Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

EKOLOGI MIKROORGANISME
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Mikrobiologi dan Parasitologi
Dosen Pengampu : Popi Sopiah, S.Kep., M.Biomed
Di Susun Oleh :
Kelompok 3

Nama Anggota Kelompok

Amalia Ma’rufah Putri E 220550221115


Ananda Fitri Desy WR 220550221047
Fahmi Mochamad Rizki 220550221093
Elisya Rabilla Azahra H 220550221027

Julia Amanda Putri R 220550221098


Muhamad Reyfa G N 220550221107

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS SEBELAS APRIL SUMEDANG
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadiran Tuhan yang maha esa, karena atas kasih dan
karunia nya sehingga makalah yang berjudul “EKOLOGI MIKROORGANISME” ini dapat
diselesaikan dengan tepat. Dan kami ucapkan terima kasih kepada Dosen Pengampu ibu Popi
Sopiah,S.Kep.,M.Biomed yang telah membimbing dan memberikan tugas ini.

Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca. Untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk maupun
menambah isi makalah agar lebih lengkap dan baik. Karena keterbatasan pengetahuan
maupun pengalaman kami, kami yakin masih banyak kekurangan dalam mkalah ini.

Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca demi kesempunaan makalah ini.

Sumedang, 12-04-2023

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................i

DAFTAR ISI....................................................................................................................ii

BAB I Pendahuluan.........................................................................................................1

A. Latar Belakang.......................................................................................................1
B. Pengertian Ekologi Mikroorganisme.....................................................................1
C. Tujuan Penulisan...................................................................................................2

BAB II Pembahasan........................................................................................................3

A. Pengertian..............................................................................................................3
B. Distribusi dan Pola Hidup Mikroorganisme..........................................................3
C. Hubungan Parasit dan Inangnya............................................................................6
D. Patogenisitas Mikroorganisme..............................................................................7
E. Carrier (pembawa penyakit)..................................................................................8
F. Gejala Sakit Infeksi Mikrobial..............................................................................9

BAB III Penutupan........................................................................................................10

A. Kesimpulan..........................................................................................................10
B. Saran....................................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................11
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ekologi Mikroorganisme yaitu ilmu yang mempelajari interelasi atau interaksi antar
mikroorganisme dengan lingkungannya baik lingkungan biotik maupun abiotik.
Habitat ekologi adlah tempat atau lokasi yang pada keadaan normal lokasi oleh orang
tertentu (individu atau populasi). Didalam ekosistem tertentu suatu mikroorganisme
pada umumnya hanya mempunyai satu habitat. Tetapi suatu mikroorganisme dapat
mempunyai beberapa habitat, masing-masing habitat di dalam ekosistem yang
berlainan. Sebagai contoh ; Rhizobium tumbuh baik di dalam tanah maupun di dalam
tumbuhan, bakteri Metanogen mempunyai habitat di sedimendanau, dalam perut besar
dan di dalam menara pembusukan sebuah instalasi pembersihan.
Komunitas Mikroorganisme merupakan hubungan timbal balik yang kompleks antara
mikroorganisme dengan lingkungannya, baik unsur hidup maupun unsur tak hidup.
Contohnya yaitu; Rhizobium. Rhizobium mendapatkan nitrogen dari tanah dan tanah
menjadi subur.

Relung ekologi mikroorganisme berlainan dengan habitat, relung ekologi ini tidak
berhubungan dengan lokasi dalam hari, tetapi berhubungan dengan fungsi suatu organ
atau suatu pop. Pada relung ini masing-masing jenis atau pop memenuhi fungsi
tertentu, yang ditentukan oleh kebutuhannya akan bahan makanan fisiologis, sifat-
sifat kinetik, kemampuan biokimia, keistimewaan-keistimewaan struktural dan
toleransinya terhadap kondisi-kondisi lingkungan. Hal ini dapat diperjelas dengan
contoh; di dalam perut besar hanya bakteri-bakteri selulotik tertentu saja yang mampu
mempertahankan diri dan memecahkan selulosa, selulosa baik secara anaerob dan
energi diperoleh dengan peragian. Lebih lanjut suhu dalam usus besar harus demikian
sehingga keberadaan asam lemak, enzim, amonium, gas, dan produk lain dapat
ditoleransi. Akhirnya harus diusahakan ada pembuangan berlanjut dari produk-produk
peragian, misalnya hidrogen. Untuk dapat berfungsi dalam ekosistem tertentu harus
mempunyai kemampuan dan toleransi yang besar.

B. Pengertian Ekologi Mikroorganisme


Ekologi Mikroorganisme adalah ilmu yang mempelajari tentang timbal balik antara
mikroorganisme dan lingkungan hidupnya. Satuan dasar ekologi adalah ekosistem.
Sistem ini mencapai komponen-komponen biotik maupun abiotik. Komponen biotik
adalah masyarakat kehidupan organisme atau biozonose. Komponen abiotik adalah
faktor tak hidup yang meliputi faktor fisik dan kimia. Ekosistem dalam ekologi
mikroorganisme dapat berupa sistem mikro dan sistem makro. Secara umum setiap
sistem memiliki ciri-ciri yaitu adanya dinamika populasi, keanekaragaman,
mekanisme adaptasi dan adanya hubungan antar organisme yang ada di dalam sistem
tersebut. Contohnya yaitu tanah sebagai suatu sistem, memiliki anggota komunitas
yang tersusun dari berbagai populasi mikroba yaitu bakteri, achtinomycetes, virus,
khamir, dan protozoa. Macam dan jumlah mikroorganisme tanah tersebut dipengaruhi
oleh faktor-faktor jenis tumbuhan, pH, temperatur, curah hujan, macam tanah dan
kelembaban tanah.

C. Tujuan Penulisan
Dalam penulisan makalah ini, penulis memiliki tujuan yaitu untuk megetahui tentang
ekologi mikroba sampai infeksi yang disebabkan oleh mikroba. Agar dapat mencegah
penyakit yang disebabkan oleh infeksi mikroba.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Ekologi Mikroorganisme adalah ilmu yang mempelajari tentang timbal balik antara
mikroorganisme dan lingkungan hidupnya. Satuan dasar ekologi adalah ekosistem.
Sistem ini mencapai komponen-komponen biotik maupun abiotik. Komponen biotik
adalah masyarakat kehidupan organisme atau biozonose. Komponen abiotik adalah
faktor tak hidup yang meliputi faktor fisik dan kimia. Ekosistem dalam ekologi
mikroorganisme dapat berupa sistem mikro dan sistem makro.

B. Distribusi dan Pola Hidup Mikroorganisme


Ciri kehidupan yang menonjol adalah adanya saling ketergantungan antar organisme.
Jadi dapat dikatakan bahwa tidak ada organisme dapat bertahan hidup tanpa bantuan
dari bentuk kehidupan lain. Dialam bebas kita dapati banyak bakteri dari berbagai
genus maupun dari berbagai spesies hidup berkumpul di dalam suatu medium yang
sama, misalnya di tanah, kotoran hewan, di dalam sampah-sampah di dalam kubangan
dsb.
Lokasi atau tempat tinggal yang spesifik dari suatu organisme disebut habitat,
sedangkan suatu peranan atau fungsi yang spesifik dalam komunitas disebut niche.
Adapun beberapa habitat alam dari mikrooganisme tersebut adalah sebagai berikut:

1. Tanah 
Tanah merupakan sumber yang kaya akan mirkoorganisme. Kebanyakan
mikroorganisme di sini bersifat apatogfen bagi manusia. Bakteri pathogen yang
terdapat di tanah adalah: Clostridium tetani, Clostridium perfringens, Clostridium
botulinum, Bacillus anthracis. 
2. Air 
Kebanyakan air tawar dan laut mengandung mikroorganisme. Mikroorganisme
pathogen di air adalah: Salmonella dan Shigella sp., Vibrio
cholrae, Legionella, Entamoeba histolytica, Escherichia coli.
3. .Udara 
Walaupun mikroorganisme sering ditemukan di udara, namun tidak berkembang
biak di udara. Udara dalam ruangan mungkin mengandung bakteri dan virus
pathogen yang berasal dari kulit, tangan, pakaian dan terutama dari saluran napas
atas manusia. 
4. Makanan 
Susu dari sapi normal yang diperah secara asepsis masih mengandung 100 – 1000
mikroorganisme non pathogen per milliliter, dan kadang terdapat mikroorganisme
pathogen yang mungkin berasal dari sapi yang sakit atau dari proses pemerahan,
seperti: Mycobacterium tuberculosis, Salmonella, Streptococcus,
Corynebacterium diptheriae, Shigella, Brucella dan Staphylococcus penyebab
keracunan makanan. 

Interaksi mikroorganisme adalah hubungan timbal balik antara mikroba dengan


mikroba lainnya maupun dengan organisme yang lebih tinggi. Tidaklah mudah untuk
menyelidiki pengaruh atau hubungan hidup antar spesie itu, namun pengaruh timbale
balik itu pastilah ada, karena suatu spesies yang mencerna suatu zat makanan akan
menimbulkan perubahan kimia dalam komposisi substrat, seperti mengurangi
persediaan oksigen, mengubah pH, dan lain-lain yang mempengaruhi kehidupan
spesies yang lain. Pengaruh itu mungkin bersifat baik, mungkin bersifat buruk,
mungkin juga tidak mempunyai efek sama sekali. 

Hubungan timbal balik antar makhluk hidup (mikroorganisme) tersebut dapat


dibedakan sebagai berikut : 

1. Netralisme (tidak saling mengganggu)

Sangat boleh jadi di dalam tanah atau di dalam kotoran hewan terdapat banyak
makhluk hidup yang dapat hidup bersama dengan tidak saling merugikan, tetapi
juga tidak saling menguntungkan. Meskipun di dalam satu medium yang sama,
namun masing-masing spesies memerlukan zat-zat yang berbeda sehingga tidak
perlu ada perebutan zat makanan. Baik terpisah maupun terkumpul, mereka dapat
hidup sendiri-sebndiri. Hubungan yang demikian itu disebut netralisme. 
2. Kompetisi (persaingan)

Kebutuhan akan zat makanan yang sama dapat menyebabkan terjadinya


persaingan antar spesies. Sebagai contoh, bila persediaan oksigen dalam suatu
medium berkurang, maka bakteri aerob akan dikalahkan oleh bakteri fakultatif
anaerob. Jika persediaan oksigen habis sama sekali, maka pertumbuhan bakteri
fakultatif anaerob tadi akan berhenti, sedangkan bakteri anaerob akan tumbuh
dengan subur. Pada umumnya bahwa dua spesies yang hidup bersaing akan saling
merugikan, jika ditumbuhkan di dalam suatu tempat yang sama, dan akhirnya
yang menanglah yang dapat bertahan sedangkan yang kalah akan punah. 
3. Antagonisme (hidup berlawanan)
 
Antagonisme menyatakan suatu hubungan yang asosial. Spesies yang satu
menghasilkan sesuatu yang meracuni spesies yang lain, sehingga pertumbuhan
spesies yang terakhir sangat terganggu karenanya. Beberapa bentuk antagonisme
diantaranya adalah antara Streptococcus lactis dan Bacillus subtilis atau Proteus
vulgaris. Jika ketiga spesies tersebut ditumbuhkan bersama-sama di dalam suatu
medium, maka pertumbuhan Bacillus dan Proteus akan segera tercekik karena
adanya asam susu yang dihasilkan oleh Streptococcus lactis. 
Pseudomonas aeruginosa menghasuilkan suatu pigmen biru piosianin yang
merupakan racun bagi beberapa spesies bakteri dan juga beberapa hewan.
Selanjutnya semua pengobatan penyakit infeksi dengan menggunakan antibiotic
didasarkan atas antagonisme. 
4. Mutualism

Mutualisme adalah suatu bentuk simbiosis antara dua spesies dimana masing-
masing yang bersekutu mendapatkan keuntungan. Misalnya bakteri yang hidup di
dalam usus memperoleh nutrient dari makanan yang terdapat di usus. Sebaliknya
bakteri dapat menghasilkan zat yang berguna bagi tubuh manusia, seperti vitamin
K. 
5. Komensalisme 

Jika dua spesies hidup bersama kemudian spesies yang satu mendapatkan
keuntungan, sedangkan spesies yang lain tidak diragukan olehnya, maka
hubungan hidup antara kedua spesies itu disebut komensalisme. Spesies yang
beruntung disebut komensal, sedangkan spesies yang memberikan keuntungan
disebut inang (hospes). 
Hubungan hidup yang terdapat antara Saccharomyces dan Acetobacter
merupakan suatu contoh komensalisme. Saccharomyces menghasilkan alcohol
yang tidak diperlukan lagi, sedangkan alcohol ini merupakan zat makanan yang
mutlak bagi Acetobacter. Dan di dalam usus tebal hewan maupun manusia
banyak terdapat bakteri yang hidup sebagai komensal. 
6. Parasitisme 

Jika satu pihak dirugikan sementara ia sendiri mendapatkan untung disebut


parasitisme. Bila parasit hidup di dalam jaringan atau sel hospes, maka
disebut endoparasit (=infeksi). Bila hidupnya pada permukaan kulit maka
disebut ektoparasit (=infestasi).
Hubungan yang ada antara virus (Bakteriofage) dengan bakteri itu suatu
hubungan yang hanya menguntungan virus saja. Virus tidak dapat hidup di luar
bakteri atau sel hidup lainnya. Sebaliknya, bakteri atau sel lainnya yang menjadi
hospes akan mati karenanya. Kehidupan parasit berarti kematian hospes. 

Suatu aspek ekologi bakteri yang penting adalah kesanggupan sel-sel itu melekat pada
benda-benda padat. Karena suatu cirri ekosistem alam menunjukkan bahwa bakteri
jarang ditemukan mengambang bebas dalam air. Bakteri biasanya ditemukan melekat
pada partikel-partikel tanah dan sisa-sisa bahan organik dalam tanah, bahan-bahan
organik yang tersuspensi dalam air laut, air danau, batu-batuan dalam sungai, kulit,
gigi, membrane epithelium hewan dan manusia serta pada kutikula tumbuhan. 

C. Hubungan Parasit dan Inangnya


Suatu parasit merupakan organisme yang hidup pada permukaan atau dalam suatu
organisme kedua, yang disebut inang. Interaksi yang membentuk hubungan
inangparasit adalah kompleks. Ketika suatu parasit mencoba untuk menyebabkan
infeksi, inang merespon dengan menggerakkan suatu kesatuan tempur dari
mekanisme pertahanan. Kemampuan mencegah penyakit yang akan memasuki
mekanisme pertahanan disebut resistensi (kekebalan). Tanpa resistensi disebut
kerentanan.

Resistensi inang terhadap masuknya parasit dipisahkan menjadi dua tipe: resistensi
non-spesifik dan resistensi spesifik. Resistensi nonspesifik, atau alami, resistensi yang
termasuk mekanisme pertahanan alami yang melindungi inang dari bermacam parasit
tanpa menghiraukan apakah tubuh menghadapi tipe parasit sebelumnya atau tidak.
Resistensi spesifik, atau imunitas, merupakan mekanisme pertahanan yang telah
dikembangkan untuk merespon suatu parasit tertentu, atau spesifik. Mekanisme
pertahanan imun spesifik demikian didapatkan inang sebagai suatu akibat dari
permulaan adanya parasit.
Dalam dunia organisme, resistensi nonspesifik merupakan hal paling umum dan
mendasar untuk pencegahan penyakit. Tumbuhan dan sebagian besar hewan bertahan
hanya dengan resistensi nonspesifik terhadap dunia patogen potensial. Hanya hewan
vertebrata yang memiliki resistensi spesifik atau mendapatkan suatu respon immun
spesifik.

Oleh karena itu mereka lebih efisien dalam melawan infeksi. Pertama mereka
menggunakan mekanisme resistensi nonspesifik, dengan segera tersedia, menyerang
masuknya parasit; selanjutnya mereka mengandalkan imunitas spesifik sebagai
bantuan
atau, pada suatu penyakit yang terus-menerus, sebagai akhir dari resistensi. Jika
pengaruh gabungan dari resistensi alami dan imunitas dapatan tidak mampu
menghentikan penyebaran infeksi, akhirnya selalu terjadi kematian inang. Untuk
menolong inang, dilakukan terapi antimikroba, seperti penggunaan antibiotik.

Pengobatan ini tidak selalu menghancurkan parasit secara sempurna. Dalam hal
kebanyakan hanya “membeli waktu” untuk memberi kesempatan kepada inang untuk
menghilangkan parasit dengan mekanisme pertahanan inang apa saja yang dapat
berhubungan dengan parasit.

D. Patogenisitas Mikroorganisme
Mikroorganisme merupakan mahluk hidup sederhana yang terbentuk dari satu atau
beberapa sel, berupa tumbuhan atau hewan yang biasanya hidup secara parasite
maupun saprofit, misalnya bakteri, kapang, dan amuba. Adapun sumber
mikroorganisme yang ada dalam air berasal dari berbagai tempat, seperti udara, tanah,
sampah, lumpur, tanaman, bangkai, kotoran hewan dan manusia, bahan organik, dan
lainnya. Di sini, dapat dijelaskan bahwa keberadaan air di alam ini dapat menjadi
medium pembawa (sebaran) mikroorganisme patogen yang berbahaya bagi kesehatan.
Oleh karena itu, keberadaan mikroorganisme patogen dalam air harus kita waspadai.
Apalagi pada umumnya mikroorgaisme tersebut berupa bakteri-bakteri penyebab
infeksi saluran pencernaan. Inilah hubungan dari Mikroorganisme, air, dan bakteri
patogen. Di antara bakteri yang sering menyebabkan penyakit adalah: Vibrio cholerae
penyebab penyakit kolera, Shigella dysenteriae penyebab disentri basiler, Salmonella
typhesa penyebab tifus, S. paratyphi penyebab paratifus, dan Entamoeba histolytica
penyebab disentri amuba.

Fakta itulah yang menjadi dasar, mengapa menjaga kebersihan air itu menjadi penting
dilakukan. Alasan lainnya adalah karena air yang mengandung mikroorganisme
patogen ini juga tidak dapat digunakan untuk keperluan rumah tangga, seperti minum
dan memasak. Apalagi, kita tahu kalau air yang tercemar oleh kotoran
(manusia/hewan) itu mengandung mikroorganisme patogen yang berbahaya bagi
kesehatan manusia.

Faktor Pengaruh Jumlah dan Jenis Mikroorganisme


Berikut ini merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah dan jenis
mikroorganisme di dalam air yang patut kita perhatikan.

1. Pertama, sumber air. Hal ini sangat berpengaruh terhadap jumlah dan jenis
mikroorganisme di dalam air tersebut, diantaranya sumber air hujan, air
permukaan, air tanah, air laut, dan lainnya.

2. Kedua, komponen nutrien dan zat beracun dalam air. Kita tahu, secara alami
pada umumnya air itu telah mengandung mineral-mineral yang cukup untuk
keperluan kehidupan mikroorganisme.

Dari air buangan itu sendiri, sering mengandung komponen-komponen yang


dibutuhkan oleh spesies mikroorganisme tertentu. Misalnya, golongan saprofit
organotrofik sering tumbuh pada air buangan yang mengandung sampah tanaman dan
bangkai hewan. Sementara itu, kondisi air yang beracun juga akan mempengaruhi
jumlah dan jenis mikroorganisme yang ada didalamnya. Sebagai contoh adalah
adanya asam-asam organik maupun anorganik, dan khlorin dapat membunuh
mikroorganisme di dalam air.
E. Carrier (pembawa penyakit)
Carrier atau karier artinya mengandung, menyebarkan, dan merupakan tempat
persinggahan organisme penyebab infeksi. Orang tang terinfeksi organisme penyebab
infeksi sering kali tidak menunjukkan gejala penyakit atau manifestasi klinis. Namun
orang atau hewan yang juga dapat menjadi sumber infeksi dan penyebaran penyakit,
berpotensi terhadap orang atau hewan lain. Beberapa karier dapat sembuh dari kondisi
ini. Terdapat enam tipe karier yang diidentifikasi dalam bidang kedokteran dan
kesehatan, yaitu:
 Active carrier
Seseorang menjadi tempat bersarangnya organisme penyebab penyakit
(patogen) dan kondisi ini sudah berlangsung selama beberapa waktu.
Meskipun sudah sembuh dari penyakitnya disebut karier aktif.
 Convalescent carrier
Seseorang yang menjadi tempat bersarangnya organisme penyebab penyakit
(patogen) dan berada dalam masa pemulihan. Tetapi masih dapat menularkan
penyakit ke orang lain.
 Healthy carrier
Seseorang yang menjadi tempat bersarang organisme penyebab penyakit
(patogen), tetapi tidak sakit atau tidak menunjukkan gejala sakit disebut karier
sehat. Kasus ini disebut kasus subklinis.
 Incubator carrier
Seseorang yang menjadi tempat bersarangnya organisme penyebab penyakit
(pantogen), masih berada pada tahap awal penyakit serta menunjukkan gejala
dan kemampuan untuk menularkan penyakit.

F. Gejala Sakit Infeksi Mikrobial


Gejala infeksi mikrobial pada tiap orang dapat muncul berbeda-beda, tergantung
organ tubuh yang terinfeksi dan jenis mikrobial penyebabnya. Beberapa gejala umum
yang dapat dialami penderita infeksi mikrobial adalah:
1. Demam
2. Batuk
3. Bersin
4. Mual dan muntah
5. Diare
6. Lemas
7. Gatal pada bagian kulit

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ekologi Mikroorganisme adalah ilmu yang mempelajari tentang timbal balik antara
mikroorganisme dan lingkungan hidupnya. Dialam bebas kita dapati banyak bakteri
dari berbagai genus maupun dari berbagai spesies hidup berkumpul di dalam suatu
medium yang sama, misalnya di tanah, kotoran hewan, di dalam sampah-sampah di
dalam kubangan dsb.
Resistensi nonspesifik, atau alami, resistensi yang termasuk mekanisme pertahanan
alami yang melindungi inang dari bermacam parasit tanpa menghiraukan apakah
tubuh menghadapi tipe parasit sebelumnya atau tidak.
Resistensi spesifik, atau imunitas, merupakan mekanisme pertahanan yang telah
dikembangkan untuk merespon suatu parasit tertentu, atau spesifik.
Gejala infeksi mikrobial pada tiap orang dapat muncul berbeda-beda, tergantung
organ tubuh yang terinfeksi dan jenis mikrobial penyebabnya. Beberapa gejala umum
yang dapat dialami penderita infeksi mikrobial adalah:
1. Demam
2. Batuk
3. Bersin
4. Mual dan muntah
5. Diare
6. Lemas
7. Gatal pada bagian kulit

B. Saran
Semoga dengan selesainya makalah ini kami harapkan para pembaca khususnya
mahasiswa FIKES Sebelas April Sumedang dapat lebih mengetahui dan memahami
isi dari ekologi mikroorganisme yang ada di dalamnya, serta dapat
mengaplikasikannya dalam dunia kesehatan.

DAFTAR PUSTAKA

http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._BIOLOGI/196805091994031-
KUSNADI/BUKU_COMMON_TEXT_MIKROBIOLOGI%2C_Kusnadi%2Cdkk/
BAB_XII_MIKRO_KESEHATAN.pdf

http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._BIOLOGI/196805091994031-
KUSNADI/BUKU_COMMON_TEXT_MIKROBIOLOGI%2C_Kusnadi%2Cdkk/mikro8.pdf

https://www.academia.edu/36277504/EKOLOGI_MIKROBA

Anda mungkin juga menyukai