Anda di halaman 1dari 41

LAPORAN PRAKTIKUM

OPERASI PEMISAHAN BERTINGKAT


MODUL BATCH DISTILLATION

DOSEN PENGAMPU : MEMIK DIAN PUSFITASARI, S.T., M.T.


ASFUL HARIYADI, S.T., M.Eng.
ASISTEN : IKRAM AL FAJRI

Disusun Oleh :
Arlie Salim NIM. 05191007
Dimas Rivaldi Ngabito NIM. 05191014
Pradhitya Dwijati Wibowo NIM. 05191056
Steven Rezky Andreosan NIM. 05191072

PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA


JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI DAN PROSES
INSTITUT TEKNOLOGI KALIMANTAN
BALIKPAPAN
2021
ABSTRAK

Telah dilakukan praktikum Batch Distillation yang bertujuan untuk memisahkan


campuran antara etanol dan air pada kolom packing dengan tiga sistem reflux yaitu total
reflux, constant reflux, dan without reflux. Secara lebih jauh, praktikum ini berfokus pada
kondisi without reflux untuk menerapkan konsep pemisahan campuran biner dengan metode
batch distillation. Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini, yaitu satu set alat
distilasi, heating mantle, gelas Beaker 250 ml, thermometer raksa, satu set pompa air, gelas
ukur 250 ml, pipet, dan labu Erlenmeyer. Dalam praktikum ini, mula-mula disiapkan
campuran etanol dan air dengan komposisi etanol sebesar 50% sehingga diperlukan
pengenceran dari larutan etanol 96% dengan penambahan akuades. Campuran etanol-air
dimasukkan ke dalam labu leher dua yang termasuk dalam rangkaian set distilasi, yang
dimana skala pemanasan heating mantle diatur pada temperatur titik didih dari etanol (78°C).
Lalu, disiapkan labu Erlenmeyer sebagai tempat untuk menampung distilat, yang kemudian
distilat akan diukur massa dan volumenya dan diuji absorbansinya menggunakan UV-Vis
Spektrofotometer. Sampel distilat diambil setiap 15 menit selama 60 menit waktu distilasi.
Dari hasil eksperimen diperoleh bahwa semakin lama waktu distilasi maka konsentrasi dari
distilat akan semakin tinggi sehingga tingkat kemurniannya semakin tinggi.
Kata kunci: Distilasi, Reflux, Distilat

i
DAFTAR ISI

ABSTRAK.................................................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR...............................................................................................................iii
DAFTAR TABEL...................................................................................................................iv
DAFTAR NOTASI...................................................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................1
1.2 Tujuan..........................................................................................................................1
BAB II DASAR TEORI...........................................................................................................2
2.1 Kesetimbangan Uap Cair.............................................................................................2
2.2 Distilasi........................................................................................................................3
2.3 Relative Volatility........................................................................................................3
2.4 Reflux Ratio.................................................................................................................4
2.5 Batch Distillation.........................................................................................................4
2.6 Rayleigh Equation.......................................................................................................5
BAB III METODE PENGAMBILAN DATA.......................................................................7
3.1 Alat dan Bahan............................................................................................................7
3.2 Alat Eksperimen..........................................................................................................7
3.3 Variabel Eksperimen...................................................................................................9
3.4 Prosedur Kerja Eksperimen.........................................................................................9
3.5 Diagram Alir Eksperimen..........................................................................................10
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN................................................................................13
4.1 Hasil Data..................................................................................................................13
4.2 Pembahasan...............................................................................................................14
BAB V PENUTUP..................................................................................................................20
5.1 Kesimpulan................................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................21
LAMPIRAN............................................................................................................................22

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Diagram Temperatur-Komposisi.........................................................................2


Gambar 2. 2 Diagram Komposisi Vapor - Komposisi Liquid..................................................3
Gambar 2. 3 Kolom Distilasi Batch..........................................................................................5

iii
DAFTAR TABEL

iv
DAFTAR NOTASI

Notasi Keterangan Satuan


P Tekanan atm
P Tekanan kPa
Pisat Tekanan saturasi kPa
T Temperatur °C
T Temperatur K
x Komposisi liquid -
y Komposisi vapor -
R Reflux ratio -
L Jumlah liquid kg
V Jumlah vapor kg
D Jumlah distilat kg
τ Parameter biner c -
G Gibbs free energy -
γ Koefisien aktivitas -
α Relative volatility -
f Fugasitas kPa
φ Koefisien fugasitas -
% mol Persen mol eksperimen %
% mol* Persen mol teoritis %
V Volume ml
C Konsentrasi -
m Massa g
n Mol mol
Mr Massa molekul relatif g/mol

v
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Distilasi atau penyulingan adalah suatu metode pemisahan senyawa kimia di dalam
campuran biner ataupun multikomponen berdasarkan perbedaan titik didihnya atau
kemampuan bahan tersebut untuk menguap (volatilitas). Dalam penyulingan, campuran zat
akan dipanaskan sesuai titik didih dari komponen yang memiliki boiling point yang lebih
rendah. Hal ini dikarenakan pada umumnya komponen dengan titik didih lebih rendah akan
lebih dahulu menguap menjadi uap.
Distilasi merupakan salah satu unit operasi yang menggunakan prinsip perpindahan
massa. Secara proses, campuran liquid yang masuk ke dalam kolom distilasi akan mengalami
kesetimbangan uap cair. Hal ini menyebabkan komponen yang titik didihnya lebih rendah
akan berpindah ke fase uap. Sebaliknya, komponen yang titik didihnya lebih tinggi akan
berpindah ke fase liquid. Oleh karena itu, semakin besar perbedaan titik didih antar
komponen, maka semakin baik proses distilasi tersebut karena distilat yang diperoleh akan
semakin murni.
Distilasi terdiri dari banyak jenis, salah satunya adalah batch distillation. Berbeda
dengan distilasi kolom, batch distillation memiliki perbedaan dimana komponen dalam
campurannya tidak dipisahkan secara langsung. Pada batch distillation, umpan akan
dimasukkan bejana yang akan didistilasi untuk menghasilkan produk berupa distilat. Umpan
yang tidak menguap di dalam bejana akan menjadi residu.
Untuk mengetahui dan mempelajari serta mengaplikasikan prinsip pemisahan dari
batch distillation secara lebih lanjut, maka dilakukan praktikum dengan judul Batch
Distillation.

1.2 Tujuan
Adapun tujuan yang dilakukan pada praktikum Batch Distillation adalah sebagai
berikut.
1. Membandingkan nilai persen mol distilat dari hasil eksperimen dengan persen mol
distilat secara teoritis.
2. Menganalisis pengaruh relative volatility terhadap konsentrasi pada distilat
3. Menganalisis pengaruh waktu distilasi terhadap konsentrasi pada distilat

1
4. Membandingkan nilai konsentrasi pada distilat dalam kondisi without reflux dengan
constant reflux.
BAB II
DASAR TEORI

2.1 Kesetimbangan Uap Cair


Kesetimbangan uap cair mendeskripsikan distribusi senyawa kimia antara fase vapor
dan fase liquid dalam kesetimbangan. Komposisi vapor dalam kesetimbangan dengan
komposisi liquid yang telah diketahui, dapat ditentukan secara eksperimental menggunakan
still kesetimbangan. Pada Gambar 2.1 ditunjukkan hasilnya dalam bentuk diagram
temperatur-komposisi. Pada Gambar 2.1a menunjukkan kasus normal, dimana kurva ABC
menunjukkan komposisi liquid yang mendidih pada temperature tertentu, dan kurva ADC
menunjukkan komposisi vapor yang berkorespon dengan kompososi liquid pada temperatur
tersebut. Komposisi liquid x1 akan mendidih pada temperatur T1, dan kompoisisi vapor dalam
kesetimbangan ditunjukkan dengan titik D dengan komposisi y1. Pada Gambar 2.1b dan
Gambar 2.1c, terdapat titik kritikal xg, dimana komposisi vapor sama dengan komposisi
liquid. Sifat campuran kritikal ini dinamakan azeotropes (Richardson, 2002).

Gambar 2. 1 Diagram Temperatur-Komposisi


Untuk kepentingan distilasi, lebih baik menggunakan plot y terhadap x pada tekanan
konstan, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.2. Perlu diketahui bahwa untuk setiap titik
pada Gambar 2.2, temperaturnya bervariasi (Richardson, 2002).

2
Gambar 2. 2 Diagram Komposisi Vapor - Komposisi Liquid
2.2 Distilasi
Distilasi atau penyulingan adalah sebuah proses pemisahan suatu campuran bahan
kimia menjadi komponen-komponen penyusun campuran tersebut berdasarkan perbedaan
kemudahan menguap dari tiap-tiap komponen. Penyulingan adalah perubahan bahan dari
bentuk cair ke bentuk gas melalui proses pemanasan cairan tersebut, dan kemudian
mendinginkan gas hasil pemanasan untuk selanjutnya mengumpulkan tetesan cairan yang
mengembun (Adami, 2017). Distilasi memiliki beberapa jenis yang didesain dengan tujuan
spesifik dari dilakukannya pemisahan. Salah satu dari klasifikasi jenis distilasi adalah
berdasarkan operasi dari kolom distilasi, dimana terdapat dua jenis, yaitu distilasi batch dan
distilasi kontinyu.
Dalam teknik, kolom distilasi harus dirancang dengan kapasitas yang lebih besar
daripada jenis alat pemrosesan lainnya. Desainer dalam merancang kolom distilasi perlu
mencapai kualitas produk yang diinginkan dengan biaya yang minimum dan juga
menyediakan kemurnian produk yang konstan (Richardson, 2002).
Jenis kolom distilasi terbagi menjadi dua, yaitu trayed column dan packed column.
Trayed column adalah kolom pemisah yang berupa silinder tegak yang terdiri dari stage-
stage yang dipisahkan oleh trays dimana vapor dan liquid mengalir secara counter current
berkontak pada trays. Packed column adalah kolom pemisah silinder tegak yang berisikan
sejumlah kumpulan packing yang digunakan sebagai alat kontak vapor dan liquid (Seader,
2016).

2.3 Relative Volatility


Relative volatility adalah ukuran kemudahan dari komponen-komponen dalam
campuran untuk dipisahkan. Jika relative volatility bernilai 1, menunjukkan bahwa
komponen-komponen dalam campuran memiliki volatilitas yang sama, sehingga pemisahan

3
tidak dapat dilakukan. Semakin besar nilai relative volatility dari 1, maka semakin mudah
komponen-komponen dalam campuran untuk dipisahkan (Richardson, 2002).
Untuk kesetimbangan uap cair, fugasitas parsial untuk masing-masing komponen
dapat dituliskan sebagai berikut.
f vi =f li………………….….….……………. (2.1)
dimana untuk campuran liquid non-ideal, yaitu φil = Pisat/P dan φiv = 1, sehingga
f li=φ li x i P γ i………………………………...… (2.2)
f vi =φ vi y i P……………………………………. (2.3)
lalu Persamaan 2.2 dan Persamaan 2.3 disubstitusikan ke dalam Persamaan 2.1, sehingga
φ vi y i P=φ li x i P γ i………………..….…………….. (2.4)
x i φ li P γ i
= ……………………...…..………….. (2.5)
y i φvi P

Psat
i γi
K i= …………………….………………. (2.6)
P
Untuk kalkulasi stage kesetimbangan, relative volatility (αij) antara komponen i dan j
dituliskan sebagai berikut.
Ki
α ij = ……………………...……………….. (2.7)
Kj
(Seader, 2016)

2.4 Reflux Ratio


Reflux adalah sebuah metode yang mengembalikan hasil kondensasi dari vapor ke
kolom distilasi untuk dimurnikan lebih lanjut. Reflux ratio adalah rasio antara jumlah liquid
hasil kondensasi yang kembali dari kondensor terhadap jumlah total distilat. Jika semua
liquid dikembalikan, maka operasi bekerja dalam kondisi total reflux, dimana jumlah tray
yang dibutuhkan pada kondisi total reflux hanya sedikit. Selain itu, terdapat kondisi minimum
reflux yang merupakan kondisi dimana reflux ratio akan membutuhkan jumlah tray sebanyak
tak hingga untuk melakukan pemisahan yang diinginkan (Geankoplis, 1993).

2.5 Batch Distillation


Distilasi batch adalah proses distilasi yang dilakukan hanya dalam satu kali proses,
umumnya digunakan pada bahan kimia khusus, industri biokimia, dan farmasi. Distilasi
batch adalah proses pemisahan tertua dan yang paling banyak digunakan unit operasi dalam

4
industri batch. Distilasi batch sangat lebih baik daripada distilasi kontinyu ketika bahan kimia
yang akan dipisahkan bervolume sangat rendah.
Pada distilasi batch, umpan mula-mula diisi ke dalam reboiler yang kemudian akan
dipanaskan seperti yang terlihat pada Gambar 2.3. Setelah operasi total reflux, distilat
diambil secara kontinyu, sementara residu berada di bottom dengan komponen bertemperatur
lebih tinggi yang terkonsentrasi membuat proses ini merupakan proses yang bervariasi
terhadap waktu (Ki-Joo, 2006).

Gambar 2. 3 Kolom Distilasi Batch


2.6 Rayleigh Equation
Analisa dari distilasi sederhana ditemukan oleh Rayleigh pada tahun 1902, pekerjaan
teoritis paling awal pada distilasi batch. Distilasi sederhana yang dikenal juga sebagai
distilasi Rayleigh atau distilasi diferensial adalah contoh dari distilasi batch yang paling
dasar.
Tinjau n0 sebagai umpan awal di bejana (mol) dan x2 sebagai fraksi mol dari
komponen yang lebih volatil (A) di dalam umpan. Tinjau n sebagai sisa atau residu yang
tertinggal di bejana, x1 sebagai fraksi mol komponen A di dalam bejana, dan y sebagai fraksi
mol komponen A dalam fase vapor. Diferensiasi neraca massa untuk komponen A dapat
dituliskan sebagai berikut.
x1
dn dx
∫ n =∫ y−x …………………..…………….. (2.8)
x 2

x1
n0 dx
ln [ ]
n ∫
=
x
y−x
2
………………………………… (2.9)

Untuk sistem yang mengikuti sifat dari perilaku ideal oleh hukum Raoult, hukum
kesetimbangan antara komposisi vapor y dan komposisi liquid x dari komponen yang lebih

5
volatil (A) dalam campuran biner dapat diaproksimasikan dengan menggunakan konsep
relative volatility (α) sebagai berikut.
αx
y= ………………………...………. (2.10)
1+ ( α −1 ) x
substitusikan Persamaan 2.10 ke Persamaan 2.9 menjadi

n1 x 1−x 2
ln
[ ]=
1
n2 α −1 [ ( ) ( )]
ln 1 + α ln
x2 1− x1
………..…..…….. (2.11)

Walaupun analisis dari distilasi batch merepresentasikan mulainya teoritis dari


penelitian distilasi batch, tetapi pemisahan menggunakan proses ini tidak mungkin dilakukan
kecuali relative volatility dari campuran bernilai tak hingga.

(Ki-Joo, 2006)

6
BAB III
METODE PENGAMBILAN DATA

3.1 Alat dan Bahan


Adapun alat dan bahan yang digunakan pada praktikum Batch Distillation adalah
sebagai berikut.
3.1.1 Alat
Adapun alat yang digunakan pada praktikum Batch Distillation adalah sebagai
berikut.
1. Gelas ukur 250 ml 13. Klem holder (2 buah)
2. Gelas beaker 200 dan 250 ml (2 buah) 14. Klem klep (2 buah)
3. Labu Erlenmeyer 250 ml (2 buah) 15. Proof rubber
4. Corong kaca 75 mm 16. Statif
5. Pipet tetes 17. Botol pencuci 250 ml
6. Pipet ukur 5 ml 18. Selang
7. Propipet (karet penghisap) 19. Pompa
8. Termometer raksa 100°C 20. Neraca analitik
9. Labu leher dua 500 ml 21. Heating mantle
10 Vigreux column UV-Vis Spektrofotometer
22.
.
11 Clevenger apparatus Stopwatch
23.
.
12 Kondensor alihn
.

3.1.2 Bahan
Adapun bahan yang digunakan pada praktikum Batch Distillation adalah sebagai
berikut.
1. Etanol 96% (V = 167 ml)
2. Akuades (V = 400 ml)

3.2 Alat Eksperimen


Adapun sketsa dan foto alat eksperimen yang digunakan pada praktikum Batch
Distillation adalah sebagai berikut.

7
Gambar 3. 1 Skema Alat Eskperimen

Gambar 3. 2 Rangkaian Alat Eksperimen

8
3.3 Variabel Eksperimen
Adapun variabel eksperimen yang digunakan pada praktikum Batch Distillation
adalah sebagai berikut.
1. Konsentrasi umpan : 50% mol larutan etanol
2. Volume umpan : 300 ml
3. Rasio refluks : without reflux
4. Waktu distilasi : 60 menit
5. Periode sampling : 15 menit

3.4 Prosedur Kerja Eksperimen


Adapun prosedur kerja eksperimen pada praktikum Batch Distillation adalah, yaitu
disiapkan alat dan bahan eksperimen. Kemudian, alat eksperimen disusun sesuai dengan
skema rangkaian alat. Larutan umpan berupa campuran etanol-akuades diencerkan sebanyak
300 ml dengan konsentrasi 50% mol etanol. Larutan tersebut dimasukkan ke dalam labu leher
dua. Air pendingin dialirkan ke dalam kondensor dengan menggunakan pompa. Di sisi lain,
heating mantle dinyalakan dan diatur temperaturnya dengan skala pemanasan 80-90°C.
Kemudian, bukaan keran pada keluaran distilat diatur sesuai dengan variabel rasio refluks
(untuk without reflux, maka keran dibuka penuh). Distilat yang keluar dari keran ditampung
dengan labu Erlenmeyer sembari stopwatch dinyalakan pada tetesan pertama hingga 15 menit
untuk satu periode samping. Temperatur larutan yang terukur pada termometer dicatat.
Setiap satu periode sampling (15 menit), distilat yang keluar diukur massa dan
volumenya. Labu Erlenmeyer periode pertama diganti dengan labu Erlenmeyer lainnya.
Sampel distilat diuji kemurniannya dengan alat instrument UV-Vis Spektrofotometri untuk
diukur nilai absorbansinya. Selanjutnya, langkah kerja dari pengukuran massa dan volume
distilat diulang kembali untuk setiap 15 menit periode sampling. Setelah distilasi selesai,
heating mantle dimatikan dan didiamkan hingga temperature dari alat turun secara perlahan.
Kemudian, sisa residu diukur massa dan volumenya serta diuji tingkat kemurniannya.
Terakhir, setelah eksperimen selesai, seluruh rangkaian alat dirapikan dan dibersihkan.

9
3.5 Diagram Alir Eksperimen
Adapun diagram alir eksperimen pada praktikum Batch Distillation adalah sebagai
berikut.

Mulai

Alat dan bahan disiapkan

Alat eksperimen disusun sesuai dengan skema rangkaian alat

Larutan umpan berupa campuran etanol-aquadest sebanyak 300 ml


yang telah diencerkan menjadi 50% mol etanol, dimasukkan ke
dalam labu distilasi

Air pendingin dialirkan ke dalam


kondensor dengan menggunakan pompa

Heating manthel dinyalakan dan diatur suhunya dengan skala


pemanasan 80°C – 90°C

Di samping itu, bukaan pada keluaran distilat juga diatur sesuai


dengan variabel rasio reflux (bukaan penuh, untuk non-reflux) dan
ditampung dengan labu erlenmeyer

10
A

Stopwatch dijalankan saat tetesan pertama pada keluaran distilat

Suhu larutan pada labu distilasi dicatat

Setiap periode sampling (15 menit),


sample dari yang telah keluar dari
distilat diukur dan dicatat massa beserta
volumenya

Labu erlenmeyer yang telah diisi dengan keluaran distilat diganti


dengan labu erlenmeyer yang lain

Sample diuji kemurniannya dengan instrumen uv-vis


spectrophotometer

Dicatat nilai absorbansi dari larutan


tersebut

Langkah “8” sampai dengan “12” diulangi sebanyak 3 kali (hingga


total waktu sampling 60 menit atau total percobaan sampling 4 kali).

11
B

Heating manthel dimatikan dan didiamkan hingga suhu dari


rangkaian alat mencapai suhu ruang

Massa dan volume residu dicatat dan


dilakukan uji kemurnian dengan
instrumen uv-vis spectophotometer serta
dicatat nilai absorbansi-nya

Setelah percobaan selesai, seluruh rangkaian alat dirapikan,


dibersihkan, dan dikembalikan

Selesai

Gambar 3. 3 Diagram Alir Eksperimen

12
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Data


Adapun hasil data yang diperoleh dari praktikum Batch Distillation adalah sebagai
berikut.
4.1.1 Kondisi Operasi
Adapun data kondisi operasi dari praktikum Batch Distillation disajikan pada tabel
sebagai berikut.
Tabel 4. 1 Data Kondisi Operasi

Suhu Operasi (°C) Tekanan Operasi (atm)

83.5 1

4.1.2 Data Literatur


Adapun data literatur dari praktikum Batch Distillation disajikan pada tabel sebagai
berikut.
Tabel 4. 2 Data Literatur

Bahan Berat Molekul (g/mol) Titik Didih (°C) Tekanan Uap (kPa)

Etanol 46.07 78.5 101.325

Air 18.02 100 53.409

4.1.3 Data Eksperimen


Adapun data eksperimen yang diperoleh dari praktikum Batch Distillation disajikan
pada tabel sebagai berikut.
Rasio refluks : without reflux
Tabel 4. 3 Data Umpan dan Rasio Refluks

Konsentrasi Volume
Rasio
Umpan Umpan
Refluks
(% mol) (ml)

50% 300 0.21

13
Tabel 4. 4 Data Eksperimen

Periode Suhu Labu Distilat Residu Akhir


α
Samplin Distilasi
g (menit) EtOH/Water
(°C) gr % mol % mol* gr % mol % mol*

15 2.3789 78 31 11.719 14.824

30 2.3696 80 31 13.422 16.924

45 2.3564 84 20.7 14.273 16.835

60 2.2591 92 20 52.588 58.590 145.6 186.266 131.676


*) % mol dengan menggunakan Rayleigh equation

4.2 Pembahasan
Berdasarkan praktikum Batch Distillation yang telah dilakukan, data eksperimen yang
disajikan pada Tabel 4.4 yang diperoleh akan diplot pada grafik dan histogram berdasarkan
beberapa hubungan tertentu. Berikut pembahasan lebih rinci untuk setiap hubungan dari data
pada praktikum kali ini.
4.2.1 Perbandingan Persen Mol Eksperimen dengan Persen Mol Teoritis
Berdasarkan data persen mol eksperimen (% mol) dan persen mol teoritis (% mol*)
distilat yang disajikan pada Tabel 4.4, dapat diplot pada hsitogram yang tertera pada
Gambar 4.1. Histogram ini menunjukkan perbandingan antara persen mol eksperimen (%
mol) distilat yang diperoleh dari eksperimen dan persen mol teoritis (% mol*) distilat yang
diperoleh dari perhitungan menggunakan persamaan Rayleigh.

Perbandingan % Mol Eksperimen dengan % Mol Teoritis


100
90
80
70
% Mol Distilat

58.590
60 52.588
50
40
30
20 11.71914.824 13.42216.924 14.27316.835
10
0
15 30 45 60
Periode Sampling (menit)

% mol Eksperimen % mol Teoritis

Gambar 4. 1 Perbandingan % Mol Eksperimen dengan % Mol Teoritis

14
Berdasarkan histogram yang tertera pada Gambar 4.1, diplot nilai persen mol
eksperimen (% mol) distilat yang diperoleh dari eksperimen batch distillation dan nilai
persen mol teoritis (% mol*) distilat yang diperoleh dari perhitungan dengan menggunakan
Rayleigh equation untuk tiap periode sampling. Dari grafik ditunjukkan bahwa nilai persen
mol eksperimen (% mol) semakin meningkat seiring dengan meningkatnya waktu dari
periode sampling. Hal ini juga berlaku sama dengan nilai persen mol teoritis (% mol*) yang
semakin meningkat seiring dengan meningkatnya waktu dari periode sampling. Hal ini
berlaku demikian karena semakin lama periode sampling dari proses distilasi, maka semakin
banyak konsentrasi mol dari komponen volatil (etanol) yang diperoleh di dalam distilat. Hal
ini sesuai dengan kutipan dari Aminudin pada tahun 2019 yang menyatakan bahwa semkain
lama proses distilasi, konsentrasi etanol akan semakin besar pada overhead product karena
titik didih etanol yang lebih rendah daripada air, sehingga etanol akan menguap terlebih
dahulu.
Apabila nilai persen mol eksperimen (% mol) dibandingkan dengan nilai persen mol
teoritis (% mol*), dapat ditinjau bahwa nilai persen mol eksperimen (% mol) dari tiap periode
sampling lebih kecil dari atau mendekati nilai persen mol teoritis (% mol*). Aproksimasi dari
nilai persen mol eksperimen (% mol) yang tidak seakurat nilai persen mol teoritis (% mol*)
ini dapat disebabkan beberapa faktor teknis. Pertama, faktor volatilitas etanol yang sangat
tinggi di ruang terbuka, sehingga terdapat sebagian etanol di dalam distilat yang menguap
selama proses pengukuran atau pemindahan distilat antar wadah. Kedua, faktor etanol yang
belum menguap seluruhnya dan masih terkonsentrasi di dalam residu setelah proses distilasi.
Hal ini dikarenakan selama proses distilasi, nilai skala pemanasan pada heating mantle saat
periode sampling ketiga diturunkan untuk mencegah kenaikan suhu yang drastis ke titik didih
air.

4.2.2 Pengaruh Relative Volatility Terhadap Konsentrasi Distilat


Berdasarkan data relative volatility (α EtOh/Water ) dan konsentrasi distilat (% mol) yang
disajikan pada Tabel 4.4, dapat diplot pada grafik yang tertera pada Gambar 4.2. Grafik ini
menunjukkan pengaruh relative volatility (α ) terhadap konsentrasi distilat (% mol)
EtOh/Water

yang diperoleh dari eksperimen batch distillation.

15
Pengaruh Relative Volatility Terhadap Konsentrasi Distilat
100
90
80
70
% Mol Distilat

60
50
40
30
20
10
0
2.24 2.28 2.32 2.36 2.40
Relative Volatility

α EtOH/Water

Gambar 4. 2 Pengaruh Relative Volatility Terhadap Konsentrasi Distilat


Berdasarkan grafik yang tertera pada Gambar 4.2, diplot nilai relative volatility (α
EtOH/Water) yang diperoleh dari perhitungan menggunakan Persamaan 2.7 dan nilai konsentrasi
distilat (% mol) yang diperoleh dari eksperimen batch distillation untuk tiap periode
sampling. Dari grafik ditunjukkan bahwa nilai relative volatility etanol-air (α ) untuk
EtOH/Water

tiap periode sampling di atas nilai 1. Hal ini menyatakan bahwa komponen etanol dan air
memiliki volatilitas yang berbeda sehingga dapat dilakukan proses pemisahan (Seader, 2016).
Selain itu, dapat ditinjau bahwa semakin tinggi nilai konsentrasi distilat (% mol),
maka semakin tinggi nilai relative volatility etanol-air (α ). Hal ini dijelaskan dengan
EtOH/Water

meninjau hubungan antara lama waktu distilasi dengan konsentrasi distilat (% mol) yang
diperoleh, dimana semakin lama waktu distilasi, maka konsentrasi distilat (% mol) yang
diperoleh semakin tinggi. Hubungan nilai konsentrasi yang semakin tinggi dapat ditinjau
hubungannya dengan nilai relative volatility (α EtOH/Water ) yang menunjukkan kemampuan
menguapnya suatu komponen volatil di dalam campuran liquid biner. Semakin tinggi nilai
relative volatility (α ), maka semakin mudah menguap komponen volatil yang
EtOH/Water

menyebabkan semakin banyak konsentasi distilat (% mol) yang diperoleh, dimana tingkat
purity (kemurnian) yang diperoleh di dalam distilat semakin tinggi (Seader, 2016).
Dapat dilihat pada grafik, untuk periode sampling menit ke-15, nilai relative volatility
(α EtOH/Water ) paling rendah karena komponen volatil masih sedikit yang menguap, sehingga
konsentrasi distilat (% mol) yang diperoleh masih sedikit (tingkat kemurniannya masih
rendah). Sebaliknya, untuk periode sampling menit ke-60, nilai relative volatility (α )
EtOH/Water

16
paling tinggi karena komponen volatil semakin banyak yang menguap, sehingga konsentrasi
distilat (% mol) yang diperoleh sangat banyak (tingkat kemurniannya sangat tinggi).

4.2.3 Pengaruh Waktu Distilasi Terhadap Konsentrasi Distilat


Berdasarkan data waktu distilasi (periode sampling) dan konsentrasi distilat (% mol)
yang disajikan pada Tabel 4.4, dapat diplot pada grafik yang tertera pada Gambar 4.3.
Grafik ini menunjukkan pengaruh waktu distilasi (periode sampling) terhadap konsentrasi
distilat (% mol) yang diperoleh dari eksperimen batch distillation.

Pengaruh Waktu Distilasi Terhadap Konsentrasi Distilat


100
90
80
70
% Mol Distilat

60
50
40
30
20
10
0
0 15 30 45 60 75
Waktu Distilasi (menit)

% mol Distilat

Gambar 4. 3 Pengaruh Waktu Distilat Terhadap Konsentrasi Distilat


Berdasarkan grafik yang tertera pada Gambar 4.3, diplot nilai waktu distilasi (menit)
dan nilai konsentrasi distilat (% mol) yang diperoleh dari eksperimen batch distillation untuk
tiap periode sampling. Dari grafik ditunjukkan bahwa nilai konsentrasi distilat (% mol)
semakin meningkat seiring dengan semakin lama waktu dari proses distilasi. Hal ini dapat
dijelaskan dengan meninjau data temperatur (T) labu distilasi yang disajikan pada Tabel 4.4.
Pada Tabel 4.4, nilai temperatur (T) semakin meningkat seiring dengan lama waktu
proses distilasi. Hal ini menyebabkan labu distilasi pada tiap periode sampling semakin
panas, sehingga semakin banyak energi yang diperoleh untuk menguapkan etanol menjadi
vapor dan keluar sebagai distilat. Dengan demikian, semakin lama waktu distilasi, semakin
banyak konsentrasi distilat (% mol) yang diperoleh karena energi panas dari kenaikan
temperatur (T) yang digunakan untuk menguapkan etanol semakin banyak (Elldirderi, 2014).
Apabila ditinjau pada periode sampling keempat, nilai konsentrasi distilat (% mol)
meningkat secara drastis. Hal ini terjadi karena pada menit ke-60, terjadi kenaikan temperatur

17
(T) yang sangat drastis dari 84°C menjadi 92°C. Gradien temperatur yang tinggi ini
memberikan lonjakan energi panas yang besar, sehingga semakin banyak etanol yang dapat
diuapkan dari labu distilasi. Oleh karena itu, nilai konsentrasi distilat (% mol) mengalami
lonjakan yang sangat tinggi.

4.2.4 Perbandingan Antara Konsentrasi Distilat pada Without Reflux dengan Constant
Reflux
Berdasarkan data konsentrasi distilat (% mol) pada without reflux dan data
konsentrasi distilat (% mol) pada (constant reflux) yang disajikan pada Tabel 4.4, dapat
diplot pada histogram yang tertera pada Gambar 4.4. Histogram ini menunjukkan
perbandingan antara konsentrasi distilat (% mol) pada without reflux dengan konsentrasi
distilat (% mol) pada constant reflux yang diperoleh dari eksperimen pada batch distillation.

Perbandingan Antara Konsentrasi Distilat pada Without Reflux


dengan Constant Reflux
100
90
80 74.726
70 62.806
% Mol Distilat

60 52.588
48.331
50
40
30
20 11.719 13.422 14.273 10.867
10
0
15 30 45 60
Periode Sampling (menit)

% mol Without Reflux % mol Constant Reflux

Gambar 4. 4 Perbandingan Antara Konsentrasi Distilat pada Without Reflux dengan


Constant Reflux

Berdasarkan histogram yang tertera pada Gambar 4.4, diplot nilai konsentrasi distilat
(% mol) pada kondisi without reflux dan nilai konsentrasi distilat (% mol) pada kondisi
constant reflux yang diperoleh dari eksperimen batch distillation untuk tiap periode sampling.
Dari grafik ditunjukkan bahwa nilai konsentrasi distilat (% mol) pada kondisi without reflux
mengalami peningkatan secara simultan. Berbeda dengan nilai konsentrasi distilat (% mol)
pada kondisi constant reflux yang mengalami peningkatan lalu penurunan.

18
Peningkatan simultan konsentrasi distilat (% mol) pada kondisi without reflux
disebabkan oleh beberapa faktor. Pertama, disebabkan oleh kondisi without reflux dimana
tidak ada liquid yang dikembalikan ke dalam labu distilasi, sehingga nilai reflux ratio-nya
kecil, dimana semakin tinggi nilai reflux ratio, maka semakin tinggi tingkat purity
(kemurnian) distilat yang diperoleh.
Karena nilai reflux ratio yang rendah, maka konsentrasi distilat (%) yang diperoleh
pada awal periode sampling sangat sedikit sehingga tingkat kemurnian awal yang sangat
rendah. Peningkatan nilai konsentrasi distilat (% mol) dapat terjadi karena pengaruh faktor
kedua, yaitu kenaikan temperatur (T) pada labu distilasi secara simultan yang menyebabkan
konsentrasi distilat (% mol) meningkat secara perlahan menyesuaikan dengan gradien
temperatur (T).
Untuk kondisi constant reflux, nilai reflux ratio adalah konstan yang dapat dihitung
dari perbandingan jumlah liquid yang kembali terhadap total distilat. Karena nilai reflux ratio
yang konstan, maka terdapat liquid yang dikembalikan ke dalam labu distilasi. Nilai reflux
ratio yang konstan menyebabkan tingkat kemurnian awal yang sangat tinggi, sehingga
konsentrasi distilat (% mol) pada awal periode sampling banyak diperoleh. Hal ini
menyebabkan sisa komposisi etanol di labu distilasi lebih sedikit karena sebagian besar telah
dipisahkan pada periode sampling sebelumnya. Oleh karena itu, nilai konsentrasi distilat (%
mol) mengalami penurunan pada periode sampling ketiga dan keempat.
Selain itu, kondisi operasi temperatur (T) pada constant reflux mengalami kenaikan
dan penurunan pada skala pemanasan heating mantle untuk mencegah kenaikan temperature
(T) mencapai titik didih air. Hal ini menyebabkan lonjakan energi panas yang naik turun,
sehingga proses penguapan etanol menjadi vapor menjadi tidak stabil.

19
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang diperoleh dari praktikum Bacth Distillation adalah sebagai
berikut.
1. Nilai persen mol eksperimen (% mol) distilat bernilai lebih kecil atau mendekati nilai
persen mol teoritis (% mol*) dimana aproksimasi yang kurang akurat ini disebabkan
oleh beberapa faktor teknis, yaitu menguapnya etanol pada ruang terbuka dan
komposisi etanol yang masih tersisa di residu.
2. Nilai relative volatility (α ) semakin meningkat seiring dengan meningkatnya
EtOH/Water

konsentrasi distilat (% mol) karena semakin banyak etanol yang menguap dan keluar
sebagai distilat karena kenaikan temperatur terhadap waktu distilasi, sehingga tingkat
kemurniannya semakin tinggi.
3. Semakin lama waktu distilasi, maka semakin banyak konsentrasi distilat (% mol)
yang diperoleh karena pasokan energi panas dari kenaikan temperatur terhadap waktu
distilasi yang akan digunakan untuk menguapkan etanol semakin banyak.
4. Kondisi without reflux memiliki nilai reflux ratio yang kecil, sehingga konsentrasi
distilat (% mol) pada awal periode sampling sangat kecil dan akan meningkat
perlahan seiring waktu distilasi. Sedangkan, kondisi constant reflux memiliki nilai
reflux ratio yang konstan, sehingga konsentrasi distilat (% mol) pada awal periode
sampling berjumlah besar sampai pada periode tertentu dan akan menurun seiring
waktu distilasi.

20
DAFTAR PUSTAKA

Adani, S.I., dan Pujiastuti, Y.A. (2017). Pengaruh Suhu dan Waktu Operasi pada Proses
Destilasi untuk Pengolahan Aquades.
Aminudin, A., Nisa, N.I.F. (2019). Pengaruh Waktu Distilasi Etanol-Air Terhadap
Konsentrasi Overhead Product dan Bottom Product. CHHESA: Chemical
Engineering Research Articles, 2(1).
Elldirderi, M.A. (2014). The Separation of Binary Water/Etanol Solution via a Continous
Feed Distillation Coloumn as a Function of Feed Stage Location and Reflux Ratio.
Journal of Science and Research International (IJSR), 4(12), 807-812.
Geankoplis, Christie Jhon. (1993). Transport Processes and Separation Process Principles
(3rd ed.). USA: Pearson Education, inc.
Kim, Ki-Joo and Diwekar, U. (2006). Batch Processes by Ekaterini Korovessi and Andreas
A. Linninger (Editor): Batch Distillatiom. Florida: CRC Press.
Mc Cabe, W., Smith, J.C., and Harriot, P. (1993). Unit Operation of Chemical Engineering.
USA: Mc Graw Hill Book, Co.
Richardson, J. F., Harker, J. H., and Backhurst, J. H. (2002). Coulson and Richardson's
Chemical Engineering Volume 2 (5th ed.). Oxford: Butterworth-Heineman.
Seader, J.D., Henley, E.J. and Roper, D.K. (2016). Separation Process Principles with
Applications Using Process Simulators (4 th ed.). USA: John Wiley % Sons, inc.
Smith, J.M. Van Ness, H.C., et al. (2018). Introduction to Chemical Engineering
Thermodynamics (8th ed.). New York: Mc Graw Hill Education.

21
LAMPIRAN

1. Hasil Pengolahan Data


Adapun hasil pengolahan data yang diperoleh dari perhitungan dalam praktikum
Batch Distillation adalah sebagai berikut.
 Data Komposisi Umpan
Asumsi basis massa larutan etanol adalah 100 gram.

Parameter Etanol Air

Persen massa (%) 96% 4%

Fraksi massa 0.96 0.04

Massa (g) 96 4

Berat molekul (g/mol) 46.07 18.02

Mol 2.084 0.222

Fraksi mol 0.904 0.096

 Data Pengenceran Umpan

Parameter Nilai Satuan

Konsentrasi awal (C1) 0.904 -

Konsentrasi akhir (C2) 0.50 -

Volume awal (V1) 165.98 ml

Volume akhir (V2) 300 ml

Volume air yang ditambahkan (V) 134.02 ml

 Data Komposisi Distilat dan Residu

Komponen Massa (g) Volume (ml) Absorbansi

A 112.6
Erlenmeyer
B 126.9

1+A 143.6 42 0.013


Distilat
2+B 157.9 40 0.015

22
3+A 133.3 29.5 0.016

4+B 146.9 26 0.061

Residu R 145.6 142 0.218

 Data Persen Mol Eksperimen dan Kurva Absorbansi


Adapun kurva absorbansi dari perhitungan total reflux adalah sebagai berikut.

Kurva Absorbansi
1
0.9
0.8 f(x) = 8.51 x + 0.01
R² = 0.99
0.7
0.6
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0
0 0.02 0.04 0.06 0.08 0.1 0.12

Kompone Periode Sampling


Absorbansi % mol
n (menit)
15 0.013 11.719

30 0.015 13.422
Distilat
45 0.016 14.273

60 0.061 52.588

Residu 60 0.218 186.266

 Data Kondisi Operasi


Kompone Periode Sampling Suhu Labu
Tekanan (atn)
n (menit) Distilasi (°C)
15 78

Distilat 30 80 1

45 84

23
60 92

Residu 60 92

Kondisi Operasi (rata-rata) 83.5 1

 Data Perhitungan Relative Volatility


Periode sampling pada menit ke-15 (T = 78°C)

Activity Coefficient Calculation

τij Gij xij γij

0.076 0.977 0.117 1.036

-0.030 1.009 0.883 1.001

Parameter Etanol Air

A 16.8958 16.3872
Antoine
Constan B 3795.17 3885.7
t
C 230.918 230.170

T (°C) 78

T (K) 351.15

Pisat (kPa) 100.528 43.739

γi 1.036 1.001

P (kPa) 101.325

Ki 1.028 0.432

α EtOH/Water 2.3789

Periode sampling pada menit ke-30 (T = 80°C)

Activity Coefficient Calculation

τij Gij xij γij

0.076 0.978 0.134 1.034

-0.030 1.009 0.866 1.001

24
Parameter Etanol Air

A 16.8958 16.3872
Antoine
Constan B 3795.17 3885.7
t
C 230.918 230.170

T (°C) 80

T (K) 353.15

Pisat (kPa) 108.795 47.444

γi 1.034 1.001

P (kPa) 101.325

Ki 1.110 0.469

α EtOH/Water 2.3696

Periode sampling pada menit ke-45 (T = 84°C)

Activity Coefficient Calculation

τij Gij xij γij

0.075 0.978 0.143 1.033

-0.029 1.009 0.857 1.001

Parameter Etanol Air

A 16.8958 16.3872
Antoine
Constan B 3795.17 3885.7
t
C 230.918 230.170

T (°C) 84

T (K) 357.15

Pisat (kPa) 127.040 55.649

γi 1.033 1.001

P (kPa) 101.325

25
Ki 1.295 0.550

α EtOH/Water 2.2591

Periode sampling pada menit ke-60 (T = 92°C)

Activity Coefficient Calculation

τij Gij xij γij

0.073 0.978 0.526 1.010

-0.029 1.009 0.474 1.012

Parameter Etanol Air

A 16.8958 16.3872
Antoine
Constan B 3795.17 3885.7
t
C 230.918 230.170

T (°C) 92

T (K) 365.15

Pisat (kPa) 171.240 75.654

γi 1.010 1.012

P (kPa) 101.325

Ki 1.707 0.756

α EtOH/Water 2.2591

Residu (T = 92°C)

Activity Coefficient Calculation

τij Gij xij γij

0.073 0.978 1.863 1.037

-0.029 1.009 -0.863 1.176

Parameter Etanol Air

26
A 16.8958 16.3872
Antoine
Constan B 3795.17 3885.7
t
C 230.918 230.170

T (°C) 92

T (K) 365.15

Pisat (kPa) 171.240 75.654

γi 1.037 1.176

P (kPa) 101.325

Ki 1.752 0.878

α EtOH/Water 1.9945

 Data Perhitungan Persen Mol Teoritis (Rayleigh equation)


Asumsi komposisi distilat hanya uap etanol.

Periode
Parameter
15 30 45 60 Residu

n1 2.306

A n2 0.673 0.673 0.449 0.434 1.863

ln n1/n2 1.232 1.232 1.635 1.670 0.213

αR 1.9945

1/αR-1 0.7071

x1 0.117 0.134 0.143 0.526 1.863

x2 0.042 0.049 0.037 0.267 1.993


B
α 2.3789 2.3696 2.3564 2.2591 1.9945

ln x1/x2 1.501 1.467 1.987 1.073 -0.075


α ln (1-
0.241 0.275 0.326 1.289 0.377
x2)/(1-x1)
B 1.232 1.232 1.636 1.670 0.213

Neraca mol dengan Rayleigh equation

27
yavg
Periode L1 x1 L2 x2 L1-L2
(% mol*)
15 0.117 0.673 0.042 1.633 0.148

30 0.134 0.673 0.049 1.633 0.169

45 2.036 0.143 0.449 0.037 1.856 0.168

60 0.526 0.434 0.267 1.872 0.585

Residu 1.863 1.863 1.993 0.443 1.317

2. Perhitungan Menggunakan Satu Data


Adapun perhitungan menggunakan satu data sebagai contoh keseluruhan
perhitungan dari praktikum Batch Distillation adalah sebagai berikut.
 Perhitungan Komposisi Umpan
Diketahui:
Massa larutan etanol (m) = 100 gram (asumsi)
Massa molekul etanol (Mr) = 46.07 gram/mol
Massa molekul air (Mr) = 18.02 gram/mol
Persen massa larutan etanol = 96%
Menghitung massa etanol
mC H 2 6 OH =96 % ×m
mC H 2 6 OH =96 % ×100 gram
mC H 2 6 OH =96 gram
Menghitung massa air
m H O =(1−96 %) ×m
2

m H O =4 % ×100 gram
2

m H O =4 gram
2

Menghitung mol etanol


mC H OH
nC 2 H 6 OH
= 2 6

Mr C H OH 2 6

96 gram
nC H 6 OH =
2
46.07 gram/mol
nC 2 H 6 OH =2.084 mol
Menghitung mol air

28
mH O
n H O= 2

2
Mr H O 2

4 gram
n H O=
2
18.02 gram/mol
n H O=0.222 mol
2

Menghitung fraksi mol etanol


nC H 6 OH
xC H 6 OH
= 2

2
nC H 2 6 OH +n H O 2

2.084 mol
xC H OH =
2 6
0.222 mol+2.084 mol
xC H
2 6 OH =0.904
Menghitung fraksi mol air
nH O
x H O= 2

2
nC H 2 6 OH + nH 2 O

0.222 mol
x H O=
2
0.222 mol+2.084 mol
x H O=0.096
2

 Perhitungan Pengenceran
Diketahui:
Konsentrasi awal (C1) = 0.904
Konsentrasi akhir (C2) = 0.50
Volume akhir (V2) = 300 ml
Menghitung volume awal larutan
C 1 ×V 1 =C2 ×V 2
0.904 × V 1=0.50 ×300 ml
0.50 ×300 ml
V 1=
0.904
V 1=165.98 ml

Menghitung volume air yang ditambahkan


V 2=V +V 1
300 ml=V +165.98 ml
V =300ml−165.98 ml

29
V =300ml−134.02 ml
 Perhitungan Massa Distilat
Diketahui:
Massa labu Erlenmeyer (A) = 112.6 gram
Massa labu Erlenmeyer (B) = 126.9 gram
Massa distilat + Erlenmeyer (1 + A) = 143.6 gram
Massa distilat + Erlenmeyer (2 + B) = 157.9 gram
Menghitung massa distilat 1
m1=m1+ A −m A
m 1=143.6 gram−112.6 gram
m1=31 gram
Menghitung massa distilat 2
m 2=m2+ B−m B
m2=157.9 gram−126.9 gram
m 2=31 gram

 Perhitungan % Mol Eksperimen


Diketahui:
Persamaan absorbansi : y = 8.5145x + 0.0065
Nilai absorbansi distilat 1 = 0.013
Menghitung % mol eksperimen
y=8.5145 x +0.0065
y=8.5145× 0.013+0.0065
y=0.11719
y=11.719 %

 Perhitungan Relative Volatility


Diketahui:
Komposisi etanol (x12) = 0.117
Komposisi air (x21) = 0.883
Temperatur periode sampling ke-1 = 78°C
= 351.15 K
Tekanan operasi = 1 atm

30
= 101.325 kPa
Antoine constant etanol (A, B, C) = 16.8958, 3795.17, 230.918
Antoine constant air (A, B, C) = 16.3872, 3885.7, 230.17
Mencari koefisien aktivitas etanol
26.7196
τ 12=
T ( K)
26.7196
τ 12=
351.15
τ 12=0.076

G12=exp [−0.3 τ 12 ]
G12=exp [ −0.3 ×0.076 ]
G 12=0.977

2
G 21 G12 τ 12
ln γ 1=x τ 21 2
2
[ ( x1 + x 2 G21 ) +
( x2 + x 1 G 12 )
2
]
2
1.009 0.977 × 0.076
[
ln γ 1=0.883 2 (−0.030) ( 0.117+ 0.883× 1.009
+ )
( 0.883+ 0.117 ×0.977 )2 ]
γ 1=1.036

Mencari koefisien aktivitas air


−10.435
τ 21=
T (K)
−10.435
τ 21=
351.15
τ 21=−0.030

G21=exp [ −0.3 τ 21]

G 21=exp [ −0.3 ×(−0.030) ]


G21=1.009

2
G 12 G21 τ 21
2
ln γ 2=x τ 12
1
[ ( x2 + x 1 G 12 ) +
( x1 + x 2 G 21 )
2
]
31
2
0.977 1.009 ×(−0.030)
ln γ 2=0.117 2 0.076
[ ( 0.883+0.117 ×0.997 )
+
( 0.117 +0.883 ×1.009 )2 ]
γ 2=0.971
Mencari tekanan saturasi etanol
B
Psat
C H 6 = A−
2 O
T ( ° C )+C
3795.17
Psat
C H 6 =16.8958−
2 O
78+230.918
Psat
C H 6 =100.528 kPa
2 O

Mencari tekanan saturasi air


B
Psat
H O =A−
2
T ( ° C ) +C
3885.7
Psat
H O =16.3872−
2
78+230.17
Psat
H O =43.739 kPa
2

Mencari Ki etanol
PCsatH 6 × γ 1
KC H O= 2 O

2 6
P
100.528 kPa ×1.036
K C H O=
2 6
101.325 kPa
K C H O =1.028
2 6

Mencari Ki air
P sat
H O ×γ 2
K H O= 2

2
P
43.739 kPa ×0.971
K H O= 2
101.325 kPa
K H O =0.419
2

Mencari relative volatility


KC H O
α EtOH / Water = 2 6

KH O 2

32
1.028
α EtOH / Water =
0.419
α EtOH / Water =2.4522

 Perhitungan % Mol Teoritis


Diketahui:
Massa distilat 1 (m) = 31 gram
Mol awal campuran (n1) = 2.306 mol
Massa molekul etanol (Mr) = 46.07 gram/mol
Komposisi etanol awal (x1) = 0.117
Relative volatility residu (αR) = 2.4142
Relative volatility distilat 1 (α) = 2.4522
Menghitung mol akhir etanol di residu
m
n2 =
Mr
31 gram
n2 =
46.07 gram/mol
n2 =0.673 mol

Menghitung komposisi etanol di residu


n1 x 1−x 2
ln
[ ] =
1
n2 α R −1 [ ( ) ( )]
ln 1 +α ln
x2 1−x 1

1−x 2
ln [ 2.306
]=
1
0.673 2.4142−1
ln
[( )
0.117
x2
+2.4522 ln (
1−0.117 )]
1−x 2
1.232=0.7071 ln
[( ) (0.117
x2
+ 2.4522 ln
1−0.117 )]
dengan menggunakan Goal Seek pada Microsoft Excel, diperoleh nilai x2
x 2=0.026

Menghitung komposisi etanol di vapor (Rayleigh equation)


L1 x 1=L2 x2 +(L1−L2) y avg
2.306 ×0.117=0.673× 0.026+(2.306−0.673) y avg

33
y avg =0.15472

% mol8=15.472 %

3. Apendiks Perhitungan
Adapun apendiks perhitungan yang digunakan dalam perhitungan pada praktikum
Batch Distillation adalah sebagai berikut.

34
*Apendiks antoine constant dari buku “Introduction to Chemical Engineering
Thermodynamics”.

35

Anda mungkin juga menyukai