“SODA ABU”
Dosen Pengampu :
Disusun oleh :
Kelompok 1
FAKULTAS TEKNIK
SURABAYA 2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur diucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmatNya sehingga makalah ini
dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih terhadap
bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun
materinya. Kami berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca praktekkan
dalam kehidupan sehari-hari.
Masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan
pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
I.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu soda abu
2. Untuk mengetahui proses pembuatan soda abu
3. Untuk mengetahui manfaat dari soda abu
I.3 Manfaat
1. Agar dapat mengetahui alat apa saja yang digunakan dalam pembuatan soda abu
2. Agar dapat mengetahui dampak dari industri soda abu
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2
bergantung pada soda abu yang berasal dari kelp (rumput laut coklat besar yang dipanen di
sepanjang pantai barat scotlandia dan pulau scottish). Tetapi kualitas soda abu dari abu kayu dan
barilla atau kelp bermacam-macam dan juga harganya sangat fluktuatif, serta ketersedian pasokan
tidak konsisten. Kemudian setelah kimiawan Swedia Carl Wilhelm Scheele, pada tahun 1772
menemukan bahwa garam atau salt cake dipanaskan dengan litharge menghasilkan sejumlah kecil
soda kaustik, beberapa ahli lain melakukan modifikasi pendekatan ini untuk menghasilkan soda
abu. Misalnya pencampuran salt cake dengan serbuk besi untuk menghasilkan soda abu.
Sedangkan metode lain mencampurkan garam atau salt cake dengan kapur mati, namun metode
modifikasi ini hanya menghasilkan sedikit soda abu dengan kualitas yang rendah yang tidak sesuai
digunakan dalam skala besar. Dan pada tahun 1783, Louis XVI memerintahkan french academy
of sciences untuk menawarkan sebuah hadiah sebesar 2400 livres “ bagi yang dapat menemukan
metode paling sederhana dan ekonomis untuk mendekomposisi garam laut dalam skala besar untuk
mendapatkan alkali ”.
Pada tahun 1791 seorang fisikawan prancis Nicolas Leblanc, menemukan skema yang
terbukti sederhana dalam pelaksanaannya. Proses ini di berikan nama sesuai dengan namanya yaitu
Leblanc. Kemudian proses ini menjadi dasar bagi pengembangan perindustrian dunia kimia
industri, serta menjadi metode paling penting dalam memproduksi bahan kimia. Proses Leblanc
dioperasikan di perancis dengan hasil produksi 10.000-15.000 ton soda abu/ tahun. Dan industri
dengan proses Leblanc yang pertama di inggris terletak di tepi Sungai Mersey di Liverpool pada
tahun 1823, dan yang kedua di Rollox dekat Glasgow pada tahun 1830. Dan pada pertengahan
abad-18 inggris memproduksi soda abu sebanyak 70.000 ton/tahun. Maraknya industri ini
memiliki dampak yang besar pada lingkungan dan perekonomian di inggris. Pada kenyataannya
proses ini tidak ramah lingkungan, gas asam klorida dihasilkan dari proses pertama yang tidak
dipergunakan dan dilepaskan ke atmosfer menimbulkan kerusakan pada tanaman, bangunan,
barang-barang berbahan logam dan kain. Meskipun demikian proses Leblanc mengalami masa
kejayaannya dalam industri soda abu pada 1860-1870 an, dengan hasil produksi lebih dari 200.000
ton per tahun. Namun pada awal tahun 1860 an dua ahli kimia yang berasal dari belgia yaitu Ernest
dan Alfred Solvay mengembangkan metode amonia-soda untuk pembuatan soda abu yang lebih
murah namun lebih rumit, yang kini dikenal dengan metode Solvay. Namun sebagian perusahaan
soda abu di inggris menolak menggunakan metode ini dan tetap menggunakan metode Leblanc di
industrinya. Akan tetapi, perusahaan soda abu di inggris yang masih menggunakan proses Leblanc
3
mengalami kesulitan dalam bersaing dengan industri yang menggunakan metode Solvay. Bahkan
keuntungan mereka bergantung pada pembuatan bubuk pemutih atau soda kaustik daripada soda
abu. Dan akhirnya pabrik soda abu yang menggunakan proses Leblanc di inggris terakhir ditutup
pada awal tahun 1920. Pada tahun 1870, metode Solvay ini lebih disukai di sebagian besar Negara
di Eropa Barat, tetapi pada tahun 1982 hanya tinggal satu pabrik saja yang masih beroperasi dengan
proses Solvay di Amerika Serikat. Pabrik itu tetap beroperasi karena biaya produksi yang murah
sedang ongkos angkutnya tinggi. Dan pada tahun yang sama pasaran dalam negeri Amerika Serikat
dikuasai oleh soda “alam” yang berasal dari endapan trona (natrium seiskui karbonat alami yang
juga terdapat di danau kering di California) di Wyoming.
Natrium sulfat digiling, dicampur dengan batu gamping dan arang atau batu bara serbuk
dan diletakkan diatas nampan didalam tanur. Reaksi yang terjadi dapat diringkas dalam
dua persamaan :
Hasilnya ialah campuran berpori berwarna hitam kelabu yang disebut abu hitam
yang terutama terdiri atas kalsium sulfida dan natrium karbonat dengan sebagian kalsium
karbonat yang tidak bereaksi dan zat asing (impurities) lainnya. Sistem penyaringan telah
dikembangkan untuk melindikan (leach out) natrium karbonat yang larut dan
4
meninggalkan padatan kalsium sulfida sebagai produk samping. Cairan ini kemudian
dibakar dalam tanur untuk menyingkirkan zat asing sulfur dan karbon. sebagai SO2(g) dan
CO2(g) dan menyisakan natrium karbonat yang diinginkan. Jika natrium hidroksida
diperlukan, natrium karbonat dididihkan dengan kapur mati (slaked lime).
2. Proses Solvay
Metode ini dikembangkan oleh dua ahli kimia yang berasal dari belgia yaitu Ernest
dan Alfred Solvay, yaitu berupa metode pembuatan soda abu yang kini dikenal dengan
metode Solvay atau sering disebut juga sebagai metode soda-amonia. Adapun langkah-
langkah dalam pembuatan soda abu dengan metode ini sebagai berikut :
Pemurnian Brine
Larutan air garam (Brine) dipekatkan dengan melalui penguapan hingga minimal
30%, pengotor seperti kalsium, magnesium, dan besi dihilangkan melalui pengendapan,
misalnya:
Larutan air garam (brine) yang telah disaring dilewatkan melalui menara amonia,
dimana larutan brine akan bertemu dengan amonia, larutan brine akan menyerap dan
membawa sejumlah amonia yang dibutuhkan, dan membebaskan panas. Kemudian brine
amonia dipompakan ke menara karbonasi. Selain amonia yang disediakan, terdapat juga
amonia yang dihasilkan dari pengolahan kembali hasil samping proses solvay yang telah
berlangsung. Namun untuk menjaga agar suhu di akhir proses ini rendah yaitu sekitar 25
5
oC, digunakan air dingin yang dialirkan secara terus-menerus. Reaksi yang terjadi pada
menara amonia ini adalah sebagai berikut:
CO2 juga dihasilkan dari limestone yang dipanaskan, juga hasil lainnya yaitu
kalsium oksida dapat diubah menjadi kalsium hidroksida yang dapat menghasilkan kalsium
klorida dengan amonium klorida sebagai hasil samping dari proses solvay.
Dari reaksi-reaksi di atas, jelas bahwa penggunaan bahan baku adalah semaksimal
mungkin sehingga dengan reaksi yang berputar ini senyawa yang sebelumnya belum
bereaksi selanjutnya dapat direaksikan. Jadi reaksi utama dari proses solvay ialah :
Dan reaksi kesetimbangan lebih berat ke kanan hingga sodium bikarbonat yang dihasilkan
lebih banyak. Reaksi-reaksi yang terpenting dalam pembuatan soda ash ialah:
6
Dimana reaksi (1) terjadi dan dilakukan di dalam “ammonia absorption Tower”,
yaitu reaksi perubahan fase gas NH3 menjadi cairan karena terjadinya penyerapan gas NH3
oleh larutan NaCl, jadi gas NH3 yang dialirkan biasanya dalam tekanan dan temperatur
cukup panas, tetapi sebelum masuk ke reaksi (2) temperature harus cukup dingin yaitu
sekitar 25oC.
Reaksi (2) dilaksanakan pada “solvay tower”. Pada menara, ini hasil dari absorber
di atas dialirkan ke solvay tower dari atas dan gas CO2 dialirkan dari bawah. Kita dapat
memperoleh NaHCO3 cukup banyak ialah pada temperature cukup rendah supaya
NaHCO3 banyak mengendap, biasanya diambil 25oC di atas menara dan 22oC di bawah
menara. Tetapi karena kecepatan absorbsi/reaksi pada temperatur rendah adalah kecil maka
di tengah-tengah menara dipakai temperatur cukup tinggi (45oC-55oC).
Dari reaksi :
Dari sini terlihat bahwa reaksi berupa kesetimbangan, jadi reaksi yang sangat diharapkan
ialah terjadinya NaHCO3 sebanyak mungkin, dan NH4HCO3 yang ada tidak menggangu
proses selanjutnya misalnya dalam pencucian atau mengganggu kemurnian soda abu
sebagai hasil utama . Hasil dari carbonating tower yaitu natrium bikarbonat yang berupa
pasta disaring dan kemudian dicuci dari garam kloridanya, lalu dipanaskan sehingga
memberikan natrium karbonat normal atau disebut juga soda ash dan CO2, dan uap air.
Hasil lainnya yaitu NH4Cl kita reaksikan dengan Ca(OH)2 hasil limestone yang dibakar
ditambah air , dan didapat CaCl2 sebagai hasil samping dari proses solvay dan NH4OH
yang kemudian dipanaskan sehingga menjadi gas NH3 dan uap H2O yang dipakai sebagai
pereaksi kembali pada proses. Tetapi ada kalanya NH4Cl ditampung sebagai hasil samping
dan digunakan untuk misalnya : pupuk, bahan batrai. Proses pemisahan NaHCO3 dari
NH4Cl adalah cukup penting karena NH4Cl ini dapat meng’ salting out’ pottasium
bicarbonat, yang terjadi karena tidak murninya garam yang dipakai, dan dengan adanya
7
kalium bikarbonat ini mengganggu pemurnian natrium bikarbonat. Jadi untuk mencegah
hal di atas sebaiknya dipakai garam NaCl yang cukup murni. Untuk menganalisa
kemurnian soda ash, dipakai dengan menyerapkannya terhadap gas CO2 dan air sehingga
membentuk kembali natrium bikarbonat (reaksi Na-bikarbonat menjadi Na-karbonat
adalah reaksi kesetimbangan), maka kita dapat menggunakan NaOH yang juga menyerap
CO2 dan selanjutnya dianalisa dengan menitrasi suatu asam ( misalnya HCl). Dari soda
ash kita dapat membuat beberapa variasi soda yang mempunyai rumus molekul sama tapi
berbeda karena dalam bentuk kristalnya, misalnya:
1) Washing soda, ialah Na2CO3.10H2O, dibuat dengan cara pelarutan soda ash
kedalam air kemudian dikristalisasi
2) Monohidrat, ialah Na2CO3.H2O, dibuat dengan cara di atas tapi dalam keadaan
panas, senyawa berupa tepung putih.
(Rahmawati, 2018).
3. Proses Natural
Bahan baku yang digunakan pada proses natural ini adalah Kristal crudeburkeite
(Na2CO3.2Na2SO4) atau biji trona yang telah dipisahkan dari impuritasnya. Kristal crude
burkeite yang terdiri atas Li2NaPO4 dan Na2CO3.2Na2SO4 dipisahkan sedangkan
filtratnya dipekatkan menjadi Na2SO4.10H2O (garam Glauber’s). Garam Glauber’s
disaring dari larutan pekat yang kaya akan Na2CO3. Kristal soda murni diperoleh dengan
cara mendinginkan kristal soda murni dalam tangki pendingin, kemudian disaring (filter)
lalu masuk ke pengering (dryer). Mineral trona dapat ditemukan dibawah tanah (Green
River di Wyoming Amerika Serikat, Mongolia Cina, Henan Cina) atau danau kering
(Danau Searles di California Amerika Serikat, Danau Magadi di Kenya, Sua Pan
Botswana). Trona ditambang di 1.500 kaki (457,2 meter) di bawah permukaan laut
(Nyamiati, 2019).
8
II.6 Alat Industri yang Digunakan
1. Rotary Dryer
9
yang berputar di sekitar sumbu di bagian bawah palung berbentuk U. Elemen sekrup disebut
penerbangan dan mungkin penampang.
Conveyor penampang terdiri dari bagian pendek, yang masing-masing ditancapkan sebagai
cakram melingkar, dipotong sepanjang satu jari-jari, dan kemudian diberi putaran yang tepat untuk
mengembangkan spiral. Setiap dise menyediakan satu putaran penuh conveyor, dan berbagai
putaran dipaku bersama. Screw dibuat dari pita panjang tunggal yang dipelintir dan dilengkungkan
menjadi bentuk spiral dan kemudian dilas ke poros tengah. Poros distandarisasi dan merupakan
pipa baja, di mana suhu atau abrasi memerlukan besi tuang, Screw besi dirakit pada poros standar.
3. Bucket Elevator
10
lebih umum adalah mengikat ember ke rantai. Dengan menggunakan tautan K-1 atau K-2, bucket
dapat digantung dari satu rantai.
4. Jaw Crusher
11
ke dalam silinder dan ke material yang akan tanah. Ball mill memiliki panjang yang sama dengan
diameternya sedangkan Tube Mill memiliki panjang dan diameternya berbeda. Keduanya terdiri
dari silinder horizontal berisi bola baja.
6. Kolom Absorpsi
Kolom absorbsi adalah sebuah kolom, atau tabung tempat terjadinya proses pengabsorbsi
(penyerapan/penggumpalan) dari zat yang dilewatkan di kolom/tabung tersebut. Dimana ada zat
yang berbeda fase mengalir berlawanan arah yang dapat menyebabkan komponen kimia ditransfer
dari satu fase cairan ke fase lainnya, terjadi hampir pada setiap reaktor kimia. Proses ini dapat
berupa absorpsi gas, destilasi, pelarutan yang terjadi pada semua reaksi kimia.
Campuran gas yang merupakan keluaran dari reaktor diumpankan ke bawah menara
absorber. Di Dalam absorber terjadi kontak antara dua fasa yaitu fasa gas dan fasa cair
mengakibatkan perpindahan massa difusional dalam umpan gas dari bawah menara ke dalam
pelarut air sprayer yang diumpankan dari bagian atas menara. Peristiwa absorbsi ini terjadi pada
sebuah kolom yang berisi packing dengan dua tingkat. Keluaran dari absorber pada tingkat I
mengandung larutan dari gas yang dimasukkan tadi.
(Badger, 1957).
7. Heat Exchanger
12
Gambar II.7 Heat Exchanger
Adalah suatu equipment yang berfungsi untuk menukar panas antara fluida dingin dan
panas dengan konsep perpindahan panas/heat transfer. Dapat berfungsi sebagai pemanas maupun
sebagai pendingin. Biasanya, medium pemanas yang dipakai adalah air yang dipanaskan sebagai
fluida panas dan air biasa sebagai air pendingin (cooling water) (Lydia, 2020).
II.7 Kegunaan
Berbagai kegunaan dari soda abu adalah sebagai berikut:
1. Industri Kaca
Sekitar 48% dari soda abu digunakan dalam pembuatan kaca, termasuk kaca datar dan
cermin, botol untuk minuman, botol untuk makanan, televisi, barang pecah belah, dan alat-alat
laboratorium beling. Soda abu bertindak sebagai agen yang dapat menurunkan suhu leleh pasir
silika dan juga mengurangi konsumsi energi.
2. Industri Kimia
Sekitar 26% dari soda abu digunakan dalam pengolahan industri bahan kimia. Soda abu
digunakan dalam reaksi kimia untuk menghasilkan senyawa organik dan anorganik, termasuk
natrium fosfat, natrium silikat, natrium sulfit, natrium bikromat, sodium sesquikarbonat (garam
mandi dan pelembut air), sodium perkarbonat (agen pemutih dan juga digunakan dalam tata rias),
sodium karbonat murni (industri farmasi, bahan kimia, kosmetik dan industri makanan).
3. Industri Metalurgi Non Besi
Soda abu digunakan dalam perawatan bijih uranium, kalsinasi bijih krom, daur ulang timah
dari limbah baterai, daur ulang aluminium dan seng.
4. Sabun dan Deterjen
13
Soda abu bertindak sebagai pembangun atau pelembut air dalam formulasi sabun, deterjen
dan produk pembersih lainnya. Soda abu juga bertindak sebagai sumber alkalinitas untuk mengatur
pH.
5. Industri Baja
Digunakan dalam industri baja sebagai fluks, desulfurizer, dephosphorizer dan denitrider.
(Rahmawati, 2018).
14
BAB III
KESIMPULAN
III.1 Kesimpulan
1. Soda abu (soda ash) atau dikenal juga dengan sebutan soda cuci atau soda kristal terdiri
atas sekitar 99,3% natrium karbonat (Na2CO3). Natrium karbonat sendiri adalah garam
natrium dari asam karbonat yang cukup larut dalam air. Paling umum ditemukan dalam
bentuk kristal dekahidrat yang mudah effloresces membentuk bubuk putih, monohidrat.
Serbuk murni dari natrium karbonat ini tidak berbau, bersifat higroskopis, memiliki rasa
alkalin/ pahit yang kuat, dan cukup larut dalam air.
2. Dalam industri pembuatan soda abu dikenal 3 jenis prose yaitu; proses Leblanc, proses
Solvay dan proses natural.
3. Manfaat dari soda abu adalah sering digunakan dalam bahan pembuatan industri kaca,
kimia, metalurgi non besi, baja dan pada pembuatan sabun dan detergen.
15
DAFTAR PUSTAKA
16