Tak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr. T. Ir. Susilowati, MT
selaku dosen pengampu mata kuliah Konsep Teknologi yang telah membantu
penulis dalam mengerjakan makalah ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih
kepada teman-teman yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Penulis menyadari ada kekurangan pada makalah ini. Oleh sebab itu, saran dan
kritik senantiasa diharapkan demi perbaikan karya penulis. Penulis juga berharap
semoga makalah ini mampu memberikan pengetahuan tentang pembakaran
menggunakan gliserin terutama dalam ilmu Teknik kimia
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I....................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ................................................................................................... 1
I.1. Latar Belakang ............................................................................................... 1
I.3. Tujuan ............................................................................................................ 1
I.4. Manfaat .......................................................................................................... 2
BAB II ..................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN...................................................................................................... 3
II.1. Pengertian Pembakaran ................................................................................ 3
II.2. Perubahan Akibat Pembakaran .................................................................... 4
II.3. Reaksi Pembakaran ...................................................................................... 4
II.4. Proses Perpindahan Panas ............................................................................ 5
II.5 Alat Perpindahan Panas................................................................................. 7
BAB III .................................................................................................................. 11
PEMBAHASAN.................................................................................................... 11
III.1. Pemurnia Gliserin ..................................................................................... 11
III.2 Kelebihan dan Kekurangan Energi Biomassa Gliserin .............................. 15
III.3 Manfaat Bahan Bakar Gliserin terhadap Lingkungan ............................... 16
BAB IV .................................................................................................................. 17
PENUTUP ............................................................................................................. 17
IV.I Kesimpulan ................................................................................................. 17
IV.2 Saran .......................................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 18
BAB I
PENDAHULUAN
I.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui senyawa gliserin
2. Untuk mengetahui reaksi yang terjadi saat pembakaran
3. Untuk mengetahui kelebihan gliserin sebagai bahan bakar
1
I.4. Manfaat
1. Agar pembaca mengetahui pemanfaatan gliserin
2. Agar pembaca mengetahui bahan bakar tidak hanya berasal dari fosil
3. Agar pembaca mengetahui gliserin energi terbarukan
2
BAB II
PEMBAHASAN
Pembakaran adalah oksidasi bahan bakar secara cepat yang disertai dengan
produksi panas atau panas dan cahaya. Pelepasan panas dan cahaya ini ditandai
dengan terbentuknya api. Pembakaran yang sempurna terjadi hanya jika terdapat
pasokan oksigen yang cukup dan biasanya pembakaran dilakukan dengan udara
berlebih untuk menjamin pembakaran yang sempurna. Proses pembakaran juga
dapat diartikan sebagai reaksi kimia antara bahan bakar dengan oksigen dari udara.
Hasil pembakaran utama adalah karbondioksida dan uap air serta energi panas.
Sedangkan hasil pembakaran yang lain adalah karbonmonoksida, abu (ash), NOx,
atau SOx, tergantung dari jenis bahan bakarnya.
3
simultan. Masing-masing metode ini juga dapat memiliki rezim aliran yang
berbeda(Triwibowo,2013).
4
sempurna dengan udara yaitu oksigen. Berikut adalah contoh pembakaran normal
CH4:
Tetapi dalam pembakaran yang tidak lengkap yaitu pembakaran yang ada kelebihan
atau kekurangan oksigen. Contoh reaksi kelebihan oksigen:
Jadi didalam persamaan reaksi di atas masih ada CO yang tidak terbakar dan keluar
bersama-sama dengan gas buang. Hal tersebut disebabkan karena kekurangan
oksigen(Yusuf,2018).
Konduksi adalah proses dimana panas mengalir dari daerah yang bersuhu
tinggi kedaerah yang bersuhu lebih rendah di dalam satu medium (padat, cair atau
gas) atau antara medium-medium yang berlainan yang bersinggungan secara
langsung . Dalam aliran panas konduksi, perpindahan energi terjadi karena
hubungan molekul secara langsung tanpa adanya perpindahan molekul yang cukup
besar. Konduksi adalah satu-satunya mekanisme dimana panas dapat mengalir
dalam zat padat yang tidak tembus cahaya. Konduksi penting pula dalam fluida,
5
tetapi di dalam medium yang bukan padat biasanya tergabung dengan konveksi,
dan dalam beberapa hal juga dengan radiasi. Persamaan dasar untuk konduksi satu
dimensi dalam keadaan studi dapat ditulis:
Radiasi adalah proses dengan mana panas mengalir dari benda yang bersuhu
tinggi ke benda yang bersuhu rendah bila benda-benda itu terpisah di lama ruang,
bahkan bila terdapat ruang hampa di antara benda-benda tersebut. Semua benda
memancarkan panas radiasi secara terus-menerus. Intensitas pancaran tergantung
pada suhu dan sifat permukaan. Energi radiasi bergerak dengan kecepatan cahaya
(3 x 108 m/s) dan gejala-gejalanya menyerupai radiasi cahaya. Memang menurut
teori elektromagnetik, radiasi cahaya dan radiasi thermal hanya berbeda dalam
panjang gelombang masing-masing
6
berubah-ubah). Fluks kalor dari permukaan padat akan bergantung juga pada
temperatur permukaan (Tw) dan temperatur fluida (Tf), tetapi biasanya dianggap
bahwa (ΔT = TW – Tf) yang penting. Akan tetapi, jika sifat-sifat fluida berubah
dengan nyata pada daerah pengkonveksi (convection region), maka
temperaturtemperatur absolute Tw dan Tf dapat juga merupakan faktor-faktor
penting didalam korelasi(Supu,2016).
Menurut [1] [3] bahwa sistem pendinginan pada motor diesel dilakukan agar motor
disel dapat bekerja pada temperatur kerja. Menurut [4] bahwa panas diserap secara
konduksi dari metal disekeliling silinder, katup, dari kepala silinder menuju cairan
7
pendingin, sehingga temperatur pendingin akan naik, sehingga untuk mendapatkan
hasil yang maksimal maka kapasitas pendinginan harus memadai dalam kondisi
kerja yang baik, ada pun media pendingin yang sering digunakan adalah minyak,
air tawar dan air laut dimana ketiga temperatur media pendingin tersebut harus tetap
di jaga agar terjadi proses perpindahan panas dengan baik dan juga penggunanan
alat perpindahan panas harus di perhatikan sehingga temperatur kerja dari motor
diesel dapat diwujudkan.
● Cooler
● Boiler
● Condensor
● Evaporator
● Chiller.
Adapun bentuk dari alat penukar kalor yang umum digunakan adalah:
Menurut arah aliran fluida yang mengalir, alat penukar kalor dapat
dikelompokkan atas:
8
Gambar arah aliran alar penukar kalor counter dan co current dapat dilihat
pada Gambar 2
a. Konveksi satu fasa (dapat terjadi dengan konveksi paksa atau alamiah)
b. Konveksi dua fasa (dapat terjadi dengan konveksi paksa atau alamiah)
c. Kombinasi perpindahan kalor konveksi dan radiasi.
Prinsip kerja dari alat penukar kalor tipe shell and tube ini yaitu dengan
menukar kalor yang akan dibuang dari fluida panas tanpa adanya kontak langsung
dengan fluida dingin yang akan menerima panas tersebut. Dimana fluida yang
mengalir di dalam tube dengan temperatur tinggi akan memberikan sebagian
kalornya kepada fluida di dalam shell yang temperaturnya lebih rendah, dapat juga
terjadi sebaliknya.
9
Standard Tubular Exchanger Manufacture (TEMA) mengklasifikasikan
penukar kalor jenis shell and tube dalam tiga kelas, yaitu:
a. Kelas “R” Dirancang untuk dioperasikan pada kondisi yang relatif berat,
biasanya digunakan dalam industri minyak.
b. Kelas “B” Dirancang untuk dioperasikan pada kondisi yang sedang,
biasanya digunakan untuk proses-proses kimia.
c. Kelas “C” Dirancang untuk dioperasikan pada kondisi ringan, biasanya
digunakan untuk jasa pelayanan umum.
(stasionary head)
Salah satu jenis alat penukar kalor yaitu arah alirannya berlawanan arah
dimana penukar panas jenis ini, kedua fluida (panas dan dingin) masuk dan keluar
pada sisi yang berlawanan.Temperatur fluida dingin yang keluar dari penukar panas
lebih tinggi dibandingkan temperatur fluida panas yang keluar dari penukar kalor,
sehingga dianggap lebih baik dari aliran searah.Gambar profil temperatur alat
penukar kalor aliran berlawanan dapat dilihat pada Gambar 3.
(Patayang,2017).
10
BAB III
PEMBAHASAN
11
Selain itu, salah satu proses yang dilakukan pada pemurnian gliserol adalah
proses penghilangan warna yang tidak diinginkan. Proses ini disebut dengan
bleaching (pemucatan) atau penghilangan warna.Warna yang terdapat pada gliserol
merupakan warna dari minyak yang terlarut dan biasanya hanya dapat dihilangkan
dengan perlakuan khusus yaitu dengan proses bleaching. Proses bleaching
(pemucatan) yang telah dikenal secara luas terdapat beberapa macam, antara lain
pemucatan dengan adsorpsi, yaitu dengan cara menggunakan bahan pemucat
seperti karbon aktif. Ada pula pemucatan dengan oksidasi. Oksidasi ini bertujuan
untuk merombak zat warna yang ada tanpa memperhatikan kualitas produk yang
dihasilkan, banyak digunakan pada industri sabun. Pemucatan yang lain bisa pula
menggunakan panas. Pada suhu tinggi zat warna akan mengalami kerusakan
sehingga warna yang dihasilkan akan lebih pucat. Biasanya disertai dengan kondisi
hampa udara (vakum). Terakhir adalah pemucatan dengan hidrogenasi.
Hidrogenasi bertujuan untuk menjenuhkan ikatan rangkap yang ada dan ikatan
rangkap yang terdapat pada karoten akan terisi atom H. Karoten yang
terhidrogenasi warnanya akan bertambah pucat.
12
Metode purifikasi gliserin menggunakan tiga tahap reaksi, yaitu
acidification, polar solven extraction, dan activated carbon adsorption.
13
3. Pemurnian Senyawa Gliserin Metode Activeted Carbon Adsoption
14
penambahan karbon aktif sebanyak 65-100 g/l gliserol, Air dan MONG sedikit
berubah dengan dosis yang berbeda dari karbon aktif, sekitar 0,03-0,06% dan
0,4-1,5% (w/w), masing-masing, sementara komposisi gliserol tidak berubah
secara signifikan dengan dosis yang berbeda karbon aktif (96% (w/w)). Hal ini
karena gliserol memiliki ukuran molekul lebih besar (~0,3 nm) dari ukuran pori
karbon aktif (~0,239 nm). Penggunaan adsorpsi dalam pemurnian gliserol.
Waktu optimum yang dibutuhkan untuk adsorpsi adalah 120 menit dimana
terjadi penghilangan maksimum terhadap warna, pengurangan level
kontaminan dan abu serta meningkatkan kadar kemurnan gliserol. Waktu
adsorpsi yang lebih dari 120 menit tidak lagi memberikan efek yang signifikan
terhadap kinerja adsorps(Rifa’i,2019).
1. Sumber energi ini dapat dimanfaatkan secara lestari karena sifatnya yang
renewable resources.
15
2. Sumber energi ini relatif tidak mengandung unsur sulfur sehingga tidak
menyebabkan polusi udara sebagaimana yang terjadi pada bahan bakar fosil.
(Sulistyanto,2006)
16
BAB IV
PENUTUP
IV.I Kesimpulan
Gliserol adalah senyawa gliserida yang paling sederhana, dengan hidroksil
yang bersifat hidrofilik dan higroskopik. Gliserol merupakan komponen yang
menyusun berbagai macam lipid, termasuk trigliserida. Dalam pembakaran normal
semua atom karbon dan hidrogen bereaksi sempurna dengan udara yaitu oksigen.
Berikut adalah contoh pembakaran normal CH4:
Gliserin dapat digunakan untuk pengganti bahan bakar dikarenakan bahan bakar
fosil merupakan energi yang tidak dapat diperbaharui sehingga dikhawatirkan akan
habis. Gliserin sebagai bahan bakar juga lebih ramah tetapi proses pemurnian
gliserin harus menggunakan alat mahal sehingga belum banyak yang
menggunakannya
IV.2 Saran
1. Sebaiknya kita harus berhemat dalam menggunakan bahan bakar fosil agar
seumber dayanya tidak habis
2. Sebaiknya manusia harus mulai memikirkan energi terbarukan
17
DAFTAR PUSTAKA
Patayang,M 2017, “Analisa Lau Perpindahan Panas Locooler Tipe Shell And Tube
Aliran Berlawanan Arah Pada KM Pantokrator”, SNITT Polikteknik Negeri
Balikpapan, hh. 27-28
Yusuf,N 2018,”Analisis Pengaruh Suhu Mesin Terhadap Emisi Gas Buang Pada
Kondisi Torsi Dan Daya Maksimum”, Rang Teknik Journal,Vol.1,No. 2,hh.
236-237.
18