Dosen Pengampu :
Ir. Suprihatin, MT
Paralel B ( Kelompok 1 )
Nama Anggota:
1
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberika nikmat serta hidayah-
Nya terutama nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah mata kuliah “Mikrobiologi”. Kemudian, shalawat serta
salam selalu terlimpahkan kepada Nabi besar kita Muhammad SAW yang telah
memberikan pedoman hidup bagi kita semua. Dalam menyelesaikan tugas ini
penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ir. Suprihatin , MT selaku dosen pengampu mata kuliah Mikrobiologi
2. Teman-teman yang ikut berpartisispasi dalam pengerjaan makalah ini
3. Doa orang tua yang selalu menyertai tiap langkah kami. Berkat beliaulah
makalah ini dapat diselesaikan dengan baik.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
I.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian protozoa dan limbah minyak
2. Untuk mengetahui proses dan hasil pembuatan limbah minyak
3. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pada proses
pembuatan limbah minyak
I.3 Manfaat
1. Agar dapat memahami pengertian protozoa dan limbah minyak
4. Agar dapat memahami proses dan hasil pembuatan limbah minyak
5. Agar dapat memahami faktor-faktor yang mempengaruhi pada proses
pembuatan limbah minyak
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
II. 2 Pengertian Limbah Minyak
Limbah minyak goreng merupakan limbah yang berasal dari minyak yang
telah digunakan hingga 3-4 kali penggorengan. Akibatnya, minyak goreng yang
digunakan berulang kali menyebabkan asam lemak yang terkandung akan
semakin jenuh dan akan berubah warna. Minyak goreng bekas tersebut dikatakan
telah rusak atau dapat disebut minyak jelantah dan kurang baik untuk
dikomsumsi. Penggorengan makanan pada suhu tinggi, yang dilakukan dengan
menggunakan minyak yang memiliki kadar asam lemak jenuh yang tinggi,
mengakibatkan makanan menjadi berbahaya bagi Kesehatan. Batas maksimal
bilangan peroksida dalam minyak goreng yang layak dikonsumsi manusia adalah
10 meq/ kg minyak goreng. Namun, umumnya minyak jelantah memiliki bilangan
peroksida 20-40 meq/kg sehingga tidak memenuhi standar mutu bagi Kesehatan
(Kusumaningtyas, 2018).
4
Dalam proses anaerob ini, penguraian bahan organik dilakukan oleh
mikroorganisme dan dibagi menjadi dua tahap. Tahap pertama, fase non-
methanogenic. Bakteri pembentuk asam yang terdiri dari bakteri anaerob dan
fakultatif menghidrolisis senyawa organik komplek menjadi molekul sederhana.
Pati yang terhidrolisis menjadi gula sederhana dan protein yang dipecah menjadi
asam amino, sementara lemak tetap utuh. Metabolisme ini akan menekan pH dan
menghambat pertumbuhan bakteri dekomposisi. Tahap kedua, fase methanogenic
(penghasil metan). Mikroorganisme ini disebut sebagai bakteri pembentuk metan
yang memanfaatkan asam organik sebagai substrat dan memetabolisme asam
organik yang dibentuk oleh tahap pertama menjadi karbondioksida (CO2) dan
metan (CH4). Asam amino akan dipecah dan mengakibatkan pembentukan
amonia yang berfungsi untuk menetralkan asam dan meningkatkan pH bagi
bakteri metan. Asam lemak didekomposisi menjadi senyawa sederhana, yaitu
CH4 dan CO2 (Doraja,2012).
5
Penambahan bahan dilakukan bertahap sedikit demi sedikit dalam wadah dan
dilakukan pengadukan hingga terbentuk gumpalan sabun. Sabun yang
terbentuk dimasukkan ke dalam cetakan dengan bentuk sesuai selera,
kemudian didiamkan dalam penyimpanan selama 15 hari agar reaksi
pembentukan sabun sempurna, dan kemudian sabun dapat digunakan.
2. Bahan bakar lilin
Namun minyak ini dapat digunakan sebagai bahan bakar lilin. Apabila
terjadi pemadaman listrik dari PLN yang sekarang masih sering terjadi, maka
diperlukan penerangan konvensional yaitu lilin yang tidak tahan lama dalam
penggunaannya. Dengan bantuan bahan bakar yang berupa minyak goreng
bekas maka lilin akan bisa dipakai dalam waktu yang sangat panjang. Cara
penggunaannya sangat sederhana, lilin dipasang dalam gelas, kemudian gelas
diisi minyak goreng bekas sampai batas sumbunya. Kemudian lilin
dinyalakan maka nyala dari sumbu lilin berasal dari bahan bakar bukan dari
lilin, sehingga lilin menjadi sangat awet. Apabila ke dalam minyak ditambah
bahan pengharum maka lilin berfungsi juga sebagai aromaterapi.
3. Diolah menjadi biodesel
Limbah minyak goreng dapat diolah kembali menjadi biodiesel. Ia
dapat diolah dengan minyak sayur atau lemak hewan, dicampur dengan jenis
alkohol metanol. Biodiesel yang dihasilkan dari limbah minyak goreng dapat
menjadi pengganti BBM. Ia juga mengeluarkan gas yang lebih tidak
destruktif jika digunakan untuk traktor, sepeda motor, dan kendaraan-
kendaraan lainnya.
(Yuniwati, 2019).
6
yang gelap dan tertutup.pada fase fase non-methanogenic,Metabolisme ini
akan menekan pH dan menghambat pertumbuhan bakteri dekomposisi.
2. Meningkatnya biomassa mikroorganisme akan menyebabkan turunnya
konsentrasi bahan organik pada limbah. Peningkatan biomassa disebabkan
oleh pertumbuhan mikroorganisme dalam limbah tersebut. Kenaikan nilai
COD disebabkan oleh semakin banyaknya biomassa yang terbentuk akibat
pertambahan sel, sehingga bahan organik yang harus didegradasi pun akan
bertambah dengan sendirinya.
3. Pertumbuhan populasi mikroorganisme berpengaruh penting terhadap
efisiensi proses penyisihan nilai COD. Makin lama waktu tinggal
mikroorganisme akan memberikan waktu kontak antara bahan organik
yang terdapat dalam limbah cair dengan mikroorganisme juga semakin
lama, sehingga degradasi senyawa organik (penurunan COD) menjadi
besar.
(Doraja, 2012).
7
BAB III
PENUTUP
III. 1 Kesimpulan
Berdasarkan makalah yang telah dibuat, dapat disimpulkan sebagai
berikut :
1. Protozoa merupakan mikroorganisme ber sel tunggal yang banyak
terdapat di dalam air laut, air tawar, tanah lembab, dan dalam tubuh
organisme lain. Sedangkan limbah minyak merupakan limbah yang
berasal dari minyak yang telah digunakan hingga 3-4 kali
penggorengan sehingga asam lemak yang terkandung akan semakin
jenuh dan berubah warna.
2. Pengolahan limbah anaerob adalah sebuah metode biologi untuk
peruraian bahan organik atau anorganik tanpa kehadiran oksigen.
Produk akhir dari degradasi anaerob adalah gas, paling banyak metana
(CH4), karbondioksida (CO2), dan sebagian kecil hidrogen sulfida
(H2S) dan hidrogen (H2). Hasil dari pengolahan limbah minyak dapat
digunakan untuk pembuatan sabun, bahan bakar lilin dan juga
biodesel.
3. Bakteri anaerob tidak memerlukan oksigen bebas dan dapat bekerja
dengan baik pada suhu yang semakin tinggi hingga 40°C, serta pada
pH sekitar 7. Kemudian, peningkatan biomassa mikroorganisme akan
menyebabkan turunnya konsentrasi bahan organik pada limbah dan
pertumbuhan populasi mikroorganisme berpengaruh penting terhadap
efisiensi proses penyisihan nilai COD (Chemical Oxygen Demand).
8
DAFTAR PUSTAKA
Astuti, D.S. 2018, ‘Inventarisasi Protozoa di Objek Wisata Umbul Cokro Tulung
Klaten’, Seminar Nasional Pendidikan Biologi dan Saintek, vol. 1, no. 1,
hh. 70-73
Doraja, H, Shovitri, M & Kuswytasari, D 2012, ‘Biodegradasi Limbah Domestik
dengan Menggunakan Inokulum Alami Dari Tangki Septik’, Jurnal Sains
dan Seni ITS, vol. 1, no 1, hh. E-44 – E-47
Kusumaningtyas 2018,’ Penerapan Teknologi Pengolahan Limbah Minyak
Goreng Bekas Menjadi Sabun Cuci Piring Untuk Pengendalian
Pencemaran Dan Pemberdayaan Masyarakat’, Jurnal ABDIMAS, vol 22,
no 2, hh. 201-209
Yuniwati, M 2019, ‘Teknologi Pengolahan Dan Pemanfatan Limbah Minyak
Goreng Bekas Bagi Masyarakat Dusun Ngoto Kelurahan Bangunharjo,
Kecamatan Sewon Kabupaten Bantul’, Jurnal Dharma Bakti, vol.2, no.2,
hh. 136-137