasanya di A1. Tetapi Pan Masak ini akan berperan sebagai Pan
Masak A2, bahan maupun sistem memasaknya pun menggunakan sistem
memasak A2. Hasil dari masakan A1 ini akan di bagi dua, 150 HL masuk kedalam
Pan A1 yang kosong. Sedangkan 150 HL sisanya tetap di dalam Pan Masak A1
yang berperan sebagai Pan Masak A2 ini. Kemudian kedua Pan Masak A1
tersebut akan memasak sesuai sistem memasak A1.
5.2 Pan Masak C
Setelah proses menarik hampa dilakukan, larutan atau bahan awal yang
ditarik pada Pan Masak C adalah Stroop A dengan jumlah 120 HL, jika tingkat
kekentalan sudah mencapai benangan, maka Babonan D sudah boleh ditambahkan
dengan jumlah 30 HL. Lalu untuk bahan tambahan sampai volume 300 adalah
Stroop A dan Nira Kental, untuk jumlah masing-masing bahan yang ditambahkan
menyesuaikan dengan HK (tingkat kemurnian gula) hasil masakan C yang ingin
dicapai. Nira kental yang memiliki HK tinggi ditambahkan jika HK hasil masakan
terlalu rendah, sedangkan Stroop A yang memiliki HK rendah akan ditambahkan
jika HK hasil masakan terlalu tinggi. Jadi penambahan bahan pada proses ini bisa
disebut penyetabil HK. Jika proses memasak telah selesai, maka hasil masakan
akan turun ke palung pendingin dan masuk ke Stasiun Putaran, dan menghasilkan
29

Stroop C dan Babonan C. Ukuran kristal yang dihasilkan dari pan ini adalah 0,50,6 mm, dan persen Brix-nya lebih dari 93.
5.3 Pan Masak D
Sama seperti Pan Masak A, Pan masak D juga dibagi menjadi dua, yaitu Pan
Masak D1 dan Pan Masak D2. Untuk proses pemasakannya merupakan gabungan
dari proses pemasakan di Pan Masak A dan Pan Masak C, hanya saja pada pan
masak D menggunakan Fondan sebagai bibit gulanya. Fondan merupakan inti
kristal yang dibuat diluar pan dengan caratertentu.. Pada Pan Masak D2, setelah
pan ditarik hampa, larutan yang ditarik adalah Nira Kental dan Stroop A, untuk
jumlah yang ditarik menyesuaikan HK yang ingin dicapai, tapi biasanya banyak
Nira Kental yang ditarik 50 HL dan Stroop A 150 HL. Setelah campuran Nira
Kental dan Stroop A mencapai fase benangan, maka Fondan akan ditambahkan
sebanyak 240 ml (sudah dilarutkan). Setelah itu Stroop A akan ditambahkan
secara bertahap hingga mencapai volume 300 HL. Ukuran kristal yang dihasilkan
pada Pan Masak D2 ini adalah sebesar 0,2-0,3 mm, selanjutnya hasil masakan D2
ini akan dibagi menjadi dua dan masuk sebagai bahan ke Pan Masak D1 untuk
pembesaran kristal dan penyetabilan HK.
Jumlah masakan D2 yang masuk pada satu Pan Masak D1 adalah 150 HL,
disini ukuran kristal gula akan dibesarkan menjadi 0,3-0,5 mm. Proses memasak
pada pan ini juga bertujuan untuk menyetabilkan HK hasil masakan, bahan yang
digunakan adalah Klare D dan Stroop C, kedua bahan tersebut ditambahkan
sampai mencapai volume 300 HL. Pada Pan Masak D1 ini sudah tidak boleh
menarik bahan Stroop A untuk penyetabilan hasil masakan, karena HK Stroop A
tinggi dan dapat mempengaruhi HK hasil masakan nantinya. Klare D yang
mempunyai nilai HK tinggi ditambahkan saat HK hasil masakan rendah,
sedangkan Stroop C yang mempunyai nilai HK rendah ditambahkan saat HK hasil
masakan terlalu tinggi. Persen Brix Masakan D lebih dari 98, dan HK atau tingkat
kemurniannya adalah 60-61. Jika hasil memasak telah selesai, maka akan turun ke
palung pendingin. Setelah itu hasil masakan akan dibawa ke Stasiun Putaran.
4.8.4 Menurunkan Masakan dan Mencuci Pan Masak
Setelah proses memasak selesai, hasil masakan harus segera di turunkan ke
tempat penampung yang disebut palung pendingin dan terletak dibawah pan
30

masak. Di PG Pradjekan terdapat 16 palung pendingin yang terdiri atas 7 palung


untuk Masakan A, 2 palung untuk Masakan C, dan 7 palung untuk masakan D.
Jika masakan tidak segera diturunkan maka hasil masakan bisa hangus dan dapat
menjadi kerak yang menempel di dinding pipa. Kerak tersebut dapat menghambat
sirkulasi masakan pada proses memasak selanjutnya. Proses penurunan masakan
dimulai dengan menutup semua afsluiter yang berhubungan dengan kondensor
dan alat vaccum, lalu kran yang berhubungan dengan udara luar dibuka sehingga
membuat tingkat hampa pada pan menurun. Setelah itu, pintu pengeluaran gula
dibuka lalu gula melewati talang masuk ke palung pendingin yang dilengkapi
dengan pengaduk yang selalu bergerak. Fungsi dari pengaduk tersebut adalah
untuk mempercepat proses pendingin hasil masakan, pada palung ini juga tidak
ditambah bahan apapun karena hanya bertujuan untuk mendinginkan.
Pan masak yang telah selesai digunakan harus dicuci untuk menghilangkan
sisa masakan yang masih berada di dalam pan. Jika masih terdapat sisa masakan
pada pan akan menyebabkan terganggunya proses memasak karena sisa masakan
yang menjadi kerak. Jika hal itu terjadi, maka uap dan nira tidak bisa berkontak
dengan maksimal, hal itu membuat waktu memasak menjadi semakin lama. Pan
masak dicuci menggunakan air panas, larutan bekas pencucian akan ditampung
ditempat khusus karena larutan tersebut mengandung nira atau kristal gula. Jika
dirasa larutan tersebut mengandung nira dan kristal gula dalam jumlah banyak,
maka larutan tersebut bisa dimanfaatkan untuk bahan di proses pemasakan. Pan
Masak yang sudah dicuci sudah bisa digunakan kembali.
4.6 Stasiun Putaran
Stasiun Putaran bertujuan untuk proses pemisahan antara Kristal gula dari
larutan kental atau larutan induk. Putaran pada proses pemisahan ini terdapat 2
macam putaran yaitu putaran Low grade fugal (LGF) dengan kecepatan 2200 rpm
dan menghasilkan gula C dan gula D sedangkan hasil sakmpingnya berupa strop
C, klare D dan tetes. Pada putaran High Grade Fugal (HGF) dengan kecepatan
putarannya yang tinggi tetapi berjalan secara tidak konstan, yang dimaksud tidak
konstan adalah putaran akan bergerak dari putaran rendah ke putaran yang tinggi
dan bisa turun lagi ke putaran yang rendah dengan kecepatan 50 rpm hingga 1100
31

rpm dan meghasilkan gula A dan gula Superior High Sugar (SHS) sedangkan
hasil sampingnya adalah strop A dan klare SHS. Pada stasiun putaran di PG
Pradjekan terdapat 9 buah putaran Low Grade Fugal dan 7 putaran High Grade
Fugal yang terbagi 2 yaitu 4 putaran A dan 3 putaran SHS. Adapun gambar alat
pemutaran LGF (Low Grade Fugal) dan alat pemutaran HGF (High Grade Fugal)
dapat dilihat pada lampiran ke-.
4.6.1 Proses pada stasiun putaran
Berikut adalah proses pada stasiun putaran yang ada di PG Pradjekan.
1. Putaran D1
Putaran ini bertujuan untuk memisahkan tetes dengan gula D1. Proses
pemisahannya adalah dengan menarik masscuite menggunakan pompa menuju
crystallizer kemudian dipompa menuju feed mixer D1 dengan diaduk secara
horizontal. Selanjutnya masscuite masuk ke dalam putaran D1 dengan
ditambahkan air agar mempermudah pemisahan yang kemudian akan terpisahkan
tetes dengan gula D1. Hasil samping tetes kemudian ditampung pada
penampungan tetes dan dijual pada pabrik yang menggunakan tetes sebagain
bahannya. Dan gula D1 akan ditarik menuju feed mixer untuk diputar pada
putaran D2.
2. Putaran D2
Putaran ini bertujuan untuk memisahkan gula D2 dengan klare D. Proses
pemisahannya masscuite akan masuk ke dalam putaran D2 dari tangki feed
mixeryang

sebelumnya.

Kemudian

dilakukan

penambahan

air

untuk

mempermudah pemisahan. Selain mempermudah pemisahan antara gula D2


dengan klare D penambahan air juga digunakan agar gula D2 dapat berwarna
putih. Hasil samping dari D2 adalah klare D yang akan digunakan lagi sebagai
bahan untuk pan masakan D1 dan gula D1 akan di tampung di babonan D yang
kemudian akan di gunakan untuk pan masakan C.
3. Putaran C
Proses pada putaran C ini hampir sama dengan proses pada Putaran D 1 dan
D2,dengan cara Masscuite masuk kedalam Putaran Cmelalui katup pengisi ,
dengan penambahan air dari pipa air siraman untuk mempercepat pemisahan dan
membuat gula berwarna putih. Kemudian Masscuite tertampung di dalam valve
32

diafragma, dan basket akan berputar dengan kecepatan putaran 2200 rpm maka
stroop yang menempel pada gula akan terlepas dan jatuh kemudian ditampung
dan keluar dari pipa saluran pengeluaran stroop dan menghasilkan stroop C yang
akan digunakan untuk

Pan masakan D1. Sedangkan Gula akan tersaring di

Working Screen kemudian gula akan keluar dari Chute pengeluaran gula dan
menghasilkan Gula C. Hasil Gula C akan ditamping ditempat Babonan C untuk
dimasak pada Pan Masak A2
5.4 Putaran A dan SHS (Superior High Sugar)
Pada putaran A dan SHS untuk di PG Pradjekan ini menggunakan sistem
otomatis dengan kecepatan tinggi (High grade fugal) dan diatur oleh timer. Proses
awal pada putaran ini adalah basket akan berputar dengan kecepatan 300 rpm lalu
pipa air membuka dan menyemprot kan air dengan kecepatan 250 rpm yang
digunakan untuk mencuci saringan, pada saat itu juga katup pengisi membuka dan
masakan turun memasuki basket selama 10 detik pengisian, dan basket akan
berputar dengan kecepatan hingga 750 rpm dan air bilasan menyemprot lagi
selama 25 detik setelah air bilasan menyemprot maka kecepatan basket berputar
akan bertambah hingga 1000 rpm selama 60 s/d 90 detik untuk waktu
pengeringannya. Kemudian kecepatan basket akan turun kembali hingga 80 rpm
diikuti dengan membuka klep dan penyekrap basket maka gula dapat turun
menuju talang goyang yang terletak dibawahnya dan menghasilakn gula A yang
akan ditampung pada peti pencampuran(mixer) sedangkan stroop A akan
ditampung dan digunakan untuk bahan Pan Masakan D2 dan Pan Masakan C. hasil
gula A yang tertampung didalam peti pencampura (mixer) akan ditambah dengan
air nira jerni yang sangat encer yang kemudian akan diaduk menggunakan dua
pengaduk yang berlawanan arah dan terdiri dari besi bundar, akibat dari putaran
itu maka kristal akan saling bergesekan sehingga stroop yang menempel pada
krstal dapat terlepas. Setelah dari peti pencampuran

(mixer) akan dipompa

menuju peti feed mixer untuk diputar kembali dan akan menhasilkan gula
Superior High Sugar (SHS). Setelah itu gula akan turun ke talang goyang dan
gula akan dikemas pada stasiun penyelesaian

33

4.7 Stasiun Penyelesaian


Pada stasiun ini gula yang akan dikemas adalah gula SHS 1 (Superior High
Sugar 1) dengan berat 50 kg setiap karung. Saat gula keluar dari proses putaran
dan akan dikemas gula SHS masih mengandung air 0.5 s/d 2% maka dari itu perlu
dilakukan pengeringan untuk menghilangkan kadar air yang terkandung di gula
dan gula SHS masih mempunyai suhu 70C maka dari itu harus dilakukan
penurunan suhu gula. Pengeringan dan pendinginan itu dapat dilakukan pada alat
sugar dryer. Gula akan dilewatkan pada
dihembuskan

talang dan dari bawah talang akan

udara panas dengan suhu 80C-100C, karena pada talang ini

terdapat getaran yang mengakibat gula bergerak ke atas secara horizontal


sehingga saat gula turun kembali ke bawah akan terjadi kontak dengan hembusan
udara tadi sehingga gula dapat kering kan air yang terkandung dalam gula dapat
terlepas dan hilang. Kemudian juga pada pendinginan hanya saja saat proses
pendinginan udara yang dihembuskan dari bawah adalah udara bebas yang
dipompa dengan blower. Setelah gula dingin atau terdapat pada suhu normal
makan gula akan disaring sesuai dengan ukuran. Untuk gula yang akan dikemas
maka gula akan berukuran sekitar 0.8mm 1.00 mm dengan pemisahan 3 lapisan
saringan untuk saringan paling atas untuk gula berupa krikilan dan yang tengah
untuk gula produksi atau gula yang akan dikemas dan saringan ketiga berupa gula
halus.
4.7.1 Alat-alat pada stasiun penyelesaian
Alat-alat yang terdapat pada stasiun penyelesaian sebagai berikut.
4.7.1.1 Bucket elevator (Tangga Jacob)
Bucket elevator berfungsi sebagai alat transportasi gula untuk menaikkan gula
dari vibrating screen ke sugar bin
4.7.1.2 Sugar Bin
Sugar Bin berfungsi sebagai alat penampung gula produk sebelum gula
ditimbang dan dikemas.
4.7.1.3 Timbangan Gula
Timbangan Gula digital berkerja secara otomatis menimbang gula sebanyak
50 kg.
34

4.7.1.4 Corong Bagging


Corong Bagging berfungsi untuk menurunkan gula yang sudah ditimbang ke
dalam karung gula.
4.7.1.5 Belt Conveyor
Belt conveyor berfungsi sebagai alat transportasi dari corong pengemas ke
timbangan control (Chack scale)
4.7.1.6 Chack scale
Chack scale adalah timbangan gula yang berfungsi untuk mengontrol lagi
berat gula yang sudh dikarung sebelum dijahit
4.7.1.7 Mesin Jahit
Mesin Jahit berfungsi untuk menjahit karung berisi gul produk seberat 50 kg.
4.8 Laboratorium
Laboratorium merupakan salah satu tempat yang sangat penting didalam
sebuah industri atau pabrik, karena laboratorium merupakan tempat untuk
melakukan berbagai analisis. Di PG Pradjekan jenis analisis yang dilakukan
adalah analisis gula, nira, tetes, ampas, blotong, kadar gula reduksi, kadar Asam
Phosphat, dan kadar kapur dilakukan.
4.8.1 Analisis Tetes
Analisis tetes dilakukan untuk menentukan kadar Brix atau kadar padatan
terlarut, suhu, HK atau Harkat Kemurnian atau ukuran kemurnian nira dan Pol
atau jumlah gula dalam larutan. Jika tetes memiliki nilai Brix tinggi, hal tersebut
berarti kadar padatan terlarut atau gula masih banyak atau tinggi dalam tetes
Sehingga padatan tersebut akan terbuang dan jumlah gula yang diproduksi akan
menurun. Adapun analisis sebagai berikut.
4.8.6.1 Alat dan Bahan
Berikut ini alat dan bahan yang digunakan.
No
.
1.
2.

Alat
Corong
Gelas ukur

Bahan
Tetes
Aquades
35

3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Labu ukur 100 ml


Timba
Brix weager
Polartronic
Timbangan
Pembuluh pol
Brix silinder

Lead acetate
Kertas saring
Aquades

4.8.1.2 Prosedur
Berikut ini prosedur yang dilakukan.
No
1.

Prosedur
Pengamatan
Penentuan brix
Sebelum
Sesudah
Ditimbang 150 gram tetes dalam Tetes
berupa Tetes
berupa
timba

dengan

menggunakan cairan kental yang cairan kental yang

timbangan digital.

berwarna
kehitaman

2.

Ditambahkan

air

1350

berbau.
ml Tetes

coklat berwarna

coklat

dan kehitaman

dan

berbau.
berupa Larutan tetes yang

menggunakan gelas ukur 1000 cairan kental yang berwarna coklat


ml.

berwarna
kehitaman

3.

Larutan

tetes

dimasukan

dalam brix silinder.

dan berbau.

berbau.
ke Larutan tetes yang Larutan
berwarna
kehitaman

4.

coklat kehitaman dan

berbau.
Dimasukkan brix weager ke Masukkan

tetes

coklat berwarna

coklat

dan kehitaman
brix

dan

berbau.
Diangkat

alat

dalam brix silinder yang berisi weager ditunggu 2 ukur, dibaca suhu
larutan tetes untuk mengetahui menit.

yang

terlihat.

suhu dan brix.

Dicatat hasil yang


didapatkan.

1.

Penentuan pol
Diambil larutan sampel 100 ml Larutan
dimasukkan ke dalam labu ukur berwarna
110 ml.

kehitaman

tetes Larutan
coklat berwarna

tetes
coklat

dan keabu abuan dan


36

berbau

diambil berbau.

100

ml

ditambahkan lead
asetat 10 ml yang
berwarna

putih

susu dan endapan


putih dan berbau
menggunakan
2.

gelas ukur ml.


Disaring menggunakan kertas Larutan
tetes Larutan
saring.

berwarna

coklat berwarna

tetes
kuning

keabu abuan dan tua dan berbau.


3.

berbau.
Dimasukkan larutan sampel ke Larutan
dalam

polatrhonic

dengan berwarna

menggunakan pembuluh pol.

tetes Larutan tetes


kuning berwarna kuning

tua dan berbau, tua dan berbau,


ditunggu hasil pol.

catat hsil yang


terbaca.

4.8.1.3 Pembahasan
Hasil analisis didapatkan dari data brix, pol dan suhu nira dari tiap gilingan,
lalu dihitung %pol (pol terkoreksi), %brix (brix terkoreksi), dan HK ( hasil
kemurnian) dengan menggunakan tabel suhu dan pol.
HK =

%pol
x
100
brix

4.8.2 Analisis Nira


Analisis gula dan nira memiliki tujuan untuk menentukan kadar Brix atau
kadar padatan terlarut, suhu, HK atau Harkat Kemurnian atau ukuran kemurnian
nira dan Pol atau jumlah gula dalam larutan. Adapun analisis sebagai berikut.
4.8.2.1 Alat dan Bahan
Berikut ini alat dan bahan yang digunakan.
37

No
.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Alat

Bahan

Corong
Gelas ukur
Labu ukur 100 ml
Timba
Brix weager
Polartronic
Timbangan
Pembuluh pol
Brix silinder

Sampel gula dan nira


Aquades
Lead acetate
Kertas saring

4.8.6.2 Prosedur
Berikut ini prosedur yang dilakukan.
No
1.

Prosedur
Pengamatan
Penentuan brix
Sebelum
Sesudah
Ditimbang sampel 150 gram Sampel
NK.s, Sampel
NK.s,
(pengecualian nira gilingan I-V, NK.ns
NM,NE).

berwarna NK.ns

coklat pekat dan coklat pekat dan


berbau,

sampel berbau,

gilingan
berwarna
Ditambahkan

air

1350

sampel

I- gilingan

V,NM,NE

2.

berwarna

I-

V,NM,NE
coklat berwarna

coklat

kehitaman.
kehitaman.
ml Sampel
NK.s, Larutan smapel

menggunakan gelas ukur 1000 NK.ns

berwarna NK,s, NK.ns

ml (pengecualian nira gilingan I- coklat pekat dan berwarna coklat


V, NM,NE).

berbau,
gilingan
V,NM,NE
berwarna
kehitaman.

3.

Larutan

sampel

dimasukan Larutan

sampel dan berbau,


I- larutan sampel
gilingan Icoklat V,NM,NE
berwarna coklat
kehitaman.
sampel Larutan
sampel
38

kedalam brix silinder.

NK,s,

NK.ns NK,s,

NK.ns

berwarna

coklat berwarna

coklat

dan

berbau, dan

berbau,

larutan

sampel larutan

sampel

gilingan

I- gilingan

V,NM,NE

V,NM,NE

berwarna
4.

Dimasukkan

brix

I-

coklat berwarna

kehitaman.
weager Masukkan

brix

coklat

kehitaman.
Diangkat

alat

kedalam brix silinder yang berisi weager ditunggu 1 ukur, dibaca suhu
larutan tetes untuk mengetahui menit.

yang

terlihat.

suhu dan brix.

Dicatat hasil yang


didapatkan.

1.

Penentuan pol
Diambil larutan sampel 100 ml Larutan

sampel Larutan

dimasukkan ke dalam labu ukur NK.s,

NK.ns berwarna

110 ml.

larutan

sampel
coklat

berwarna keabu abuan dan

coklat,

larutan berbau.

sampel gilingan IV,

NE,

NM

berwarna

coklat

kehitaman
berbau

dan
diambil

100

ml

ditambahkan lead
asetat 5 ml yang
berwarna

putih

susu dan endapan


putih dan berbau
menggunakan
gelas ukur

ml,

aquades

ml

39

larutan

yang

menggunakan
2.

gelas ukur 5 ml.


Disaring menggunakan kertas Larutan
sampel larutan
saring.

berwarna

sampel

coklat gilingan I-V, NE,

keabu abuan dan NM


berbau.

berwana

kuning jernih dan


berbau,

Larutan

sampel

NK.s,

NK.ns

berwarna

coklat jernih dan


3.

berbau.
sampel larutan sampel

Dimasukkan larutan sampel ke larutan


dalam

polatrhonic

dengan gilingan I-V, NE, gilingan I-V, NE,

menggunakan pembuluh pol.

NM

berwana NM berwana

kuning jernih dan kuning jernih dan


berbau,

Larutan berbau, Larutan

sampel

NK.s, sampel NK.s,

NK.ns

berwarna NK.ns berwarna

coklat jernih dan coklat jernih dan


berbau,

ditunggu berbau, catat hasil

hasil pol.

pol dan dihitung.

Catatan : Untuk pengujian sampel yang lain prosesnya sama, tapi jika sample
berbentuk padatan harus ditimbang terlebih dahulu sebanyak 150 gr dan
diencerkan dengan air sebanyak 1350 mL.
4.8.6.3 Pembahasan
Hasil analisis didapatkan dari data brix, pol dan suhu nira dari tiap gilingan,
lalu dihitung %pol (pol terkoreksi), %brix (brix terkoreksi), dan HK ( hasil
kemurnian) dengan menggunakan tabel suhu dan pol.
HK =

%pol
x
100
brix
40

4.8.3

Analisis Ampas

Analisis Ampas dilakukan untuk mengetahui kandungan berat air yang masih
terkandung dalam ampas. Adapun analisis sebagai berikut.
4.8.3.1 Alat dan Bahan
Berikut alat dan bahan yang digunakan.
No
.
1.
2.
3.
4.
5.

Alat

Bahan

Timba
Timbangan Digital
Canting
Tahang
Pengering ampas

Ampas
Air

4.8.3.2 Prosedur
Inilah prosedur yang dilakukan.
No
1.

Prosedur
Pengeringan Ampas
Ditimbang tahang (

Pengamatan
Sebelum
Sesudah
tempat Berat tahang = Berat tahang

2.

ampas ) kosng dan dicatat.


6317 gr
Ditimbang 1000 gr ampas dari Berat tahang
gilingan dan dijumlah berat 6317 gr
ampas + tahang.

3.

Ampas

6317 gr
= Berat tahang +
ampsa = 7317 gr

sedikit Ampas sedikit

basah
basah
Ditaruh tahang yang sudah berisi Tahang + ampas Tahang + ampas
ampas keatas alat pengering dingin

dingin

ampas dan dinyalakan alatnya


4.

Setelah temperatur sampai 110 Tahang + ampas Tahang dan ampas

5.

C dibiarkan selama 1 jam


dingin
Setelah selesai 1 jam tahang Berat tahang
diangkat dan ditimbang, dan ampas = 7317 gr

panas
+ Berat tahang

ampas = 6818 gr

dicatat beratnya
4.8.3.3 Pembahasan
41

Hasil pengeringan ampas merupakan kandungan berat air yang terkandung


dalam ampas, dengan perhitungan.
1. Berat tahang kosong =
2. Berat tahang + ampas =
3. Berat tahang setelah pengeringan =
4. Zat kering = ( Berat tahang + ampas ) Berat tahang setelah pengeringan
5. Kadar air = 1000 Zat kering
4.8.4 Ekstraksi Ampas
Ekstraksi ampas bertujuan untuk mengetetahui Pol atau gula yang terkandung
dalam larutan, adapun analisis sebagai berikut.
4.8.4.1 Alat dan Bahan
Berikut alat dan bahan yang digunakan.
No
.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.

Alat
Timba
Timbangan Digital
Canting
Tahang
Ekstraksi ampas
Labu ukur 100 mL
Corong kaca
Gelas wadah hasil saringan
Polartronic
Pembuluh pol
Botol semprot
Gelas ukur

Bahan
Ampas
Air
Aquades
Lead acetate
Kertas saring

4.8.4.2 Prosedur
Adapun prosedur analisis yang dilakukan sebagai berikut.
No
1.

Prosedur
Pengamatan
Ekstraksi Ampas
Sebelum
Sesudah
Ditimbang 1 Kg ampas lalu .Ampas
sedikit Ampas
sedikit
dimasukkan kedalam tahang.

z.

basah.

.Ditambahkan 10 L air kedalam Ampas


tahang.

basah.

basah.
sedikit Ampas menjadi
basah.
42

3.

Diisi tabung atas digunakan Air

sedikit Air

untuk pendingin kondensor, dan kosong.

menjadi

penuh.

4.

mesin dijalankan
Dilakukan ekstraksi selama 2 Air

5.

jam.
dingin
panas.
Setelah 2 jam ambil air dalam Air tak bewarna Larutan

ampas Air

tahang sebanyak 100 mL dan dingin.


6.

dinginkan.
Setelah dingin
dalam

7.

labu

dimasukkan Larutan

takar

sebanyak 100 mL
Ditambahkan 5

110
mL

Acetate dan 5 mL Aquades.

dilihat

dicatat.

Polnya

bewarna

panas.
bewarna Larutan

bewarna

mL bening kecoklatan bening kecoklatan


Lead

panas.
dingin.
. Larutan bewarna Larutan

bewarna

bening kecoklatan ke abu abuan

Kemudian disaring, dan hasil Larutan


saringan

ampas

bening kecoklatan

dingin.
8.

dengan

endapan

putih.
bewarna Larutan

tak

dan ke abu abuan bewarna.


dengan

endapan

putih.
4.8.4.3 Pembahasan
Hasil dari ekstraksi ampas berupa pol ampas tersebut yang didapat dari
perhitungan berikut.
6. Berat tahang kosong =
7. Berat tahang + ampas =
8. Berat tahang setelah pengeringan =
9. Zat kering = ( Berat tahang + ampas ) Berat tahang setelah pengeringan
10. Kadar air = 1000 Zat kering
11. Pol ampas = Dilihat pada alat polatronik
12. % ampas = Dilihat pada tabel perhitungan analisis ampas
4.8.5 Analisis KGR ( Kandungan Gula Reduksi )
Analisis KGR untuk mengevaluasi kualitas nira, semakin tua tebu semakin
turun gula reduksinya Gula reduksi merupakan gula yang tidak berasa manis dan
tidak dapat mengkristal.Gula ini dapat mengganggu proses pengkristalan nira
lainnya, sehingga diupayakan kandungan gula reduksi harus rendah. Adapun
analisis sebagai berikut.
43

4.8.5.1 Alat dan Bahan


Berikut ini alat dan bahan yang digunakan.
No
.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
10.
10.

Alat

Bahan

Erlenmeyer 200 ml
Gelas ukur 10 ml, 25 ml, 50 ml
Buret
Beaker glass 500 ml
Timbangan
Labu ukur 200 ml, 100 ml
Timbangan
Pipet tetes
Hot plate
Penjepit

Kertas saring
Amylum
Fehling I
Fehling II
ATN 10%
Natrium phospat kalium oksalat
H2SO4 1:5
Kalium iodida
Batu apung
Aquades
Larutan tio sulfat

4.8.5.2 Prosedur
Berikut ini prosedur yang dilakukan.
No
1.

Prosedur
Analisis KGR
Ditimbang 88 gram

Pengamatan
Sebelum
Sesudah
sampel Sampel berwarna Sampel berwarna

dimasukkan ke dalam beaker

coklat kehitaman coklat kehitaman

glass menggunakan timbangan dan berbau.


2

digital.
Larutan sampel dimasukkan ke Larutan
dalam labu ukur 200 ml.

3.

sampel Larutan sampel

berwarna

coklat berwarna coklat

kehitaman

dan kehitaman dan

berbau.
Ditambahkan ATN 10% 15 ml Larutan
menggunakan gelas ukur 25 ml.

dan berbau.

berwarna
kehitaman

sampel

coklat berwarna

coklat

dan susu dan berbau.

berbau,

ATN

larutan

tidak

berwana

berbau.
Larutan sampel

dan
44

4.

berbau.
Ditambahkan aquades sampai Larutan
tanda batas dan dikocok sampai berwarna
homogen.

kehijauan

sampel Larutan

sampel

coklat berwarna

coklat

dan khijauan

dan

berbau,

aquades berbau,

aquades

larutan

tak larutan

tak

berwarna dan tak berwarna dan tak


berbau kemudian berbau.
dikocok
5.

sampai

homogen.
Disaring menggunakan kertas Larutan
sampel Larutan

sampel

saring.

kuning

berwarna
kehijauan

coklat berwarna

dan jernih dan berbau.

berbau,

aquades

larutan

tak

berwarna dan tak


6.

berbau.
Diambil 100 ml larutan sampel Larutan

sampel Larutan

sampel

dengan menggunakan labu ukur berwarna

kuning berwarna

kuning

dan

ditambahkan

phospat

Natrium jernih dan berbau keruh

(Na2HPO4.12H2O) dan

Kalium Oksalat (K2C2O4).

Phospat

endapan

Natrium putih dan berbau.


Kalium

Oksalat larutan tak


berwana
7.

berbau.
Disaring menggunakan kertas Larutan

sampel Larutan

sampel

saring.

kuning berwarna

kuning

berwarna
keruh

8.

dan

endapan keruh

endapan

putih dan berbau.


putih dan berbau
Diambil larutan sampel 25 ml Larutan
sampel Larutan
sampel
menggunakan gelas ukur 25 ml.

kuning

keruh berwarna

endapan putih dan keruh


berbau.

kuning
endapan

putih dan berbau.


45

9.

Ditambahkan

Fehling

(CuSO4.5H2O),

Fehling

I Fehling I larutan Larutan

sampel

II berwana biru tosca berwarna biru tua

(seignatte) masing asing 25 ml dan tidak bebau, dan berbau.


dengan menggunakan gelas ukur Fehling II larutan

10.

25 ml.

tak berwarna dan

Ditambahkan 4 biji batu apung.

tidak berbau.
Larutan
sampel Larutan

sampel

berwarna biru tua berwarna biru tua


dan berbau, batu dan berbau.

11.

Dipanaskan, menggunakan hot

apang

berbenruk

granul

berwana

putih tidak berbau.


Larutan
sampel Larutan

sampel

plate ( 2 menit setelah mendidih berwarna biru tua berwarna biru tua
12.

diangkat).
Ditambahkan

25

ml

dan berbau.
kemerah-merahan.
KI Larutan
sampel Larutan
sampel

menggunakan gelas ukur 25 ml.

berwarna biru tua berwarna biru tua


kemerah merahan kemerah-merahan.
dan KI larutan tak
berwarna

13.

Ditambahkan

H2SO4

25

berbau.
ml Larutan

dan
sampel Larutan

dengan menggunakan gelas ukur berwarna biru tua berwarna

sampel
putih

25 ml dan ditambahkan amylum kemerah merahan susu dan berbau,


2-4 tetes dititrasi menggunakan dan H2SO4 larutan catat voleme TAT.
larutan tio sulfat, catat hasil TAT. tak berwarna dan
berbau,

amylum

larutan

berwarna

putih keruh tidak


berbau.
4.8.5.3 Pembahasan

46

Faktor yang mempengaruhi tingginya nilai kadar gula reduksi yaitu terlalu
lama tebu berada di lapangan atau lebih dari 3 hari dan adanya kesalahan atau
kerusakan yang terjadi pada saat proses. Standart kadar gula reduksi adalah
kurang dari 1%.
(Blangko Volume titrasi) 0,1 63,57
Keterangan.

4.8.6

Blangko didapat dari analisis dan sudah ditetapkan yaitu 62,5


0,1 yaitu Normalitas dari larutan tio sulfat (titran)
63,57 ketetapan
Analisis Kadar Asam fosfat
Analisis kadar asam fosfat bertujuan untuk mengetahui kadar P2O5yang

dibutuhkan dalam proses pengendapan pada nira mentah dan yang terkandung
dalam nira encer. Adapun analisis sebagai berikut.
4.8.6.1 Alat dan Bahan
Berikut ini alat dan bahan yang digunakan.
No
.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Alat

Bahan

Beaker glass 50 ml
Gelas ukur 10 ml
Buret
Labu ukur 100 ml
Pipet voleme 5 ml
Hot plate
Penjepit

Kertas saring
NaOH O,1 N
Sulfo molibat
Kieselgur
Aquades

4.8.6.2 Prosedur
Berikut ini prosedur yang dilakukan.
No
1.

Prosedur
Pengamatan
Analisis Asam Phospat
Sebelum
Sesudah
Diambil
100
ml
sampel Sampel berwarna Sampel berwarna
menggunakan labu ukur.

2.

coklat kehitaman coklat kehitaman

dan berbau.
dan berbau.
Ditambahkan kieselgur 2 gram, Larutan
sampel Larutan sampel
kemudian

disaring berwarna

coklat berwarna coklat


47

menggunakan kertas saring.

kehitaman
berbau,

kiselgur berbau, dan

serbuk
3.

berwrn terdapat endapan

putih dan berbau.


putih.
Diambil 50 ml larutan sampel Larutan
sampel
Larutan sampel
menggunakan gelas ukur 50 ml, berwarna

coklat berwarna

dan ditambahkan NaOH untuk kehitaman


cek Ph (ph 7) mengguanakan berbau,
alat Ph meter.

4.

larutan

tak

berwarna

dan

berbau.
Diambil larutan sampel 10 ml Larutan

sampel Larutan
coklat berwarna

dan diletakkan pada labu ukur kehitaman


100 ml.
berbau.
Ditambahkan aquades sampai Larutan

dan kehitaman
berbau.
sampel Larutan

tanda batas 100 ml (dilakukan 2 berwarna

coklat berwarna

kali pengenceran, pengecualian kehitaman


NE).

dan kehitaman

coklat
dan

NaOH berbau,cek Ph=7

menggunakan gelas ukur 10 ml berwarna

5.

dan kehitaman dan

dan kehitaman

berbau,aquades
larutan

sampel
coklat
dan
sampel
coklat
dan

berbau.

tidak

berwana dan tidak


6.

berbau.
Ditambahkan aquades 40 ml Aquades
menggunakan gelas ukur 50 ml tidak

sampel

berwarna berwarna

kuning

dan diletakkan dalam beaker

dan tidak berbau, jernih dan tidak

glass 50 ml.

Larutan

sampel berbau.

berwarna
jernih
7.

larutan Larutan

Ditambahkan

larutan

kehitaman

dan berbau.
Sulfo Larutan
sampel Larutan

Molibat , dan ditambahkan asam berwarna


askorbat.

coklat

kuning berwarna

sampel
kuning

jernih dan tidak jernih dan tidak


berbau,

Sulfo berbau.
48

Molibat

larutan

tidak berwana dan


berbau,

asam

askorbat
berbentuk serbuk
8.

Dipanasakan menggunakan hot

dan berbau.
Larutan
sampel Larutan

plate (diangkat 1 menit setelah berwarna


mendidih).
9.

Larutan

sampel

kuning berwarna biru tua

jernih dan tidak jernih


sampel

berbau.
dianalisis Larutan

menggunakan

(pengecualin NE).
sampel Larutan
sampel

alat berwarna biru tua berwarna biru tua

specthofotometer,

yang jernih

diletakkan pada kuvet.

jernih

(pengecualin NE).

(pengecualin NE),
catat
absorbansi

hasil
dan

dihitung.
4.8.6.3 Pembahasan
Rumus perhitungan yang digunakan untuk analisis phospat dengan
menggunakan spetrofotometer.
Hasil spetrofotometer
4.8.7 Analisis CaO
Analisis CaO bertujuan untuk mengetahui kadar atau kandungan susu kapur
dalam suatu nira, adapun analisis sebagai berikut.
4.8.7.1 Alat dan Bahan
Berikut ini alat dan bahan yang digunakan.
No
.
1.
2.
3.
4.

Alat
Erlenmeyer 200 ml
Pipet volume 5 ml
Buret
Labu ukur 100 ml

Bahan
Kertas saring
KCN
Buffer
Kieselgur
49

5.
Bola hisap
6.
Beaker glass
7.
Gelas ukur 50 ml
4.8.7.2 Prosedur

Aquades
EBT
Larutan EDTA

Berikut ini prosedur yang dilakukan.


No
1.

Prosedur
Analisis CaO
Diambil
100
ml

Pengamatan
Sebelum
Sesudah
sampel Sampel berwarna Sampel berwarna

menggunakan labu ukur.


2.

coklat kehitaman coklat kehitaman


dan berbau.
dan berbau.
kiselgur Larutan
sampel Larutan sampel

Ditambahkan

secukupnya,dan ditambahkan 3- berwarna


4 tetes asam asetat, dan disaring.

kehitaman
berbau,

coklat berwarna coklat


dan kehitaman dan
kiselgur berbau terdapat

berbentuk serbuk endapan putih.


berwarna

putih

dan berbau, asam


asetat larutan tak
berwarna
3.

Diambil

sampel

berbau.
ml Larutan

menggunakan pipet volume 5 berwarna


ml,
4.

dan

Erlenmeyer.
Ditambahkan

diletakkan

di kehitaman

buffer

berbau.
ml Larutan

menggunakan pipet volume 5 berwarna


ml,

dan

diletakkan

Erlenmeyer.

5.

Ditambahkan

di kehitaman
berbau,

ml

dan
sampel

coklat berwarna
dan kehitaman
berbau.
sampel Larutan
coklat berwarna
dan kehitaman
tak

berwarna

dan

menggunakan pipet volume 5 berwarna

coklat
dan
sampel
coklat
dan

buffer berbau.

larutan
berbau.
KCN Larutan

Larutan sampel

sampel Larutan
coklat berwarna

sampel
coklat
50

ml,

dan

diletakkan

di kehitaman

Erlenmeyer.

6.

dan kehitaman

berbau,

KCN berbau.

larutan

tak

berwarna

dan

berbau.
Ditambahkan aquades 45 ml Larutan

sampel Larutan

menggunkan gelas ukur 50 ml berwarna


dan

diletakkan

ke

7.

coklat berwarna

dalam kehitaman

erlemeyer.

Ditambahkan indikator EBT.

berbau,

aquades

larutan

tak

berwarna

dan

berbau.
Larutan

sampel Larutan
coklat berwarna

kehitaman

kuning

berbau,

EBT

larutan

berwarna

berwarna

sampel
ungu

dan kemerahan.

ungu dan berbau.


Dititrasi menggunakan EDTA, Larutan
sampel Larutan
catat hasil titrasi.

sampel

dan telur dan berbau.

berwarna

8.

dan

ungu berwana

kemerahan.

sampel
hijau

lumut, catat hasil


titrasi dan dihitung
Larutan

sampel

berwana

hijau

lumut, catat hasil


TAT dan dihitung.
4.8.7.3 Pembahasan
Hasil TAT (titik hasil titrasi) didapat berwarna hijau lumut. Kadar kapur yang
terkandung pada nira berkisar 300-1200.
Perhitungan = TAT 200 0,9803
Keterangan.
200 = ketetapan
51

0,9803 = ketetapan
4.8.8 Analisis Icumsa.
Analisis Icumsa bertujuan untuk mengetahui tingakatan kualitas warna pada
gula. Adapun analisis sebagai berikut.
4.8.8.1 Alat dan Bahan
Berikut ini alat dan bahan yang digunakan.
No
.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.

Alat

Bahan

Beaker glass 250 ml


Hand brix refractometer
Pengaduk
Flocullation tester
Kompresor
Spektrofotometer
Kuvet
Timbangan digital
Corong penyaringan
Gelas ukur 50 ml

Gula Produksi ( GKP )


Kieselgur
Aquades
Kertas saring whatman

4.8.8.2 Prosedur
Berikut ini prosedur yang dilakukan.
No
1.

Prosedur
Pengamatan
Analisis Icumsa
Sebelum
Sesudah
Diambil sampel gula kristal Sampel berwarna Sampel berwarna

2.

putih sebanyak 50 gr.


Dilarutkan dengan aquades

kristal putih
kristal putih
Sampel berwarna Larutan sampel

sebanyak 50 mL

kristal putih

3.

4.

Diaduk

larutan

sampel Larutan

menggunakan alat Floculattion

berwarna

Tester.

kekuningan

Diambil sampel gula 5 mL dan Larutan


encerkan
aquadesdikocok

menggunakan berwarna
kemudian kekuningan

berwarna putih

kekuningan
sampel
Larutan sampel
putih larut

dan

berwarna

tetap
putih

kekuningan
sampel Larutan
sampel
putih berwarna

putih

kekuningan
52

dilihat

brixnya

menggunakan

hand brix
Ditambahkan 2 gr Kieselgur, Larutan

5.

aduk hingga homogeny


6.

7.

berwarna

sampel Larutan
putih berwarna

sampel
putih

kekuningan
abu-abu
Disaring sampel menggunakan Larutan
sampel Larutan

sampel

kertas saring whatman.

kuning

Dilakukan

uji

berwarna
Icumsa

menggunakan Spektrofotometer

putih berwarna

abu-abu
Larutan

jernih
sampel Larutan

sampel

berwarna

kuning berwarna

kuning

jernih

jernih

4.8.8.3 Pembahasan
Hasil analisis Icumsa didapatkan dari perhitungan berikut.
Absorbansi 100000
Tebal Kuvet Brix Berat Jenis
Nb.
1. Absorbansi didapat dari pembacaan sampel pada alat spektofotometer.
2. 100000 merupakan ketentuan.
3. Tebal kuvet = 1
4. Brix merupakan hasil pembacaan hand brix 2
5. Berat jenis dilihat pada buku bulletin 11.
4.8.9 Analisis Warna
Analisis warna memiliki tujuan untuk mengetahui kekentalan warna pada
sampel Nira Kental Sulfit dan NonSulfit dan Gula Produksi ( GKP ). Adapun
analisis sebagai berikut.
4.8.10.1 Alat dan bahan
Berikut ini alat dan bahan yang digunakan.
No

Alat

Bahan

.
53

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Beaker glass 50 ml
Gelas ukur 50 ml
Pipet volume 10 ml
pH meter
Bola Hisap
Coloromat S
Kuvet

Nira Kental Sulfit


Kieselgur
Aquades
Kertas saring
NaOH

4.8.10.2 Prosedur
Berikut ini prosedur yang dilakukan.
No
1.

Prosedur
Pengamatan
Analisis Warna
Sebelum
Sesudah
Ditimbang Nira kental sulfit Sampel berwarna Sampel berwarna

2.

sampel sebanyak 50gr.


Dilarutkan dengan aquades

kristal putih
kristal putih
Sampel berwarna Larutan sampel

sebanyak 50 mL

kristal putih

3.

Dilihat brix dari setiap sampel Larutan


menggunakan Hand Brix.

4.

berwarna

kekuningan
Larutan sampel

putih berwarna

putih

homogen

putih berwarna

putih

kekuningan
kekuningan
Kieselgur Larutan
sampel Larutan
sampel

Ditambahkan

sebanyak 2 gr, aduk hingga berwarna

6.

sampel

kekuningan
kekuningan
Dicek pH, jika pH kurang dari 7 Larutan
sampel Larutan
sampel
maka ditambahkan NaOH

5.

berwarna

berwarna putih

dan

saring abu-abu

putih berwarna

kuning

jernih

menggunakan kertas saring


Dilakukan
analisis
warna Larutan

sampel Larutan

sampel

menggunakan

kuning berwarna

kuning

bantuan

Coloromat S

alat berwarna
jernih

jernih

4.8.10.3 Pembahasan
Hasil analisis warna dapat dilihat langsung ketika melakukan uji dengan alat
Coloromat S
4.8.10 Analisis Blotong
54

Analisis Blotong memiliki tujuan yaitu untuk mengetahui pol ataupun kadar
gula yang terkandung pada blotong. Adapun analisis sebagai berikut.
4.8.10.1 Alat dan bahan
Berikut ini alat dan bahan yang digunakan.
No
.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Alat

Bahan

Cawan petri
Mortar
Labu takar 100 ml
Gelas ukur 5 ml
Corong
Timbangan digital
Polartronic
Pembuluh pol

Blotong
Lead Acetate
Aquades
Kertas saring

4.8.10.2 Prosedur
Berikut ini prosedur yang dilakukan.
No
1.

Prosedur
Pengamatan
Analisis Blotong
Sebelum
Sesudah
Ditimbang Blotong sebanyak 50 Sampel berwarna Sampel berwarna

2.

gr
Dihaluskan blotong dan

hitam
hitam
Sampel berwarna Larutan sampel

melarutkanya menggunakan

hitam

3.

aquades
Dituang kedalam labu takar

Larutan
berwarna

4.

Ditambahkan 3 ml Lead Acetate

Disaring

larutan

Dilakukan

uji

hitam berwarna

hitam

hitam berwarna

hitam

dan menjadi bubur dan menjadi bubur


sampel Larutan
sampel Larutan
sampel

menggunakan kertas saring


6.

dan menjadi bubur


sampel
Larutan sampel

dan menjadi bubur dan menjadi bubur


Larutan
sampel Larutan
sampel
berwarna

5.

berwarna hitam

berwarna

hitam berwarna

dan menjadi bubur jernih


pol Larutan
sampel Larutan

kuning
sampel
55

menggunanakan alat Polartronic

berwarna
jernih

kuning berwarna

kuning

jernih

4.8.10.3 Pembahasan
Hasil dari analisis ampas berupa pol yang ada pada blotong yang dapat dilihat
pada alat polatronik.

56

BAB V
UTILITAS DAN PENGOLAHAN LIMBAH

5.1 Utilitas
Unit utilitas merupakan faktor terpenting dalam industri. Unit utilitas
yang terdapat di industri meliputi pengadahan air, pengadahan uap, pengadaan
listrik, pengolahan limbah.
5.1.1 Pengadaan Air
Air yang di gunakan yaitu air sumur atau (air bawah tanah) dan air sungai (air
permukaan). Air sungai digunakan untuk kondensor sebagai injeksi, sedangkan air
sumur digunakan untuk proses dan juga pembibitan mikroba pada pengolahan
limbah. Air sungai langsung digunakan karena ada jalur yang langsung ke pabrik
gula. Adapun penggunaan air pada industri sebagai berikut.
1. Air proses
Air proses digunakan untuk memenuhi kebutuhan proses yang memerlukan
air, yaitu proses pembuatan susu kapur, pembuatan larutan flokulan, siraman
pada putaran. Kebutuhan ini dipenuhi dari air sumur. Syarat air proses
bergantung pada jenis proses yang digunakan. Hal yang harus diperhatikan yaitu
pH, kesadahan, dan warna
2. Air pengisi ketel
Ketika awal giling atau tangki 1000 (Boiler) berkurang maka air pengisi
ketel menggunakan air sumur. Air sumur ini diperoleh dari sumur bor yang
dimasukkan ke dalam WTP (water treatment plane) dengan penambahan resin
sebagai penangkap kotoran dalam air. Dan juga penambahan NaOH yang
digunakan untuk meningkatkan pH. Sedangkan jika sudah masuk masa giling
atau tangki 1000 (boiler) sudah lebih dari cukup maka air pengisi ketel
menggunakan air kondensat dari setasiun penguapan (I, II, III, dan IV), stasiun
masakan, dan juice heater bila air kondensat kurang maka menggunakan air
sumur. Dalam pemakaian air sumur, diperlukan beberapa treatment sampai
58

memenuhi syarat sebagai air pengisi ketel. Syarat air pengisi ketel harus memiliki
kesadahan <30 ppm dan pH sekitar 10-11 agar tidak bersifat korosif.
3. Air injeksi
Air injeksi merupakan air pendingin kondensor yang digunakan untuk
menyerap panas dari uap nira dari evaporator dan masakan, setelah menyerap
panas suhu air 40C maka cara menurunkannya menggunakan cooling tower
sehinga suhu air turun sampai 300C kemudian dipompa menuju kondensor.
5.1.2

Pengadaan Tenaga Listrik

Stasiun listrik merupakan salah satu instrumen penting dalam suatu


instalasi seperti pabrik gula. Dikarenakan stasiun listrik merupakan pemasok
listrik bagi seluruh pabrik. Stasiun listrik di Pabrik Gula Pradjekan sendiri
memliki dua sumber listrik, yaitu listrik dari PLN dan listrik dari trubin uap
milik pabrik sendiri. Pasokan listrik dari PLN merupakan subsidi dari
pemerintah dengan tegangan sebesar 1600 KW. Sedangkan turbin uap milik
pabrik menghasilkan tegangan sebesar 2400 KW. Turbin uap tentu saja
digerakkan menggunakan uap panas yang disuplai dari ketel dengan suhu 325
C dan tekanan 17 Kg/Cm3.
Uap akan menggerakan turbin dengan kecepatan 5921 rpm, yang kemudian
turbin akan menggerakan generator dengan putaran sebesar 1500 rpm. Uap yang
digunakan haruslah uap kering, sehingga tidak mengganggu turbin. Selama
musim giling turbin akan terus bekerja tanpa berhenti untuk menjaga pasokan
listrik untuk pabrik dan baru berhenti apabila musim giling telah berakhir untuk
dilakukan perawatan terhadap turbin. Turbin uap disini memasok 75 % pasokan
listrik di pabrik, sedangkan sisanya dipasok oleh PLN. Pabrik Gula Pradjekan
sendiri memiliki sebuah diesel untuk berjagajaga apabila pasokan listrik dari
PLN tibatiba berhenti.
5.2 Stasiun Ketel
Suatu alat yang merubah air menjadi uap pada suhu dan tekanan tertentu. Di
PG Pradjekan sendiri memiliki tiga ketel, yaitu Takuma, Stork, dan Cheng Chen.
Kapasitas total dari ketel adalah 78 ton ampas dengan tekanan 20

Kg

/cm2. Bahan

baku pembakaran pada ketel merupakan ampas yang merupakan hasil sisa dari
59

gilingan. Sedangkan air yang diuapkan berasal dari air kondensat dan air sumur
bor. Sebelum masuk kedalam ketel, air mengalami proses water treatment, seperti
menghilangkan kadar logam dan penambahan NaOH untuk menaikan pH, pH
yang diperbolehkan dalam ketel sebesar 8 10,5. Sementara total padatan terlarut
yang diperbolehkan masing masing maksimal, Stork 800 ppm, Takuma 1.500
ppm, dan Cheng Chen 1.000 ppm.
Air juga mengalami pemanasan menggunakan uap bekas atau UB hingga
suhu 320 C supaya pemanasan lebih cepat didalam ketel. Suhu pada ketel
sendiri minimal sebesar 750 C. Hasil uap dari ketel akan digunakan sebagai
penggerak turbin listrik, turbin penggerak gilingan dan membantu dalam proses
penguapan evaporator dan pemanasan dalam masakan. Sementara pembakaran
pada ketel menghasilkan asap dan abu. Abu sendiri dipisahkan menjadi dua, yaitu
abu gorek atau abu hasil pembakaran yang tertinggal dalam ketel, dan abu halus
yang terbawa oleh asap dan disaring menggunakan air yang disemprotkan atau
water spray dalam cerobong. Abu gorek akan dibersihkan setiap 4 jam sekali
kemudian langsung diangkut oleh truktruk dan dibuang menuju tempat
pembuangan abu. Sedangkan abu halus akan diproses terlebih dahulu kedalam
kolam pengendapan menggunakan dust collector, karena abu halus terbawa oleh
air, setelah selesai penggendapan abu akan diambil kemudian diangkut oleh truk
truk dan dibuang menuju tempat pembuangan abu. Sementara untuk asap hanya
disaring menggunakan water spray yang berada dalam cerobong asap supaya abu
tidak mengganggu pemukiman warga.
5.3 Pengolahan Limbah
Limbah merupakan hasil samping dari suatu proses produksi yang masih bisa
atau tidak bisa dimanfaatkan kembali. Limbah yang dihasilkan dari suatu industri
harus diolah dahulu sedemikian rupa sebelum diolah sehingga baku mutu limbah
yang di hasilkan sesuai dengan standar yang ditetapkan pemerintah dan tidak
membahayakan masyarakat sekitar.
5.3.1 Sumber dan Sifat Limbah
PG merupakan suatu unit produksi dengan hasil utama gula yang juga
menghasilkan hasil samping dan limbah. Limbah yang didapat berupa zat padat,
60

cair dan udara, sebagai sisa dalam proses pengolahan. Komponen-komponen


limbah pada pabrik gula meliputi zat organik dan anorganik. Selain mengandung
sedikit bahan kimia, limbah juga mengandung minyak yang berasal dari tumpahan
minyak, pelumas dan oli, maupun sisa minyak yang lain. Limbah tersebut dapat
menyebabkan pencemaran lingkungan sehingga diperlukan suatu upaya
pengolahan

limbah

agar

tidak

mengganggu

keseimbangan

lingkungan

disekitarnya. Beberapa macam limbah yang dihasilkan sebagai berikut


1. Limbah padat yaitu limbah berasal dari stasiun pemurnian yakni ampas, blotong
sebagai hasil penggilingan bukan gula. Blotong dijiual pada pabrik pupuk untuk
dijadikan pupuk organik, blotong ini juga dapat dibuang di bahan milik pabrik dan
masih bisa dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar (sebagai bahan bakar dan pupuk
organik). Abu ketel limbah padat, abu ini ditangkap oleh dust collector dan
disemprotkan air kemudian dipompa menuju kolam penanganan limbah. Adapun
gambar kolam limbah padat abu ketel dapat dilihat pada lampiran ke
2. Limbah cair ini berasal dari air cucian (skrap), badan penguap, juiceheater, dan air
yang mengandung gula (dari tumpahan pada proses). Limbah cairdari industri
yang sudah diproses biasanya digunakan kembali sebagai air injeksi pengisi ketel
dan dibuang ke sungai melalui pemukiman penduduk dan dipakai untuk pengairan
pertanian. Parameter yang digunakan untuk menentukan kualitas air buangan
pabrik yaitu pH (derajat keasaman dan alkalitas), Suspended Solid (SS) atau zat
terlarut dalam larutan, Chemical OxygenDemand (COD) atau analisis kandungan
oksigen secara kimia, Total Suspended Solid (TSS), minyak dan lemak, sulfida
(sebagai H2S) dan Biologycal Oxygen Demand (BOD) atau analisis kandungan
oksigen secara biologi.
3. Limbah udara berupa sisa reaksi pembakar SO2 atau CO2 yang dibuang keudara
melalui cerobong asap. Sebelum udara dari sisa pembakaran pada stasiun ketel
dibuang, terlebih dahulu disaring menggunakan water spray dan ditampung di
dust collector, diharapkan udara yang dibuang tidak mengandung abu. Abu yang
berasal dari dust collector akan dikumpulkan dan diendapkan pada kolam
pengendapan abu. Setelah selesai pengendapan abu akan dibawa menuju tempat
pembuangan dan airnya akan digunakan kembali untuk water spray pada
cerobong.
4. Limbah Bahan Beracun dan Berbahaya (B3) ialah limbah berbahaya yang cara
61

pengolahan dan penanganannya telah ditunjuk instansi khusus oleh pemerintah


sehingga pabrik tidak melakukan pengolahan limbah B3 secara sendiri. Contohcontoh limbah B3 di industri yaitu berupa oli bekas, aki bekas, kertas saring,
limbah bahan kimia laboratorium, majun, catridge.
5.3.2
Proses Pengolahan Limbah Cair
Limbah cair dari proses pengolahan gula ditampung pada bak penampung
sementara, setelah itu limbah cair akan dipompa ke UPLC pada bak equalisasi,
disini terjadi proses pemisahan antara air dan minyak. Setelah terpisah air akan
menuju kolam aerasi disini ditambahkan mikrobakteri Inola yang sudah dibibit
terlebih dahulu 10 hari sebelum giling, berfungsi untuk mengendapkan kotoran
yang terbawa oleh air limbah. Di Pabrik Gula Pradjekan sendiri memiliki 4 kolam
aerasi. Setelah kolam aerasi, air akan menuju kolam pengendapan untuk
mengendapkan lagi kotoran yang masih terbawa oleh air, endapan akan dipompa
kembali menuju kolam aerasi, sedangkan air akan menuju bak kontrol, atau bak
penampungan sebelum digunakan kembali sebagai air injeksi ketel.
5.3.3

Proses Pengolahan Limbah Padat dan Gas

Limbah padat yang dihasilkan berupa ambas dan blotong. Ampas tebu
merupakan limbah dari stasiun gilingan. Ampas halus digunakan sebagai
campuran nira kotor dari single tray clarifier untuk membantu proses penapisan
nira pada rotary vaccum filter. Ampas kasar digunakan sebagai bahan bakar ketel
uap apabila kebutuhan ketel terpenuhi (termasuk juga untuk memenuhi sebagai
bahan bakar pada masa gilingan berikutnya) maka ampas tebu yang tersisa
disimpan dan digunakan kembali pada masa gilingan selanjutnya.
Asap dan debu dari ketel dilewatkan terlebih dahulu pada dust collector
sebagai penangkap debu, pada dust collector ditambahkan air yang dimasukkan
dengan cara water spray dan dikontakkan langsung dengan gas buang sehingga
partikel solid yang masih terikut dalam gas buang dapat ditangkap oleh air
kemudan turunpada pembuangan bersama air, sedangkan asap yang sudah bersih
dari partikel solid dibuang diudara melalui cerobong asap. Abu ampas yang
dihasilkan daripembakaran ampas pada ketel yang masih tercampur air
dilewatkan pada kolam atau bak pengendap yang bersekat dengan tujuan
partikel solid dapat mengendap sedangkan air jenuhnya disirkulasi kembali dan
62

partikel solid yang telah mengendap akan diskuras setiap hari dan dibawa ke
penampungan abu ketel.
5.3.4

Pengolahan Limbah Padat

Limbah B3 seperti kertas saring, air aki, oli bekas, akan ditampung
sementara di tempat penampungan sementara B3 yang nantinya akan diangkut
oleh pihak ke dua yang sudah memiliki hak pengolahan.

63

BAB VI
PENUTUP

6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan selama Praktik Kerja Industri di PG Pradjekan
maka dapat disimpulkan sebagai berikut.
1. PG Pradjekan adalah pabrik yang memproduksi gula kristal putih dari bahan baku
utama tebu dan bahan pembantu proses berupa kapur, Asam Phospat, belerang,
flokulan.
2. Proses pembuatan gula di PG Pradjekan melalui enam stasiun, sebagai berikut.
Stasiun Gilingan
Stasiun gilingan bertujuan untuk memerah batang tebu untuk mendapatkan
nira sebanyak mungkin. Nira yang dihasilkan dari stasiun gilingan akan diolah
untuk bahan pembuatan gula pada proses selanjutnya, sedangkan ampasnya,
digunakan sebagai bahan bakar untuk membuat uap di Stasiun Ketel.

Sasiun Pemurnian
Stasiun pemurnian bertujuan untuk menghilangkan atau membuang zat-zat

organik dan anorganik bukan gula yang terdapat dalam nira. Sistem pemurnian
yang digunakan adalah defekasi dan sulfitasi. Hasil utama dari stasiun ini adalah
Nira encer, sedangkan hasil sampingnya berupa blotong dan nira tapis.

Stasiun Penguapan
Stasiun penguapan bertujuan untuk mengurangi kadar air yang terkandung

dalam nira encer, sistem yang di gunakan adalah Quintuple effect. Hasil utama
dari stasiun ini adalah nira kental, sedangkan hasil sampingnya berupa air
kondensat yang dapat digunakan untuk air pengisi ketel.

Stasiun Masakan (Kristalisasi)


Stasiun kristalisasi bertujuan untuk membentuk kristal dari nira kental yang

dimasak dalam kondisi vaccum atau hampa udara di pan masak. Sistem memasak

64

yang digunakan adalah ACD. Hasil utama dari stasiun ini adalah kristal gula yang
belum sempurna dan tetes.

Stasiun Putaran
Stasiun putaran bertujuan untuk memisahkan antar kristal gula stroop, tetes

dan klare melalui penyaringan dengan gaya sentrifugal. Hasil utama dari stasiun
ini adalah gula SHS.

Stasiun Penyelesaian
Stasiun ini betujuan untuk mengemas gula SHS 1 ( Superior High Sugar 1 )

dengan berat 50 kg setiap karung. Gula yang telah dikemas kemudian ditampung
di gudang.
3. Proses pengolahan limbah di PG Pradjekan dibedakan berdasarkan jenis
limbahnya. Limbah yang dihasilkan baik berupa limbah padat, cair, gas, dan B3
(bahan beracun dan berbahaya) sebelum dibuang akan diolah sedemikian rupa
sehingga baku mutu limbah yang di hasilkan sesuai dengan standar yang
ditetapkan pemerintah.
6.2 Saran
Berdasarkan hasil pengamatan selama Praktik Kerja Industri di Pabrik Gula
Pradjekan ada beberapa hal yang perlu diperhatikan sebagai saran sebagai berikut.
6.2.1 Saran untuk Pabrik
1. Perlengkapan keselamatan

di

pabrik

sudah

memadai,

namun

dalam

pelaksanaannya perlu ditingkatkan.


2. Perlu adanya kotak P3K yang berisi alat yang mendukung keselamatan kerja
karyawan.
3. Peraturan di pabrik sudah diterapkan, namun perlu dilakukan pengawasan yang
lebih ketat.
4. Kebersihan pabrik ada baiknya lebih ditingkatkan
6.2.2 Saran untuk Sekolah
1. Perlu adanya pembuatan agenda kegiatan kerja dari pihak sekolah, sehingga
mempermudah siswa dalam melaksanakan kegiatan prakerin.
2. Pihak sekolah sebaiknya memberikan pembekalan yang lebih maksimal pada
siswa sebelum Prakerin.
3. Pihak sekolah perlu adanya komunikasi yang lebih intensif dengan pihak pabrik
mengenai penempatan siswa prakerin.
65

6.2.3 Saran untuk Siswa


1. Sebaiknya siswa lebih disipli mengenai waktu dan peraturan yang berlaku.
2. Sebaiknya siswa menggunakan APD yang sesuai dengan prosedur yang berlaku
3.

saat melakukan kegiatan praktik.


Kegiatan siswa dalam melaksanakan Prakerin sebaiknya lebih terjadwal agar
siswa mampu memanfaatkan waktu Prakerin yang singkat.

66

67

Anda mungkin juga menyukai