Anda di halaman 1dari 22

PROPOSAL PRA RENCANA PABRIK

ASAM SULFATDARI SULFUR DENGAN PROSES


KONTAK KAPASITAS PRODUKSI 60.000 TON/TAHUN

Diajukan Untuk Mendapatkan Dosen Pembimbing

SKRIPSI

Disusun Oleh :
SINDI SINTIANA 17.14.025
RIZKY FAJAR SODIQ 17.14.030

PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL MALANG
2020
LEMBAR PERSETUJUAN

PROPOSAL PRA RENCANA


ASAM SULFATDARI SULFUR DENGAN PROSES
KONTAK KAPASITAS PRODUKSI 60.000 TON/TAHUN

Diajukan Untuk Mendapatkan Dosen Pembimbing

Disusun Oleh :
SINDI SINTIANA 17.14.025
RIZKY FAJAR SODIQ 17.14.030

Malang, 22 November 2020

Menyetujui, Mengetahui,
Ketua Program Studi Teknik Kimia Koordinator

M. Istnaeny Hudha S.T., M.T. Ir. Harimbi Setyawati M.T.


NIP P 1030400400 NIP 196303071992032002
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Asam Sulfat (H2SO4) adalah cairan tak berwarna yang memiliki berat jenis 1,8357
dan titik didih 274 oC. Asam Sulfatsejauh ini merupakan komoditas kimia dengan
produksi dengan volume terbesar. Dengan konsentrasi penjualan yang berbeda termasuk
78 wt% (60 °Bi), 93 wt% (66 °Bi), 96 wt%, 98–99 wt%, 100%, dan berbagai oleum,
yaitu, Asam Sulfatberasap (8014-95-7), H2SO4 + SO.
Asam Sulfat banyak digunakan pada proses produksi bahan kimia dasar seperti
baja, bahan pembantu proses pembuatan chip elektronik, industri pupuk, industri
tembaga, industri serat.
Pengembangan dan pembangunan di sektor industri merupakan salah satu upaya
memperbaiki sistem perekonomian dunia. Upaya pembangunan struktur ekonomi yang
kuat ditujukan pada industri maju dan disertai dengan sektor pertanian yang mendukung.
Sedangkan Indonesia sendiri hingga kini masih sangat bergantung pada negara lain
terutama pada kategori impor, baik impor bahan baku, produk kimia maupun produk
lainnya daripada memproduksi sendiri untuk memenuhi kebutuhan di dalam negeri
bahkan untuk ekspor.
Berdasarkan berbagai kegunaan dapat dikatakan Asam Sulfat merupakan senyawa
yang penting untuk Indonesia mengingat kebutuhan Asam Sulfatmasih impor dari luar
negeri. Maka pendirian pabrik Asam Sulfat di Indonesia perlu dilakukan karena
menyesuaikan dengan kebutuhan yang meningkat dan banyaknya tenaga kerja yang
tersedia.
Dari banyaknya kebutuhan impor tersebut tentunya berdampak pada pengeluaran
dari dalam negeri. Oleh karena itu perlu dilakukan upaya untuk memenuhi kebutuhan di
dalam negeri serta mengurangi kebutuhan produk dari luar negeri (impor). Salah satu
produk tersebut yaitu Asam Sulfat. [6]
1.2. Sejarah Perkembangan Industri
Asam Sulfat sejak awal hingga pertengahan 1700-an tekah menjadi barang
perdagangan yang penting yang digunakan sejak abad pertengahan. Pada abad 1800-an
hampir seluruh proses diproduksi melalui proses bilik, dimana oksida nitrogen sebagai
senyawa nitrosil dan katalis homogen untuk oksidasi sulfur dioksida. Konsentrasi yang
dihasilkan dari proses ini agak rendah (60 oBaume atau 77-78 wt%). Oleh karena itu,
proses bilik dianggap kurang maksimal untuk produksi Asam Sulfatprimer. Namun,
beberapa pabrik di Eropa telah memodifikasi proses untuk menghasilkan Asam Sulfat
dari gas metalurgi
Selama paruh pertama abad 20-an, proses bilik secara bertahap beralih ke proses
kontak. Pengaruh utama untuk pengembangan proses kontak berasal dari kebutuhan akan
asam berkekuatan tinggi dan oleum untuk membuat pewarna sintetis dan bahan kimia
organik. Proses kontak yang menggunakan katalis platina mulai digunakan dalam skala
besar di akhir abad ke-19. Laju perkembanganya dipercepat selama Perang Dunia 1 untuk
menyediakan campuran terkonsentrasi Asam Sulfat dan nitrat untuk produksi bahan
peledak.
Pada tahun 1875, sebuah makalah oleh Winkler merilis untuk pertama kali proses
kontak dipatenlan pada thun 1831. Winkler mengklaim bahwa konversi yang berhasil So,
menjadi SO, hanya dapat dicapai dengan stoikiometri rasio murni dari So dan O.
Sementara itu, perusahaan Jerman melakukan penelitian pada tahun 1901 di hadapan
German Chemical Society mengungkapkan beberapa investigasi tentang pengabaian teori
Winkler dan prinsip-prinsip yang dijelaskan lebih lanjut yang diperlukan untuk penerapan
proses kontak yang berhasil.
Pada tahun 1915, katalis vanadium dinilai efektif untuk pengembangan proses
kontak dan digunakan oleh Badische di Jerman. Jenis katalis ini digunakan di Amerika
Serikat pada tahun 1926 dan secara bertahap menggantikan katalis platina selama
beberapa dekade berikutnya. Keunggulan dari katalis vanadium ini adalah ketahan
superior terhadap keracunan dan relatif murah dibandingkan dengan platinum. Setelah
Perang Dunia II, ukuran tanaman kontak individu meningkat secara dramatis di Amerka
Serikat dan seluruh dunia untuk memenuhi permintaan yang meningkat pesat dari industri
pupuk fosfat. Pabrik pembakaran belerang terbesar pada pertengahan 1990-an
menghasilkan sekitar 3300 metrik ton asam per hari. Tumbuhan yang menggunakan
belerang untuk proses, dengan melakukan proses metalurgi ukuranya juga bertambah.
Satu pebarik metalurgi telah menghasilkan 3500 metrik ton asam per hari. [6]
1.3. Kegunaan Produk
Asam Sulfat memiliki berbagai macam aplikasi dalam penggunaanya :
- Produksi bahan kimia dasar, seperti baja, tembaga, pupuk, serat dan bensin
- Bahan pembantu proses pembuatan chip elektronik, baterai dan obat-obat an
- Sebagai zat dehidrasi dan zat pengoksidasi yang baik dalam keadaan berfungsi
- Asam adalah asam kuat dapat bereaksi dengan mudah dengan berbgai senyawa
organik pada konsentrasi tertentu. [6]
1.4. Sifat Fisika, Kimia Termodinamika Bahan Baku dan Produk
1.4.1. Bahan Baku
A. Belerang (Sulfur)
Sifat Fisika
- Rumus molekul :S
- Massa molekul : 32.06 g/mol
- Warna : kuning
- Bau : berbau
- Bentuk : liquid
- Spesifik gravity : 1.96
- Density : 2.07 g/cm³
- Titik beku : 120 oC
- Titik didih : 340 oC
Sifat Kimia
Proses kontak bahan baku yang digunakan, udara dan air
S (s) + O2 (g) SO2 (g)
2SO2 (g) + O2 (g) 2SO3 (g)
SO3 (g) + H2O (l) H2SO4 (aq)
H = -90 kJ
B. SO2 (Sulfur Dioksida)
Sifat Fisika
- Rumus molekul : SO2
- Massa molekul : 64 g/mol
- Warna : tidak berwarna
- Bau : tidak berbau
- Bentuk : gas
- Density : 1.39 g/cm³
- Titik beku : -75.5 °C
- Titik didih : -10 °C
- Tekanan uap : 330 kPa
Sifat Kimia
Proses kontak bahan baku yang digunakan sulfur dan oksigen
S (s) + O2 (g) SO2 (g)
fHo = -296.81 kJ mol−1
C. SO3 (Sulfur Trioksida)
Sifat Fisika
- Rumus molekul : SO3
- Massa molekul : 126.04 g/mol
- Warna : tidak berwarna
- Bau : tidak berbau
- Bentuk : padat
- Spesifik gravity : 2,63 g/cm3
- pH : 2.5
- Titik beku : 18 oC
- Titik didih : 101 oC
Sifat Kimia
Proses kontak bahan baku yang digunakan sulfur dan ozon
S (s) + O3 (g) SO3 (g)
1.4.2. Produk Utama
A. H2SO4 (Asam Sulfat)
Sifat Fisika
- Rumus molekul : H2SO4
- Massa molekul : 98.08 g/mol
- Warna : tidak berwarna
- Bau : berbau
- Bentuk : cair
- Spesifik gravity : 1,19
- Density : 1840 gr/cm3
- pH : <1
- Titik beku : 10 oC
- Titik didih : 288 oC
Sifat Kimia
Asam sulfat diproduksi dari belerang, oksigen, dan air melalui proses kontak.
SO3 (g) + H2O (l) H2SO4 (aq)
pKa = 1,98 pada 25 °C
1.5. Analisa Pasar
1.5.1. Analisa Ekonomi
Pemasaran produk Asam Sulfat untuk memenuhi kebutuhan industri dalam negeri
tersebar di seluruh Indonesia. Jika kebutuhan dalam negeri sudah terpenuhi maka dapat
dipasarkan ke luar negeri (ekspor). Maka untuk mengetahui analisa pasar perlu
mengetahui potensi produk terhadap pasar.
Pada pembuatan Asam Sulfat dengan proses kontak reaksi yang terjadi yaitu:

Reaksi 1 : S + O2 → SO2
Reaksi 2 : SO2 + ½ O2 ↔ SO3
Reaksi 3 : SO3 + H2O → H2SO4
Total Reaksi : S + 1 ½ O2+ H2O →H2SO4
Tabel 1.1. Daftar Harga Bahan dan Produk. [5]
No. Senyawa BM (mol) Harga ($/kg)
1. S 32,06 0,5
2. O2 64,06 0,3
3. H2O 31.99 1,2
4. H2SO4 92,08 0,2
Tabel 1.2. Analisa Kebutuhan Dan Hasil Reaksi Pada Asam Sulfat
Reaksi Komponen
S O SO2 SO3 H2O H2SO4
1 -1 -1 +1 - - -
2 -1 -0,5 -1 +1 - -
3. - - - -1 -1 +1
Total -1 -1,5 0 0 -1 +1

Economic Potential = {((+1 x 92,08x U$ 0,2))} + {(-1 x 32,06 x U$ 0,5))}


= U$ 2,386/ kmol H2SO4
Kurs dollar per tanggal 22 November 2020, Bank Indonesia = Rp. 14.182,60,-
Berdasarkan hasil perhitungan diatas didapatkan kesimpulan bahwa pabrik Asam Sulfa
tuntung dan dapat didirikan pada tahun 2025.
1.5.2. Menentukan Kapasitas Produksi
Kapasitas produksi perlu direncanakan untuk mendirikan suatu pabrik. Jumlah ini
dapat mengatasi permintaan kebutuhan Asam Sulfatdi dalam negeri dan juga kebutuhan
dunia. Perkiraan kapasitas produksi dapat ditentukan menurut nilai konsumsi setiap tahun
dengan melihat perkembangan industri dalam kurun waktu berikutnya.
Direncanakan pabrik akan berdiri pada tahun 2025. Pada produksi ini, data yang
digunakan adalah data impor dari tahun 2015-2019, sehingga perkiraan penggunaan
Asam Sulfatpada tahun 2025 dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
M= P ( 1+ i)n
Dimana:
M = jumlah impor pada tahun 2025 (ton/tahun)
P = jumlah impor pada tahun 2019 (ton/tahun)
I = rata-rata kenaikan impor tiap tahun (%)
n = jangka waktu pabrik berdiri (2019-2025) = 6 tahun
Tabel 1.3. Data Impor Asam Sulfat di Indonesia. [1]
No. Tahun Jumlah (kg) Jumlah (ton) Pertumbuhan
1. 2014 34734336,00 34.734,3360 -
2. 2015 25546273,00 25.546,2730 -26,452%
3. 2016 24025371,00 24.025,3710 -5,954%
4. 2017 34275269,70 34.275,2697 42,663%
5. 2018 36441658,70 36.441,6587 6,321%
6. 2019 34836484,50 34.836,4845 -4,405%
Rata-rata 2,435%
Dari data kebutuhan Asam Sulfat di Indonesia, maka dapat diperkirakan
kapasitas impor Asam Sulfatpada tahun 2025 adalah
M = P ( 1+ i)n
= 34.836,4845 (1+ 2,435)6
= 30047,68346 ton/tahun
Pada umumnya kegiatan ekspor dapat memperlancar kinerja dari suatu pabrik,
dimana pada umumnya asumsi ekspor pendirian pabrik sekitar 40-60 %. Oleh karena itu
pendirian pabrik ini dapat diambil asumsi ekspor sebesar 50% dari kapasitas pabrik baru
untuk menaikkan devisa negara, sehingga kebutuhan impor dapat diminimalisir , maka
Mekspor = 0,50 M
Dari hasil diatas dapat dihitung kapasitas pabrik Asam Sulfat pada tahun 2025
yang ditentukan berdasarkan persamaan sebagai berikut:
Sehingga kapasitas pabrik baru,
Kapasitas pabrik baru (M) = Mekspor + Mimpor
M = 0,50M + 30047,68346 0,50 M= 30047,68346
M = 60095,36692 ton/ tahun
M = 60.000 ton/ tahun
Dengan pertimbangan ketersediaan bahan baku dan permintaan ekspor yang
besar, maka dapat diambil untuk kapasitas produksi pada tahun 2025 adalah sebesar
60.000 ton/tahun.
1.6. Lokasi Pabrik
Lokasi pabrik sangat menentukan kemajuan dan kelangsungan industri pada masa
sekarang dan yang akan datang karena mempengaruhi faktor produksi dan sidtribusi
dalam pabrik tersebut. Perhitungan biaya produksi dan distribusi yang minimal adalah
hal terpenting dalam pemilihan lokasi pabrik serta pertimbangan sosial dam budaya
masyarakat sekitar pabrik.
Beberapa faktor yang dianggap penting dalam penentuan lokasi :
1. Faktor utama :
A. Penyediaan bahan baku
Hal-hal yang perlu diperhatikan mengenai bahan baku adalah :
- Letak sumber bahan baku
- Kapasitas sumber bahan baku
- Kualitas bahan baku yang ada
- Cara mendapatkan bahan baku dan pengangkutannya
B. Pemasaran
Hal-hal yang perlu diperhatikan mengenai daerah pemasaran adalah :
- Dimana hasil produksi akan dipasarkan
- Kemampuan daya serap pasar dan prospek pasar dimasa yang akan datang
- Pengaruh persaingan yang ada
- Jarak daerah pemasaran dan cara mencapai daerah tersebut
C. Tenaga listrik dan bahan bakar Hal-hal yang perlu diperhatikan :
- Ada atau serta jumlah tenaga listrik
- Kemungkinan pengadaan listrik dan bahan bakar
- Harga listrik dan bahan bakar
- Kemungkinan pengadaan listrik dari PLN ( Pusat Listrik Negara )
- Sumber bahan bakar
D. Persediaan air
Air dapat diperoleh dari beberapa sumber, yaitu :
- Dari air sungai / sumber air
- Dari air kawasan industri
- Dari perusahaan air minum (PDAM)
Jika kebutuhan air cukup besar, pengambilan air sumber / air sungai
lebih ekonomis.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan sumber air :
- Kemampuan sumber air untuk memenuhi kebutuhan pabrik
- Kualitas air yang tersedia
- Pengaruh musim terhadap kemampuan penyediaan air
E. Iklim
Hal-hal yang perlu diperhatikan :
- Keadaan alam yang mempengaruhi tinggi rendahnya investasi untuk
konstruksinya
- Humidity dan temperatur udara
- Adanya badai, topan, dan gempa bumi
2. Faktor khusus:
A. Transportasi
Yang harus diperhatikan dalam hal ini adalah pengangkutan bahan baku,
bahan bakar, dan produk yang dihasilkan, berkaitan dengan fasilitas-
fasilitas yang ada, yaitu :
- Jalan raya
- Sungai dan laut yang dapat dilalui oleh kapal pengangkut
- Pelabuhan yang ada
B. Tenaga kerja
Hal-hal yang perlu diperhatikan :
- Mudah/sukarnya mendapatkan tenaga kerja disekitar pabrik
- Tingkat penghasilan tenaga kerja didaerah itu
- Perburuhan dan serikat buruh
C. Peraturan dan perundang-undangan Hal-hal yang perlu ditinjau :
- Ketentuan-ketentuan mengenai daerah industri
- Ketentuan mengenai jalan umum yang ada
- Ketentuan mengenai jalan umum bagi industri yang ada didaerah tersebut
D. Karakteristik lokasi
Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah:
- Susunan tanah, daya dukung terhadap pondasi bangunan pabrik, kondisi pabrik,
- Kondisi jalan, serta pengaruh air
- Penyediaan dan fasilitas tanah untuk perluasan atau unit baru
- Harga tanah
E. Faktor lingkungan
Hal-hal yang perlu diperhatikan :
- Adat istiadat / kebudayaan didaerah sekitar lokasi pabrik
- Fasilitas perumahan, sekolah, poliklinik, dan tempat ibadah
- Fasilitas tempat hiburan dan biayanya.
F. Pembuangan limbah
Hal ini berkaitan dengan usaha pencegahan terhadap pencemaran lingkungan yang
disebabkan oleh unit buangan pabrik berupa gas, cair, maupun padat, dengan
memperhatikan peraturan pemerintah.
Berdasarkan hasil dari pertimbangan yang telah dilakukan, maka pabrik asam oksalat
ini akan didirikan di desa Anggadita, Klari, Karawang, Jawa Barat. Alasan atau dasar
pemilihan lokasi tersebut adalah
1. Penyediaan Bahan Baku
Bahan baku utama yang digunakan dalam pembuatan Asam Sulfatadalah
H2SO4 dapat diperoleh dengan mengadakan perjanjian dengan PT. Timur Raya
Tunggal yang terletak di Klari, Karawang, Jawa Barat.
2. Transportasi
Sarana transportasi merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi
kelancaran operasi suatu pabrik. Proses perolehan bahan baku dan pendistribusian
produk dapat dilakukan dalam berbagai media, tetapi kemudahan dalam hal
transportasi tetap perlu untuk diperhatikan, terutama dengan jenis transportasi yang
akan digunakan serta jarak antara pabrik yang didirikan dengan sumber bahan baku.
Berdasarkan kebutuhan bahan baku yang masih berada pada satu pulau, maka mode
transportasi yang digunakan adalah transportasi darat dengan melalui jalan tol yang
tersedia.
3. Kebutuhan Air
Air yang digunakan diperoleh dari sumber air yang terdapat di daerah pabrik
untuk selanjutnya digunakan dalam keperluan proses dan kebutuhan lainnya
(kantor, laboratorium, kantin dan tempat ibadah serta poliklinik).
Air kawasan dipilih untuk memenuhi kebutuhan air di pabrik dengan terlebih
dahulu mengalami pengolahan. Selain itu pemilihan air kawasan untuk memenuhi
kebutuhan air di pabrik juga disebabkan karena kebutuhan air tidak terlalu besar,
baik sebagai air proses, air pendingin, maupun sebagai air sanitasi.
4. Kebutuhan Tenaga Listrik dan Bahan Bakar
Perusahaan yang akan didirikan di desa Anggadita, Klari ini dapat
memperoleh suply energi dari PLN Klari yaitu PT PLN GI Maligi.
5. Tenaga Kerja
Pendirian pabrik Asam Sulfat yang direncanakan akan didirikan di desa
Anggadita, Klari, Karawang, Jawa Barat ini sudah melalui berbagai pertimbangan
terutama dalam tersedianya tenaga kerja. Tenaga kerja pabrik asam oksalat ini
terdiri dari berbagai golongan dan juga dari berbagai tempat terutama masyarakat
sekitar.
6. Biaya untuk Tanah
Tanah yang tersedia untuk lokasi pabrik masih cukup luas dan dalam harga
yang terjangkau.

Gambar 1.1 Peta Karawang - Jawa Barat


Gambar 1.2 Lokasi Pabrik Asam Sulfat
BAB II
SELEKSI DAN URAIAN PROSES

2.1. Proses Produksi


Proses pembuatan Asam Sulfat (H2SO4) dari sulfur secara umum terdapat 3 macam
proses, yaitu:
1. Proses kontak
2. Proses kamar timbal
2.3.1. Proses Kontak

97% acid

To atmosphere

98% acid tower


Oleum tower

Preheater Reactor Cooler

Purified sulfur
dioxide and air

Cooler Cooler

Oleum 98% acid


storage storage
storage storage

Oleum Sulfuric acid


98%
Reaksi:
2SO2 + O2 → 2SO3
SO3 + H2O → H2SO4
Konversi 96-98%
Yield (sulfur) 92-96%
Proses:
Pembuatan Asam Sulfat dengan proses kontak ada tiga tahapan proses. Pertama,
membuat sulfur dioksida dengan cara membakar sulfur dengan oksigen. Kedua,
mengkonversi sulfur dioksida menjadi sulfur trioksida didalam reaktor (konverter).
Mereaksikan sulfur dioksida dan udara dengan penambahan katalis vanadium
pentaoksida pada suhu 400-600 C dan tekanan 1 atm. Ketiga mengkonversi sulfur
trioksida menjadi Asam Sulfat didalam absorber. Sulfur trioksida dapat dikonversi
menjadi Asam Sulfat apabila direaksikan dengan air, akan tetapi dapat menghasilkan
kabut Asam Sulfat yang sangat berbahaya. Sehingga sulfur trioksida direaksikan dengan
Asam Sulfat terlebih dahulu untuk membentuk oleum (asam pirosulfat). Proses
selanjutnya mereaksikan oleum yang terbentuk dengan air untuk menjadi Asam Sulfat.
Proses kontak menghasilkan Asam Sulfat yang konsentrasinya 97-98%.
2.3.2. Proses Kamar Timbal
Nitrous vitriol To stack
Water

Nitrogen oxides
Gay-
Glover Lussac
Chamber Chamber Chamber
tower tower

Sulfur dioxide
(from burner)

Cooler

Sulfuric acid Sulfuric acid


(60 Be) (50 Be)
Reaksi:
2NO2 + O2 → 2NO2
NO2 + SO2 + H2O → H2SO4 + NO
Konversi 98-99%
Yield (sulfur) 92-96%
Proses:
Gas sulfur dioksida panas (425-600 C) dari Burner diumpankan kedalam menara
glover untuk dicuci menggunakan nitrous vitriol (72,8% H2SO4) yang yang telah
diencerkan dari 60 Be (77,7% 72,8% H2SO4) yang berasal dari menara Gay-Lussac dan
dicampur dengan katalis natrium oksida. Gas yang dari menara glover dimasukkan
kedalam kamar timbal dengan disemprotkan air. Sebagian besar sulfur dioksida
dioksidasi menjadi sulfur trioksida dan dihidrasi menjadi Asam Sulfat yang mengembun
di dinding kamar timbal. Asam yang keluar dari kamar timbal disebut Chamber Acid (62-
68% H2SO4). Hasilnya Sebagian dikembalikan kedalam menara glover untuk dipekatkan
dan membuangan nitogen oksida. Gas-gas dialirkan kedalam menara Gay-Lussac di mana
gas tersebut dicuci dengan Asam Sulfat pekat dingin dari menara glover, nitrogen oksida
dan sulfur dioksida yang tidak bereaksi larut dalam asam untuk membentuk nitrous vitriol
yang digunakan di menara glover. Gas limbah yang keluar dari menara Gay-Lussac
biasanya dibuang ke atmosfer. Jumlah kamar timbal bervariasi dari 3 sampai 12 yang
ukurannya tergantung pada desainnya. Proses kamar timbal menghasilkan Asam Sulfat
yang konsentrasinya lebih rendah yaitu 50-60 Be (66% - 77,7%) (Keyes, 1975).
2.2. Seleksi Proses
Untuk menentukan proses yang akan digunakan pada pembuatan Asam Sulfat,
hendaknya dibuat perbandingan terlebih dahulu yang disajikan pada table dibawah ini.
Tabel 2.1. Seleksi Proses Pembuatan Asam Sulfat
Proses
No. Parameter
Proses Kontak Proses Kamar Timbal
Bahan Baku

1. - Bahan Utama SO2 SO2


- katalis V2O5 NO2

2. Aspek Teknis
- Suhu 400-600 C 425-600 C
- Tekanan 1 atm 1 atm
- Konversi Reaksi 96-98% 98-99%
- Yield 92-96% 92-96%
- Konsentrasi Produk 97-98% 66% - 77,7%
Aspek Ekonomi
3.
- Biaya Produksi Murah Mahal

Berdasarkan tabel diatas maka dipilih pembuatan Asam Sulfat dengan proses
kontak, karena pertimbangan berikut:
1. Konsentrasi produk yang dihasilkan lebih tinggi yaitu antara 97-98%
2. Biaya produksi yang digunakan murah
2.3. Uraian Proses
Proses pembuatan Asam Sulfat dari sulfur dengan proses kontak terdiri dari empat
tahapan, yaitu:
1. Tahap persiapan bahan baku
2. Tahap reaksi
3. Tahap pemisahan dan pemurnian
4. Tahap penanganan produk
2.3.1. Tahap persiapan bahan baku
Sulfur berupa granul disimpan didalam gudang penyimpanan kemudian diangkut
menggunakan bucket elevator menuju bin untuk ditampung sebelum di lebur. Kemudian
sulfur granul menuju Melter untuk dilebur pada suhu 120 C dengan menggunakan media
pemanas steam. Sulfur cair dipompa menuju Burner dan dialirkan udara kering dari
Drying Tower. Didalam Burner sulfur direaksikan dengan udara menjadi sulfur dioksida
berupa gas, reaksinya sebagai berikut:
S + O2 → SO2

Gas sulfur dioksida menuju kedalam Waste Heat Boiler untuk memanfaatkan panas
produk yang keluar dari Burner menjadi steam. Produk yang keluar dari Waste Heat
Boiler dengan temperatur 425 C melewati Hot Gas Filter untuk dipisahkan dari
impuritisnya.
2.3.2. Tahap reaksi
Pada proses kontak konverter bed terdiri dari 4 bed katalis, 3 bed merupakan
konversi tingkat pertama sedangkan bed 4 konversi tingkat kedua. Didalam konverter bed
terjadi reaksi antara sulfur dioksida dan oksigen menjadi sulfur trioksida dengan bantuan
katalis vanadium pentaoksida (V2O5), reaksinya sebagai berikut:
SO2 + 1/2O2 ⇋ SO3
Gas SO2 yang berasal dari Hot Gas Filter masuk kedalam konverter bed I pada
temperatur 425 C sehingga terjadi konversi reaksi sebesar 74%. Gas yang mengandung
SO2 keluar dari bed I pada temperatur 600 C menuju Heat Exchanger I untuk
didinginkan sampai temperatur 438 C, kemudian menuju konverter bed II dan konversi
naik sebesar 18,4%. Gas yang keluar dari konverter bed II pada temperatur 485.3 C
menuju Heat Exchanger II untuk didinginkan tempereturnya menjadi 432 C, kemudian
gas tersebut masuk kedalam konverter bed III sehingga konversi naik sebesar 4,3%. Gas
yang keluar dari konverter bed III banyak mengandung SO3 dengan temperatur 443 C
masuk ke Heat Exchanger III kemudian masuk ke Econimizer II untuk didinginkan
hingga temperatur 247 C sebelum masuk ke absorber I.
Gas SO3 diserap oleh H2SO4 dalam absorber I, sisa gas keluar pada temperatur 77
C meuju Heat Exchanger III, Heat Exchanger II, Heat Exchanger I untuk menaikkan
temperaturnya menjadi 427 C. kemudian gas masuk kedalam konverter bed IV yang
merupakan konversi tingkat kedua. Pada konverter bed IV terjadi kenaikan konversi
sebesar 1,3%.
Gas yang keluar dari konverter bed IV dengan temperatur 430 C menuju ke
Econimizer II untuk diturunkan temperaturnya menjadi 147 C sebelum masuk kedalam
absorber II.
2.3.3. Tahap pemisahan dan pemurnian
Produk dari tangki pengencer I dipompa menuju tangki pengencer II. Sisa gas dari
absorber I kembali menuju konverter bed IV. Gas yang banyak mengandung SO3 yang
keluar dari konverter bed IV menuju absorber II untuk diserap oleh H2SO4 yang berasal
dari tangki pengencer II. Produk yang dihasilkan absorber II ditampung oleh tangki
penampung II. Produk H2SO4 dari absorber I dan absorber II diencerkan dengan H2O
hingga konsentrasinya menjadi 98%. Sisa gas SO2 dari absorber II dibuang keudara bebas.
Reaksi penyerapan didalam absorber sebagai berikut:
SO3 + H2SO4 ⇋ H2S2O7
H2S2O7 + H2O → 2H2SO4
2.3.4. Tahap penanganan produk
Produk H2SO4 dari tangi pengencer I kemudian masuk kedalam Cooler I untuk
didinginkan temperaturnya menjadi 30 C. Kemudian Asam Sulfatmasuk kedalam tangki
penyimpanan.
DAFTAR PUSTAKA

1. http://alibaba.com (diakses pada tanggal 18 November 2020)


2. http://Eastman.com Material Safety Data Sheet Eeastman Chemical Company (diakses
pada tanggal 20 November 2020)
3. Badan Pusat Statistik. 2019. Data Ekspor-Impor Sulfuric Acid,
http://bps.go.id (diakses tanggal 1 Juli 2020)
4. Faith, Keyes. 1975. Industrial Chemical, 4th edition. New York: John Wiley & Sons,
Inc
5. Kusnarjo. 2010. Desain Pabrik Kimia. Surabaya: Institut Teknologi Sepuluh
Nopember
6. Othmer, Kirk. 1991. Encylopedia of Chemical Technology. 4st ed. New York: A Willey
Interscience Publication, John Wiley and Sons Co
7. Gunawan, Tambah Aris. 2016. Pra Rencana Pabrik Asam Sulfat Dari Sulfur Dengan
Proses Kontak Kapasitas Produksi 100.000 Ton/Tahun, Skripsi, tidak diterbitkan,
Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Nasional Malang

Anda mungkin juga menyukai