Anda di halaman 1dari 20

INDUSTRI SODA ABU

(Makalah Kimia Industri)

Disusun oleh :
Kelompok 2 (Dua) :
1. Ayu Rahmawati (1513023005)
2. Dewi Nawang Wulan (1513023023)
3. Tri Rohmah Muharromah (1513023045)

P.S : Pendidikan Kimia (B)


Mata Kuliah : Kimia Industri
DosenPengampu : Dr. Noor Fadiawati, M.Si.

PENDIDIKAN KIMIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan hidayah-Nya kami
dapat menyelesaikan makalah Kimia Industri tentang “Industri Soda Abu” dengan
tepat waktu.

Dalam kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak,
khususnya kepada dosen pembimbing mata kuliah Kimia Industri, Dr. Noor
Fadiawati, M.Si. yang telah membimbing kami selama mata kuliah Kimia
Industri.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih memiliki banyak kekurangan dan jauh
dari kesempurnaan. Oleh sebab itu, kami sangat mengharapkan saran dan kritik
yang membangun untuk pembelajaran kami kedepannya. Selanjutnya semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.

Bandarlampung, 10 Maret 2018

Penyusun
DAFTAR ISI

COVER .....................................................................................................................i
KATA PENGANTAR ............................................................................................... ii
DAFTAR ISI............................................................................................................ iii
I. PENDAHULUAN ..............................................................................................1
1.1 Latar Belakang ..........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah......................................................................................1
1.3 Tujuan .......................................................................................................2
II. PEMBAHASAN .............................................................................................3
2.1 Pengertian Soda Abu (soda ash).......................................................................3
2.2 Sejarah Pembuatan Soda Abu .........................................................................3
2.3 Proses Pembuatan Soda Abu ...........................................................................6
2.4 Kegunaan Soda Abu ...................................................................................... 12
2.5 Dampak Negatif Proses Pembuatan Soda Abu............................................... 13
III. KESIMPULAN ............................................................................................ 16
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 17
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Soda abu merupakan salah satu bahan baku industri kimia yang sangat
penting. Hal tersebut dikarenakan sebagian besar industri kimia menggunakan
soda abu sebagai bahan bakunya, seperti pada industri kaca, petrokimia, pulp
dan kertas, sabun dan detergen, serat dan plastic, pupuk, bahan peledak,
pelarut, dan berbagai bahan kimia lainnya.

Kandungan soda abu di alam jumlahnya terbatas, sedangkan kebutuhan akan


soda abu semakin meningkat, sehingga untuk memenuhi kebutuhan soda abu
selain menggunakan proses alam, dilakukan pula proses sintetik yaitu dengan
menggunakan proses solvay dan proses leblanc. Dalam industri proses
pembuatan soda abu yang masih dipakai sampai sekarang adalah proses
solvay sedangkan proses natural jarang dipakai dan leblanc bahkan tidak
dipakai lagi. Hal ini karena proses Solvay lebih menguntungkan. Proses Solvay
dapat berjalan pada suhu rendah, reaksi berjalan pada fase cair-gas, konversi
yang dihasilkan besar, dan natrium yang dihasilkan lebih berkualitas. Untuk
mengetahui lebih lanjut mengenai industri soda abu baik sejarah, proses
pembuatan, manfaat dan hal-hal lain yang berhubungan dengan industri soda
abu, maka dibuatlah makalah ini.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah pada makalah ini yaitu:


1. Apakah yang dimaksud dengan soda abu ?
2. Bagaimana sejarah perkembangan industri soda abu ?
3. Bagaimana proses pembuatan soda abu ?
4. Apakah manfaat dari soda abu ?
2

5. Bagaimanakah dampak dari industri pembuatan soda abu ?

1.3 Tujuan

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini yaitu untuk :


1. Mengetahui apa itu soda abu
2. Mengetahui sejarah perkembangan industri soda abu
3. Mengetahui proses pembuatan soda abu
4. Mengetahui manfaat dari soda abu
5. Mengetahui dampak dari industri pembuatan soda abu
3

II. PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Soda Abu (soda ash)

Soda abu (soda ash) atau dikenal juga dengan sebutan soda cuci atau soda
kristal terdiri atas sekitar 99,3% natrium karbonat (Na2CO3). Natrium
karbonat sendiri adalah garam natrium dari asam karbonat yang cukup larut
dalam air. Paling umum ditemukan dalam bentuk kristal dekahidrat yang
mudah effloresces membentuk bubuk putih, monohidrat. Serbuk murni dari
natrium karbonat ini tidak berbau, bersifat higroskopis, memiliki rasa alkalin/
pahit yang kuat, dan cukup larut dalam air.

Adapun sifat fisik dan kimia dari natrium karbonat, sebagai berikut:

- Berat Molekul : 105.98 g/mol


- Bentuk : Kristal
- Warna : Putih
- Bau : Tidak berbau
- Titik Lebur
Anhidrat : 8530C (1556 0F)
Monohidrat : 1000C (212 0F)
Dekahidrat : 320C (90 0F)
- Densitas, 200C : 2,533g/ml
- Kapasitas panas, 850C : 26,41cal/g mol0C
- Bersifat Irritant
- Bereaksi dengan Ca(OH)2 membentuk NaOH dan CaCO3

2.2 Sejarah Pembuatan Soda Abu

Pembuatan soda abu (natrium karbonat) terus berkembang dari waktu ke


waktu. Pada awal perkembangannya soda abu dibuat dari material tumbuhan,
4

dengan sebagai sumber utama. Kemudian abu kayu digantikan oleh barilla
(sebuah tumbuhan laut yang ditemukan di sepanjang pantai mediterania,
terutama di spanyol dan pulau kanari) sebagai sumber pembuatan soda abu.
Abunya mengandung sekitar 25-30% soda abu (natrium karbonat).
Sedangkan industri inggris sangat bergantung pada soda abu yang berasal dari
kelp (rumput laut coklat besar yang dipanen di sepanjang pantai barat
scotlandia dan pulau scottish). Tetapi kualitas soda abu dari abu kayu dan
barilla atau kelp bermacam-macam dan juga harganya sangat fluktuatif, serta
ketersedian pasokan tidak konsisten.

Kemudian setelah kimiawan Swedia Carl Wilhelm Scheele, pada tahun 1772
menemukan bahwa garam atau salt cake dipanaskan dengan litharge
menghasilkan sejumlah kecil soda kaustik, beberapa ahli lain melakukan
modifiksi pendekatan ini untuk menghasilkan soda abu. Misalnya
pencampuran salt cake dengan serbuk besi untuk menghasilkan soda abu.
Sedangkan metode lain mencampurkan garam atau salt cake dengan kapur
mati, namun metode modifikasi ini hanya menghasilkan sedikit soda abu
dengan kualitas yang rendah yang tidak sesuai digunakan dalam skala besar.

Dan pada tahun 1783, Louis XVI memerintahkan french academy of sciences
untuk menawarkan sebuah hadiah sebesar 2400 livres “bagi yang dapat
menemukan metode paling sederhana dan ekonomis untuk mendekomposisi
garam laut dalam skala besar untuk mendapatkan alkali”. Pada tahun 1791
seorang fisikwan prancis Nicolas Leblanc, menemukan skema yang terbukti
sederhana dalam pelaksanaannya. Proses ini di berikan nama sesuai dengan
namanya yaitu Leblance. Kemudian proses ini menjadi dasar bagi
pengembangan perindustrian dunia kimia industri, serta menjadi metode
paling penting dalam memproduksi bahan kimia.

Proses Leblanc dioperasikan di perancis dengan hasil produksi 10.000-15.000


ton soda abu/ tahun. Dan industri dengan proses Leblanc yang pertama di
inggris terletak di tepi Sungai Mersey di Liverpool pada tahun 1823, dan
yang kedua di Rollox dekat Glasgow pada tahun 1830. Dan pada pertengahan
abad-18 inggris memproduksi soda abu sebannyak 70.000 ton/tahun.
5

Maraknya industri ini memiliki dampak yang besar pada lingkungan dan
perekonomian di inggris. Pada kenyataannya proses ini tidak ramah
lingkungan, gas asam klorida di hasilkan dari proses pertama yang tidak
dipergunakan dan di lepaskan ke atmosfer menimbulkan kerusakan pada
tanaman, bangunan, barang-barang berbahan logam dan kain.

Meskipun demikian proses Leblanc mengalami masa kejayaannya dalam


industry soda abu pada 1860-1870an, dengan hasil produksi lebih dari
200.000 ton per tahun. Namun pada awal tahun 1860an dua ahli kimia yang
berasal dari belgia yaitu Ernest dan Alfred Solvay mengembangkan metode
amonia-soda untuk pembuatan soda abu yang lebih murah namun lebih rumit,
yang kini dikenal dengan metode Solvay. Namun sebagian perusahaan soda
abu di inggris menolak menggunakan metode ini dan tetap mengunakan
metode Leblanc di industrinya.

Akan tetapi, perusahaan soda abu di inggris yang masih menggunakan proses
Leblanc mengalami kesulitan dalam bersaing dengan industry yang
menggunakan metode Solvay. Bahkan keuntungan mereka bergantung pada
pembuatan bubuk pemutih atau soda kaustik daripada soda abu. Dan akhirnya
pabrik soda abu yang menggunakan proses Leblanc di inggris terakhir ditutup
pada awal tahun 1920.

Pada tahun 1870, metode Solvay ini lebih disukai di sebagian besar Negara di
Eropa Barat, tetapi pada tahun 1982 hanya tinggal satu pabrik saja yang
masih beroperasi dengan proses Solvay di Amerika Serikat. Pabrik itu tetap
beroprasi karena biaya produksi yang murah sedang ongkos angkutnya
tinggi. Dan pada tahun yang sama pasaran dalam negeri Amerika Serikat
dikuasi oleh soda “alam” yang berasal dari endapan trona (natrium
seiskuikarbonat alami yang juga terdapat di danau kering di Califonia) di
Wyoming.
6

2.3 Proses Pembuatan Soda Abu

Dalam industri pembuatan soda abu dikenal 3 jenis prose yaitu; proses
Leblanc, proses Solvay dan proses natural.

a. Proses Leblanc
Metode ini dikembangkan oleh Fisikawan perancis dan kimiawan amatir,
Nicolas Leblanc, yaitu berupa metode untuk membuat natrium karbonat
dari natrium klorida. Adapun langkah-langkah dalam pembuatan soda abu
dengan metode ini sebagai berikut:

Langkah pertama dalam proses Leblanc ialah produksi natrium sulfat


(NaSO4). Proses Leblanc yang digunakan merupakan proses yang standar
pada saat itu dan melibatkan penambahan asam sulfat dan natrium klorida
pada suhu 8000C–900 0C

2NaCl(s) + H2SO4(aq) Na2SO4(aq) + 2HCl(g)

Natrium sulfat digiling, dicampur dengan batu gamping dan arang atau
batu bara serbuk dan diletakkan diatas nampan didalam tanur. Reaksi
yang terjadi dapat diringkas dalam dua persamaan :

Na2SO4(s) + 2C(s) Na2S(s) + 2CO2(g)


Na2S(s) + CaCO3(s) Na2CO3(s) + CaS(s)

Hasilnya ialah campuran berpori berwarna hitam kelabu yang disebut abu
hitam yang terutama terdiri atas kalsium sulfida dan natrium karbonat
dengan sebagian kalsium karbonat yang tidak bereaksi dan zat asing
(impurities) lainnya. Sistem penyaringan telah dikembangkan untuk
melindikan (leach out) natrium karbonat yang larut dan meninggalkan
padatan kalsium sulfida sebagai produk samping. Cairan ini kemudian
dibakar dalam tanur untuk menyingkirkan zat asing sulfur dan karbon
7

sebagai SO2(g) dan CO2(g) dan menyisakan natrium karbonat yang


diinginkan. Jika natrium hidroksida diperlukan, natrium karbonat
dididihkan dengan kapur mati (slaked lime).

Na2CO3(aq) + Ca(OH)2(aq) CaCO3(s) + 2NaOH(aq)

Pengendapan kalsium karbonat yang tak larut meninggalkan larutan


natrium hidroksida yang dpat dipekatkan lebih lanjut atau di uapkan
sampai kering. Penggunaan prose Leblanc cepat meluas, terutama di
Inggris Raya dan meninggalkan akan kebutuhan asam sulfat sebahai
bahan awal. Dengan melihat dengan cermat keseluruhan persamaan
dalam proses ini adalah

2NaCl + H2SO4 + 2C + CaCO3 Na2CO3 + 2CO2 + CaS + 2HCl

Proses Leblanc ini dapat digambarkan ke dalam suatu siklus seperti pada
gambar di bawah ini:
8

b. Proses Solvay
Metode ini dikembangkan oleh dua ahli kimia yang berasal dari belgia
yaitu Ernest dan Alfred Solvay, yaitu berupa metode pembuatan soda abu
yang kini dikenal dengan metode Solvay atau sering disebut juga sebagai
metode soda-amonia. Adapun langkah-langkah dalam pembuatan soda
abu dengan metode ini sebagai berikut :

Pemurnian Brine
Larutan air garam (Brine) dipekatkan dengan melalui penguapan hingga
minimal 30%, pengotor seperti kalsium, magnesium, dan besi
dihilangkan melalui pengendapan, misalnya:

Ca2+(aq) + CO32-(aq) → CaCO3(s)


Mg2+(aq) + 2OH-(aq) → Mg(OH)2(s)
Fe3+(aq) + 3OH-(aq) → Fe(OH)3(s)
9

Larutan air garam (brine) yang telah disaring dilewatkan melalui menara
amonia, dimana larutan brine akan bertemu dengan amonia, larutan brine
akan menyerap dan membawa sejumlah amonia yang dibutuhkan, dan
membebaskan panas. Kemudian brine amonia dipompakan ke menara
karbonasi. Selain amonia yang disediakan, terdapat juga amonia yang
dihasilkan dari pengolahan kembali hasil samping proses solvay yang
telah berlangsung. Namun untuk menjaga agar suhu di akhir proses ini
rendah yaitu sekitar 25oC, digunakan air dingin yang dialirkan secara
terus-menerus. Reaksi yang terjadi pada menara amonia ini adalah
sebagai berikut:

NaCl(aq) + NH3(g) → NaCl(aq) + NH3(aq)

Selanjutnya pada solvay tower terjadi reaksi sebagai berikut:

NH3(g) + H2O(l) → NH4+ OH-(aq) ;∆H=-8400 kal

2NH4OH (aq) + CO2(g) → (NH4)2CO3(aq) + H2O (l);∆H=-22100 kal

(NH4)2 CO3 + CO2 + H2O → 2NH4HCO3

NH4HCO3 + NaCl → NH4Cl + NaHCO3

Natrium bikarbionat yang dihasilkan disaring dan dipanaskan, maka akan


dihasilkan normal karbonat (soda ash), dan juga karbondioksida yang
selanjutnya dapat digunakan sebagai pereaksi kembali.

2NaHCO3(l) → Na2CO3(l) + CO2(g)+ H2O(g) ;∆H=+30.700 kal

CO2 juga dihasilkan dari limestone yang dipanaskan, juga hasil lainnya
yaitu kalsium oksida dapat diubah menjadi kalsium hidroksida yang dapat
menghasilkan kalsium klorida dengan ammonium klorida sebagai hasil
samping dari proses solvay.

CaCO3 (l) CaO(l) + CO2 (g) ; ∆H=+ 43.400 kal

CaO(s) + H2O (l) Ca(OH)2 (l) ;∆H=-15.900 kal


10

Ca(OH)2 (l) + 2NH4Cl (aq) 2NH3 (g) + CaCl(aq) + 2H2O


; ∆H=+10.700 kal

Dari reaksi-reaksi di atas, jelas bahwa penggunaan bahan baku adalah


semaksimal mungkin sehingga dengan reaksi yang berputar ini senyawa
yang sebelumnya belum bereaksi selanjutnya dapat direaksikan.

Jadi reaksi utama dari proses solvay ialah:

NaCl(s) + NH4HCO3 (s) NaHCO3 (s) + NH4Cl (s)

Dan reaksi kesetimbangan lebih berat ke kanan hingga sodium bikarbonat


yang dihasilkan lebih banyak.

Reaksi-reaksi yang terpenting dalam pembuatan soda ash ialah:

NaCl(sol’n) + NH3 (g) NaCl(s) + NH3 (s) (1)

NaCl(s) + NH3(g) NaCl(s) + NH4 HCO3 (s) (2)

NaCl(s) +NH4HCO3 (s) NaHCO3 (s) + NH4HCO3 (s)

Dimana reaksi (1) terjadi dan dilakukan di dalam “ammonia absorption


Tower”, yaitu reaksi perubahan fase gas NH3 menjadi cairan karena
terjadinya penyerapan gas NH3 oleh larutan NaCl, jadi gas NH3 yang
dialirkan biasanya dalam tekanan dan temperature cukup panas, tetapi
sebelum masuk kereaksi (2) temperature harus cukup dingin yaitu sekitar
25oC.

Reaksi (2) dilaksanakan pada “solvay tower”. Pada menara, ini hasil dari
absorber di atas dialirkan ke solvay tower dari atas dan gas CO2 dialirkan
dari bawah. Kita dapat memperoleh NaHCO3 cukup banyak ialah pada
temperature cukup rendah supaya NaHCO3 banyak mengendap, biasanya
diambil 25oC di atas menara dan 22oC di bawah menara. Tetapi karena
kecepatan absorbsi/reaksi pada temperature rendah adalah kecil maka di
tengah-tengah menara dipakai temepratur cukup tinggi (45oC-55oC).

Dari reaksi :
11

NaCl(s) + NH4HCO3(s) NaHCO3(s) + NH4Cl(s)

Dari sini terlihat bahwa reaksi berupa kesetimbangan, jadi reaksi yang
sangat diharapkan ialah terjadinya NaHCO3 sebanyak mungkin, dan
NH4HCO3 yang ada tidak menggangu proses selanjutnya misalnya dalam
pencucian atau mengganggu kemurnian soda abu sebagai hasil utama .

Hasil dari carbonating tower yaitu natrium bikarbonat yang berupa pasta
disaring dan kemudian dicuci dari garam kloridanya, lalu dipanaskan
sehingga memberikan natrium karbonat normal atau disebut juga soda ash
dan CO2, dan uap air.

Hasil lainnya yaitu NH4Cl kita reaksikan dengan Ca(OH)2 hasil limestone
yang dibakar ditambah air , dan didapat CaCl2 sebagai hasil samping dari
proses solvay dan NH4OH yang kemudian dipanaskan sehingga menjadi
gas NH3 dan uap H2O yang dipakai sebagai pereaksi kembali pada proses.
Tetapi ada kalanya NH4Cl ditampung sebagai hasil samping dan
digunakan untuk misalnya : pupuk, bahan batrey.

Proses pemisahan NaHCO3 dari NH4Cl adalah cukup penting karena


NH4Cl ini dapat meng’salting out’ pottasium bicarbonat, yang terjadi
karena tidak murninya garam yang dipakai, dan dengan adanya kalium
bikarbonat ini mengganggu pemurnian natrium bikarbonat. Jadi untuk
mencegah hal di atas sebaiknya dipakai garam NaCl yang cukup murni.

Untuk menganalisa kemurnian soda ash, dipakai dengan menyerapkannya


terhadap gas CO2 dan air sehingga membentuk kembali natrium
bikarbonat (reaksi Na-bikarbonat menjadi Na-karbonat adalah reaksi
kesetimbangan), maka kita dapat menggunakan NaOH yang juga
menyerap CO2 dan selanjutanya dianalisa dengan menitrasi suatu asam (
misalnya HCl).

Dari soda ash kita dapat membuat beberapa variasi soda yang mempunyai
rumus molekul sama tapi berbeda karena dalam bentuk kristalnya,
misalnya:
12

- Washing soda, ialah Na2CO3.10H2O, dibuat dengan cara pelarutan soda


ash kedalam air kemudian dikristalisasi
- Monohidrat, ialah Na2CO3.H2O, dibuat dengan cara di atas tapi dalam
keadaan panas, senyawa berupa tepung putih.

2.4 Kegunaan Soda Abu

Berbagai kegunaan dari soda abu adalah sebagai berikut:

 Industri Kaca
Sekitar 48% dari soda abu digunakan dalam pembuatan kaca,
termasuk kaca datar dan cermin, botol untuk minuman, botol untuk
makanan, televisi, barang pecah belah, dan alat-alat laboratorium
beling. Soda abu bertindak sebagai agen yang dapat menurunkan suhu
leleh pasir silika dan juga mengurangi konsumsi energi.

 Industri Kimia
Sekitar 26% dari soda abu digunakan dalam pengolahan industri
bahan kimia. Soda abu digunakan dalam reaksi kimia untuk
menghasilkan senyawa organik dan anorganik, termasuk natrium
fosfat, natrium silikat, natrium sulfit, natrium bikromat, sodium
sesquikarbonat (garam mandi dan pelembut air), sodium perkarbonat
(agen pemutih dan juga digunakan dalam tata rias), sodium karbonat
murni (industri farmasi, bahan kimia, kosmetik dan industri makanan),
dll.

 Sabun dan Deterjen


Soda abu bertindak sebagai pembangun atau pelembut air dalam
formulasi sabun, deterjen dan produk pembersih lainnya. Soda abu
juga bertindak sebagai sumber alkalinitas untuk mengatur pH.

 Industri Baja
13

Soda abu digunakan dalam industri baja sebagai fluks, desulfurizer,


dephosphorizer dan denitrider.

 Industri Metalurgi Non Besi


Soda abu digunakan dalam perawatan bijih uranium, kalsinasi bijih
krom, daur ulang timah dari limbah baterai, daur ulang aluminium dan
seng.

2.5 Dampak Negatif Proses Pembuatan Soda Abu

Dalam proses pembuatan soda abu tidak hanya dihasilkan produk yang
diinginkan saja, tetapi juga dihasilkan produk samping lainnya. Hal ini terjadi
baik dalam proses pembuatan dengan metode Leblanc ataupun Solvay. Produk
samping yang dihasilkan dalam jumlah banyak dan tidak digunakan ini, dapat
memberikan dampak negatif bagi lingkungan.

Adapun dampak negatif dari proses pembuatan soda abu Leblanc yaitu,
dihasilkannya gas asam klorida yang dapat mencemari lingkungan dan juga
proses menghasilkan padatan sukar larut dan berbau. Untuk setiap 8 ton abu
soda dihasikan 5,5 ton asam klorida dan 7 ton limbah kalsium sulfida, selain
itu dihasilkan juga gas karbon dioksida. Pada abad ke-19 hasil samping
berupa hidrogen klorida mula-mula dikeluarkan sebagai gas yang bersifat
asam yang meracuni tumbuhan berkilometer jauhnya disekitar pabrik natrium
karbonat. Kemudian dibangun cerobong puluhan meter tingginya tetapi
menyebarkan HCl lebih jauh.

Pemecahan masalah berikutnya adalah dengan melewatkan gas hidrogen


klorida dalam menara yang airnya diteteskan ke dalam kokas yang dikemas.
Hidrogen klorida larut dan menciptakan larutan encer asam klorida yang
mengalir ke sungai dan anak sungai, mengalihkan pencemaran udara menjadi
pencemaran air. Pada tahun 1863, peraturan alkali ( alkali act) melarang
pencemaran seperti ini di Inggris Raya. Meskipun beberapa pabrik menuduh
aturan ini sebagai campur tangan berlebihan pemerintah dalam bisnis swasta,
hal ini merangsang upaya pemanfaatan asam klorida.
14

Dan pada tahun 1868 kimiawan dan industriawan Inggris Henry Deacon
mengembangkan suatu proses untuk mengkonversi hidrogen klorida gas
menjadi klorida dengan bantan katalis tembaga klorida, proses ini dikenal
sebagai proses Deacon. Klorin ini kemudian dijadikan sebagai sumber klorin
untuk pemutih. Adapun proses Deacon ini, seperti pada siklus berikut:

Sedangkan untuk hasil samping berupa kalsium sulfida dibuang ke laut atau
dibiarkan menggunung didaratan, yang jika melapuk menghasilkan gas beracun
H2S dan SO2. Untuk megatasi masalah yang ditimbulkan oleh kalsium sulfida ini
dan hasil samping lain berupa gas CO2 Leblanc melakukan daur ulang terhadap
kedua hasil samping ini dengan langkah berikut:

Pertama memasukkan gas CO2 dan kalsium sulfida kedalam karbonator dengan
ditambahkan air, dengan reaksi yang terjadi dalam karbonator sebagai berikut:

CaS(s) + H2O(l) + CO2(g) → CaCO3(s) + H2S(g)

Dimana CaCO3(s) yang dihasilkan akan dimasukkan kembali kedalam tanur abu
hitam dalam proses Leblanc. Kemudian hasil lainnya berupa H2S(g) akan diproses
lebih lanjut dengan memasukkannya kedalam tanur Clauss, dan ditambahkan O2(g)
dengan reaksi yang terjadi sebagai berikut:

1
H2S(g) + 2 O2(g) → H2O(l) + S(s)

Selanjutnya H2O(l) dan S(s) dimasukkan kedalam bilik timbal dengan ditambahkan
O2(g) dengan reaksi yang terjadi sebagai berikut:
15

H2O(l) + S(s) + O2(g) → H2SO4(aq)

Selanjutnya asam sulfat hasil reaksi ini kembali dimasuk kedalam tanur bongkah
garam dalam proses Leblanc. Adapun siklus dari proses ini sebagai berikut:

Tidak hanya proses Leblanc, namun juga proses Solvay juga memiliki hasil
samping yang tidak digunakan dan dapat menimbulkan dampak negatif
terhadap lingkungan. Hasil sampingan utama dari proses Solvay adalah
larutan kalsium klorida (CaCl2). Proses ini memiliki sedikit produk
sampingan lainnya juga. Tidak semua dari batu kapur yang dikalsinasi
dikonversi menjadi kapur dan karbon dioksida; residu kalsium karbonat dan
komponen lain dari batu kapur menjadi limbah juga, lalu terdapat juga sedikit
limbah karbonat dari proses pemurnian brine. Pada lokasi pantai, seperti di
Saurashtra, Gujarat, India, larutan CaCl2 dibuang langsung ke laut, rupanya
tidak begitu membahayakan bagi lingkungan. Pada Osborne, Australia
Selatan, terdapat sebuah kolam yang sekarang digunakan untuk pembuangan
dari CaCl2.
16

III. KESIMPULAN

Adapun Kesimpulan yang didapat dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Soda abu (soda ash) terdiri atas sekitar 99,3% natrium karbonat (Na2CO3),
yaitu garam natrium dari asam karbonat yang cukup larut dalam air.
2. Pembuatan soda abu (natrium karbonat) terus berkembang dari waktu ke
waktu. Mulai dari proses Leblanc, Solvay, dan Natural.
3. Pada proses Leblanc, Soda abu dibuat dari natrium klorida yang
direaksikan dengan H2SO4
4. Pada proses Solvay, Soda abu dibuat dari larutan natrium klorida yang
direaksikan dengan ammonia
5. Proses pembuatan soda abu secara natural menggunakan bahan baku
berupa Crude burkeite crystal
Soda abu dapat digunakan sebagai bahan baku pada industri kaca, industri
kimia, industri sabun dan deterjen, industri baja, dan industri metalurgi
non besi
6. Terdapat dampak negatif dalam pembuatan soda abu, diantaranya pada
proses Leblanc menghasilkan gas klorida.
17

DAFTAR PUSTAKA

Austin, George T. 1984. Industri Proses Kimia. Jilid 1. Edisi 5. Jakarta :


Erlangga
David, M. Kiefer. 2002. Chemistry Chronicles. vol. 11, No.1. pp 45-
46,49
Harjono,dkk.1985.Industri Kimia I.Bandung:Institusi Teknologi Bandung

Jaime, Wisniak. 2003. Indian Journal Of Chemical Technologi. Vol.10.


pp 99-112

Anda mungkin juga menyukai