Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH MIKROBIOLOGI

“ Peran Protozoa Dalam Industri Pengolahan Limbah Minyak “

Dosen Pengampu :
Ir. Suprihatin, MT

Paralel B ( Kelompok 1 )
Nama Anggota:

1. Putri Anggraini (20031010056)


2. Fara Zabrina Noviardiyanti (20031010060)
3. Rofidatul Hasanah (20031010061)
4. Akmal Athobarani (20031010082)
5. Aditya Yoga Erlangga (20031010083)
6. Layyinatul Afida (20031010084)
7. Sultan Tora Fattahu Majid (20031010085)

PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNIK
UPN “ VETERAN “ JAWA TIMUR
SURABAYA
2021

1
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberika nikmat serta hidayah-
Nya terutama nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah mata kuliah “Mikrobiologi”. Kemudian, shalawat serta
salam selalu terlimpahkan kepada Nabi besar kita Muhammad SAW yang telah
memberikan pedoman hidup bagi kita semua. Dalam menyelesaikan tugas ini
penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ir. Suprihatin , MT selaku dosen pengampu mata kuliah Mikrobiologi
2. Teman-teman yang ikut berpartisispasi dalam pengerjaan makalah ini
3. Doa orang tua yang selalu menyertai tiap langkah kami. Berkat beliaulah
makalah ini dapat diselesaikan dengan baik.

Penulis menyadari sepenuh hati bahwa dalam pembuatan makalah yang


penulis buat masih jauh dari kata sempurna yang diharapkan oleh semua pihak,
khususnya pembaca. Untuk itu penulis membutuhkan saran dan kritik dari
pembaca, agar makalah yang dibuat oleh penulis menjadi sempurna dan
bermanfaat bagi semua.

Surabaya, 21 Maret 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i


DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
I.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
I.2 Tujuan ....................................................................................................... 2
I.3 Manfaat ..................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................ 3
II. 1 Pengertian Protozoa .................................................................................. 3
II. 2 Pengertian Limbah Minyak ...................................................................... 4
II. 3 Proses Pengolahan Limbah Minyak ......................................................... 4
II. 4 Hasil Pengolahan Limbah Minyak ........................................................... 5
II. 5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengolahan Limbah......................... 6
BAB III PENUTUP ................................................................................................ 8
III. 1 Kesimpulan ............................................................................................... 8
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 9

ii
BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Protozoa merupakan salah satu kelompok fauna bersel tunggal yang
ukurannya sangat beragam dari beberapa mikron sampai 4-5 mm dan hidup di
berbagai lingkungan. Kebanyakan dari spesies protozoa terutama yang hidup
dalam tanah merupakan organisme mikroskopik yang hanya dapat diteliti
dengan menggunakan mikroskop dan dengan pembesaran yang tinggi.
Protozoa terdiri atas empat kelompok besar yaitu flagellata, amuba, ciliata,
dan sporozoa yang masing-masing jumlahnya sekitar 103 g-1 tanah.
Pembagian kelompok ini berdasarkan alat gerak, pembelahan sel, dan tahap
siklus hidup. Panjang flagellata berkisar 5-20 µm, amuba >50 µm, sporozoa
45-60 µm, dan ciliata >100 µm.

Aktivitas mikroorganisme protozoa dapat dimanfaatkan dalam


pemanfaatan limbah industry, salah satunya adalah biodegradasi. Biodegradasi
merupakan salah satu pengolahan limbah secara biologi yang sering dipilih
karena efektif untuk pengolahan limbah organik terlarut dan membutuhkan
biaya yang sedikit. Namun keberhasilan pengolahan limbah secara biologi
sangat tergantung pada aktivitas dan kemampuan mikroorganisme
pendegradasi bahan organik dalam limbah. Prinsip pengolahan limbah secara
biologi adalah pemanfaatan aktivitas mikroorganisme seperti bakteri, fungi,
dan protozoa. Mikroorganisme tersebut merombak limbah organik menjadi
senyawa organik sederhana dan mengkonversikannya menjadi gas
karbondioksida (CO2), air (H2O) dan energi untuk pertumbuhan dan
reproduksinya. Parameter kimia untuk mengukur tingkat biodegradasi limbah
organik adalah dengan mengukur nilai Chemical Oxygen Demand (COD),
nilai Biochemical Oxygen Demand (BOD), dan pH limbah. Oleh karena itu,
makalah ini dibuat agar mahasiswa mampu memahami dan menerapkan
proses pemanfaatan mikroorganisme pada limbah industry.

1
I.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian protozoa dan limbah minyak
2. Untuk mengetahui proses dan hasil pembuatan limbah minyak
3. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pada proses
pembuatan limbah minyak

I.3 Manfaat
1. Agar dapat memahami pengertian protozoa dan limbah minyak
4. Agar dapat memahami proses dan hasil pembuatan limbah minyak
5. Agar dapat memahami faktor-faktor yang mempengaruhi pada proses
pembuatan limbah minyak

2
BAB II
PEMBAHASAN

II. 1 Pengertian Protozoa


Protozoa merupakan mikroorganisme ber sel tunggal yang banyak terdapat
di dalam air laut, air tawar, tanah lembab, dan dalam tubuh organisme lain.
Meskipun hanya terdiri dari satu sel dengan satu atau beberapa inti, ternyata
protozoa memiliki susunan anatomi, fisiologi dan tingkah laku yang sangat
kompleks. Bentuk dan ukuran protozoa sangat beragam. Beberapa berbentuk
lonjong atau membola, ada yang memanjang, ada pula yang polimorfik
(mempunyai berbagai bentuk morfologi pada tingkat tingkat yang berbeda dalam
daur hidupnya). Beberapa protozoa berdiameter sekecil 1 nanometer; yang lain,
seperti Amoeba proteus berukuran 600 nanometer atau lebih. Beberapa siliata
yang umum mencapai ukuran 2.000 nanometer atau 2 mm, jadi dapat dilihat
dengan mudah tanpa perbesaran.
Protozoa adalah eukariotik (inti dilindungi membrane inti) sehingga
substansi genetic atau kromosomnya terpisah dengan sitoplasma karena ada
pembatas membran inti (caryotheca). Bentuk sel umumnya tetap kecuali
Rhizopoda. Protozoa termasuk kategori organisme heterotrof karena organisme
ini tidak bisa menghasilkan makanannya sendiri untuk bertahan hidup. Beberapa
jenis bersifat parasit dan menyebabkan penyakit pada manusia dan hewan ternak.
Memiliki bentuk tubuh yang berbeda pada tiap fase dalam siklus hidupnya. Sifat
hidup Protozoa kebanyakan adalah bebas di alam namun sebagian kecil bersifat
parasit. Protozoa yang hidup bebas disebut juga sebagai Protozoa nonpatogenik
sedangkan yang parasit disebut Protozoa patogenik. Protozoa nonpatogenik tidak
akan merugikan organisme lain justru beberapa diantaranya bermanfaat. Habitat
Protozoa menyebar luas dan banyak ditemukan di perairan tawar, sungai kecil dan
kolam (Astuti, 2018).

3
II. 2 Pengertian Limbah Minyak
Limbah minyak goreng merupakan limbah yang berasal dari minyak yang
telah digunakan hingga 3-4 kali penggorengan. Akibatnya, minyak goreng yang
digunakan berulang kali menyebabkan asam lemak yang terkandung akan
semakin jenuh dan akan berubah warna. Minyak goreng bekas tersebut dikatakan
telah rusak atau dapat disebut minyak jelantah dan kurang baik untuk
dikomsumsi. Penggorengan makanan pada suhu tinggi, yang dilakukan dengan
menggunakan minyak yang memiliki kadar asam lemak jenuh yang tinggi,
mengakibatkan makanan menjadi berbahaya bagi Kesehatan. Batas maksimal
bilangan peroksida dalam minyak goreng yang layak dikonsumsi manusia adalah
10 meq/ kg minyak goreng. Namun, umumnya minyak jelantah memiliki bilangan
peroksida 20-40 meq/kg sehingga tidak memenuhi standar mutu bagi Kesehatan
(Kusumaningtyas, 2018).

II. 3 Proses Pengolahan Limbah Minyak


Pada dasarnya, cara biologi adalah pemutusan molekul kompleks menjadi
molekul sederhana oleh mikroorganisme. Proses ini sangat peka terhadap faktor
suhu, pH, oksigen terlarut (DO), dan zat-zat inhibitor terutama zat-zat beracun.
Mikroorganisme yang digunakan untuk pengolahan limbah adalah bakteri, algae,
atau protozoa. Pengolahan limbah anaerob adalah sebuah metode biologi untuk
peruraian bahan organik atau anorganik tanpa kehadiran oksigen. Produk akhir
dari degradasi anaerob adalah gas, paling banyak metana (CH4), karbondioksida
(CO2), dan sebagian kecil hidrogen sulfida (H2S) dan hidrogen (H2). Bakteri
anaerob tidak memerlukan oksigen bebas dan dapat bekerja dengan baik pada
suhu yang semakin tinggi hingga 40°C, serta pada pH sekitar 7. Bakteri anaerob
juga akan bekerja dengan baik pada keadaan yang gelap dan tertutup. Reaksinya
adalah sebagai berikut:

Gambar II.1. Reaksi Pada Pengolahan Limbah Minyak

4
Dalam proses anaerob ini, penguraian bahan organik dilakukan oleh
mikroorganisme dan dibagi menjadi dua tahap. Tahap pertama, fase non-
methanogenic. Bakteri pembentuk asam yang terdiri dari bakteri anaerob dan
fakultatif menghidrolisis senyawa organik komplek menjadi molekul sederhana.
Pati yang terhidrolisis menjadi gula sederhana dan protein yang dipecah menjadi
asam amino, sementara lemak tetap utuh. Metabolisme ini akan menekan pH dan
menghambat pertumbuhan bakteri dekomposisi. Tahap kedua, fase methanogenic
(penghasil metan). Mikroorganisme ini disebut sebagai bakteri pembentuk metan
yang memanfaatkan asam organik sebagai substrat dan memetabolisme asam
organik yang dibentuk oleh tahap pertama menjadi karbondioksida (CO2) dan
metan (CH4). Asam amino akan dipecah dan mengakibatkan pembentukan
amonia yang berfungsi untuk menetralkan asam dan meningkatkan pH bagi
bakteri metan. Asam lemak didekomposisi menjadi senyawa sederhana, yaitu
CH4 dan CO2 (Doraja,2012).

II. 4 Hasil Pengolahan Limbah Minyak


Meskipun minyak goreng bekas bersifat karsinogenik bagi tubuh dan
bersifat merusak lingkungan bila dibuang sembarangan, namun bukan berarti
minyak goreng bekas tidak berguna. Setelah dilakukan proses pemulihan minyak
goreng bekas menjadi jernih dan tidak berbau, namun tetap tidak boleh digunakan
lagi untuk meng goreng karena tidak baik untuk kesehatan tubuh dan biasanya
tidak tahan lama dalam penggunaannya. Minyak goreng bisa diolah menjadi
minyak goreng yang jernih dan dapat dimanfaatkan untuk keperluan lain,
misalnya digunakan sebagai bahan bakar lilin biasa maupun lilin hias dan dapat
digunakan sebagai bahan baku pembuatan sabun.
1. Pembuatan sabun
Pemanfaatan minyak goreng bekas menjadi sabun dapat dilakukan
dengan mereaksikannya dengan natrium hidroksida dengan perbandingan
tertentu, ditambahkan bahan tambahan bila diperlukan misalnya pewangi agar
sabun berbau harum, pewarna agar lebih menarik, pembusa agar sabun
menghasilkan banyak busa, gula pasir agar sabun tampak bening (transparan).

5
Penambahan bahan dilakukan bertahap sedikit demi sedikit dalam wadah dan
dilakukan pengadukan hingga terbentuk gumpalan sabun. Sabun yang
terbentuk dimasukkan ke dalam cetakan dengan bentuk sesuai selera,
kemudian didiamkan dalam penyimpanan selama 15 hari agar reaksi
pembentukan sabun sempurna, dan kemudian sabun dapat digunakan.
2. Bahan bakar lilin
Namun minyak ini dapat digunakan sebagai bahan bakar lilin. Apabila
terjadi pemadaman listrik dari PLN yang sekarang masih sering terjadi, maka
diperlukan penerangan konvensional yaitu lilin yang tidak tahan lama dalam
penggunaannya. Dengan bantuan bahan bakar yang berupa minyak goreng
bekas maka lilin akan bisa dipakai dalam waktu yang sangat panjang. Cara
penggunaannya sangat sederhana, lilin dipasang dalam gelas, kemudian gelas
diisi minyak goreng bekas sampai batas sumbunya. Kemudian lilin
dinyalakan maka nyala dari sumbu lilin berasal dari bahan bakar bukan dari
lilin, sehingga lilin menjadi sangat awet. Apabila ke dalam minyak ditambah
bahan pengharum maka lilin berfungsi juga sebagai aromaterapi.
3. Diolah menjadi biodesel
Limbah minyak goreng dapat diolah kembali menjadi biodiesel. Ia
dapat diolah dengan minyak sayur atau lemak hewan, dicampur dengan jenis
alkohol metanol. Biodiesel yang dihasilkan dari limbah minyak goreng dapat
menjadi pengganti BBM. Ia juga mengeluarkan gas yang lebih tidak
destruktif jika digunakan untuk traktor, sepeda motor, dan kendaraan-
kendaraan lainnya.
(Yuniwati, 2019).

II. 5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengolahan Limbah


Faktor-faktor yang mempengaruhi pengolahan limbah anaerob di
antaranya :
1. Bakteri anaerob tidak memerlukan oksigen bebas dan dapat bekerja
dengan baik pada suhu yang semakin tinggi hingga 40°C, serta pada pH
sekitar 7. Bakteri anaerob juga akan bekerja dengan baik pada keadaan

6
yang gelap dan tertutup.pada fase fase non-methanogenic,Metabolisme ini
akan menekan pH dan menghambat pertumbuhan bakteri dekomposisi.
2. Meningkatnya biomassa mikroorganisme akan menyebabkan turunnya
konsentrasi bahan organik pada limbah. Peningkatan biomassa disebabkan
oleh pertumbuhan mikroorganisme dalam limbah tersebut. Kenaikan nilai
COD disebabkan oleh semakin banyaknya biomassa yang terbentuk akibat
pertambahan sel, sehingga bahan organik yang harus didegradasi pun akan
bertambah dengan sendirinya.
3. Pertumbuhan populasi mikroorganisme berpengaruh penting terhadap
efisiensi proses penyisihan nilai COD. Makin lama waktu tinggal
mikroorganisme akan memberikan waktu kontak antara bahan organik
yang terdapat dalam limbah cair dengan mikroorganisme juga semakin
lama, sehingga degradasi senyawa organik (penurunan COD) menjadi
besar.
(Doraja, 2012).

7
BAB III
PENUTUP

III. 1 Kesimpulan
Berdasarkan makalah yang telah dibuat, dapat disimpulkan sebagai
berikut :
1. Protozoa merupakan mikroorganisme ber sel tunggal yang banyak
terdapat di dalam air laut, air tawar, tanah lembab, dan dalam tubuh
organisme lain. Sedangkan limbah minyak merupakan limbah yang
berasal dari minyak yang telah digunakan hingga 3-4 kali
penggorengan sehingga asam lemak yang terkandung akan semakin
jenuh dan berubah warna.
2. Pengolahan limbah anaerob adalah sebuah metode biologi untuk
peruraian bahan organik atau anorganik tanpa kehadiran oksigen.
Produk akhir dari degradasi anaerob adalah gas, paling banyak metana
(CH4), karbondioksida (CO2), dan sebagian kecil hidrogen sulfida
(H2S) dan hidrogen (H2). Hasil dari pengolahan limbah minyak dapat
digunakan untuk pembuatan sabun, bahan bakar lilin dan juga
biodesel.
3. Bakteri anaerob tidak memerlukan oksigen bebas dan dapat bekerja
dengan baik pada suhu yang semakin tinggi hingga 40°C, serta pada
pH sekitar 7. Kemudian, peningkatan biomassa mikroorganisme akan
menyebabkan turunnya konsentrasi bahan organik pada limbah dan
pertumbuhan populasi mikroorganisme berpengaruh penting terhadap
efisiensi proses penyisihan nilai COD (Chemical Oxygen Demand).

8
DAFTAR PUSTAKA

Astuti, D.S. 2018, ‘Inventarisasi Protozoa di Objek Wisata Umbul Cokro Tulung
Klaten’, Seminar Nasional Pendidikan Biologi dan Saintek, vol. 1, no. 1,
hh. 70-73
Doraja, H, Shovitri, M & Kuswytasari, D 2012, ‘Biodegradasi Limbah Domestik
dengan Menggunakan Inokulum Alami Dari Tangki Septik’, Jurnal Sains
dan Seni ITS, vol. 1, no 1, hh. E-44 – E-47
Kusumaningtyas 2018,’ Penerapan Teknologi Pengolahan Limbah Minyak
Goreng Bekas Menjadi Sabun Cuci Piring Untuk Pengendalian
Pencemaran Dan Pemberdayaan Masyarakat’, Jurnal ABDIMAS, vol 22,
no 2, hh. 201-209
Yuniwati, M 2019, ‘Teknologi Pengolahan Dan Pemanfatan Limbah Minyak
Goreng Bekas Bagi Masyarakat Dusun Ngoto Kelurahan Bangunharjo,
Kecamatan Sewon Kabupaten Bantul’, Jurnal Dharma Bakti, vol.2, no.2,
hh. 136-137

Anda mungkin juga menyukai