Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT atas selesainya modul /
buku teks siswa yang berjudul Azas Teknik Kimia I. Buku ini digunakan
untuk siswa Sekolah Menengah Kejuruan Program Keahlian Kimia Industri
kelas 11 Semester 1. Buku teks Azas Teknik Kimia I merupakan buku teks
yang disusun atas dasar Kurikulum 2013.
Buku ini sangat terbuka dan terus dilakukan perbaikan dan penyempurnaan.
Untuk itu, kami mengundang para pembaca memberikan kritik, saran dan
masukan untuk perbaikan dan penyempurnaan pada edisi berikutnya. Atas
kontribusi tersebut, kami ucapkan terima kasih.
Penulis
1
Daftar Isi
Pendahuluan ...................................................................................... 1
Bab I
Dasar-dasar Perhitungan .................................................................. 4
1.1 Dimensi dan satuan ..................................................................... 4
1.2 Temperatur ................................................................................... 17
1.3 Tekanan ........................................................................................ 20
1.4 Desity dan Spesifik Gravity ......................................................... 35
Bab II
Jenis-jenis Proses Produksi ............................................................... 40
Bab III
Neraca Massa Tanpa Reaksi.............................................................. 54
Bab IV
Sifat Gas dan Stoikiometri................................................................. 64
A. Sifat Gas Ideal ........................................................................ 64
B. Sifat gas Nyata ....................................................................... 78
C. Stoikiometri ............................................................................ 81
Bab V
Neraca massa dengan reaksi kimia ................................................... 92
A. Neraca massa dengan komponen yang tepat bereaksi .......... 92
B. Neraca massa dengan reaktan pembatas dan
reaktan berlebih ..................................................................... 95
C. Neraca massa reaksi dengan komponen yang tidak ikut
Terlibat reaksi ........................................................................ 98
D. Faktor konversi....................................................................... 100
Bab VI
Perubahan Fasa ................................................................................. 107
A. Kesetimbangan Fasa .............................................................. 108
2
B. Aturan Gibbs........................................................................... 108
C. Diagram fasa........................................................................... 111
D. Membaca diagram fasa ........................................................... 112
E. Jenis-jenis diagram fasa ......................................................... 118
Bab VII
Termodinamika .................................................................................. 125
A. Pengertian energy dan jenis-jenis energy .............................. 126
B. Usaha dan proses-proses dalam termodinamika ................... 131
C. Hukum pertama termodinamika ........................................... 141
Bab VII
Neraca energy tanpa reaksi ............................................................... 149
A. Neraca energy pada sistem tertutup...................................... 149
B. Penggunaan steam table untuk perhitungan
Neraca energy ......................................................................... 153
C. Neraca energy pada sistem terbuka....................................... 159
Steam table ................................................................................... 165
Bab VIII
Neraca energy dengan reaksi kimia (termokimia) ............................ 177
A. Hukum kekekalan energy ...................................................... 177
B. Reaksi endotermis dan eksotermis ........................................ 178
C. Jenis entalpi............................................................................ 180
D. Penentuan kalor reaksi .......................................................... 185
3
PENDAHULUAN
Kimia industri merupakan jurusan SMK
yang mempelajari materi-materi teknik kimia.
Teknik kimia merupakan cabang ilmu teknik
yang mempelajari perancangan dan
pengoperasian pada perusahaan-perusahaan
kimia, penyulingan bahan-bahan petrokimia.
Teknik kimia fokus pada proses perubahan
suatu bahan baik perubahan sifat kimia, sifat
fisika, dan energy yang terkandung di dalam bahan tersebut. Tujuan dari
teknik kimia itu sendiri adalah mengubah produk menjadi produk lain yang
memiliki nilai tinggi. Kegiatan yang dilakukan oleh ahli teknik kimia meliputi
4
TDPLK
DKI (Teknik Dasar Pengelolaan Lab Kimia)
(Dasar Kimia
Indutri) AKD
(Analisis Kimia
OTK Dasar)
(Operasi Teknik
Kimia)
AIK
Kimia Industri (Alat Industri
Kimia)
PIK
(Proses Industri
Kimia)
ATK
(Azas Teknik
Kimia)
5
Berikut peta konsep materi-materi yang akan dipelajari di mata pelajaran ATK :
Satuan dan
Dimensi
NERACA MASSA
Massa Jenis
Mol
Persamaan
Dasar-Dasar
Reaksi dan Termodinamika
Perhitungan
Stoikiometri
Konsentrasi
Temperatur
NERACA ENERGI
Tekanan
vi
BAB I
DASAR-DASAR PERHITUNGAN
4
Hanya buah yang sama yang dapat dilakukan operasi matematika. Demikian
dengan neraca massa dan neraca energy. Persamaan dalam neraca massa dan
energy akan dapat diselesaikan apabila memiliki satuan yang sama.
Permasalahannya, setiap Negara terkadang memiliki standart yang berbeda
dalam menerapkan satuan. Maka dari itu diperlukan ketrampilan
mengkonversi satuan untuk memudahkan penyelesaian perhitungan pada
neraca massa dan energy
Apa pengertian dimensi dan satuan?
Dimensi adalah konsep dasar pengukuran atau dengan kata lain apa yang
diukur. Contoh dimensi adalah panjang, massa, waktu. Satuan adalah sesuatu
yang digunakan untuk menyatakan besaran yang diukur. Contoh : panjang
dinyatakan dalam meter, massa dinyatakan dalam gram.
Contoh :
Kayu dengan panjang 2 meter
Apa yang diukur? panjang kayu dimensi atau besarannya adalah panjang
Berapa panjangnya? 2
Apa satuan panjangnya? meter
Apa saja jenis-jenis satuan?
Sistem pengukuran ada 2 jenis yaitu sistem metric dan sistem imperial. Sistem
metric adalah sistem pengukuran decimal yang disetujui secara internasional.
Sistem ini menggunakan dasar dari mètre des Archives dan kilogramme des
Archives yang pertama kali diperkenalkan Republik Prancis tahun 1799.
Sistem Imperial adalah sistem satuan yang pertama kali didefinisikan pada
British weights and Measures Act pada tahun 1824. Sebagian besar Negara di
dunia menggunakan sistem metric untuk menyatakan besarannya. Sistem
imperial digunakan beberapa Negara seperti Amerika, Liberia, dan Myanmar.
Inggris menggunakan sistem metric untuk tujuan resmi, namun sistem
imperial juga masih digunakan dan diperbolehkan oleh hukum. Adapun
besaran dan satuan sistem metric maupun imperial bisa dilihat pada tabel
berikut ini :
5
Sistem pengukuran dan satuan-satuannya
Satuan Dasar Satuan Turunan
Sistem Standart meter (m) kilogram Detik/sekon (s) K, oC joule (J) Newton (N)
Metrik International (kg)
(SI) atau MKS
CGS sentimeter Gram (g) Detik/sekon (s) K, oC kalori (kal) Dyne
(cm)
Sistem FPS foot (ft) Pound Detik/sekon (s) oR, oF ft poundal Poundal
Imperial mass(lbm) (ft.pdl) (pdl)
AES foot (ft) Pound mass Detik/sekon (s) oR, oF BTU (British Pound force
(lbm) Thermal Unit) (lbf)
British Foot (ft) Slug Detik/sekon (s) oR, oF BTU (British Pound force
Engineering Thermal Unit) (lbf)
System
Keterangan
MKS Meter Kilogram Sekon yang selanjutnya diganti menjadi satuan SI
CGS Sentimeter Gram Sekon
FPS Foot Pound Second
AES American Engineering Systemsistem satuan yang
FPS, AES, British Engineering System merupakan turunan dari sistem imperial yang pada waktu itu dinamakan British
Imperial System atau British System. Jadi sistem imperial terkadang disebut juga sistem British
6
Gambar tangga imbuhan pada satuan panjang dan massa
Imbuhan “kilo”, “hekto”, “senti”, “mili”, dan lain sebagainya merupakan imbuhan pada satuan dengan sistem metric yang
menyatakan jumlah dari satuan tersebut. Biasanya imbuhan satuan ini memiliki besar sepuluh pangkat x (10x).
Imbuhan ini diberikan kepada satuan untuk lebih memudahkan menuliskan apabila jumlah dari satuan terse
tersebut terlalu
besar atau terlalu kecil.
Misal : 1000 m = 1 Km
0,000001 gram = 1 µgram
7
Berikut adalah jenis imbuhan (prefix) yang digunakan pada satuan Standar Internasional :
SI prefixes
8
centi c 10 2 0.01 hundredth 1795
Sumber : Wikipedia
Adapun beberapa factor konversi satuan untuk sistem metric dan sistem imperial
9
TABEL KONVERSI
10
11
12
13
14
Contoh konversi satuan :
100 km/jam dikonversikan menjadi ft/detik
Langkah :
1. Carilah factor konversi yang diperlukan
Mengubah km menjadi ft :
Menurut lampiran di atas, factor konversi yang tersedia adalah
1 m = 3,28o8 ft berarti meter kita ubah menjadi km dengan factor konversi 1 km = 1000 m
Mengubah jam menjadi detik :
Yang kita ketahui, 1 menit = 60 detik, dan 1 jam = 60 menit sehingga factor konversi yang
dibutuhkan adalah :
1 m = 3,2808 ft
1 km = 1000 m
1 menit = 60 detik
1 jam = 60 menit
2. Konversi satuan dengan cara mengalikannya dengan factor konversi
Ada 2 cara dalam mngkonversi. Cara pertama kita langsung mengalikan dengan factor
konversi dalam satu operasi. Caranya, satuan yang akan dikonversi dikalikan dengan
factor konversi yang mana posisinya dibuat berlawanan arah dengan satuan yang akan
dikonversi
100 km/jam dikonversi menjadi ft/detik
100 = ..
, . . , . .
100 =
. . . .
100 = 91,1333
Cara kedua, kita bisa mengkonversi dulu satuan-satuan sesuai dengan satuan yang
dibutuhkan.
100 km/jam dikonversi menjadi ft/detik
Pertama kita ubah dulu km menjadi ft
1 km = 1000 m, sedangkan 1m = 3,2808 ft, berarti 1 km = 1000 . 3,2808 = 32808 ft
Kemudian kita ubah jam menjadi detik
1 menit = 60 detik, sedangkan 1 jam = 60 menit, sehingga 1 jam = 60 . 60 = 3600 detik
Langkah terakhir kita lakukan konversi keseluruhan seperti di cara yang pertama
100 = ..
. .
100 = . .
100 = 91,1333
15
Latihan Soal
Kerjakan soal konversi beriku tdengan benar dan teliti!
1 9,5 kg
2 70 BTU
3 750cm3
4 25 Psia
5 700 Kkal
6 7 km/jam
7 30 m3
8 85 g/cc
9 575 cm/s
10 90 N/m2
16
1.2 Temperatur
Apakah pengertian temperatur?
Temperatur atau suhu adalah ukuran panas dinginnya suatu
keadaan atau suatu benda. Temperatur juga bisa dikatakan suatu
ukuran energy kinetic rata-rata dari sebuah benda.
17
Apakah satuan dari temperature?
Skala pengukuran temperature yang umum digunakan ada 4 yaitu :
a. Celcius (oC). Titik beku air adalah 0oC dan titik didih air adalah
100oC
b. Fahrenheit (oF). Pada skala ini titik beku air adalah 32oF dan
titik didik air adalah 212oF
18
c. Rankine (oR). Nol absolute (temperature dimana semua energy
kinetic lenyap atau hilang) pada skalai ini adalah 0oR.
Penambahan 1oR sama dengan penambahan 1oF dan 0oF =
459,67oR
d. Kelvin (K). Nol absolute pada skala ini adalah 0oK dan
penambahan 1K = penambahan 1oC (273,15 K = 0oC).
19
Satuan Metrik utk Suhu Satuan Imperial utk Suhu
oF ke oC oC ke oF
T oC = 5/9 (T oF – 32) T oF = (9/5 . T oC) + 32
oC ke K oF ke oR
TK = T oC + 273,15 T oR = T oF + 459,67
Latihan Soal
Lengkapilah table berikut ini !
oC oF K oR
- 40
77
698
69,8
1.3 Tekanan
Apakah pengertian tekanan?
Tekanan adalah jumlah gaya per satuan luas. Apabila digambarkan
adalah sebagai berikut :
20
Tekanan pada dasar tabung vertical yang berisi fluida tak bergerak
dengan berat jenis ρ dan tinggi h disebut sebagai tekanan hidrosatik
yang mana untuk menghitung besarnya digunakan rumus :
P = Po + ρgh
Dimana
P = tekanan pada dasar kolom
Po = tekanan di atas kolom yang berisi fluida
Ρ = berat jenis fluida
g = percepatan grafitasi
h = tinggi kolom yang berisi fluida.
21
Apa saja jenis-jenis tekanan?
a. Tekanan atmosfer, Patm. Atmosfer bumi bisa dianggap fluida di
dalam kolom yang mana tekanan di atasnya adalah nol.
Atmosfer bumi ini memberikan pengaruh terhadap tekanan
fluida dalam sebuah kolom. Sering kali tekanan atmosfer ini
disebut juga tekanan barometer. Tekanan atmosfer standart
adalah 760 mmHg atau 1 atm pada permukaan laut dan
temperature 0oC. atau untuk satuan lain bisa dilihat di bawah
ini :
22
Pabs = Patm + Pgauge
23
Δh
h2
h1
24
Jika tekanan udara dalam tabung tertutup lebih kecil
dibanding tekanan udara luar maka tinggi permukaan zat
cair dalam tabung terbuka lebih rendah dibandingkan
dengan tinggi permukaan zat cair dalam tabung tertutup.
Tekanan udara dalam tabung tersebut dinyatakan:
Pabs = Patm - Pgas
Contoh soal 1:
Manometer merkuri (ρ = 13.600 kg/m3) dihubungkan ke
saluran udara untuk mengukur tekanan di dalamnya.
Perbedaan ketinggian manometer adalah 15 mm, dan
tekanan atmosfir 100 kPa. Tentukan tekanan absolut di
salurannya!
Jawab:
Diketahui: ρraksa = 13600 kg.m-3; h = 15 mm = 5 x 10-2 m
dan Patm = 1,05 x 105 Pa, maka
Pudara = Patm + ρgh
Pudara = 1,05 x 105 Pa + (13600 kg/m3)(9,8 m/s2)(0,015 m)
= 1,03 x 105 Pa ≈ 103 kPa
25
Manometer biasanya digunakan cairan yang berat jenisnya
lebih besar dari pada fluida lain yaitu merkuri (Hg). Untuk
mempermudah perhitungan, para ahli teknik kimia
menggunakan satuan cmHg. 1 cmHg artinya fluida pada pipa
U di manometer berbeda 1 cm. Hanya saja satuan cmHg ini
sangat dipengaruhi oleh suhu. Missal 1 atm akan sama
dengan 76 cmHg ketikan Hg berada pada temperature 00C.
Dengan demikian perhitungan tekanan dapat digunakan
rumus
Pabs (dalam cmHg) = Patm (dalam cmHg) + Pgauge (dalam cmHg) yang mana
Pgauge(dalam cmHg) adalah perbedaan tinggi kolom dalam fluida.
Sehingga rumor tersebut menjadi :
Pabs (dalam cmHg) = Patm (dalam cmHg) + Δh
Contoh soal :
Untuk mengukur tekanan gas dalam tabung digunakan air
raksa seperti gambar berikut
Jika
ka tekanan udara luar adalah 76 cm Hg, dan h = 3 cm,
tentukan tekanan gas di dalam tabung!
26
Pembahasan
Tekanan udara dalam tabung
P = Po h
P = 76 cmHg 3 cm Hg = 73 cm Hg
2. Manometer logam
27
Manomemeter Logam Bourdon
28
Latihan Soal
1. Konversilah tekanan 800 mm Hg menjadi satuan :
a. Psia
b. Atm
c. kPa
29
fluida B yang massa jenisnya 3 g/cm3 seperti ditunjukkan
gambar di atas. Jika percepatan gravitasi dianggap 10 m/s2,
maka perbedaan tekanan fluida saat masuk dan keluar keran
adalah… (soal UN tahun 2011/2012)
30
tinggal 20 cmHg. Berapa ketinggian air dalam penampung
tersebut? (percepatan gravitasi g = 9,8 m/s2, berat jenis air =
1 g/cm3, berat jenis air raksa = 13,6 g/cm3)
a. 500 ft3
b. 2. 784 dyne/cm3
c. 3. 250 kkal
d. 4,25 BTU/lbmoF
e. 5,850 m/s
f. 6,80 Psia
g. 7. 4500 g/cc
h. 8. 30 in
i. 9. 600 N/m3
j. 10. 25 lbf/in2
k. 3 atm
l. 50 ton
m. 75 watt
n. 20 m3
o. 75 lbm
p. 2,3 ft3
31
q. 75 in3
r. 30 lbm/ft3
s. 220 J/kg
t. 35 ft/s
u. 25 N
v. 267 BTU/hour
w. 45 kg.m/s2
x. 75 dyne/cm2
y. 150 kkal
z. 146 cmHg
oC oF K oR
36
109
971
329
32
5. Tekanan gauge sebuah tangki terbaca 25 psi. berapa tekanan absolute
tangki terhadap atmosfer?
33
Pada gambar tersebut terdapat tangki berisi gas alam. Fluida yang ada
di dalam manometer memiliki spesifik gravity 0,87 dan perbedaan
ketinggiannya adalah 0,01 m (h=0,01 m). hitung tekanan yang ada di
dalam tangki PB
34
1.4 Density dan spesifik gravity
Keterangan :
ρ : massa jenis
m : massa
v : volume
Massa jenis merupakan fungsi suhu yang artinya harga massa jenis
di setiap suhu akan berbeda. Di bawah ini merupakan contoh data
densitas air di berbagai suhu :
35
Dengan demikian apabila ingin mencari massa jenis air, harus
diperhatikan pada suhu berapa proses tersebut.
Contoh :
Berapakah massa air dengan volume 250 ml pada suhu 20oC?
Diketahui :
Vair = 250 ml = 250 cm3
Ditanya :
Mair 20oC =…?
Jawab :
Cari terlebih dahulu ρair 20oC
Pada tabel di atas pada suhu 20oC, ρair tercantum 998.204 yang
artinya 998.204 kg/m3 atau dalam sistem CGS massa jenis air pada
suhu 20oC adalah 0,998204 g/cm3
= .
36
= 0,998204 250
= 249,551
SG larutan A =
0,73 =
, /
lbm lbm
20 = 0,73 62,4 = 45,5
ft ft
37
Latihan soal
1. Bila dibromopentana (DBP) memiliki spesifik gravity 1,57,
berapakah densitasnya dalam g/cm3 dan lbm/ft3?
3. Spesifik grafity dari baja adalah 7,9. Berapakah volume baja bila
beratnya adalah 4000 lbm?
38
lama waktu yang dibutuhkan untuk memasukkan bahan bakar
ke dalam tangki hingga penuh?
8. Sebuah larutan terdiri atas 25% berat garam dalam air. Densitas
larutan adalah 1,2 g/cm3.
Nyatakan konsentrasinya dalam gram/100 ml larutan dan
pound/ft3 larutan
39
BAB II
Jenis-Jenis
Jenis Proses Produksi
dan Diagram Alirnya
40
tahap tersebut dapat disimpulkan bahwa proses pembuatan teh
memiliki 4 unit operasi.
Berdasarkan unit operasi, proses produksi dibagi menjadi 3 :
a. Kombinasi
Yang termasuk dalam kombinasi adalah :
Mixing
Mixing adalah pencampuran dua bahan atau lebih
menjadi produk lain yang homogen secara mekanis.
Prinsip prosesnya adalah peningkatan pengacakan dan
distribusi dua bahan atau lebih menjadi prosuk yang
homogen. Semakin acak sebuah bahan, maka partikel-
partikel bahan tersebut akan menyebar ke segala arah.
Atau dengan kata lain, partikel-partikel akan terdistribusi
ke seluruh bagian campuran, sehingga campuran akan
semakin homogen.
Diagram alir mixing
F1
Mixing P
F2
Keterangan
F1 : Umpan/feed bahan pertama
F2 : Umpan/feed bahan kedua
P : Produk yang sudah homogen
b. Pemisahan
Yang termasuk dalam pemisahan adalah :
41
Filtrasi
Filtrasi adalah pemisahan bahan berdasarkan perbedaan
ukuran partikel menggunakan media penyaringan.
Prinsip dari filtrasi adalah campuran dilewatkan media
penyaringan. Kemudian komponen yang memiliki ukuran
partikel lebih kecil akan lolos, sedangkan komponen yang
memiliki ukuran partikel lebih besar akan tertahan pada
media penyaringan. Dalam filtrasi, berdasarkan ukuran
partikelnya, komponen senyawa dibagi 3. Pertama,
partikel onsize yaitu partikel yang ukurannya sesuai
dengan standart yang diinginkan. Kedua, partikel
undersize yaitu partikel yang ukurannya di bawah
standart yang diinginkan. Ketiga, partikel oversize yaitu
partikel yang ukurannya melebihi standart yang
diinginkan. Untuk itu, untuk mengambil komponen yang
hanya berisi partikel onsize, biasanya digunakan 2 media
penyaringan untuk memisahkan partikel oversize dan
undersize.
Diagram alir filtrasi secara umum :
Filtrat
Keterangan
Residu : komponen dengan ukuran partikel lebih besar
(partikel oversize)
42
Filtrat : komponen dengan ukuran partikel lebih kecil
(partikel onsize dan undersize)
Distilasi
Distilasi adalah pemisahan campuran berdasarkan
perbedaan titik didih atau mudah tidaknya menguap.
Prinsip pemisahannya adalah campuran diberi kalor
sejumlah tertentu. Komponen yang memiliki titik didih
rendah akan menguap terlebih dahulu dan menuju
kondensor untuk diembunkan. Selanjutnya komponen
yang titik didihnya lebih tinggi akan tetap berwujud cair.
Distilasi digunakan untuk memisahkan campuran yang
perbedaan titik didihnya tidak terlalu jauh. Misalnya
campuran etanol dan air, pemisahan fraksi-fraksi minyak
bumi.
Diagram alir distilasi :
Produk bawah(Bottom)
43
Distilat
Distilasi
Feed
Keterangan
Distilat : komponen yang memiliki titik didih
lebih rendah
Produk bawah : komponen yang memiliki titik didih
lebih tinggi
Evaporasi
Evaporasi adalah pemisahan pelarut yang memiliki titik
didih rendah dari larutan yang mana zat terlarutnya
memiliki titik didih yang tinggi menjadi larutan yang
lebih pekat. Prinsip pemisahannya adalah campuran
diberi kalor sejumlah tertentu. Pelarut yang memiliki titik
didih yang rendah akan menguap. Campuran akan
kehilangan pelarutnya sehingga konsentrasinya menjadi
semakin pekat. Pemisahan menggunakan evaporasi
dilakukan apabila perbedaan titik didih antara pelarut
dan zat terlarut sangat jauh. Selain itu pemisahan dengan
evaporasi bisa dilakukan apabila jumlah pelarut yang
akan dipisahkan sedikit. Perbedaan prosesnya antara
distilasi dan evaporasi adalah komponen yang memiliki
44
titik didih rendah pada evaporasi akan menguap begitu
saja dan keluar dari campuran. Sedangkan pada distilasi,
komponen yang memiliki titik didih rendah, dikondensasi
dan ditampung. Contoh evaporasi adalah pembuatan
serbuk minuman instan, pembuatan susu kental manis.
Diagram alir evaporasi
Vapor (uap)
Keterangan
Vapor : pelarut yang memiliki titik didih rendah
Konsentrat : larutan yang lebih pekat setelah
pelarutnya menguap
Ekstraksi
Ekstraksi adalah pemisahan suatu zat dari campurannya
dengan pembagian sebuah zat terlarut antara dua pelarut
yang tidak dapat tercampur untuk mengambil zat terlarut
tersebut dari satu pelarut ke pelarut yang lain. Prinsip
pemisahannya bermula dari penambahan pelarut ke
campuran yang berisi zat terlarut yang akan diambil.
Pelarut yang dimasukkan tidak bercampur dengan
campuran yang akan dipisahkan. Setelah itu terjadi
kontak antara pelarut dan zat terlarut yang ada pada
campuran. Zat terlarut akan terdistribusi ke pelarut
meninggalkan campuran. Kemudian pelarut yang sudah
bercampur dengan zat terlarut tersebut dipisahkan dari
45
campurannya. Atau gambaran sederhana prosesnya
adalah sebagai berikut :
Misal : T adalah zat terlarut yang akan diambil, C adalah
campuran yang bercampur dengan T, dan P adalah
pelarut
P P P P T P Ekstrak
P T P T P T
T P T
T C T T T T
C T C
T C T C C C C C C Rafinat
C C C
Feed
Pelarut
Rafinat
Keterangan
Pelarut : pelarut yang ditambahkan ke umpan dan yang
larut dengan zat yang diekstrak
Ekstrak : pelarut yang sudah mengandung zat yang
diekstrak
46
Rafinat : Umpan yang sudah kehilangan zat yang
diekstrak
Absorbsi
Absorbsi adalah pemisahan komponen campuran gas
berdasarkan kelarutannya terhadap absorben (penyerap).
Biasanya absorbsi dilakukan untuk memurnikan suatu
gas seperti H2S, CO2, dan NH3 menggunakan
pelarut/absorben yang sesuai. Prinsip pemisahaannya
adalah absorben cair dialirkan dari atas menuju bagian
bawah dari menara absorbs menggunakan gaya grafitasi
sedangkan gas yang akan diabsobsi atau gas kotor
dihembuskan ke atas menara absorsi menggunakan
pompa. Dengan demikian absorben cair akan mengalami
kontak dengan gas kotor dan mengalami absorbsi.
Pengotor yang tidak diinginkan akan terlarut dalam
absorben cair menghasilkan absorben kotor. Gas kotor
yang sudah mengalami absorbs akan menjadi gas bersih.
Adapun diagram alir dari absorbs adalah sebagai berikut
Gas bersih
Absorben bersih
Absorbsi
Gas kotor
Absorben kotor
47
c. Reaksi
Unit operasi berdasarkan jenis reaksi tergantung dari senyawa
yang terlibat. Dalam senyawa-senyawa organik, reaksi yang
terjadi dibagi menjadi 3 yaitu adisi, subtitusi, dan eliminasi.
Sedangkan dalam senyawa-senyawa anorgani, reaksi dibagi
menjadi 4, yaitu reaksi penggabungan, reaksi penguraian, reaksi
pergantian, dan reaksi metatesis. Dalam materi azas teknik
kimia, yang paling ditekankan adalah persamaan reaksinya dan
penyetaraan koefisien.
48
2.1.4 Proses produksi berdasarkan arah aliran
a. Sistem bypass: proses aliran yang melewati 1 tahapan atau lebih
menuju proses berikutnya, jadi aliran menjadi lebih singkat
bypass
recycle
49
Fraksi massa adalah rasio atau perbandingan massa dari suatu
komponen terhadap massa campuran total.
Misal dalam suatu campuran terdapat komponen A dan B, maka
= dan =
50
F = 300 g D = 200 g
Distilasi
XA.F = 0,7 XA.D = 0,98
XW.F = 0,3 XW.D = 0,02
B = 100 g
XA.B = 0,98
XW.B = 0,02
Fraksi mol
Fraksi mol adalah rasio atau perbandingan mol dari suatu
komponen terhadap mol campuran total.
Misal dalam suatu campuran terdapat komponen A dan B, maka
= dan =
b. Laju Alir
Untuk proses yang berjalan terus menerus (proses kontinyu),
digunakan satuan lain untuk menyatakan arus proses. Satuan
tersebut adalah laju alir. Laju alir adalah jumlah material yang
mengalir dalam pipa tiap satuan waktu. Laju alir terdiri atas dua
jenis yaitu laju alir massa dan laju alir volume
Laju alir volume adalah volume bahan yang mengalir per satuan
waktu. Laju alir volume disimbolkan dengan F yang mana :
Laju alir massa adalah massa bahan yang mengalir per satuan
waktu. Laju alir massa disimbolkan dengan huruf “m” dengan tanda
titik di atasnya (ṁ) dimana
ṁ=
51
Soal
52
5. Dalam sebuah proses, dibutuhkan larutan garam 30 % sebanyak 10
kg dan larutan garam 10% sebanyak 5 kg. apabila larutan garam 30
% disimbolkan dengan F1 dan larutan garam 10 % disimbolkan
dengan F2, hitung fraksi massa masing-masing komponen dalam F1
dan F2 !
53
BAB III
Neraca Massa
Tanpa Reaksi
54
Keterangan
Input : aliran yang masuk ke sistem
Output : aliran yang keluar sistem
Konsumsi : material yang digunakan oleh reaksi
Generasi : material yang dihasilkan karena reaksi
Akumulasi : material yang terkumpul dalam sistem
55
N : NaOH
A : Air
2. Gambar diagram alir, lengkapi data-data teknik
komponen yang bisa ditentukan atau dihitung, tandai
variable yang tidak diketahui.
F1 = … ?
XN.F1 = 0,8
XA.F1 = 0,2
P = 300kg
Mixing
XN.P = 0,6
F2 = … ? XA.P = 0,4
XN.F2 = 0,3
XA.F2 = 0,7
3. Pilih basis
Basis adalah fokus aliran atau komponen yang akan kita
tentukan. Untuk mempermudah perhitungan pilihlah basis
komponen yang ditanyakan. Pada soal di atas, kita lebih mudah
memilih alkohol sebagai basis. Selain komponennya, pemilihan
basis juga termasuk jumlah massa yang terlibat. Cara
penentuan basis massa adalah pilihlah dari yang diketahui,
apabila tidak ada massa yang diketahui, pilihlah angka yang
mudah (misalnya 100 kg atau 1000 kg) dan taruh di aliran yang
sudah diketahui komposisi komponennya.
4. Selanjutnya buat persamaan neraca massa nya.
Neraca massa dapat dinyatakan sebagai neraca massa total dan
neraca massa komponen. Neraca massa total adalah massa total
yang masuk dan massa total yang keluar. Neraca massa
komponen adalah perhitungan komponen yang masuk dan
komponen yang keluar
56
5. Selesaikan persamaannya dengan subtitusi atau eliminasi
untuk menentukan variable yang ditanyakan.
Basis : P = 300 kg
Perhitungan fokus pada alcohol.
Neraca Massa Total
Massa masuk = Massa keluar
F1 + F2 = P
F1 + F2 = 300
F1 = 300 – F2 ……………………..(Persamaan 1)
57
Soal Neraca massa tanpa reaksi
A. Mixing
Diagram alir mixing
F1
Mixing P
F2
3. Jika pada suhu 20 oC, satu liter etanol dengan densitas 0,789 g/cc
dicampur dengan 1 L akuades berdensitas 0,998 g/cc, berapa kg
campuran yang dihasilkan?
58
B. Distilasi
Diagram alir distilasi
Distilat
Distilasi
Feed
59
C. Evaporasi
Diagram alir evaporasi
Vapor (uap)
60
D. Ektraksi
Diagram alir ekstraksi
Pelarut
Rafinat
E. Adsorbsi
Diagram alir adsorbsi
61
Gas bersih
Absorben bersih
Absorbsi
Gas kotor
Absorben kotor
62
b. Larutan 20% adesiv yang sangat melimpah.
c. Pelarut murni.
Jika pemasok ingin menggunakan semua stok yang ada, tentukan
kebutuhan masing-masing larutan. ( Adesiv 10% digunakan semua)
13. Buah segar nenas berisi 15% padatan dan 85% air. Untuk membuat
selai nenas, nenas segar dihancurkan dan kemudian ditambah gula
dengan rasio nenas : gula = 45 : 55. Campuran itu selanjutnya
dipanaskan untuk menguapkan airnya, sehingga diperoleh selai
dengan kadar air menjadi 35 %. Berapa Kg buah nenas dan Kg gula
yang dibutuhkan untuk membuat 1 kg selai nenas?
14. Akan dibuat konsentrat jeruk yang berisi 42 % padatan dari larutan
jeruk 12% padatan. Mula-mula, larutan jeruk 12% padatan
diumpankan ke evaporator, sehingga sebagian airnya teruapkan.
Larutan yang dihasilkan evaporator ini berisi 58% padatan. Untuk
mengganti aroma yang ikut teruapkan dalam evaporator, maka
larutan jeruk 58% padatan ini dicampur dengan larutan jeruk 12%
padatan, sehingga dihasilkan konsentrat jeruk 42 % padatan yang
masih beraroma jeruk. Jika diinginkan 100 Kg/hari konsentrat jeruk,
tentukan semua kecepatan arus lainnya.
63
BAB IV
Sifat Gas dan Stoikiometri
Sifat fisika zat adalah sifat benda yang berhubungan denga perubahan yang
dialami benda tanpa membentuk zat baru. Contoh sifat fisika adalah massa,
panjang, volume, massa jenis, titik didih, titik beku, energy, dll. Mengapa
kita perlu mempelajari sifat fisika zat?
1. Tidak semua sifat zat bisa kita ukur, yang bisa kita lakukan adalah
menghitungnya dengan persamaan persamaan tertentu sehingga
sifat fisika zat bisa diperkirakan jumlahnya. Missal, kita bisa
mengukur volume minyak menggunakan gelas ukur untuk skala
kecil, tetapi kita tidak bisa mengukur langsung minyak yang masuk
ke proses distilasi fraksional. Padahal distilasi fraksional adalah
proses kontinyu yang mana prosesnya berjalan terus menerus. Nah
bagaimana kita bisa memperhitungkan volume minyak yang
ya masuk?
Barulah kita melakukan pengukuran kecepatan alir. Kita tinggal
menghitung volume yang masuk dengan mengalikan kecepatan alir
dengan waktu alir minyak.
2. Dengan mempelajari sifat fisika zat, kita bisa memprediksi kondisi
suatu zat tanpa melihat langsung
sung zat tersebut. Biasanya prediksi-
prediksi
prediksi kondisi suatu zat ini membutuhkan bantuan tabel-tabel,
tabel
atau diagram-diagram
diagram yang sudah dibuat oleh para peneliti
sebelumnya. Misalnya,kita bisa memperkirakan fasa suatu zat
menggunakan diagram fasa.
64
3. Dengan mempelajari sifat fisika zat, kita juga bisa memperkirakan
energy yang terlibat dalam suatu proses. Dengan begitu kita bisa
memperhitungkan jumlah bahan bakar yang dibutuhkan
Dalam pembahasan sifat fisika zat kali ini,akan dijelaskan sifat-sifat fisika
gas ideal, gas nyata, dan kesetimbangan Fasa
A. Gas ideal
Kalian tentu telah mengetahui bahwa setiap zat, baik itu zat
padat, cair, maupun gas, terdiri atas materi-materi penyusun yang
disebut atom. Sebagai partikel penyusun setiap jenis zat yang ada di
Bumi dan di seluruh alam semesta, atom-atom berukuran sangat
kecil dan tidak dapat dilihat, walaupum menggunakan alat yang
paling canggih. Oleh karena itu, gaya yang ditimbulkan oleh
interaksi antarpartikel dan energi setiap partikel hanya dapat
diamati sebagai sifat materi yang dibentuk oleh sejumlah partikel
tersebut secara keseluruhan. Analogi pernyataan ini dijelaskan
sebagai berikut. Misalkan, Anda memiliki sejumlah gas oksigen yang
berada di dalam tabung tertutup. Jika Anda ingin mengetahui gaya-
gaya yang bekerja pada setiap atom oksigen, Anda hanya dapat
mengamati perilaku seluruh gas oksigen yang ada di dalam tabung
dan menganggap bahwa hasil pengamatan Anda sebagai
penjumlahan dari gaya-gaya yang bekerja pada setiap atom gas
oksigen.
Sifat mekanika gas yang tersusun atas sejumlah besar atom-
atom atau molekul-molekul penyusunnya dijelaskan dalam teori
kinetik gas. Dalam menjelaskan perilaku gas dalam keadaan
tertentu, teori kinetik gas menggunakan beberapa pendekatan dan
asumsi mengenai sifat-sifat gas yang disebut gas ideal.
65
Konsep gas ideal
Gas ideal merupakan kumpulan dari partikel-partikel suatu zat yang
jaraknya cukup jauh dibandingkan dengan ukuran partikelnya.
Partikel-partikel itu selalu bergerak secara acak ke segala arah.
Pada saat partikel-partikel gas ideal itu bertumbukan antar partikel
atau dengan dinding akan terjadi tumbukan lenting sempurna
sehingga tidak terjadi kehilangan energi.
66
1. Suatu gas terdiri atas molekul-molekul yang disebut molekul. Setiap
molekul identik (sama) sehingga tidak dapat dibedakan dengan
molekul lainnya.
2. Molekul-molekul gas ideal bergerak secara acak ke segala arah.
3. Molekul-molekul gas ideal tersebar merata di seluruh bagian.
4. Jarak antara molekul gas jauh lebih besar daripada ukuran
molekulnya.
5. Tidak ada gaya interaksi antarmolekul; kecuali jika antarmolekul
saling bertumbukan atau terjadi tumbukan antara molekul dengan
dinding.
67
1. Hukum Boyle
Suatu gas yang berada di dalam tabung dengan tutup yang dapat
diturunkan atau dinaikkan, sedang diukur tekanannya. Dari gambar
tersebut dapat Anda lihat bahwa saat tuas tutup tabung ditekan,
volume gas akan mengecil dan mengakibatkan tekanan gas yang
terukur oleh alat pengukur menjadi membesar.
Hubungan antara tekanan (p) dan volume (V) suatu gas yang berada
di ruang tertutup ini diteliti oleh Robert Boyle. Saat melakukan
percobaan tentang hubungan antara tekanan dan volume gas dalam
suatu ruang tertutup, Robert Boyle menjaga agar tidak terjadi
perubahan temperatur pada gas (isotermal). Dari data hasil
pengamatannya, Boyle mendapatkan bahwa hasil kali antara
tekanan (p) dan volume (V) gas pada suhu tetap adalah konstan.
Hasil pengamatan Boyle tersebut kemudian dikenal sebagai Hukum
Boyle yang secara matematis dinyatakan dengan persamaan
P.V = konstan,
68
sehingga apabila ada 2 gas yang berada pada temperature yang
sama, berlaku persamaan :
V1 P2
V 2 = P1 atau P1 V1 = P2 V2
2. Hukum Charles
Seorang ilmuwan Perancis lainnya, Charles, menyatakan hubungan
antara tekanan (p) terhadap temperatur (T) suatu gas yang berada
pada volume tetap (isokhorik). Hasil penelitiannya kemudian dikenal
sebagai Hukum Charles yang menyatakan hasil bagi tekanan (p)
dengan temperature (T) suatu gas pada volume tetap adalah
konstan.
P
= konstan
T
Sehingga apabila ada 2 jenis gas berbeda memiliki volume yang
sama, maka berlaku persamaan
P1 T1
P2 = T 2
3. Hukum Gay Lussac
69
Misalnya, Anda memasukkan gas ideal ke dalam tabung yang
memiliki tutup piston di atasnya. Pada keadaan awal, gas tersebut
memiliki volume 4 m3 dan temperatur 300 K. Jika kemudian
pemanas gas tersebut dimatikan dan gas didinginkan hingga
mencapai temperatur 225 K, volume gas itu menurun hingga 3 m3.
Jika Anda membuat perbandingan antara volume terhadap suhu
Sehingga apabila ada 2 jenis gas berada pada tekanan yang sama,
maka berlaku persamaan :
V1 V 2
=
T1 T 2
4. Hukum Boyle – Gay Lussac
Hikum Boyle mempelajari sifat gas pada suhu tetap, Hukum Charles
mempelajari sifat gas pada volume tetap, dan Hukum Gay Lussac
mempelajari sifat gas pada tekanan, nah bagaimana sifat gasl
apabila suhu, volum,dan tekanannya berubah?
Ternyata, ketiga persamaan di atas bisa diturunkan menjadi sebuah
persamaan yang selanjutnya disebut persamaan gas ideal.
Persamaan gas ideal tersebut adalah :
.
=
70
Atau hubungan 2 keadaan gas ideal yang berbeda, dapat dituliskan
dengan persamaan
P1V 1 P 2V 2
T1 = T 2 =
dengan,
P1 dan P2 : tekanan gas pada keadaan 1 dan 2
T1 dan T2 : suhu gas pada keadaan 1 dan 2
V1 dan V2: volume gas pada keadaan 1 dan 2
PV=nRT
Dengan,
n : jumlah mol gas
P : tekanan gas
V : volume gas
R : tetapan gas ideal
T : suhu absolut
Tetapan Gas
Tetapan gas dapat dihitung dengan menggunakan rumus gas
ideal, P V = n R T
Jika n = 1 mol gas
Maka P V = R T ------------- R = P V/T
Sehingga harga R untuk satuan lt atm/grmol K,
R = PV/T
71
= 1 atm (22,4 lt/grmol) / 273,16 K
= 0,082 lt atm/ mol K
Harga R tergantung dari sistem satuan yang digunakan, dimana
harga R sbb :
1,9872 cal/mol K
82,057 cm3 atm/mol K
0,082 lt atm/mol K
8,314 joule/mol K
10,73 ft3 psi/lbmol oR
Contoh Soal
1. 10 kg gas N2 didalam tangki 3.000 liter mempunyai tekanan 10 atm.
Berapakah suhu gas dalam tangki tsb?
Penyelesaian :
PV=nRT
T =PV/nR
= (10)(3.000)/ (357)(0,082)
= 1.050 K = 777 oC
2. Campuran amonia dan udara dengan kadar amonia 5%, pada
tekanan 730 mmHg dan suhu 30 oC dilewatkan pada kolom absorbsi
dengan kecepatan alir 100 lt/menit. Tentukan kecepatan alir udara
keluar dari kolom absorbsi jika udara keluar pada 725 mmHg dan
20oC.
72
Penyelesaian :
Kecepatan alir gas masuk kolom absorbsi (NH3 + udara) 100 lt/menit.
Kecepatan alir udara masuk kolom absorbsi = 95 lt/menit ( 730 mmHg,
30oC).
Basis : 1 menit operasi
Karena seluruh amonia terserap dalam kolom, maka hanya udara yang
keluar dari kolom absorbsi.
P1V 1 P 2V 2
=
T1 T2
P1V 1T 2 (730)(95)(293)
V2 = =
P2T1 (725)(303)
= 92,5 liter
73
murni satu komponen gas dalam campuran apabila gas itu saja berada
dalam ruang dengan tekanan dan suhu yang sama dengan campuran gas.
Ada dua hukum yang dapat diterapkan dalam campuran gas ideal, yaitu :
1. Hukum Dalton
Tekanan total yang ditimbulkan oleh gas-gas dalam campuran gas =
jumlah dari masing-masing tekanan parsial dari semua komponen
dalam campuran.
Pt = PA + PB + PC + PD +……
dengan,
Pt : tekanan total
PA,PB,PC,PD : tekanan parsial komponen A,B,C,D, …
2. Hukum Amagat
Hukum Amagat menyatakan bahwa volume total yang akan dicapai oleh
campuran gas-gas sama dengan jumlah semua volume parsial
Vt = VA + VB + VC + …….
dengan,
Vt : Volume total
VA, VB, VC...: Volume parsial masing –masing komponen
dalam campuran
74
maka, Pt = (nA + nB + nC +...) R T / V
PA = nA Pt/ (nA + nB + nC +....)
= (nA/nt) Pt
= YA Pt
dengan,
YA = mole fraksi komponen A
1. Suatu ruangan gas yang rapat mempunyai volume 1.000 m3. ruangan ini
berisi udara (21% O2 dan 79% N2) pada 20 oC dan tekanan total 1 atm.
a. Berapa volume parsial O2 dalam ruangan?
b. Berapa volume parsial N2 dalam ruangan?
c. Berapa tekanan parsial O2 dalam ruangan ?
d. Berapa tekanan parsial N2 dalam ruangan ?
e. Jika semua O2 dikeluarkan dari ruangan, berapa tekanan total
dalam ruangan?
Penyelesaian :
V = 1.000 m3
P = 1 atm
75
T = 272 + 20 = 293 K
Udara = 21% O2, 79% N2
Maka,
a. VO2 = YO2 Vt = 0,21 x 1.000 m3 = 210 m3
b. VN2 = Y N2 Vt = 0,79 x 1.000 m3 = 790 m3
c. PO2 = YO2 Pt = 0,21 x 1 atm = 0,21 atm
d. PN2 = Y N2 Pt = 0,79 x 1 atm = 0,79 atm
e. Jika O2 dikeluarkan maka P sekarang = PN2 = 0,79 atm
Latihan Soal
1. Suatu gas memiliki volume 2 L, temperatur 30°C, dan tekanan 1 atm.
Gas tersebut dipanaskan sampai 60°C dan ditekan sampai volume 1,5
L. Hitunglah besar tekanan akhir gas tersebut.
2. Seratus gram CO2 menempati volume 55 L pada tekanan 1 atm.
Berapakah temperatur gas CO2 tersebut? Jika volume gas ditambah
menjadi 80 L dan temperature dijaga konstan, berapakah tekanan
akhir gas?
3. Enam belas gram oksigen (Mr = 32) menempati ruang bervolume 5 liter
pada tekanan 2 atm. Jika gas oksigen dianggap gas ideal dan 1 atm =
105 Pa,
berapakah temperatur gas tersebut?
4. Gas mempunyai volume 1 m3 pada tekanan standart dikembangkan
menjadi 1.200 m3 dengan suhu konstan. Berapa tekanan barunya ?
5. Campuran amonia dan udara dengan kadar amonia 5%, pada tekanan
730 mmHg dan suhu 30 oC dilewatkan pada kolom absorbsi dengan
76
kecepatan alir 100 lt/menit. Tentukan kecepatan alir udara keluar dari
kolom absorbsi jika udara keluar pada 725 mmHg dan 20 oC.
6. Sebuah tabung yang volumenya 1 liter memiliki lubang yang
memungkinkan udara keluar dari tabung. Mula-mula suhu udara
dalam tabung 27°C. Tabung dipanaskan hingga suhunya 127°C.
Berapakah perbandingan antara massa gas yang keluar dari tabung
dan massa awalnya?
7. Sejumlah gas ideal menjalani proses isobaric sehingga suhunya (dalam
Kelvin) menjadi dua kali semula. Sehingga volume gas tersebut akan
menjadi
n kali semula. Berapakah nilai n?
8. Temperatur gas ideal yang tekanannya 800 mmHg adalah 300 K. Jika
gas dipanaskan pada volume tetap hingga tekanannya menjadi 1.600
mmHg, hitunglah temperatur gas tersebut.
9. Gas dengan komposisi sebagai berikut pada tekanan 13,8 psi dan suhu
120 oF: N2 (2%), CH4 (79%), C2H6 (19%)
a. Berapa tekanan parsial setiap komponen ?
b. Berapa volume parsial setiap komponen, jika tekanan tangki 2 ft3?
c. Berapa volume fraksi setiap komponen ?
10. Suatu campuran 15 lb N2 dan 20 lb H2 pada tekanan 50 psig dan suhu
60 oF.
Tentukan (anggap gas ideal) :
a. Tekanan parsial masing-masing komponen
b. Volume parsial masing-masing komponen
c. Density campuran
77
B. Gas Nyata
P + (n2 a / V2) ( V – n b ) = n R T
dengan,
a dan b : konstanta
a = ( Vol2/mol2) x tekanan
b = (Vol/mol)
78
b. Persamaan Redlich & Kwong
{ p + n2 a/(T 0,5 V (V + n b))} (V – n b)= n R T
Kwong
79
Latihan soal
1. Sebuah tabung memiliki volume 0,15 m3 berisi 22,7 gram gas propane
C3H8. Tekanan yang terukur pada alat adalah4790 kPa. Berapakah
temperature tabung tersebut apabila dihitung menggunakan
persamaan Van Der Waals!
2. Kamu akan menrancang sebuah tangki yang akan digunakan untuk
menyimpan CO2 pada temperature 290 K. CO2 yang akan dimasukkan
sebanyaknya 460 kg dengan volume 10,4 m3. Berapakah tekanan yang
harus diberikan kepada tangki tersebut? Hitung menggunakan
persamaan Redlich Kwong!
3. Gas etana sebanyak 10 kmol berada pada tabung dengan volume
4,86m3 memiliki temperature 300 K. hitung tekanan gas tersebut
menggunakan persamaan gas ideal, Van Der Waals, dan Redlich
Kwong. Apabila tekanan yang terukur adalah 34 atm, persamaan
manakah yang mendekati tekanan yang sebenarnya?
80
C. Stoikiometri
81
Kemudian seperti halnya pada resep, terdapat proporsi pada
persamaan tersebut yang ditunjukkan dalam angka-angka di depan rumus
molekul tersebut.
1. Penyetaraan Reaksi
Hal pertama yang harus dilakukan untu menyelesaikan masalah-masalah
stoikiometri adalah menyetarakan reaksi karena dengan menyetarakan
reaksi, kita bisa mengetahui perbandingan tepat sebuah reaksi kimia.
Penyetaraan reaksi biasanya dilakukan dengan menambahkan koefisien
pada rumus kimia senyawa untuk menyamakan jumlah atom pada ruas kiri
dan kanan reaksi. Cara yang digunakan untuk menyetarakan reaksi
bermacam-macam. Cara paling sederhana adalah cara langsung
Setarakan persamaan reaksi berikut ini:
Ca(OH)2 + HNO3 Ca(NO3)2 + H2O
Caranya adalah:
a. Urutan penyetaraan yang mudah adalah logam, non logam,
oksigen, dan hydrogen. Pada reaksi tersebut, unsure yang
disetarakan pertama adalah unsur Ca. Ternyata Ca sudah setara.
b. Menyetarakan unsur N, sehingga persamaan reaksi menjadi
Ca(OH)2 + 2HNO3 Ca(NO3)2 + H2O
c. Menyetarakan unsur O, sehingga persamaan reaksi menjadi
Ca(OH)2 + 2HNO3 Ca(NO3)2 + 2H2O
d. Menyetarakan O, ternyata O sudah setara.
Persamaan reaksi setara adalah:
Ca(OH)2 + 2HNO3 Ca(NO3)2 + 2H2O
e. Dengan demikian arti dari reaksi tersebut adalah reaksi tersebut
akan dapat berlangsung apabila perbandinga mol Ca(OH)2 dan
HNO3 adalah 1 : 2. Dan reaksi tersebut akan menghasilkan produk
Ca(NO3)2 dan H2O dengan perbandingan mol 1:2
82
2. Peranan koefisien reaksi
Sebenarnya peranan koefisien reaksi sudah tercermin dalam
pembahasan hukum penyatuan volume (Gay Lussac, 1808), namun
secara terperinci dapat dilihat pada uraian berikut ini.
Misal ada sebuah reaksi
aA bB
a dan b adalah koefisien reaksi, maka A dan B memiliki perbandingan
a:b sehingga :
mol zat A =
Contoh :
Jika terdapat 5 mol gas nitrogen, hitunglah:
a. mol H2 yang bereaksi !
b. mol NH3 yang terbentuk !
Jawab:
Persamaan reaksi: N2 + 3H2 2NH3
a. H2 = 3/1 x 5 mol = 15 mol
b. NH3 = 2/1 x 5 mol = 10 mol
3. Konsep mol
Mol merupakan satuan yang digunakan untuk menyatakan partikel
83
Mind Map Konsep Mol
Dalam satuan metric, mol biasa disebut dengan gram mol atau gmol.
Tetapi dalam satuan imperial atau British, satuan mol
menggunakan pound mol atau lbmol. Dalam perhitungannya, sama
degan satuan metric tetapi untuk harganya tidak setara. Untuk
perhitungan mol dengan satuan British :
( )
( )=
/
84
a. Menuliskan persamaan reaksi yng benar
b. Selesaikan/setarakan koefisien reaksinya
c. Membuat daftar kesetaraan zat yang diketahui dan zat yang
dinyatkan dalam satuan mol.
d. Mengkonfersikan satuan berat biasa ke satuan mol dan
sebaliknya
Jawab :
85
Masukkan dalam table kesetaraan reaksi
Koefisien 3 3 1 6
reaksi
Mula-mula (?) 0,04 0 0
Bereaksi
Sesudah
reaksi
Ca(OH)
Ca(OH) =
= 3 / 2 x 0,04 mol
= 0,06 mol
( )
Mol Ca3(PO4)2 yang bereaksi =
= 0,013 mol
86
Dan mol H2O = 6/3 x 0,04 mol
= 0,08 mol
Koefisien 3 3 1 6
reaksi
Mula-mula 0,06 0,04 0 0
= 4,44 gram
= 6,2 gram
Ada dua istilah pada proses ini yaitu pereaksi pembatas dan
pereaksi berlebih. Pereaksi pembatas adalah reaktan yang
bereaksi semua atau bereaksi hingga habis. Sedangkan pereaksi
87
berlebih adalah reaktan yang sengaja dilebihkan jumlahnya atau
jumlahnya lebih dari mol sesuai perbandingan koefisien sehingga
setelah reaksi berlangsung, terdapat sisa dari reaktan tersebut.
Untuk langkah penyelesaiannya hampir sama dengan neraca
massa tepat beraksi.
Contoh soal :
Pada sebuah perusahaan pupuk, direaksikan 140 kg N2 dan 150 kg
H2. Tentukan berapa kg produk yang dihasilkan dan siapakan
pereaksi berlebihnya?
1. Ubah semua yang diketahui menjadi satuan mol
Mol N2 = 140 kg / 28 = 5 kmol
Mol H2 = 150 kg / 2 = 75 kmol
2. Tulis reaksi dan buat daftar perbandingan mol
N2 + 3H2 2NH3
N2 + 3H2 2NH3
Koefisien reaksi 1 3 2
5 25
Mula-mula 5 75 0
Sesudah reaksi 0 60 10
88
mula dengan koefisien reaksi. Setelah membagi mol mula-mula
dengan koefisien reaksi, didapatkan rasio untuk N2 adalah 5,
dan rasio untuk H2 adalah 25. Pereaksi pembatas memiliki
perbandingan mol mula-mula dengan koefisien reaksi
paling kecil. Sedangkan pereaksi berlebih memiliki
perbandingan mol mula-mula dengan koefisien reaksi
lebih besar. Pereaksi pembatas inilah yang dijadikan acuan
untuk menentukan mol komponen-komponen lain yang
bereaksi. Kalau ditemukan ada 2 pereaksi pembatas (dengan
perbandingan mol mula-mula dan koefisien reaksi yang sama)
bisa dipilih salah satu senyawa yang dijadikan acuan. Dari
tabel diatas, diketahui bahwa rasio yang paling kecil adalah N2,
sehingga N2 dinyatakan sebagai pereaksi pembatas dan H2
dinyatakan sebagai pereaksi berlebih. Dengan demikian N2
digunakan sebagai acuan untuk menentukan mol H2 yang
bereaksi dan NH3 hasil reaksi. Setelah itu ditentukan mol
senyawa-senyawa sesudah reaksi. Pada tabel di atas dapat
dilihat, untuk pereaksi pembatas N2 tidak ada senyawa yang
tersisa (bernilai 0 untuk mol sesudah bereaksi) dan untuk
pereaksi berlebih (H2) terdapat sisa yaitu 60 kmol.
Dengan demikian produk yang dihasilkan adalah = 10 kmol
NH3 x 17 = 170 kg dengan pereaksi berlebih adalah H2
Latihan Soal
89
2. Sebanyak 4 g cuplikan belerang dibakar dengan gas oksigen
berlebihan menghasilkan 8 g belerang trioksida (SO3) hitung 5 kadar
belerang dalam cuplikan tersebut !
3. 5,1 g Aℓ2O3 direaksikan dengan larutan H2SO4 yang tepat menurut
banyknya reaksi :
Aℓ2O3 + H2SO4 → Aℓ2 (SO4)3 + H2O. Berapa gram Aℓ2 (SO4)3 yang
terbentuk ?
4. 4 g CaCO3 dilarutkan dalam larutan HCL yang cukup banyaknya.
Tentukan berapa ml gas CO2 yang terjadi (00 C, 1 atm) ! Reaksi
CaCO3 + HCℓ → CaCℓ2 + H2O + CO2
5. Pada pemanasan KCℓO3 menurut reaksi KCℓO3 → KCℓ + O2,
diperoleh 1,12 liter gas oksigen (00 C, 1 atm). Berapa gram KCℓO3
yang terurai ?
6. 19,5 g Zn direaksikan dengan larutan HCL yang tepat banyaknya
menurut reaksi :
Zn + HCℓ → ZnCℓ2 + H2. Berapa liter gas H yang terjadi jika diukur
pada keadaan di mana 1 liter gas O beratnya 1,28 g?
7. Berapa gram FeS2 harus direaksikan dengan gas O2 agar diperoleh
gas 4 l gas SO2 jika diukur pada keaadaan dimana 1 liter gas N
beratnya 1,12 g?
Reaksi : FeS2 + O2 → Fe2O3 + SO2
8. 16,2 logam Aℓ dilarutkan ke dalam asam sulfat encer sehingga
semua bereaksi.
a. Berapa gram Aℓ2 (SO4)3 yang terjadi ?
b. Berapa volume gas H yang terjadi jika diukur pada :
i. Suhu 00 C, tekanan 1 atm
ii. Suhu 250 C, tekanan 52 CmHg
iii. Keadaan dimana 1 liter gas NO beratnya 1 gram
90
9. Karbon terbakar menurut reaksi : C + O2 → CO2
Jika 6 g C dibakar dengan 32 g O2, berapa gram gas CO2 sebanyak-
banyaknya dapat dihasilkan ?
10. Pembakaran 6,2 g alkohol menjadi gas CO2 dan air.
Hitung :
a. Massa CO2 yang dihasilkan
b. Volume O2 yang diperlukan (STP)
11. Aℓ dapat bereaksi dengan larutan CuSO4 menurut reaksi:
Aℓ(s) + CuSO4(ag) → Aℓ2 (SO4)3(ag) + Cu(s)
Jika Aℓ yang bereaksi 5,4 g, hitung massa tembaga yang
diendapkan!
12. 5 g Ca(OH) direaksikan dengan 20 g Na2 SO4. Tentukan berat zat-zat
sesudah reaksi!
Reaksi : Ca (OH)2 + Na2 SO4 → CaSO4 + NaOH
91
BAB V
Neraca Massa
dengan Reaksi
Kmia
92
S + 3O2 2SO3
S + 3O2 2SO3
Koefisien reaksi 1 3 2
Mula-mula 1 (?)1,5 0
Sesudah reaksi 0 0 1
93
panah ada reaktan. Selama reaksi berlangsung, jumlah reaktan
akan berkurang, sehingga untuk menentukan jumlah mol
reaktan setelah reaksi berlangsung adalah :
Mol reaktan sesudah reaksi = mol mula2 – mol reaksi
Sedangkan sebelah kanan tanda panah adalah produk hasil
reaksi. Jumlah mol produk akan bertambah dengan
berjalannya reaksi sehingga untuk menentukan jumlah mol
produk setelah reaksi adalah :
Mol produk sesudah reaksi = mol mula2 + mol reaksi
4. Tentukan massa komponen sebelum dan sesudah reaksi
Nah setelah semua kolom terisi, kita akan lebih mudah
menentukan massa komponen sebelum dan sesudah reaksi.
Massa sebelum reaksi bisa dilihat dari mol mula-mula dikali
Ar/Mr. sedangkan massa setelah reaksi bisa dilihat dari mol
setelah reaksi dikali Ar/Mr. dalam tabel di atas, terlihat bahwa
sebelum reaksi terdapat S dan O2 dan setelah bereaksi terdapat
SO3 saja, karena S dan O2 habis bereaksi. Dengan demikian
massa komponen sebelum dan sesudah reaksi adalah sebagai
berikut :
Komponen sebelum reaksi Komponen setelah reaksi
m S = 32 kg m SO3 = 1 kmol . 80 = 80 kg
m O2 = 1,5 kmol . 32 = 32 kg
5. Buat neraca massa
Neraca massa total
Sebelum reaksi = sesudah reaksi
mS + m O2 = m SO3
32 kg + 48 kg = 80 kg
94
Dari neraca massa yang telah dibuat, tampak bahwa massa
sebelum reaksi sama dengan massa setelah reaksi. Dengan
demikian dapat dinyatakan bahwa neraca massa di atas adalah
balance. Sifat neraca massa inilah yang dimanfaatkan bagian
produksi di pabrik-pabrik kimia untuk mengevaluasi proses
produksinya. Berat total yang masuk dengan produk yang
dihasilkan dibuat neraca massa. Apabila neraca massa
menunjukkan balance, berarti proses produksi berjalan dengan
baik. Tetapi apabila neraca massa tidak balance, berarti proses
produksi bermasalah.
95
Pada sebuah perusahaan pupuk, direaksikan 140 kg N2 dan 150 kg
H2. Tentukan berapa kg produk yang dihasilkan dan siapakan
pereaksi berlebihnya?
3. Ubah semua yang diketahui menjadi satuan mol
Mol N2 = 140 kg / 28 = 5 kmol
Mol H2 = 150 kg / 2 = 75 kmol
4. Tulis reaksi dan buat daftar perbandingan mol
N2 + 3H2 2NH3
N2 + 3H2 2NH3
Koefisien reaksi 1 3 2
5 25
Mula-mula 5 75 0
Sesudah reaksi 0 60 10
96
lebih besar. Pereaksi pembatas inilah yang dijadikan acuan
untuk menentukan mol komponen-komponen lain yang
bereaksi. Kalau ditemukan ada 2 pereaksi pembatas (dengan
perbandingan mol mula-mula dan koefisien reaksi yang sama)
bisa dipilih salah satu senyawa yang dijadikan acuan. Dari
tabel diatas, diketahui bahwa rasio yang paling kecil adalah N2,
sehingga N2 dinyatakan sebagai pereaksi pembatas dan H2
dinyatakan sebagai pereaksi berlebih. Dengan demikian N2
digunakan sebagai acuan untuk menentukan mol H2 yang
bereaksi dan NH3 hasil reaksi.
Setelah itu ditentukan mol senyawa-senyawa sesudah reaksi.
Pada tabel di atas dapat dilihat, untuk pereaksi pembatas N2
tidak ada senyawa yang tersisa (bernilai 0 untuk mol sesudah
bereaksi) dan untuk pereaksi berlebih (H2) terdapat sisa yaitu
60 kmol.
5. Tentukan massa komponen sebelum dan sesudah reaksi
serta buat neraca massanya
97
290 kg = 290 kg
Ternyata setelah dimasukkan ke neraca massa total, massa
sebelum bereaksi sama dengan massa setelah bereaksi. Dengan
demikian, neraca massa di atas dinyatakan balance.
98
Kolom untuk
senyawa yang
tidak ikut bereaksi
Koefisien 1 5 3 4 -
reaksi
Mula-mula 1 (?)5 0 0 (?) 18,8
Sesudah 0 0 3 4 18,8
reaksi
=
% %
99
5
=
21 79
395
= = 18,8
21
Jumlah mol N2 pada saat reaksi adalah 0, karena N2 tidak
terlibat dengan reaksi. Setelah reaksi jumlah mol N2 sama
dengan jumlah mol N2 sebelum reaksi terjadi
2. Tentukan massa komponen sebelum dan sesudah reaksi
serta buat neraca massanya
100
kondisi reaksi sehingga reaksi yang terjadi berlangsung maksimal.
Tetapi tidak menutup kemungkinan desain reactor tidak
memungkinkan reaktan bereaksi semua walaupun sudah diberi
reaktan berlebih. Oleh sebab itu beberapa proses produksi
memiliki factor konversi. Faktor konversi dapat diartikan sebagai
persentase reaktan yang dapat bereaksi dengan baik. Factor
konversi suatu reaktan A (fA) dapat dihitung dengan :
= =
101
Soal
1. Sebuah perusahaan kimia, bagian produksi diminta untuk membuat
Ca(OH)2 sebanyak 250 kg dari CaCO3 dan air. Berapakah bahan
yang dibutuhkan? Buatkan neraca massanya!
Reaksi : CaCO3 + H2O Ca(OH)2 + CO2
102
6. Ammonia (NH3) diproduksi secara kontinyu dari 100 mol/s nitrogen,
300 mol/s hydrogen dan 1 mol/s argon. Tentukan laju alir produk
yang dihasilkan!
Reaksi : N2 + H2 NH3
103
Kumpulan Soal Neraca Massa pada UN
1. UN 2008-2009
2. UN 2008-2009
3. UN 2009-2010
4. UN 2009-2010
104
5. UN 2009-2010
6. UN 2009-2010
7. UN 2009-2010
8. UN 2009-2010
105
9. UN 2010-2011
10. UN 2010-2011
106
BAB VI
Perubahan Fasa
Fasa adalah bagian yang
serbasama dari suatu sistem, yang
dapat dipisahkan dari ; serbasama
dalam komposisi kimia dan sifat-sifat
sifat
fisika. Jadi suatu sistem yang
mengandung suatu cairan dan uap mempunyai dua bagian daerah yang
serbasama. Dalam fasa uap kerapatannya serbasama disemua
disem bagian pada
uap tersebut. Dalam fasa cair kerabatannya serbasama disemua bagian
pada cairan tersebut, tetapi nilainya berbeda dengan kerapannya di fasa
uap. Contoh lainnya adalah air yang berisi pecahan-pecahan
pecahan es merupakan
suatu sistem yang terdiri darii dua fasa, yaitu fasa padat (es) dan fasa cair
(air). Sistem yang hanya terdiri dari gas-gas
gas saja, hanya terdiri dari cairan-
cairan, pada kesetimbangan bisa terdapat satu fasa atau lebih tergantung
pada kelarutannya. Padatan-padatan
padatan biasanya mempunyai kelarutan
kel yang
lebih terbatas pada suatu sistem padat yang setimbang bisa terdapat
beberapa fasa padat setimbang bila terdapat beberapa fasa padat yang
berbeda.
107
ramalan.Pemahaman mengenai perilaku fasa berkembang dengan adanya
aturan fasa gibbs.
A. Kesetimbangan Fasa
Kesetimbangan memberikan pengertian bahwa suatu keadaan dimana
tidak terjadi perubahan sifat makroskopis dari sitstem terhadap waktu.
Semakin dekat keadaan sistem dengan titik kesetimbanga, maka semakin
kecil gaya penggerak proses, semakin kecil pula laju proses dam akhirnya
sama dengan nol bila titik kesetimbangan telah tercapai.
Kesetimbangan fasa adalah suatu keadaan dimana suatu zat memiliki
komposisi yang pasti pada kedua fasanya pada suhu dan tekanan tertentu.
Syarat kesetimbangan fasa adalah :
a. Sistem mempunyai lebih dari satu fasa meskipun materinya sama
b. Terjadi perpindahan reversibel spesi kimia dari satu fasa ke fasa lain
c. Seluruh bagian sistem mempunyai tekanan dan temperatur sama
B. Aturan Gibbs
Sifat suatu fasa dinyatakan dengan properti-properti intensif, dan
biasanya properti-properti intensif yang diperhatikan adalah temperatur,
tekanan, dan konsentrasi. Banyaknya properti intensif yang harus
ditetapkan atau harus dinyatakan agar keadaan setimbang tidak menjadi
samar-samar bisa dihitung dengan menggunakan aturan fasa (Phase Rule).
Aturan fasa untuk pertama kali diperkenalkan oleh J. Willard Gibbs (tahun
1875), tetapi baru dipublikasikan 20 tahun kemudian. Untuk menentukan
banyaknya property itensif atau parameter yang mempengaruhi jenis fasa
pada kesetimbangan Fasa, diperlukan beberapa istilah, yaitu :
1. Banyak Fasa
Banyaknya fasa dalam sistem diberi notasi P, gas atau campuran
gas adalah fasa tunggal. Kristal adalah fasa tunggal ; dan dua cairan
108
yang dapat campur secara total membentuk fasa tunggal. Es adalah
fasa tunggal (P = 1), walaupun e situ dapat dipotong-potong menjadi
bagian-bagian kecil. Campuran es dan air adalah sistem dua fasa (P =
2) walaupun sulit untuk menentukan batas antara fasa-fasanya.
Campuran dua logam adalah sistem dua fasa (P = 2) jika logam-
logam itu tak dapat campur, tetapi merupakan sistem satu fasa (P = 1)
jika logam-logamnya dapat campur. Contoh ini menunjukkan bahwa
memutuskan apakah suatu sistem terdiri dari satu atau dua fasa,
tidak selalu mudah. Larutan padatan A dalam B-campuran yang
homogen dari dua komponen-bersifat- seragam pada skala molekuler.
Dalam suatu larutan, atom-atom A dikelilingi oleh atom-atom A dan B,
dan sembarang sampel yang dipotong dari padatan itu, bagaimanapun
kecilnya, adalah contoh yang tepat dari komposisi keseluruhannya.
2. Banyaknya komponen
Banyaknya komponen dalam sistm C adalah jumlah minimum
spesises bebas yang diperlukan untuk menentukan komposisi semua
fasa yang ada dalam sistem. Definisi ini mudah diberlakukan jika
spesies yang ada dalam sistem tidak bereaksi, sehingga kita hanya
menghitung banyaknya. Misalnya, air murni adalah sistem satu-
komponen (C = 1) dan campuran etanol dan air adalah sistem satu-
komponen (C = 2).
Jika spesies bereaksi dan berada pada kesetimbangan kita harus
memperhitungkan arti kalimat “semua fasa” dalam definisi tersebut.
Jadi untuk ammonium klorida yang dalam kesetimbangan dengan
uapnya,
109
mempunyai dua komponen karena sekarang jumlah relative HCl dan
NH3 berubah-ubah. Sebaliknya, kalsium karbonat berada dalam
kesetimbangan dengan uapnya
110
setimbangnya dengan lengkap apabila diberikan nilai variabel intensif
sebanyak f, dengan definisi :
F=C–p+2
Sebagai contoh; pertimbangkan sebuah sistem yang terdiri dari
satu komponen dan satu fasa, dan keadaannya hanya dinyatakan
dengan satu variabel intensif saja, misalnya temperatur 30 oC. hal
seperti ini belum memberikan informasi yang cukup kepada kita
tentang keadaan sistem tersebut, karena temperatur sebesar 30 oC itu
bisa saja berada pada tekanan 0.5 atm, 1 psi, 2 atm dab sebagainya.
Agar sistem itu bisa dinyatakan dengan lengkap maka harus ada
variabel intensif lain yang harus diberikan misalkan tekanannya 1
atm. Dengan adanya dua variabel intensif yang diketahui nilainya,
maka sistem tersebut (1 fasa dan 1 komponen) dan telah dijelaskan
dengan sempurna dan memenuhi aturan fasa, yaitu ;
f = 1- 1 +2 = 2
C. Diagram Fasa
Diagram fasa adalah sejenis grafik yang digunakan untuk
menunjukkan kondisi kesetimbangan antara fase-fase yang berbeda dari
suatu zat yang sama.
Kegunaan diagram fasa :
Menentukan titik beku dan titik didih suatu zat pada tekanan tertentu
Menentukan fasa zat pada suhu dan tekanan tertentu
Menjelaskan kenapa ada zat padat yang menyublim
Menentukan konsentrasi zat pada suhu dan tekanan tertentu pada
diagram fasa 2 dan 3 komponen
111
D. Membaca Diagram Fasa
112
Dapat kita perhatikan bahwa semakin besar tekanan yang diberikan, maka
semakin tinggi juga titik didihnya. Jika kita masukkan data di atas (kita
ambil sebagian sampel data saja) ke dalam program excel (saya sendiri
menggunakan spreadsheet dari open office milik linux), maka akan kita
dapatkan diagram seperti di bawah ini :
113
Titik beku pun sama, garis yang terdapat pada diagram fasa (garis
beku), sebenarnya merupakan kumpulan titik-titik yang berhubungan
satu sama lain.
114
Jika kedua diagram tersebut digabung dengan diagram sublimasi, maka
kita pun mendapatkan diagram fasa yang kita kenal.
115
Diagram fase, apapun zatnya, umumnya menggunakan parameter
tekanan untuk sumbu Y dan parameter temperatur untuk sumbu X. Di
dalam diagram tersebut terbentuk tiga buah kurva yang menjadi batas
tiga fase fisika air. Ketiga kurva tersebut menjadi garis ekuilibrium dimana
dua fase air dapat berada dalam satu kondisi parameter tekanan dan
temperatur yang sama.
Kurva pertama menjadi batas antara fase padat dengan fase gas,
kurva kedua menjadi batas antara fase padat dengan cair, sedangkan kurva
ketiga menjadi batas antara fase cair dengan gas. Khusus kurva ketiga ini
kita kenal juga dengan istilah saturated line (garis saturasi). Pada garis
saturasi inilah air memiliki fase yang sangat kita kenal dengan nama uap
saturasi. Di sepanjang garis saturasi, berapapun besar tekanan dan
temperatur, air dan uap air dapat berada di dalam satu kondisi yang sama
dengan perbandingan kuantitas sesuai dengan nilai entalpi yang
dikandungnya.
116
Dengan demikian jika kita amati lebih rinci lagi, fase gas atau uap air
saja bisa digolongkan lagi menjadi tiga yakni saturated steam, superheated
steam, dan supercritical steam.
Tiga kurva yang membentuk diagram fase air kemudian bertemu di
sebuah titik yang dikenal sebagai triple point. Triple point adalah
sebuah titik dimana tiga fase fisika air yaitu padat, cair, dan gas,
dapat berada di satu kondisi ekuilibrium. Kondisi ini berada pada
tekanan 0,61 kPa dan 0,010°C. Nampak pada diagram di atas, di bawah
triple point, air tidak memiliki fase cair. Di bawah triple point ini padatan
air (es) akan langsung menguap menjadi gas jika terjadi kenaikan
temperatur pada tekanan konstan.
Di atas triple point, terdapat dua percabangan kurva dengan fungsi
masing-masing. Satu kurva membatasi antara fase padat dengan cair, dan
kurva yang lain membatasi antara fase cair dengan gas. Di ujung kurva
saturasi ini terdapat satu titik yang kita kenal sebagai critical point.
Critical point adalah sebuah titik yang menjadi batas akhir dari
kurva ekuilibrium fase cair dan gas sehingga dapat berada pada
satu kondisi tekanan dan temperatur yang sama. Critical point air
berada pada tekanan 22,1 MPa dan temperatur 374°C.
Ilustrasi sederhananya adalah, uap air yang berada di tekanan dan
temperatur lebih dari critical point, tidak dapat dikondensasikan hanya
dengan menaikkan tekanan saja. Atau contoh lain, jika kita memanaskan
air pada tekanan konstan 25 MPa, air liquid tidak akan mengalami fase uap
air saturasi (saturated steam) -- yang merupakan campuran antara air dan
uap air --, namun akan langsung berubah fase menjadi uap supercritical.
Konsep inilah yang menjadi dasar digunakannya boiler supercritical pada
pembangkit-pembangkit listrik tenaga uap modern
117
E. Jenis-jenis diagram fasa
Pada Sistem Kimia dikenal terdapat 3 macam sistem berdasarkan
hubungannya dengan komponen yaitu :
1. Sistem satu komponen
Salah satu system satu komponen adalah uap air dan air dalam
bentuk cair yang mana hanya memiliki 1 komponen yaitu air. Hal
tersebut berarti air dalam satu fasa yaitu cairan, sehingga dapat
dituliskan:
F = C –P + 2 = 1 – 1+ 2 = 2
Karena hasil yang didapatkan adalah 2 maka system dapat disebut
dengan system bivarian. Dalam diagram daerah yang menggambarkan
system dengan satu fasa dapat dilihat pada gambar diagram fasa air
Adapun pada sistem satu komponen bisa saja terdiri atas dua fasa
seperti system yang terdiri atas air dalam bentuk cair dan air dalam
bentuk uap air, sehingga didapatkan nilai F = 1. Pada system dengan
dua fasa dapat digambarkan keadaan kesetimbangannya pada gambar
118
di atas dimana letaknya adalah pada garis diantara dua fasa yang
dimiliki spesi pada satu system. Sistem dengan nilai F=1 dinamakan
system univarian. Jika terdapat tiga fasa dalam suatu system dalam
satu komponen maka didapatkan nilai F= 0, sehingga dapat dikatakan
merupakan system invarian. Menurut Atkins (1994) kondisi yang
khusus ini hanya dapat terjadi pada temperature dan tekanan
tertentu. Adapun pada diagram keadaan kesetimbangannya ditandai
dengan adanya satu titik yang disebut titik tripel yang menjadi titik
potong ketiga garis yang menggambarkan kesetimbangan dua fasa
yang dibatasinya
2. Sistem dua komponen
119
diperoleh satu fasa yang artinya fenol melarut dalam air
membentuk satu fasa yang ditandai dengan warna jerni (L1).
Titik b : pada titik ini terjadi kelarutan maksimum fenol dalam
air. Dari titik b ke titik c terjadi 2 lapisan yaitu L1 dan L2 dan
sistem berada dalam kondisi dua fasa air dan fenol yang melarut
sebagian dan ditandai dengan warnanya yang keruh. Semakin ke
kanan jumlah L1 akan berkurang dan jumlah L2 akan bertambah.
Titik c fenol yang ditambahkan cukup untuk melarutkan semua
air dalam fenol, sehinggan pada titik c sistem berada pada satu
fasa. Dari titik c ke titik d sistem kembali menjadi satu fasa
yang ditandai dengan warna jernih L2. Tc merupakan titik kritis
dimana merupakan batas kelarutan (suhu kelarutan kritis). Di
atas Tc cairan saling melarut sempurna dalam berbagai komposisi.
Pada sistem air-feno, memiliki Tc = 65,85oC
3. Sistem tiga komponen
120
maka diagram fasa sistem ini dapat digambarkan dalam satu
bidang datar berupa suatu segitiga samasisi yang disebut diagram
terner seperti pada gambar 4 dimana menggunakan parameter
persen massa. Adapun diagram terner juga dapat dinyatakan
dalam parameter fraksi mol seperti pada gambar 5.
121
Diagram terner fraksi mol
Cara membaca diagram terner ialah yang pertama harus diketahui
adalah arah angka dari kecil ke besar setiap komponen. Setelah itu
garis yang berada didepan sudut keterangan komponen seperti
A,B, dan C merupakan garis yang dimiliki masing masing
komponen A, B, dan C secara berurutan. Sebagai contoh titik pada
gambar 5 dapat diamati bahwa Xa sebesar 0.30, Xb sebesar 0.3,
dan Xc sebesar 0.4.
122
Latihan soal
1 2000 475
2 1000 500
3 101,3 200
4 245,6 400
123
2. Perhatikan diagram berikut
124
Bab VII
Termodinamika
125
Sistem terisolasi,, yaitu sistem yang tidak dapat terjadi pertukaran baik
materi maupun energi dari sistem ke lingkungan atau sebaliknya. contoh:
air panas dalam termos.
Lingkungan
Sistem
126
Bagaimana sifat-sifat energy?
Sifat energi :
1. Transformasi energi (energi dapat diubah menjadi bentuk lain)
2. Transfer energi (Energi dapat berpindah dari benda yang satu ke
benda yang lain)
3. Energi adalah kekal (tidak dapat diciptakan dan dimusnahkan)
Anda membutuhkan energi agar dapat berjalan, berlari, bekerja, dan
melakukan berbagai aktivitas lainnya. Dari manakah energi yang
Anda butuhkan untuk beraktivitas tersebut? Makanan dan minuman
memberikan Anda energi kimia yang siap dibakar dalam tubuh
sehingga akan dihasilkan energi yang Anda perlukan untuk
melakukan usaha atau aktivitas sehari-hari. Mobil dan sepeda motor
dapat bergerak karena adanya sumber energi kimia yang terkandung
dalam bensin. Dapatkah Anda menyebutkan bentuk-bentuk energi
lainnya yang Anda ketahui?
Energi baru dapat dirasakan manfaatnya apabila energi tersebut telah
berubah bentuk. Contohnya, energi kimia dalam bahan bakar berubah
menjadi energi gerak untuk memutar roda. Energi listrik berubah
menjadinenergi cahaya lampu, menjadi energi kalor pada setrika, rice
cooker, magic jar, dan dispenser, serta menjadi energi gerak pada bor,
mesin cuci, mixer, dan kipas angin.
127
tidak memiliki energi potensial. Dengan demikian, energi potensial
adalah energi yang tersimpan dalam suatu benda akibat
kedudukan atau posisi benda tersebut dan suatu saat dapat
dimunculkan.
128
2. Energi Kinetik (EK)
Enegi kinetik adalah energi yang dimiliki suatu benda karena
gerakannya. Jadi, setiap benda yang bergerak memiliki energi
kinetik. Contohnya, energy kinetik dimiliki oleh mobil yang sedang
melaju, pesawat yang sedang terbang, dan anak yang sedang
berlari. Secara umum, persamaan energy kinetik dituliskan
sebagai :
129
energy kinetic yang terjadi karena pergerakan partikel tersebut
ditambah dengan energy potensial yang terjadi antar partikel.
Energi dalam tidak meliputi energy-energi sebagai hasil interaksi
dengan lingkungan. Sebagai contoh adalah sebuah sistem dari
segelas air. Kemudian segelas air tersebut diletakkan di sebuah
rak yang tinggi. Karena diletakkan di tempat yang tinggi, segelas
air tersebut akan menghasilkan energy potensial. tetapi energy
potensial akibat perubahan letak segelas air tersebut tidak akan
mengubah gerakan partikel-partikel di dalam air. Dengan
demikian energy dalam air sebelum diletakkan di rak dan sesudah
diletakkan di atas rak adalah sama.
Tidak ada alat ukur yang bisa digunakan untuk mengukur energy
dalam, sehingga energy dalam hanya bisa dihitung dari besaran-
besaran yang bisa diukur secara makroskopis seperti tekanan,
volume, temperature dan lain-lain. Energy dalam tidak tergantung
dari bagaimana proses perubahannya, tetapi hanya bisa
ditentukan dari keadaan awal dan keadaan akhirnya ( U1 dan U2)
sehingga yang bisa dihitung adalah ΔU (U2-U1). Untuk lebih
lengkapnya, perhitungan ΔU akan dibahas diproses-proses
termodinamika.
4. Usaha (W)
Kata usaha dalam kehidupan sehari-hari adalah berbagai aktivitas
yang dilakukan manusia. Contohnya, Valentino Rossi berusaha
meningkatkan kelajuan motornya untuk menjadi juara dunia Moto
GP yang ke delapan kalinya, Ronaldinho berusaha mengecoh
penjaga gawang agar dapat mencetak gol, dan Firdaus berusaha
mempelajari Fisika untuk persiapanmulangan harian.
Anda pun dikatakan melakukan usaha saat mendorong sebuah
130
kotak yang terletak di atas lantai. Besar usaha yang Anda lakukan
bergantung pada besar gaya yang Anda berikan untuk mendorong
kotak dan besar perpindahan kotak. Dalam Fisika, usaha memiliki
definisi yang lebih khusus. Jika Anda memberikan gaya konstan F
pada suatu benda sehingga menyebabkan benda berpindah sejauh
s, usaha W yang dilakukan gaya tersebut dinyatakan dengan :
W = F. s
dengan: F = gaya (N),
s = perpindahan (m), dan
W = usaha (Nm = joule)
Untuk usaha yang dilakukan oleh gas akan dibahas dalam proses-
proses termodinamika.
5. Kalor (Q)
Kalor adalah perpindahan energy yang terjadi di antara sistem dan
lingkungan yang disebabkan karena adanya perbedaan
temperature antara sistem dan lingkungan. Kalor akan selalu
berpindah dari daerah yang temperaturnya tinggi ke daerah yang
temperaturnya rendah. Kalor akan bernilai positif apabila terjadi
perpindahan energy dari lingkungan ke sistem, dan sebaliknya,
kalor akan bernilai negatif apabila terjadi perpindahan energy
dari sistem ke lingkungan. Perhitungan tentang kalor akan
dibahas di proses-proses termodinamika.
131
Nah, bagaimana usaha yang dilakukan oleh sebuah partikel gas?
Perhatikan gambar di bawah ini :
W = P(V2-V1)
132
a. Jika gas memuai sehingga perubahan volumenya
berharga positif, gas(sistem) tersebut dikatakan
melakukan usaha yang menyebabkan
volumenya bertambah. Dengan demikian, usaha W sistem
berharga positif. Apabila proses ini dituangkan dalam
bentuk grafik, maka akan tampak sebagai berikut
(perhatikan arah panahnya):
Keterangan : Grafik
P-V suatu gas yang
mengalami
pemuaian
(melakukan
ekspansi)
133
Usaha yang dilakukan oleh sistem dapat ditentukan melalui
metode grafik. Pada (a) dapat dilihat bahwa proses bergerak ke
arah kanan (gas memuai). Hal ini berarti V2 > V1 atau ΔV > 0
sehingga W bernilai positif (gas melakukan usaha terhadap
lingkungan). W sama dengan luas daerah di bawah kurva yang
diarsir (luas daerah di bawah kurva p –V dengan batas volume
awal dan volume akhir) Selanjutnya perhatikan (b). Jika proses
bergerak ke arah kiri (gas memampat), V2 < V1 atau ΔV < 0
sehingga W bernilai negatif (lingkungan melakukan usaha
terhadap gas). W = – luas daerah di bawah kurva p–V yang diarsir
Marilah kita coba masukkan harga ΔV ke dalam persamaan
W=P. ΔV. Dari persamaan tersebut dan grafik hubungan tekanan
(p) terhadap (V) pada, Anda dapat menyimpulkan bahwa suatu
sistem dikatakan melakukan usaha (W berharga positif) atau
sistem diberi usaha atau menerima usaha dari lingkungan (W
berharga negatif), jika pada sistem tersebut terjadi perubahan
volume (ΔV)
Latihal Soal
1. Suatu gas dipanaskan pada tekanan tetap sehingga memuai, seperti
terlihat pada gambar.
134
2. Gambar berikut menunjukkan suatu siklus termodinamika dari
suatu gas ideal.
135
Untuk menghitung usaha sistem dalam proses isotermal ini
digunakan cara integral sehingga dari proses penurunan rumus
didapatkan :
136
Oleh karena perubahan volume dalam proses isokhorik ΔV = 0
maka usahanya
W=0
Atau
137
Oleh karena volume sistem berubah, sedangkan tekanannya
tetap, usaha yang dilakukan oleh sistem dinyatakan dengan
persamaan
138
Dari kurva hubungan p – V tersebut, Anda dapat mengetahui
bahwa:
1) Kurva proses adiabatik lebih curam daripada kurva proses
isotermal.
2) Suhu, tekanan, maupun volume pada proses adiabatik tidak
tetap.
Oleh karena sistem tidak melepaskan atau menerima kalor,
pada kalor sistem proses adiabatik Q sama dengan nol. Dengan
demikian, usaha yang dilakukan oleh sistem hanya mengubah
energi dalam sistem tersebut. Besarnya usaha pada proses
adiabatik tersebut dinyatakan dengan persamaan berikut
139
Latihan Soal
1. Sepuluh mol gas helium memuai secara isotermal pada suhu 47°C
sehingga volumenya menjadi dua kali volume mula-mula.
Tentukanlah usaha yang dilakukan oleh gas helium
2. Suatu gas yang volumenya 1,2 liter perlahan-lahan dipanaskan pada
tekanan tetap 1,5 × 105 N/m2 hingga volumenya menjadi 2 liter.
Berapakah usaha yang dilakukan gas?
3. Suatu gas ideal mengalami proses siklus seperti grafik p – V berikut.
Tentukanlah:
a. usaha gas dari A ke B,
b. usaha gas dari B ke C,
c. usaha gas dari C ke A, dan
d. usaha netto gas dalam satu siklus
4. Usaha sebesar 2 × 103 J diberikan secara adiabatik untuk
memampatkan 0,5 mol gas ideal monoatomik sehingga suhu
mutlaknya menjadi 2 kali semula. Jika konstanta umum gas R =
8,31 J/mol K, tentukanlah suhu awal gas.
5. Suatu gas ideal monoatomik di dalam ruang tertutup memiliki
tekanan 1,2 × 105 N/m2 dan volume 40 liter. Jika gas memuai secara
isobarik sehingga volumenya menjadi 50 liter, gas akan menyerap
kalor dari lingkungan sebesar 2 kJ. Tentukanlah:
a. usaha yang dilakukan gas, dan
140
b. perubahan energi dalam gas.
6. Suatu gas ideal mengalami proses menurut siklus,
seperti diagram p-V berikut.
141
dengan: Q = kalor yang diterima atau dilepaskan oleh sistem,
ΔU = U2 — U1 = perubahan energi dalam sistem, dan
W = usaha yang dilakukan sistem.
142
Oleh karena ΔT = 0, menurut Teori Kinetik Gas, energi dalam
sistem juga tidak berubah (ΔU = 0) karena perubahan energi
dalam bergantung pada perubahan suhu. Dengan demikian,
persamaan Hukum Pertama Termodinamika untuk proses
isotermal ini dapat dituliskan sebagai berikut
Proses Isokhorik
Dalam proses isokhorik perubahan yang dialami oleh sistem
berada dalam keadaan volume tetap. Anda telah memahami
bahwa besar usaha pada proses isokhorik dituliskan W = pΔV = 0.
Dengan demikian, persamaan Hukum Pertama Termodinamika
untuk proses ini dituliskan sebagai
Atau
143
Isobarik
Jika gas mengalami proses isobarik, perubahan yang terjadi pada
gas berada dalam keadaan tekanan tetap. Usaha yang dilakukan
gas dalam proses ini memenuhi persamaan
W = P ΔV = p(V2 – V1).
Dengan demikian, persamaan Hukum Pertama Termodinamika
untuk proses isobarik dapat dituliskan sebagai berikut.
Proses Adiabatik
Dalam pembahasan mengenai proses adiabatik, Anda telah
mengetahui bahwa dalam proses ini tidak ada kalor yang keluar
atau masuk ke dalam sistem sehingga Q = 0. Persamaan Hukum
Pertama Termodinamika untuk proses adiabatik ini dapat
dituliskan menjadi
Q = ΔU + W
0 = ΔU + W
Atau
Berdasarkan Persamaan (9-16) tersebut, Anda dapat
menyimpulkan bahwa usaha yang dilakukan oleh sistem akan
144
mengakibatkan terjadinya perubahan energi dalam sistem di
mana energi dalam tersebut dapat bertambah atau berkurang
dari keadaan awalnya. Persamaan Hukum Pertama
Termodinamika untuk gas ideal monoatomik pada proses
adiabatik ini dituliskan sebagai
b. Kapasitas Kalor
Kapasitas kalor gas adalah banyaknya kalor yang dibutuhkan untuk
menaikkan suhu gas sebesar 1°C, untuk volume tetap disebut CV dan
untuk tekanan tetap disebut Cp. Secara matematis, kapasitas kalor
(C) dinyatakan dengan persamaan
145
Oleh karena dalam proses ini volume sistem tetap ( ΔU = 0) maka
usaha sistem W = 0 sehingga didapatkan persamaan
.Proses Isobarik
maka
146
dan
Bagaimana dengan kapasitas kalor selain gas monoatomik?
Untuk internal temperatur antar 300-1500 K, kapasitas panas
molal gas umumnya dinyatakan dengan persamaan kuadrat
Cp = a+ bT+ cT2
T = oK
147
Latihan Soal
148
BAB VII
Neraca Energi Tanpa Reaksi
149
Energi yang masuk atau yang keluar dari sistem bisa kita hitung
dari perubahan energi dalam, perubahan energi kinetik, dan
perubahan energi potensial.
Energi yang dihasilkan atau energi yang dibutuhkan oleh sistem
bisa kita lihat dari perpindahan kalor (Q) atau usaha dari sistem
(W). Sehingga persamaan neraca energi untuk sistem tertutup
adalah :
150
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam menyelesaikan neraca
energi adalah sebagai berikut :
1. Kalor (Q)
Kalor merupakan perpindahan energi dari temperatur tinggi ke
temperatur rendah. Apabila proses yang akan dihitung termasuk
adiabatik(tidak ada Q masuk atau keluar) atau berada pada
sistem terisolasi, maka Q = 0
2. Usaha (W)
Usaha merupakan energi yang digunakan untuk menggerakkan
sesuatu atau menimbulkan gaya. Dalam proses kimia, usaha
biasanya dilakukan oleh pompa, kompresor, piston yang
bergerak, atau turbin yang bergerak. Apabila dalam sistem tidak
ada benda yang bergerak, maka sistem dianggak tidak memiliki
usaha atau W = 0
3. Energi dalam (U)
Energi dalam merupakan energi yang terkandung dalam sistem.
Apabila dalam sistem tidak terjadi perubahan temperatur (proses
isotermal) maka dianggap ΔU sistem tetap atau ΔU = 0
4. Energi Kinetik
Energi kinetik merupakan energi yang dibutuhkan karena
pergerakan dari suatu benda pada kecepatan tertentu. Apabila
dalam proses tidak ada kecepatan yang terjadi, maka ΔEK = 0
5. Energi Potensial
Energi potensial merupakan energi yang timbul karen posisi
benda pada ketinggian tertentu, sehingga apabila benda tidak
berada pada ketinggian tertentu maka ΔEP = 0
6. Proses Unsteady state (tidak tunak)
151
Proses Unsteady state adalah proses yang mana variable dalam
prosesnya (seperti temperatur dan tekanan) berubah-ubah. Jadi
untuk persamaan neraca energi dengan sistem tertutup yang
unsteady state adalah
ΔU + ΔEK + ΔEP =ΔE = Q + W
152
Contoh sistem tertutup yang steady state adalah sebagai berikut:
153
ufg = selisih ug dengan uf (dimana ufg = ug – uf)
hf = Enthalpi dari cairan jenuh (saturated liquid)
hg = Enthalpi dari uap jenuh (saturated vapor)
hfg = selisih hg dengan hf (hfg = hg – hf), properti ini disebut juga
dengan Enthalpi Penguapan (Evaporation Enthalpy) atau juga kalor
laten
contoh tampilan dari steam table adalah sebagai berikut :
Contoh pembacaan
1. berapakah energi dalam 2 kg air pada tekanan 0,022 bar?
Cara pembacaan :
154
Cari pada kolom tekanan, cari P (barr) 0,022. Untuk mencari energi
dalam, berarti kolom yang dilihat adalah U water. Sehingga kalau
kita tarik gari ke kanan dari P(barr) 0,022 akan didapatkan U water
79,8 kJ/kg. maka energi dalam untuk 2 kg air adalah :
U water = 79,8 kJ/Kg . 2 Kg = 159,6 kJ
2. Berapakah energi dalam 0,5 kg steam pada temperatur 25oC?
Pada kolom temperatur, silakan lihat temperatur yang mendekati
25oC. dalam kolom tersebut temperatur yang mendekati adalah 24,1
dan 26,7. Untuk menentukan data-data yang tidak ada di dalam
tabel, maka kita harus menggunakan interpolasi linear. Nah
bagaimana langkahnya?
Tentukan 2 data yang lebih banyak dan lebih sedikit. Jadi
untuk temperatur 25oC maka data yang dipakai adalah
24,1oC dengan U steam adalah 2408,6 KJ/Kg
26,7oC dengan U steam adalah 2412,2 KJ/Kg
Tentukan label data yang akan dimasukkan ke rumus
interpolasi linear dengan temperatur sebagai data x dan U
steam sebagai data y sehingga akan muncul keterangan :
X : temperatur yang akan dicari harga U steamnya (25oC)
Y : U steam pada 25oC
X1 : temperatur yang lebih rendah dari X (24,1oC)
Y1 : U steam yang lebih rendah dari Y (2408,6 KJ/Kg)
X2 : temperatur yang lebih tinggi dari X (26,7oC)
Y2 : U steam yang lebih tinggi dari Y (2412,2 KJ/Kg)
Masukkan data ke persamaan interpolasi linear dan
selesaikan persamaannya hingga didapatkan hasil Y
155
25 24,1 2408,6
=
26,7 24,1 2412,2 2408,6
0,9 2408,6
=
2,6 3,6
3,6 .0,9 = 2,6 ( 2408,6)
3,24 = 2,6 6262,36)
2,6 = 3,24 + 6262,36
2,6 = 6265,6
= 2409, 846 /
Dari hasil interpolasi linear didapatkan U steam pada 25oC
adalah 2409,846 KJ/Kg sehingga U steam untuk 0,5 kg steam
adalah 2409,846 KJ/Kg . 0,5 Kg = 1204,923 KJ
156
Latihan Soal
1. Perhatikan gambar berikut ini :
Q = -10 J Q = -30 J
W = 17 J
Q = -10 J
Q = 40 J
Q = 10 J
157
Usaha yang diberikan sekitat 50 J. hitunglah energi dalam setelah
proses bila energi dalam mula-mula adalah 10kJ!
5. 4 kg superheated steam pada tekanan 700 kPa dan 500K
didinginkan pada tangki hingga 400K. hitunglah kalor pada proses
tersebut!
6. Sebuah tangki berisi 1 ft3 steam. Tangki tersebut dihubungkan
dengan tangki lain yang kosong. Kedua tangki tersebut diatur
sedemikian rupa sehingga temperatur kedua tangki konstan 200oF.
setelah mencapai kesetimbangan, tekanan kedua tangki adalah 1
psia. Hitunglah W, Q, ΔU, dan Volum pada tangki yang kedua
7. Sebuah silinder yang memiliki piston diisi dengan gas. 2 kkal kalor
diberikan ke dalam gas tersebut sehingga temperaturnya menjadi
100oC lebih panas. Gas melakukan 68J kerja ketika menggerakkan
piston. Hitung ΔU dari sistem
158
C. Neraca Energi pada Sistem terbuka
Sistem terbuka adalah sistem yang mana baik massa maupun energi
bisa keluar masuk. Perhatikan gambar dibawah ini
159
W = Wf + Ws
Sehingga persamaan neraca energi untuk sistem terbuka adalah :
160
Sama seperti energi dalam, susah untuk dihitung pada satu titik.
Yang dapat ditentukan adalah perubahan entalpi. Sehingga rumus
tersebut menjadi :
Harga entalpi tiap senyawa dapat dilihat pada buku-buku sifat fisika
dan kimia, dan untuk air bisa kita lihat pada steam table.
Untuk persamaan neraca energi pada proses steady state, dapat
disederhanakan menjadi :
161
Latihan Soal
162
4. Sebuah turbin dengan W = 13 MW beroperasi pada kondisi
steady state menggunakan steam dengan laju alir 20 kg/s.
Kondisi steam pada inletnya adalah P=3000kPa dan 450oC.
kondisi outletnya adalah P = 500 kPa dan steam sudah berubah
menjadi saturated vapor. Laju lair masuk steam adalah 250 m/s
dan laju alir keluar adalah 40 m/s. Berapakah Q pada turbin
dalam kW?
5. Udara dikompresi dari 100 kPa dan 255 K (dengan ΔH 489
kJ/Kg) menjadi 1000 kPa dan 278 K ( dengan ΔH 509 kJ/kg). laju
alir keluarnya udara dari kompresor adalah 60 m/s. berapakah
kekuatan kompresor (kW) bila udara yang masuk adalah
100kg/jam?
6. Steam dengan laju alir 60 kg/jam, 200oC, dan tekanan 1 bar
memasuki heat exchanger. Steam digunakan untuk memanaskan
air, dan steam keluar menjadi cairan. Abaikan perubahan
tekanan pada heat exchanger. Berapakah kalor yang dialirkan
steam kepada air yang akan dipanaskan?
163
7. Minyak mentah dipompa dengan laju alir 1000 kg/menit
melewati pipa 2 km. Pipa masuk berada pada kedalaman 200 m
dari pipa keluar. Bila gaya gesek pipa diabaikan, hitung W dari
pipa!
8. Steam pada tekana 60 bar dan temperature 500oC memasuki
turbin yang adiabatic dengan laju alir 1kg/s. Outlet turbin adalah
1 bar dan 400oC. Inlet dan outlet berada pada ketinggian yang
sama dan diameter pipa adalah 0,15 m. berapakah W turbin
tersebut?
164
STEAM TABLE
165
166
167
168
169
170
171
172
173
174
175
176
BAB VIII
Neraca Energi
Dengan Reaksi Kimia
(Termokimia)
177
B. Reaksi Endotermis dan Eksotermis
Dalam setiap materi terkandung energy dengan kadar yang berbeda-
beda. Jumlah total dari semua bentuk energi dalam zat pada tekanan tetap
disebut entalpi (H). Entalpi suatu zat akan konstan selama tidak ada energi
yang masuk atau keluar dari zat tersebut. Besarnya H tidak dapat diukur,
namun yang dapat ditentukan adalah
ΔH. Perubahan entalpi dari suatu reaksi = kalor yang diserap atau
dibebaskan oleh reaksi.
ΔHreaksi = qreaksi
Besarnya ΔHreaksi adalah selisih dari entalpi hasil reaksi dengan
entalpi pereaksi.
a. Reaksi Eksotermis
Reaksi ini terjadi apabila terjadi perpindahan panas dari system ke
lingkungan, sehingga suhu lingkungan akan naik.
R = ΔHreaktan
P = ΔHproduk
178
Diagram reaksi eksotermis
b. Reaksi Endotermis
Reaksi ini terjadi apabila terjadi perpindahan panas dari lingkungan ke
system, sehingga suhu lingkungan akan turun.
R = ΔHreaktan
P = ΔHproduk
179
Contoh umum reaksi endotermis :
P + Q → R + S - x kkal
P + Q → R + S ; ΔH = + x kkal
NB
Panas reaksi adalah jumlah kalor yang diserap atau
dilepaskan oleh suatu reaksi yang mana merupakan
lawan dari ΔH reaksi
Satuan kalor reaksi/ ΔH reaksi adalah kalori atau
joule.
1 kalori = 4,2 joule
1 joule = 0,24 kalori
C. Jenis Entalpi
Secara umum, jenis entalpi dibagi menjadi 2 yaitu entalpi perubahan fisik
dan entalpi perubahan kimia.
180
a. Entalpi Perubahan Fisika
Entalpi perubahan fisika terdiri atas :
1) Entalpi Peleburan adalah perubahan entalpi yang terjadi
ketika suatu padatan meleleh pada titik lelehnya. Dimana
pada tekanan konstan :
Padatan → Cair ; ΔHpeleburan > 0
Contohnya adalah es yang berubah menjadi cair pada suhu 0
oC. Panas yang diserap digunakan untuk melemahkan ikatan
antar molekul air, sehingga jarak antara molekul yang satu
dengan yang lain menjadi besar dan menjadi berbentuk cair.
Adapun reaksinya adalah :
H2O(s) → H2O(l) ; ΔHpeleburan = + 6,02 kJ/mol
181
b. Entalpi Perubahan Kimia
Data tentang perubahan kimia biasanya dinnyatakan pada
keadaan standar. Keadaan standar adalah keadaan pengukuran
pada suhu 25 oC dan tekanan 1 atmosfer. Simbol perubahan
entalpi pada keadaan standar biasanya dinyatakan dalan ΔHo.
Entalpi terdiri atas beberapa macam, yaitu, entalpi
pembentukan, entalpi penguraian, entalpi pembakaran, entalpi
netralisasi, dan entalpi pelarutan.
= + 285,85 kJ
ΔHof H2O(l) = -285,85 kJ
Reaksi pembentukan H2O adalah reaksi eksotermis.
182
2) Entalpi Penguraian standart adalah perubahan entalpi
penguraian satu mol senyawa menjadi unsure-unsur
penyusunnya pada keadaan standar.
Marguis de Laplace merumuskan bahwa jumlah kalor yang
dilepaskan sama dengan jumlah kalor yang diperlukan pada
penguraian senyawa tersebut menjadi unsure-unsurnya.
Hal ini juga berlaku pula pada reaksi dapat balik atau
reversible. Kalor reaksi ke kiri dan ke kanan sama besar,
hanya tanda aljabarnya berlawanan.
Contoh : A+B C + D + x kkal , maka
C+D A + B – x kkal
183
4) Entalpi Pelarutan standar. Jumlah energy yang dilepas
atau diserap ketika sebuah senyawa membentuk larutannya
disebut entalpi pelarutan. Entalpi pelarutan standar adalah
perubahan entalpi ketika satu mol senyawa dilarutkan ke
dalam sejumlah pelarut pada keaadan standar. Pelarutan
senyawa ionik dalam air meliputi 2 proses
Proses pertama adalah dekomposisi senyawa ion
menghasilkan ion-ion penyusunnya dalam bentuk gas. Proses
pertama membutuhkan energy untuk mengatasi atau
melepaskan gaya antar kisi kristal. Entalpi pada proses ini
selalu positif.
Proses kedua adalah proses reaksi ion dalam fasa gas
dengan molekul-molekul air membentuk larutan atau ion
yang terhidrasi. Proses ini disebut proses hidrasi. Proses ini
terjadi pelepasan energy karena terbentuknya ikatan antara
ion dengan molekul air.
Contoh :
Pembentukan larutan NaBr dalam air. Adapun proses dan
reaksi yang terjadi adalah :
184
hidrasi lebih besar dari energi yang dibutuhkan pada proses
dekomposisi senyawa ionik
= 100 kJ
ΔHonetralisasi NaOH = - 100 kJ/mol
Kalor netralisasi H2SO4 = 200 kJ
ΔHonetralisasi H2SO4 = -200 kJ/mol
185
Menurut azas Black :
Kalor yang dilepas = kalor yang diterima
Contoh :
186
Misal kita akan mengukur kalor reaksi penetralan 100 ml larutan 0,2 M
KOH dengan 100 ml larutan 0,1 M H2SO4. Masing-masing larutan suhunya
25 oC, dan kapasitas panas calorimeter 80 kalori/ oC, kalor jenis larutan dan
berat jenisnya kita anggap = 1. Misalkan suhu setelah reaksi = 60 oC.
Perhitungan :
Berat larutan = ( 100+100) gram = 200 gram
1. Kalori yang dibutuhkan larutan hingga suunya naik
q = m x c x T
= 200 . 1 . (60-25)
= 7.000 kalori
2. Kalori yang dibutuhkan calorimeter hingga suhunya naik
qkalorimeter = C x T
= 80 . (60-25)
= 2.800 kalori
Maka kalor reaksinya adalah
qreaksi = - (qlarutan + qkalorimeter )
= - (7.000 + 2.800)
= - 9.800 kalori
Maka reaksi atas merupakan reaksi eksotermis dengan melepaskan kalor
sebesar 9.800 kalori.
187
Artinya : “ perubahan entalpi suatu reaksi hanya tergantung pada keadaan
awal ( zat-zat
zat pereaksi ) dan keadaan akhir ( zat-zat
zat hasil reaksi ) dari
suatu reaksi dan tidak tergantung pada jalannya reaksi.” Pernyataan ini
disebut Hukum Hess, rumus yang dapat dipakai yaitu
ΔHreaksi = ΔH1 + ΔH2 + ΔH3….
ΔH
X
ΔH1 ΔH3
Y
ΔH2
X Y
B
Siklus Energi pembentukan
zat B dari zat A
Diagram Tingkat Energi
pembentukan zat B dari zat A
188
Berdasarkan Hukum Hess, penentuan H dapat dilakukan melalui 3 cara
yaitu :
1). Perubahan entalpi ( H ) suatu reaksi dihitung melalui penjumlahan
dari perubahan entalpi beberapa reaksi yang berhubungan.
2). Perubahan entalpi ( H ) suatu reaksi dihitung berdasarkan selisih
entalpi pembentukan ( Hf o ) antara produk dan reaktan.
3). Perubahan entalpi ( H ) suatu reaksi dihitung berdasarkan data energi
ikatan.
189
Strategi :
(i) Berdasarkan reaksi di atas, C(grafit) dibutuhkan pada
reaktan. Maka pilihlah reaksi yang memiliki C(grafit)
pada reaktan yaitu reaksi (1).
(ii) H2(g) juga dibutuhkan sebagai reaktan. Maka pilihlah
reaksi yang memiliki H2(g) pada reaktan yaitu reaksi (2).
Karena yang dibutuhkan 2 mol H2(g), maka kalikanlah
reaksi (2) dua kali.
(iii) Berdasarkan reaksi di atas, CH4(g) dibutuhkan pada
produk. Tetapi pada data yang diberikan, hanya ada
CH4(g) sebagai reaktan yaitu pada reaksi (3). Maka,
baliklah reaksi (3), dan baliklah juga tanda harga
Honya.
(iv) Hilangkan senyawa-senyawa yang tidak dibutuhkan
dengan mencoret senyawa-senyawa yang ada di kedua
ruas. Kemudian jumlah nilai Ho. Jumlah Ho ini
merupakan Ho reaksi C(grafit) + 2H2(g) → CH4(g)
Penyelesaian :
(i) C(grafit) + O2(g) → CO2(g) Ho = - 393,5
kJ (1)
(ii) 2H2(g) + O2(g) → 2H2O(l) Ho = 2(-
285,8 kJ) (2) x 2
(iii) CO2(g) + 2H2O(l) → CH4(g) + 2 O2(g) Ho = +
890,3 kJ (3)
190
2) Perubahan entalpi ( H ) suatu reaksi dihitung berdasarkan
selisih entalpi pembentukan ( Hf o ) antara produk dan
reaktan
Contoh Soal :
Dari tabel entalpi pembentukan diatas, tentukan :
a. H reaksi pembakaran C2H4 !
b. Tentukan jumlah kalor yang dibebaskan pada pembakaran 56 g gas C2H4
Jawab
a. Reaksi pembakaran C2H4
191
= -787 – 571,6 + 52,5
= - 1306,1 kJ/mol
b. Jumlah kalor yang dibebaskan 56 g gas C2H4
Mr C2H4 = (2x12) + (4x1) = 28
Mol C2H4 = 56/28 = 2 mol
H pembakaran 2 mol C2H4 = 2 mol x ( -1306,1 kJ/mol )
= -2612,2 kJ
Jadi pada pembakaran 56 gram gas C2H4 dibebaskan kalor sebesar
2612,2 Kj
dimana BE adalah energi ikatan per mol ikatan, nj dan ni adalah jumlah
mol ikatan yang pecah atau terbentuk dalam hal reaktan dan produk.
Dalam hal yang sama, data panas reaksi dapat juga digunakan untuk
menghitung energi disosiasi ikatan dari setiap ikatan tertentu, asal saja
data lain dalam persamaan diketahui. Satu hal yang harus diingat bahwa
lingkungan sekeliling atom sangat mempengaruhi energy ikatan dari ikatan
tertentu; oleh karena itu harga yang diperoleh dari persamaan adalah
harga rata-rata atau harga kira-kira.
192
Walaupun energi ikatan adalah untuk molekul dalam fase gas, tetapi harga
kira-kira panas reaksi dapat dihitung dari fase terkondensasi dapat
dikoreksi jika panas penguapan, panas sublimasi dan lain-lain dapat
diikutsertakan.
Suatu reaksi yang H–nya ditentukan dengan menggunakan energi
ikatan, maka atom-atom yang terlibat dalam reaksi harus berwujud gas.
Berdasarkan jenis dan letak atom terhadap atom-atom lain dalam
molekulnya, dikenal 3 jenis energi ikatan yaitu :
1. Energi Atomisasi.
Adalah energi yang diperlukan untuk memutuskan semua ikatan 1 mol
molekul menjadi atom-atom bebas dalam keadaan gas.
Energi atomisasi = jumlah seluruh ikatan atom-atom dalam 1 mol senyawa.
2. Energi Disosiasi Ikatan.
Adalah energi yang diperlukan untuk memutuskan salah 1 ikatan yang
terdapat pada suatu molekul atau senyawa dalam keadaan gas.
3. Energi Ikatan Rata-Rata.
Adalah energi rerata yang diperlukan untuk memutuskan ikatan atom-
atom pada suatu senyawa ( notasinya = D ). Energi ikatan suatu molekul
yang berwujud gas dapat ditentukan dari data entalpi pembentukan
standar (Hf ) dan energi ikat unsur-unsurnya. Prosesnya melalui 2 tahap
yaitu :
o Penguraian senyawa menjadi unsur-unsurnya.
o Pengubahan unsur menjadi atom gas.
Reaksi kimia pada dasarnya terdiri dari 2 proses :
o Pemutusan ikatan pada pereaksi.
o Pembentukan ikatan pada produk reaksi.
Pada proses pemutusan ikatan = memerlukan energi.
Pada proses pembentukan ikatan = membebaskan energi
193
Secara umum dirumuskan :
194
TABEL ENERGI IKATAN
Ikatan E (kJ/mol) Ikatan E (kJ/mol)
H-H 436 O=O 498
H-C 415 C
C≡N 891
H-N 390 F
F-F 160
C-C 345 Cl
Cl-Cl 243
C≡C 837 H
H-Cl 432
C-O 350 C=C 611
C=O 741 I
I-I 150
C-Cl 330 N=N 418
O-H 450 C
C-F 485
Penyelesaian :
195
Latihan Soal
1. Hitung perubahan energy dalam sistem jika :
a. Sistem menyerap panas sebesar 80 kj dan menerima kerja
sebesar 30 kj
Jawab :
b. Sistem membebaskan kalor sebesar 50 kj dan menerima kerja
sebesar 5 kj
Jawab :
2. Apa bedanya reaksi ekstoterm dan reaksi indoterm? Masing-masing
beri 2 contoh!
Jawab :
3. Tuliskan pengertian dari :
a. Kalor pembentukan ialah
b. Kalor penguraian ialah
c. Kalor pembakaran ialah
4. Tuliskan persamaan termo kimianya jika diketahui :
a. H pembentukan NaCl(s) = - 411 kj/mol
b. H pembentukan KClO3(s) = - 391,2 kj/mol
c. H penguraian HBr(g) = +36 kj/mol
d. H penguraian NH4Cl(s) = +314,4 kj/mol
e. H pembakaran CH4(g) = - 808 kj/mol
f. H pembakaran C2H5OH(l) = - 1380 kj/mol
5. Diketahui reaksi : N2(g) + 2O2(g) → 2NO2(g) H = 63 kj
Tentukan :
a. Kalor reaksi
b. Kalor pembakaran N2
c. H pembentukan NO2
d. Kalor pembentukan NO2
196
6. Diketahui reaksi Ca(OH)2+2HCl → CaCl2+2H2O H = - 980 kal
Berapa :
a. Kalor reaksinya
b. Kalor netralisasi Ca(OH)2
c. Kalor netralisasi HCl
d. H netralisasi HCl
7. Jika 50 ml asam sulfat 1 M direaksikan dengan 100 ml natrium
hidoksida 1 M, terjadi kenaikan suhu sebesar 8,6 oC. JIka 25 ml
asam sulfat 1 M direaksikan dengan 125 ml natrium hidroksida 1 M,
terjadi kenaikan suhu, 4,3oC. jika 100 ml asam sulfat 1 M
direaksikan dengan 50 ml natrium hidroksida 1 M, kenaikan suhu
juga 4,3oC. jelaskan :
a. Mengapa kenaikan suhu pada percobaan kedua dan ketiga sama
besarnya?
b. Mengapa kenaikan suhu pada percobaan kedua dan ketiga hanya
separuh percobaan pertama?
8. Diketahui harga Hf zat – zat (kkal) : SO3(g) = - 94,6 , H2O(l) = - 68,3 ,
CH3OH(l) = - 57 , CO2(g) = - 94,1 , SO2(g) = - 70,9 , H2SO4(l) = - 194,5 ,
C2H6(g) = - 20,8 , termasuk reaksi ekstotern atau reaksi endoterm.
a. SO3(g) + H2O(l) → H2SO4(l)
Jawab :
b. CH3OH(l) + 3/2 O2(g) → CO2(g) + 2H2O(l)
Jawab :
c. 2C2H6(g) + 7O2(g) → 4CO2(g) + 6H2O(l)
Jawab :
d. 2SO3(g) → 2SO2(g) + O2(g)
Jawab :
197
9. Diketahui : Hf C2H6(g) = - 85 kj/mol ; HfH2O(l) = -286 kj/mol : Hf
CO2(g) = - 394 kj/mol : H pembakaran CH3OH(g) = - 728 kj/mol
a. Hitung kalor reaksi pembakaran 15 g C2H6 !
Jawab :
b. Hitung kalor pembentukan CH3OH !
Jawab :
10. Diketahui reaksi : C + 2S → CS2 H = +27,55 Kkal
C + O2 → CO2 H = -94,05 Kkal
S + O2 → SO2 H = -70,96 Kkal
198
14. Bila diketahui entalpi pembentukan gas C2H4 dan gas C2H6 berturut-
turut adalah +51,8 kJ dan +84,5 kJ, maka besarnya panas yang
dibebaskan reaksi berikut adalah…
C2H4 (g) + H2 (g) → C2H6 (g)
Jawab :
15. Pada pembakaran 64 g CH3OH menjadi CO2 dan H2O dibebaskan
panas sebanyak 350 Kkal. Jika kalor pembakaran C = 94 Kkal dan
kalor pembakaran gas H2 = 68 Kkal. Tentukan kalor pembentukan
CH3OH!
Jawab :
16. Reaksi pemutuasn ikatan O – H pada molekul uap air H2O(g) → 2H(g)
+ O(g) H = 926 kj. Tentukan energy ikatan rata-rata O – H !
Jawab :
17. Diketahui data energy ikatan rata-rata sebagai berikut
H-H = 436 kJ/mol
Cl-Cl = 242 kJ/mol
H-Cl = 431 kJ/mol
Kalor yang diperlukan untuk menguraikan 146 HCl (Mr : 36,5 )
menjadi unsure-unsurnya adalah…
Jawab :
18. Dari data energi ikatan rata-rata berikut ini:
C-H = 414,2 kJ mol-1 ; N-N = 945,6 kJ mol-1
H-H = 436,0 kJ mol-1 ; C-N = 878,6 kJ mol-1
dan kalor sublimasi karbon,
C(s) → C(g) ΔH = 719,7 kJ mol-1
Dapat diperkirakan perubahan entalpi pembentukan standar
hidrogen sianida (HCN) sebesar
19. Diketahui energy ikatan rata-rata (kj/mol) dari :
199
C – H = 413 H – H = 436 C = O = 799
Cl – Cl = 242 O – H = 463 C – C = 347
C – Cl = 328 C ≡ C = 839 C = C = 612
H – Cl = 431 O = O = 495
Tentukan perubahan entalpi reaksi-reaksi berikut
200
Daftar Pustaka
201