Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH PROSES INDUSTRI KIMIA

“SODA ABU”

Dosen Pengampu :

Ir. Dwi Hery, MT

Disusun oleh :

Kelompok 1

M. Nabil Zhilan A 20031010047

Lusia Nada Melita 20031010055

Putri Anggraini 20031010056

Yonathan Juanto 20031010065

Shafira Sarah Adzara 20031010077

PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

SURABAYA 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmatNya sehingga makalah ini
dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih terhadap
bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun
materinya. Kami berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca praktekkan
dalam kehidupan sehari-hari.
Masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan
pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Surabaya, 21 Maret 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ............................................................................................................................. i


KATA PENGANTAR ............................................................... Error! Bookmark not defined.
BAB I .........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN......................................................................................................................1
I.1 Latar Belakang ............................................................................................................1
I.2 Tujuan .........................................................................................................................1
I.3 Manfaat .......................................................................................................................1
BAB II........................................................................................................................................2
TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................................................2
II.1 Pengertian Soda Abu ..................................................................................................2
II.2 Sifat Fisika (Sodium Hydrogen Carbonate) ...............................................................2
II.3 Sifat Kimia ..................................................................................................................2
II.4 Sejarah Pembuatan .....................................................................................................2
II.5 Proses Pembuatan .......................................................................................................4
II.6 Alat Industri yang Digunakan ....................................................................................9
II.7 Kegunaan................................................................................................................... 13
II.8 Dampak Negatif ........................................................................................................ 14
BAB III .................................................................................................................................... 15
KESIMPULAN ....................................................................................................................... 15
III.1 Kesimpulan .................................................................................................................. 15
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 16

ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Soda abu merupakan salah satu bahan baku industri kimia yang sangat penting. Hal
tersebut dikarenakan sebagian besar industri kimia menggunakan soda abu sebagai bahan bakunya,
seperti pada industri kaca, petrokimia, pulp dan kertas, sabun dan detergen, serat dan plastic,
pupuk, bahan peledak, pelarut, dan berbagai bahan kimia lainnya. Kandungan soda abu di alam
jumlahnya terbatas, sedangkan kebutuhan akan soda abu semakin meningkat, sehingga untuk
memenuhi kebutuhan soda abu selain menggunakan proses alam, dilakukan pula proses sintetik
yaitu dengan menggunakan proses solvay dan proses leblanc. Dalam industri proses pembuatan
soda abu yang masih dipakai sampai sekarang adalah proses solvay sedangkan proses natural
jarang dipakai dan leblanc bahkan tidak dipakai lagi. Hal ini karena proses Solvay lebih
menguntungkan. Proses Solvay dapat berjalan pada suhu rendah, reaksi berjalan pada fase cair-
gas, konversi yang dihasilkan besar, dan natrium yang dihasilkan lebih berkualitas. Untuk
mengetahui lebih lanjut mengenai industri soda abu baik sejarah, proses pembuatan, manfaat dan
hal-hal lain yang berhubungan dengan industri soda abu, maka dibuatlah makalah ini.

I.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu soda abu
2. Untuk mengetahui proses pembuatan soda abu
3. Untuk mengetahui manfaat dari soda abu

I.3 Manfaat
1. Agar dapat mengetahui alat apa saja yang digunakan dalam pembuatan soda abu
2. Agar dapat mengetahui dampak dari industri soda abu

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Pengertian Soda Abu


Soda abu (soda ash) atau dikenal juga dengan sebutan soda cuci atau soda kristal terdiri
atas sekitar 99,3% natrium karbonat (Na2CO3). Natrium karbonat sendiri adalah garam natrium
dari asam karbonat yang cukup larut dalam air. Paling umum ditemukan dalam bentuk kristal
dekahidrat yang mudah effloresces membentuk bubuk putih, monohidrat. Serbuk murni dari
natrium karbonat ini tidak berbau, bersifat higroskopis, memiliki rasa alkalin/ pahit yang kuat, dan
cukup larut dalam air.
II.2 Sifat Fisika (Sodium Hydrogen Carbonate)
Titik Lebur : 270 oC
Densitas : 2,173 g/cm3 pada suhu 30 oC
Kelarutan : 12,7 g/ 100 g air pada suhu 40 oC
Penampakan : Padat serbuk putih
Kemurnian : 99,9%
Bentuk : Kristal
Warna : Putih
Bau : Tidak berbau

II.3 Sifat Kimia


pH : 8,3 pada suhu 77 oF
Berat Molekul : 84,007 g/gmol
Rumus Molekul : NaHCO3
Bereaksi dengan asam menghasilkan natrium dan gas.
Reaksi : NaHCO3 + H+ Na+ + H2O + CO2
(Haryanto, 2008).
II.4 Sejarah Pembuatan
Pembuatan soda abu (natrium karbonat) terus berkembang dari waktu ke waktu. Pada awal
perkembangannya soda abu dibuat dari material tumbuhan, sebagai sumber utama. Kemudian abu
kayu digantikan oleh barilla (sebuah tumbuhan laut yang ditemukan di sepanjang pantai
mediterania, terutama di spanyol dan pulau kanari) sebagai sumber pembuatan soda abu. Abunya
mengandung sekitar 25-30% soda abu (natrium karbonat). Sedangkan industri inggris sangat

2
bergantung pada soda abu yang berasal dari kelp (rumput laut coklat besar yang dipanen di
sepanjang pantai barat scotlandia dan pulau scottish). Tetapi kualitas soda abu dari abu kayu dan
barilla atau kelp bermacam-macam dan juga harganya sangat fluktuatif, serta ketersedian pasokan
tidak konsisten. Kemudian setelah kimiawan Swedia Carl Wilhelm Scheele, pada tahun 1772
menemukan bahwa garam atau salt cake dipanaskan dengan litharge menghasilkan sejumlah kecil
soda kaustik, beberapa ahli lain melakukan modifikasi pendekatan ini untuk menghasilkan soda
abu. Misalnya pencampuran salt cake dengan serbuk besi untuk menghasilkan soda abu.
Sedangkan metode lain mencampurkan garam atau salt cake dengan kapur mati, namun metode
modifikasi ini hanya menghasilkan sedikit soda abu dengan kualitas yang rendah yang tidak sesuai
digunakan dalam skala besar. Dan pada tahun 1783, Louis XVI memerintahkan french academy
of sciences untuk menawarkan sebuah hadiah sebesar 2400 livres “ bagi yang dapat menemukan
metode paling sederhana dan ekonomis untuk mendekomposisi garam laut dalam skala besar untuk
mendapatkan alkali ”.
Pada tahun 1791 seorang fisikawan prancis Nicolas Leblanc, menemukan skema yang
terbukti sederhana dalam pelaksanaannya. Proses ini di berikan nama sesuai dengan namanya yaitu
Leblanc. Kemudian proses ini menjadi dasar bagi pengembangan perindustrian dunia kimia
industri, serta menjadi metode paling penting dalam memproduksi bahan kimia. Proses Leblanc
dioperasikan di perancis dengan hasil produksi 10.000-15.000 ton soda abu/ tahun. Dan industri
dengan proses Leblanc yang pertama di inggris terletak di tepi Sungai Mersey di Liverpool pada
tahun 1823, dan yang kedua di Rollox dekat Glasgow pada tahun 1830. Dan pada pertengahan
abad-18 inggris memproduksi soda abu sebanyak 70.000 ton/tahun. Maraknya industri ini
memiliki dampak yang besar pada lingkungan dan perekonomian di inggris. Pada kenyataannya
proses ini tidak ramah lingkungan, gas asam klorida dihasilkan dari proses pertama yang tidak
dipergunakan dan dilepaskan ke atmosfer menimbulkan kerusakan pada tanaman, bangunan,
barang-barang berbahan logam dan kain. Meskipun demikian proses Leblanc mengalami masa
kejayaannya dalam industri soda abu pada 1860-1870 an, dengan hasil produksi lebih dari 200.000
ton per tahun. Namun pada awal tahun 1860 an dua ahli kimia yang berasal dari belgia yaitu Ernest
dan Alfred Solvay mengembangkan metode amonia-soda untuk pembuatan soda abu yang lebih
murah namun lebih rumit, yang kini dikenal dengan metode Solvay. Namun sebagian perusahaan
soda abu di inggris menolak menggunakan metode ini dan tetap menggunakan metode Leblanc di
industrinya. Akan tetapi, perusahaan soda abu di inggris yang masih menggunakan proses Leblanc

3
mengalami kesulitan dalam bersaing dengan industri yang menggunakan metode Solvay. Bahkan
keuntungan mereka bergantung pada pembuatan bubuk pemutih atau soda kaustik daripada soda
abu. Dan akhirnya pabrik soda abu yang menggunakan proses Leblanc di inggris terakhir ditutup
pada awal tahun 1920. Pada tahun 1870, metode Solvay ini lebih disukai di sebagian besar Negara
di Eropa Barat, tetapi pada tahun 1982 hanya tinggal satu pabrik saja yang masih beroperasi dengan
proses Solvay di Amerika Serikat. Pabrik itu tetap beroperasi karena biaya produksi yang murah
sedang ongkos angkutnya tinggi. Dan pada tahun yang sama pasaran dalam negeri Amerika Serikat
dikuasai oleh soda “alam” yang berasal dari endapan trona (natrium seiskui karbonat alami yang
juga terdapat di danau kering di California) di Wyoming.

II.5 Proses Pembuatan


Dalam industri pembuatan soda abu dikenal 3 jenis prose yaitu; proses Leblanc, proses
Solvay dan proses natural.
1. Proses Leblanc
Metode ini dikembangkan oleh Fisikawan perancis dan kimiawan amatir, Nicolas
Leblanc, yaitu berupa metode untuk membuat natrium karbonat dari natrium klorida.
Adapun langkah-langkah dalam pembuatan soda abu dengan metode ini sebagai berikut:
Langkah pertama dalam proses Leblanc ialah produksi natrium sulfat (NaSO4).
Proses Leblanc yang digunakan merupakan proses yang standar pada saat itu dan
melibatkan penambahan asam sulfat dan natrium klorida pada suhu 800 0C–900 0C

Natrium sulfat digiling, dicampur dengan batu gamping dan arang atau batu bara serbuk
dan diletakkan diatas nampan didalam tanur. Reaksi yang terjadi dapat diringkas dalam
dua persamaan :

Hasilnya ialah campuran berpori berwarna hitam kelabu yang disebut abu hitam
yang terutama terdiri atas kalsium sulfida dan natrium karbonat dengan sebagian kalsium
karbonat yang tidak bereaksi dan zat asing (impurities) lainnya. Sistem penyaringan telah
dikembangkan untuk melindikan (leach out) natrium karbonat yang larut dan

4
meninggalkan padatan kalsium sulfida sebagai produk samping. Cairan ini kemudian
dibakar dalam tanur untuk menyingkirkan zat asing sulfur dan karbon. sebagai SO2(g) dan
CO2(g) dan menyisakan natrium karbonat yang diinginkan. Jika natrium hidroksida
diperlukan, natrium karbonat dididihkan dengan kapur mati (slaked lime).

Pengendapan kalsium karbonat yang tak larut meninggalkan larutan natrium


hidroksida yang dapat dipekatkan lebih lanjut atau diuapkan sampai kering. Penggunaan
prose Leblanc cepat meluas, terutama di Inggris Raya dan meninggalkan akan kebutuhan
asam sulfat sebagai bahan awal. Dengan melihat dengan cermat keseluruhan persamaan
dalam proses ini adalah

2. Proses Solvay
Metode ini dikembangkan oleh dua ahli kimia yang berasal dari belgia yaitu Ernest
dan Alfred Solvay, yaitu berupa metode pembuatan soda abu yang kini dikenal dengan
metode Solvay atau sering disebut juga sebagai metode soda-amonia. Adapun langkah-
langkah dalam pembuatan soda abu dengan metode ini sebagai berikut :
Pemurnian Brine
Larutan air garam (Brine) dipekatkan dengan melalui penguapan hingga minimal
30%, pengotor seperti kalsium, magnesium, dan besi dihilangkan melalui pengendapan,
misalnya:

Larutan air garam (brine) yang telah disaring dilewatkan melalui menara amonia,
dimana larutan brine akan bertemu dengan amonia, larutan brine akan menyerap dan
membawa sejumlah amonia yang dibutuhkan, dan membebaskan panas. Kemudian brine
amonia dipompakan ke menara karbonasi. Selain amonia yang disediakan, terdapat juga
amonia yang dihasilkan dari pengolahan kembali hasil samping proses solvay yang telah
berlangsung. Namun untuk menjaga agar suhu di akhir proses ini rendah yaitu sekitar 25

5
oC, digunakan air dingin yang dialirkan secara terus-menerus. Reaksi yang terjadi pada
menara amonia ini adalah sebagai berikut:

Selanjutnya pada solvay tower terjadi reaksi sebagai berikut:

Natrium bikarbionat yang dihasilkan disaring dan dipanaskan, maka akan


dihasilkan normal karbonat (soda ash), dan juga karbondioksida yang selanjutnya dapat
digunakan sebagai pereaksi kembali.

CO2 juga dihasilkan dari limestone yang dipanaskan, juga hasil lainnya yaitu
kalsium oksida dapat diubah menjadi kalsium hidroksida yang dapat menghasilkan kalsium
klorida dengan amonium klorida sebagai hasil samping dari proses solvay.

Dari reaksi-reaksi di atas, jelas bahwa penggunaan bahan baku adalah semaksimal
mungkin sehingga dengan reaksi yang berputar ini senyawa yang sebelumnya belum
bereaksi selanjutnya dapat direaksikan. Jadi reaksi utama dari proses solvay ialah :

Dan reaksi kesetimbangan lebih berat ke kanan hingga sodium bikarbonat yang dihasilkan
lebih banyak. Reaksi-reaksi yang terpenting dalam pembuatan soda ash ialah:

6
Dimana reaksi (1) terjadi dan dilakukan di dalam “ammonia absorption Tower”,
yaitu reaksi perubahan fase gas NH3 menjadi cairan karena terjadinya penyerapan gas NH3
oleh larutan NaCl, jadi gas NH3 yang dialirkan biasanya dalam tekanan dan temperatur
cukup panas, tetapi sebelum masuk ke reaksi (2) temperature harus cukup dingin yaitu
sekitar 25oC.
Reaksi (2) dilaksanakan pada “solvay tower”. Pada menara, ini hasil dari absorber
di atas dialirkan ke solvay tower dari atas dan gas CO2 dialirkan dari bawah. Kita dapat
memperoleh NaHCO3 cukup banyak ialah pada temperature cukup rendah supaya
NaHCO3 banyak mengendap, biasanya diambil 25oC di atas menara dan 22oC di bawah
menara. Tetapi karena kecepatan absorbsi/reaksi pada temperatur rendah adalah kecil maka
di tengah-tengah menara dipakai temperatur cukup tinggi (45oC-55oC).
Dari reaksi :

Dari sini terlihat bahwa reaksi berupa kesetimbangan, jadi reaksi yang sangat diharapkan
ialah terjadinya NaHCO3 sebanyak mungkin, dan NH4HCO3 yang ada tidak menggangu
proses selanjutnya misalnya dalam pencucian atau mengganggu kemurnian soda abu
sebagai hasil utama . Hasil dari carbonating tower yaitu natrium bikarbonat yang berupa
pasta disaring dan kemudian dicuci dari garam kloridanya, lalu dipanaskan sehingga
memberikan natrium karbonat normal atau disebut juga soda ash dan CO2, dan uap air.
Hasil lainnya yaitu NH4Cl kita reaksikan dengan Ca(OH)2 hasil limestone yang dibakar
ditambah air , dan didapat CaCl2 sebagai hasil samping dari proses solvay dan NH4OH
yang kemudian dipanaskan sehingga menjadi gas NH3 dan uap H2O yang dipakai sebagai
pereaksi kembali pada proses. Tetapi ada kalanya NH4Cl ditampung sebagai hasil samping
dan digunakan untuk misalnya : pupuk, bahan batrai. Proses pemisahan NaHCO3 dari
NH4Cl adalah cukup penting karena NH4Cl ini dapat meng’ salting out’ pottasium
bicarbonat, yang terjadi karena tidak murninya garam yang dipakai, dan dengan adanya

7
kalium bikarbonat ini mengganggu pemurnian natrium bikarbonat. Jadi untuk mencegah
hal di atas sebaiknya dipakai garam NaCl yang cukup murni. Untuk menganalisa
kemurnian soda ash, dipakai dengan menyerapkannya terhadap gas CO2 dan air sehingga
membentuk kembali natrium bikarbonat (reaksi Na-bikarbonat menjadi Na-karbonat
adalah reaksi kesetimbangan), maka kita dapat menggunakan NaOH yang juga menyerap
CO2 dan selanjutnya dianalisa dengan menitrasi suatu asam ( misalnya HCl). Dari soda
ash kita dapat membuat beberapa variasi soda yang mempunyai rumus molekul sama tapi
berbeda karena dalam bentuk kristalnya, misalnya:
1) Washing soda, ialah Na2CO3.10H2O, dibuat dengan cara pelarutan soda ash
kedalam air kemudian dikristalisasi
2) Monohidrat, ialah Na2CO3.H2O, dibuat dengan cara di atas tapi dalam keadaan
panas, senyawa berupa tepung putih.
(Rahmawati, 2018).
3. Proses Natural
Bahan baku yang digunakan pada proses natural ini adalah Kristal crudeburkeite
(Na2CO3.2Na2SO4) atau biji trona yang telah dipisahkan dari impuritasnya. Kristal crude
burkeite yang terdiri atas Li2NaPO4 dan Na2CO3.2Na2SO4 dipisahkan sedangkan
filtratnya dipekatkan menjadi Na2SO4.10H2O (garam Glauber’s). Garam Glauber’s
disaring dari larutan pekat yang kaya akan Na2CO3. Kristal soda murni diperoleh dengan
cara mendinginkan kristal soda murni dalam tangki pendingin, kemudian disaring (filter)
lalu masuk ke pengering (dryer). Mineral trona dapat ditemukan dibawah tanah (Green
River di Wyoming Amerika Serikat, Mongolia Cina, Henan Cina) atau danau kering
(Danau Searles di California Amerika Serikat, Danau Magadi di Kenya, Sua Pan
Botswana). Trona ditambang di 1.500 kaki (457,2 meter) di bawah permukaan laut
(Nyamiati, 2019).

8
II.6 Alat Industri yang Digunakan
1. Rotary Dryer

Gambar II.1 Rotary Dryer


Bahan yang diolah dalam Rotary Dryer harus berupa butiran atau kristal, dalam jumlah
yang besar, dan harus cukup kering pada awal operasi untuk dapat dilanjutkan dengan metode
pengangkutan biasa, dan tidak boleh cukup lengket untuk menumpuk di dinding pengering.
Rotary Dryer semuanya terdiri dari cangkang silinder, diatur dengan porosnya sedikit
miring ke horizontal dan dipasang pada rol sehingga dapat diputar. Bahan yang akan dikeringkan
diumpankan ke ujung pengering yang tinggi dan, dengan rotasi pengering, biasanya dibantu oleh
rak atau penerbangan internal, secara bertahap maju ke ujung bawah di mana ia dibuang. Sumber
panas untuk rotary dryer biasanya udara yang bersirkulasi melalui pengering. Pengering seperti itu
disebut pengering panas langsung. Panas juga dapat disuplai dari luar ke cangkang pengering.
2. Screw Conveyor

Gambar II.2 Screw Conveyor


Merupakan jenis conveyor yang penting untuk mengangkut material berupa padatan yang
halus atau padatan pucat adalah conveyor ulir. Peralatan ini pada dasarnya terdiri dari bilah spiral

9
yang berputar di sekitar sumbu di bagian bawah palung berbentuk U. Elemen sekrup disebut
penerbangan dan mungkin penampang.
Conveyor penampang terdiri dari bagian pendek, yang masing-masing ditancapkan sebagai
cakram melingkar, dipotong sepanjang satu jari-jari, dan kemudian diberi putaran yang tepat untuk
mengembangkan spiral. Setiap dise menyediakan satu putaran penuh conveyor, dan berbagai
putaran dipaku bersama. Screw dibuat dari pita panjang tunggal yang dipelintir dan dilengkungkan
menjadi bentuk spiral dan kemudian dilas ke poros tengah. Poros distandarisasi dan merupakan
pipa baja, di mana suhu atau abrasi memerlukan besi tuang, Screw besi dirakit pada poros standar.
3. Bucket Elevator

Gambar II.3 Bucket Elevator


Bentuk conveyor ember yang sangat rumit digunakan untuk menangani batubara di
pembangkit listrik dan tempat-tempat lain dimana jenis conveyor yang paling mahal dibenarkan.
Dalam hal ini, ember besi tuang atau baja stempel diputar di antara dua rantai baja sisi lurus
bernada panjang. Mereka dibangun sedemikian rupa sehingga pada lintasan horizontal ember
saling tumpang tindih, dan umpan ke konveyor semacam itu dapat berupa aliran material yang
berkelanjutan. Ember-ember tersebut sangat berputar sehingga pada lintasan vertikal mereka
menggantung bebas di antaranya. rantai, dan conveyor bertindak sebagai lift.
Bucket dapat memiliki banyak bentuk, dan hampir secara universal digunakan untuk biji-
bijian dan bahan bubuk kering lainnya. Untuk bahan yang cenderung lengket, digunakan ember
yang lebih datar. Untuk bongkahan besar dan material berat, seperti batu bara atau batu pecah,
digunakan ember baja yang dicap lebih berat. Jika elevator harus dijaga sebersih mungkin, seperti
untuk menangani biji-bijian dan bahan makanan, ember dapat dipasang ke sabuk. Konstruksi yang

10
lebih umum adalah mengikat ember ke rantai. Dengan menggunakan tautan K-1 atau K-2, bucket
dapat digantung dari satu rantai.
4. Jaw Crusher

Gambar II.4 Jaw Crusher


Terdapat dua jenis Jaw Crusher yaitu Dodge dan Blake. Alat Blake lebih umum. Sedangkan
Dodge jarang ditemukan. Sebagian besar fitur Crusher ini terdiri dan plat persegi panjang yang
dikaitkan dengan rahang stationer yang miring. Permukaan rahang penghancur biasanya
bergelombang untuk bisa memusatkan tekanan, pada area yang kecil. Di sisi lain terdapat roda
yang mampu menjalankan poros berat sehingga feed atau umpan yang masuk mengalami
penggilingan.
5. Ball Mill

Gambar II.5 Ball Mill


Ball Mill adalah alat penting untuk grinding setelah bahan dilumatkan. Mesin penggiling
ini adalah alat yang efisien untuk grinding berbagai bahan menjadi serbuk. Sebuah Ball Mill grinds
materi dengan memutar silinder dengan bola penggilingan baja, menyebabkan bola jatuh kembali

11
ke dalam silinder dan ke material yang akan tanah. Ball mill memiliki panjang yang sama dengan
diameternya sedangkan Tube Mill memiliki panjang dan diameternya berbeda. Keduanya terdiri
dari silinder horizontal berisi bola baja.
6. Kolom Absorpsi

Gambar II.6 Kolom Absorpsi

Kolom absorbsi adalah sebuah kolom, atau tabung tempat terjadinya proses pengabsorbsi
(penyerapan/penggumpalan) dari zat yang dilewatkan di kolom/tabung tersebut. Dimana ada zat
yang berbeda fase mengalir berlawanan arah yang dapat menyebabkan komponen kimia ditransfer
dari satu fase cairan ke fase lainnya, terjadi hampir pada setiap reaktor kimia. Proses ini dapat
berupa absorpsi gas, destilasi, pelarutan yang terjadi pada semua reaksi kimia.

Campuran gas yang merupakan keluaran dari reaktor diumpankan ke bawah menara
absorber. Di Dalam absorber terjadi kontak antara dua fasa yaitu fasa gas dan fasa cair
mengakibatkan perpindahan massa difusional dalam umpan gas dari bawah menara ke dalam
pelarut air sprayer yang diumpankan dari bagian atas menara. Peristiwa absorbsi ini terjadi pada
sebuah kolom yang berisi packing dengan dua tingkat. Keluaran dari absorber pada tingkat I
mengandung larutan dari gas yang dimasukkan tadi.

(Badger, 1957).
7. Heat Exchanger

12
Gambar II.7 Heat Exchanger
Adalah suatu equipment yang berfungsi untuk menukar panas antara fluida dingin dan
panas dengan konsep perpindahan panas/heat transfer. Dapat berfungsi sebagai pemanas maupun
sebagai pendingin. Biasanya, medium pemanas yang dipakai adalah air yang dipanaskan sebagai
fluida panas dan air biasa sebagai air pendingin (cooling water) (Lydia, 2020).

II.7 Kegunaan
Berbagai kegunaan dari soda abu adalah sebagai berikut:
1. Industri Kaca
Sekitar 48% dari soda abu digunakan dalam pembuatan kaca, termasuk kaca datar dan
cermin, botol untuk minuman, botol untuk makanan, televisi, barang pecah belah, dan alat-alat
laboratorium beling. Soda abu bertindak sebagai agen yang dapat menurunkan suhu leleh pasir
silika dan juga mengurangi konsumsi energi.
2. Industri Kimia
Sekitar 26% dari soda abu digunakan dalam pengolahan industri bahan kimia. Soda abu
digunakan dalam reaksi kimia untuk menghasilkan senyawa organik dan anorganik, termasuk
natrium fosfat, natrium silikat, natrium sulfit, natrium bikromat, sodium sesquikarbonat (garam
mandi dan pelembut air), sodium perkarbonat (agen pemutih dan juga digunakan dalam tata rias),
sodium karbonat murni (industri farmasi, bahan kimia, kosmetik dan industri makanan).
3. Industri Metalurgi Non Besi
Soda abu digunakan dalam perawatan bijih uranium, kalsinasi bijih krom, daur ulang timah
dari limbah baterai, daur ulang aluminium dan seng.
4. Sabun dan Deterjen

13
Soda abu bertindak sebagai pembangun atau pelembut air dalam formulasi sabun, deterjen
dan produk pembersih lainnya. Soda abu juga bertindak sebagai sumber alkalinitas untuk mengatur
pH.
5. Industri Baja
Digunakan dalam industri baja sebagai fluks, desulfurizer, dephosphorizer dan denitrider.
(Rahmawati, 2018).

II.8 Dampak Negatif


Soda abu (Natrium Karbonat) sering digunakan dalam bahan pembuatan industri kaca,
kimia, metalurgi non besi, baja dan pada pembuatan sabun dan detergen. Dan dalam proses
pembuatannya kita sebisa mungkin menghindari paparan soda abu dalam jangka panjang karena
dapat menyebabkan iritasi. Dosis mematikan paling rendah dari natrium karbonat adalah 4000
mg / kg (tikus, oral). Pada manusia, konsumsi oral apabila massanya lebih dari 15 gram
berpotensi mematikan. Dalam kasus menelan, muntah tidak boleh diinduksi, tetapi bisa diatasi
dengan minum banyak air dan jus lemon atau cuka dengan takaran dua sendok makan per gelas
air. Perut dapat secara hati-hati di irigasi paling banyak selama 15 menit dengan kewaspadaan
yang biasa, tetapi penggunaan pengobatan ini untuk periode yang lebih lama sangat
kontraindikasi karena reaksi alkali nya. (Zainul, 2018)

14
BAB III
KESIMPULAN

III.1 Kesimpulan
1. Soda abu (soda ash) atau dikenal juga dengan sebutan soda cuci atau soda kristal terdiri
atas sekitar 99,3% natrium karbonat (Na2CO3). Natrium karbonat sendiri adalah garam
natrium dari asam karbonat yang cukup larut dalam air. Paling umum ditemukan dalam
bentuk kristal dekahidrat yang mudah effloresces membentuk bubuk putih, monohidrat.
Serbuk murni dari natrium karbonat ini tidak berbau, bersifat higroskopis, memiliki rasa
alkalin/ pahit yang kuat, dan cukup larut dalam air.
2. Dalam industri pembuatan soda abu dikenal 3 jenis prose yaitu; proses Leblanc, proses
Solvay dan proses natural.
3. Manfaat dari soda abu adalah sering digunakan dalam bahan pembuatan industri kaca,
kimia, metalurgi non besi, baja dan pada pembuatan sabun dan detergen.

15
DAFTAR PUSTAKA

Badger, W 1957, Introduction to Chemical Engineering, McGraw Hill, Japan


Haryanto, T 2008, ‘ANALISA PENGARUH SODA ABU TERHADAP PELODORAN LILIN
BATIK DAN KEKUATAN TARIK KAIN BATIK SUTERA’, Dinamika Kerajinan dan
Batik, Vol 25, hh. 17-26.
Lydia, P 2020, Heat Exhanger, Universitas Pendidikan Muhammadiyah, Sorong
Nyamiati, RD 2019, ‘ Pra-Desain Pabrik Pembuatan Natrium Karbonat (Soda Abu) dengan
Menggunakan Proses Solvay’, JURNAL TEKNIK ITS, vol. 8, no. 1, hh. 1-5
Rahmawati, A, Wulan, DN & Muharromah, TR 2018, Industri Soda Abu, Universitas Lampung,
Bandar Lampung
Zainul, Rahadian 2018, ‘Natrium Karbonat : Termodinamika dan Transport Ion’, Jurnal Teknik,
vol. 1, no. 1, hh. 1-32

16

Anda mungkin juga menyukai