Disusun oleh :
Kelompok 2 (Dua) :
1. Ayu Rahmawati (1513023005)
2. Dewi Nawang Wulan (1513023023)
3. Tri Rohmah Muharromah (1513023045)
PENDIDIKAN KIMIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan hidayah-Nya kami
dapat menyelesaikan makalah Kimia Industri tentang “Industri Soda Abu” dengan
tepat waktu.
Dalam kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak,
khususnya kepada dosen pembimbing mata kuliah Kimia Industri, Dr. Noor
Fadiawati, M.Si. yang telah membimbing kami selama mata kuliah Kimia
Industri.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih memiliki banyak kekurangan dan jauh
dari kesempurnaan. Oleh sebab itu, kami sangat mengharapkan saran dan kritik
yang membangun untuk pembelajaran kami kedepannya. Selanjutnya semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.
Penyusun
DAFTAR ISI
COVER .....................................................................................................................i
KATA PENGANTAR ............................................................................................... ii
DAFTAR ISI............................................................................................................ iii
I. PENDAHULUAN ..............................................................................................1
1.1 Latar Belakang ..........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah......................................................................................1
1.3 Tujuan .......................................................................................................2
II. PEMBAHASAN .............................................................................................3
2.1 Pengertian Soda Abu (soda ash).......................................................................3
2.2 Sejarah Pembuatan Soda Abu .........................................................................3
2.3 Proses Pembuatan Soda Abu ...........................................................................6
2.4 Kegunaan Soda Abu ...................................................................................... 12
2.5 Dampak Negatif Proses Pembuatan Soda Abu............................................... 13
III. KESIMPULAN ............................................................................................ 16
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 17
I. PENDAHULUAN
Soda abu merupakan salah satu bahan baku industri kimia yang sangat
penting. Hal tersebut dikarenakan sebagian besar industri kimia menggunakan
soda abu sebagai bahan bakunya, seperti pada industri kaca, petrokimia, pulp
dan kertas, sabun dan detergen, serat dan plastic, pupuk, bahan peledak,
pelarut, dan berbagai bahan kimia lainnya.
1.3 Tujuan
II. PEMBAHASAN
Soda abu (soda ash) atau dikenal juga dengan sebutan soda cuci atau soda
kristal terdiri atas sekitar 99,3% natrium karbonat (Na2CO3). Natrium
karbonat sendiri adalah garam natrium dari asam karbonat yang cukup larut
dalam air. Paling umum ditemukan dalam bentuk kristal dekahidrat yang
mudah effloresces membentuk bubuk putih, monohidrat. Serbuk murni dari
natrium karbonat ini tidak berbau, bersifat higroskopis, memiliki rasa alkalin/
pahit yang kuat, dan cukup larut dalam air.
Adapun sifat fisik dan kimia dari natrium karbonat, sebagai berikut:
dengan sebagai sumber utama. Kemudian abu kayu digantikan oleh barilla
(sebuah tumbuhan laut yang ditemukan di sepanjang pantai mediterania,
terutama di spanyol dan pulau kanari) sebagai sumber pembuatan soda abu.
Abunya mengandung sekitar 25-30% soda abu (natrium karbonat).
Sedangkan industri inggris sangat bergantung pada soda abu yang berasal dari
kelp (rumput laut coklat besar yang dipanen di sepanjang pantai barat
scotlandia dan pulau scottish). Tetapi kualitas soda abu dari abu kayu dan
barilla atau kelp bermacam-macam dan juga harganya sangat fluktuatif, serta
ketersedian pasokan tidak konsisten.
Kemudian setelah kimiawan Swedia Carl Wilhelm Scheele, pada tahun 1772
menemukan bahwa garam atau salt cake dipanaskan dengan litharge
menghasilkan sejumlah kecil soda kaustik, beberapa ahli lain melakukan
modifiksi pendekatan ini untuk menghasilkan soda abu. Misalnya
pencampuran salt cake dengan serbuk besi untuk menghasilkan soda abu.
Sedangkan metode lain mencampurkan garam atau salt cake dengan kapur
mati, namun metode modifikasi ini hanya menghasilkan sedikit soda abu
dengan kualitas yang rendah yang tidak sesuai digunakan dalam skala besar.
Dan pada tahun 1783, Louis XVI memerintahkan french academy of sciences
untuk menawarkan sebuah hadiah sebesar 2400 livres “bagi yang dapat
menemukan metode paling sederhana dan ekonomis untuk mendekomposisi
garam laut dalam skala besar untuk mendapatkan alkali”. Pada tahun 1791
seorang fisikwan prancis Nicolas Leblanc, menemukan skema yang terbukti
sederhana dalam pelaksanaannya. Proses ini di berikan nama sesuai dengan
namanya yaitu Leblance. Kemudian proses ini menjadi dasar bagi
pengembangan perindustrian dunia kimia industri, serta menjadi metode
paling penting dalam memproduksi bahan kimia.
Maraknya industri ini memiliki dampak yang besar pada lingkungan dan
perekonomian di inggris. Pada kenyataannya proses ini tidak ramah
lingkungan, gas asam klorida di hasilkan dari proses pertama yang tidak
dipergunakan dan di lepaskan ke atmosfer menimbulkan kerusakan pada
tanaman, bangunan, barang-barang berbahan logam dan kain.
Akan tetapi, perusahaan soda abu di inggris yang masih menggunakan proses
Leblanc mengalami kesulitan dalam bersaing dengan industry yang
menggunakan metode Solvay. Bahkan keuntungan mereka bergantung pada
pembuatan bubuk pemutih atau soda kaustik daripada soda abu. Dan akhirnya
pabrik soda abu yang menggunakan proses Leblanc di inggris terakhir ditutup
pada awal tahun 1920.
Pada tahun 1870, metode Solvay ini lebih disukai di sebagian besar Negara di
Eropa Barat, tetapi pada tahun 1982 hanya tinggal satu pabrik saja yang
masih beroperasi dengan proses Solvay di Amerika Serikat. Pabrik itu tetap
beroprasi karena biaya produksi yang murah sedang ongkos angkutnya
tinggi. Dan pada tahun yang sama pasaran dalam negeri Amerika Serikat
dikuasi oleh soda “alam” yang berasal dari endapan trona (natrium
seiskuikarbonat alami yang juga terdapat di danau kering di Califonia) di
Wyoming.
6
Dalam industri pembuatan soda abu dikenal 3 jenis prose yaitu; proses
Leblanc, proses Solvay dan proses natural.
a. Proses Leblanc
Metode ini dikembangkan oleh Fisikawan perancis dan kimiawan amatir,
Nicolas Leblanc, yaitu berupa metode untuk membuat natrium karbonat
dari natrium klorida. Adapun langkah-langkah dalam pembuatan soda abu
dengan metode ini sebagai berikut:
Natrium sulfat digiling, dicampur dengan batu gamping dan arang atau
batu bara serbuk dan diletakkan diatas nampan didalam tanur. Reaksi
yang terjadi dapat diringkas dalam dua persamaan :
Hasilnya ialah campuran berpori berwarna hitam kelabu yang disebut abu
hitam yang terutama terdiri atas kalsium sulfida dan natrium karbonat
dengan sebagian kalsium karbonat yang tidak bereaksi dan zat asing
(impurities) lainnya. Sistem penyaringan telah dikembangkan untuk
melindikan (leach out) natrium karbonat yang larut dan meninggalkan
padatan kalsium sulfida sebagai produk samping. Cairan ini kemudian
dibakar dalam tanur untuk menyingkirkan zat asing sulfur dan karbon
7
Proses Leblanc ini dapat digambarkan ke dalam suatu siklus seperti pada
gambar di bawah ini:
8
b. Proses Solvay
Metode ini dikembangkan oleh dua ahli kimia yang berasal dari belgia
yaitu Ernest dan Alfred Solvay, yaitu berupa metode pembuatan soda abu
yang kini dikenal dengan metode Solvay atau sering disebut juga sebagai
metode soda-amonia. Adapun langkah-langkah dalam pembuatan soda
abu dengan metode ini sebagai berikut :
Pemurnian Brine
Larutan air garam (Brine) dipekatkan dengan melalui penguapan hingga
minimal 30%, pengotor seperti kalsium, magnesium, dan besi
dihilangkan melalui pengendapan, misalnya:
Larutan air garam (brine) yang telah disaring dilewatkan melalui menara
amonia, dimana larutan brine akan bertemu dengan amonia, larutan brine
akan menyerap dan membawa sejumlah amonia yang dibutuhkan, dan
membebaskan panas. Kemudian brine amonia dipompakan ke menara
karbonasi. Selain amonia yang disediakan, terdapat juga amonia yang
dihasilkan dari pengolahan kembali hasil samping proses solvay yang
telah berlangsung. Namun untuk menjaga agar suhu di akhir proses ini
rendah yaitu sekitar 25oC, digunakan air dingin yang dialirkan secara
terus-menerus. Reaksi yang terjadi pada menara amonia ini adalah
sebagai berikut:
CO2 juga dihasilkan dari limestone yang dipanaskan, juga hasil lainnya
yaitu kalsium oksida dapat diubah menjadi kalsium hidroksida yang dapat
menghasilkan kalsium klorida dengan ammonium klorida sebagai hasil
samping dari proses solvay.
Reaksi (2) dilaksanakan pada “solvay tower”. Pada menara, ini hasil dari
absorber di atas dialirkan ke solvay tower dari atas dan gas CO2 dialirkan
dari bawah. Kita dapat memperoleh NaHCO3 cukup banyak ialah pada
temperature cukup rendah supaya NaHCO3 banyak mengendap, biasanya
diambil 25oC di atas menara dan 22oC di bawah menara. Tetapi karena
kecepatan absorbsi/reaksi pada temperature rendah adalah kecil maka di
tengah-tengah menara dipakai temepratur cukup tinggi (45oC-55oC).
Dari reaksi :
11
Dari sini terlihat bahwa reaksi berupa kesetimbangan, jadi reaksi yang
sangat diharapkan ialah terjadinya NaHCO3 sebanyak mungkin, dan
NH4HCO3 yang ada tidak menggangu proses selanjutnya misalnya dalam
pencucian atau mengganggu kemurnian soda abu sebagai hasil utama .
Hasil dari carbonating tower yaitu natrium bikarbonat yang berupa pasta
disaring dan kemudian dicuci dari garam kloridanya, lalu dipanaskan
sehingga memberikan natrium karbonat normal atau disebut juga soda ash
dan CO2, dan uap air.
Hasil lainnya yaitu NH4Cl kita reaksikan dengan Ca(OH)2 hasil limestone
yang dibakar ditambah air , dan didapat CaCl2 sebagai hasil samping dari
proses solvay dan NH4OH yang kemudian dipanaskan sehingga menjadi
gas NH3 dan uap H2O yang dipakai sebagai pereaksi kembali pada proses.
Tetapi ada kalanya NH4Cl ditampung sebagai hasil samping dan
digunakan untuk misalnya : pupuk, bahan batrey.
Dari soda ash kita dapat membuat beberapa variasi soda yang mempunyai
rumus molekul sama tapi berbeda karena dalam bentuk kristalnya,
misalnya:
12
Industri Kaca
Sekitar 48% dari soda abu digunakan dalam pembuatan kaca,
termasuk kaca datar dan cermin, botol untuk minuman, botol untuk
makanan, televisi, barang pecah belah, dan alat-alat laboratorium
beling. Soda abu bertindak sebagai agen yang dapat menurunkan suhu
leleh pasir silika dan juga mengurangi konsumsi energi.
Industri Kimia
Sekitar 26% dari soda abu digunakan dalam pengolahan industri
bahan kimia. Soda abu digunakan dalam reaksi kimia untuk
menghasilkan senyawa organik dan anorganik, termasuk natrium
fosfat, natrium silikat, natrium sulfit, natrium bikromat, sodium
sesquikarbonat (garam mandi dan pelembut air), sodium perkarbonat
(agen pemutih dan juga digunakan dalam tata rias), sodium karbonat
murni (industri farmasi, bahan kimia, kosmetik dan industri makanan),
dll.
Industri Baja
13
Dalam proses pembuatan soda abu tidak hanya dihasilkan produk yang
diinginkan saja, tetapi juga dihasilkan produk samping lainnya. Hal ini terjadi
baik dalam proses pembuatan dengan metode Leblanc ataupun Solvay. Produk
samping yang dihasilkan dalam jumlah banyak dan tidak digunakan ini, dapat
memberikan dampak negatif bagi lingkungan.
Adapun dampak negatif dari proses pembuatan soda abu Leblanc yaitu,
dihasilkannya gas asam klorida yang dapat mencemari lingkungan dan juga
proses menghasilkan padatan sukar larut dan berbau. Untuk setiap 8 ton abu
soda dihasikan 5,5 ton asam klorida dan 7 ton limbah kalsium sulfida, selain
itu dihasilkan juga gas karbon dioksida. Pada abad ke-19 hasil samping
berupa hidrogen klorida mula-mula dikeluarkan sebagai gas yang bersifat
asam yang meracuni tumbuhan berkilometer jauhnya disekitar pabrik natrium
karbonat. Kemudian dibangun cerobong puluhan meter tingginya tetapi
menyebarkan HCl lebih jauh.
Dan pada tahun 1868 kimiawan dan industriawan Inggris Henry Deacon
mengembangkan suatu proses untuk mengkonversi hidrogen klorida gas
menjadi klorida dengan bantan katalis tembaga klorida, proses ini dikenal
sebagai proses Deacon. Klorin ini kemudian dijadikan sebagai sumber klorin
untuk pemutih. Adapun proses Deacon ini, seperti pada siklus berikut:
Sedangkan untuk hasil samping berupa kalsium sulfida dibuang ke laut atau
dibiarkan menggunung didaratan, yang jika melapuk menghasilkan gas beracun
H2S dan SO2. Untuk megatasi masalah yang ditimbulkan oleh kalsium sulfida ini
dan hasil samping lain berupa gas CO2 Leblanc melakukan daur ulang terhadap
kedua hasil samping ini dengan langkah berikut:
Pertama memasukkan gas CO2 dan kalsium sulfida kedalam karbonator dengan
ditambahkan air, dengan reaksi yang terjadi dalam karbonator sebagai berikut:
Dimana CaCO3(s) yang dihasilkan akan dimasukkan kembali kedalam tanur abu
hitam dalam proses Leblanc. Kemudian hasil lainnya berupa H2S(g) akan diproses
lebih lanjut dengan memasukkannya kedalam tanur Clauss, dan ditambahkan O2(g)
dengan reaksi yang terjadi sebagai berikut:
1
H2S(g) + 2 O2(g) → H2O(l) + S(s)
Selanjutnya H2O(l) dan S(s) dimasukkan kedalam bilik timbal dengan ditambahkan
O2(g) dengan reaksi yang terjadi sebagai berikut:
15
Selanjutnya asam sulfat hasil reaksi ini kembali dimasuk kedalam tanur bongkah
garam dalam proses Leblanc. Adapun siklus dari proses ini sebagai berikut:
Tidak hanya proses Leblanc, namun juga proses Solvay juga memiliki hasil
samping yang tidak digunakan dan dapat menimbulkan dampak negatif
terhadap lingkungan. Hasil sampingan utama dari proses Solvay adalah
larutan kalsium klorida (CaCl2). Proses ini memiliki sedikit produk
sampingan lainnya juga. Tidak semua dari batu kapur yang dikalsinasi
dikonversi menjadi kapur dan karbon dioksida; residu kalsium karbonat dan
komponen lain dari batu kapur menjadi limbah juga, lalu terdapat juga sedikit
limbah karbonat dari proses pemurnian brine. Pada lokasi pantai, seperti di
Saurashtra, Gujarat, India, larutan CaCl2 dibuang langsung ke laut, rupanya
tidak begitu membahayakan bagi lingkungan. Pada Osborne, Australia
Selatan, terdapat sebuah kolam yang sekarang digunakan untuk pembuangan
dari CaCl2.
16
III. KESIMPULAN
Adapun Kesimpulan yang didapat dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Soda abu (soda ash) terdiri atas sekitar 99,3% natrium karbonat (Na2CO3),
yaitu garam natrium dari asam karbonat yang cukup larut dalam air.
2. Pembuatan soda abu (natrium karbonat) terus berkembang dari waktu ke
waktu. Mulai dari proses Leblanc, Solvay, dan Natural.
3. Pada proses Leblanc, Soda abu dibuat dari natrium klorida yang
direaksikan dengan H2SO4
4. Pada proses Solvay, Soda abu dibuat dari larutan natrium klorida yang
direaksikan dengan ammonia
5. Proses pembuatan soda abu secara natural menggunakan bahan baku
berupa Crude burkeite crystal
Soda abu dapat digunakan sebagai bahan baku pada industri kaca, industri
kimia, industri sabun dan deterjen, industri baja, dan industri metalurgi
non besi
6. Terdapat dampak negatif dalam pembuatan soda abu, diantaranya pada
proses Leblanc menghasilkan gas klorida.
17
DAFTAR PUSTAKA