BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Pencemaran lingkungan merupakan masalah kita bersama, yang semakin penting untuk
diselesaikan, karena menyangkut keselamatan, kesehatan, dan kehidupan kita. Siapapun bisa
berperan serta dalam menyelesaikan masalah pencemaran lingkungan ini, termasuk kita. Dimulai
dari lingkungan yang terkecil, diri kita sendiri, sampai ke lingkungan yang lebih luas.
Salah satu faktor yang menyebabkan rusaknya lingkungan hidup yang sampai saat ini masih tetap
menjadi masalah besar bagi bangsa Indonesia adalah pembuangan sampah. Sampah-sampah itu
diangkut oleh truk-truk khusus dan dibuang atau ditumpuk begitu saja di tempat yang sudah
disediakan tanpa di apa-apakan lagi. Hal tersebut tentunya sangat berpengaruh terhadap
lingkungan sekitar dimana lingkungan menjadi kotor dan sampah yang membusuk akan menjadi
bibit penyakit di kemudian hari.
Walaupun terbukti sampah itu dapat merugikan bila tidak dikelola dengan baik, tetapi ada sisi
manfaatnya. Hal ini karena selain dapat mendatangkan bencana bagi masyarakat, sampah juga
dapat diubah menjadi barang yang bermanfaat. Kemanfaatan sampah ini tidak terlepas dari
penggunaan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam menanganinya dan juga kesadaran dari
masyarakat untuk mengelolanya.
Untuk menyelesaikan masalah pencemaran lingkungan oleh sampah, tentunya kita harus
mengetahui sumber pencemar, bagaimana proses pencemaran itu terjadi, dan bagaimana langkah
penyelesaian pencemaran lingkungan itu sendiri.Sehubungan dengan hal tersebut, maka dalam hal
ini kami menyusun makalah yang mengambil tema Pencemaran Lingkunganoleh sampah agar
kita dapat mengetahui darimana pencemaran lingkungan itu datang dan bagaimana cara
penanggulangannya.
1.2.
RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah yang akan kami bahas dalam makalah ini adalah :
1.
2.
3.
4.
Di harapkan para pembaca dapat mengetahui upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk menjaga
kelestarian lingkungan hidup terutama yang mencakup pengelolaan sampah dan pembaca
diharapkan dapat menerapkanya dalam kehidupan sehari-hari.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Pencemaran
Pencemaran
adalah
masuknya mahluk
hidup, zat, energi atau
komponen
lain
ke
dalam air atauudara, baik yang disengaja maupun yang tida disengaja. Pencemaran juga dapat
dikatakan berubahnya tatanan (komposisi) air atau udara oleh kegiatan manusia dan proses alam,
sehingga kualitas air/ udara menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan
peruntukkannya. Pencemaran terhadap lingkungan dapat terjadi dimana saja dengan laju yang
sangat cepat, dan beban pencemaran yang semakin berat akibat limbah industri dari
berbagaibahan kimia termasuk logam berat.
Zat atau bahan yang dapat mengakibatkan pencemaran di sebut polutan, yang salah satu
contohnya adalah sampah. Sampah merupakan material sisa yang tidak diinginkan setelah
berakhirnya suatu proses. Sampah didefinisikan oleh manusia menurut derajat keterpakaiannya,
dalam proses-proses alam sebenarnya tidak ada konsep sampah, yang ada hanya produk-produk
yang dihasilkan setelah dan selama proses alam tersebut berlangsung. Akan tetapi karena dalam
kehidupan manusia didefinisikan konsep lingkungan maka sampah dapat dibagi menurut jenisjenisnya.
Pencemaran dapat timbul sebagai akibat kegiatan manusia ataupun disebabkan oleh alam (misal
gunung meletus, gas beracun). Ilmu lingkungan biasanya membahas pencemaran yang disebabkan
oleh aktivitas manusia, yang dapat dicegah dan dikendalikan.
Karena kegiatan manusia, pencemaran lingkungan pasti terjadi. Pencemaran lingkungan tersebut
tidak dapat dihindari, namun yang dapat kita lakukan adalah mengurangi pencemaran,
mengendalikan pencemaran, dan meningkatkan kesadaran dan kepedulian masyarakat terhadap
lingkungannya agar tidak mencemari lingkungan.
Sampah organik yaitu sampah yang mudah membusuk seperti sisa makanan, sayuran, daun-daun
kering, dan sebagainya. Sampah ini dapat diolah lebih lanjut menjadi kompos
1.
Sampah anorganik yaitu sampah yang tidak mudah membusuk, seperti plastik wadah
pembungkus makanan, kertas, plastik mainan, botol dan gelas minuman, kaleng, kayu, dan
sebagainya.
2.
Berdasarkan Sumbernya
Sampah alam
Sampah manusia
Sampah konsumsi
Sampah nuklir
Sampah industri
Sampah pertambangan.
Berdasarkan Bentuknya
Sampah adalah bahan baik padat atau cairan yang tidak dipergunakan lagi dan dibuang. Menurut
bentuknya sampah dapat dibagi menjadi :
1.
Sampah Padat
Sampah padat adalah segala bahan buangan selain kotoran manusia, urine dan sampah cair. Dapat
berupa sampah rumah tangga: sampah dapur, sampah kebun, plastik, metal, gelas dan lain-lain.
Menurut bahannya sampah ini dikelompokkan menjadi sampah organik dan sampah anorganik.
Sampah organik Merupakan sampah yang berasal dari barang yang mengandung bahan-bahan
organik, seperti sisa-sisa sayuran, hewan, kertas, potongan-potongan kayu dari peralatan rumah
tangga, potongan-potongan ranting, rumput pada waktu pembersihan kebun dan sebagainya.
Berdasarkan kemampuan diurai oleh alam (biodegradability), maka sampah dapat dibagi lagi
menjadi:
1.
Biodegradable: yaitu sampah yang dapat diuraikan secara sempurna oleh proses biologi baik
aerob atau anaerob, seperti: sampah dapur, sisa-sisa hewan, sampah pertanian dan perkebunan.
2.
Non-biodegradable: yaitu sampah yang tidak bisa diuraikan oleh proses biologi. Dapat dibagi
lagi menjadi:
a)
Recyclable: sampah yang dapat diolah dan digunakan kembali karena memiliki nilai
Non-recyclable: sampah yang tidak memiliki nilai ekonomi dan tidak dapat diolah m
atau diubah kembali seperti tetra packs, carbon paper, thermo coal dan lain-lain.
1.
Sampah Cair
Sampah cair adalah bahan cairan yang telah digunakan dan tidak diperlukan kembali dan dibuang
ke tempat pembuangan sampah.
1.
Sampah hitam: sampah cair yang dihasilkan dari toilet dan industri. Sampah ini
Sampah rumah tangga: sampah cair yang dihasilkan dari dapur, kamar mandi dan
Sampah-sampah yang tidak dikelola dengan baik akan berpengaruh besar terhadap lingkungan
hidup yang berada disekitarnya, dimana sampah akan menimbulkan beberapa dampak negatif dan
bencana seperti :
Dampak Sampah bagi Kesehatan
Lokasi dan pengelolaan sampah yang kurang memadai (pembuangan sampah yang tidak terkontrol)
merupakan tempat yang cocok bagi beberapa organisme dan menarik bagi berbagai binatang
seperti lalat dan anjing yang dapat menimbulkan penyakit.
Menurut Gelbert dkk (1996; 46-48) Potensi bahaya kesehatan yang dapat ditimbulkan adalah
sebagai berikut;
1.
Penyakit diare, kolera, tifus menyebar dengan cepat karena virus yang berasal dari sampah
dengan pengelolaan yang tidak tepat dapat bercampur dengan air m inum. Penyakit demam
berdarah dapat juga meningkat dengan cepat di daerah yang pengelolaan sampahnya kurang
memadai.
2.
Penyakit jamur dapat juga menyebar (misalnya jamur kulit)
3.
Penyakit yang dapat menyebar melalui rantai makanan. Salah satu contohnya adalah suatu
penyakit yang dijangkitkan oleh cacing pita (taenia). Cacing ini sebelumnya masuk ke dalam
pencernaan binatang ternak melalui makanannya yang berupa sisa makanan/sampah
4.
Sampah beracun; Telah dilaporkan bahwa di Jepang kira-kira 40.000 orang meninggal akibat
mengkonsumsi ikan yang telah terkontaminasi oleh raksa (Hg). Raksa ini berasal dari sampah
yang dibuang ke laut oleh pabrik yang memproduksi baterai dan akumulator.
Pembongkaran sampah dengan volume yang besar dalam lokasi pengolahan berpotensi
menimbulkan gangguan bau. Disamping itu juga sangat mungkin terjadi pencemaran berupa asap
bila sampah dibakar pada instalasi yang tidak memenuhi syarat teknis. Seperti halnya
perkembangan populasi lalat, bau tak sedap di TPA juga timbul akibat penutupan sampah yang
tidak dilaksanakan dengan baik. Asap juga seringkali timbul di TPA akibat terbakarnya tumpukan
sampah baik secara sengaja maupun tidak. Produksi gas metan yang cukup besar dalam tumpukan
sampah menyebabkan api sulit dipadamkan sehingga asap yang dihasilkan akan sangat mengganggu
daerah sekitarnya.
Pencemaran Air
Prasarana dan sarana pengumpulan yang terbuka sangat potensial menghasilkan lindi terutama
pada saat turun hujan. Aliran lindi ke saluran atau tanah sekitarnya akan menyebabkan terjadinya
pencemaran. Instalasi pengolahan berskala besar menampung sampah dalam jumlah yang cukup
besar pula sehingga potensi lindi yang dihasilkan di instalasi juga cukup potensial untuk
menimbulkan pencemaran air dan tanah di sekitarnya.
Lindi yang timbul di TPA sangat mungkin mencemari lingkungan sekitarnya baik berupa rembesan
dari dasar TPA yang mencemari air tanah di bawahnya. Pada lahan yang terletak di kemiringan,
kecepatan aliran air tanah akan cukup tinggi sehingga dimungkinkan terjadi cemaran terhadap
sumur penduduk yang trerletak pada elevasi yang lebih rendah.
Pencemaran Tanah
Pembuangan sampah yang tidak dilakukan dengan baik misalnya di lahan kosong atau TPA yang
dioperasikan secara sembarangan akan menyebabkan lahan setempat mengalami pencemaran
akibat tertumpuknya sampah organik dan mungkin juga mengandung Bahan Buangan Berbahaya
(B3). Bila hal ini terjadi maka akan diperlukan waktu yang sangat lama sampai sampah
terdegradasi atau larut dari lokasi tersebut. Selama waktu itu lahan setempat berpotensi
menimbulkan pengaruh buruk terhadap manusia dan lingkungan sekitarnya.
Gangguan Estetika
Lahan yang terisi sampah secara terbuka akan menimbulkan kesan pandangan yang sangat buruk
sehingga mempengaruhi estetika lingkungan sekitarnya. Hal ini dapat terjadi baik di lingkungan
permukiman atau juga lahan pembuangan sampah lainnya. Proses pembongkaran dan pemuatan
sampah di sekitar lokasi pengumpulan sangat mungkin menimbulkan tumpahan sampah yang bila
tidak segera diatasi akan menyebabkan gangguan lingkungan. Demikian pula dengan ceceran
sampah dari kendaraan pengangkut sering terjadi bila kendaraan tidak dilengkapi dengan penutup
yang memadai.
Di TPA ceceran sampah terutama berasal dari kegiatan pembongkaran yang tertiup angin atau
ceceran dari kendaraan pengangkut. Pembongkaran sampah di dalam area pengolahan maupun
ceceran sampah dari truk pengangkut akan mengurangi estetika lingkungan sekitarnya. Lokasi TPA
umumnya didominasi oleh ceceran sampah baik akibat pengangkutan yang kurang baik, aktivitas
pemulung maupun tiupan angin pada lokasi yang sedang dioperasikan. Hal ini menimbulkan
pandangan yang tidak menyenangkan bagi masyarakat yang melintasi / tinggal berdekatan dengan
lokasi tersebut.
Kemacetan Lalu lintas
Lokasi penempatan sarana/prasarana pengumpulan sampah yang biasanya berdekatan dengan
sumber potensial seperti pasar, pertokoan, dan lain-lain serta kegiatan bongkar muat sampah
berpotensi menimbulkan gangguan terhadap arus lalu lintas. Arus lalu lintas angkutan sampah
terutama pada lokasi tertentu seperti transfer station atau TPA berpotensi menjadi gerakan
kendaraan berat yang dapat mengganggu lalu lintas lain; terutama bila tidak dilakukan upayaupaya khusus untuk mengantisipasinya. Arus kendaraan pengangkut sampah masuk dan keluar dari
lokasi pengolahan akan berpotensi menimbulkan gangguan terhadap lalu lintas di sekitarnya
terutama berupa kemacetan pada jam-jam kedatangan.
Dampak Sosial
Hampir tidak ada orang yang akan merasa senang dengan adanya pembangunan tempat
pembuangan sampah di dekat permukimannya. Karenanya tidak jarang menimbulkan sikap
menentang/oposisi dari masyarakat dan munculnya keresahan. Sikap oposisi ini secara rasional
akan terus meningkat seiring dengan peningkatan pendidikan dan taraf hidup mereka, sehingga
sangat penting untuk mempertimbangkan dampak ini dan mengambil langkah-langkah aktif untuk
menghindarinya.
Dampak terhadap Keadaan Sosial dan Ekonomi
Dampak-dampak tersebut adalah sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.
5.
Pengelolaan sampah yang kurang baik akan membentuk lingkungan yang kurang menyenangkan
bagi masyarakat, bau tidak sedap dan pemandangan yang buruk Karena sampah bertebaran
dimana-mana.
Memberikan dampak negative terhadap kepariwisataan
Pengelolaan sampah yang tidak memadai menyebabkan rendahnya tingkat kesehatan
masyarakat. Hal penting disini adalah meningkatnya pembiayaan secara langsung (untuk
mengobati orang sakit) dan pembiayaan secara tidak langsung (tidak masuk kerja, rendahnya
produktivitas)
Pembuangan sampah padat ke badan air dapat menyebabkan banjir dan akan memberikan
dampak bagi fasilitas pelayanan umum seperti jalan, jembatan, drainase, dan lain-lain.
Infrastruktur lain dapat juga dipengaruhi oleh pengelolaan sampah yang tidak memadai, seperti
tingginya biaya yang diperlukan untuk pengelolaan air. Jika sarana penampungan sampah kurang
atu tidak efisien, orang akan cenderung membuang sampahnya di jalan. Hal ini mengakibatkan
jalan perlu lebih sering dibersihkan atau diperbaiki (Gilbert dkk; 1996)
Menurut Hadiwiyoto (1983) jika ditinjau dari segi keseimbangan lingkungan, kesehatan, keamanan
dan pencemaran, apabila sampah tidak dikelola dengan baik dapat menimbulkan berbagai
gangguan-gangguan antara lain sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Sampah dapat menimbulkan pencemaran udara karena mengandung gas-gas yang terjadi dan
rombakan sampah bau yang tidak sedap, daerah becek dan kadang-kadang berlumpur terutama
apabila musimpenghujan datang.
Sampah yang bertumpuk-tumpuk dapat menimbulkan kondisi dari segi fisik dan kimia yang
tidak sesuai dengan lingkungan normal, yang dapat mengganggu kehidupan dilingkungan
sekitarnya.
Disekitar daerah pembuangan sampah akan terjadi kekurangan oksigen. Keadaan ini disebabkan
karena selama proses peromabakan sampah menjadi senyawa-senyawa sederhana diperlukan
oksigen yang diambil dari udara disekitarnya. Karena kekurangan oksigen dapat menyebankan
kehiidupan flora dan fauna menjadi terdesak.
Gas-gas yang dihasilkan selama degradasi (pembusukan) sampah dapat membahayakan
kesehatan karena kadang-kadang proses pembusukan ada mengeluarkan gas beracun.
Dapat menimbulkan berbagai penyakit, terutama yang dapat ditularkan oleh lalat atau
seranngga lainya, binatang-binatang seperrti tikus dan anjing.
Secara estetika sampah tidak dapat digolongkan sebagai pemandangan yang nyaman untuk
dinikmati.
Upaya-upaya dalam pengelolaan sampah, dapat dilakukan dengan menerapkan beberapa metode
atau cara sebagai berikut :
1.
Pembuangan sampah pada penimbunan darat termasuk menguburnya untuk membuang sampah,
metode ini adalah metode paling populer di dunia. Penimbunan ini biasanya dilakukan di tanah yg
tidak terpakai, lubang bekas pertambangan , atau lubang lubang dalam. Sebuah lahan penimbunan
darat yg dirancang dan dikelola dengan baik akan menjadi tempat penimbunan sampah yang
hiegenis dan murah. Sedangkan penimbunan darat yg tidak dirancang dan tidak dikelola dengan
baik akan menyebabkan berbagai masalah lingkungan , diantaranya angin berbau sampah ,
menarik berkumpulnya Hama , dan adanya genangan air sampah. Efek samping lain dari sampah
adalah gas methan dan karbon dioksida yang juga sangat berbahaya.Karakteristik desain dari
penimbunan darat yang modern diantaranya adalah metode pengumpulan air sampah
menggunakan bahan tanah liat atau pelapis plastik. Sampah biasanya dipadatkan untuk menambah
kepadatan dan kestabilannya , dan ditutup untuk tidak menarik hama (biasanya tikus). Banyak
penimbunan sampah mempunyai sistem pengekstrasi gas yang dipasang untuk mengambil gas yang
terjadi. Gas yang terkumpul akan dialirkan keluar dari tempat penimbunan dan dibakar di menara
pembakar atau dibakar di mesin berbahan bakar gas untuk membangkitkan listrik.
2.
Melakukan Metode Daur-ulang
Proses pengambilan barang yang masih memiliki nilai dari sampah untuk digunakan kembali
disebut sebagai Daul-ulang. Ada beberapa cara daur ulang yaitu pengampilan bahan sampah untuk
diproses lagi atau mengambil kalori dari bahan yang bisa dibakar untuk membangkitkan listrik.
Metode baru dari Daur-Ulang yaitu :
1.
menggunakan kembali sampah yang telah dibuang contohnya kaleng minum alumunium, kaleg baja
makanan / minuman, botol bekas, kertas karton, koran, majalah dan kardus . Pengumpulan
biasanya dilakukan dari sampah yang sudah dipisahkan dari awal (kotak sampah / kendaraan
sampah khusus), atau dari sampah yang sudah tercampur. Jenis sampah plastik lain yang dapat
digunakan seperti (PVC, LDPE, PP, dan PS) juga bisa di daur ulang.Daur ulang dari produk yang
komplek seperti komputer atau mobil lebih susah, karena bagian bagiannya harus diurai dan
dikelompokan menurut jenis bahannya.
1.
Material sampah (organik), seperti zat makanan, sisa makanan / kertas, bisa diolah dengan
menggunakan proses biologis untuk kompos atau dikenal dengan istilah pengkomposan. Hasilnya
adalah kompos yang bisa digunakan sebagai pupuk dan gas yang bisa digunakan untuk
membangkitkan listrik.
Metode ini menggunakan sistem dasar pendegradasian ba han-bahan organik secara terkontrol
menjadi pupuk dengan memanfaatkan aktivitas mikroorganisme. Aktivitas mikroorganisme bisa
dioptimalisasi pertumbuhannya dengan pengkondisian sampah dalam keadaan basah (nitrogen),
suhu dan kelembaban udara (tidak terlalu basah dan atau kering), dan aerasi yang baik
(kandungan oksigen). Secara umum, metode ini bagus karena menghasilkan pupuk organik yang
ekologis (pembenah lahan) dan tidak merusak lingkungan. Serta sangat memungknkan melibatkan
langsung masyarakat sebagai pengelola (basis komunal) dengan pola manajemen sentralisasi
desentralisasi (se-Desentralisasi) atau metode Inti (Pemerintah/Swasta)-Plasma (kelompok usaha
di masyarakat). Hal ini pula akan berdampak pasti terhadap penanggulangan pengangguran.
Metode ini yang perlu mendapat perhatian serius/penuh oleh pemerintah daerah (kab/kota)
Proses
pembuatan
kompos
adalah
dengan
menggunakan
aktivator
EM-4,
yaitu
proses
pengkomposan dengan menggunakan bahan tambahan berupa mikroorganisme dalam media cair
yang berfungsi untuk mempercepat pengkomposan dan memperkaya mikroba. Bahan-bahan yang
digunakan adalah : Bahan Baku Utama berupa sampah organik, Kotoran Ternak, EM4, Molase dan
Air. Sedangkan peralatan yang digunakan adalah : Sekop, Cakar, Gembor, Keranjang, Termometer,
Alat pencacah, Mesin giling kompos dan Ayakan.
Contoh dari pengolahan sampah menggunakan teknik pengkomposan adalah Green Bin Program
(program tong hijau) di toronto, kanada dimana sampah organik rumah tangga seperti sampah
dapur dn potongan tanaman dikumpulkan di kantong khusus untuk di komposkan.
C. Pemulihan energi
Kandungan energi yang terkandung dalam sampah bisa diambil langsung dengan cara
menjadikannya bahan bakar, atau secara tidak langsung dengan cara mengolahnya menjadi bahan
bakar tipe lain. Daur-ulang melalui cara perlakuan panas bervariasi mulai dari menggunakannya
sebagai bahan bakar memasak atau memanaskan sampai menggunakannya untuk memanaskan
borlaer untuk menghasilkan uap dan listrik dari turbin-generator. Pirolisa dan Gusifikasi adalah dua
bentuk perlakuan panas yang berhubungan, dimana sampah dipanaskan pada suhu tinggi dengan
keadaan miskin oksigen. Proses ini biasanya dilakukan di wadah tertutup pada tekanan tinggi.
Pirolisa dari sampah padat mengubah sampah menjadi produk berzat padat, gas dan cair. Produk
cair dan gas bisa dibakar untuk menghasilkan energi atau dimurnikan menjadi produk lain. Padatan
sisa selanjutnya bisa dimurnikan menjadi produk seperti karbon aktif. Gasifikasi busure plasma
yang canggih digunakan untuk mengonversi material organik langsung menjadi gas sintetis
(campuran antara karbon monoksida dan hidrogen). Gas kemudian dibakar untuk menghasilkan
listrik dan uap.
3.
Sebuah metode yang penting pengelolaan sampah adalah pencegahan zat sampah bentuk, atau
dikenal juga dengan Penguangan sampah metode pencegahan termasuk penggunaan kembali
barang bekas pakai, memperbaiki barang yang rusak, mendesain produk supaya bisa diisi ulang
atau bisa digunakan kembali, mengajak konsumen untuk menghindari penggunaan barang sekali
pakai, mendesain produk yang menggunakan bahan yang lebih sedikit untuk fungsi yang sama.
2.4 Peran Pemerintah dalam Menangani Sampah
Dari perkembangan kehidupan masyarakat dapat disimpulkan bahwa penanganan masalah sampah
tidak dapat semata-mata ditangani oleh Pemerintah Daerah (Pemerintah Kabupaten/Kota). Pada
tingkat perkembangan kehidupan masyarakat dewasa ini memerlukan pergeseran pendekatan ke
pendekatan sumber dan perubahan paradigma yang pada gilirannya memerlukan adanya campur
tangan dari Pemerintah.
Pengelolaan sampah meliputi kegiatan pengurangan, pemilahan, pengumpulan, pemanfaatan,
pengangkutan, pengolahan. Berangkat dari pengertian pengelolaan sampah dapat disimpulkan
adanya dua aspek, yaitu penetapan kebijakan (beleid, policy) pengelolaan sampah, dan
pelaksanaan pengelolaan sampah.]
Kebijakan pengelolaan sampah harus dilakukan oleh Pemerintah Pusat karena mempunyai cakupan
nasional. Kebijakan pengelolaan sampah ini meliputi :
Penetapan instrumen kebijakan:
instrumen
regulasi:
undang
dan
hukum
instrumen
ekonomik:
beban
penanganan
pemberlakuan
pajak
penetapan
aturan
yang
jelas
penetapan
tentang
sampah
dan
instrumen
ekonomi
akhir
bagi
kebijakan
(beleidregels),
perusakan
untuk
sampah
(sistem
insentif
dan
perusahaan
yang
menghasilkan
undanglingkungan
mengurangi
disinsentif)
sampah,
dan
serta
pengembangan
use),
dan
Pengembangan
mendaur-ulang
produk
upaya
mengurangi
(recycling)
dan
(reduce),
sampah,
kemasan
memakai
dan
kembali
mengganti
ramah
(re-
(replace);
lingkungan;
kriteria
dan
standar
lokasi
luas
minimal
lahan
penetapan lahan penyangga.
minimal
pengolahan
untuk
lokasi
BAB III
penentuan
lokasi
sampah;
sampah;
akhir
pengolahan
penanganan
akhir
sampah;
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sampah merupakan material sisa yang tidak diinginkan setelah berakhirnya suatu proses. Sampah
merupakan konsep buatan manusia, dalam proses-proses alam tidak ada sampah, yang ada hanya
produk-produk yang tak bergerak.Sampah dapat berada pada setiap fase materi: padat, cair, atau
gas. Ketika dilepaskan dalam dua fase yang disebutkan terakhir, terutama gas, sampah dapat
dikatakan sebagai emisi. Emisi biasa dikaitkan dengan polusi.
Dalam kehidupan manusia, sampah dalam jumlah besar datang dari aktivitas industri (dikenal juga
dengan sebutan limbah), misalnya pertambangan, manufaktur, dan konsumsi. Hampir semua
produk industri akan menjadi sampah pada suatu waktu, dengan jumlah sampah yang kira-kira
mirip dengan jumlah konsumsi. Upaya yang dilakukan pemerintah dalam usaha mengatasi masalah
sampah yang saat ini mendapatkan tanggapan pro dan kontra dari masyarakat adalah pemberian
pajak lingkungan yang dikenakan pada setiap produk industri yang akhirnya akan menjadi sampah.
Industri yang menghasilkan produk dengan kemasan, tentu akan memberikan sampah berupa
kemasan setelah dikonsumsi oleh konsumen. Industri diwajibkan membayar biaya pengolahan
sampah untuk setiap produk yang dihasilkan, untuk penanganan sampah dari produk tersebut.
Dana yang terhimpun harus dibayarkan pada pemerintah selaku pengelola IPS untuk mengolah
sampah kemasan yang dihasilkan. Pajak lingkungan ini dikenal sebagai Polluters Pay Principle.
Solusi yang diterapkan dalam hal sistem penanganan sampah sangat memerlukan dukungan dan
komitmen pemerintah. Tanpa kedua hal tersebut, sistem penanganan sampah tidak akan lagi
berkesinambungan.
Tetapi dalam pelaksanaannya banyak terdapat benturan, di satu sisi, pemerintah memiliki
keterbatasan pembiayaan dalam sistem penanganan sampah. Namun di sisi lain, masyarakat akan
membayar biaya sosial yang tinggi akibat rendahnya kinerja sistem penanganan sampah. Sebagai
contoh, akibat tidak tertanganinya sampah selama beberapa hari di Kota Bandung, tentu dapat
dihitung berapa besar biaya pengelolaan lingkungan yang harus dikeluarkan akibat pencemaran
udara ( akibat bau ) dan air lindi, berapa besar biaya pengobatan masyarakat karena penyakit
bawaan sampah ( municipal solid waste borne disease ), hingga menurunnya tingkat produktifitas
masyarakat akibat gangguan bau sampah.
B. Saran
Cara pengendalian sampah yang paling sederhana adalah dengan menumbuhkan kesadaran dari
dalam diri untuk tidak merusak lingkungan dengan sampah. Selain itu diperlukan juga kontrol
sosial budaya masyarakat untuk lebih menghargai lingkungan, walaupun kadang harus dihadapkan
pada mitos tertentu. Peraturan yang tegas dari pemerintah juga sangat diharapkan karena jika
tidak maka para perusak lingkungan akan terus merusak sumber daya.