Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH MIKROBIOLOGI

“FAKTOR LINGKUNGAN DAN PENGENDALIAN MIKROORGANISME”

KELOMPOK 4:

1. ASTRI K. TAIMENAS
2. MILYAMIN TAOPAN
3. NELCI J. HENUKH

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS KRISTEN ARTHA WACANA

KUPANG

2015
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur bagi Tuhan atas tuntunan-Nya, kami dapat menyelesaikan
makalah ini dengan baik. Makalah ini berisi tentang “FAKTOR LINGKUNGAN DAN
PENGENDALIAN MIKROORGANISME”, hal ini perlu dibahas serta dengan adanya
pembahasan pembaca lebih paham dan memahami.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembaca serta dapat menambah wawasan
kita. Dalam penulisan makalah ini ada kelebihan dan kekurangan, maka dengan itu kami
mohon kritik dan saran dari para pembaca.
Sekian dan terimakasih.

Kupang, Oktober 2015

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................... i
KATA PENGANTAR......................................................................................... ii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................... 1
1.1.LATAR BELAKANG.......................................................................... 1
1.2 . RUMUSAN MASALAH.................................................................... 1
1.3. TUJUAN PENULISAN...................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................... 2
2.1. FAKTOR-FAKTOR LINGKUNGAN YANG
MEMPENGARUHI MIKROORGANISME........................................ 2
2.2. PENGENDALIAN MIKROORGANISME.......................................... 13
BAB III PENUTUP........................................................................................... 19
3.1. KESIMPULAN.......................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Setiap makhluk hidup memiliki cara penyesuaian diri (adaptasi) yang berbeda-beda
terhadap lingkungan. Penyesuaian diri dapat terjadi secara cepat serta bersifat sementara
waktu, tetapi perubahan tersebut dapat bersifat permanen sehingga mempengaruhi bentuk
morfologi dan sifat-sifat fisiologi yang turun-temurun. Adapula golongan mikroba yang sama
sekali peka terhadap perubahan lingkungan sehingga tidak dapat menyesuaikan diri.
Pertumbuhan pada bakteri didefinisikan peningkatan jumlah sel kuman
(berkembangbiak) yang terjadi akibat peningkatan biomassa kuman yang teratur.
Mempelajari pertumbuhan bakteri merupakan faktor terpenting dalam mengetahui beberapa
aspek fisiologi suatu bakteri.
Faktor lingkungan sangat penting artinya di dalam usaha mengendalikan kegiatan
mikroba baik untuk kepentingan proses ataupun pengendalian. Adapun faktor-faktor
lingkungan dapat dibagi menjadi 2 yaitu faktor abiotik dan biotik..

1.2. Rumusan masalah


1.2.1. Apa saja faktor lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan mikroorganime?
1.2.2.Bagaimana cara yang dilakukan dalam mengendalikan pertumbuhan
mikroorganisme?

1.3.Tujuan penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini yaitu memenuhi tugas makalah Mikrobiologi
dan lebih memahami faktor –faktor lingkungan dan pengendalian mikroorganisme .

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. FAKTOR-FAKTOR LINGKUNGAN YANG MEMPENGARUHI


MIKROORGANISME

Aktivitas mikroba dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungannya. Perubahan


lingkungan dapat mengakibatkan perubahan sifat morfologi dan fisiologi mikroba.
Beberapa kelompok mikroba sangat resisten terhadap perubahan lingkungan. Mikroba
tersebut dapat dengan cepat menyesuaikan diri dengan kondisi baru tersebut. Faktor
lingkungan meliputi Faktor lingkungan abiotik (fisika dan kimia), dan faktor biotik.

A. FAKTOR ABIOTIK
Faktor biotik terdiri atas Air, Suplai Nutrisi, suhu, kelembaban, kandungan
air, tekanan osmosis , ion-ion dan listrik.
 Air
Air merupakan komponen utama dalam sel mikroba dan medium. Fungsi
air ialah sebagai sumber oksigen untuk bahan organik sel pada respirasi.
Selain itu air berfungsi sebagai pelarut dan alat pengangkut dalam proses
metabolisme.

 Suplai Nutrisi

Mikroba sama dengan makhluk hidup lainnya, memerlukan suplai


nutrisi sebagai sumber energi dan pertumbuhan selnya. Unsur-unsur dasar
tersebut adalah : karbon, nitrogen, hidrogen, oksigen, sulfur, fosfor, zat besi
dan sejumlah kecil logam lainnya. Kekurangan sumber-sumber nutrisi ini
dapat mempengaruhi pertumbuhan mikroba hingga pada akhirnya dapat
menyebabkan kematian.

2
a. Sumber Karbon (Carbon Source)
Setiap bakteri memiliki kebutuhan sumber karbon yang berbeda. Berat
unsur karbon merupakan setengah dari berat kering bakteri. Berdasarkan
sumber karbon yang diperlukan bakteri digolongkan menjadi :
(1) Golongan Khemoheterotrof : Golongan bakteri yang memerlukan
bahan-bahan organik sebagai sumber karbon seperti protein,
karbohidrat dan lipid.
(2) Golongan Khemoototrof : Golongan bakteri yang sebagian sumber
karbonnya berasal dari CO2
(3) Golongan Fototrof : Golongan bakteri yang memerlukan sumber
karbon seluruhnya dari CO2.

b. Sumber Nitrogen, Sulfur, Fosfor


Untuk menyusun bagian-bagian sel misalnya untuk mensintesis protein
diperlukan nitrogen dan sulfur sedangkan untuk mensintesis DNA dan
RNA diperlukan nitrogen dan fosfor.

 SUHU

Suhu merupakan salah satu faktor penting di dalam mempengaruhi dan


pertumbuhan mikroorganisme. Setiap bakteri memiliki daya tahan terhadap
suhu yang berbeda-beda.
Berdasarkan hal di atas, maka suhu yang berkaitan dengan pertumbuhan
mikroorganisme digolongkan menjadi tiga, yaitu :
a. Suhu minimum yaitu suhu yang apabilah berada di bawahnya maka
pertumbuhan terhenti.
b. Suhu optimum yaitu suhu dimana pertumbuhan berlangsung paling
cepat dan optimum. (Disebut juga suhu inkubasi).
c. Suhu maksimum yaitu suhu yang apabila berada di atasnya maka
pertumbuhan tidak terjadi.

3
Sehubungan dengan penggolongan suhu di atas, maka mikroba
digolongkan menjadi; mikroba psikrofil (kriofil), mesofil dan termofil.
Psikrofil adalah kelompok mikroba yang dapat tumbuh pada suhu 0-300 C
dengan suhu optimum 150c . Mesofil adalah kelompok mikroba pada
umumnya , mempunyai suhu minimum 150 C suhu optimum 25-370 C dan
suhu maksimum 45-550c . Mikroba yang tahan hidup pada suhu tinggi
dikelompokan dalam mikroba termofil. Mikroba ini mempunyai membran
sel yang mengandung lipid jenuh, sehingga titik didihnya tinggi. Selain itu
dapat memproduksi protein termasuk enzim yang tidak terdenturasi pada
suhu tinggi. Didalam DNA-nya mengandung guanin dan sitosin dalam
jumlah yang relatif besar, sehingga molekul DNA tetap stabil pada suhu
tinggi. Kelompok ini mempunyai suhu minimum 400 C , optimum pada suhu
55-600c dan suhu maksimum untuk pertumbuhannya 750 C . Untuk mikroba
yang tidak tumbuh dibawah suhu 600c , dikelompokkan dalam mikroba
termofit obligat .
Untuk mikroba termofil yang dapat tumbuh dibawah suhu 300c ,
dimasukkan dalam kelompok mikroba termofil fakultatif. Bakteri yang hidup
didalam tanah dan air, umumnya bersifat mesofil, tetapi ada juga yang dapat
hidup diatas 500 C (termotoleran). Contoh bakteri termoteloren adalah
Methylococcus capsulatus. Contoh bakteri termofil adalah Bacillus,
Clostridium, Sulfolobus, dan bakteri pereduksi sulfat/ sulfur. Bakteri yang
hidup dilaut (fototrof) dan bakteri besi ( Gallionella) termasuk bakteri
psikrofil.

Tabel 1 : Penggolongan bakteri menurut suhu


Kelompok Suhu Minimum Suhu Optimum Suhu Maksimum
Psikrofil - 15° C. 15° C. 20° C.
Psikrotrof - 1° C. 25° C. 35° C.
Mesofil 15° C. 25 – 37° C. 45-55° C.
Thermofil 40° C. 45 – 55° C. 60 – 80° C.
Thermotrof 15° C. 42 – 46° C. 50° C.

4
Berdasarkan ketahanan panas, mikroba dikelompokkan menjadi tiga
macam, yaitu :
a. Peka terhadap panas, apabila semua sel rusak apabila dipanaskan
pada suhu 60°C selama 10-20 menit.
b. Tahan terhadap panas, apabila dibutuhkan suhu 100°C selama 10
menit untuk mematikan sel.
c. Thermodurik, dimana dibutuhkan suhu lebih dari 60°C selama 10-20
menit tapi kurang dari 100°C selama 10 menit untuk mematikan sel.

 Ketersediaan Oksigen

Mikroorganisme memiliki karakteristik sendiri-sendiri di dalam


kebutuhannya akan oksigen. Mikroorganisme dalam hal ini digolongkan
menjadi :
a. Aerobik : hanya dapat tumbuh apabila ada oksigen bebas.
b. Anaerob : hanya dapat tumbuh apabila tidak ada oksigen bebas.
c. Anaerob fakultatif : dapat tumbuh baik dengan atau tanpa oksigen bebas.
d. Mikroaerofilik : dapat tumbuh apabila ada oksigen dalam jumlah kecil.

 Kelembaban
Air sangat penting untuk kehidupan bakteri terutama karena bakteri hanya
dapat mengambil makanan dari luar dalam bentuk larutan (holophytis). Semua bakteri
tumbuh baik pada media yang basah dan udara yang lembab. Dan tidak dapat tumbuh
pada media yang kering. Mikroorganisme mempunyai nilai kelembaban optimum.
Pada umumnya untuk pertumbuhan ragi dan bakteri diperlukan kelembaban
yang tinggi diatas 85%, sedang untuk jamur dan aktinomiset diperlukan kelembaban
yang rendah dibawah 80%. Kadar air bebas didalam larutan merupakan nilai
perbandingan antar tekanan uap air larutan dengan tekanan uap air murni, atau 1 / 100
dari kelembaban relatif. Nilai kadar air bebas didalam larutan untuk bakteri pada
umumnya terletak diantara 0,90 sampai 0,999 sedang untuk bakteri halofilik
mendekati 0,75.

5
Banyak mikroorganisme yang tahan hidup didalam keadaan kering untuk
waktu yang lama seperti dalam bentuk spora, konidia, arthrospora, kamidiospora dan
kista. Seperti halnya dalam pembekuaan, proses pengeringan protoplasma,
menyebabkan kegiatan metabolisme terhenti. Pengeringan secara perlahan
menyebabkan kerusakan sel akibat pengaruh tekanan osmosa dan pengaruh lainnya
dengan naiknya kadar zat terlarut.

 Kandungan air (pengeringan)


Setiap mikroba memerlukan kandungan air bebas tertentu untuk hidupnya,
biasanya diukur dengan parameter aw(water activity) atau kelembaban relatif.
Mikroba umumnya dapat tumbuh pada aw 0,998-0,6. Bakteri umumya memerlukan aw
0,90-0,99.
Mikroba yang osomotoleran dapat hidup pada aw terendah(0,6) misalnya khamir
saccharomyces rouxii. Asperigillus glaucus dan jamur benang lain dapat tumbuh pada
aw0,8. Bakteri umumya memerlukan aw atau kelembaban tinggi lebih dari 0,98, tetapi
bakteri halofil memerlukan aw 0,75. Mikroba yang tahan kekeringan adalah yang
dapat membentuk spora, konidian atau dapat membentuk kista.

Tabel berikut ini memuat daftar aw yang diperlukan oleh beberapa jenis bakteri
dan jamur :
Nilai aw Bakteri Jamur

1,00 Caulobacter ,spirillium

0,90 Lactobacilus bacillus Fusarium mucor

0,85 Stophylococcus Debaromyces

0,80 Penicillum

0,75 Halobacterium Aspergillus

0,60 Xeromyces

6
 Tekanan osmose
Tekanan osmosis sebenarnya sangat erat hubungannya dengan kandungan air.
Suatu tekanan osmose akan sangat mempengaruhi bakteri jika tekanan osmoses
lingkungan lebih besar ( hipertonis) sel akan mengalami plasmolisis . Plasmolisis
yaitu keluarnya cairan dari sel bakteri melalui membra sitoplasma .
Sebaliknya tekanan osmose lingkungan yang hipotonis akan menyebabkan sel
membengkak dan juga dapat mengakibatkan rusaknya sel . Oleh karena itu dalam
mempertahankan hidupnya sel bakteri harus berada pada tingkat tekanan osmoses
yang sesuai , walaupun sel bakteri memiliki daya adaptasi, perbedaan tekanan
osmoses dengan lingkungannya tidak boleh terlalu besar.
Berdasarkan tekanan osmose yang diperlukan dapat dikelompokkan menjadi :
1. Mikroba osmofil adalah mikroba yang dapat tumbuh pada kadar gula tinggi .
2. Mikroba holofil adalah mikroba yang dapat tumbuh pada kadar garam halagen
yang tinggi.
3. Mikroba halodurik adalah kelompok mikroba yang dapat tahan (tidak mati)
tetapi tidak dapat tumbuh pada kadar garam tinggi, kadar garamnya dapat
mencapai 30%.
Contoh mikroba osmofil adalah beberapa jenis khamir , khamir osmofil mampu
tumbuh pada larutan gula dengan konsentrasi lebih dari 60% wt/wt (aw=0,94). Contoh
mikroba halofil adalah bakteri yang termasuk Archaebacterium, misalnya
Halobacterium. Bakteri yang tahan pada kadar garam tinggi, umumnya mempunyai
kandungan KCI yang tinggi dalam selnya . Selain itu bakteri ini memerlukan
konsentrasi kalium yang tinggi untuk stabilitas ribosomnya. Bakteri halofil ada yang
mempunyai membran populer atau membran purple bilayer, dinding selnya terdiri
dari murein sehingga tahan terhadap ion Natrium.

 Ion-ion dan listrik


a. Kadar ion hidrogen(ph)
Mikroba umumnya mnyukai ph netral (ph 7) . Beberapa bakteri dapat hidup
pada ph tinggi (medium alkalin) . Contohnya adalah bakteri nitrat , rhizobia,
actinomycetes, dan bakteri pengguna urea. Hanya bakteri yang bersifat toleran
terhadap kemasaman , misalnya Lactobacilli, Acetobacter,dan Sarcina Ventriculi.
Bakteri yang bersifat asidofil misalnya Thiobacillus.
7
Jamur umumnya dapat hidup pada kisaran pH rendah. Apabila mikroba ditanam
pada media dengan pH 5, maka pertumbuhan didominasikan oleh jamur, tetapi
apabila pH media 8 maka pertumbuhan dominasi oleh bakteri.
berdasarkan phnya mikroba dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu :
i. Mikroba asidofil, adalah kelompok mikroba yang dapat hidup pada ph
2,0-5,0,
ii. Mikroba mesofil (neotrofil), adalah kelompok mikroba yang dapat hidup
pada ph 5,5-8,0, dan
iii. Mikroba alkalifil, adalah kelompok mikroba yang dapat hidup pada ph
8,4-9,5.
b. Buffer
Untuk menumpukan mikroba pada media memerlukan PH yang
konstan, terutama pada mikroba yang dapat menghasilkan asam. Buffer
merupakan campuran garam mono dan dibasik , maupun senyawa-senyawa
organik amfoter. Sebagai contoh adalah buffer fosfat anorganik dapat
mempertahankan pH di atas 7,2. Cara kerja buffer adalah garam dibasik akan
mengadsorbsi ion H+ dan garam monobosik akan bereaksi dengn ion OH-
c. Ion-ion lain
Logam berat seperti Hg, Ag , Cu,Ku dan Pb pada kadar rendah dapat
bersifat meracun( toxis0 . logam berat mempunyai daya oligodinamik, yaitu
daya bunuh logam berat pada kadar rendah. Selain logam berat, ada ion-ion
lain yang dapat mempengaruhi kegiatan fisiologi mikroba, yaitu ion sulfat,
traktra,klorida,nitrat dan bensoat . ion-ion tersebut dapat mempengaruhi
pertumbuhan mikroba tertentu . oleh karena itu , sering digunakan untuk
mengawetkan suatu bahan , misalnya digunakan pada pengawet makanan.
c. Listrik
Listrik dapat mengakibatkan terjadinya elektrolisis bahan penyusun
media pertumbuhan selain itu arus listrik dapat menghasilkan panas yang
dapat mempengaruhi pertumbuhan mikroba . selain mikroba dalam susepsi
akan mengalami elektroforesis apabila dilalui arus listrik. Arus listrik tegangan
tinggi yang melalui suatu cairan akan menyebabkan terjadinya shok karena
tekanan hidrolik listrik . kematian mikroba akibat shok terutama disebabkan
oleh oksidasi .
8
 Radiasi
Menyebabkan ionsisasi-ionsisasi didalam protoplasma. Cahaya
umumnya dapat merusak mikroba yang tidak mempunyai pigmen fotosintesis.
Cahaya mempunyai pengaruh germisidasi, terutama cahaya gelombang
pendek dan bergelombang panjang disebabkan oleh panas yang
ditimbulkannya, misalnya sinar inframerah. Sinar X ( 0,005-1,0 Ao), sinar
ultra violet (4000-2950 Ao), dan radiasi lain dapat membunuh mikroba .
Apabilah tingkat radiasi yang diterima sel mikroba rendah, maka dapat
menyebabkan terjadinya mutasi pada mikroba.
 Tegangan muka
Tengangan muka mempengaruhi cairan sehingga permukaan cairan
tersebut menyerupai membran yang elastis. Seperti telah diketahui
protoplasma mikroba terdapat didalam sel yang dilindungi dinding sel .
maka ada perubahan tegangan muka dinding sel akan mempengaruhi pula
permukaan protoplasma. Akibat selanjutnya dapat mempengaruhi
pertumbuhan mikroba dan bentuk morfologinya. Zat-zat seperti sabun
detergen dan zat-zat pembasah ( surfaktan) seperti tween 80 dan triton dapat
mengurangi tegangan muka cairan atau larutan . Umumnya mikroba cocok
pada tegangan muka yang relatif tinggi.

B. FAKTOR BIOTIK
Di alam jarang sekali ditemukan mikroba yang hidup sebagai biakan murni , tetapi selalu
berada dalam asosiasi dengan jasad-jasad lain. Antar jasad dalam satu populasi atau antar
populasi jasad yang satu dengan yang lain saling berinteraksi.

1. Interaksi dalam satu populasi mikroba


Interaksi antar jasad dalam satu populasi yang sama ada dua macam, yaitu interaksi
positif maupun negatif. Interaksi positif menyebabkan meningkatnya kecepatan pertumbuhan
sebagai efek sampingnya. Meningkatnya kepadatan populasi, secara teoritis meningkatkan
kecepatan pertumbuhan. Interaksi positif disebut juga kooperasi. Sebagai contoh adalah
pertumbuhan satu sel mikroba menjadi koloni atau pertumbuhan pada fase lag (fase adaptasi).

9
Interaksi negatif menyebabkan turunnya kecepatan pertumbuhan dengan
meningkatnya kepadatan populasi. Misalnya populasi mikroba yang ditumbuhkan dalam
substrat terbatas, atau adanya produk metabolik yang meracun. Interaksi negatif disebut juga
kompetisi. Sebagai contoh jamur Fusarium dan Verticillium pada tanah sawah, dapat
menghasilkan asam lemak dan H2S yang bersifat meracun.

2. Interaksi antar berbagai macam mikroba


Apabila dua populasi yang berbeda berasosiasi, maka akan timbul berbagai macam
interaksi. Interaksi tersebut menimbulkan pengaruh positif, negatif, ataupun tidak ada
pengaruh antar populasi mikroba yang satu dengan yang lain. Nama masing-masing interaksi
adalah sebagai berikut:

a. Netralisme
Netralisme adalah hubungan antara dua populasi yang tidak saling mempengaruhi.
Hal ini dapat terjadi pada kepadatan populasi yang sangat rendah atau secara fisik dipisahkan
dalam mikro habitat, serta populasi yang keluar dari habitat alamiahnya. Contoh interaksi
antara mikroba allocthonous ( nonindigenous) dengan mikroba autochhonous( indigenous),
dan antara mikroba nonindigenous di atmosfer yang kepadatan populasinya sangat rendah.
Naturalisme juga terjadi pada keadaan mikroba tidak aktif, misalnya pada keadaan kering ,
beku, atau fase istirahat (spora, kista).
Sangat boleh jadi di dalam tanah atau di dalam kotoran hewan terdapat banyak spesies
yang dapat hidup bersama dengan tidak saling merugikan,tetapi juga tidak saling
menguntungkan . Meskipun di dalam satu medium yang sama , namun masing-masing
spesies memerlukan zat-zat yang tertentu bagi diri masing-masing sehingga tidak perlu ada
perebutan zat makanan . Baik terpisah , maupun terkumpul mereka dapat hidup sendiri-
sendiri. Hubungan yang demikian itu kita sebut netralisme.

b. Komensalisme atau metabiosis


Hubungan komensalisme antara dua populasi terjadi apabila satu populasi
diuntungkan tetapi populasi lain tidak terpengaruh. Jika dua spesies hidup bersama, kemudian
spesies yang satu mendapatkan keuntungan, sedangkan spesies yang lain tidak di rugikan
olehnya, maka hubungan hidup antara kedua spesies itu sendiri disebut komensalisme.

10
Spesies yang berutung di sebut sebagai komensal, sedangkan spesies yang
memberikan keuntungan disebut inang (hospes). Komensal tidak dapat hidup tanpa hospes.
Hubungan hidup yang terdapat antara Saccharomyces dan Acetobacter merupakan suatu
contoh komensalisme . Yang pertama menghasilkan alkohol yang tidak diperlukannya lagi,
sedangkan alkohol ini merupakan zat makanan yang mutlak bagi Acetobacter.

c. Sinergisme
Asosiasi (hubungan hidup) antara kedua spesies, bilah mengadakan kegiatan tidak saling
menganggu, akan tetapi kegiatan masing-masing justru merupakan urut-urutan yang saling
menguntungkan. Misalnya, ragi untuk membuat tape terdiri atas kumpulan spesies
Aspergillus, Saccharomyces, Candida, Hansenula, dan Acetobacter. Masing-masing spesies
mempunyai kegiatan-kegiatan sendiri, sehingga amilum berubah menjadi gula, dan gula
menjadi bermacam-macam asam organik, alkohol, dan Iain-Iain. Asosiasi komensalisme dan
sinergisme tidak ada perbedaan yang tegas.

d. Mutualisme
Hubungan hidup antara dua populasi mikroba yang keduanya saling tergantung dan
sama-sama mendapat keuntungan. Mutualisme sering disebut juga simbiosis. Simbiosis
bersifat sangat spesifik (khusus) dan salah satu populasi anggota simbiosis tidak dapat
digantikan tempatnya oleh spesies lain yang mirip.
Mutualisme adalah suatu bentuk simbiosis antara dua spesies, dimana masing-masing
yang bersekutu mendapatkan keuntungan. Jika terpisah , masing-masing tidak atau kurang
dapat bertahan diri. Lichenes itu suatu contoh simbiosis antara jamur dan ganggang; hidup
bersama ini membawa keuntungan bagi kedua Pihak.
Simbiosis antara genus Rhizobium dan Leguminosae. Leguminosae mendapatkan
persenyawaan-N yang diberikan oleh Rhizobium.

e. Kompetisi atau persaingan


Hubungan negatif antara 2 populasi mikroba yang keduanya mengalami kerugian.
Peristiwa ini ditandai dengan menurunnya sel hidup dan pertumbuhannya. Kompetisi terjadi
pada 2 populasi mikroba yang menggunakan nutrient (makanan) yang sama atau dalam
keadaan nutrien terbatas.
11
Kebutuhan akan zat makanan yang sama dapat menyebabkan terjadinya persaingan
antar spesies. Spesies yang dapat menyesuaikan diri paling baik, itulah spesies yang akan
mengalami pertumbuhan subur. Misalnya persediaan oksigen dalam suatu medium
berkurang, maka bakteri aerob akan dikalahkan oleh bakteri fakultatif anaerob. Jika
persediaan oksigen habis sama sekali, maka pertumbuhan bakteri fakultatif anaerob tadi akan
berhenti, sedangkan bakteri anaerob akan tumbuh dengan suburnya. Dua spesies yang hidup
bersaing itu akan saling merugikan , jika ditumbuhkan di dalam suatu tempat yang sama , dan
akhirnya yang menanglah yang dapat bertahan, sedangkan yang kalah akan punah.

f. Amensalisme
Satu bentuk asosiasi antar spesies mikroba yang menyebabkan salah satu pihak dirugikan,
pihak lain diuntungkan atau tidak terpengaruh apapun. Umumnya merupakan cara untuk
melindungi diri terhadap populasi mikroba lain. Misalnya dengan menghasilkan senyawa
asam, toksin, atau antibiotika.
Contohnya adalah bakteri acetobacter yang mengubah etanol menjadi asam asetat.
Thiobacillius thiooxidans menghasilkan asam sulfat asam, asam tersebut dapat menghambat
pertumbuhan bakteri lain . Bakteri amonifikasi menghasilkan ammonium yang dapat
menghambat populasi nitrobacter.

g. Parasitisme
Parasitisme terjadi antara dua populasi, populasi satu diuntungkan (parasit) dan populasi
lain dirugikan (host / inang). Umumnya parasitisme terjadi karena keperluan nutrisi dan
bersifat spesifik. Ukuran parasit biasanya lebih kecil dari inangnya. Terjadinya parasitisme
memerlukan kontak secara fisik maupun metabolik serta waktu kontak yang relatif lama.
Contonya adalah bakteri Bdellovibrio yang memparasit bakteri E. Coli . , jamur Trichoderma
sp. ,Memparasit jamur Agaricus sp.

h. Predasi
Hubungan antara Amoeba dengan bakteri disebut predatorisme. Amoeba merupakan
pemangsa (predator), sedangkan bakteri merupakan mangsa. Contohnya adalah protozoa(
predator) dengan bakteri (prey).

12
Kematian mangsa berarti kehidupan pemangsa. Berbeda dengan parasitisme adalah dalam
hal ukuran besar kecilnya saja, parasit lebih kecil daripada hospes, sedangkan predator
lebih besar daripada organisme yang dimangsa. Seperti parasit, tidak dapat hidup tanpa
hospes, maka predator pun tidak dapat hidup tanpa mangsa.

2.2. PENGENDALIAN MIKROORGANISME


A. Secara Fisika
Beberapa cara fisika dapat digunakan untuk mengendalikan populasi mikrob,.
misalnya seperti temperatur tinggi dan radiasi ionisasi. Metode Pengendalian
Mikroorganisme secara fisika adalah teknik mematikan mikroorganisme dengan tujuan
menghilangkan semua mikroorganisme yang ada pada bahan atau alat dengan proses dan
sarana fisik. Dengan cara fisika mikroorganisme dapat dikendalikan, yaitu dibasmi, dihambat
atau ditiadakan dari suatu lingkungan.

1.Pemanasan Suhu Tinggi

Pada suhu-suhu tertentu mikroorganisme dapat dimatikan. Waktu yang diperlukan


untuk membunuh tergantung pada jumlah organisme, spesies, sifat produk yang dipanaskan,
pH, dan suhu. Autoklaf merupakan instrumen yang digunakan untuk membunuh semua
mikroorganisme dengan panas, umumnya digunakan dalam proses pengalengan,
pembotolan, dan prosedur pengemasan steril.

 Pendidihan
Bentuk vegetatif organisme patogen segera dirusak pada suhu air mendidih.
Sebenarnya organisme ini mati dalam beberapa menit pada suhu 80 o c . Beberapa endospora
bakteri memperlihatkan ketahanan luar biasa terhadap panas dan mungkin bertahan hidup
pada suhu air mendidih sampai 20 jam . Endospora yang sangat resisten ini biasanya
didisolasi dari makanan, tempat mereka terlindung. Spora jamur dapat mudah dibinasahkan
dari pada endospora bakteri. Namun , tidak boleh mempercayai air mendidih untuk
mensterilkan secara penuh.

13
Efek air mendidih perlu di tambahkan 2 persen natrium karbonat atau deterjen. Spora
yang ternyata tahan terhadap air mendidih selama 10 jam dapat dimatikan pada suhu 98o c
dalam waktu 10 sampai 30 menit apabila berada dalam larutan natrium karbonat 20%.

Titik kematian termal dan waktu kematian termal adalah istilah yang sewaktu-waktu
digunakan untuk mempertelakan waktu dan suhu sterilisasi. Titik termal kematian
merupakan suhu yang diperlukan untuk mensterilisasi suatu substansi atau larutan dam 10
menit. Waktu kematian termal adalah waktu yang di perlukan untuk untuk sterilisasi pada
suatu suhu. Istilah ini sanngat penting dalam indusri pengalengan yang sebagai hasil standar
sterilisasi ini, keracunan dari makanan kaleng adalah kejadian yang sangat jarang.

 Pasteurisasi
Pasteurisasi adalah penggunaan panas yang ringan dengan suhu terkendali untuk
mengurangi jumlah mikroorganisme patogen dengan berdasarkan waktu kematian termal
bagi tipe patogen yang paling resisten untuk dibasmi dalam produk atau makanan. Dalam
kasus pasteurisasi susu, waktu dan suhu tergantung tujuan untuk membunuh jenis potensial
yang patogen yang terdapat dalam susu yang diinginkan. Misalnya, Staphylococcus,
Streptococcus, Brucella abortus dan Mycobacterium tuberculosis . Akan tetapi setelah
pasteurisasi akan banyak terjadi pembusukan mikroorganisme yang telah terbunuh, dan
karenanya untuk meningkatkan kualitas susu harus pada suhu dingin (2 ° C).
Dalam proses pasteurisasi yang terbunuh hanyalah bakteri patogen dan bakteri penyebab
kebusukan namun tidak pada bakteri lainnya. Pasteurisasi biasanya dilakukan untuk susu,
anggur dan makanan asam lainnya.
Susu pasteurisasi dengan pemanasan biasanya pada suhu 63 ° C selama 30 menit (metode
batch) atau pada 71 ° C selama 15 detik (metode flash), untuk membunuh bakteri dan
menjaga kualitas susu.
Selama proses ultrapasteurisasi, juga dikenal sebagai ultra high-temperature (UHT)
pasteurisasi, susu dipanaskan sampai suhu 140 ° C. Pada metode langsung, susu dikontakkan
langsung dengan uap pada suhu 140 ° C selama satu atau dua detik. Sebuah film tipis susu
dimasukkan melalui sebuah kamar tekanan uap tinggi, sehingga terjadi pemanasan susu
seketika. Susu lalu didinginkan dengan sedikit Fakum yang bertujuan ganda menghilangkan
kelebihan air dalam susu dari kondensasi uap.

14
Dalam metode tidak langsung ultrapasteurisasi, susu dipanaskan dalam sebuah pelat
penghantar panas. Butuh beberapa detik untuk suhu susu mencapai 140 ° C, dan selama
waktu itu susu yang terpapar panas. Jika ultrapasteurisai ini dibarengi dengan kemasan
aseptik, hasilnya adalah produk yang tahan lama tanpa memerlukan pendinginan.

 Autoklaf

Autoklaf adalah alat sterilisasi yang mempergunakan uap dan tekanan yang diatur.
Autoklaf merupakan ruang uap berdinding rangkap yang diisi dengan uap jenuh bebas udara
dan dipertahankan pada suhu serta yang ditentukan selama periode waktu yang dikehendaki.
Pada alat ini bahan-bahan yang akan disterilkan dipanaskan sampai 121 oC selama 15 sampai
20 menit pada tekanan uap 15 pon per inci persegi (kirakira 1,5 atmosfir). Uap air jenuh
memanaskan bahan-bahan tadi sehingga dengan cepat disterilkan dengan melepaskan panas
yang laten. Dengan kondensasi sejumlah 1600 ml uap pada 100 oC dan tekanan 1 atmosfir,
akan terjadi embun sejumlah 1 ml dengan melepaskan 518 kalori. Air yang mengembun tadi
akan menyebabkan keadaan lembab yang cukup utuk membunuh kuman.

Udara merupakan penghantar panas yang buruk, oleh sebab itu harus dikeluarkan dari
ruangan aotoklaf. Rongga di dalam aotoklaf tidak boleh terlalu penuh diisi dengan benda-
benda yang akan disterilakan supaya dapat terjadi aliran uap yang cukup baik. Autoklaf
dipergunakan untuk mensterilkan pembenihan, barang-barang dari karet, semperit, baju,
pembalut dan lain-lain. Kontrol sterilisasi : (1) Bacillus sterothermophilus (II) Tabung
Brownes (III) Pita otoklaf (IV) Thermocouple.

2. Pendinginan dan pembekuan

Umumnya mikroorganisme hanya tumbuh sangat sedikit atau tidak sama sekali pada
suhu 0 o C. Makanan akan tahan lama jika disimpan di temperatur rendah untuk
memperlambat laju pertumbuhan dan pembusukan akibat adanya mikroorganisme (misalnya
susu). Tetapi suhu rendah tidak berarti bebas bakteri.

15
Kasus psychrotrophs, dari psychrophiles memang benar merupakan penyebab
pembusukan yang biasa pada makanan yang didinginkan. Meskipun beberapa mikroba masih
dapat tumbuh dalam suhu sangat dingin serendah minus 20 o C, untuk kebanyakkan makanan
diawetkan untuk mencegah pertumbuhan mikroba dalam freezer rumah tangga.
3. Pengeringan (pengangkatan H 2 O)

Sebagian besar mikroorganisme tidak dapat tumbuh pada keadaan kekurangan


air(A w <0.90). Pengeringan sering digunakan untuk mengawetkan makanan (misalnya buah-
buahan, biji-bijian, dll). Metode ini melibatkan penghilangan air dari produk oleh panas,
penguapan, beku-pengeringan, dan penambahan garam atau gula. Pengeringaan sel mikroba
serta lingkungannya sangat mengurangi atau menghentikan aktivitas metabolik. Diikuti
dengaan sejumlah sel. Pada umumnya lamanya mikroorganisme bertahan hidup setelah
pengeringan bervariasi tergantung dari faktor-faktor yang mempengaruhinya Yaitu :
a. Jenis mikroorgaanissme
b. Bahan pembawa yang akan dipakai untuk mengeringkan mikroorganisme
c. Kesempurnaan proses pengeringan
d. Kondisi fisik (cahaya, suhu, kelembaban yang dikenakan pada organisme yang
dikeringkan. Pengeringan di udara dapat membunuh sebagian besar kuman. Namun
spora tidak terpengaruh oleh pengeringan, karena itu merupakan cara yang kurang
memuaskan.

4. Radiasi (UV, x-ray, radiasi gamma)


Banyak mikroorganisme pembusukan dapat segera dibunuh oleh radiasi. Di beberapa
negara bagian Eropa, buah-buahan dan sayuran yang diradiasi untuk meningkatkan umur
penyimpanan hingga 500 persen. Praktek ini dapat digunakan untuk pasteurisasi jus buah
dengan mengalirkan jus di atas sumber cahaya ultraviolet intensitas cahaya tinggi. Sistem UV
untuk penggunaan air tersedia pribadi, perumahan dan komersial untuk dapat digunakan
dalam pengendalian bakteri, virus dan kista protozoa.

16
FDA telah menyetujui radiasi unggas dan daging babi untuk pengendalikan mikroba
patogen, serta makanan seperti buah-buahan, sayuran, dan biji-bijian untuk pengendalikan
serangga, rempah-rempah, bumbu, dan enzim kering yang digunakan dalam pengolahan
makanan untuk mengendalikan mikroorganisme. Produk makanan diperlakukan dengan
menurunkan populasi mikrobiologi untuk radiasi dari sumber radioaktif, yang membunuh
sejumlah besar serangga, bakteri patogen dan parasit.

 Macam-macam radiasi yang digunakan :


 Radiasi Ultraviolet
Ultraviolet merupakan unsur bakterisidal utama pada sinar matahari yang
menyebabkan perubahan-perubahan di dalam sel berupa :
a. Denaturasi protein
b. Kerusakan DNA
c. Hambatan repikasi DNA
d. Pembetukan H2O2 dan peroksida organik di dalam pembenihan
e. Merangsang pembentukan kolisin pada kuman kolisigenik dengan merusak
penghambatnya di dalam sitoplasma

 Cahaya Ultraviolet
Jika digunakan dengan intensitas yang cukup , cahaya ultraviolet evektif
dalam mematikan bakteri , tetapi mempunyai keterbatasan utama; cahaya itu tidak
dapat menembus gelas biasa , kotoran, kertas, nanah . Karena cahaya itu harus
diserap oleh bakteri agar efektif , efek perusakan efektif memuaskan apabila cahaya
ultraviolet telah digunakan untuk mengurangi populasi mikroorganisme di udara
dalam ruang operasi, ruang bayi bagian penyakit menular, ruangan sekolah,
laboratorium bakteriologi, pabrik roti, rumah makan dan tempat-tempat makan
lainnya. Perlu di tekankan bahwa lampu gremisida semacam itu tidak membuat
sterilnya suatu daerah tetapi hanya mengurangi jumlah bakteri di udara. Karena
cahaya ultraviolet dapat menyebabkan peradangan hebat jika diarahkan kemata,
lampu harus dipasang tinggi-tinggi pada dinding dengan cahaya ultraviolet
diarahkan ke langit-langit ruangan.

17
 Radiasi sinar-X dan pengion lainnya

Sinar –X(Dihasilkan oleh mesin pembangkit dan beraneka ragam dalam gelombang
0,1 sampai 40 nm) dan sinar gamma (bersumber dari unsur radioaktif seperti kolbath 60 dan
sama dengan sinar X pendek) adalah jauh lebih kuat dan menembus cahaya ultraviolet.
Radiasi pengion mungkin mengakibatkan berbagai efek pada mikroorganisme, kebanyakkan
peneliti percaya bahwa DNA sel merupakan sasaran utama.
Radiasi pengion memiliki kapasitas lebih besar untuk menginduksikan perubahan-
perubahan yang mematikan pada DNA sel. Cara ini berguna untuk sterilisasi barang-barang
sekali pakai misalnya benang bedah, semperit sekali pakai, pembalut lekat dan lain-lain.
Menurut FDA, radiasi tidak membuat makanan menjadi radioaktif, juga tidak terlihat
perubahan rasa, tekstur, atau penampilan. Radiasi produk pangan untuk mengendalikan
penyakit yang terbawa makanan pada manusia umumnya telah disahkan oleh Perserikatan
Bangsa-Bangsa Organisasi Kesehatan Dunia dan American Medical Association. Dua bakteri
penyebab penyakit penting yang dapat dikendalikan oleh radiasi meliputi Escherichia coli
dan spesies Salmonella.

 Filtrasi
Ada dua filter, yaitu filter bakteriologis dan filter udara :

a) Filter bakteriologis
Filter Bakteriologis biasanya digunakan untuk mensterilkan bahan-bahan yang tidak tahan
terhadap pemanasan, misalnya larutan gula, serum, antibiotika, antitoksin, dll. Teknik filtrasi
prinsipnya menggunakan penyaringan, dimana yang tersaring hanyalah bakteri saja. Diantara
jenis filter bakteri yang umum digunakan adalah : Berkefeld (dari fosil diatomae),
Chamberland (dari porselen), Seitz (dari asbes) dan seluosa.

b) Filter udara
Filter udara berefisiensi tinggi untuk menyaring udara berisikan partikel (High Efficiency
Particulate Air Filter atau HEPA) memungkinkan dialirkannya udara bersih ke dalam ruang
tertutup dengan sistem aliran udara laminar (Laminar Air Flow).

18
BAB III
PENUTUP

3.1 . KESIMPULAN

Faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme yaitu dipengaruhi


oleh faktor –faktor lingkungan antara lain: Faktor Biotik, Faktor abiotik.
Pengendalian pertumbuhan mikroba pada prinsipnya adalah menghambat atau
mencegah pertumbuhan mikroorganisme. Pengendalian mikroorganisme berdasarkan dua hal:
(1) dengan membunuh mikroorganisme atau (2) dengan menghambat pertumbuhan
mikroorganisme. .

19
DAFTAR PUSTAKA

Dwidjoseputro, D. 2005. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Djambatan. Jakarta


WHEELER & VOLK .2001. MIKROBIOLOGI DASAR. Erlangga. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai