Anda di halaman 1dari 204

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT atas selesainya modul /
buku teks siswa yang berjudul Azas Teknik Kimia I. Buku ini digunakan
untuk siswa Sekolah Menengah Kejuruan Program Keahlian Kimia Industri
kelas 11 Semester 1. Buku teks Azas Teknik Kimia I merupakan buku teks
yang disusun atas dasar Kurikulum 2013.

Buku ini disusun dengan tujuan memberi pengetahuan dasar tentang


perhitungan dalam proses kimia. Pembelajaran mata pelajaran Azas teknik
kimia melalui buku ini akan membentuk kemampuan peserta didik dalam
menyajikan gagasan dan pengetahuan, dan berlatih berfikir rasional, runtut,
dan analitis. Sesuai dengan pendekatan yang dipergunakan dalam Kurikulum
2013, peserta didik diberanikan untuk mencari dari sumber belajar lain yang
tersedia dan terbentang luas di sekitarnya.

Buku ini sangat terbuka dan terus dilakukan perbaikan dan penyempurnaan.
Untuk itu, kami mengundang para pembaca memberikan kritik, saran dan
masukan untuk perbaikan dan penyempurnaan pada edisi berikutnya. Atas
kontribusi tersebut, kami ucapkan terima kasih.

Penulis

1
Daftar Isi

Pendahuluan ...................................................................................... 1
Bab I
Dasar-dasar Perhitungan .................................................................. 4
1.1 Dimensi dan satuan ..................................................................... 4
1.2 Temperatur ................................................................................... 17
1.3 Tekanan ........................................................................................ 20
1.4 Desity dan Spesifik Gravity ......................................................... 35
Bab II
Jenis-jenis Proses Produksi ............................................................... 40
Bab III
Neraca Massa Tanpa Reaksi.............................................................. 54
Bab IV
Sifat Gas dan Stoikiometri................................................................. 64
A. Sifat Gas Ideal ........................................................................ 64
B. Sifat gas Nyata ....................................................................... 78
C. Stoikiometri ............................................................................ 81
Bab V
Neraca massa dengan reaksi kimia ................................................... 92
A. Neraca massa dengan komponen yang tepat bereaksi .......... 92
B. Neraca massa dengan reaktan pembatas dan
reaktan berlebih ..................................................................... 95
C. Neraca massa reaksi dengan komponen yang tidak ikut
Terlibat reaksi ........................................................................ 98
D. Faktor konversi....................................................................... 100
Bab VI
Perubahan Fasa ................................................................................. 107
A. Kesetimbangan Fasa .............................................................. 108

2
B. Aturan Gibbs........................................................................... 108
C. Diagram fasa........................................................................... 111
D. Membaca diagram fasa ........................................................... 112
E. Jenis-jenis diagram fasa ......................................................... 118
Bab VII
Termodinamika .................................................................................. 125
A. Pengertian energy dan jenis-jenis energy .............................. 126
B. Usaha dan proses-proses dalam termodinamika ................... 131
C. Hukum pertama termodinamika ........................................... 141
Bab VII
Neraca energy tanpa reaksi ............................................................... 149
A. Neraca energy pada sistem tertutup...................................... 149
B. Penggunaan steam table untuk perhitungan
Neraca energy ......................................................................... 153
C. Neraca energy pada sistem terbuka....................................... 159
Steam table ................................................................................... 165
Bab VIII
Neraca energy dengan reaksi kimia (termokimia) ............................ 177
A. Hukum kekekalan energy ...................................................... 177
B. Reaksi endotermis dan eksotermis ........................................ 178
C. Jenis entalpi............................................................................ 180
D. Penentuan kalor reaksi .......................................................... 185

3
PENDAHULUAN
Kimia industri merupakan jurusan SMK
yang mempelajari materi-materi teknik kimia.
Teknik kimia merupakan cabang ilmu teknik
yang mempelajari perancangan dan
pengoperasian pada perusahaan-perusahaan
kimia, penyulingan bahan-bahan petrokimia.
Teknik kimia fokus pada proses perubahan
suatu bahan baik perubahan sifat kimia, sifat
fisika, dan energy yang terkandung di dalam bahan tersebut. Tujuan dari
teknik kimia itu sendiri adalah mengubah produk menjadi produk lain yang
memiliki nilai tinggi. Kegiatan yang dilakukan oleh ahli teknik kimia meliputi

- Merancang dan mengembangkan produk


- Merancang proses produksi
- Mengembangkan proses produksi sehingga lebih optimal dalam
menghasilkan produk
- Menganalisis proses produksi secara ekonomi (supaya proses produksi
menghasilkan produk dengan jumlah dan kualitas yang diinginkan
dengan biaya seminim mungkin)
- Mengoperasikan dan mengendalikan proses sehingga kualitas produk
sesuai dengan yang diinginkan
- Mengatur proses produksi (menentukan kapasitas produksi,
menentukan jadwal produksi)

Untuk mendukung keahlian kimia industri, materi-materi kimia


industri dibagi menjadi beberapa mata pelajaran produktif yang tergambar
pada diagram sebagai berikut :

4
TDPLK
DKI (Teknik Dasar Pengelolaan Lab Kimia)
(Dasar Kimia
Indutri) AKD
(Analisis Kimia
OTK Dasar)
(Operasi Teknik
Kimia)
AIK
Kimia Industri (Alat Industri
Kimia)
PIK
(Proses Industri
Kimia)
ATK
(Azas Teknik
Kimia)

Jurusan kimia industri tetap dibekali materi pengelolaan lab kimia


karena pada proses industri kimia tidak akan lepas dari laboratoium kimia.
Selain itu, analisis kimia dasar juga tetap diberikan karena data-data hasil
industri kimia berpusat di laboratorium kimia melalui proses analisis. Data-
data tersebutlah yang dijadikan dasar pengembangan dan perancangan proses
produksi.
Materi inti dari kimia industri meliputi OTK, AIK, PIK, dan ATK, yang
mana empat materi ini saling berhubungan dan saling mendukung satu sama
lain. OTK mempelajari proses-proses dasar yang dilakukan pada industri kimia
seperti distilasi, evaporasi, ekstraksi dan lain sebagainya. OTK juga
mempelajari prinsip-prinsip proses tersebut melalui teori dan praktek. Nah,
alat-alat yang digunakan di OTK maupun PIK, dipelajari dalam materi AIK.
Prinsip kerja alat, kegunaan, pengendalian alat dibahas di AIK. Sedangkan
PIK mempelajari proses produksi produk tertentu yang merupakan aplikasi
dari OTK dan AIK. Sedangkan ATK mempelajari perhitungan massa yang
terlibat dan perhitungan energy yang terlibat dalam suatu proses industri
kimia sehingga pengendalian alat, pengaturan jumlah produk, pengendalian
kondisi bisa dilakukan.

5
Berikut peta konsep materi-materi yang akan dipelajari di mata pelajaran ATK :

Satuan dan
Dimensi
NERACA MASSA

Massa Jenis

Mol
Persamaan
Dasar-Dasar
Reaksi dan Termodinamika
Perhitungan
Stoikiometri
Konsentrasi

Temperatur

NERACA ENERGI
Tekanan
vi
BAB I

DASAR-DASAR PERHITUNGAN

Materi utama yang dipelajari dalam Azas Teknik Kimia


adalah neraca massa dan neraca energy. Neraca massa
membahas tentang jumlah materi yang terlibat sebelum proses, pada saat proses, dan
sesudah proses. Neraca energi membahas tentang jumlah energi yang terlibat selama
proses berlangsung. Untuk menyelesaikan perhitungan-perhitungan terkait neraca
massa dan neraca energy, dibutuhkan dasar-dasar perhitungan seperti dimensi dan
satuan, perhitungan mol, massa jenis, dan konsentrasi. Selain itu diperlukan juga
pengetahuan tentang pengukuran temperature dan tekanan yang menggambarkan
keadaan suatu proses.

1.1 Dimensi dan Satuan


Mengapa diperlukan materi dimensi dan satuan?
Operasi matematika dapat diselesaikan apabila memiliki dimensi atau satuan
yang sama. Kita bisa menambah, mengurangi, membagi, atau mengalikan
angka apabila angka yang akan kita operasikan memiliki satuan yang sama.
Sebagai gambaran seperti ini, Budi memiliki 5 buah apel. Kemudian Budi
memakan 2 buah apel. Maka sisa apel yang dimiliki budi adalah
5 apel – 2 apel = 3 apel
Permasalahan akan berbeda apabila Budi memiliki 3 jeruk dan 5 apel.
Kemudian Budi memakan 2 buah apel. 3 jeruk dan 5 apel apabila ditambahkan
tidak akan menjadi 8 apel atau 8 jeruk. Tetapi tetap 3 jeruk dan 5 apel karena
mereka adalah buah yang berbeda. Kemudian karena yang dimakan hanya
apel, maka perhitungan akan menjadi :
3jeruk + 5 apel – 2 apel = 3 jeruk + (5 apel – 2 apel)
= 3 jeruk + 3 apel

4
Hanya buah yang sama yang dapat dilakukan operasi matematika. Demikian
dengan neraca massa dan neraca energy. Persamaan dalam neraca massa dan
energy akan dapat diselesaikan apabila memiliki satuan yang sama.
Permasalahannya, setiap Negara terkadang memiliki standart yang berbeda
dalam menerapkan satuan. Maka dari itu diperlukan ketrampilan
mengkonversi satuan untuk memudahkan penyelesaian perhitungan pada
neraca massa dan energy
Apa pengertian dimensi dan satuan?
Dimensi adalah konsep dasar pengukuran atau dengan kata lain apa yang
diukur. Contoh dimensi adalah panjang, massa, waktu. Satuan adalah sesuatu
yang digunakan untuk menyatakan besaran yang diukur. Contoh : panjang
dinyatakan dalam meter, massa dinyatakan dalam gram.
Contoh :
Kayu dengan panjang 2 meter
Apa yang diukur?  panjang kayu  dimensi atau besarannya adalah panjang
Berapa panjangnya?  2
Apa satuan panjangnya?  meter
Apa saja jenis-jenis satuan?
Sistem pengukuran ada 2 jenis yaitu sistem metric dan sistem imperial. Sistem
metric adalah sistem pengukuran decimal yang disetujui secara internasional.
Sistem ini menggunakan dasar dari mètre des Archives dan kilogramme des
Archives yang pertama kali diperkenalkan Republik Prancis tahun 1799.
Sistem Imperial adalah sistem satuan yang pertama kali didefinisikan pada
British weights and Measures Act pada tahun 1824. Sebagian besar Negara di
dunia menggunakan sistem metric untuk menyatakan besarannya. Sistem
imperial digunakan beberapa Negara seperti Amerika, Liberia, dan Myanmar.
Inggris menggunakan sistem metric untuk tujuan resmi, namun sistem
imperial juga masih digunakan dan diperbolehkan oleh hukum. Adapun
besaran dan satuan sistem metric maupun imperial bisa dilihat pada tabel
berikut ini :

5
Sistem pengukuran dan satuan-satuannya
Satuan Dasar Satuan Turunan

Panjang Massa Waktu Temperatur Energi Gaya

Sistem Standart meter (m) kilogram Detik/sekon (s) K, oC joule (J) Newton (N)
Metrik International (kg)
(SI) atau MKS
CGS sentimeter Gram (g) Detik/sekon (s) K, oC kalori (kal) Dyne
(cm)
Sistem FPS foot (ft) Pound Detik/sekon (s) oR, oF ft poundal Poundal
Imperial mass(lbm) (ft.pdl) (pdl)

AES foot (ft) Pound mass Detik/sekon (s) oR, oF BTU (British Pound force
(lbm) Thermal Unit) (lbf)

British Foot (ft) Slug Detik/sekon (s) oR, oF BTU (British Pound force
Engineering Thermal Unit) (lbf)
System
Keterangan
MKS Meter Kilogram Sekon yang selanjutnya diganti menjadi satuan SI
CGS Sentimeter Gram Sekon
FPS Foot Pound Second
AES American Engineering Systemsistem satuan yang
FPS, AES, British Engineering System merupakan turunan dari sistem imperial yang pada waktu itu dinamakan British
Imperial System atau British System. Jadi sistem imperial terkadang disebut juga sistem British

Imbuhan pada satuan sistem metric


Perhatikan gambar di bawah ini. Apakah kalian masih ingat tangga satuan yang biasa kita pelajari saat SD atau SMP?

6
Gambar tangga imbuhan pada satuan panjang dan massa
Imbuhan “kilo”, “hekto”, “senti”, “mili”, dan lain sebagainya merupakan imbuhan pada satuan dengan sistem metric yang
menyatakan jumlah dari satuan tersebut. Biasanya imbuhan satuan ini memiliki besar sepuluh pangkat x (10x).
Imbuhan ini diberikan kepada satuan untuk lebih memudahkan menuliskan apabila jumlah dari satuan terse
tersebut terlalu
besar atau terlalu kecil.
Misal : 1000 m = 1 Km
0,000001 gram = 1 µgram

7
Berikut adalah jenis imbuhan (prefix) yang digunakan pada satuan Standar Internasional :

SI prefixes

Prefix Base English word Adoption[n


Decimal
Name Symbol 10
b 1]
Short scale Long scale

yotta Y 1024 1000000000000000000000000 septillion quadrillion 1991

zetta Z 1021 1000000000000000000000 sextillion trilliard 1991

exa E 1018 1000000000000000000 quintillion trillion 1975

peta P 1015 1000000000000000 quadrillion billiard 1975

tera T 1012 1000000000000 trillion billion 1960

giga G 109 1000000000 billion milliard 1960

mega M 106 1000000 million 1873

kilo k 103 1000 thousand 1795

hecto h 102 100 hundred 1795

deca da 101 10 ten 1795

Base unit 100 1 one –

deci d 10 1 0.1 tenth 1795

8
centi c 10 2 0.01 hundredth 1795

milli m 10 3 0.001 thousandth 1795

micro μ 10 6 0.000001 millionth 1873

nano n 10 9 0.000000001 billionth milliardth 1960

pico p 10 12 0.000000000001 trillionth billionth 1960

femto f 10 15 0.000000000000001 quadrillionth billiardth 1964

atto a 10 18 0.000000000000000001 quintillionth trillionth 1964

zepto z 10 21 0.000000000000000000001 sextillionth trilliardth 1991

yocto y 10 24 0.000000000000000000000001 septillionth quadrillionth 1991

Sumber : Wikipedia

Bagaimana cara mengkonversi satuan?


Mengkonversi satuan adalah mengubah satuan ke satuan lain dengan dimensi yang sama sehingga jumlahnya tetap
ekuivalen. Misalnya kecepatan suatu benda dalam system internasional adalah meter per detik, sedangkan dalam
kehidupan sehari yang sering kita ketahui satuan kecepatan adalah kilometer per jam, sehinggaperludiketahui metode
atau cara mengubah satuan (konversi satuan) tersebut. Langkah-langkah yang dapat digunakan untuk mengubah
satuan adalah dengan mengalikan bilangan satuan yang akan diubah dengan factor konversi yang akan di gunakan.

Adapun beberapa factor konversi satuan untuk sistem metric dan sistem imperial

9
TABEL KONVERSI

Massa 1 mil2 = 640 are Gaya 1J = 1 watt/s


1 kg = 1000 g 1 mil2 = 2,590 are 1N = 0,225 lbf 1 L.atm = 101,325 J
1 kg = 2,20462 lbm 1 are = 1.076 ft2 1N = 105 dyne 1 L.atm = 24,217 kal
1 slug = 14,5 kg 1 ft2 = 9,29 . 102 m2 1 lbf = 4,4482 N 1 ft.lbf =1,356 J
1 oz = 28,3 g 1 inci2 = 6,4516 cm2 1 lbf = 32,174 poundal 1 BTU = 778 ft.lbf
1 BTU = 252 kal
Massa Jenis Kecepatan Tekanan 1 BTU = 1,05504 kJ
1 g/cm3 = 62,4 lbm/ft3 1 km/jam = 0,2778 m/s 1 Pascal = 1 N/m3 1 eV = 1,602 . 10-19 J
1 kg/m 3 = 0,06243 lbm/ft3 1 km/jam = 0,6215 mil/jam 1 Pascal = 1 kg/m.s2 Hg
1 m/s = 3,2808 ft/s 1 atm = 101,325 kPa Daya
Panjang 1 mil/jam = 1,609 km/jam 1 atm = 1,0133 bar 1 watt = 1,341 . 10-3 HP
1 km = 0,6215 mil 1 knot = 1,151 mil/jam 1 atm = 14,7 lb/inci2 1 watt = 0,7376 ft.lb/s
1 mil = 1,609 km 1 knot = 0,5144 m/s 1 atm = 760 mmHg 1 HP = 745,7 W
I inci = 2,54 cm 1 atm = 29,9 inciHg 1 HP = 550 ft.lb/s
1 ft = 12 inci Volum 1 atm = 33,8 ftH2O
1 ft = 30,48 cm 1 m3 = 106 cm3 1 bar = 100 kPa
1 yard = 3 ft 1 m3 = 35,3147 ft3 1 torr = 133,32 Pa
1 yard = 91,44 cm 1l = 1000 cm3 1 lb/inci2 = 6,895 kPa
1m = 1,0936 yard 1l = 61 inci3 1 lb/inci2 = 1 psi
1m = 3,2808 ft 1l = 1,76 pint 1 psi = 0,068 atm
1m = 39,37 inci 1l = 1,057 quart (US) 1 psi = 6,895 kPa
1Å = 0,1 nm 1 gal = 3,786 l
1 gal = 128 fluid oz (fl oz) Energi/kalor
Luas 1 gal = 4 quartz (qt) 1 kWh = 3,6 MJ
1 m3 = 104 cm2 1gal = 231 inci3 1 kal = 4,1840 J
1 m2 = 10,7639 ft2 1 ft3 = 28,32 liter 1 kJ = 0,94783 BTU
1 km2 = 247,1 are 1J = 107 erg

10
11
12
13
14
Contoh konversi satuan :
100 km/jam dikonversikan menjadi ft/detik
Langkah :
1. Carilah factor konversi yang diperlukan
Mengubah km menjadi ft :
Menurut lampiran di atas, factor konversi yang tersedia adalah
1 m = 3,28o8 ft berarti meter kita ubah menjadi km dengan factor konversi 1 km = 1000 m
Mengubah jam menjadi detik :
Yang kita ketahui, 1 menit = 60 detik, dan 1 jam = 60 menit sehingga factor konversi yang
dibutuhkan adalah :
1 m = 3,2808 ft
1 km = 1000 m
1 menit = 60 detik
1 jam = 60 menit
2. Konversi satuan dengan cara mengalikannya dengan factor konversi
Ada 2 cara dalam mngkonversi. Cara pertama kita langsung mengalikan dengan factor
konversi dalam satu operasi. Caranya, satuan yang akan dikonversi dikalikan dengan
factor konversi yang mana posisinya dibuat berlawanan arah dengan satuan yang akan
dikonversi
100 km/jam dikonversi menjadi ft/detik

100 = ..

, . . , . .
100 =
. . . .

100 = 91,1333

Cara kedua, kita bisa mengkonversi dulu satuan-satuan sesuai dengan satuan yang
dibutuhkan.
100 km/jam dikonversi menjadi ft/detik
Pertama kita ubah dulu km menjadi ft
1 km = 1000 m, sedangkan 1m = 3,2808 ft, berarti 1 km = 1000 . 3,2808 = 32808 ft
Kemudian kita ubah jam menjadi detik
1 menit = 60 detik, sedangkan 1 jam = 60 menit, sehingga 1 jam = 60 . 60 = 3600 detik
Langkah terakhir kita lakukan konversi keseluruhan seperti di cara yang pertama

100 = ..
. .
100 = . .

100 = 91,1333

15
Latihan Soal
Kerjakan soal konversi beriku tdengan benar dan teliti!

1. Isilah tabel berikut :

No Satuan MKS Satuan CGS British unit

1 9,5 kg

2 70 BTU

3 750cm3

4 25 Psia

5 700 Kkal

6 7 km/jam

7 30 m3

8 85 g/cc

9 575 cm/s

10 90 N/m2

16
1.2 Temperatur
Apakah pengertian temperatur?
Temperatur atau suhu adalah ukuran panas dinginnya suatu
keadaan atau suatu benda. Temperatur juga bisa dikatakan suatu
ukuran energy kinetic rata-rata dari sebuah benda.

Alat apa saja yang bisa digunakan untuk mengukur


temperatur?
Ada beberapa alat yang digunakan untuk mengukur temperature,
yaitu :
a. Termometer yang berisi cairan seperti air raksa dan alcohol.
Termometer ini biasa digunakan dalam kehidupan sehari-hari
untuk mengukur temperature badan, bahan, atau ruangan.
b. Termokopel yang mana terdapat 2 elektroda yang berbeda
muatan. Kedua elektroda tersebut akan menghasilkan beda
potensial seiring dengan bertambahnya temperature. Sifat
elektroda ini dimanfaatkan untuk mengukur temperature.
c. Termistor yang mana prinsip kerjanya memanfaatkan sifat
perubahan hambatan listrik akibat dari perubahan temperature.
d. Pirometer yang biasanya digunakan untuk mengukur bahan
yang suhunya sangat tinggi. Jenis thermometer ini mengukur
radiasi energy yang dikeluarkan oleh benda panas.

Berikut ini adalah jenis penggunaan thermometer :

17
Apakah satuan dari temperature?
Skala pengukuran temperature yang umum digunakan ada 4 yaitu :
a. Celcius (oC). Titik beku air adalah 0oC dan titik didih air adalah
100oC
b. Fahrenheit (oF). Pada skala ini titik beku air adalah 32oF dan
titik didik air adalah 212oF

18
c. Rankine (oR). Nol absolute (temperature dimana semua energy
kinetic lenyap atau hilang) pada skalai ini adalah 0oR.
Penambahan 1oR sama dengan penambahan 1oF dan 0oF =
459,67oR
d. Kelvin (K). Nol absolute pada skala ini adalah 0oK dan
penambahan 1K = penambahan 1oC (273,15 K = 0oC).

Apabila digambarkan perbandingan 4 satuan di atas adalah sebagai


berikut :

Bagaimana mengkonversi satuan temperature?


Konversi satuan temperature :

19
Satuan Metrik utk Suhu Satuan Imperial utk Suhu
oF ke oC oC ke oF
T oC = 5/9 (T oF – 32) T oF = (9/5 . T oC) + 32
oC ke K oF ke oR
TK = T oC + 273,15 T oR = T oF + 459,67

Latihan Soal
Lengkapilah table berikut ini !
oC oF K oR

- 40

77

698

69,8

1.3 Tekanan
Apakah pengertian tekanan?
Tekanan adalah jumlah gaya per satuan luas. Apabila digambarkan
adalah sebagai berikut :

20
Tekanan pada dasar tabung vertical yang berisi fluida tak bergerak
dengan berat jenis ρ dan tinggi h disebut sebagai tekanan hidrosatik
yang mana untuk menghitung besarnya digunakan rumus :

P = Po + ρgh
Dimana
P = tekanan pada dasar kolom
Po = tekanan di atas kolom yang berisi fluida
Ρ = berat jenis fluida
g = percepatan grafitasi
h = tinggi kolom yang berisi fluida.

Apakah satuan dari tekanan?


Tekanan memiliki beberapa satuan tergantung sistem yang
digunakan meliputi?

21
Apa saja jenis-jenis tekanan?
a. Tekanan atmosfer, Patm. Atmosfer bumi bisa dianggap fluida di
dalam kolom yang mana tekanan di atasnya adalah nol.
Atmosfer bumi ini memberikan pengaruh terhadap tekanan
fluida dalam sebuah kolom. Sering kali tekanan atmosfer ini
disebut juga tekanan barometer. Tekanan atmosfer standart
adalah 760 mmHg atau 1 atm pada permukaan laut dan
temperature 0oC. atau untuk satuan lain bisa dilihat di bawah
ini :

b. Tekanan absolute, Pabs. Tekanan absolute adalah tekanan total.


Tekanan absolute dikatakan juga sebagai tekanan yang
didasarkan pada tekanan vakum atau tekanan nol
c. Tekanan gauge, Pgauge. Alat ukur tekanan kebanyakan akan
dikalibrasi sebelum dilakukan pengukuran, sehingga tekanan
atmosfer tidak terbaca atau 0. Hal ini menyebabkan adanya
perbedaan antara tekanan absolute dan tekanan atmosfer.
Tekanan hasil pembacaan alat ukur ini dinamakan tekanan
gauge.
Dengan demikian bisa didapatkan hubungan Pabs, Patm, dan Pgauge
adalah sebagai berikut

22
Pabs = Patm + Pgauge

Untuk satuan psi, biasanya ditambahi akhiran “a” untuk


tekanan absolute menjadi “psia” dan akhiran “g” untuk tekanan
gauge menjadi “psig”.
d. Tekanan vakum, Pvac. Tekanan vakum adalah tekanan gauge
yang harganya di bawah tekanan atmosfer. Untuk perhitungan
tekanan absolute, Pvac bernilai negative.

Apakah alat yang digunakan untuk mengukur tekanan?


1. Manometer zat cair
Manometer zat cair merupakan manometer jenis terbuka.
Pada manometer zat cair terdapat pipa U yang memiliki satu
tabung terbuka dan satu tabung tertutup. Cairan dalam
tabung dapat berupa air raksa, alkohol, ataupun air. Prinsip
pengukuran tekanan udara dalam tabung manometer adalah
dengan mengukur selisih ketinggian fluida dalam pipa. Jika
tekanan gas dalam tabung lebih besar dari tekanan udara
luar maka tinggi permukaan zat cair dalam tabung terbuka
lebih tinggi daripada tinggi permukaan zat cair dalam tabung
yang tertutup.

23
Δh

h2
h1

Tabung U ini memiliki 2 kaki yang mana tekanan antara


kaki kanan dan kaki kirinya sama. Pada kaki kiri, terdapat 3
tekanan yang mempengaruhi yaitu tekanan hidrostatik
cairan 1 (P1), tekanan gas yang menyebabkan bergesernya
cairan (Pgas), dan tekanan atmosfer (Patm). Sedangkan pada
kaki kanan terdapat 2 tekanan yang mempengaruhi yaitu
tekanan hidrostatik cairan 2 (P2), dan tekanan atmosfer
(Patm), sehingga persamaannya apa bila dituliskan adalah
sebagai berikut karena P=ρ.g.h , Pgas yang kita
cari, dan Patm dapat diukur, maka
P1 + Pgas + Patm = P2 + Patm persamaan akan menjadi :
ρ.g.h1 + Pgas + Patm = ρ.g.h2 + Patm
Pgas = ρ.g.h2 - ρ.g.h1 + Patm - Patm
Pgas = ρ.g.(h2-h1)
Pgas = ρ.g.Δh
Hasil perhitungan ini terbaca sebagai
Pgauge sehingga Pabs adalah
Pabs = Pgas + Patm

24
Jika tekanan udara dalam tabung tertutup lebih kecil
dibanding tekanan udara luar maka tinggi permukaan zat
cair dalam tabung terbuka lebih rendah dibandingkan
dengan tinggi permukaan zat cair dalam tabung tertutup.
Tekanan udara dalam tabung tersebut dinyatakan:
Pabs = Patm - Pgas

Contoh soal 1:
Manometer merkuri (ρ = 13.600 kg/m3) dihubungkan ke
saluran udara untuk mengukur tekanan di dalamnya.
Perbedaan ketinggian manometer adalah 15 mm, dan
tekanan atmosfir 100 kPa. Tentukan tekanan absolut di
salurannya!

Jawab:
Diketahui: ρraksa = 13600 kg.m-3; h = 15 mm = 5 x 10-2 m
dan Patm = 1,05 x 105 Pa, maka
Pudara = Patm + ρgh
Pudara = 1,05 x 105 Pa + (13600 kg/m3)(9,8 m/s2)(0,015 m)
= 1,03 x 105 Pa ≈ 103 kPa

25
Manometer biasanya digunakan cairan yang berat jenisnya
lebih besar dari pada fluida lain yaitu merkuri (Hg). Untuk
mempermudah perhitungan, para ahli teknik kimia
menggunakan satuan cmHg. 1 cmHg artinya fluida pada pipa
U di manometer berbeda 1 cm. Hanya saja satuan cmHg ini
sangat dipengaruhi oleh suhu. Missal 1 atm akan sama
dengan 76 cmHg ketikan Hg berada pada temperature 00C.
Dengan demikian perhitungan tekanan dapat digunakan
rumus

Pabs (dalam cmHg) = Patm (dalam cmHg) + Pgauge (dalam cmHg) yang mana
Pgauge(dalam cmHg) adalah perbedaan tinggi kolom dalam fluida.
Sehingga rumor tersebut menjadi :
Pabs (dalam cmHg) = Patm (dalam cmHg) + Δh

Contoh soal :
Untuk mengukur tekanan gas dalam tabung digunakan air
raksa seperti gambar berikut

Jika
ka tekanan udara luar adalah 76 cm Hg, dan h = 3 cm,
tentukan tekanan gas di dalam tabung!

26
Pembahasan
Tekanan udara dalam tabung
P = Po h
P = 76 cmHg 3 cm Hg = 73 cm Hg

2. Manometer logam

Bagaimana prinsip kerja manometer logam? Manometer


logam yang akan kita bahas di sini adalah
jenis manomemeter Bourdon. Bagian utama
manometer Bourdon adalah pipa logamnya melengkung.
Manometer ini digunakan untuk mengukur tekanan gas
yang sangat tinggi. Adapun prinsip kerjanya adalah sebagai
berikut; Jika manometer Bourdon dihubungkan dengan
tangki gas yang akan diukur tekanannya, gas tersebut
masuk ke pipa logam. Hal ini menyebabkan pipa logam yang
melengkung berusaha untuk meluruskan diri. Semakin
besar tekanan gas yang mas uk ke pipa, semakin besar
usaha pipa untuk meluruskan diri. Usaha yang dilakukan
pipa tersebut menyebabkan jarum penunjuk bergerak ke
arah skala yang lebih besar searah jarum jam. Jadi, semakin
besar usaha pipa untuk meluruskan diri, semakin besar pula
skala yang ditunjuk oleh jarum penunjuk. Skala yang
ditunjuk itulah yang menyatakan besar tekanan gas dalam
ruang.

27
Manomemeter Logam Bourdon

Di bengkel-bengkel mobil, kita sering melihat orang


mengukur tekanan udara dalam ban mobil dengan alat
pengukur tekanan ban. Alat ini termasuk manometer logam.
Adapun prinsip kerjanya adalah Jika lubang pada alat
tersebut ditempelkan pada pentiI ban kemudian ditekan,
pentil ban terbuka. Akibatnya, udara dalam ban masuk ke
alat tersebut. Hal ini menyebabkan silinder berskala pada
alat tersebut tersodok (terdorong) keluar. Semakin besar
tekanan gas yang masuk ke alat tersebut, semakin panjang
bagian silinder skala yang tersodok kelua. Besarnya tekanan
gas dalam ban ditunjukkan oleh nilai skala yang berimpit
dengan tepi tabung alat tersebut.

28
Latihan Soal
1. Konversilah tekanan 800 mm Hg menjadi satuan :
a. Psia
b. Atm
c. kPa

2. Untuk memperkirakan massa jenis suatu zat cair digunakan


pipa berbentuk U yang telah berisi air. Setelah zat cair
dimasukkan pada pipa sebelah kanan, kondisi akhir seperti
gambar berikut

Tentukan massa jenis zat cair pada pipa kanan!

3. Pada pengukuran tekanan suatu reaktor menunjukkan 7,348


psi. Jika tekanan udara luar adalah 1 atm (1atm = 14,696
psi) maka tekanan absolut reaktor tersebut adalah… (Soal
UN tahun 2011/2012)

4. Manometer pipa U berisi cairan A yang massa jenisnya 15


g/cm3 digunakan untuk mengukur perbedaan tekanan aliran

29
fluida B yang massa jenisnya 3 g/cm3 seperti ditunjukkan
gambar di atas. Jika percepatan gravitasi dianggap 10 m/s2,
maka perbedaan tekanan fluida saat masuk dan keluar keran
adalah… (soal UN tahun 2011/2012)

5. Perhatikan gambar pipa U dibawah ini!


Bila h=2,75 cm dan massa jenis air raksa 13,6 g/cm3 maka
beda tekanan yang terukur pada manometer tersebut
adalah… (Soal UN 2010/2011)

6. Dari manometer sebuah penampung air yang bila terisi


penuh (tinggi air = 13,6 m) menunjukkan tekanan 100 cmHg,
namun sekarang mengalami kebocoran sehingga tekanannya

30
tinggal 20 cmHg. Berapa ketinggian air dalam penampung
tersebut? (percepatan gravitasi g = 9,8 m/s2, berat jenis air =
1 g/cm3, berat jenis air raksa = 13,6 g/cm3)

Latihan Soal Pemantapan

1. Ubahlahkesatuan MKS, CGS dan British :

a. 500 ft3

b. 2. 784 dyne/cm3

c. 3. 250 kkal

d. 4,25 BTU/lbmoF

e. 5,850 m/s

f. 6,80 Psia

g. 7. 4500 g/cc

h. 8. 30 in

i. 9. 600 N/m3

j. 10. 25 lbf/in2

k. 3 atm
l. 50 ton
m. 75 watt
n. 20 m3
o. 75 lbm
p. 2,3 ft3

31
q. 75 in3
r. 30 lbm/ft3
s. 220 J/kg
t. 35 ft/s
u. 25 N
v. 267 BTU/hour
w. 45 kg.m/s2
x. 75 dyne/cm2
y. 150 kkal
z. 146 cmHg

2. Di daerah pegunungan di pagi hari suhu mencapai 20°R ,berapakah


suhu tersebut jika dirubah menjadi celcius dan fahrenheit?

3. Air yang sedang dimasak selama 3 menit kemudian dicelupkan sebuah


thermometer yang kemudian menunjukkan angka 140 °F ,apabila
thermometer tersebut diganti dengan thermometer berskala celcius dan
reamur, berapa angka yang ditunjukkan thermometer tersebut?

4. Lengkapilah tabel berikut ini

oC oF K oR

36

109

971

329

32
5. Tekanan gauge sebuah tangki terbaca 25 psi. berapa tekanan absolute
tangki terhadap atmosfer?

6. Berapa tekanan (dalam kPa) yang dihasilkan oleh 10 cm kolom yang


tersisi oleh air pada temperature ruangan? Diasumsikan g=9,81 m/s2

7. Perhatikan gambar di bawah ini

Hitunglah tekanan yang terjadi pada Orifice tersebut

8. Perhatikan gambar di bawah ini

33
Pada gambar tersebut terdapat tangki berisi gas alam. Fluida yang ada
di dalam manometer memiliki spesifik gravity 0,87 dan perbedaan
ketinggiannya adalah 0,01 m (h=0,01 m). hitung tekanan yang ada di
dalam tangki PB

34
1.4 Density dan spesifik gravity

Mengapa diperlukan pengetahuan density dan spesifik


gravity?
Density dan spesifik gravity adalah perbandingan antara massa dan
volume. Data density dan spesifik gravity dimiliki oleh setiap cairan
yang mana harganya spesifik setiap cairan. Data ini sangat
diperlukan untuk memngetahui massa suatu cairan pada volume
tertentu tanpa menimbang langsung. Perhitungan ini sangat
diperlukan untuk neraca massa dan neraca panas.

Apakah pengertian density?


Density umumnya disebut massa jenis. Massa jenis adalah
perbandingan antara massa per unit volume. Simbol dari density
adalah ρ dan satuan dari density adalah 1kg/m3 untuk SI, lb/ft3
untuk satuan British. Untuk perhitungan massa jenis adalah …

Keterangan :
ρ : massa jenis
m : massa
v : volume

Massa jenis merupakan fungsi suhu yang artinya harga massa jenis
di setiap suhu akan berbeda. Di bawah ini merupakan contoh data
densitas air di berbagai suhu :

35
Dengan demikian apabila ingin mencari massa jenis air, harus
diperhatikan pada suhu berapa proses tersebut.
Contoh :
Berapakah massa air dengan volume 250 ml pada suhu 20oC?
Diketahui :
Vair = 250 ml = 250 cm3
Ditanya :
Mair 20oC =…?
Jawab :
Cari terlebih dahulu ρair 20oC
Pada tabel di atas pada suhu 20oC, ρair tercantum 998.204 yang
artinya 998.204 kg/m3 atau dalam sistem CGS massa jenis air pada
suhu 20oC adalah 0,998204 g/cm3

= .

36
= 0,998204 250

= 249,551

Apakah pengertian spesifik gravity(SG)?


Spesifik gravity disebut juga gravitasi spesifik. Gravitasi spesifik
adalah perbandingan antara density zat A terhadap density zat
referensi, masing-masing pada suhu tertentu. Gravitasi spesifik ini
tidak bersatuan.

Referensi yang digunakan biasanya adalah air pada suhu 4oC.


Karena pada satuan SI, ρ air pada suhu 4oC adalah 1 g/cm3, maka
harga density dan spesifik gravity pada satuan SI adalah SAMA.
Sedangkan pada satuan Amerika ρ air pada suhu 4oC adalah 62,4
lbm/ft3.
Contoh.

Sebuah larutan A memiliki SG = 0,73 artinya SG larutan A =

Berapakah ρ larutan A pada satuan Amerika?

SG larutan A =

0,73 =
, /

lbm lbm
20 = 0,73 62,4 = 45,5
ft ft

37
Latihan soal
1. Bila dibromopentana (DBP) memiliki spesifik gravity 1,57,
berapakah densitasnya dalam g/cm3 dan lbm/ft3?

2. Spesifik graffiti gasoline adalah 0,7, berapa massa gasoline bila


volumenya 7 kg?

3. Spesifik grafity dari baja adalah 7,9. Berapakah volume baja bila
beratnya adalah 4000 lbm?

4. Sebuah cairan memiliki specific grafity 0,90 pada suhu 25oC.


hitunglah :
a. Berat jenis pada 25oC pada satuan SI
b. Berat jenis pada 25oC pada satuan British
c. Cairan ditempatkan pada botol 1,5 liter, dan memiliki berat
232 gram. Seberapa penuh isi dari botol tersebut??

5. Klorin akan dimasukkan ke dalam sebuah proses. Setelah diukur


ternyata klorin yang masuk adalah 2,4 kg dalam 3,1 menit.
Berapakah kecepatan klorin yang masuk dalam satuan
kmol/jam?

6. Sebuah tangki proses memiliki kapasitas 1000 kg. tangki ini


akan diisi dengan alcohol (specific gravity 0,8) dengan laju alir 1
liter / detik. Berapakah waktu yang diperlukan untuk memenuhi
tangki tersebut?

7. 40 galon / menit bahan bakar dengan spesifik grafity 0,9


mengalir ke dalam tangki dengan kapasitas 40.000 lbm. Berapa

38
lama waktu yang dibutuhkan untuk memasukkan bahan bakar
ke dalam tangki hingga penuh?

8. Sebuah larutan terdiri atas 25% berat garam dalam air. Densitas
larutan adalah 1,2 g/cm3.
Nyatakan konsentrasinya dalam gram/100 ml larutan dan
pound/ft3 larutan

39
BAB II
Jenis-Jenis
Jenis Proses Produksi
dan Diagram Alirnya

2.1 Proses Produksi


Proses produksi adalah tahap-tahap
tahap dalam mengubah bahan baku dan
bahan penunjang menjadi sebuah produk
Proses produksi dapat dibagi menjadi 4 :
1. Berdasarkan unit operasi
2. Berdasarkan material yang berpindah
3. Berdasarkan perubahan variable
4. Berdasarkan arah aliran

2.1.1 Proses produksi berdasarkan unit operasi


Unit operasi adalah tahapan dasar dalam sebuah proses produksi.
Dalam sebuah proses produksi akan terdiri dari beberapa unit
operasi. Misal proses pembuatan teh. Langkah yang harus dilakukan
adalah menyiapkan air matang dengan merebus air mentah. Setelah
itu mencampur daun teh dan air panas. Sari teh akan larut dalam
air yang kemudian dipisahkan dengan penyaringan. Air teh yang
telah disaring
aring dicampur dengan gula dan siap dihidangkan. Dari
proses sederhana pembuatan teh, dapat dilihat bahwa ada 4 tahapan
utama dalam pembuatan teh yaitu pemanasan air, pelarutan teh,
pemisahan sari teh, serta pencampuran air teh dan gula. Dari tahap-
tahap

40
tahap tersebut dapat disimpulkan bahwa proses pembuatan teh
memiliki 4 unit operasi.
Berdasarkan unit operasi, proses produksi dibagi menjadi 3 :
a. Kombinasi
Yang termasuk dalam kombinasi adalah :
 Mixing
Mixing adalah pencampuran dua bahan atau lebih
menjadi produk lain yang homogen secara mekanis.
Prinsip prosesnya adalah peningkatan pengacakan dan
distribusi dua bahan atau lebih menjadi prosuk yang
homogen. Semakin acak sebuah bahan, maka partikel-
partikel bahan tersebut akan menyebar ke segala arah.
Atau dengan kata lain, partikel-partikel akan terdistribusi
ke seluruh bagian campuran, sehingga campuran akan
semakin homogen.
Diagram alir mixing

F1

Mixing P

F2

Keterangan
F1 : Umpan/feed bahan pertama
F2 : Umpan/feed bahan kedua
P : Produk yang sudah homogen

b. Pemisahan
Yang termasuk dalam pemisahan adalah :

41
 Filtrasi
Filtrasi adalah pemisahan bahan berdasarkan perbedaan
ukuran partikel menggunakan media penyaringan.
Prinsip dari filtrasi adalah campuran dilewatkan media
penyaringan. Kemudian komponen yang memiliki ukuran
partikel lebih kecil akan lolos, sedangkan komponen yang
memiliki ukuran partikel lebih besar akan tertahan pada
media penyaringan. Dalam filtrasi, berdasarkan ukuran
partikelnya, komponen senyawa dibagi 3. Pertama,
partikel onsize yaitu partikel yang ukurannya sesuai
dengan standart yang diinginkan. Kedua, partikel
undersize yaitu partikel yang ukurannya di bawah
standart yang diinginkan. Ketiga, partikel oversize yaitu
partikel yang ukurannya melebihi standart yang
diinginkan. Untuk itu, untuk mengambil komponen yang
hanya berisi partikel onsize, biasanya digunakan 2 media
penyaringan untuk memisahkan partikel oversize dan
undersize.
Diagram alir filtrasi secara umum :

Feed Filtrasi Residu

Filtrat

Keterangan
Residu : komponen dengan ukuran partikel lebih besar
(partikel oversize)

42
Filtrat : komponen dengan ukuran partikel lebih kecil
(partikel onsize dan undersize)
 Distilasi
Distilasi adalah pemisahan campuran berdasarkan
perbedaan titik didih atau mudah tidaknya menguap.
Prinsip pemisahannya adalah campuran diberi kalor
sejumlah tertentu. Komponen yang memiliki titik didih
rendah akan menguap terlebih dahulu dan menuju
kondensor untuk diembunkan. Selanjutnya komponen
yang titik didihnya lebih tinggi akan tetap berwujud cair.
Distilasi digunakan untuk memisahkan campuran yang
perbedaan titik didihnya tidak terlalu jauh. Misalnya
campuran etanol dan air, pemisahan fraksi-fraksi minyak
bumi.
Diagram alir distilasi :

Feed Distilasi Distilat

Produk bawah(Bottom)

Diagram alir distilasi juga bisa juga digambarkan sebagai


berikut :

43
Distilat

Distilasi
Feed

Produk bawah (Bottom)

Keterangan
Distilat : komponen yang memiliki titik didih
lebih rendah
Produk bawah : komponen yang memiliki titik didih
lebih tinggi
 Evaporasi
Evaporasi adalah pemisahan pelarut yang memiliki titik
didih rendah dari larutan yang mana zat terlarutnya
memiliki titik didih yang tinggi menjadi larutan yang
lebih pekat. Prinsip pemisahannya adalah campuran
diberi kalor sejumlah tertentu. Pelarut yang memiliki titik
didih yang rendah akan menguap. Campuran akan
kehilangan pelarutnya sehingga konsentrasinya menjadi
semakin pekat. Pemisahan menggunakan evaporasi
dilakukan apabila perbedaan titik didih antara pelarut
dan zat terlarut sangat jauh. Selain itu pemisahan dengan
evaporasi bisa dilakukan apabila jumlah pelarut yang
akan dipisahkan sedikit. Perbedaan prosesnya antara
distilasi dan evaporasi adalah komponen yang memiliki

44
titik didih rendah pada evaporasi akan menguap begitu
saja dan keluar dari campuran. Sedangkan pada distilasi,
komponen yang memiliki titik didih rendah, dikondensasi
dan ditampung. Contoh evaporasi adalah pembuatan
serbuk minuman instan, pembuatan susu kental manis.
Diagram alir evaporasi

Vapor (uap)

Feed Evaporasi Konsentrat

Keterangan
Vapor : pelarut yang memiliki titik didih rendah
Konsentrat : larutan yang lebih pekat setelah
pelarutnya menguap
 Ekstraksi
Ekstraksi adalah pemisahan suatu zat dari campurannya
dengan pembagian sebuah zat terlarut antara dua pelarut
yang tidak dapat tercampur untuk mengambil zat terlarut
tersebut dari satu pelarut ke pelarut yang lain. Prinsip
pemisahannya bermula dari penambahan pelarut ke
campuran yang berisi zat terlarut yang akan diambil.
Pelarut yang dimasukkan tidak bercampur dengan
campuran yang akan dipisahkan. Setelah itu terjadi
kontak antara pelarut dan zat terlarut yang ada pada
campuran. Zat terlarut akan terdistribusi ke pelarut
meninggalkan campuran. Kemudian pelarut yang sudah
bercampur dengan zat terlarut tersebut dipisahkan dari

45
campurannya. Atau gambaran sederhana prosesnya
adalah sebagai berikut :
Misal : T adalah zat terlarut yang akan diambil, C adalah
campuran yang bercampur dengan T, dan P adalah
pelarut

P P P P T P Ekstrak
P T P T P T
T P T
T C T T T T
C T C
T C T C C C C C C Rafinat
C C C
Feed

Adapun diagram alir dari ekstraksi adalah :

Pelarut

Feed Ekstraksi Ekstrak

Rafinat

Keterangan
Pelarut : pelarut yang ditambahkan ke umpan dan yang
larut dengan zat yang diekstrak
Ekstrak : pelarut yang sudah mengandung zat yang
diekstrak

46
Rafinat : Umpan yang sudah kehilangan zat yang
diekstrak
 Absorbsi
Absorbsi adalah pemisahan komponen campuran gas
berdasarkan kelarutannya terhadap absorben (penyerap).
Biasanya absorbsi dilakukan untuk memurnikan suatu
gas seperti H2S, CO2, dan NH3 menggunakan
pelarut/absorben yang sesuai. Prinsip pemisahaannya
adalah absorben cair dialirkan dari atas menuju bagian
bawah dari menara absorbs menggunakan gaya grafitasi
sedangkan gas yang akan diabsobsi atau gas kotor
dihembuskan ke atas menara absorsi menggunakan
pompa. Dengan demikian absorben cair akan mengalami
kontak dengan gas kotor dan mengalami absorbsi.
Pengotor yang tidak diinginkan akan terlarut dalam
absorben cair menghasilkan absorben kotor. Gas kotor
yang sudah mengalami absorbs akan menjadi gas bersih.
Adapun diagram alir dari absorbs adalah sebagai berikut

Gas bersih

Absorben bersih
Absorbsi

Gas kotor

Absorben kotor

47
c. Reaksi
Unit operasi berdasarkan jenis reaksi tergantung dari senyawa
yang terlibat. Dalam senyawa-senyawa organik, reaksi yang
terjadi dibagi menjadi 3 yaitu adisi, subtitusi, dan eliminasi.
Sedangkan dalam senyawa-senyawa anorgani, reaksi dibagi
menjadi 4, yaitu reaksi penggabungan, reaksi penguraian, reaksi
pergantian, dan reaksi metatesis. Dalam materi azas teknik
kimia, yang paling ditekankan adalah persamaan reaksinya dan
penyetaraan koefisien.

2.1.2 Proses produksi berdasarkan material yang berpindah


Dibagi menjadi 2, yaitu :
a. Sistem batch
Pada sistem batch, tidak ada material yang masuk maupun
keluar dalam kurun waktu tertentu. Contohnya adalah
memanaskan air dalam botol tertutup. Pada proses ini, tidak ada
bahan atau material yang masuk dan air yang ada di dalam botol
tidak dapat keluar. Ciri : sekali proses produksi, selesai.
Biasanya diketahui hanya massa/volum
b. Sistem kontinyu
Pada sistem kontinyu, ada material yang masuk atau keluar
selama proses berlangsung secara terus menerus. Contohnya
distilasi bertingkat minyak bumi yang berlangsung terus-
menerus. Ciri : proses berlangsung terus menerus, diketahui laju
alirnya (misal : 450 kg/jam)
2.1.3 Proses produksi berdasarkan perubahan variable
a. Steady state: variable proses (P,T,laju alir, V) tidak berubah
b. Unsteady state : variable proses ada yang berubah

48
2.1.4 Proses produksi berdasarkan arah aliran
a. Sistem bypass: proses aliran yang melewati 1 tahapan atau lebih
menuju proses berikutnya, jadi aliran menjadi lebih singkat

bypass

Feed Unit Produk


Operasi

b. Sistem recycle : mengembalikan zat yang masuk, digunakan ke


proses aliran awal

recycle

Feed Unit Produk


Operasi

2.2. Data-data yang sering dicantumkan pada diagram alir


Diagram alir merupakan gambaran yang dapat menjelaskan proses
produksi secara lengkap. Untuk itu selain symbol-simbol yang
dicantumkan ada beberapa data yang dicantumkan untuk
mempermudah kita untuk mengetahui, menghitung, serta
merancang kegiatan selanjutnya. Kaitannya dengan neraca massa,
data penting yang harus dicantumkan adalah konsentrasi dan laju
alir. Konsentrasi biasanya dinyatakan dalam bentuk fraksi massa
atau fraksi mol.
a. Konsentrasi
 Fraksi massa

49
Fraksi massa adalah rasio atau perbandingan massa dari suatu
komponen terhadap massa campuran total.
Misal dalam suatu campuran terdapat komponen A dan B, maka
= dan =

Dimana mA + mB adalah massa total campuran


Dengan demikian XA + XB = 1
Apabila dalam sebuah soal yang diketahui adalah %berat, maka
%berat komponen tersebut sama dengan fraksi massa.
Misal alcohol 70%. Ini berarti fraksi massa alcohol adalah 70/100
atau 0,7.
Penentuan fraksi massa ini sangat penting dalam penulisan data-
data teknik dalam diagram alir.
Contoh : umpan sebanyak 300 gram alcohol 70% didistilasi
menghasilkan distilat 200 gram berupa alcohol 98% dan produk
bawah adalah 100 gram air. Gambarkan diagram alirnya!
 Pertama tentukan kode yang akan dicantumkan di
diagram alir. Sebagai contoh F untuk Feed atau
umpan, D untuk distilat, B untuk produk bawah, A
untuk alcohol, dan W untuk air. Kode umum untuk
fraksi massa adalah Xkode bahan.kode aliran. Misal fraksi
massa alcohol pada feed, maka dapat ditulis XA.F
 Gambar diagram alir dan masukkan data yang sudah
diketahui di soal dan tentukan fraksi massa yang
dapat dihitung.

50
F = 300 g D = 200 g
Distilasi
XA.F = 0,7 XA.D = 0,98
XW.F = 0,3 XW.D = 0,02

B = 100 g
XA.B = 0,98
XW.B = 0,02

 Fraksi mol
Fraksi mol adalah rasio atau perbandingan mol dari suatu
komponen terhadap mol campuran total.
Misal dalam suatu campuran terdapat komponen A dan B, maka
= dan =

b. Laju Alir
Untuk proses yang berjalan terus menerus (proses kontinyu),
digunakan satuan lain untuk menyatakan arus proses. Satuan
tersebut adalah laju alir. Laju alir adalah jumlah material yang
mengalir dalam pipa tiap satuan waktu. Laju alir terdiri atas dua
jenis yaitu laju alir massa dan laju alir volume
Laju alir volume adalah volume bahan yang mengalir per satuan
waktu. Laju alir volume disimbolkan dengan F yang mana :

Laju alir massa adalah massa bahan yang mengalir per satuan
waktu. Laju alir massa disimbolkan dengan huruf “m” dengan tanda
titik di atasnya (ṁ) dimana

ṁ=

51
Soal

Buatlah diagram alir dari soal cerita berikut berdasarkan rangkuman


materi di atas. Setelah itu tentukan jenis unit operasinya. Tentukan pula
jenis prosesnya apakah termasuk steady state/unsteady state, apakah
termasuk system batch/ kontinyu. Perhatikan arah alirannya, beberapa soal
terdapat aliran batch atau kontinyu, tuliskan apabila termasuk aliran batch
atau kontinyu.

1. 1000 kg/jam campuran benzene dan toluene dengan komposisi 50%


massa benzene dipisahkan dengan distilasi menjadi 2 fraksi. Laju
alir massa benzene di puncak kolom 450 kg benzene/jam. Laju alir di
dasar kolom 475 kg toluene/jam.
2. Dua campuran methanol-air berada dalam Erlenmeyer terpisah.
Campuran pertama berisi 40% berat methanol dan yang kedua
berisis 70% berat methanol. 200 g campuran pertama dikombinasi
dengan 150 g campuran kedua
3. Kemiri akan diambil ekstraknya dengan cara melarutkannya dalam
n-Heksan. Kemiri yang dipakai adalah 1kg dilarutkan dalam 2 liter
n-Heksan. Setelah itu pada proses pelarutan yang kedua, ektrak
kemiri pada proses pertama dimasukkan kembali bersama pelarut
untuk proses yang kedua, agar pelarutan kandungan kemiri menjadi
lebih pekat.
4. Sari jeruk segar mempunyai komposisi 12% massa padatan terlarut
dalam air. Sari jeruk ini dipekatkan hingga mempunyai komposisi
58% massa padatan setelah keluar dari evaporator. Karena beberapa
komponen ada yang hilang saat pemekatan, untuk meningkatkan
rasa dan aroma sari jeruk pekat, ditambahkan sari jeruk segar. Sari
jeruk yang sudah dicampur mengandung 42% massa padatan

52
5. Dalam sebuah proses, dibutuhkan larutan garam 30 % sebanyak 10
kg dan larutan garam 10% sebanyak 5 kg. apabila larutan garam 30
% disimbolkan dengan F1 dan larutan garam 10 % disimbolkan
dengan F2, hitung fraksi massa masing-masing komponen dalam F1
dan F2 !

6. Pada proses evaporasi, dihasilkan uap (disimbolkan V) sebanyak 30


kg dan larutan gula 50% (disimbolkan P) sebanyak 50 kg.
a. Tentukan massa gula dan air pada V dan P
b. Tentukan fraksi massa gula dan air pada V dan P

7. Pada proses distilasi alcohol, dihasilkan produk (P) alcohol 98%


sebanyak 100 kg dan produk bawah (B) 50 kg dengan kandungan
alcohol 2%.
a. Tentukan massa alcohol dan air pada P dan B
b. Tentukan fraksi massa alcohol dan air pada P dan B

53
BAB III
Neraca Massa
Tanpa Reaksi

Neraca Massa adalah cabang


keilmuan yang mempelajari
kesetimbangan massa dalam sebuah sistem. Dalam neraca massa, sistem
adalah sesuatu yang diamati atau dikaji. Neraca massa adalah konsekuensi
logis dari Hukum Kekekalan Massa yang menyebutkan bahwa di alam ini
jumlah total massa adalah kekal; tidak dapat dimusnahkan ataupun
diciptakan.
Neraca massa bisa juga dikatakan sebagai alat hitung dalam
memperhitungkan bahan yang masuk dan bahan yang keluar dalam sebuah
proses di industri.
Fungsi neraca massa :
- Untuk merancang proses produksi
- Untu mengevaluasi atau menganalisis proses produksi yang sedang
berlangsung

3.1. Perhitungan Neraca Massa Tanpa Reaksi


KONSEP NERACA MASSA = persamaan yang disusun
berdasarkan hukum kekekalan massa (law
( conservation of mass),
yaitu ”mass can neither be created
eated or destroyed” yang artinya massa
tidak dapat diciptakan dan tidak dapat dimusnahkan. Dari hukum
tersebut didapatkan persamaan umum neraca massa sebagai
berikut :
= +

54
Keterangan
Input : aliran yang masuk ke sistem
Output : aliran yang keluar sistem
Konsumsi : material yang digunakan oleh reaksi
Generasi : material yang dihasilkan karena reaksi
Akumulasi : material yang terkumpul dalam sistem

Untuk sistem steady state, tidak ada material yang terakumulasi,


sehingga akumulasi = 0. Untuk neraca massa tanpa reaksi, karena
tidak ada reaksi kimia, maka konsumsi dan generasi = 0 sehingga :
Akumulasi = Input - output + generasi - konsumsi
0 = input - output + 0 - 0
0 = input - output
Sehingga
Input = output atau
Massa masuk = massa keluar
Adapun langkah-langkah dalam menyelesaikan neraca massa tanpa
reaksi adalah sebagai berikut :
Contoh soal
Tersedia larutan NaOH 80% dan NaOH 30% akan dicampurkan
untuk membuat NaOH 60% sebanyak 300 kg. Berapakah NaOH 80%
dan NaOH 30% yang dibutuhkah?
1. Baca baik-baik soal dan tentukan kode di setiap variable
yang diketahui
F1 : m NaOH 80%
F2 : m NaOH 30%
P : m NaOH 60%

55
N : NaOH
A : Air
2. Gambar diagram alir, lengkapi data-data teknik
komponen yang bisa ditentukan atau dihitung, tandai
variable yang tidak diketahui.

F1 = … ?
XN.F1 = 0,8
XA.F1 = 0,2
P = 300kg
Mixing
XN.P = 0,6
F2 = … ? XA.P = 0,4
XN.F2 = 0,3
XA.F2 = 0,7

3. Pilih basis
Basis adalah fokus aliran atau komponen yang akan kita
tentukan. Untuk mempermudah perhitungan pilihlah basis
komponen yang ditanyakan. Pada soal di atas, kita lebih mudah
memilih alkohol sebagai basis. Selain komponennya, pemilihan
basis juga termasuk jumlah massa yang terlibat. Cara
penentuan basis massa adalah pilihlah dari yang diketahui,
apabila tidak ada massa yang diketahui, pilihlah angka yang
mudah (misalnya 100 kg atau 1000 kg) dan taruh di aliran yang
sudah diketahui komposisi komponennya.
4. Selanjutnya buat persamaan neraca massa nya.
Neraca massa dapat dinyatakan sebagai neraca massa total dan
neraca massa komponen. Neraca massa total adalah massa total
yang masuk dan massa total yang keluar. Neraca massa
komponen adalah perhitungan komponen yang masuk dan
komponen yang keluar

56
5. Selesaikan persamaannya dengan subtitusi atau eliminasi
untuk menentukan variable yang ditanyakan.
Basis : P = 300 kg
Perhitungan fokus pada alcohol.
Neraca Massa Total
Massa masuk = Massa keluar
F1 + F2 = P
F1 + F2 = 300
F1 = 300 – F2 ……………………..(Persamaan 1)

Neraca Massa Komponen (Alkohol)


Massa alcohol masuk = Massa alcohol keluar
Disubtitusi
XA.F1 . F1 + XA.F2 . F2 = XA.P . P
dengan
persamaan 1 0,8 . F1 + 0,3 . F2 = 0,6. 300
0,8F1 + 0,3F2 = 180
0,8(300 – F2) + 0,3F2 = 180
240 – 0,8F2 + 0,3F2 = 180
– 0,8F2 + 0,3F2 = 180 – 240
-0,5F2 = -60
F2 = -60/-0,5
F2 = 120 kg
Dari persamaan 1, dapat dihitung F1
F1 = 300 – F2
= 300 – 120
= 180 kg

57
Soal Neraca massa tanpa reaksi
A. Mixing
Diagram alir mixing

F1

Mixing P

F2

Dalam diagram alir di atas terjadi pencampuran antara bahan F1


dan bahan F2 menghasilkan produk P. Apabila dalam F1 dan F2
terdapat komponen A dan B, bagaimanakah :
a. Neraca massa totalnya
b. Neraca massa komponen A
c. Neraca massa komponen B

Soal terapan mixing


1. Untuk membuat larutan NaOH 50% sebanyak 50 kg disediakan air
(aquades) dan Kristal NaOH 98% (air 2%). Hitung air dan Kristal
NaOH yang dibutuhkan?

2. 100 kg larutan garam (NaCl) 10% dicampur dengan 200kg larutan


garam 50%. Berapa % garam hasil pencampuran tersebut?

3. Jika pada suhu 20 oC, satu liter etanol dengan densitas 0,789 g/cc
dicampur dengan 1 L akuades berdensitas 0,998 g/cc, berapa kg
campuran yang dihasilkan?

58
B. Distilasi
Diagram alir distilasi

Distilat

Distilasi
Feed

Produk bawah (Bottom)

Dalam diagram alir di atas bahan F didistilasi menghasilkan distilat


D dan produk bawah B. apabila F mengandung komponen A dan B,
temtukan :
a. Neraca massa totalnya
b. Neraca massa komponen A
c. Neraca massa komponen B

Soal terapan distilasi


4. 50 kg/jam larutan etanol 5% didistilasi menjadi distilat etanol 95%
dan produk bawah etanol 1%. Berapa distilat dan produk bawah
yang dihasilkan?

5. 100 kg larutan NH4OH 5% didistilasi menjadi distilat dengan


kandungan NH4OH 30% dan produk bawah 1%. Berapa kg distilat
yang dihasilkan? Berapa produk bawah yang dihasilkan?

59
C. Evaporasi
Diagram alir evaporasi

Vapor (uap)

Feed Evaporasi Konsentrat

Pada diagram alir di atas, bahan F diuapkan atau dievaporasi. Dari


proses ini dihasilkan uap (V) dan konsentrat (K). Kristalisasi juga
bias dikatakan proses evaporasi karena sama-sama mengurangi
pelarut dalam bahan. Apabila pada F mengandung zat A dan pelarut
B maka tentukan :
a. Neraca massa totalnya
b. Neraca massa komponen A
c. Neraca massa komponen B

Soal terapan evaporasi


6. 500 kg larutan gula 40% dikristalkan menjadi gula pasir 99%, uap
air 100% dan tetes sebanyak 50 kg dengan kandungan gula 2%.
Hitung berapa gula pasir dan uap yang dihasilkan!

7. 98 kg larutan gula 5% diuapkan menjadi uap air dan larutan gul


25%. Hitung berapa uap air yang dihasilkan dan larutan gula 25%
yang dihasilkan?

8. 1000 kg jagung dengan kadar air 15% dikeringkan di bawah terik


matahari selama 1 hari. Ternyata berat jagung kering menjadi 990
kg. Kemana kah berat jagung yang berkurang tersebut? Berapa
kadar air dari jagung kering yang dihasilkan?

60
D. Ektraksi
Diagram alir ekstraksi

Pelarut

Feed Ekstraksi Ekstrak

Rafinat

Pada diagram alir ektraksi, bahan yang akan diekstrak (F)


mengandung komponen yang akan diekstrak (A) dan pengotor (K).
Bahan F ditambahkan pelarut (P) sehingga komponen A akan
terekstrak. Hasil dari proses tersebut akan menghasilkan ekstrak
(E) yang mengandung komponen A dan pelarut P. selain itu akan
dihasilkan rafinat (F) yang berisi pengotor (K). dengan demikian
tentukan :
a. Neraca massa total
b. Neraca massa komponen A

Soal terapan ektraksi


9. Untuk membuat 200 g ekstrak curcumin 50%, disediakan 1000 g
bubuk kunyit mengandung curcumin 20% dan alcohol 100%. Setelah
dilakukan ekstraksi diperoleh ekstraksi curcumin 50% dan ampas
dengan kadar curcumin 2%. Hitung berapa alcohol yang dibutuhkan?

E. Adsorbsi
Diagram alir adsorbsi

61
Gas bersih

Absorben bersih

Absorbsi
Gas kotor

Absorben kotor

Soal terapan Adsorbsi


10. 500 kg campuran gas hasil pembakaran mengandung SO2 50%
diabsorbsi dengan menggunakan air sebanyak 1200 kg yang
mengandung SO2 2%. Setelah diabsorbsi gas hasil pembakaran
keluar dengan kadar SO2 20%. Hitung berapa kadar SO2 dalam air!

11. Sebuah absorber digunakan untuk menghilangkan aseton dari


campuran gas nitrogen. Umpan dengan fraksi massa aseton 0,213
masuk dengan laju alir 200 kg/jam. Absorber yang digunakan adalah
air yang mana laju alir masuknya adalah 1000 kg/jam. Gas yang
keluar mengandung aseton 0,8% dan uap air 2,9%. Gambar diagram
alirnya dan tentukan laju alir yang belum diketahui.

Soal pemantapan materi


12. Adesiv cair, yang digunakan untuk merekatkan papan berlaminasi,
terdiri atas campuran polimer dan pelarutnya. Pemasok adesiv
mendapat pesanan berupa 3000 Kg adesiv yang berisi 13% polimer
(%berat). Pemasok memiliki stok :
a. 500 Kg adesiv 10%.

62
b. Larutan 20% adesiv yang sangat melimpah.
c. Pelarut murni.
Jika pemasok ingin menggunakan semua stok yang ada, tentukan
kebutuhan masing-masing larutan. ( Adesiv 10% digunakan semua)

13. Buah segar nenas berisi 15% padatan dan 85% air. Untuk membuat
selai nenas, nenas segar dihancurkan dan kemudian ditambah gula
dengan rasio nenas : gula = 45 : 55. Campuran itu selanjutnya
dipanaskan untuk menguapkan airnya, sehingga diperoleh selai
dengan kadar air menjadi 35 %. Berapa Kg buah nenas dan Kg gula
yang dibutuhkan untuk membuat 1 kg selai nenas?

14. Akan dibuat konsentrat jeruk yang berisi 42 % padatan dari larutan
jeruk 12% padatan. Mula-mula, larutan jeruk 12% padatan
diumpankan ke evaporator, sehingga sebagian airnya teruapkan.
Larutan yang dihasilkan evaporator ini berisi 58% padatan. Untuk
mengganti aroma yang ikut teruapkan dalam evaporator, maka
larutan jeruk 58% padatan ini dicampur dengan larutan jeruk 12%
padatan, sehingga dihasilkan konsentrat jeruk 42 % padatan yang
masih beraroma jeruk. Jika diinginkan 100 Kg/hari konsentrat jeruk,
tentukan semua kecepatan arus lainnya.

15. 2. Larutan gula 25% dipekatkan dalam evaporator sehingga


dihasilkan larutan gula 50%. Hasil evaporator ini diumpankan ke
kristaliser, sehingga diperoleh kristal gula 95% dan arus larutan
gula 37,5%. Larutan gula 37,5% ini dikembalikan (didaur
ulang/recycle) ke evaporator lagi. Jika diproduksi kristal gula 100
Kg/jam, tentukan semua kecepatan arus yang belum diketahui

63
BAB IV
Sifat Gas dan Stoikiometri

Sifat fisika zat adalah sifat benda yang berhubungan denga perubahan yang
dialami benda tanpa membentuk zat baru. Contoh sifat fisika adalah massa,
panjang, volume, massa jenis, titik didih, titik beku, energy, dll. Mengapa
kita perlu mempelajari sifat fisika zat?

1. Tidak semua sifat zat bisa kita ukur, yang bisa kita lakukan adalah
menghitungnya dengan persamaan persamaan tertentu sehingga
sifat fisika zat bisa diperkirakan jumlahnya. Missal, kita bisa
mengukur volume minyak menggunakan gelas ukur untuk skala
kecil, tetapi kita tidak bisa mengukur langsung minyak yang masuk
ke proses distilasi fraksional. Padahal distilasi fraksional adalah
proses kontinyu yang mana prosesnya berjalan terus menerus. Nah
bagaimana kita bisa memperhitungkan volume minyak yang
ya masuk?
Barulah kita melakukan pengukuran kecepatan alir. Kita tinggal
menghitung volume yang masuk dengan mengalikan kecepatan alir
dengan waktu alir minyak.
2. Dengan mempelajari sifat fisika zat, kita bisa memprediksi kondisi
suatu zat tanpa melihat langsung
sung zat tersebut. Biasanya prediksi-
prediksi
prediksi kondisi suatu zat ini membutuhkan bantuan tabel-tabel,
tabel
atau diagram-diagram
diagram yang sudah dibuat oleh para peneliti
sebelumnya. Misalnya,kita bisa memperkirakan fasa suatu zat
menggunakan diagram fasa.

64
3. Dengan mempelajari sifat fisika zat, kita juga bisa memperkirakan
energy yang terlibat dalam suatu proses. Dengan begitu kita bisa
memperhitungkan jumlah bahan bakar yang dibutuhkan

Dalam pembahasan sifat fisika zat kali ini,akan dijelaskan sifat-sifat fisika
gas ideal, gas nyata, dan kesetimbangan Fasa
A. Gas ideal
Kalian tentu telah mengetahui bahwa setiap zat, baik itu zat
padat, cair, maupun gas, terdiri atas materi-materi penyusun yang
disebut atom. Sebagai partikel penyusun setiap jenis zat yang ada di
Bumi dan di seluruh alam semesta, atom-atom berukuran sangat
kecil dan tidak dapat dilihat, walaupum menggunakan alat yang
paling canggih. Oleh karena itu, gaya yang ditimbulkan oleh
interaksi antarpartikel dan energi setiap partikel hanya dapat
diamati sebagai sifat materi yang dibentuk oleh sejumlah partikel
tersebut secara keseluruhan. Analogi pernyataan ini dijelaskan
sebagai berikut. Misalkan, Anda memiliki sejumlah gas oksigen yang
berada di dalam tabung tertutup. Jika Anda ingin mengetahui gaya-
gaya yang bekerja pada setiap atom oksigen, Anda hanya dapat
mengamati perilaku seluruh gas oksigen yang ada di dalam tabung
dan menganggap bahwa hasil pengamatan Anda sebagai
penjumlahan dari gaya-gaya yang bekerja pada setiap atom gas
oksigen.
Sifat mekanika gas yang tersusun atas sejumlah besar atom-
atom atau molekul-molekul penyusunnya dijelaskan dalam teori
kinetik gas. Dalam menjelaskan perilaku gas dalam keadaan
tertentu, teori kinetik gas menggunakan beberapa pendekatan dan
asumsi mengenai sifat-sifat gas yang disebut gas ideal.

65
Konsep gas ideal
Gas ideal merupakan kumpulan dari partikel-partikel suatu zat yang
jaraknya cukup jauh dibandingkan dengan ukuran partikelnya.
Partikel-partikel itu selalu bergerak secara acak ke segala arah.
Pada saat partikel-partikel gas ideal itu bertumbukan antar partikel
atau dengan dinding akan terjadi tumbukan lenting sempurna
sehingga tidak terjadi kehilangan energi.

Berdasarkan eksperimen diketahui bahwa semua gas dalam kondisi


kimia apapun, pada temperatur tinggi, dan tekanan rendah
cenderung memperlihatkan suatu hubungan sederhana tertentu di
antara sifat-sifat makroskopisnya, yaitu tekanan, volume dan
temperatur. Hal ini menganjurkan adanya konsep tentang gas
ideal yang memiliki sifat makroskopis yang sama pada kondisi yang
sama. Berdasarkan sifat makroskopis suatu gas seperti kelajuan,
energi kinetik, momentum, dan massa setiap molekul penyusun gas,
kita dapat mendefinisikan gas ideal dengan suatu asumsi (anggapan)
tetapi konsisten (sesuai) dengan definisi makroskopis.

Gambar 1.1 : Keadaan Gas Ideal


Syarat Gas Ideal
Gas ideal merupakan gas yang memenuhi asumsi-asumsi berikut.

66
1. Suatu gas terdiri atas molekul-molekul yang disebut molekul. Setiap
molekul identik (sama) sehingga tidak dapat dibedakan dengan
molekul lainnya.
2. Molekul-molekul gas ideal bergerak secara acak ke segala arah.
3. Molekul-molekul gas ideal tersebar merata di seluruh bagian.
4. Jarak antara molekul gas jauh lebih besar daripada ukuran
molekulnya.
5. Tidak ada gaya interaksi antarmolekul; kecuali jika antarmolekul
saling bertumbukan atau terjadi tumbukan antara molekul dengan
dinding.

Semua tumbukan yang terjadi baik antarmolekul maupun antara


molekul dengan dinding merupakan tumbukan lenting sempurna
dan terjadi pada waktu yang sangat singkat (molekul dapat
dipandang seperti bola keras yang licin). Pada kenyataannya, tidak
ditemukan gas yang memenuhi kriteria gas ideal. Akan tetapi, sifat
itu dapat didekati oleh gas pada temperatur tinggi dan tekanan
rendah.

Hukum – Hukum Gas Ideal


Teori kinetik gas membahas hubungan antara besaran-besaran yang
menentukan keadaan suatu gas. Jika gas yang diamati berada di
dalam ruangan tertutup, besaran-besaran yang menentukan
keadaan gas tersebut adalah volume (V), tekanan (p), dan suhu gas
(T). Menurut proses atau perlakuan yang diberikan pada gas,
terdapat tiga jenis proses, yaitu isotermal, isobarik, dan isokhorik.
Pembahasan mengenai setiap proses gas tersebut dapat Anda
pelajari dalam uraian berikut.

67
1. Hukum Boyle

Suatu gas yang berada di dalam tabung dengan tutup yang dapat
diturunkan atau dinaikkan, sedang diukur tekanannya. Dari gambar
tersebut dapat Anda lihat bahwa saat tuas tutup tabung ditekan,
volume gas akan mengecil dan mengakibatkan tekanan gas yang
terukur oleh alat pengukur menjadi membesar.
Hubungan antara tekanan (p) dan volume (V) suatu gas yang berada
di ruang tertutup ini diteliti oleh Robert Boyle. Saat melakukan
percobaan tentang hubungan antara tekanan dan volume gas dalam
suatu ruang tertutup, Robert Boyle menjaga agar tidak terjadi
perubahan temperatur pada gas (isotermal). Dari data hasil
pengamatannya, Boyle mendapatkan bahwa hasil kali antara
tekanan (p) dan volume (V) gas pada suhu tetap adalah konstan.
Hasil pengamatan Boyle tersebut kemudian dikenal sebagai Hukum
Boyle yang secara matematis dinyatakan dengan persamaan
P.V = konstan,

68
sehingga apabila ada 2 gas yang berada pada temperature yang
sama, berlaku persamaan :
V1 P2
V 2 = P1 atau P1 V1 = P2 V2

2. Hukum Charles
Seorang ilmuwan Perancis lainnya, Charles, menyatakan hubungan
antara tekanan (p) terhadap temperatur (T) suatu gas yang berada
pada volume tetap (isokhorik). Hasil penelitiannya kemudian dikenal
sebagai Hukum Charles yang menyatakan hasil bagi tekanan (p)
dengan temperature (T) suatu gas pada volume tetap adalah
konstan.
P
= konstan
T
Sehingga apabila ada 2 jenis gas berbeda memiliki volume yang
sama, maka berlaku persamaan
P1 T1
P2 = T 2
3. Hukum Gay Lussac

69
Misalnya, Anda memasukkan gas ideal ke dalam tabung yang
memiliki tutup piston di atasnya. Pada keadaan awal, gas tersebut
memiliki volume 4 m3 dan temperatur 300 K. Jika kemudian
pemanas gas tersebut dimatikan dan gas didinginkan hingga
mencapai temperatur 225 K, volume gas itu menurun hingga 3 m3.
Jika Anda membuat perbandingan antara volume terhadap suhu

pada kedua keadaan gas tersebut . Anda akan mendapatkan

suatu nilai konstan = = 0,013 . Berdasarkan hasil

penelitiannya mengenai hubungan antara volume dan temperatur


gas pada tekanan tetap, Gay-Lussac menyatakan Hukum
GayLussac, yaitu hasil bagi antara volume (V) dengan temperatur
(T) gas pada tekanan tetap adalah konstan. Persamaan
matematisnya dituliskan sebagai berikut.

Sehingga apabila ada 2 jenis gas berada pada tekanan yang sama,
maka berlaku persamaan :
V1 V 2
=
T1 T 2
4. Hukum Boyle – Gay Lussac
Hikum Boyle mempelajari sifat gas pada suhu tetap, Hukum Charles
mempelajari sifat gas pada volume tetap, dan Hukum Gay Lussac
mempelajari sifat gas pada tekanan, nah bagaimana sifat gasl
apabila suhu, volum,dan tekanannya berubah?
Ternyata, ketiga persamaan di atas bisa diturunkan menjadi sebuah
persamaan yang selanjutnya disebut persamaan gas ideal.
Persamaan gas ideal tersebut adalah :
.
=

70
Atau hubungan 2 keadaan gas ideal yang berbeda, dapat dituliskan
dengan persamaan

P1V 1 P 2V 2
T1 = T 2 =
dengan,
P1 dan P2 : tekanan gas pada keadaan 1 dan 2
T1 dan T2 : suhu gas pada keadaan 1 dan 2
V1 dan V2: volume gas pada keadaan 1 dan 2

Kemudian dari persamaan Boyle dan Charles, ahli- ahli ilmu


pengetahuan merumuskan status hubungan yang disebut dengan
Hukum Gas Ideal sebagai berikut :

PV=nRT
Dengan,
n : jumlah mol gas
P : tekanan gas
V : volume gas
R : tetapan gas ideal
T : suhu absolut
Tetapan Gas
Tetapan gas dapat dihitung dengan menggunakan rumus gas
ideal, P V = n R T
Jika n = 1 mol gas
Maka P V = R T ------------- R = P V/T
Sehingga harga R untuk satuan lt atm/grmol K,
R = PV/T

71
= 1 atm (22,4 lt/grmol) / 273,16 K
= 0,082 lt atm/ mol K
Harga R tergantung dari sistem satuan yang digunakan, dimana
harga R sbb :
1,9872 cal/mol K
82,057 cm3 atm/mol K
0,082 lt atm/mol K
8,314 joule/mol K
10,73 ft3 psi/lbmol oR

Fenomena Gas Ideal


a. Balon gas, balón helium, dan balón udara
b. Ban kendaraan yang dipakai awet, ban kendaraan yang diam
d rumah tp kempes

Contoh Soal
1. 10 kg gas N2 didalam tangki 3.000 liter mempunyai tekanan 10 atm.
Berapakah suhu gas dalam tangki tsb?
Penyelesaian :
PV=nRT
T =PV/nR
= (10)(3.000)/ (357)(0,082)
= 1.050 K = 777 oC
2. Campuran amonia dan udara dengan kadar amonia 5%, pada
tekanan 730 mmHg dan suhu 30 oC dilewatkan pada kolom absorbsi
dengan kecepatan alir 100 lt/menit. Tentukan kecepatan alir udara
keluar dari kolom absorbsi jika udara keluar pada 725 mmHg dan
20oC.

72
Penyelesaian :
Kecepatan alir gas masuk kolom absorbsi (NH3 + udara) 100 lt/menit.
Kecepatan alir udara masuk kolom absorbsi = 95 lt/menit ( 730 mmHg,
30oC).
Basis : 1 menit operasi
Karena seluruh amonia terserap dalam kolom, maka hanya udara yang
keluar dari kolom absorbsi.
P1V 1 P 2V 2
=
T1 T2
P1V 1T 2 (730)(95)(293)
V2 = =
P2T1 (725)(303)
= 92,5 liter

Campuran Gas Ideal

Dalam kehidupan sehari-hari kita sering menjumpai gas-gas yang


berisi lebih dari satu komponen. Contohnya adalah udara. Udara
merupakan campuran yang terdiri atas N2, O2, dan beberapa persen gasl
lain (H2O, argon, dan lain-lain). Apabila suatu campuran gas ideal terdiri
dari beberapa komponen, makan masing-masing komponen akan
menyumbang besarnya tekanan terhadap tekanan total dari campuran gas.
Komponen-komponen tersebut juga menyumbang volume terhadap volume
total campuran gas.
Tekanan parsial dari campuran gas yang ada dalam campuran gas-
gas adalah tekanan yang akan dihasilkan oleh komponen gas, jika hanya
gas tersebut saja yang ada dalam ruangan dengan volume dan suhu yang
sama dengan campuran gas. Volume parsial adalah volume komponen

73
murni satu komponen gas dalam campuran apabila gas itu saja berada
dalam ruang dengan tekanan dan suhu yang sama dengan campuran gas.
Ada dua hukum yang dapat diterapkan dalam campuran gas ideal, yaitu :
1. Hukum Dalton
Tekanan total yang ditimbulkan oleh gas-gas dalam campuran gas =
jumlah dari masing-masing tekanan parsial dari semua komponen
dalam campuran.

Pt = PA + PB + PC + PD +……

dengan,
Pt : tekanan total
PA,PB,PC,PD : tekanan parsial komponen A,B,C,D, …

2. Hukum Amagat
Hukum Amagat menyatakan bahwa volume total yang akan dicapai oleh
campuran gas-gas sama dengan jumlah semua volume parsial

Vt = VA + VB + VC + …….
dengan,
Vt : Volume total
VA, VB, VC...: Volume parsial masing –masing komponen
dalam campuran

Untuk gas ideal berlaku, PA = nA R T / V


dengan,
V : volume campuran
nA : jumlah mol komponen A dalam campuran

74
maka, Pt = (nA + nB + nC +...) R T / V
PA = nA Pt/ (nA + nB + nC +....)
= (nA/nt) Pt
= YA Pt

dengan,
YA = mole fraksi komponen A

Untuk gas ideal, P VA = nA R T


P VB = nB R T
P (VA + VB + VC+ ..) = (nA + nB + nC + …) R T
(VA/Vt) = nA/(nA + nB + nC + ….)
VA = YA Vt
YA = VA/Vt
Fraksi mol = fraksi volume
Contoh Soal

1. Suatu ruangan gas yang rapat mempunyai volume 1.000 m3. ruangan ini
berisi udara (21% O2 dan 79% N2) pada 20 oC dan tekanan total 1 atm.
a. Berapa volume parsial O2 dalam ruangan?
b. Berapa volume parsial N2 dalam ruangan?
c. Berapa tekanan parsial O2 dalam ruangan ?
d. Berapa tekanan parsial N2 dalam ruangan ?
e. Jika semua O2 dikeluarkan dari ruangan, berapa tekanan total
dalam ruangan?

Penyelesaian :
V = 1.000 m3
P = 1 atm

75
T = 272 + 20 = 293 K
Udara = 21% O2, 79% N2

Maka,
a. VO2 = YO2 Vt = 0,21 x 1.000 m3 = 210 m3
b. VN2 = Y N2 Vt = 0,79 x 1.000 m3 = 790 m3
c. PO2 = YO2 Pt = 0,21 x 1 atm = 0,21 atm
d. PN2 = Y N2 Pt = 0,79 x 1 atm = 0,79 atm
e. Jika O2 dikeluarkan maka P sekarang = PN2 = 0,79 atm

Latihan Soal
1. Suatu gas memiliki volume 2 L, temperatur 30°C, dan tekanan 1 atm.
Gas tersebut dipanaskan sampai 60°C dan ditekan sampai volume 1,5
L. Hitunglah besar tekanan akhir gas tersebut.
2. Seratus gram CO2 menempati volume 55 L pada tekanan 1 atm.
Berapakah temperatur gas CO2 tersebut? Jika volume gas ditambah
menjadi 80 L dan temperature dijaga konstan, berapakah tekanan
akhir gas?
3. Enam belas gram oksigen (Mr = 32) menempati ruang bervolume 5 liter
pada tekanan 2 atm. Jika gas oksigen dianggap gas ideal dan 1 atm =
105 Pa,
berapakah temperatur gas tersebut?
4. Gas mempunyai volume 1 m3 pada tekanan standart dikembangkan
menjadi 1.200 m3 dengan suhu konstan. Berapa tekanan barunya ?
5. Campuran amonia dan udara dengan kadar amonia 5%, pada tekanan
730 mmHg dan suhu 30 oC dilewatkan pada kolom absorbsi dengan

76
kecepatan alir 100 lt/menit. Tentukan kecepatan alir udara keluar dari
kolom absorbsi jika udara keluar pada 725 mmHg dan 20 oC.
6. Sebuah tabung yang volumenya 1 liter memiliki lubang yang
memungkinkan udara keluar dari tabung. Mula-mula suhu udara
dalam tabung 27°C. Tabung dipanaskan hingga suhunya 127°C.
Berapakah perbandingan antara massa gas yang keluar dari tabung
dan massa awalnya?
7. Sejumlah gas ideal menjalani proses isobaric sehingga suhunya (dalam
Kelvin) menjadi dua kali semula. Sehingga volume gas tersebut akan
menjadi
n kali semula. Berapakah nilai n?
8. Temperatur gas ideal yang tekanannya 800 mmHg adalah 300 K. Jika
gas dipanaskan pada volume tetap hingga tekanannya menjadi 1.600
mmHg, hitunglah temperatur gas tersebut.
9. Gas dengan komposisi sebagai berikut pada tekanan 13,8 psi dan suhu
120 oF: N2 (2%), CH4 (79%), C2H6 (19%)
a. Berapa tekanan parsial setiap komponen ?
b. Berapa volume parsial setiap komponen, jika tekanan tangki 2 ft3?
c. Berapa volume fraksi setiap komponen ?
10. Suatu campuran 15 lb N2 dan 20 lb H2 pada tekanan 50 psig dan suhu
60 oF.
Tentukan (anggap gas ideal) :
a. Tekanan parsial masing-masing komponen
b. Volume parsial masing-masing komponen
c. Density campuran

77
B. Gas Nyata

Kebanyakan gas pada tekanan tinggi dan suhu rendah memberikan


penyimpangan yang cukup besar terhadap hukum gas ideal.
Dan sifat ideal makin didekati oleh gas nyata jika;
a. pada tekanan rendah
b. pada suhu tinggi ( jauh dari suhu kritis)
Ada 4 metode dalam diperhitungkan gas nyata, yaitu :
1. Equation of state (persamaan keadaaan)
2. Compressibility chart
3. Estimate properties (perkiraan sifat-sifat)
4. Actual experiment data (data percobaan yang nyata)

Persamaan keadaan, meliputi antara lain :


a. Persamaan Van der Walls

P + (n2 a / V2) ( V – n b ) = n R T

dengan,
a dan b : konstanta
a = ( Vol2/mol2) x tekanan
b = (Vol/mol)

untuk menghitung p , rumus diatas diubah menjadi


P = ( n R T/V – n b) – ( n2 a/V2)
Sedangkan untuk menghitung volume, maka rumus tersebut
menjadi,
V3 – (n b + (n R T/P)) V2 + (n2 a/P) V – (n3 a b/ P) = 0
Untuk menyelesaikan persamaan tersebut dapat digunakan metode
trial & error atau dengan cara lain.

78
b. Persamaan Redlich & Kwong
{ p + n2 a/(T 0,5 V (V + n b))} (V – n b)= n R T

a = 0,4278 (R2 Tc 2,5)/Pc


b = 0,0867 (R Tc/Pc)
nilai a dan b dapat dillihat pada tabel sebagai berikiut,

Tabel 1. Konstanta untuk persamaan Van der Waals dan Redlich-

Kwong

79
Latihan soal

1. Sebuah tabung memiliki volume 0,15 m3 berisi 22,7 gram gas propane
C3H8. Tekanan yang terukur pada alat adalah4790 kPa. Berapakah
temperature tabung tersebut apabila dihitung menggunakan
persamaan Van Der Waals!
2. Kamu akan menrancang sebuah tangki yang akan digunakan untuk
menyimpan CO2 pada temperature 290 K. CO2 yang akan dimasukkan
sebanyaknya 460 kg dengan volume 10,4 m3. Berapakah tekanan yang
harus diberikan kepada tangki tersebut? Hitung menggunakan
persamaan Redlich Kwong!
3. Gas etana sebanyak 10 kmol berada pada tabung dengan volume
4,86m3 memiliki temperature 300 K. hitung tekanan gas tersebut
menggunakan persamaan gas ideal, Van Der Waals, dan Redlich
Kwong. Apabila tekanan yang terukur adalah 34 atm, persamaan
manakah yang mendekati tekanan yang sebenarnya?

80
C. Stoikiometri

Stoikiometri berasal dari dua suku kata bahasa Yunani yaitu


Stoicheion yang berarti “unsur” dan Metron yang berarti “pengukuran”.
Stoikiometri adalah suatu pokok bahasan dalam kimia yang
melibatkan keterkaitan reaktan dan produk dalam sebuah reaksi kimia
untuk menentukan kuantitas dari setiap zat yang bereaksi.
Atau dengan kata lain, stoikiometri merupakan pokok bahasan
dalam ilmu kimia yang mempelajari tentang kuantitas zat dalam suatu
reaksi kimia.
Jika terjadi suatu reaksi kimia, mungkin kamu ingin mengetahui
berapa jumlah zat hasil reaksinya? Atau jika kamu ingin melakukan reaksi
kimia untuk menghasilkan produk dalam jumlah tertentu, maka kamu
harus mengatur berapa jumlah reaktan dalam reaksinya. Ini semua
merupakan bahasan dalam stoikiometri.
Reaksi kimia sering dituliskan dalam bentu persamaan dengan
menggunakan simbol unsur. Reaktan adalah zat yang berada di sebelah
kiri, dan produk ialah zat yang berada di sebelah kanan, kemudian
keduanya dipisahkan oleh tanda panah (bisa satu / dua panah bolak balik).
Contohnya:
Penyetaraan Reaksi KimiaSebelum melakukan perhitungan
Stoikiometri, persamaan reaksi yang kita miliki harus disetarakan terlebih
dahulu.
2Na(s)+HCl(aq) 2NaCl(aq)+H2(g)
Persamaan reaksi kimia itu seperti resep pada reaksi, sehingga
menunjukkan semua yang berhubungan dengan reaksi yang terjadi, baik
itu ion, unsur, senyawa, reaktan ataupun produk. Semuanya.

81
Kemudian seperti halnya pada resep, terdapat proporsi pada
persamaan tersebut yang ditunjukkan dalam angka-angka di depan rumus
molekul tersebut.
1. Penyetaraan Reaksi
Hal pertama yang harus dilakukan untu menyelesaikan masalah-masalah
stoikiometri adalah menyetarakan reaksi karena dengan menyetarakan
reaksi, kita bisa mengetahui perbandingan tepat sebuah reaksi kimia.
Penyetaraan reaksi biasanya dilakukan dengan menambahkan koefisien
pada rumus kimia senyawa untuk menyamakan jumlah atom pada ruas kiri
dan kanan reaksi. Cara yang digunakan untuk menyetarakan reaksi
bermacam-macam. Cara paling sederhana adalah cara langsung
Setarakan persamaan reaksi berikut ini:
Ca(OH)2 + HNO3  Ca(NO3)2 + H2O
Caranya adalah:
a. Urutan penyetaraan yang mudah adalah logam, non logam,
oksigen, dan hydrogen. Pada reaksi tersebut, unsure yang
disetarakan pertama adalah unsur Ca. Ternyata Ca sudah setara.
b. Menyetarakan unsur N, sehingga persamaan reaksi menjadi
Ca(OH)2 + 2HNO3 Ca(NO3)2 + H2O
c. Menyetarakan unsur O, sehingga persamaan reaksi menjadi
Ca(OH)2 + 2HNO3 Ca(NO3)2 + 2H2O
d. Menyetarakan O, ternyata O sudah setara.
Persamaan reaksi setara adalah:
Ca(OH)2 + 2HNO3  Ca(NO3)2 + 2H2O
e. Dengan demikian arti dari reaksi tersebut adalah reaksi tersebut
akan dapat berlangsung apabila perbandinga mol Ca(OH)2 dan
HNO3 adalah 1 : 2. Dan reaksi tersebut akan menghasilkan produk
Ca(NO3)2 dan H2O dengan perbandingan mol 1:2

82
2. Peranan koefisien reaksi
Sebenarnya peranan koefisien reaksi sudah tercermin dalam
pembahasan hukum penyatuan volume (Gay Lussac, 1808), namun
secara terperinci dapat dilihat pada uraian berikut ini.
Misal ada sebuah reaksi
aA  bB
a dan b adalah koefisien reaksi, maka A dan B memiliki perbandingan
a:b sehingga :
mol zat A =

Contoh :
Jika terdapat 5 mol gas nitrogen, hitunglah:
a. mol H2 yang bereaksi !
b. mol NH3 yang terbentuk !
Jawab:
Persamaan reaksi: N2 + 3H2  2NH3
a. H2 = 3/1 x 5 mol = 15 mol
b. NH3 = 2/1 x 5 mol = 10 mol
3. Konsep mol
Mol merupakan satuan yang digunakan untuk menyatakan partikel

83
Mind Map Konsep Mol

Dalam satuan metric, mol biasa disebut dengan gram mol atau gmol.
Tetapi dalam satuan imperial atau British, satuan mol
menggunakan pound mol atau lbmol. Dalam perhitungannya, sama
degan satuan metric tetapi untuk harganya tidak setara. Untuk
perhitungan mol dengan satuan British :

( )
( )=
/

4. Menyelesaikan soal stoikiometri


Dalam menyelesaikan soal-soal hitungan kimia yang berhubungan dengan
reaksi kimia, yang perlu dikerjakan ialah :

84
a. Menuliskan persamaan reaksi yng benar
b. Selesaikan/setarakan koefisien reaksinya
c. Membuat daftar kesetaraan zat yang diketahui dan zat yang
dinyatkan dalam satuan mol.
d. Mengkonfersikan satuan berat biasa ke satuan mol dan
sebaliknya

Contoh 1 (Reaksi dengan jumlah mol tepat bereaksi)

Ke dalam larutan Ca(OH)2 yang tepat banyaknya dimasukkan 3,92 gram


H3PO4. Tentukan berapa gram Ca(OH)2 yang terdapat dalam larutan
tersebut dan berapa gram Ca3(PO4)3 yang terjadi?

Reaksinya : Ca(OH)2 + H3PO4 → Ca3(PO4)2 + H2O

Jawab :

Tahap 1 : penyetaraan reaksi

3 Ca(OH)2 + 2H3PO4 → Ca3(PO4)2 + 6H2O

Tahap 2 : Membuat table kesetaraan jumlah mol

Ubah semua yang diketahui menjadi mol

Mol H3PO4 = 3,92 gram / 98 = 0,04 mol

85
Masukkan dalam table kesetaraan reaksi

3 Ca(OH)2 + 2H3PO4  Ca3(PO4)2 + 6H2O

Koefisien 3 3 1 6
reaksi
Mula-mula (?) 0,04 0 0

Bereaksi

Sesudah
reaksi

Baris mula-mula adalah kondisi sebelum reaksi. Maka berdasarkan soal


tersebut, mula-mulai terdapat reaktan yaitu H3PO4 sebanyak 3,92 gram dan
apabila diubah menjadi mol adalah 0,04 mol, sehingga pada baris mula-
mula kolom H3PO4 terisi 0,04. Selain itu terdapat Ca(OH)2 yang belum kita
ketahui jumlahnya. Pada baris mula-mula kolom Ca3(PO4)3 dan H2O nol
karenan belum terbentuk. Nah bagaimana kita mengisi kolom yang belum
terisi? Kita mulai dari baris bereaksi karena pada baris bereaksi jumlah
molnya sebanding dengan koefisien reaksi. Yang kita jadikan acuan adalah
H3PO4. Maka :

Ca(OH)
Ca(OH) =

= 3 / 2 x 0,04 mol

= 0,06 mol
( )
Mol Ca3(PO4)2 yang bereaksi =

= 1/3 x 0,04 mol

= 0,013 mol

86
Dan mol H2O = 6/3 x 0,04 mol

= 0,08 mol

Pada baris sesudah reaksi, pada reaktan adalah jumlah mula-mula


dikurangi jumlah bereaksi, sedangkan pada produk jumlah mula-mula
ditambah jumlah bereaksi. Untuk Ca(OH)2 mula-mula, dianggap sama
dengan bereaksi karena jenis reaksinya adalah tepat bereaksi. Sehingga
table tersebut dapat diisi :

3 Ca(OH)2 + 2H3PO4  Ca3(PO4)2 + 6H2O

Koefisien 3 3 1 6
reaksi
Mula-mula 0,06 0,04 0 0

Bereaksi 0,06 0,04 0,013 0,08

Sesudah 0 0 0,013 0,08


reaksi

Jadi Ca(OH)2 yang bereaksi = 0,06 mol

(=Ca(OH)2 dalam larutan) = 0,06 X 74 gram

= 4,44 gram

Ca3(PO4)2 yang terjadi = 0,02 mol

= 0,02 X 310 gram

= 6,2 gram

Contoh 2 (Dengan reaksi pembatas dan berlebih)

Ada dua istilah pada proses ini yaitu pereaksi pembatas dan
pereaksi berlebih. Pereaksi pembatas adalah reaktan yang
bereaksi semua atau bereaksi hingga habis. Sedangkan pereaksi

87
berlebih adalah reaktan yang sengaja dilebihkan jumlahnya atau
jumlahnya lebih dari mol sesuai perbandingan koefisien sehingga
setelah reaksi berlangsung, terdapat sisa dari reaktan tersebut.
Untuk langkah penyelesaiannya hampir sama dengan neraca
massa tepat beraksi.
Contoh soal :
Pada sebuah perusahaan pupuk, direaksikan 140 kg N2 dan 150 kg
H2. Tentukan berapa kg produk yang dihasilkan dan siapakan
pereaksi berlebihnya?
1. Ubah semua yang diketahui menjadi satuan mol
Mol N2 = 140 kg / 28 = 5 kmol
Mol H2 = 150 kg / 2 = 75 kmol
2. Tulis reaksi dan buat daftar perbandingan mol

N2 + 3H2  2NH3
N2 + 3H2  2NH3

Koefisien reaksi 1 3 2
5 25
Mula-mula 5 75 0

Bereaksi 5 3/1 . 5 = 15 2/1 . 5 = 10

Sesudah reaksi 0 60 10

Pereaksi pembatas Pereaksi berlebih

Untuk menentukan pereaksi pembatas dan pereaksi berlebih,


kita harus menentukan rasio atau perbandingan mol mula-

88
mula dengan koefisien reaksi. Setelah membagi mol mula-mula
dengan koefisien reaksi, didapatkan rasio untuk N2 adalah 5,
dan rasio untuk H2 adalah 25. Pereaksi pembatas memiliki
perbandingan mol mula-mula dengan koefisien reaksi
paling kecil. Sedangkan pereaksi berlebih memiliki
perbandingan mol mula-mula dengan koefisien reaksi
lebih besar. Pereaksi pembatas inilah yang dijadikan acuan
untuk menentukan mol komponen-komponen lain yang
bereaksi. Kalau ditemukan ada 2 pereaksi pembatas (dengan
perbandingan mol mula-mula dan koefisien reaksi yang sama)
bisa dipilih salah satu senyawa yang dijadikan acuan. Dari
tabel diatas, diketahui bahwa rasio yang paling kecil adalah N2,
sehingga N2 dinyatakan sebagai pereaksi pembatas dan H2
dinyatakan sebagai pereaksi berlebih. Dengan demikian N2
digunakan sebagai acuan untuk menentukan mol H2 yang
bereaksi dan NH3 hasil reaksi. Setelah itu ditentukan mol
senyawa-senyawa sesudah reaksi. Pada tabel di atas dapat
dilihat, untuk pereaksi pembatas N2 tidak ada senyawa yang
tersisa (bernilai 0 untuk mol sesudah bereaksi) dan untuk
pereaksi berlebih (H2) terdapat sisa yaitu 60 kmol.
Dengan demikian produk yang dihasilkan adalah = 10 kmol
NH3 x 17 = 170 kg dengan pereaksi berlebih adalah H2

Latihan Soal

1. Pembakaran tak sempurna oktana : C8H18(g) + 11O2(g) → 3CO(g) +


5CO2(g) + 9H2O(g)
Hitung jumlah molekul CO yang terbentuk pada pembakaran tak
sempurna 1 g oktana !

89
2. Sebanyak 4 g cuplikan belerang dibakar dengan gas oksigen
berlebihan menghasilkan 8 g belerang trioksida (SO3) hitung 5 kadar
belerang dalam cuplikan tersebut !
3. 5,1 g Aℓ2O3 direaksikan dengan larutan H2SO4 yang tepat menurut
banyknya reaksi :
Aℓ2O3 + H2SO4 → Aℓ2 (SO4)3 + H2O. Berapa gram Aℓ2 (SO4)3 yang
terbentuk ?
4. 4 g CaCO3 dilarutkan dalam larutan HCL yang cukup banyaknya.
Tentukan berapa ml gas CO2 yang terjadi (00 C, 1 atm) ! Reaksi
CaCO3 + HCℓ → CaCℓ2 + H2O + CO2
5. Pada pemanasan KCℓO3 menurut reaksi KCℓO3 → KCℓ + O2,
diperoleh 1,12 liter gas oksigen (00 C, 1 atm). Berapa gram KCℓO3
yang terurai ?
6. 19,5 g Zn direaksikan dengan larutan HCL yang tepat banyaknya
menurut reaksi :
Zn + HCℓ → ZnCℓ2 + H2. Berapa liter gas H yang terjadi jika diukur
pada keadaan di mana 1 liter gas O beratnya 1,28 g?
7. Berapa gram FeS2 harus direaksikan dengan gas O2 agar diperoleh
gas 4 l gas SO2 jika diukur pada keaadaan dimana 1 liter gas N
beratnya 1,12 g?
Reaksi : FeS2 + O2 → Fe2O3 + SO2
8. 16,2 logam Aℓ dilarutkan ke dalam asam sulfat encer sehingga
semua bereaksi.
a. Berapa gram Aℓ2 (SO4)3 yang terjadi ?
b. Berapa volume gas H yang terjadi jika diukur pada :
i. Suhu 00 C, tekanan 1 atm
ii. Suhu 250 C, tekanan 52 CmHg
iii. Keadaan dimana 1 liter gas NO beratnya 1 gram

90
9. Karbon terbakar menurut reaksi : C + O2 → CO2
Jika 6 g C dibakar dengan 32 g O2, berapa gram gas CO2 sebanyak-
banyaknya dapat dihasilkan ?
10. Pembakaran 6,2 g alkohol menjadi gas CO2 dan air.
Hitung :
a. Massa CO2 yang dihasilkan
b. Volume O2 yang diperlukan (STP)
11. Aℓ dapat bereaksi dengan larutan CuSO4 menurut reaksi:
Aℓ(s) + CuSO4(ag) → Aℓ2 (SO4)3(ag) + Cu(s)
Jika Aℓ yang bereaksi 5,4 g, hitung massa tembaga yang
diendapkan!
12. 5 g Ca(OH) direaksikan dengan 20 g Na2 SO4. Tentukan berat zat-zat
sesudah reaksi!
Reaksi : Ca (OH)2 + Na2 SO4 → CaSO4 + NaOH

91
BAB V
Neraca Massa
dengan Reaksi
Kmia

Neraca massa dengan reaksi


berbeda dengan neraca massa
tanpa reaksi. Neraca massa dengan reaksi lebih banyak bekerja
dengan satuan mol karena berhubungan dengan koefisien reaksi.
Berikut adalah teknik penyelesaian perhitungan neraca massa
dengan reaksi.
A. Neraca massa dengan komponen yang tepat bereaksi
Contoh soal :
32 kg belerang (S) dibakar dengan reaksi
S + O2  SO3
Berapakah gas SO3 yang dihasilkan? Berapakah gas O2 yang
dibutuhkan? Buat neraca massanya
Langkah penyelesaian :
1. Ubah semua yang diketahui menjadi satuan mol
Mol SO2 = 32 kg/32 = 1 kmol
2. Tulis reaksi dan setarakan koefisien reaksinya
3. Buat tabel atau daftar berbandingan mol

92
S + 3O2  2SO3
S + 3O2  2SO3

Koefisien reaksi 1 3 2

Mula-mula 1 (?)1,5 0

Bereaksi 1 3/2 . 1 = 1,5 2/2 . 1 = 1

Sesudah reaksi 0 0 1

Mula-mula adalah jumlah komponen-komponen sebelum


bereaksi. Pada contoh soal di atas, mol S sebelum dibakar
adalah 1 kmol. Sedangkan mol O2 belum diketahui. Nah untuk
mencari mol O2 kita harus mengetahui jumlah mol komponen
pada saat bereaksi menggunakan perbandingan koefisien. Yang
dijadikan acuan untuk mencari jumlah mol yang bereaksi
adalah jumlah mol S karena mol S sudah diketahui, sehingga
untuk mencari jumlah mol komponen yang lain, digunakan
rumus perbandingan :

Dengan menggunakan perbandingan tersebut dapat dihitung


mol O2 yang dibutuhkan yaitu 1,5 kmol dan mol SO3 yang
dihasilkan yaitu 1 kmol. Karena soal tersebut termasuk proses
yang bereaksi dengan tepat, atau dengan kata lain tidak ada
sisa reaktan, maka mol O2 yang dibutuhkan sama dengan mol
O2 yang bereaksi yaitu 1,5 kmol.
Setelah semua mol dalam baris mula-mula dan bereaksi terisi
semua, selanjutnya adalah menentukan mol komponen setelah
bereaksi. Dalam penulisan reaksi kimia, sebelah kiri tanda

93
panah ada reaktan. Selama reaksi berlangsung, jumlah reaktan
akan berkurang, sehingga untuk menentukan jumlah mol
reaktan setelah reaksi berlangsung adalah :
Mol reaktan sesudah reaksi = mol mula2 – mol reaksi
Sedangkan sebelah kanan tanda panah adalah produk hasil
reaksi. Jumlah mol produk akan bertambah dengan
berjalannya reaksi sehingga untuk menentukan jumlah mol
produk setelah reaksi adalah :
Mol produk sesudah reaksi = mol mula2 + mol reaksi
4. Tentukan massa komponen sebelum dan sesudah reaksi
Nah setelah semua kolom terisi, kita akan lebih mudah
menentukan massa komponen sebelum dan sesudah reaksi.
Massa sebelum reaksi bisa dilihat dari mol mula-mula dikali
Ar/Mr. sedangkan massa setelah reaksi bisa dilihat dari mol
setelah reaksi dikali Ar/Mr. dalam tabel di atas, terlihat bahwa
sebelum reaksi terdapat S dan O2 dan setelah bereaksi terdapat
SO3 saja, karena S dan O2 habis bereaksi. Dengan demikian
massa komponen sebelum dan sesudah reaksi adalah sebagai
berikut :
Komponen sebelum reaksi Komponen setelah reaksi
m S = 32 kg m SO3 = 1 kmol . 80 = 80 kg
m O2 = 1,5 kmol . 32 = 32 kg
5. Buat neraca massa
Neraca massa total
Sebelum reaksi = sesudah reaksi
mS + m O2 = m SO3
32 kg + 48 kg = 80 kg

94
Dari neraca massa yang telah dibuat, tampak bahwa massa
sebelum reaksi sama dengan massa setelah reaksi. Dengan
demikian dapat dinyatakan bahwa neraca massa di atas adalah
balance. Sifat neraca massa inilah yang dimanfaatkan bagian
produksi di pabrik-pabrik kimia untuk mengevaluasi proses
produksinya. Berat total yang masuk dengan produk yang
dihasilkan dibuat neraca massa. Apabila neraca massa
menunjukkan balance, berarti proses produksi berjalan dengan
baik. Tetapi apabila neraca massa tidak balance, berarti proses
produksi bermasalah.

B. Neraca massa dengan reaktan pembatas dan reaktan


berlebih
Untuk memaksimalkan hasil produksi, staff produksi merancang
proses produksi sedemikian rupa sehingga reaksi berlangsung .
Salah satu cara untuk memaksimalkan hasil produksi adalah
melebihkan salah satu reaktan. Dengan demikian reaksi akan
berlangsung maksimal. Reaktan berlebih dipilih yang mudah
didapat, murah, mudah penanganannya,dan mudah dipisahkan.
Ada dua istilah pada proses ini yaitu pereaksi pembatas dan
pereaksi berlebih. Pereaksi pembatas adalah reaktan yang
bereaksi semua atau bereaksi hingga habis. Sedangkan pereaksi
berlebih adalah reaktan yang sengaja dilebihkan jumlahnya atau
jumlahnya lebih dari mol sesuai perbandingan koefisien sehingga
setelah reaksi berlangsung, terdapat sisa dari reaktan tersebut.
Untuk langkah penyelesaiannya hampir sama dengan neraca
massa tepat beraksi.
Contoh soal :

95
Pada sebuah perusahaan pupuk, direaksikan 140 kg N2 dan 150 kg
H2. Tentukan berapa kg produk yang dihasilkan dan siapakan
pereaksi berlebihnya?
3. Ubah semua yang diketahui menjadi satuan mol
Mol N2 = 140 kg / 28 = 5 kmol
Mol H2 = 150 kg / 2 = 75 kmol
4. Tulis reaksi dan buat daftar perbandingan mol

N2 + 3H2  2NH3
N2 + 3H2  2NH3

Koefisien reaksi 1 3 2
5 25
Mula-mula 5 75 0

Bereaksi 5 3/1 . 5 = 15 2/1 . 5 = 10

Sesudah reaksi 0 60 10

Pereaksi pembatas Pereaksi berlebih

Untuk menentukan pereaksi pembatas dan pereaksi berlebih,


kita harus menentukan rasio atau perbandingan mol mula-
mula dengan koefisien reaksi. Setelah membagi mol mula-mula
dengan koefisien reaksi, didapatkan rasio untuk N2 adalah 5,
dan rasio untuk H2 adalah 25. Pereaksi pembatas memiliki
perbandingan mol mula-mula dengan koefisien reaksi
paling kecil. Sedangkan pereaksi berlebih memiliki
perbandingan mol mula-mula dengan koefisien reaksi

96
lebih besar. Pereaksi pembatas inilah yang dijadikan acuan
untuk menentukan mol komponen-komponen lain yang
bereaksi. Kalau ditemukan ada 2 pereaksi pembatas (dengan
perbandingan mol mula-mula dan koefisien reaksi yang sama)
bisa dipilih salah satu senyawa yang dijadikan acuan. Dari
tabel diatas, diketahui bahwa rasio yang paling kecil adalah N2,
sehingga N2 dinyatakan sebagai pereaksi pembatas dan H2
dinyatakan sebagai pereaksi berlebih. Dengan demikian N2
digunakan sebagai acuan untuk menentukan mol H2 yang
bereaksi dan NH3 hasil reaksi.
Setelah itu ditentukan mol senyawa-senyawa sesudah reaksi.
Pada tabel di atas dapat dilihat, untuk pereaksi pembatas N2
tidak ada senyawa yang tersisa (bernilai 0 untuk mol sesudah
bereaksi) dan untuk pereaksi berlebih (H2) terdapat sisa yaitu
60 kmol.
5. Tentukan massa komponen sebelum dan sesudah reaksi
serta buat neraca massanya

Massa sebelum reaksi Massa setelah


reaksi
m N2 = 140 kg m N2 = 0 kg
m H2 = 150 kg m H2 sisa = 60 kmol . 2 =
120 kg
m NH3 = 10 kmol . 17 =
170 kg
Neraca massa total
m N2 + m H2 = m NH3 + m H2 sisa
140 kg + 150 kg = 170 kg + 120 kg

97
290 kg = 290 kg
Ternyata setelah dimasukkan ke neraca massa total, massa
sebelum bereaksi sama dengan massa setelah bereaksi. Dengan
demikian, neraca massa di atas dinyatakan balance.

C. Neraca massa reaksi dengan komponen yang tidak ikut


terlibat reaksi
Untuk beberapa proses produksi terutama pembakaran,
perusahaan menggunakan udara sebagai sumber oksigen. Nah,
sudah kita ketahui bahwa udara memiliki banyak komponen
penyusun, tidak hanya oksigen. Pada saat pembakaran, yang
berperan hanya oksigen sedangkan komponen lain yang ada di
udara tidak ikut bereaksi. Dalam perhitungan, diasumsikan udara
hanya mengandung 21% oksigen dan 79% nitrogen. Untuk
menyelesaikan neraca massa reaksi dengan komponen yang tidak
ikut terlibat seperti ini, memiliki langkah yang hampir sama
dengan neraca massa reaksi sebelumnya.
Contoh soal :
1 mol bensin (C3H8) dibakar dengan udara (21 % oksigen dan 79 %
nitrogen) menghasilkan CO2 dan H2O. Berapakah udara yang
dibutuhkan? Berapakah berat CO2 dan H2O yang dihasilkan?
Tulislah neraca massanya.
1. Membuat daftar perbandingan mol

98
Kolom untuk
senyawa yang
tidak ikut bereaksi

C3H8 + 5O2  3CO2 + 4H2O


C3H8 + 5O2  3CO2 + 4H2O N2

Koefisien 1 5 3 4 -
reaksi
Mula-mula 1 (?)5 0 0 (?) 18,8

Bereaksi 1 5/1 . 1 = 5 3/1 . 1 = 3 4/1 . 1 = 4 0

Sesudah 0 0 3 4 18,8
reaksi

selama bereaksi N2 tidak mengalami pengurangan. Tetapi ada


kemungkinan komponen yang tidak terlibat dalam reaksi
menjadi bertambah apabila produk yang dihasilkan sama
dengan komponen tersebut. Sehingga kolom untuk komponen
yang tidak ikut terlibat dalam reaksi ditempatkan setelah
produk dengan cara perhitungan sama dengan produk.
Dari perbandingan koefisien reaksi, dapat dihitung O2 yang
dibutuhkan yaitu 5 mol. Dari keterangan soal, kandungan O2
dalam udara adalah 21% sisanya adalah nitrogen. Sehingga 5
mol O2 tersebut adalah 21% dari udara yang dibutuhkan. Nah
untuk jumlah mol N2 yang ikut masuk ke proses pembakaran
dapat dihitung menggunakan perbandingan sebagai berikut :

=
% %

99
5
=
21 79
395
= = 18,8
21
Jumlah mol N2 pada saat reaksi adalah 0, karena N2 tidak
terlibat dengan reaksi. Setelah reaksi jumlah mol N2 sama
dengan jumlah mol N2 sebelum reaksi terjadi
2. Tentukan massa komponen sebelum dan sesudah reaksi
serta buat neraca massanya

Massa sebelum reaksi Massa setelah


reaksi
m C3H8 = 1 mol . 44 = 44 g m CO2 = 3 mol . 44
= 132 g
m O2 = 5 mol . 32 = 160 g m H2O = 4 mol . 18
= 72 g
m N2 = 18,8 mol . 28 = 526, 4 g m N2 = 18,8 mol .
28 = 526, 4 g
Neraca massa total
m C3H8 + m O2 + m N2 = m CO2 + m H2O + m N2
44 g + 160 g + 526,4 g = 132 g + 72 g + 526,4 g
730,4 g = 730, 4 g  balance
Udara yang diperlukan pada proses tersebut adalah :
m udara = m O2 + m N2
= 160 g + 526, 4 g
= 686,4 g
D. Faktor Konversi
Reaksi kimia ada yang berlangsung spontan dan ada yang tidak
spontan. Untuk reaksi tidak spontan diperlukan penyesuaian

100
kondisi reaksi sehingga reaksi yang terjadi berlangsung maksimal.
Tetapi tidak menutup kemungkinan desain reactor tidak
memungkinkan reaktan bereaksi semua walaupun sudah diberi
reaktan berlebih. Oleh sebab itu beberapa proses produksi
memiliki factor konversi. Faktor konversi dapat diartikan sebagai
persentase reaktan yang dapat bereaksi dengan baik. Factor
konversi suatu reaktan A (fA) dapat dihitung dengan :

= =

Apabila pada soal tidak disebutkan reaktan yang tidak bereaksi


sempurna, maka factor konversi didasarkan pada pereaksi
pembatas

101
Soal
1. Sebuah perusahaan kimia, bagian produksi diminta untuk membuat
Ca(OH)2 sebanyak 250 kg dari CaCO3 dan air. Berapakah bahan
yang dibutuhkan? Buatkan neraca massanya!
Reaksi : CaCO3 + H2O  Ca(OH)2 + CO2

2. Dalam pembuatan asam fosfat, disediakan P2O5 sebanyak 142 kg


dan 180 kg air. Tentukan berapa asam fosfat yang dihasilkan!
Adakah sisa reaktan setelah reaksi?
Reaksi : P2O5 + H2O  H3PO4

3. 880 g propane (C3H8) dibakar dengan menggunakan oksigen murni.


O2 yang digunakan dilebihkan 70% dari kebutuhan. Tentukan
jumlah produk yang dihasilkan dan oksigen murni yang dibutuhkan!
Reaksi : C3H8 + O2  CO2 + H2O

4. Gas LPG (C3H8) 2 mol dibakar menggunakan udara (21 % oksigen


dan 79 % nitrogen) yang dilebihkan 80% dari kebutuhan. Tentukan
jumlah produk yang dihasilkan dan udara yang dibutuhkan!
Reaksi : C3H8 + O2  CO2 + H2O

5. Butana (C4H10) terbakar sempurna dengan udara yang dilebihkan


25%. Apabila laju alir butane 1mol/jam, tentukan produk yang
dihasilkan dan udara yang dibutuhkan!
Reaksi : C4H10 + O2  CO2 + H2O

102
6. Ammonia (NH3) diproduksi secara kontinyu dari 100 mol/s nitrogen,
300 mol/s hydrogen dan 1 mol/s argon. Tentukan laju alir produk
yang dihasilkan!
Reaksi : N2 + H2  NH3

7. Metanol mengalami dehidrogenasi menghasilkan folmaldehid sesuai


reaksi :
CH3OH  CH2O + H2
Setelah reaksi selesai, formaldehid yang terbentuk adalah 30 mol.
Tentukan methanol yang diperlukan apabila factor konversi
methanol adalah 0,6!

103
Kumpulan Soal Neraca Massa pada UN
1. UN 2008-2009

2. UN 2008-2009

3. UN 2009-2010

4. UN 2009-2010

104
5. UN 2009-2010

6. UN 2009-2010

7. UN 2009-2010

8. UN 2009-2010

105
9. UN 2010-2011

10. UN 2010-2011

106
BAB VI

Perubahan Fasa
Fasa adalah bagian yang
serbasama dari suatu sistem, yang
dapat dipisahkan dari ; serbasama
dalam komposisi kimia dan sifat-sifat
sifat
fisika. Jadi suatu sistem yang
mengandung suatu cairan dan uap mempunyai dua bagian daerah yang
serbasama. Dalam fasa uap kerapatannya serbasama disemua
disem bagian pada
uap tersebut. Dalam fasa cair kerabatannya serbasama disemua bagian
pada cairan tersebut, tetapi nilainya berbeda dengan kerapannya di fasa
uap. Contoh lainnya adalah air yang berisi pecahan-pecahan
pecahan es merupakan
suatu sistem yang terdiri darii dua fasa, yaitu fasa padat (es) dan fasa cair
(air). Sistem yang hanya terdiri dari gas-gas
gas saja, hanya terdiri dari cairan-
cairan, pada kesetimbangan bisa terdapat satu fasa atau lebih tergantung
pada kelarutannya. Padatan-padatan
padatan biasanya mempunyai kelarutan
kel yang
lebih terbatas pada suatu sistem padat yang setimbang bisa terdapat
beberapa fasa padat setimbang bila terdapat beberapa fasa padat yang
berbeda.

Kata “fasa” berasal dari bahasa Yunani yang berarti pemunculan.


Fasa adalah keadaan materi yang seragam
ragam di seluruh bagiannya, bukan
hanya dalam komposisi kimianya, melainkan juga dalam keadaan fisiknya.
Fasa adalah bagian system yang komposisi kimia dan sifat-sifat
sifat fisiknya
seragam, yang terdapat dari bagian system lainnya oleh adanya bidang
batas. Perilaku
rilaku fasa yang dimiliki oleh suatu zat murni adalah sangat
beragam dan sangat rumit, akan tetapi data-datanya
data dapat dikumpulkan
dan kemudian dengan termodinamika dapat dibuat ramalan

107
ramalan.Pemahaman mengenai perilaku fasa berkembang dengan adanya
aturan fasa gibbs.

A. Kesetimbangan Fasa
Kesetimbangan memberikan pengertian bahwa suatu keadaan dimana
tidak terjadi perubahan sifat makroskopis dari sitstem terhadap waktu.
Semakin dekat keadaan sistem dengan titik kesetimbanga, maka semakin
kecil gaya penggerak proses, semakin kecil pula laju proses dam akhirnya
sama dengan nol bila titik kesetimbangan telah tercapai.
Kesetimbangan fasa adalah suatu keadaan dimana suatu zat memiliki
komposisi yang pasti pada kedua fasanya pada suhu dan tekanan tertentu.
Syarat kesetimbangan fasa adalah :
a. Sistem mempunyai lebih dari satu fasa meskipun materinya sama
b. Terjadi perpindahan reversibel spesi kimia dari satu fasa ke fasa lain
c. Seluruh bagian sistem mempunyai tekanan dan temperatur sama

B. Aturan Gibbs
Sifat suatu fasa dinyatakan dengan properti-properti intensif, dan
biasanya properti-properti intensif yang diperhatikan adalah temperatur,
tekanan, dan konsentrasi. Banyaknya properti intensif yang harus
ditetapkan atau harus dinyatakan agar keadaan setimbang tidak menjadi
samar-samar bisa dihitung dengan menggunakan aturan fasa (Phase Rule).
Aturan fasa untuk pertama kali diperkenalkan oleh J. Willard Gibbs (tahun
1875), tetapi baru dipublikasikan 20 tahun kemudian. Untuk menentukan
banyaknya property itensif atau parameter yang mempengaruhi jenis fasa
pada kesetimbangan Fasa, diperlukan beberapa istilah, yaitu :
1. Banyak Fasa
Banyaknya fasa dalam sistem diberi notasi P, gas atau campuran
gas adalah fasa tunggal. Kristal adalah fasa tunggal ; dan dua cairan

108
yang dapat campur secara total membentuk fasa tunggal. Es adalah
fasa tunggal (P = 1), walaupun e situ dapat dipotong-potong menjadi
bagian-bagian kecil. Campuran es dan air adalah sistem dua fasa (P =
2) walaupun sulit untuk menentukan batas antara fasa-fasanya.
Campuran dua logam adalah sistem dua fasa (P = 2) jika logam-
logam itu tak dapat campur, tetapi merupakan sistem satu fasa (P = 1)
jika logam-logamnya dapat campur. Contoh ini menunjukkan bahwa
memutuskan apakah suatu sistem terdiri dari satu atau dua fasa,
tidak selalu mudah. Larutan padatan A dalam B-campuran yang
homogen dari dua komponen-bersifat- seragam pada skala molekuler.
Dalam suatu larutan, atom-atom A dikelilingi oleh atom-atom A dan B,
dan sembarang sampel yang dipotong dari padatan itu, bagaimanapun
kecilnya, adalah contoh yang tepat dari komposisi keseluruhannya.
2. Banyaknya komponen
Banyaknya komponen dalam sistm C adalah jumlah minimum
spesises bebas yang diperlukan untuk menentukan komposisi semua
fasa yang ada dalam sistem. Definisi ini mudah diberlakukan jika
spesies yang ada dalam sistem tidak bereaksi, sehingga kita hanya
menghitung banyaknya. Misalnya, air murni adalah sistem satu-
komponen (C = 1) dan campuran etanol dan air adalah sistem satu-
komponen (C = 2).
Jika spesies bereaksi dan berada pada kesetimbangan kita harus
memperhitungkan arti kalimat “semua fasa” dalam definisi tersebut.
Jadi untuk ammonium klorida yang dalam kesetimbangan dengan
uapnya,

NH4Cl(s) ↔ NH3(g) + HCl(g)


Kedua fasa mempunyai komposisi formal “NH4Cl” dan sistem
mempunai satu komponen. Jika HCl(g) berlebih ditambahkan, sistem

109
mempunyai dua komponen karena sekarang jumlah relative HCl dan
NH3 berubah-ubah. Sebaliknya, kalsium karbonat berada dalam
kesetimbangan dengan uapnya

CaCO3(s) ↔ CaO(s) + CO2 (g)


Adalah sistem dua komponen karena “CaCO3” tidak
menggambarkan komposisi uapnya. (Karena tiga spesies dihubungkan
oleh stoikiometri reaksi maka konsentrasi kalsium bukanlah variabel
bebas). Dalam hal ini C = 2, apakah kita mulai dari kalsium karbonat
murni, atau jumlah yang sama dari kalsium oksida dan karbon
dioksida, atau jumlah yang berubah-ubah ketiganya.
Cara praktis untuk menentukan jumlah komponen adalah dengan
menentukan jumlah total spesi kimia dalam sistem dikurangi dengan
jumlah reaksi-reaksi kesetimbangan yang berbeda yang dapat terjadi
antara zat-zat yang ada dalam sistem tersebut.
3. Derajat kebebasan
Misalkan pada sebuah sistem terdapat p buah fasa dan C buah
komponen yang tersebar ke dalam setiap fasa, maka derajat
kebebasan (degree of Freedom) atau biasanya juga disebut Varian (f).
Derajat kebebasan (degree of Freedom) adalah banyaknya variabel
intensif yang dapat secara bebas divariasikan tanpa mengubah
banyaknya fasa yang ada pada sistem, atau banyaknya variabel
intensif yang harus ditentukan agar nilai semua variabel yang tersisa
dapat diketahui, atau banyaknya variabel intensif yang digunakan
untuk mencirikan suatu sistem, dikurangi dengan banyaknya
hubungan-hubungan atau batasan-batasan yang menghubungkan
setiap fasa. Dengan kata lain, sebuah sistem dengan p buah fasa dan C
buah komponen hanya dijelaskan atau di terangkan keadaan

110
setimbangnya dengan lengkap apabila diberikan nilai variabel intensif
sebanyak f, dengan definisi :
F=C–p+2
Sebagai contoh; pertimbangkan sebuah sistem yang terdiri dari
satu komponen dan satu fasa, dan keadaannya hanya dinyatakan
dengan satu variabel intensif saja, misalnya temperatur 30 oC. hal
seperti ini belum memberikan informasi yang cukup kepada kita
tentang keadaan sistem tersebut, karena temperatur sebesar 30 oC itu
bisa saja berada pada tekanan 0.5 atm, 1 psi, 2 atm dab sebagainya.
Agar sistem itu bisa dinyatakan dengan lengkap maka harus ada
variabel intensif lain yang harus diberikan misalkan tekanannya 1
atm. Dengan adanya dua variabel intensif yang diketahui nilainya,
maka sistem tersebut (1 fasa dan 1 komponen) dan telah dijelaskan
dengan sempurna dan memenuhi aturan fasa, yaitu ;
f = 1- 1 +2 = 2

C. Diagram Fasa
Diagram fasa adalah sejenis grafik yang digunakan untuk
menunjukkan kondisi kesetimbangan antara fase-fase yang berbeda dari
suatu zat yang sama.
Kegunaan diagram fasa :
 Menentukan titik beku dan titik didih suatu zat pada tekanan tertentu
 Menentukan fasa zat pada suhu dan tekanan tertentu
 Menjelaskan kenapa ada zat padat yang menyublim
 Menentukan konsentrasi zat pada suhu dan tekanan tertentu pada
diagram fasa 2 dan 3 komponen

111
D. Membaca Diagram Fasa

Sebagaimana sudah dibahas, diagram fasa adalah diagram yang


membandingkan antara tekanan dengan suhu. Karena diagram ini
memperlihatkan hubungan antara tekanan dan suhu dengan perubahan
fasa, maka yang menjadi fokus perhatian dari diagram fasa adalah suhu
dan tekanan yang diberikan pada saat terjadinya perubahan fasa. Sebagai
contoh, pada tekanan 1 atm (1,013 bar), air akan berubah fasanya dari
padat ke cair atau sebaliknya, pada suhu 0 oC, dan akan berubah fasanya
dari cair ke gas atau sebaliknya, pada suhu 100 oC. Jika kita ganti
tekanannya menjadi 2 atm misalnya, maka suhu pada waktu terjadinya
perubahan fasa (membeku atau mendidih), juga berubah.
Untuk lebih lengkapnya, perhatikan tabel hubungan antara tekanan
(diberikan dalam mbar) dengan titik didih berikut :

112
Dapat kita perhatikan bahwa semakin besar tekanan yang diberikan, maka
semakin tinggi juga titik didihnya. Jika kita masukkan data di atas (kita
ambil sebagian sampel data saja) ke dalam program excel (saya sendiri
menggunakan spreadsheet dari open office milik linux), maka akan kita
dapatkan diagram seperti di bawah ini :

Jika titik-titik tersebut dihubungkan dengan garis, maka akan


didapatkan gambar seperti berikut :

113
Titik beku pun sama, garis yang terdapat pada diagram fasa (garis
beku), sebenarnya merupakan kumpulan titik-titik yang berhubungan
satu sama lain.

114
Jika kedua diagram tersebut digabung dengan diagram sublimasi, maka
kita pun mendapatkan diagram fasa yang kita kenal.

Diagram fasa dapat digunakan untuk menentukan keadaan suatu zat


pada suhu dan tekanan tertentu. Sebagai contoh, air pada suhu 85 oC dan
tekanan 1 atm berbentuk cair, namun jika tekanannya diturunkan menjadi
0,5 atm misalnya, maka air berwujud gas pada suhu tersebut.
Untuk lebih lengkapnya, diagram fasa untuk air adalah sebagai berikut :

115
Diagram fase, apapun zatnya, umumnya menggunakan parameter
tekanan untuk sumbu Y dan parameter temperatur untuk sumbu X. Di
dalam diagram tersebut terbentuk tiga buah kurva yang menjadi batas
tiga fase fisika air. Ketiga kurva tersebut menjadi garis ekuilibrium dimana
dua fase air dapat berada dalam satu kondisi parameter tekanan dan
temperatur yang sama.
Kurva pertama menjadi batas antara fase padat dengan fase gas,
kurva kedua menjadi batas antara fase padat dengan cair, sedangkan kurva
ketiga menjadi batas antara fase cair dengan gas. Khusus kurva ketiga ini
kita kenal juga dengan istilah saturated line (garis saturasi). Pada garis
saturasi inilah air memiliki fase yang sangat kita kenal dengan nama uap
saturasi. Di sepanjang garis saturasi, berapapun besar tekanan dan
temperatur, air dan uap air dapat berada di dalam satu kondisi yang sama
dengan perbandingan kuantitas sesuai dengan nilai entalpi yang
dikandungnya.

116
Dengan demikian jika kita amati lebih rinci lagi, fase gas atau uap air
saja bisa digolongkan lagi menjadi tiga yakni saturated steam, superheated
steam, dan supercritical steam.
Tiga kurva yang membentuk diagram fase air kemudian bertemu di
sebuah titik yang dikenal sebagai triple point. Triple point adalah
sebuah titik dimana tiga fase fisika air yaitu padat, cair, dan gas,
dapat berada di satu kondisi ekuilibrium. Kondisi ini berada pada
tekanan 0,61 kPa dan 0,010°C. Nampak pada diagram di atas, di bawah
triple point, air tidak memiliki fase cair. Di bawah triple point ini padatan
air (es) akan langsung menguap menjadi gas jika terjadi kenaikan
temperatur pada tekanan konstan.
Di atas triple point, terdapat dua percabangan kurva dengan fungsi
masing-masing. Satu kurva membatasi antara fase padat dengan cair, dan
kurva yang lain membatasi antara fase cair dengan gas. Di ujung kurva
saturasi ini terdapat satu titik yang kita kenal sebagai critical point.
Critical point adalah sebuah titik yang menjadi batas akhir dari
kurva ekuilibrium fase cair dan gas sehingga dapat berada pada
satu kondisi tekanan dan temperatur yang sama. Critical point air
berada pada tekanan 22,1 MPa dan temperatur 374°C.
Ilustrasi sederhananya adalah, uap air yang berada di tekanan dan
temperatur lebih dari critical point, tidak dapat dikondensasikan hanya
dengan menaikkan tekanan saja. Atau contoh lain, jika kita memanaskan
air pada tekanan konstan 25 MPa, air liquid tidak akan mengalami fase uap
air saturasi (saturated steam) -- yang merupakan campuran antara air dan
uap air --, namun akan langsung berubah fase menjadi uap supercritical.
Konsep inilah yang menjadi dasar digunakannya boiler supercritical pada
pembangkit-pembangkit listrik tenaga uap modern

117
E. Jenis-jenis diagram fasa
Pada Sistem Kimia dikenal terdapat 3 macam sistem berdasarkan
hubungannya dengan komponen yaitu :
1. Sistem satu komponen

Salah satu system satu komponen adalah uap air dan air dalam
bentuk cair yang mana hanya memiliki 1 komponen yaitu air. Hal
tersebut berarti air dalam satu fasa yaitu cairan, sehingga dapat
dituliskan:
F = C –P + 2 = 1 – 1+ 2 = 2
Karena hasil yang didapatkan adalah 2 maka system dapat disebut
dengan system bivarian. Dalam diagram daerah yang menggambarkan
system dengan satu fasa dapat dilihat pada gambar diagram fasa air

Adapun pada sistem satu komponen bisa saja terdiri atas dua fasa
seperti system yang terdiri atas air dalam bentuk cair dan air dalam
bentuk uap air, sehingga didapatkan nilai F = 1. Pada system dengan
dua fasa dapat digambarkan keadaan kesetimbangannya pada gambar

118
di atas dimana letaknya adalah pada garis diantara dua fasa yang
dimiliki spesi pada satu system. Sistem dengan nilai F=1 dinamakan
system univarian. Jika terdapat tiga fasa dalam suatu system dalam
satu komponen maka didapatkan nilai F= 0, sehingga dapat dikatakan
merupakan system invarian. Menurut Atkins (1994) kondisi yang
khusus ini hanya dapat terjadi pada temperature dan tekanan
tertentu. Adapun pada diagram keadaan kesetimbangannya ditandai
dengan adanya satu titik yang disebut titik tripel yang menjadi titik
potong ketiga garis yang menggambarkan kesetimbangan dua fasa
yang dibatasinya
2. Sistem dua komponen

Diagram fasa tersebut adalah diagram fasa sistem 2 komponen


cair-cair yang melarut sebagian atau sistem terkonden. Sistem
terkonden merupakan sistem dimana fasa uapnya diabaikan (suhu
relative rendah) sehingga harga derajat kebebasan F=C-P+1. Mari
amati diagram tersebut, dengan memperhatikan pergerakan titik
a,b,c,d pada sehu 25oC, keadaan air-fenol adalah sebagai berikut :
Fenol ditambahkan ke dalam air sedikit demi sedikit. Sistem
dimulai dari titik a dan bergerak ke kanan. Dari titik a ke titik b

119
diperoleh satu fasa yang artinya fenol melarut dalam air
membentuk satu fasa yang ditandai dengan warna jerni (L1).
Titik b : pada titik ini terjadi kelarutan maksimum fenol dalam
air. Dari titik b ke titik c terjadi 2 lapisan yaitu L1 dan L2 dan
sistem berada dalam kondisi dua fasa air dan fenol yang melarut
sebagian dan ditandai dengan warnanya yang keruh. Semakin ke
kanan jumlah L1 akan berkurang dan jumlah L2 akan bertambah.
Titik c fenol yang ditambahkan cukup untuk melarutkan semua
air dalam fenol, sehinggan pada titik c sistem berada pada satu
fasa. Dari titik c ke titik d sistem kembali menjadi satu fasa
yang ditandai dengan warna jernih L2. Tc merupakan titik kritis
dimana merupakan batas kelarutan (suhu kelarutan kritis). Di
atas Tc cairan saling melarut sempurna dalam berbagai komposisi.
Pada sistem air-feno, memiliki Tc = 65,85oC
3. Sistem tiga komponen

Jumlah derajat kebebasan untuk system tiga komponen pada


suhu dan tekanan tetap dapat dinyatakan sebagai berikut:
F=3–P
Seperti yang telah diketahui bahwa keseimbangan dipengaruhi
oleh suhu, tekanan dan komposisi system. Jika dalam sistem
hanya terdapat satu fasa, maka F = 2, berarti untuk menyatakan
keadaan sistem dengan tepat perlu ditentukan konsentrasi dari
dua komponennya. Sedangkan bila dalam sistem terdapat dua fasa
dalam kesetimbangan, maka F = 1, berarti hanya satu komponen
yang harus ditentukan konsentrasinya dan konsentrasi komponen
yang lain sudah tertentu berdasarkan diagram fasa untuk sistem
tersebut. Oleh karena sistem tiga komponen pada suhu dan
tekanan tetap, mempunyai derajat kebebasan paling banyak dua,

120
maka diagram fasa sistem ini dapat digambarkan dalam satu
bidang datar berupa suatu segitiga samasisi yang disebut diagram
terner seperti pada gambar 4 dimana menggunakan parameter
persen massa. Adapun diagram terner juga dapat dinyatakan
dalam parameter fraksi mol seperti pada gambar 5.

Diagram terner %massa

121
Diagram terner fraksi mol
Cara membaca diagram terner ialah yang pertama harus diketahui
adalah arah angka dari kecil ke besar setiap komponen. Setelah itu
garis yang berada didepan sudut keterangan komponen seperti
A,B, dan C merupakan garis yang dimiliki masing masing
komponen A, B, dan C secara berurutan. Sebagai contoh titik pada
gambar 5 dapat diamati bahwa Xa sebesar 0.30, Xb sebesar 0.3,
dan Xc sebesar 0.4.

122
Latihan soal

1. Perhatikan diagram berikut :

Tentukan kondisi zat pada keadaan sebagai berikut :

Keadaan P (Kpa) T (K) Fasa

1 2000 475

2 1000 500

3 101,3 200

4 245,6 400

123
2. Perhatikan diagram berikut

a. Pada suhu berapakah etanol 10% mulai menguap?


b. Etanol 40% dipanaskan pada suhu 358 kelvin.
Bagaimana kondisi larutan tersebut ketika dipanaskan?
c. Pada suhu berapakah etanol 50% bias didistilasi?

124
Bab VII

Termodinamika

Termodinamika adalah cabang ilmu


Fisika yang membahas tentang
hubungan
bungan antara panas (kalor) dan
usaha yang dilakukan oleh kalor tersebut. Dalam melakukan pengamatan
mengenai aliran 125nergy antara panas dan usaha ini dikenal dua istilah,
yaitu sistem dan lingkungan.. Apakah yang dimaksud sistem dan
lingkungan dalam termodinamika? Perhatikan gambar di bawah ini !
Setelah melihat gambar ini, menurut kalian apakah
yang menjadi pusat perhatian? Apakah yang
membatasi pusat perhatian itu? Dan apa saja yang bisa
kalian amati dari gambar tersebut?
Bola besi panas dan air dingin tersebut merupakan
pusat perhatian. Sedangkan gelas dan udara di
sekitarnya merupakan yang membatasi pusat
perhatian. Dari pengamatan tersebut bisa kita
simpulkan bahwa sistem adalah bagian dari alam yang menjadi pusat
perhatian. Sistem dapat dibagi tiga berdasarkan transformasi materi dan
energinya, yaitu:
Sistem terbuka,, yaitu sistem yang dapat terjadi pertukaran materi dan
energi dari lingkungan ke sistem dan sebaliknya. Misalnya: air teh
te dalam
gelas terbuka.
Sistem tertutup,, yaitu sistem yang hanya dapat terjadi perpindahan
energi dari lingkungan ke sistem atau sebaliknya tanpa ada pertukaran
materi. Contoh: air panas dalam gelas tertutup rapat.

125
Sistem terisolasi,, yaitu sistem yang tidak dapat terjadi pertukaran baik
materi maupun energi dari sistem ke lingkungan atau sebaliknya. contoh:
air panas dalam termos.

Lingkungan adalah bagian dari alam yang membatasi system.

Lingkungan

Sistem

Contoh sistem dan lingkungan

A. Pengertian Energi dan Jenis-Jenis


Jenis Energi
Apakah energy itu?
Secara umum, dapat dikatakan bahwa energi adalah
kemampuan untuk melakukan usaha.

Apakah dimensi dan satuan dari energy?


Dimensi MKS CGS British
Energi Kg.m2/s2 (joule) g.cm2/s2 (erg) BTU

126
Bagaimana sifat-sifat energy?
Sifat energi :
1. Transformasi energi (energi dapat diubah menjadi bentuk lain)
2. Transfer energi (Energi dapat berpindah dari benda yang satu ke
benda yang lain)
3. Energi adalah kekal (tidak dapat diciptakan dan dimusnahkan)
Anda membutuhkan energi agar dapat berjalan, berlari, bekerja, dan
melakukan berbagai aktivitas lainnya. Dari manakah energi yang
Anda butuhkan untuk beraktivitas tersebut? Makanan dan minuman
memberikan Anda energi kimia yang siap dibakar dalam tubuh
sehingga akan dihasilkan energi yang Anda perlukan untuk
melakukan usaha atau aktivitas sehari-hari. Mobil dan sepeda motor
dapat bergerak karena adanya sumber energi kimia yang terkandung
dalam bensin. Dapatkah Anda menyebutkan bentuk-bentuk energi
lainnya yang Anda ketahui?
Energi baru dapat dirasakan manfaatnya apabila energi tersebut telah
berubah bentuk. Contohnya, energi kimia dalam bahan bakar berubah
menjadi energi gerak untuk memutar roda. Energi listrik berubah
menjadinenergi cahaya lampu, menjadi energi kalor pada setrika, rice
cooker, magic jar, dan dispenser, serta menjadi energi gerak pada bor,
mesin cuci, mixer, dan kipas angin.

Apa saja jenis-jenis energy?


1. Energi Potensial (EP)
Suatu benda dapat menyimpan energi karena kedudukan atau
posisi benda tersebut. Contohnya, suatu beban yang diangkat
setinggi h akanmemiliki energi potensial, sementara busur panah
yang berada pada posisi normal (saat busur itu tidak diregangkan)

127
tidak memiliki energi potensial. Dengan demikian, energi potensial
adalah energi yang tersimpan dalam suatu benda akibat
kedudukan atau posisi benda tersebut dan suatu saat dapat
dimunculkan.

Energi potensial terbagi atas dua, yaitu energi potensial gravitasi


dan energi potensial elastis. Energi potensial gravitasi ini timbul
akibat tarikan gaya gravitasi Bumi yang bekerja pada benda.
Contoh energi potensial gravitasi ini adalah seperti pada. Jika
massa beban diperbesar, energi potensial gravitasinya juga akan
membesar. Demikian juga, apabila ketinggian benda dari tanah
diperbesar, energi potensial gravitasi beban tersebut akan semakin
besar. Hubungan ini dinyatakan dengan persamaan :
EP = m.g.h
dengan: EP = energi potensial (joule),
m = massa benda (kg),
g = percepatan gravitasi bumi (m/s2), dan
h = tinggi benda (m).

128
2. Energi Kinetik (EK)
Enegi kinetik adalah energi yang dimiliki suatu benda karena
gerakannya. Jadi, setiap benda yang bergerak memiliki energi
kinetik. Contohnya, energy kinetik dimiliki oleh mobil yang sedang
melaju, pesawat yang sedang terbang, dan anak yang sedang
berlari. Secara umum, persamaan energy kinetik dituliskan
sebagai :

dengan: EK = energi kinetik (joule),


m = massa benda (kg), dan
v = kecepatan benda (m/s)
Anda dapat memahami bahwa energi kinetic benda berbanding
lurus dengan kuadrat kecepatannya. Apabila kecepatan benda
meningkat dua kali lipat kecepatan semula, energi kinetik benda
akan naik menjadi empat kali lipat. Dengan demikian, semakin
besar kecepatan suatu benda, energi kinetiknya akan semakin
besar pula.
3. Energi Dalam (U)
Enegi dalam adalah total energi yang dikandung dalam sebuah
sistem dengan mengecualikan energi kinetik (Ek) pergerakan
sistem sebagai satu kesatuan dan energi potensial (Ep) sistem
akibat gaya-gaya dari luar. Bagaimana maksudnya? Sebuah zat
terdiri atas partikel-partikel (yang berupa atom dan atau molekul)
yang bergerak. Nah partikel-partikel yang bergerak tersebut
memiliki energy kinetic sendiri (karena partikel tersebut bergerak)
dan energy potensial yang terjadi di antara partikel-partikel
tersebut (bukan karena gaya gravitasi). Nah energy dalam adalah

129
energy kinetic yang terjadi karena pergerakan partikel tersebut
ditambah dengan energy potensial yang terjadi antar partikel.
Energi dalam tidak meliputi energy-energi sebagai hasil interaksi
dengan lingkungan. Sebagai contoh adalah sebuah sistem dari
segelas air. Kemudian segelas air tersebut diletakkan di sebuah
rak yang tinggi. Karena diletakkan di tempat yang tinggi, segelas
air tersebut akan menghasilkan energy potensial. tetapi energy
potensial akibat perubahan letak segelas air tersebut tidak akan
mengubah gerakan partikel-partikel di dalam air. Dengan
demikian energy dalam air sebelum diletakkan di rak dan sesudah
diletakkan di atas rak adalah sama.
Tidak ada alat ukur yang bisa digunakan untuk mengukur energy
dalam, sehingga energy dalam hanya bisa dihitung dari besaran-
besaran yang bisa diukur secara makroskopis seperti tekanan,
volume, temperature dan lain-lain. Energy dalam tidak tergantung
dari bagaimana proses perubahannya, tetapi hanya bisa
ditentukan dari keadaan awal dan keadaan akhirnya ( U1 dan U2)
sehingga yang bisa dihitung adalah ΔU (U2-U1). Untuk lebih
lengkapnya, perhitungan ΔU akan dibahas diproses-proses
termodinamika.
4. Usaha (W)
Kata usaha dalam kehidupan sehari-hari adalah berbagai aktivitas
yang dilakukan manusia. Contohnya, Valentino Rossi berusaha
meningkatkan kelajuan motornya untuk menjadi juara dunia Moto
GP yang ke delapan kalinya, Ronaldinho berusaha mengecoh
penjaga gawang agar dapat mencetak gol, dan Firdaus berusaha
mempelajari Fisika untuk persiapanmulangan harian.
Anda pun dikatakan melakukan usaha saat mendorong sebuah

130
kotak yang terletak di atas lantai. Besar usaha yang Anda lakukan
bergantung pada besar gaya yang Anda berikan untuk mendorong
kotak dan besar perpindahan kotak. Dalam Fisika, usaha memiliki
definisi yang lebih khusus. Jika Anda memberikan gaya konstan F
pada suatu benda sehingga menyebabkan benda berpindah sejauh
s, usaha W yang dilakukan gaya tersebut dinyatakan dengan :
W = F. s
dengan: F = gaya (N),
s = perpindahan (m), dan
W = usaha (Nm = joule)
Untuk usaha yang dilakukan oleh gas akan dibahas dalam proses-
proses termodinamika.
5. Kalor (Q)
Kalor adalah perpindahan energy yang terjadi di antara sistem dan
lingkungan yang disebabkan karena adanya perbedaan
temperature antara sistem dan lingkungan. Kalor akan selalu
berpindah dari daerah yang temperaturnya tinggi ke daerah yang
temperaturnya rendah. Kalor akan bernilai positif apabila terjadi
perpindahan energy dari lingkungan ke sistem, dan sebaliknya,
kalor akan bernilai negatif apabila terjadi perpindahan energy
dari sistem ke lingkungan. Perhitungan tentang kalor akan
dibahas di proses-proses termodinamika.

B. Usaha dan Proses-proses dalam Termodinamika


A. Usaha sistem terhadap lingkungannya
Sebelumnya sudah dijelaskan bahwa usaha sebuah benda yang
digerakkan sejauh s dapat dinyatakan dalam persamaan :
W = F.s

131
Nah, bagaimana usaha yang dilakukan oleh sebuah partikel gas?
Perhatikan gambar di bawah ini :

Gambar di atas merupakan gambar suatu gas yang berada dalam


tabung dengan penutup berbentuk piston yang dapat bergerak
bebas. Ketika gas tersebut dipanaskan, piston akan berpindah
sejauh Δs karena gas di dalam tabung memuai dari volume awal V1
menjadi volume akhir V2. Gaya yang bekerja pada piston adalah F
= P. A. Jika luas penampang piston (A) dan tekanan gas dalam
tabung (P) berada dalam keadaan konstan, usaha yang dilakukan
oleh gas dinyatakan dengan persamaan :
W = P. A. Δs
Oleh karena A Δs = ΔV, persamaan usaha yang dilakukan gas
dapatditulis menjadi :
W = P. ΔV atau

W = P(V2-V1)

Dengan W : usaha (joule)


P : Tekanan gas (N/m2)
ΔV : perubahan volume (m3)
V1 : volume awal (m3)
V2 : volume akhir (m3)
Usaha bisa bernilai positif atau negative tergantung dari
prosesnya. Ketentuan untuk harga W adalah sebagai berikut :

132
a. Jika gas memuai sehingga perubahan volumenya
berharga positif, gas(sistem) tersebut dikatakan
melakukan usaha yang menyebabkan
volumenya bertambah. Dengan demikian, usaha W sistem
berharga positif. Apabila proses ini dituangkan dalam
bentuk grafik, maka akan tampak sebagai berikut
(perhatikan arah panahnya):
Keterangan : Grafik
P-V suatu gas yang
mengalami
pemuaian
(melakukan
ekspansi)

b. Jika gas dimampatkan atau ditekan sehingga perubahan


volumenya
berharga negatif, pada gas (sistem) diberikan usaha yang
menyebabkan volume sistem berkurang. Dengan
demikian, usaha W pada tersebut sistem ini bernilai
negatif. Apabila proses ini dituangkan dalam bentuk
grafik, maka akan tampak sebagai berikut (perhatikan
arah panahnya) :
Keterangan : Grafik
P-V suatu gas yang
mengalami
pemampatan
(melakukan
kompresi)

133
Usaha yang dilakukan oleh sistem dapat ditentukan melalui
metode grafik. Pada (a) dapat dilihat bahwa proses bergerak ke
arah kanan (gas memuai). Hal ini berarti V2 > V1 atau ΔV > 0
sehingga W bernilai positif (gas melakukan usaha terhadap
lingkungan). W sama dengan luas daerah di bawah kurva yang
diarsir (luas daerah di bawah kurva p –V dengan batas volume
awal dan volume akhir) Selanjutnya perhatikan (b). Jika proses
bergerak ke arah kiri (gas memampat), V2 < V1 atau ΔV < 0
sehingga W bernilai negatif (lingkungan melakukan usaha
terhadap gas). W = – luas daerah di bawah kurva p–V yang diarsir
Marilah kita coba masukkan harga ΔV ke dalam persamaan
W=P. ΔV. Dari persamaan tersebut dan grafik hubungan tekanan
(p) terhadap (V) pada, Anda dapat menyimpulkan bahwa suatu
sistem dikatakan melakukan usaha (W berharga positif) atau
sistem diberi usaha atau menerima usaha dari lingkungan (W
berharga negatif), jika pada sistem tersebut terjadi perubahan
volume (ΔV)

Latihal Soal
1. Suatu gas dipanaskan pada tekanan tetap sehingga memuai, seperti
terlihat pada gambar.

Tentukanlah usaha yang dilakukan gas. (1 atm = 105 N/m2)

134
2. Gambar berikut menunjukkan suatu siklus termodinamika dari
suatu gas ideal.

Tentukanlah usaha yang dilakukan gas:


a. dari keadaan A ke B,
b. dari B ke C,
c. dari C ke D,
d. dari D ke A, dan
e. dari A kembali ke A melalui B, C, dan D

B. Proses dalam termodinamika


Usaha yang terdapat pada gas yang mengalami proses-proses
termodinamika tersebut akan diuraikan sebagai berikut.
a. Proses Isotermal (ΔT = 0)
Proses isotermal adalah suatu proses perubahan keadaan gas
pada suhu tetap . Menurut Hukum Boyle, proses isothermal
dapat dinyatakan dengan persamaan
pV = konstan
atau
p1V1 = p2V2
Dalam proses ini, tekanan dan volume sistem berubah sehingga
persamaan W = p ΔV tidak dapat langsung digunakan.
Perubahannya terlihat seperti grafik berikut ini :

135
Untuk menghitung usaha sistem dalam proses isotermal ini
digunakan cara integral sehingga dari proses penurunan rumus
didapatkan :

b. Proses Isokhorik (ΔV = 0)


Proses isokhorik adalah suatu proses perubahan keadaan gas
pada volume tetap. Menurut Hukum Gay-Lussac proses
isokhorik pada gas dapat dinyatakan dengan persamaan
pT = konstan
atau

Perhatikan grafik di bawah ini

136
Oleh karena perubahan volume dalam proses isokhorik ΔV = 0
maka usahanya

W=0

c. Proses Isobarik (ΔP=0)


Proses isobarik adalah suatu proses perubahan keadaan gas
pada tekanan tetap. Menurut Hukum Charles, persamaan
keadaan gas pada proses isobaric dinyatakan dengan
persamaan

Atau

Perhatikan grafik berikut :

137
Oleh karena volume sistem berubah, sedangkan tekanannya
tetap, usaha yang dilakukan oleh sistem dinyatakan dengan
persamaan

d. Proses adiabatic (Q=0)


Proses adiabatik adalah suatu proses perubahan keadaan gas
di mana tidak ada kalor (Q) yang masuk atau keluar dari
sistem (gas). Proses ini dapat dilakukan dengan cara
mengisolasi sistem menggunakan bahan yang tidak mudah
menghantarkan kalor atau disebut juga bahan adiabatik.
Adapun, bahan-bahan yang bersifat mudah menghantarkan
kalor disebut bahan diatermik
Proses adiabatik ini mengikuti persamaan Poisson sebagai
berikut ;
P.V = konstan
Atau
P1.V1 = P2.V2
Perhatikan grafik di bawah ini :

138
Dari kurva hubungan p – V tersebut, Anda dapat mengetahui
bahwa:
1) Kurva proses adiabatik lebih curam daripada kurva proses
isotermal.
2) Suhu, tekanan, maupun volume pada proses adiabatik tidak
tetap.
Oleh karena sistem tidak melepaskan atau menerima kalor,
pada kalor sistem proses adiabatik Q sama dengan nol. Dengan
demikian, usaha yang dilakukan oleh sistem hanya mengubah
energi dalam sistem tersebut. Besarnya usaha pada proses
adiabatik tersebut dinyatakan dengan persamaan berikut

139
Latihan Soal
1. Sepuluh mol gas helium memuai secara isotermal pada suhu 47°C
sehingga volumenya menjadi dua kali volume mula-mula.
Tentukanlah usaha yang dilakukan oleh gas helium
2. Suatu gas yang volumenya 1,2 liter perlahan-lahan dipanaskan pada
tekanan tetap 1,5 × 105 N/m2 hingga volumenya menjadi 2 liter.
Berapakah usaha yang dilakukan gas?
3. Suatu gas ideal mengalami proses siklus seperti grafik p – V berikut.

Tentukanlah:
a. usaha gas dari A ke B,
b. usaha gas dari B ke C,
c. usaha gas dari C ke A, dan
d. usaha netto gas dalam satu siklus
4. Usaha sebesar 2 × 103 J diberikan secara adiabatik untuk
memampatkan 0,5 mol gas ideal monoatomik sehingga suhu
mutlaknya menjadi 2 kali semula. Jika konstanta umum gas R =
8,31 J/mol K, tentukanlah suhu awal gas.
5. Suatu gas ideal monoatomik di dalam ruang tertutup memiliki
tekanan 1,2 × 105 N/m2 dan volume 40 liter. Jika gas memuai secara
isobarik sehingga volumenya menjadi 50 liter, gas akan menyerap
kalor dari lingkungan sebesar 2 kJ. Tentukanlah:
a. usaha yang dilakukan gas, dan

140
b. perubahan energi dalam gas.
6. Suatu gas ideal mengalami proses menurut siklus,
seperti diagram p-V berikut.

Tentukanlah kerja yang dihasilkan pada proses berdasarkan siklus


tersebut.

C. Hukum Pertama Termodinamika


Hubungan antara kalor yang diterima atau dilepaskan suatu
sistem, usaha yang dilakukan pada sistem, serta perubahan energi
dalam sistem yang ditimbulkan oleh kalor dan usaha tersebut
dijelaskan dalam Hukum Pertama Termodinamika.
Hukum Pertama Termodinamika adalah perluasan bentuk
dari Hukum Kekekalan Energi dalam mekanika. Hukum ini
menyatakan bahwa:
"Jumlah kalor pada suatu sistem sama dengan perubahan
energi dalam sistem tersebut ditambah usaha yang dilakukan oleh
sistem."
Dengan demikian, meskipun energi kalor sistem telah
merubah menjadi energi mekanik (usaha) dan energi dalam,
jumlah seluruh energi tersebut selalu tetap. Secara matematis,
ukum Pertama Termodinamika dituliskan sebagai berikut.

141
dengan: Q = kalor yang diterima atau dilepaskan oleh sistem,
ΔU = U2 — U1 = perubahan energi dalam sistem, dan
W = usaha yang dilakukan sistem.

Perjanjian tanda yang berlaku untuk tersebut adalah sebagai


berikut.
1. Jika sistem melakukan kerja maka nilai W berharga positif.
2. Jika sistem menerima kerja maka nilai W berharga negatif
3. Jika sistem melepas kalor maka nilai Q berharga negatif
4. Jika sistem menerima kalor maka nilai Q berharga positif

a. Perubahan Energi Dalam


Perubahan energi dalam ΔU tidak bergantung pada proses
bagaimana keadaan sistem berubah, tetapi hanya bergantung pada
keadaan awal dan keadaan akhir sistem tersebut.
Anda telah mengetahui bahwa proses-proses dalam termodinamika
terbagi atas empat jenis, yaitu isotermal, isokhorik, isobarik, dan
adiabatik. Perubahan energi dalam terjadi pada setiap proses
tersebut dijelaskan sebagai berikut.
 Proses Isotermal
Anda telah memahami bahwa proses isotermal merupakan suatu
proses yang terjadi dalam sistem pada suhu tetap. Besar usaha
yang dilakukan sistem proses isotermal ini adalah

142
Oleh karena ΔT = 0, menurut Teori Kinetik Gas, energi dalam
sistem juga tidak berubah (ΔU = 0) karena perubahan energi
dalam bergantung pada perubahan suhu. Dengan demikian,
persamaan Hukum Pertama Termodinamika untuk proses
isotermal ini dapat dituliskan sebagai berikut

 Proses Isokhorik
Dalam proses isokhorik perubahan yang dialami oleh sistem
berada dalam keadaan volume tetap. Anda telah memahami
bahwa besar usaha pada proses isokhorik dituliskan W = pΔV = 0.
Dengan demikian, persamaan Hukum Pertama Termodinamika
untuk proses ini dituliskan sebagai

Khusus untuk gas monoatomik

Sehingga persamaan Q untuk gas monoatomik pada proses


isokhorik adalah :

Atau

143
 Isobarik
Jika gas mengalami proses isobarik, perubahan yang terjadi pada
gas berada dalam keadaan tekanan tetap. Usaha yang dilakukan
gas dalam proses ini memenuhi persamaan
W = P ΔV = p(V2 – V1).
Dengan demikian, persamaan Hukum Pertama Termodinamika
untuk proses isobarik dapat dituliskan sebagai berikut.

Dan untuk gas ideal monoatomik

 Proses Adiabatik
Dalam pembahasan mengenai proses adiabatik, Anda telah
mengetahui bahwa dalam proses ini tidak ada kalor yang keluar
atau masuk ke dalam sistem sehingga Q = 0. Persamaan Hukum
Pertama Termodinamika untuk proses adiabatik ini dapat
dituliskan menjadi
Q = ΔU + W
0 = ΔU + W

Atau
Berdasarkan Persamaan (9-16) tersebut, Anda dapat
menyimpulkan bahwa usaha yang dilakukan oleh sistem akan

144
mengakibatkan terjadinya perubahan energi dalam sistem di
mana energi dalam tersebut dapat bertambah atau berkurang
dari keadaan awalnya. Persamaan Hukum Pertama
Termodinamika untuk gas ideal monoatomik pada proses
adiabatik ini dituliskan sebagai

b. Kapasitas Kalor
Kapasitas kalor gas adalah banyaknya kalor yang dibutuhkan untuk
menaikkan suhu gas sebesar 1°C, untuk volume tetap disebut CV dan
untuk tekanan tetap disebut Cp. Secara matematis, kapasitas kalor
(C) dinyatakan dengan persamaan

Pada gas, perubahan suhu dapat dilakukan dengan proses isobarik


atau proses isokhorik. Dengan demikian, kapasitas kalor gas dapat
dibedakanmenjadi dua, yakni kapasitas kalor pada tekanan tetap (C
p ) dan kapasitas kalor pada volume tetap (V). Perumusan kedua
pada kapasitas kalor tersebut secara matematis dapat dituliskan
sebagai berikut.

Jika besaran Qp dan QV dimasukkan ke dalam persamaan Hukum


Pertama Termodinamika, akan didapatkan persamaan berikut
 Proses Isokhorik

145
Oleh karena dalam proses ini volume sistem tetap ( ΔU = 0) maka
usaha sistem W = 0 sehingga didapatkan persamaan

 .Proses Isobarik

Oleh karena dalam proses ini tekanan sistem tetap ( Δp + 0),


usaha sistem W = p ΔV. Dengan demikian, persamaan Hukum
Pertama Termodinamika dapat dituliskan

Karena Qv = ΔU, maka persamaan diatas menjadi

Kemudian karena QP= CP.ΔT dan Qv = Cv.ΔT maka

Berdasarkan persamaan keadaan gas ideal pV = nRT, maka

Khusus untuk gas monoatomik karena

maka

146
dan
Bagaimana dengan kapasitas kalor selain gas monoatomik?
Untuk internal temperatur antar 300-1500 K, kapasitas panas
molal gas umumnya dinyatakan dengan persamaan kuadrat
Cp = a+ bT+ cT2
T = oK

a.b.c = konstanta yang harganya tergantung pada macam gas


Data a,b,c untuk beberapa gas adalah sebahai berikut:

147
Latihan Soal

5. Tentukan Cp dan Cv dari gas berikut :


a) O2
b) CO2
c) SO2

148
BAB VII
Neraca Energi Tanpa Reaksi

Seperti sudah dijelaskan di bab sebelumnya, energy memiliki beberapa


bentuk seperti energy kinetic, energy potensial, dan energy dalam. Hukum
pertama termodinamika menjelaskan tentang perubahan energy. Hukum
termodinamika pertama merupakan pengembangan dari hokum
termodinamika ke nol. Energy tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan
tetapi bisa berubah dari bentuk yang satu ke bentuk yang lain. Energy juga
bisa berpindah dari satu titik ke titik lain atau dari benda satu ke benda
lain. Transfer energy atau perpindahan energy dapat terjadi dengan aliran
panas, perpindahan massa (transport massa), atau dengan melakukan
kerja. Neraca energy pada proses termodinamika dapat dikatakan sebagai
“akumulasi energi dalam sistem sama dengan energy yang masuk ke dalam
sistem dikurangi energy yang keluar dari sistem”
Sehingga menjadi persamaan :

akumulasi energi energi energi yang energi yang


energi di masuk keluar dihasilkan dibutuhkan
dalam sistem = sistem - sistem + sistem - sistem

A. Neraca Energi pada Sistem tertutup


Sistem tertutup adalah sistem yang mana massa tidak dapat masuk
atau keluar, tetapi energi bisa berpindah dari sistem ke lingkungan
atau sebaliknya. Energi pada sistem tertutup bisa berpindah karena
adanya perpindahan kalor (Q) atau usaha yang terjadi pada sistem
(W).

149
Energi yang masuk atau yang keluar dari sistem bisa kita hitung
dari perubahan energi dalam, perubahan energi kinetik, dan
perubahan energi potensial.
Energi yang dihasilkan atau energi yang dibutuhkan oleh sistem
bisa kita lihat dari perpindahan kalor (Q) atau usaha dari sistem
(W). Sehingga persamaan neraca energi untuk sistem tertutup
adalah :

ΔU + ΔEK + ΔEP =ΔE = Q + W

Persamaan di atas tidak mencantumkan tanda (-) karena tanda (-)


sangat tergantung dari kondisi dari sistem. Jadi pada persamaan di
atas, tanda (-) akan muncul apabila kondisinya menghasilkan tanda
(-) pada perhitungannya. Untuk Q dan W tetap berlaku :
 Jika sistem melakukan kerja maka nilai W berharga positif.
 Jika sistem menerima kerja maka nilai W berharga negative
 Jika sistem melepas kalor maka nilai Q berharga negative
 Jika sistem menerima kalor maka nilai Q berharga positif

150
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam menyelesaikan neraca
energi adalah sebagai berikut :

1. Kalor (Q)
Kalor merupakan perpindahan energi dari temperatur tinggi ke
temperatur rendah. Apabila proses yang akan dihitung termasuk
adiabatik(tidak ada Q masuk atau keluar) atau berada pada
sistem terisolasi, maka Q = 0
2. Usaha (W)
Usaha merupakan energi yang digunakan untuk menggerakkan
sesuatu atau menimbulkan gaya. Dalam proses kimia, usaha
biasanya dilakukan oleh pompa, kompresor, piston yang
bergerak, atau turbin yang bergerak. Apabila dalam sistem tidak
ada benda yang bergerak, maka sistem dianggak tidak memiliki
usaha atau W = 0
3. Energi dalam (U)
Energi dalam merupakan energi yang terkandung dalam sistem.
Apabila dalam sistem tidak terjadi perubahan temperatur (proses
isotermal) maka dianggap ΔU sistem tetap atau ΔU = 0
4. Energi Kinetik
Energi kinetik merupakan energi yang dibutuhkan karena
pergerakan dari suatu benda pada kecepatan tertentu. Apabila
dalam proses tidak ada kecepatan yang terjadi, maka ΔEK = 0
5. Energi Potensial
Energi potensial merupakan energi yang timbul karen posisi
benda pada ketinggian tertentu, sehingga apabila benda tidak
berada pada ketinggian tertentu maka ΔEP = 0
6. Proses Unsteady state (tidak tunak)

151
Proses Unsteady state adalah proses yang mana variable dalam
prosesnya (seperti temperatur dan tekanan) berubah-ubah. Jadi
untuk persamaan neraca energi dengan sistem tertutup yang
unsteady state adalah
ΔU + ΔEK + ΔEP =ΔE = Q + W

Contoh Sistem Tertutup yang unstaedy state adalah sebagai


berikut :

7. Proses Steady state (tunak)


Proses steady state adalah proses yang mana variabel dalam
prosesnya konstan. Pada sistem tertutup yang steady state, tidak
terjadi perubahan temperatur sehingga
ΔE = 0 ΔEK = 0
ΔU = 0 ΔEP = 0
Dengan demikian persamaan neraca energi untuk Sistem
tertutup yang steady state adalah :
0=Q+W

152
Contoh sistem tertutup yang steady state adalah sebagai berikut:

B. Penggunaan Steam Table untuk perhitungan neraca energi


Hubungan antar properti termodinamis kadang kala terlalu rumit
untuk dinyatakan dalam bentuk persamaan yang dihitung secara
manual. Oleh sebab itu, pada masa lalu, orang menggunakan tabel
untuk menyajikan hubungan antar properti tersebut. Tabel ini
dikenal dengan sebutan Steam Table.
Properti-properti yang disajikan dalam tabel menggunakan simbol-
simbol sebagai berikut
 T = Suhu
 Tsat = Suhu jenuh (Saturation Temperature)
 P = Tekanan
 Psat = Tekanan Jenuh (Saturation Pressure)
 vf = Spesific Volume dari cairan jenuh (saturated liquid)
 vg = Spesific Volume dari uap jenuh (saturated vapor)
 vfg = selisih vg dengan vf (dimana vfg = vg – vf)
 uf = Energi Internal dari cairan jenuh (saturated liquid)
 ug = Energi internal dari uap jenuh (saturated vapor)

153
 ufg = selisih ug dengan uf (dimana ufg = ug – uf)
 hf = Enthalpi dari cairan jenuh (saturated liquid)
 hg = Enthalpi dari uap jenuh (saturated vapor)
 hfg = selisih hg dengan hf (hfg = hg – hf), properti ini disebut juga
dengan Enthalpi Penguapan (Evaporation Enthalpy) atau juga kalor
laten
contoh tampilan dari steam table adalah sebagai berikut :

Contoh pembacaan
1. berapakah energi dalam 2 kg air pada tekanan 0,022 bar?
Cara pembacaan :

154
Cari pada kolom tekanan, cari P (barr) 0,022. Untuk mencari energi
dalam, berarti kolom yang dilihat adalah U water. Sehingga kalau
kita tarik gari ke kanan dari P(barr) 0,022 akan didapatkan U water
79,8 kJ/kg. maka energi dalam untuk 2 kg air adalah :
U water = 79,8 kJ/Kg . 2 Kg = 159,6 kJ
2. Berapakah energi dalam 0,5 kg steam pada temperatur 25oC?
Pada kolom temperatur, silakan lihat temperatur yang mendekati
25oC. dalam kolom tersebut temperatur yang mendekati adalah 24,1
dan 26,7. Untuk menentukan data-data yang tidak ada di dalam
tabel, maka kita harus menggunakan interpolasi linear. Nah
bagaimana langkahnya?
 Tentukan 2 data yang lebih banyak dan lebih sedikit. Jadi
untuk temperatur 25oC maka data yang dipakai adalah
24,1oC dengan U steam adalah 2408,6 KJ/Kg
26,7oC dengan U steam adalah 2412,2 KJ/Kg
 Tentukan label data yang akan dimasukkan ke rumus
interpolasi linear dengan temperatur sebagai data x dan U
steam sebagai data y sehingga akan muncul keterangan :
X : temperatur yang akan dicari harga U steamnya (25oC)
Y : U steam pada 25oC
X1 : temperatur yang lebih rendah dari X (24,1oC)
Y1 : U steam yang lebih rendah dari Y (2408,6 KJ/Kg)
X2 : temperatur yang lebih tinggi dari X (26,7oC)
Y2 : U steam yang lebih tinggi dari Y (2412,2 KJ/Kg)
 Masukkan data ke persamaan interpolasi linear dan
selesaikan persamaannya hingga didapatkan hasil Y

155
25 24,1 2408,6
=
26,7 24,1 2412,2 2408,6
0,9 2408,6
=
2,6 3,6
3,6 .0,9 = 2,6 ( 2408,6)
3,24 = 2,6 6262,36)
2,6 = 3,24 + 6262,36
2,6 = 6265,6
= 2409, 846 /
 Dari hasil interpolasi linear didapatkan U steam pada 25oC
adalah 2409,846 KJ/Kg sehingga U steam untuk 0,5 kg steam
adalah 2409,846 KJ/Kg . 0,5 Kg = 1204,923 KJ

156
Latihan Soal
1. Perhatikan gambar berikut ini :
Q = -10 J Q = -30 J
W = 17 J

Q = -10 J

Q = 40 J
Q = 10 J

Proses A Proses B Proses C

Berikut terdapat 3 buah proses dengan sistem tertutup.


Jawablah pertanyaan terkait proses-proses tersebut !
a. Berapakah perubahan energi dalam (ΔU) dari proses-proses
tersebut?
b. Tentukan apakah proses-proses tersebut termasuk steady
state atau unsteady state!
2. Sebuah bahan kimia terlarut dalam 1kg air pada terperatur 10oC.
untuk mengambil bahan kimia tersebut, akan dilakukan evaporasi.
Evaporasi dilakukan dengan cari memasukkan larutan tadi ke
dalam tertutup dengan volume 1673 m3 dan dipanaskan hingga
seluruh air berubah menjadi vapor pada temperatur 100oC dan
tekanan 1 atm. Berapakah kalor yang harus diberikan ke dalah
larutan tersebut supaya air pada bahan kimia tersebut menguap?
3. Air didinginkan dai temperatur 80oF menjadi 40oF. tentukan ΔE, ΔU,
ΔH, ΔP, dan ΔV!
4. Air dipanaskan dalam panci tertutup di atas kompor sambil diadut
menggunakan pengaduk di dalamnya. Selama proses, 30 kJ kalor
diberikan ke dalam air tersebut dan 5kJ kalor hilang ke udara.

157
Usaha yang diberikan sekitat 50 J. hitunglah energi dalam setelah
proses bila energi dalam mula-mula adalah 10kJ!
5. 4 kg superheated steam pada tekanan 700 kPa dan 500K
didinginkan pada tangki hingga 400K. hitunglah kalor pada proses
tersebut!
6. Sebuah tangki berisi 1 ft3 steam. Tangki tersebut dihubungkan
dengan tangki lain yang kosong. Kedua tangki tersebut diatur
sedemikian rupa sehingga temperatur kedua tangki konstan 200oF.
setelah mencapai kesetimbangan, tekanan kedua tangki adalah 1
psia. Hitunglah W, Q, ΔU, dan Volum pada tangki yang kedua

7. Sebuah silinder yang memiliki piston diisi dengan gas. 2 kkal kalor
diberikan ke dalam gas tersebut sehingga temperaturnya menjadi
100oC lebih panas. Gas melakukan 68J kerja ketika menggerakkan
piston. Hitung ΔU dari sistem

158
C. Neraca Energi pada Sistem terbuka
Sistem terbuka adalah sistem yang mana baik massa maupun energi
bisa keluar masuk. Perhatikan gambar dibawah ini

Massa yang masuk maupun yang keluar membutuhkan sebuah kerja


agar material bisa berpindah. Kerja harus dilakukan sistem untuk
menekan aliran material masuk ke sistem pada tekanan Pin, dan
kerja harus dilakukan lingkungan untuk menarik keluar aliran
material keluar dari sistem pada tekanan Pout.
Seperti yang sudah dibahas pada materi termodinamika, W adalah
P.V maka bisa dikatakan :
Win = Pin . Vin
Wout = Pout . Vout
Sehingga W total yang digunakan untuk memasukkan dan
mengeluarkan material (yang selanjutnya disebut sebagai Wflow / Wf
adalah
Wf = Wout - Win
Wf = Pout . Vout - Pin . Vin
Apabila dalam sistem terdapat turbin, atau piston atau sesuatu yang
bergerak dan melakukan sebuah usaha, maka akan ada W pada
sistem yang kemudian disebut Wshaft sehingga W total dalam sistem
terbuka adalah

159
W = Wf + Ws
Sehingga persamaan neraca energi untuk sistem terbuka adalah :

Untuk proses steady state, tidak ada akumulasi energi, sehingga


persamaan diatas disa disederhanakan menjadi :

Entalpi adalah jumlah energi dalam sebuah fluida yang masuk ke


dalam sistem dengan kerja yang digunakan untuk keluar masuknya
fluida ke sistem (Wf). sehingga didapat persamaan :

160
Sama seperti energi dalam, susah untuk dihitung pada satu titik.
Yang dapat ditentukan adalah perubahan entalpi. Sehingga rumus
tersebut menjadi :

Harga entalpi tiap senyawa dapat dilihat pada buku-buku sifat fisika
dan kimia, dan untuk air bisa kita lihat pada steam table.
Untuk persamaan neraca energi pada proses steady state, dapat
disederhanakan menjadi :

161
Latihan Soal

1. Dalam sebuah proses dengan sistem terbuka dan steady state,


uap air atau steam dikompresi dari 0,0317 bar dan 298 K menjadi
3 bar dan 406,5 K (nilai entalpi bisa dilihat di steam table).
Kecepatan keluar steam dari kompresor adalah 50 m/s.
Berapakah kekuatan yang dibutuhkan kompresor (kW) apabila
laju alir steam adalah 360 kg/jam?
2. Air dipompa dari sumur dengan kedalaman 20 ft dari dasar
tanah. Air dipompa melewati pipa hingga ketinggian 5 ft di atas
dasar tanah dengan laju alir 0,5 ft3/s. kalor yang mengalir di
dalam air diabaikan dan gaya gesek pipa diabaikan. Hitung arus
listrik yang dibutuhkan pompa!

3. Perhatikan gambar di bawah ini, hitung Q pada proses tersebut!

162
4. Sebuah turbin dengan W = 13 MW beroperasi pada kondisi
steady state menggunakan steam dengan laju alir 20 kg/s.
Kondisi steam pada inletnya adalah P=3000kPa dan 450oC.
kondisi outletnya adalah P = 500 kPa dan steam sudah berubah
menjadi saturated vapor. Laju lair masuk steam adalah 250 m/s
dan laju alir keluar adalah 40 m/s. Berapakah Q pada turbin
dalam kW?
5. Udara dikompresi dari 100 kPa dan 255 K (dengan ΔH 489
kJ/Kg) menjadi 1000 kPa dan 278 K ( dengan ΔH 509 kJ/kg). laju
alir keluarnya udara dari kompresor adalah 60 m/s. berapakah
kekuatan kompresor (kW) bila udara yang masuk adalah
100kg/jam?
6. Steam dengan laju alir 60 kg/jam, 200oC, dan tekanan 1 bar
memasuki heat exchanger. Steam digunakan untuk memanaskan
air, dan steam keluar menjadi cairan. Abaikan perubahan
tekanan pada heat exchanger. Berapakah kalor yang dialirkan
steam kepada air yang akan dipanaskan?

163
7. Minyak mentah dipompa dengan laju alir 1000 kg/menit
melewati pipa 2 km. Pipa masuk berada pada kedalaman 200 m
dari pipa keluar. Bila gaya gesek pipa diabaikan, hitung W dari
pipa!
8. Steam pada tekana 60 bar dan temperature 500oC memasuki
turbin yang adiabatic dengan laju alir 1kg/s. Outlet turbin adalah
1 bar dan 400oC. Inlet dan outlet berada pada ketinggian yang
sama dan diameter pipa adalah 0,15 m. berapakah W turbin
tersebut?

164
STEAM TABLE

165
166
167
168
169
170
171
172
173
174
175
176
BAB VIII
Neraca Energi
Dengan Reaksi Kimia
(Termokimia)

A. Hukum Kekekalan Energi


Setiap materi memiliki energi yang terkandung di dalamnya. Energi
dapat dibedakan menjadi energi kinetik dan energi potensial. Energi
kinetik adalah energi yang terkandung di dalam materi yang bergerak,
misalnya air terjun. Energi potensial adalah energi yang dikandung dalam
suatu materi yang tidak bergerak.
Beberapa bentuk energi adalah energi kalor, energi kimia, energi listrik,
energi cahaya, dan energi bunyi. Suatu bentuk energi dapat diubah menjadi
bentuk energi lain. Pada saat terjadi perubahan energi dari satu bentuk ke
bentuk yang lain tidak pernah ada energi yang hilang atau bertambah. Hal
itu dinyatakan dalam Hukum Termodinamika Pertama yaitu energi tidak
dapat diciptakan atau dimusnahkan, hanya dapat diubah dari
suatu bentuk ke bentuk yang lain. Secara matematis dapat dituliskan
dengan persamaan berikut.
U=q+W
Keterangan:
U = perubahan energi dalam
q = kalor (bertanda + berarti sistem menerima kalor, q bertanda –
berarti sistem membebaskan kalor.
W = kerja (W bertanda + berarti sistem menerima kerja, W bertanda –
berarti sistem melakukan kerja).

177
B. Reaksi Endotermis dan Eksotermis
Dalam setiap materi terkandung energy dengan kadar yang berbeda-
beda. Jumlah total dari semua bentuk energi dalam zat pada tekanan tetap
disebut entalpi (H). Entalpi suatu zat akan konstan selama tidak ada energi
yang masuk atau keluar dari zat tersebut. Besarnya H tidak dapat diukur,
namun yang dapat ditentukan adalah
ΔH. Perubahan entalpi dari suatu reaksi = kalor yang diserap atau
dibebaskan oleh reaksi.
ΔHreaksi = qreaksi
Besarnya ΔHreaksi adalah selisih dari entalpi hasil reaksi dengan
entalpi pereaksi.

ΔHreaksi = ΔHhasil - ΔHreaktan

ΔHhasil = ΔH pembentukan zat-zat hasil reaksi (produk)


ΔHreaktan = ΔH pembentukan zat-zat yang bereaksi (reaktan)
Berdasarkan perpindahan kalor di antara system dan lingkungan, maka
reaksi kimia dibedakan atas :

a. Reaksi Eksotermis
Reaksi ini terjadi apabila terjadi perpindahan panas dari system ke
lingkungan, sehingga suhu lingkungan akan naik.

R = ΔHreaktan
P = ΔHproduk

178
Diagram reaksi eksotermis

Contoh umum reaksi eksotermis :


A + B → C + D + x kkal

Misal : entalpi pada zat A + B = H1


Entalpi pada zat C + D = H2
Pada reaksi ini dibebaskan kalor (sebesar x kkal) berart H1>H2
Sehingga
ΔHreaksi = ΔHhasil - ΔHreaktan
= H2 - H1
= kecil – besar
= negatif
Jadi pada reaksi eksotermis, ΔH reaksi mempunyai harga negatif.
Persamaan termokimia untuk reaksi di atas ditulis :
A + B → C + D ; ΔH = -x kkal

b. Reaksi Endotermis
Reaksi ini terjadi apabila terjadi perpindahan panas dari lingkungan ke
system, sehingga suhu lingkungan akan turun.

R = ΔHreaktan
P = ΔHproduk

Diagram reaksi endotermis

179
Contoh umum reaksi endotermis :
P + Q → R + S - x kkal

Misal : entalpi pada zat P + Q = H1


Entalpi pada zat R + S = H2
Pada reaksi ini menyerap kalor (sebesar x kkal) berart H1<H2
Sehingga
ΔHreaksi = ΔHhasil - ΔHreaktan
= H2 - H1
= besar – kecil
= positif
Jadi pada reaksi endotermis, ΔH reaksi mempunyai harga positif.
Persamaan termokimia untuk reaksi di atas ditulis :

P + Q → R + S ; ΔH = + x kkal
NB
 Panas reaksi adalah jumlah kalor yang diserap atau
dilepaskan oleh suatu reaksi yang mana merupakan
lawan dari ΔH reaksi
 Satuan kalor reaksi/ ΔH reaksi adalah kalori atau
joule.
 1 kalori = 4,2 joule
 1 joule = 0,24 kalori

C. Jenis Entalpi
Secara umum, jenis entalpi dibagi menjadi 2 yaitu entalpi perubahan fisik
dan entalpi perubahan kimia.

180
a. Entalpi Perubahan Fisika
Entalpi perubahan fisika terdiri atas :
1) Entalpi Peleburan adalah perubahan entalpi yang terjadi
ketika suatu padatan meleleh pada titik lelehnya. Dimana
pada tekanan konstan :
Padatan → Cair ; ΔHpeleburan > 0
Contohnya adalah es yang berubah menjadi cair pada suhu 0
oC. Panas yang diserap digunakan untuk melemahkan ikatan
antar molekul air, sehingga jarak antara molekul yang satu
dengan yang lain menjadi besar dan menjadi berbentuk cair.
Adapun reaksinya adalah :
H2O(s) → H2O(l) ; ΔHpeleburan = + 6,02 kJ/mol

2) Entalpi Penguapan adalah perubahan entalpi yang terjadi


ketika suatu cairan menguap pada titik didihnya. Dimana
pada tekanan konstan :
Cair → Uap ; ΔHpenguapan > 0
Contohnya adalah air yang menguap pada suhu 100 oC
dimana persamaan termokimianya adalah sebagai berikut :
H2O(l) → H2O(v) ; ΔHpenguapan = + 41,1 kJ/mol

3) Entalpi Sublimasi.adalah perubahan entalpi yang terjadi


ketika suatu padatan menyublim. Dimana pada tekanan
konstan :
Padatan → Uap ; ΔHpenyubliman > 0
Contohnya adalah padatan iodine yang mana persamaan
termokimianya adalah sebagai berikut :
I2(s) → I2(v) ; ΔHpenyubliman = + 63 kJ/mol

181
b. Entalpi Perubahan Kimia
Data tentang perubahan kimia biasanya dinnyatakan pada
keadaan standar. Keadaan standar adalah keadaan pengukuran
pada suhu 25 oC dan tekanan 1 atmosfer. Simbol perubahan
entalpi pada keadaan standar biasanya dinyatakan dalan ΔHo.
Entalpi terdiri atas beberapa macam, yaitu, entalpi
pembentukan, entalpi penguraian, entalpi pembakaran, entalpi
netralisasi, dan entalpi pelarutan.

1) Entalpi Pembentukan standar adalah perubahan entalpi


pembentukan satu mol senyawa dari unsur-unsur
pembentuknya pada keadaan standar. ΔH pembentukan
standar biasanya diberi notasi ΔHof yang tandanya
berlawanan dengan kalor pembentukan. Perlu diketahui
bahwa kalor pembentukan unsure dalam keadaan bebas
adalah nol kkal.. Hal ini disebabkan unsure telah ada di
alam.
Contoh :
2H2(g) + O2(g) → 2H2O(l) + 571,7 kJ

 Kalor reaksinya ialah + 571,7 kJ


,
 Kalor pembentukan H2O(l) =

= + 285,85 kJ
 ΔHof H2O(l) = -285,85 kJ
 Reaksi pembentukan H2O adalah reaksi eksotermis.

182
2) Entalpi Penguraian standart adalah perubahan entalpi
penguraian satu mol senyawa menjadi unsure-unsur
penyusunnya pada keadaan standar.
Marguis de Laplace merumuskan bahwa jumlah kalor yang
dilepaskan sama dengan jumlah kalor yang diperlukan pada
penguraian senyawa tersebut menjadi unsure-unsurnya.
Hal ini juga berlaku pula pada reaksi dapat balik atau
reversible. Kalor reaksi ke kiri dan ke kanan sama besar,
hanya tanda aljabarnya berlawanan.
Contoh : A+B C + D + x kkal , maka
C+D A + B – x kkal

3) Entalpi Pembakaran standar adalah perubahan entalpi


ketika satu mol senyawa terbakar sempurna oleh oksigen pada
kondisi standar.
Contoh :
C(s) + O2(g) → CO2(g) + 395,2 kJ

 Kalor reaksinya = + 395,2 kJ


 Kalor pembakaran C = + 395,2 kJ
 ΔH pembakaran C = - 395,2 kJ
 Reaksi pembakaran C adalah reaksi eksotermis
 Reaksi pembakaran ini juga perubakan reaksi
pembentukan CO2 (karena zat yang dibakar berupa
unsure). Maka kalor pembentukan CO2 = + 395,2 kJ
 ΔHof = -395,2 kJ

183
4) Entalpi Pelarutan standar. Jumlah energy yang dilepas
atau diserap ketika sebuah senyawa membentuk larutannya
disebut entalpi pelarutan. Entalpi pelarutan standar adalah
perubahan entalpi ketika satu mol senyawa dilarutkan ke
dalam sejumlah pelarut pada keaadan standar. Pelarutan
senyawa ionik dalam air meliputi 2 proses
Proses pertama adalah dekomposisi senyawa ion
menghasilkan ion-ion penyusunnya dalam bentuk gas. Proses
pertama membutuhkan energy untuk mengatasi atau
melepaskan gaya antar kisi kristal. Entalpi pada proses ini
selalu positif.
Proses kedua adalah proses reaksi ion dalam fasa gas
dengan molekul-molekul air membentuk larutan atau ion
yang terhidrasi. Proses ini disebut proses hidrasi. Proses ini
terjadi pelepasan energy karena terbentuknya ikatan antara
ion dengan molekul air.
Contoh :
Pembentukan larutan NaBr dalam air. Adapun proses dan
reaksi yang terjadi adalah :

Proses I : NaBr(s) → Na+(g) + Br-(g) ΔHodekomposisi = +728 kJ/mol


Proses II : Na+(g) + Br-(g) Na+(aq) + Br-(aq) ΔHohidrasi = -741 kJ/mol

Total : NaBr(s) Na+(aq) + Br-(aq) ΔHopelarutan = + 13


kJ/mol

Pembentukan larutan NaBr dalam air merupakan reaksi


eksotermis karena energy yang dilepaskan pada proses

184
hidrasi lebih besar dari energi yang dibutuhkan pada proses
dekomposisi senyawa ionik

5) Entalpi Netralisasi standar adalah perubahan entalpi


ketika asam bereaksi dengan basa membentuk air pada
keadaan standar
Contoh :
2NaOH + H2SO4 → Na2SO4 + H2O + 200 kJ

 Kalor reaksi = 200 kJ


 Kalor netralisasi NaOH = kJ

= 100 kJ
 ΔHonetralisasi NaOH = - 100 kJ/mol
 Kalor netralisasi H2SO4 = 200 kJ
ΔHonetralisasi H2SO4 = -200 kJ/mol

D. Penentuan Kalor Reaksi


1) Penentuan Kalor Reaksi secara Kalorimetri
Penentuan kalor reaksi secara kalorimetris merupakan penentuan yang
didasarkan atau diukur dari perubahan suhu larutan dan kalorimeter
dengan prinsip perpindahan kalor, yaitu jumlah kalor yang diberikan sama
dengan jumlah kalor yang diserap. Kalorimeter adalah suatu sistem
terisolasi (tidak ada pertukaran materi maupun energi dengan lingkungan
di luar kalorimeter). Jika dua buah zat atau lebih dicampur menjadi satu
maka zat yang suhunya tinggi akan melepaskan kalor sedangkan zat yang
suhunya rendah akan menerima kalor, sampai tercapai kesetimbangan
termal.

185
Menurut azas Black :
Kalor yang dilepas = kalor yang diterima

Rumus yang digunakan adalah :


q = m x c x T
qkalorimeter = C x T
dengan :
q = jumlah kalor ( J )
m = massa zat ( g )
T = perubahan suhu ( oC atau K )
c = kalor jenis ( J / g.oC ) atau ( J / g. K )
C = kapasitas kalor ( J / oC ) atau ( J / K )

Oleh karena tidak ada kalor yang terbuang ke lingkungan, maka


kalor reaksi = kalor yang diserap / dibebaskan oleh larutan dan
kalorimeter, tetapi tandanya berbeda.
qreaksi = - (qlarutan + qkalorimeter )

Contoh :

186
Misal kita akan mengukur kalor reaksi penetralan 100 ml larutan 0,2 M
KOH dengan 100 ml larutan 0,1 M H2SO4. Masing-masing larutan suhunya
25 oC, dan kapasitas panas calorimeter 80 kalori/ oC, kalor jenis larutan dan
berat jenisnya kita anggap = 1. Misalkan suhu setelah reaksi = 60 oC.
Perhitungan :
Berat larutan = ( 100+100) gram = 200 gram
1. Kalori yang dibutuhkan larutan hingga suunya naik
q = m x c x T
= 200 . 1 . (60-25)
= 7.000 kalori
2. Kalori yang dibutuhkan calorimeter hingga suhunya naik

qkalorimeter = C x T
= 80 . (60-25)
= 2.800 kalori
Maka kalor reaksinya adalah
qreaksi = - (qlarutan + qkalorimeter )
= - (7.000 + 2.800)
= - 9.800 kalori
Maka reaksi atas merupakan reaksi eksotermis dengan melepaskan kalor
sebesar 9.800 kalori.

2) Pengukuran Kalor Reaksi Menggunakan Hukum Hess


Pengukuran perubahan entalpi suatu reaksi kadangkala tidak dapat
ditentukan langsung dengan calorimeter. Untuk mengatasi hal tersebut,
Henry Hess melakukan serangkaian percobaan dan menyimpulkan bahwa
perubahan entalpi suatu reaksi merupakan fungsi keadaan.

187
Artinya : “ perubahan entalpi suatu reaksi hanya tergantung pada keadaan
awal ( zat-zat
zat pereaksi ) dan keadaan akhir ( zat-zat
zat hasil reaksi ) dari
suatu reaksi dan tidak tergantung pada jalannya reaksi.” Pernyataan ini
disebut Hukum Hess, rumus yang dapat dipakai yaitu
ΔHreaksi = ΔH1 + ΔH2 + ΔH3….

Hukum Hess dapat digambarkan secara skematis sebagai berikut :


A B A

ΔH

X
ΔH1 ΔH3
Y
ΔH2
X Y
B
Siklus Energi pembentukan
zat B dari zat A
Diagram Tingkat Energi
pembentukan zat B dari zat A

Keterangan : Zat A (reaktan) dapat diubah langsung menjadi zat B


(produk) dengan perubahan entalpi sebesar ΔH. Tetapi dapat pula dengan
jalan lain, yaitu zat A diubah dulu menjadi zat X dengan perubahan entalpi
entalp
sebesar ΔH1. Zat X diubah menjadi zat Y dengan perubahan entalpi sebesar
ΔH2, dan zat Y diubah menjadi zat B dengan perubahan entalpi sebesar
ΔH3.
Menurut hukum Hess, karena entalpi adalah fungsi keadaan, perubahan
entalpi dari suatu reaksi kimia adalah sama, walaupun langkah-langkah
langkah
yang digunakan untuk memperoleh produk berbeda. Dengan kata lain,
hanya keadaan awal dan akhir yang berpengaruh terhadap perubahan
entalpi, bukan langkah-langkah
langkah yang dilakukan
dilakuka untuk mencapainya.

188
Berdasarkan Hukum Hess, penentuan H dapat dilakukan melalui 3 cara
yaitu :
1). Perubahan entalpi ( H ) suatu reaksi dihitung melalui penjumlahan
dari perubahan entalpi beberapa reaksi yang berhubungan.
2). Perubahan entalpi ( H ) suatu reaksi dihitung berdasarkan selisih
entalpi pembentukan ( Hf o ) antara produk dan reaktan.
3). Perubahan entalpi ( H ) suatu reaksi dihitung berdasarkan data energi
ikatan.

1) Perubahan entalpi ( H ) suatu reaksi dihitung melalui


penjumlahan dari perubahan entalpi beberapa reaksi yang
berhubungan
Caranya adalah dengan melakukan operasi aritmatika pada beberapa
persamaan reaksi yang perubahan entalpinya diketahui. Persamaan-
persamaan reaksi tersebut diatur sedemikian rupa sehingga
penjumlahan semua persamaan akan menghasilkan reaksi yang kita
inginkan. Jika suatu persamaan reaksi dikalikan (atau dibagi) dengan
suatu angka, perubahan entalpinya juga harus dikali (dibagi). Jika
persamaan itu dibalik, maka tanda perubahan entalpi harus dibalik
pula (yaitu menjadi -ΔH).
Contoh
Diketahui :
C(grafit) + O2(g) → CO2(g) Ho = - 393,5 kJ (1)
H2(g) + ½ O2(g) → H2O(l) Ho = - 285,8 kJ (2)
CH4(g) + 2 O2(g) → CO2(g) + 2H2O(l) Ho = - 890,3 kJ (3)

Hitung entalpi standart pada reaksi di bawah ini :


C(grafit) + 2H2(g) → CH4(g)

189
Strategi :
(i) Berdasarkan reaksi di atas, C(grafit) dibutuhkan pada
reaktan. Maka pilihlah reaksi yang memiliki C(grafit)
pada reaktan yaitu reaksi (1).
(ii) H2(g) juga dibutuhkan sebagai reaktan. Maka pilihlah
reaksi yang memiliki H2(g) pada reaktan yaitu reaksi (2).
Karena yang dibutuhkan 2 mol H2(g), maka kalikanlah
reaksi (2) dua kali.
(iii) Berdasarkan reaksi di atas, CH4(g) dibutuhkan pada
produk. Tetapi pada data yang diberikan, hanya ada
CH4(g) sebagai reaktan yaitu pada reaksi (3). Maka,
baliklah reaksi (3), dan baliklah juga tanda harga
Honya.
(iv) Hilangkan senyawa-senyawa yang tidak dibutuhkan
dengan mencoret senyawa-senyawa yang ada di kedua
ruas. Kemudian jumlah nilai Ho. Jumlah Ho ini
merupakan Ho reaksi C(grafit) + 2H2(g) → CH4(g)
Penyelesaian :
(i) C(grafit) + O2(g) → CO2(g) Ho = - 393,5
kJ (1)
(ii) 2H2(g) + O2(g) → 2H2O(l) Ho = 2(-
285,8 kJ) (2) x 2
(iii) CO2(g) + 2H2O(l) → CH4(g) + 2 O2(g) Ho = +
890,3 kJ (3)

(iv) C(grafit) + 2H2(g) → CH4(g) Ho = - 74,8 kJ

190
2) Perubahan entalpi ( H ) suatu reaksi dihitung berdasarkan
selisih entalpi pembentukan ( Hf o ) antara produk dan
reaktan

Cara lain perhitungan entalpi reaksi yaitu berdasarkan entalpi


pembentukan standar( Hof ) zat-zat yang ada pada reaksi tersebut.
Hreaksi = ∑ Hof produk - ∑ Hof reaktan
TABEL ENTALPI PEMBENTUKAN BEBERAPA ZAT
Zat ΔHof ( kJ/mol ) Zat ΔHof ( kJ/mol )
H2(g) 0 C2H4(g) + 52,5
O2(g) 0 CCl4(g) - 96,0
C(s) 0 NH3(g) - 45,9
H2O(g) - 241,8 NO2(g) + 33,2
H2O(l) - 285,8 SO2(g) - 296,8
CO2(g) - 393,5 HCl(g) - 92,3
CO(g) -110,5 NO(g) + 90,3

Contoh Soal :
Dari tabel entalpi pembentukan diatas, tentukan :
a. H reaksi pembakaran C2H4 !
b. Tentukan jumlah kalor yang dibebaskan pada pembakaran 56 g gas C2H4

Jawab
a. Reaksi pembakaran C2H4

C2H4(g) + 3 O2(g)→2CO2(g) + 2H2O(l)

H reaksi = Hof hasil reaksi - Hof pereaksi


= ( 2. Hof CO2 + 2. Hof H2O ) – ( 1. Hof C2H4 + 3. Hof O2)
= ( 2 . -393,5 + 2. -285,8 ) – ( 1. 52,5 + 3. 0 )

191
= -787 – 571,6 + 52,5
= - 1306,1 kJ/mol
b. Jumlah kalor yang dibebaskan 56 g gas C2H4
Mr C2H4 = (2x12) + (4x1) = 28
Mol C2H4 = 56/28 = 2 mol
H pembakaran 2 mol C2H4 = 2 mol x ( -1306,1 kJ/mol )
= -2612,2 kJ
Jadi pada pembakaran 56 gram gas C2H4 dibebaskan kalor sebesar
2612,2 Kj

3) Perubahan entalpi ( H ) suatu reaksi dihitung berdasarkan data


energi ikatan
Energi ikatan didefinisikan sebagai panas reaksi yang dihubungkan dengan
pemecahan ikatan kimia dari molekul gas menjadi bagian-bagian gas.
Terkadang disebut juga entalpi ikatan, nama yang sesungguhnya lebih
tepat.
Energi disosiasi ikatan (B,E) dapat digunakan untuk menghitung panas
reaksi yang dihubungkan dengan

dimana BE adalah energi ikatan per mol ikatan, nj dan ni adalah jumlah
mol ikatan yang pecah atau terbentuk dalam hal reaktan dan produk.
Dalam hal yang sama, data panas reaksi dapat juga digunakan untuk
menghitung energi disosiasi ikatan dari setiap ikatan tertentu, asal saja
data lain dalam persamaan diketahui. Satu hal yang harus diingat bahwa
lingkungan sekeliling atom sangat mempengaruhi energy ikatan dari ikatan
tertentu; oleh karena itu harga yang diperoleh dari persamaan adalah
harga rata-rata atau harga kira-kira.

192
Walaupun energi ikatan adalah untuk molekul dalam fase gas, tetapi harga
kira-kira panas reaksi dapat dihitung dari fase terkondensasi dapat
dikoreksi jika panas penguapan, panas sublimasi dan lain-lain dapat
diikutsertakan.
Suatu reaksi yang H–nya ditentukan dengan menggunakan energi
ikatan, maka atom-atom yang terlibat dalam reaksi harus berwujud gas.
Berdasarkan jenis dan letak atom terhadap atom-atom lain dalam
molekulnya, dikenal 3 jenis energi ikatan yaitu :
1. Energi Atomisasi.
Adalah energi yang diperlukan untuk memutuskan semua ikatan 1 mol
molekul menjadi atom-atom bebas dalam keadaan gas.
Energi atomisasi = jumlah seluruh ikatan atom-atom dalam 1 mol senyawa.
2. Energi Disosiasi Ikatan.
Adalah energi yang diperlukan untuk memutuskan salah 1 ikatan yang
terdapat pada suatu molekul atau senyawa dalam keadaan gas.
3. Energi Ikatan Rata-Rata.
Adalah energi rerata yang diperlukan untuk memutuskan ikatan atom-
atom pada suatu senyawa ( notasinya = D ). Energi ikatan suatu molekul
yang berwujud gas dapat ditentukan dari data entalpi pembentukan
standar (Hf ) dan energi ikat unsur-unsurnya. Prosesnya melalui 2 tahap
yaitu :
o Penguraian senyawa menjadi unsur-unsurnya.
o Pengubahan unsur menjadi atom gas.
Reaksi kimia pada dasarnya terdiri dari 2 proses :
o Pemutusan ikatan pada pereaksi.
o Pembentukan ikatan pada produk reaksi.
Pada proses pemutusan ikatan = memerlukan energi.
Pada proses pembentukan ikatan = membebaskan energi

193
Secara umum dirumuskan :

Δ H o   Energi ikatan pereaksi   Energi ikatan hasil reaksi

Reaksi kimia antarmolekul dapat dianggap berlangsung dalam 2 tahap


yaitu :
I. Pemutusan ikatan pada pereaksi
II.Pembentukan ikatan pada produk
Misalnya, pada reaksi antara gas klorin dengan gas hidrogen membentuk
gas hidrogen klorida dapat digambarkan sebagai berikut :

Sesuai dengan hukum Hess, H reaksi total adalah H tahap-I


tahap + H tahap-
II.
H tahap-I = ∑ Energi ikatan pada pereaksi (yang putus)
H tahap-II = -∑
∑ Energi ikatan pada produk (yang terbentuk).
H reaksi = ∑ Energi ikatan pereaksi yang putus - ∑ Energi ikatan
produk yang terbentuk
= ∑ Eruas kiri - ∑ Eruas kanan

194
TABEL ENERGI IKATAN
Ikatan E (kJ/mol) Ikatan E (kJ/mol)
H-H 436 O=O 498
H-C 415 C
C≡N 891
H-N 390 F
F-F 160
C-C 345 Cl
Cl-Cl 243
C≡C 837 H
H-Cl 432
C-O 350 C=C 611
C=O 741 I
I-I 150
C-Cl 330 N=N 418
O-H 450 C
C-F 485

Penyelesaian :

+1 ½ O=O → O=C=O +2H-O-H


+2H

H reaksi = ∑Epemutusan -∑Epembentukan


∑Epembentukan
= { (3.Ec-H)+( 1.EO-H) +(1.EC-O)+ (1 ½ EO=O)} – {(2.EC=O) +(4.EO-H)}
= {(3.415)+(1.460)+(1.350)+1 ½.498)} –{(2.741)+(4.460)}
{(2.741)+(4.460)}
= 2802-3322
= -520 kJ/mol

195
Latihan Soal
1. Hitung perubahan energy dalam sistem jika :
a. Sistem menyerap panas sebesar 80 kj dan menerima kerja
sebesar 30 kj
Jawab :
b. Sistem membebaskan kalor sebesar 50 kj dan menerima kerja
sebesar 5 kj
Jawab :
2. Apa bedanya reaksi ekstoterm dan reaksi indoterm? Masing-masing
beri 2 contoh!
Jawab :
3. Tuliskan pengertian dari :
a. Kalor pembentukan ialah
b. Kalor penguraian ialah
c. Kalor pembakaran ialah
4. Tuliskan persamaan termo kimianya jika diketahui :
a. H pembentukan NaCl(s) = - 411 kj/mol
b. H pembentukan KClO3(s) = - 391,2 kj/mol
c. H penguraian HBr(g) = +36 kj/mol
d. H penguraian NH4Cl(s) = +314,4 kj/mol
e. H pembakaran CH4(g) = - 808 kj/mol
f. H pembakaran C2H5OH(l) = - 1380 kj/mol
5. Diketahui reaksi : N2(g) + 2O2(g) → 2NO2(g) H = 63 kj
Tentukan :
a. Kalor reaksi
b. Kalor pembakaran N2
c. H pembentukan NO2
d. Kalor pembentukan NO2

196
6. Diketahui reaksi Ca(OH)2+2HCl → CaCl2+2H2O H = - 980 kal
Berapa :
a. Kalor reaksinya
b. Kalor netralisasi Ca(OH)2
c. Kalor netralisasi HCl
d. H netralisasi HCl
7. Jika 50 ml asam sulfat 1 M direaksikan dengan 100 ml natrium
hidoksida 1 M, terjadi kenaikan suhu sebesar 8,6 oC. JIka 25 ml
asam sulfat 1 M direaksikan dengan 125 ml natrium hidroksida 1 M,
terjadi kenaikan suhu, 4,3oC. jika 100 ml asam sulfat 1 M
direaksikan dengan 50 ml natrium hidroksida 1 M, kenaikan suhu
juga 4,3oC. jelaskan :
a. Mengapa kenaikan suhu pada percobaan kedua dan ketiga sama
besarnya?
b. Mengapa kenaikan suhu pada percobaan kedua dan ketiga hanya
separuh percobaan pertama?
8. Diketahui harga Hf zat – zat (kkal) : SO3(g) = - 94,6 , H2O(l) = - 68,3 ,
CH3OH(l) = - 57 , CO2(g) = - 94,1 , SO2(g) = - 70,9 , H2SO4(l) = - 194,5 ,
C2H6(g) = - 20,8 , termasuk reaksi ekstotern atau reaksi endoterm.
a. SO3(g) + H2O(l) → H2SO4(l)
Jawab :
b. CH3OH(l) + 3/2 O2(g) → CO2(g) + 2H2O(l)
Jawab :
c. 2C2H6(g) + 7O2(g) → 4CO2(g) + 6H2O(l)
Jawab :
d. 2SO3(g) → 2SO2(g) + O2(g)
Jawab :

197
9. Diketahui : Hf C2H6(g) = - 85 kj/mol ; HfH2O(l) = -286 kj/mol : Hf
CO2(g) = - 394 kj/mol : H pembakaran CH3OH(g) = - 728 kj/mol
a. Hitung kalor reaksi pembakaran 15 g C2H6 !
Jawab :
b. Hitung kalor pembentukan CH3OH !
Jawab :
10. Diketahui reaksi : C + 2S → CS2 H = +27,55 Kkal
C + O2 → CO2 H = -94,05 Kkal
S + O2 → SO2 H = -70,96 Kkal

Hitung kalor yang dilepaskan jika 19 gram CS2 dibakar menurut


reaksi :
CS2 + 3O2 → CO2 + 2SO2 !
Jawab :
11. Diketahui reaksi : H2O(l) → H2(g) + ½ O2(g) H = +68,3 Kkal
H2(g) + ½ O2(g) → H2O(g) H = -57,8 Kkal
H2O(l) → H2O(s) H = -70,96 Kkal

Hitung perubahan entalpi es menjadi uap air


12. Pada pembakaran 110 gr gas C3H8 dibebaskan kalor sebesar 1318,75
Kkal. Diketahui Hf CO2= - 94 Kkal dan Hf H2O= - 68 Kkal.
Tentukan kalor yang diserap/dibebaskan pada pembentukan 22 g
C3H8!
Jawab :
13. Jika diketahui H2 (g) + Br2 (g) → 2HBr(g) H = -72 kJ, maka untuk
dapat menguraikan 11,2 liter (pada STP) gas HBr menjadi H2 dan
Br2, diperlukan kalor sebanyak…
Jawab :

198
14. Bila diketahui entalpi pembentukan gas C2H4 dan gas C2H6 berturut-
turut adalah +51,8 kJ dan +84,5 kJ, maka besarnya panas yang
dibebaskan reaksi berikut adalah…
C2H4 (g) + H2 (g) → C2H6 (g)
Jawab :
15. Pada pembakaran 64 g CH3OH menjadi CO2 dan H2O dibebaskan
panas sebanyak 350 Kkal. Jika kalor pembakaran C = 94 Kkal dan
kalor pembakaran gas H2 = 68 Kkal. Tentukan kalor pembentukan
CH3OH!
Jawab :
16. Reaksi pemutuasn ikatan O – H pada molekul uap air H2O(g) → 2H(g)
+ O(g) H = 926 kj. Tentukan energy ikatan rata-rata O – H !
Jawab :
17. Diketahui data energy ikatan rata-rata sebagai berikut
H-H = 436 kJ/mol
Cl-Cl = 242 kJ/mol
H-Cl = 431 kJ/mol
Kalor yang diperlukan untuk menguraikan 146 HCl (Mr : 36,5 )
menjadi unsure-unsurnya adalah…
Jawab :
18. Dari data energi ikatan rata-rata berikut ini:
C-H = 414,2 kJ mol-1 ; N-N = 945,6 kJ mol-1
H-H = 436,0 kJ mol-1 ; C-N = 878,6 kJ mol-1
dan kalor sublimasi karbon,
C(s) → C(g) ΔH = 719,7 kJ mol-1
Dapat diperkirakan perubahan entalpi pembentukan standar
hidrogen sianida (HCN) sebesar
19. Diketahui energy ikatan rata-rata (kj/mol) dari :

199
C – H = 413 H – H = 436 C = O = 799
Cl – Cl = 242 O – H = 463 C – C = 347
C – Cl = 328 C ≡ C = 839 C = C = 612
H – Cl = 431 O = O = 495
Tentukan perubahan entalpi reaksi-reaksi berikut

200
Daftar Pustaka

Ghasem, N and Redhousne Henda.(2015). Principles of Chemical


Engineering Processes.Material and Energy Balances, 2nd
Edn., CRC Press Taylor & Francis Group, Boca Raton, FL.
Himmelblau,D.M.(1989). Basic Principles and Calculations in
Chemical Engineering,5th edn., Prentice-Hall, Englewood
Cliff, NJ.
Rulianah, S, dkk.(2012). Modul Ajar Azas Teknik Kimia I.
Politeknik Negeri Malang, Malang
Saripudin, A, dkk, (2009), Praktis Belajar Fisika 2.Pusat
PerbukuanDinas Pendidikan Nasional, Jakarta
https://www.academia.edu/33421346/03-
STOIKIOMETRI.pdf?auto=download

201

Anda mungkin juga menyukai